• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ANALISIS KETUNTASAN KOMPETENSI DASAR UKK SISWA KELAS VB DI SD NEGERI PUJOKUSUMAN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI ANALISIS KETUNTASAN KOMPETENSI DASAR UKK SISWA KELAS VB DI SD NEGERI PUJOKUSUMAN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

i

STUDI ANALISIS KETUNTASAN KOMPETENSI DASAR UKK SISWA KELAS VB DI SD NEGERI PUJOKUSUMAN 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Candra Kirana NIM 11108249032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

MOTTO

“Sebaik apapun perencanaanya, sulit berhasil apabila tidak dijalankan dengan dengan bersungguh-sungguh.”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini peneliti persembahkan kepada:

1. Bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan.

2. Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, bangsa, dan agama.

(7)

vii

STUDI ANALISIS KETUNTASAN KOMPETENSI DASAR UKK SISWA KELAS VB SD NEGERI PUJOKUSUMAN 1 YOGYAKARTA

Oleh Candra Kirana NIM 11108249032

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketuntasan kompetensi dasar UKK siswa kelas Vb di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini siswa kelas Vb SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 28 siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan trianggulasi. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data hasil UKK siswa kelas Vb, dan metode trianggulasi digunakan untuk mengetahui apakah data berupa lembar jawaban UKK dapat digunakan untuk mengukur ketuntasan Kompetensi Dasar UKK siswa kelas Vb.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat ketuntasan kompetensi dasar kelas Vb semester 2 SDN Pujokusuman 1 Yogyakarta tergolong kategori cukup. Hal ini dibuktikan dari 49 kompetensi dasar yang dicari ketuntasannya diperoleh 22 kompetensi dasar yang mencapai ketuntasan dengan presentase ketuntasan 45%. Sedangkan jumlah kompetensi dasar yang tidak mencapai kriteria ketuntasan sebanyak 27 kompetensi dasar dengan presentase 55%.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nyapenulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabat, hingga kepada para umatnya hingga akhir zaman, Amin.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Judul yang penulis ajukan adalah “Studi Analisis Ketuntasan Kompetensi Dasar UKK Siswa Kelas VB SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta”.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas bantuan yang diberikan, kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan sarana yang mendukung kegiatan perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Woro Sri Hastuti, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan petunjuk, arahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar. 4. Bapak Agung Hastomo, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan nasehat yang bermanfaat.

5. Bapak Kepala Sekolah SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

6. Mahasiswa PPGT 2011 yang telah memberikan dorongan dan dukungan. 7. Saharuddin dan Sumarni selaku orang tua kandung yang selalu memberikan

(9)

ix

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan berlipat ganda kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya saran dan kritik yang membangun dengan senang hati penulis terima. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua orang, terutama mahasiswa Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Yogyakarta, 25 September 2015

(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

SURAT PERYATAAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. FokusPenelitian 5 C. Rumusan Penelitian 5 D. Tujuan Penelitian 6 E. Manfaat Penelitian 6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Pemetaan KD dan Indikator

1. Pemetaan SKL, KI, KD 7

2. Kriteria Ketuntasan Minimal 9

3. Penilaian Berbasis Kelas 15

B. Kajian Tentang Pembelajaran Tematik

1. Arti Dan Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik 19 2. Tujuan Dan Manfaat Pembelajaran Tematik 22 3. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembelajaran Tematik 24

4. Keterbatasan Pembelajaran Tematik 28

(11)

xi

6. Implikasi Pembelajaran Tematik 34

7. Tahap-Tahap Pembelajaran Tematik 36

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar 43

D. Kerangka Pikir 45

E. Pertanyaan Penelitian 45

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 47

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian 47

2. Waktu Penelitian 47

C. Subjek Penelitian 48

D. Sumber Data Penelitian 48

E. Teknik Pengumpulan Data 49

F. Instrumen Penelitian 49

G. Teknik Analisis Data 49

H. Keabsahan Data 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 52

B. Hasil Penelitian 54

C. Pembahasan 61

D. Keterbatasan Penelitian 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 64

B. Saran 64

DAFTAR PUSTAKA 66

(12)

xii

DAFTAR TABEL

hal Table 1. Tabel Rentang Kriteria Tanpa Pertimbangan. 11 Table 2. Tabel Rentang Kriteria Tanpa Pertimbangan. 12 Table 3. Tabel Rentang Kriteria dengan Pertimbangan. 13 Table 4. Tabel kriteria dengan pertimbangan mengurutkanIndikator 14 Table 5. Tabel Implikasi dari Ketuntasan Belajar. 15 Table 6. Penggolongan Presentase Hasil Analisis Lembar Jawaban

UKK Siswa Kelas VbTema 6 Sub-Tema 1 & 2. 51 Table 7. Penggolongan Presentase Hasil Analisis Lembar Jawaban

UKK Siswa Kelas Vb Tema 6 Sub-Tema 3. 55 Table 8. Penggolongan Presentase Hasil Analisis Lembar Jawaban

UKK Siswa Kelas Vb Tema 7 Sub-Tema 1 & 2. 56 Table 9. Penggolongan Presentase Hasil Analisis Lembar Jawaban

UKK Siswa Kelas Vb Tema 7 Sub-Tema 3. 57 Table 10. Penggolongan Presentase Hasil Analisis Lembar Jawaban

UKK Siswa Kelas Vb Tema 8 Sub-Tema 1 & 2. 58 Table 11. Penggolongan Presentase Hasil Analisis Lembar Jawaban

UKK Siswa Kelas Vb Tema 8 Sub-Tema 3. 58 Table 12. Penggolongan Presentase Hasil Analisis Lembar Jawaban

UKK Siswa Kelas Vb Tema 9 Sub-Tema 1 & 2. 59 Table 13. Penggolongan Presentase Hasil Analisis Lembar Jawaban

UKK Siswa Kelas Vb Tema 9 Sub-Tema 3. 60 Table 14. Penggolongan Presentase Hasil Analisis Lembar Jawaban

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Tujuan Umum Penilaian Berbasis Kelas. 26

Gambar 2. Alur penjabaran tema 27

Gambar 3.Pengembangan Tema Untuk Perancangan

Aktivitas Pembelajaran 28

Gambar 4. Kegiatan-Kegiatan Yang Dapat Dikembangkan

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Jadwal UKK kelas V 68

Lampiran 2. Soal UKK Tema 6 Sub Tema 1 dan 2 69

Lampiran 3. Soal UKK Tema 6 Sub Tema 3 74

Lampiran 4. Soal UKK Tema 7Sub Tema 1 dan 2 79

Lampiran 5. Soal UKK Tema 7Sub Tema 3 84

Lampiran 6. Soal UKK Tema 8Sub Tema 1 dan 2 88

Lampiran 7. Soal UKK Tema 8Sub Tema 3 93

Lampiran 8. Soal UKK Tema 9 Sub Tema 1 dan 2 98

Lampiran 9. Soal UKK Tema 9 Sub Tema 3 104

Lampiran 10. Rekap data hasil UKK Essay 109

Lampiran 11. Rekap data hasil UKK Pilihan Ganda 126

Lampiran 12. Hasil perhitungan data 134

Lampiran 13. Hasil persentase per kompetensi dasar 142

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan acuan atau pedoman dalam melaksanakan kegiatan dalam pendidikan di Sekolah Dasar. Dalam pendidikan Sekolah Dasar, kurikulum yang berlaku saat ini yaitu tahun 2015 ada dua versi. Ada sekolah yang menggunakan KTSP, dan ada pula yang menggunakan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diberlakukan untuk sekolah-sekolah pilot project. Membahas tentang kurikulum 2013 yang diberlakukan di SD, merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004 dan menjadi acuan serta pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah. Pengembangan ranah dalam kurikulum 2013 tersebut, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan siswa sebagai suatu kriteria keberhasilan.

Pengembangan-pengembangan yang terdapat dalam kurikulum 2013 mengacu pada acuan dan prinsip penyusunan yang terdapat pada pasal 36 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, yang menyatakan bahwa penyusunan kurikulum harus memperhatikan peningkatan imam dan takwa, akhlak mulia, potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik. Serta, tujuan pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional yang dinyatakan pada pasal 3 UU No. 20 tahun 2003, yakni: berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

(16)

2

mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Ridwan Abdullah Sani, 2014:45).

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, pembelajaran kurikulum 2013 yang diberlakukan di SD, menggunakan pendekatan saintifik dan pembelajaran bersifat terintegratif, dengan mengintegrasikan berbagai mata pelajaran dalam satu tema. Bukan hanya itu saja, pendidikan karakter juga di integrasikan. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan dengan menggunakan langkah ilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran di SD dikenal dengan nama 5M, yaitu mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan informasi, menalar, dan membentuk jejaring/mengkomunikasikan. Pengintegrasian yang dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah siswa dalam belajar, di karenakan pembelajaran berbasis pada lingkungan siswa dan secara tidak langsung siswa dibentuk karakternya.

Pembagian pembelajaran kedalam tema dan sub-tema, dilakukan dengan tujuan agar mempermudah siswa dalam memusatkan perhatian pada suatu topik tertentu, meningkatkan pemahaman dan keterampilan komunikasi, meningkatkan gairah belajar siswa dan kepekaan siswa terhadap lingkungan, serta penghematan waktu, karena pembelajaran disajikan secara terpadu (Andi Prastowo, 2013 : 251).

Keberhasilan pelaksanaan pembelajar tentu saja membutuhkan profesionalisme guru, baik kemampuan merancang dan melaksanakan serta mengelola pembelajaran secara tepat dan baik. Adapun kemampuan

(17)

3

guru yang dibutuhkan tersebut, misalnya kemampuan guru dari segi wawasan, kreativitas, keterampilan, rasa percaya diri, kemampuan mengemas dan mengembangkan materi.

Kemampuan-kemampuan seperti yang disebutkan di atas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari hasil penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Dengan adanya penguasaan materi yang baik maka ketercapaian kompetensi dasar dan indikator bukanlah tidak mungkin.

Adapun keberhasilan dalam implementasi kurikulum 2013 dalam pembentukan kompetensi dan karakter siswa dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembentukan kompetensi dan karakter dikatakan berhasil apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, dan disamping itu menunjukkan gairah belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembentukan kompetensi dan karakter dikatakan berhasil apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%), E. Mulyasa, (2013:99).

Sedangkan untuk penilaian ketuntasan belajar dalam suatu pembelajaran ditetapkan berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan baik oleh pihak sekolah maupun guru itu sendiri. Dalam penetapan kriteria ketuntasan minimal (KKM) perlu mempertimbangkan tiga komponen, yaitu: 1) kompleksitas materi dan kompetensi yang harus

(18)

4

dicapai; 2) daya dukung; dan 3) kemampuan awal siswa. Adapun kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh guru dalam pembelajaran adalah 75. Dengan adanya penetapan tersebut, siswa harus berusaha mencapai atau mendapatkan nilai di atas nilai kriteria yang telah ditentukan sehingga dapat melanjutkan pada kompetensi dasar selanjutnya atau jenjang yang lebih tinggi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang dilaksanakan pada tanggal 26 November 2014, diperoleh fakta bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi tertentu. Salah satunya adalah pelajaran Matematika dalam salah satu tema, dengan materi bagun datar (jajargenjang). Siswa mengalami kesulitan dalam menghitung hasil dari soal yang diberikan. Kesulitan siswa dalam memahami materi tersebut dikarenakan adanya pengembangan atau perubahan dalam konsep materi sehingga guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan materi dan berdampak pada pemahaman siswa. Tentunya tidak hanya dalam pelajaran matematika, begitupun dengan pelajaran yang lain. Selain itu, guru juga mengungkapkan kendala yang dialami siswa juga terjadi pada mata pelajaran lain seperti IPA, IPS, dan lain-lain yang pembelajarannya dilakukan secara tematik integratif.

Kendala yang terdapat diatas tentunya dapat mempengaruhi pemahaman konsep materi siswa, dan selain itu adalah alokasi waktu yang tersedia dalam suatu pembelajaran terbatas, dan pemahaman guru tentang implementasi kurikulum 2013 masih perlu ditingkatkan. Tidak hanya itu,

(19)

5

guru masih kesulitan dalam melakukan penilaian dimana dalam kurikulum 2013 tidak hanya menilai pengetahuan siswa semata namun keterampilan dan sikap juga perlu dinilai. Dengan adanya perubahan tersebut tentunya menjadi kendala tersendiri bagi guru dan siswa.

Tentunya kendala dapat berdampak pada pemahaman dan kemampuan siswa dalam memahami atau mengembangkan konsep materi yang dipelajari di dalam kelas. Dampak tersebut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga kriteria ketuntasan pembelajaran belum tercapai (KKM).

Dari permasalahan tersebut di atas perlu dilakukan analisis dan pemetaan kompetensi dasar dan indikator untuk mengetahui kompetensi yang belum dicapai oleh siswa, sehingga dapat diketahui ketuntasan belajar siswa. Untuk itu, penelitian tentang analisis dan pemetaan ketuntasan kompetensi dasar perlu dilakukan.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah “tingkat ketuntasan kompetensi dasar UKK siswa kelas Vb di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta”.

C. Rumusan Penelitian

Berdasarkan fokus masalah yang telah ditetapkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaiamana tingkat ketuntasan kompetensi dasar UKK siswa kelas VB di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta.

(20)

6

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ketuntasan kompetensi dasar UKK siswa kelas Vb SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain : 1. Manfaat teoritis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang ketuntasan kompetensi dasar UKK siswa kelas VB dalam Kurikulum 2013, serta memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu pendidikan.

2. Manfaat praktis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan kepada guru kelas V yang ada di Sekolah Dasar Bojokusuman 1, dalam menganalisis ketuntasan kompetensi dasar, dan dapat mencari solusinya sehingga proses pembelajaran lebih baik.

(21)

7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Pemetaan KD dan Indikator

1. Pemetaan SKL, KI, KD

Langkah pemetaan kompotensi yang dilakukan bertujuan untuk memudahkan guru dalam menentukan penilaian proses pembelajaran. Penilaian proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah merupakan suatu tindakan yang bertujuan untuk memantau proses, kemajuan perkembangan hasil belajar siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki serta kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan, serta menjadi umpan balik kepada guru agar dapat mencari solusi dan menyempurnakan pembelajaran yang akan datang.

Abdul majid (2014:122) mengemukakan langkah-langkah yang dapat digunakan dalam melakukan analisis SKL, KI, KD adalah sebagai berikut:

1) Membaca substansi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tahun 2013,

2) Baca dan mengkomparasikan dengan SKL tahun 2006 (Permendikmas Tahun 2006),

3) Membaca SKL dan KI mata pelajaran,

4) Menyusun Kompetensi Dasar yang mengacu pada SKL dan KI, 5) Menjabarkan lingkup materi berdasarkan pada kompetensi dasar, 6) Menuliskan aktivitas belajar siswa untuk mencapai kompetensi

(22)

8

7) Menentukan teknik dan instrument penilaian dengan mengacu pada silabus,

8) Lakukan hingga seluruh SKL, KI, KD mata pelajaran terakomodasi, dan

9) Bediskusi dan atau memadukan hasil analisis dengan teman seprofesi sehingga menghasilkan kesepakan bersama.

Setelah langkah tersebut diatas dilakukan, selajutnya melakukan penetapan indikator pencapaian hasil belajar. Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri yang dapat menunjukkan ketercapain suatu kompetensi dasar (Abdul Majid, 2013:125). Lebih jauh Asep Jihad dan Abdul Haris (2013:118) mengemukakan bahwa indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, seperti: mengidentifikasi, menghitung, membedakan menyimpulkan, menceritakan kembali, mempraktekkan, mendemonstrasikan dan mendeskripsikan. Adapun yang dapat dilakukan dalam memilih teknik penilaian dengan mempertimbangkan ciri-ciri indikator (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2013:118), contoh: 1) Apabila indikator menuntut siswa untuk melakukan suatu kegiatan,

maka penilaian yang digunakan adalah penlaian unjuk kerja (performance),

2) Apabila indikator menuntut pemahaman konsep, maka penilaian yang digunakan adalah penilaian tertulis,

(23)

9

3) Apabila indikator menuntut siswa untuk menemukan dengan cara melakukan penyelidikan atau mencari informasi, maka penilaian yang digunakan adalah penilaian proyek.

2. Kriteria Ketuntasan Minimal

a. Pengertian

Dalam suatu pembelajaran, peran penetapan kriteria ketuntasan sangat dibutuhkan, dimana kriteria ketuntasan yang telah dibuat menjadi acuan atau tolah ukur untuk melihat apakah proses pembelajaran yang dilaksanakan berhasil atau tidak.

Asep Jihad dan Abdul Haris (2013:118) mengemukakan bahwa kriteria ketuntasan balajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan antara 0% -100%. Penetapan kriteria tersebut disesuaikan dengan kondisi sekolah, misalnya tingkat akademis siswa, kompleksitas indikator, daya dukung guru, serta ketersediaan sarana dan prasarana.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh baik pihak sekolah maupun guru, mewajibkan siswa untuk mencapai taraf kualifikasi tertentu baik seluruhnya maupun sekurang-kurangnya 75%. Lebih lanjut Mulyono Abdurrahman (2003:6) mengemukakan bahwa siswa diduga mengalami kesulitan belajar apabila tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi belajar tertentu.

(24)

10 b. Fungsi dan Tujuan

Abdul majid (2014:142-143) mengemukakan bahwa kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan berfungsi sebagai panduan, baik bagi guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran, dengan menjadikan KKM sebagai tolak ukur dalam menentukan ketuntasan pembelajaran. Selain itu, KKM juga merupakan bagian dari evaluasi, karena KKM dijadikan alat ukur untuk menentukan kualitas suatu lembaga pendidikan yang bersangkutan, serta menjadi panduan dalam menyusun program yang bermutu dan berdaya guna bagi tenaga pendidik dan kependidikan. Selain hal tersebut di atas, penentuan KKM pada dasarnya digunakan untuk mengevaluasi proses pembelajaran, sehingga dapat diketahui pembelajaran atau mata pelajaran mana yang belum tuntas atau mencapai KKM yang ditentukan sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk pembelajaran selanjutnya.

c. Teknik penyusunan KKM

Abdul Majid (2014:150) mengemukakan bahwa dalam penyusunan kriteria KKM sebaiknya memperhatikan langkah-langkah berikut:

1) mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar dan karakteristik siswa,

(25)

11

3) siswa yang telah mencapai atau melampaui KKM, selanjutnya diberi program pengayaan,

4) keterangan ketuntasan;

(1) kompetensi pengetahuan dan keterampilan (KI 3 dan KI 4), dinyatakan lulus apabila mencapai nilai 2,66 (B-) (2) Kompetensi sikap spiritual dan social (KI 1 dan KI 2),

ketuntasan siswa dilakukan dengan memperhatikan aspek sikap pada KI 1 dan KI 2 untuk seluruh mata pelajaran. Dalam menentukan kriteria ketuntasan dan untuk mengetahui apakah siswa sudah mencapai kriteria yang telah ditentukan atau menguasai suatu kompetensi dapat melihat konversi nilai pada tabel 1 (Abdul Majid, 2014:151).

Tabel 1. Tabel Rentang Kriteria Tanpa Pertimbangan. Konversi nilai akhir Predikat (Pengetahuan

dan Keterampilan) Sikap Skala 100 Skala 4 86-100 4 A Sangat Baik 81-85 3,66 A- 76-80 3,33 B+ Baik 71-75 3 B 66-70 2,66 B- 61-65 2,33 C+ Cukup 56-60 2 C 51-55 1,66 C- 46-50 1,33 D+ kurang 0-45 1 D

Sumber: panduan penilaian kemendikbud dalam Abdul Majid (2014:151).

Lebih jauh dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2014:34) dimana sebelum menyusun kriteria perlu terlebih dahulu

(26)

12

dipahami wujud dari kriteria dan membagi kriteria secara garis besar yaitu kriteria kuantitatif dan kriteria kualitatif.

1) kriteria kuantitatif

Suharsimi Arikunto (2014:34-35) kriteria kuantitatif sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu a)kriteria tanpa pertimbangan dan b)kriteria dengan pertimbangan.

a) kriteria kuantitatif tanpa pertimbangan

Kriteria tanpa pertimbangan merupakan penyusunan kriteria dengan hanya memperhatikan rentangan bilangan tanpa mempertimbangkan apa-apa. Adapun contoh kategori kriteria tanpa pertimbangan dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 2. Tabel Rentang Kriteria Tanpa Pertimbangan.

No Rentang presentase Keterangan

5 81%-100% Baik Sekali

4 61%-80% Baik

3 41%-60% Cukup

2 21%-40% Kurang

1 < 21% Kurang Sekali

Sumber: Suharsimi Aikunto (2014:35). b) kriterian kuantitatif dengan pertimbangan

Kriteria kuatitatif dengan pertimbangan dilakukan dengan cara mengkategorikan dan membagi begitu saja rentangan rentangan yang ada menjadi rentangan sama rata, misalnya dengan melihat rentangan yang ada di perguruan tinggi untuk menentukan nilai dengan huruf A, B, C, D, E. Adapun pengkategoriannya dapat di lihat pada table 3.

(27)

13

Tabel 3. Tabel Rentang Kriteria dengan Pertimbangan.

No Rentang presentase Huruf

1 80%-100% A

2 66%-79% B

3 56%-65% C

4 40%-55% D

5 < 40% E

Sumber: Suharsimi Aikunto (2014:35). 2) kriteria kualitatif

Suharsimi Arikunto (2014:36-39) mengemukakan bahwa kriteria kualitatif merupakan kriteria yang dibuat tanpa menggunakan angka-angka. Dalam menentukan kriteria kualitatif, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah indikator dan yang dikenai kriteria adalah komponen. Seperti halnya kriteria kuantitatif, kriteria kualitatif juga terbagi menjadi dua, yaitu a)kriteria tanpa pertimbangan dan b)kriteria dengan pertimbangan.

a) kriteria kualitatif tanpa pertimbangan

Penyusunan kriteria kualitatif tanpa pertimbangan dilakukan dengan hanya mengitung banyaknya indikator dalam komponen yang dapat memenuhi persyaratan.

b) kriteria kualitatif dengan pertimbangan

Dalam penyusunan kriteria kualitatif dengan pertimbangan, terlebih dahulu penyusun perlu menentukan indikator mana yang harus diproritaskan atau yang dianggap penting.

(28)

14

Kriteria kualitatif dengan pertimbangan disusun dengan menggunakan dua cara yaitu: (1)kriteria kualitatif dengan pertimbangan mengurutkan indikator dan (2)kriteria kualitatif dengan pertimbanganpembobotan.

(1) kriteria kualitatif dengan pertimbangan mengurutkan indikator

Kriteria kualitatif dengan pertimbangan mengurutkan indikator perlu mempertimbangkan apa saja indikator yang diidentifikasi, dan kemudian menentukan mana indikator yang penting serta bagaimana gradiasi nilai dibuat dalam menentukan kriteria. Adapun contoh yang pertimbangan mengurutkan indikator dapat dilihat pada table 4. Tabel 4. Tabel kriteria dengan pertimbangan mengurutkan indikator

Nilai Keterangan

5 Jika memenuhi semua indicator

4 Jika memenuhi tiga dari semua indicator 3 Jika memenuhi dua dari semua indicator 2 Jika memenuhi salah satu dari empat

indicator

1 Jika tidak ada satupun indikator yang terpenihi

Sumber: Suharsimi Aikunto (2014:36-37).

(2) kriteria kualitatif dengan pertimbanganpembobotan Suharsimi Arikunto (2014:36-39) mengemukakan bahwa selain mempertimbangkan indikator sebagai unsur dalam menentukan kriteria,

(29)

15

terdapat cara lain yang dapat dilakukan yaitu, dengan pembobotan.

Dalam penentuan kriteria dengan pertimbangan indikator, nilai dari persyaratannya dibedakan dengan menentukan urutan, kedudukan dengan pertimbangan pembobotan indikator yang ada diberi nilai dengan bobot yang berbeda, misalnya menggunakan skala 1-4, 1-5, dan atau yang sering digunakan di sekolah yaitu skala 1-10.

d. Implikasi dari Ketuntasan

Abdul Majid (2014:153) mengemukakan implikasi dari ketuntasan belajar, dapat dilihat pada table 5.

Tabel 5. Tabel Implikasi dari Ketuntasan Belajar. No Kompetensi dasar dari Capaian Tindakan Ket. Individual Rata-rata kelas 1 KI 3 dan KI 4 <2,66 Remedial secara individual <2,66 (75% siswa) Remedial secara klasikal > 2,66 > 2,66 Melanjukan ke KD berikutnya 2 KI 1 dan KI 2 < Baik Pembinaan

3. Penilaian Berbasis Kelas

a. Pengertian Penilaian Berbasis Kelas

Penilaian berbasis kelas merupakan penilaian yang dilakukan oleh guru terkait dengan proses pembelajaran yang

(30)

16

mencakup semua kriteria baik kognitif, afektif, dan psikomotorik. Lebih spesifik Zainal Arifin (2014:180) mengemukakan bahwa penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses pengumpulan, pengolahan, pelaporan dan penggunaan data dan informasi tentang hasil belajar siswa untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan siswa terhadap materi.

Pendapat senada diungkapkan oleh Asep Jihad dan Abdul Haris (2013:93-94) mengemukakan bahwa penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru yang akan digunakan untuk mengambil keputusan terkait nilai (hasil belajar) siswa berdasarkan tahapan belajarnya.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian berbasis kelas merupakan penilaian yang dilakukan oleh guru yang bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah, pelaporan dan penggunaan informasi terkait hasil belajar siswa, sehingga dapat menentukan tingkat pencapaian atau tingkat ketuntasan kompetensi dasar dan indikator oleh siswa. Dengan demikian, guru dapat memberikan informasi kepada siswa terkait baik kelebihan maupun kekurangannya. Selain itu, hasil penilaian berbasis kelas juga dapat digunakan untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan yang dialami oleh siswa.

(31)

17

b. Tujuan dan Manfaat Penilaian Berbasis Kelas.

Zaenal Arifin (2014:182) mengemukakan bahwa tujuan umum penilaian berbasis kelas adalah untuk memberikan penghargaan terhadap pencapaian hasil belajar siswa serta untuk memberbaiki program dan kegiatan pembelajaran. Adapun tujuan umum penilaian berbasis kelas dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Tujuan Umum Penilaian Berbasis Kelas.

Sumber: Zaenal Arifin (2014:182)

Pendapat tersebut diatas didukung oleh Abdul majid (2014:285) lebih spesifik mengemukakan bahwa penilaian berbasis kelas dapat menghasilkan informasi pencapaian kompetensi oleh siswa yang dapat digunakan, antara lain: 1)perbaikan (remedial) bagi indikator yang belum mencapai ketuntasan, 2)pengayaan, 3)perbaikan program dan proses pembelajaran, 4)pelaporan, dan 5)penentuan kenaikan kelas.

1) perbaikan (remedial) bagi indikator yang belum mencapai ketuntasan Tujuan Umum PBK Penghargaan Perbaikan Pencapaian hasil belajar siswa Program Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

(32)

18

Perbaikan (remedial) merupakan bantuan diberikan kepada siswa yang membutuhkan sesuai dengan gaya belajar siswa pada waktu yang tepat sehingga siswa mampu menyelesaikan kompetensi yang belum terselesaikan dan agar siswa tidak frustasi dengan kegagalan dan kesulitan yang dialami secara berturut-turut.

Program perbaikan (remedial) dapat dilakukan oleh guru kelas, guru mata pelajaran, atau guru lain yang memiliki kemampuan memberikan bantuan dan mengetahui kekurangan siswa. Selain itu, program perbaikan (remedial) dilakukan berdasarkan kesepakatan antara guru dan siswa serta dapat dilakukan diluar jam efektif.

2) pengayaan

Program pengayaan merupakan program pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki tingkat penguasaan lebih cepat dibandingkan dengan siswa lainnya. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

3) perbaikan program dan proses pembelajaran

Hasil penilaian dapat digunakan oleh guru untuk mengambil keputusan terbaik dan tepat untuk memberikan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai kompetensi yang ditargetkan dan dapat membantu guru dalam memperbaiki

(33)

19

kegiatan pembelajaran, misalnya penggunaan metode yang tidak selamanya efektif digunakan sehingga harus diganti dengan metode lain, begitupun hal lainnya yang terkait dengan peningkatan mutu pembelajaran.

4) pelaporan

Pelaporan memiliki arti bahwa hasil penilaian dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk menilai kinerja guru dan tingkat keberhasilan peserta didik.

5) penentuan kenaikan kelas

Hasil penilaian yang dilakukan selain memberikan informasi terhadap kemampuan dan kesulitan yang dihadapi siswa juga dijadikan sebagai penentu kenaikan kelas siswa.

B. Kajian Tentang Pembelajaran Tematik

1. Arti dan Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik

Andi Prastowo (2013:123-124) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Disebut bermakna, karena dalam pembelajaran tematik siswa akan memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya (Rusman dalam Andi Prastowa, 2013:124). Hal serupa dikemukakan oleh B. Suryobroto (2009:133) bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu kegiatan

(34)

20

pembelajaran dengan mengintegrasikan beberapa materi dalam satu tema atau topik pembahasan.

Dari kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran dengan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran dalam satu tema, serta menekankan pada keterlibatan siswa dalam pembelajaran, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakana.

Trianto (2011:255) adapun prinsip-prinsip dasar dalam pembelajaran terpadu, yaitu 1) the hidden curriculum; 2) subject in the curriculum; 3) the learning environment; 3) viewsof social world; dan 5) value dan attitude.

a. The Hidden Curriculum

Dalam suatu pembelajaran yang dikembangkan tidak memungkinkan memiliki suatu pesan (tersembunyi) yang memiliki makna yang sangat berarti bagi siswa.

b.Subject In The Curriculum

Dalam suatu pembelajaran perlu mempertimbangkan dahulu pemilihan topik atau materi, waktu, dan penilaian.

c.The Learning Environment

Dalam suatu lingkungan belajar, memberikan kesempatan dan kebebasan kepada siswa untuk berpikir dan berkreativitas.

(35)

21 d.ViewsOf Social World

Adanya keterbukaan masyarakat sekitar untuk memberikan kesempatan dan wawasan dalam rangka pengembangan pembelajaran di sekolah.

e.Value Dan Attitude

Dalam suatu pembelajaran memungkinkan siswa memperoleh sikap dan norma dari lingkungannya (verbal dan nonverbal), baik lingkungan keluarga, masayarakat, dan sekolah.

Lebih lajut B. Suryobroto (2009:133-134) dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada 3 hal yang perlu diperhatikan, antara lain: 1) bersifat terintegrasi dengan lingkungan; 2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema; dan 3) efisiensi.

a. Bersifat kontekstual dan terintegratif dengan lingkungan

Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya pembahasan suatu materi atau masalah perlu dikaitkan dengan masalah-masalah yang dihadapi atau dialami dalam kehidupan sehari-hari siswa.

b. Bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema

Bentuk belajar harus dirancang agar siswa dapat bekerja secara bersungguh-sungguh untuk menemukan tema pembelajaran yang rill sekaligus mengaplikasikannya. Sehingga akan

(36)

22

memunculkan dorongan untuk belajar karena terdapat kesesuaian materi dengan kondisi siswa atau yang dialami siswa.

c. Efisiensi

Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban materi, metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.

2. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Tematik

Martiyono (2012:178) pembelajaran tematik memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi.

b. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna karena materi pelajaran bersifat sebagai sarana atau alat bukan tujuan akhir.

c. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa mampu mendapatkan pengertian mengenai proses dengan materi yang tidak terpecah-pecah.

d. Dengan adanya pemanduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

(37)

23

Andi Prastowo (2013:147-148) sesungguhnya manfaat pembelajaran tematik seccara umum dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu: 1) keuntungan bagi guru; dan 2) keuntungan bagi siswa.

a. Keuntungan bagi guru

1) tersedianya lebih banyak waktu dalam pembelajaran,

2) hubungan antar mata pelajaran dapat diajarkan secara logis dan alami,

3) belajar merupakan kegiatan yang kontiniu, tidak terbatas dengan buku paket, jam pelajaran, dan ruang kelas,

4) guru memiliki kesempatan yang lebih untuk membantu siswa dalam melihat dan memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang, dan

5) pengembangan masyarakat belajar dapat terfasilitasi. b. Keuntungan bagi siswa

1) dapat memfokuskan diri pada proses belajar dibandingkan hasil belajar,

2) tersedianya pendekatan proses belajar yang integratif dan menghilangkan batas semu antar bagian kurikulum,

3) tersedianya kurikulum yang berpusat pada siswa (yang dikaitkan dengan kebutuhan, minat, dan kecerdasan),

4) merangsang keingintahuan siswa sehingga memungkinkan siswa untuk melakukan suatu penyelidikan atau penemuan baik di dalam maupun di luar kelas.

(38)

24

5) membantu siswa dalam membangun hubungan antar konsep , sehingga meningkatkan pemahaman siswa.

6) memudahkan siswa untuk memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik,

7) siswa memiliki kesempatan untuk mempelajari beberapa kosep dalam mata pelajaran berbeda dalam suatu tema.

8) pemahaman siswa terhadap materi lebih mendalam dan berkesan,

9) terdapat keterkaitan antara topik yang dibahas dengan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi siswa,

10)siswa dapat merasakan manfaat dan makna belajar, dan 11)meningkatkan gairah belajar siswa, karena terdapat keterkaitan

dengan dengan lingkungan nyata siswa.

3. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembelajaran Tematik

B. Suryosubroto (2013:136) mengemukakan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik, yaitu:

1) pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan utuh,

2) perlunya mempertimbangkan alokasi waktu untuk setiap materi,

(39)

25

4) mengutamakan ketercapaian kompetensi dasar dibandingkan dengan tema.

Andi Prastowo (2013:253-354) mengemukakan bahwa hal lain yang perlu dicermati dalam kontek pembelajaran untuk jenjang SD/MI, seperti dijelaskan Hermawan dan Resmini, adalah pengembangan tema untuk pembelajaran tematik hendaknya mempertimbangkan sejumlah aspek sebagai berikut.

1) Tema yang dipilih hendaknya memungkinkan terjadinya proses berpikir padasiswa.

2) Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa termasuk minat dan kemampuannya. 3) Penetapan tema dimulai dari ligkungan terdekat siswa, dari hal

termudah menuju sulit, dari yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari konkret menuju abstrak.

Kedua pendapat diatas senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Martiyono (2012:182) bahwa prinsip penentuan tema yang perlu diperhatikan yaitu:

1) memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa, 2) dari yang termudah menuju yang sulit,

3) dari yang sederhana menuju yang kompleks, 4) dari yang konkret menuju yang abstrak,

5) tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa, dan

(40)

26

6) ruang lingkup siswa disesuaikan dengan perkembangan siswa, minat, kebutuhan dan kemampuan.

a. Sumber Tema

Andi Prastowa (2013:254-255) dalam penetapan tema dapat digali dari berbagai sumber antara lain:

1) minat siswa,

2) peristiwa-peristiwa khusus yang terjadi di lingkungan siswa, 3) kejadian tidak diduga-duga yang memicu keingintahuan siswa, 4) materi yang dipadatkan oleh lembaga pendidikan bersangkutan 5) tentang orang tua, siswa, dan guru.

b. Pengembangan Anak Tema

Dalam suatu pembelajaran dengan menngunaka tema, langkah selanjutnya yang dilakukan setelah tema terbentuk adalah membentuk anak tema (sub tema). Pembentukan sub tema dilakukan untuk mendekatkan pemahaman siswa terhada konsep-konsep yang sedang dipelajari. Dalam pembentukan subtema hendaknya bersifat spesifik dan konkret. Kemudian, sub tema dikembangkan kembali menjadi materi pembelajaran. Kondisi tersebut divisualisasikan pada gambar 2.

(41)

27 Gambar 2. Alur Penjabaran Tema

Sumber: Andi Prastowo. Pengembangan Bahan Ajar tematik (2013:256) c. Langkah-langkah Mengembangkan Tema

Andi Prastowo (2013:257-259) mengemukakan bahwa terdapat 3 langkah yang dapat kita gunakan dalam mengemabngkan tema, yaitu 1)dipilih secara komprehensif; 2) peluang serta realisasi aktivitas dan ide-ide pengembangan tema; dan 3) mengaitkan dan menyatukan kompetensi masing-masing bidang studi dengan tema.

Langkah pertama tersebut menjadi pijakan dan garis perspektif dari spektrum kurikulum atas tema yang dipilih. untuk langkah kedua, pengemabangan tema dengan aktivitas pembelajaran dapat dilihat pada gambar 3.

TEMA Sub Tema Sub Tema Sub Tema TEMA TEMA TEMA

(42)

28

Gambar 3. Pengembangan Tema Untuk Perancangan Aktivitas Pembelajaran S e d a n g k

an untukmengetahui kegiatan-kegiatan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran tematik, dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Kegiatan-Kegiatan Yang Dapat Dikembangkan Dalam Pembelajaran Tematik

4. Keterbatasan Pembelajaran Tematik

Andi Prastowo (2013:152-154) mengemukakan bahwa keterbatasan pembelajaran tematik meliputi 6 aspek, yaitu 1) aspek

(43)

29

guru; 2) siswa; 3) sarana dan sumber belajar; 4) kurikulum; 5) penilaian; dan 6) suasana pembelajaran.

a. Keterbatasan pada aspek guru

Dalam pembelajaran tematik, menuntut kemampuan guru baik dari wawasan, kretivitas, keterampilan metodeligis, rasa percaya diri, kemampuan mengemas dan mengembangkan materi. b. Keterbatasan dalam aspek siswa

Pembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar siswa yang relatif baik (baik kemampuan akademik maupun kretivitas). c. Keterbatasan dalam aspek sarana dan sumber belajar

Dalam pembelajran tematik membutuhkan bahan bacaan, reverensi, atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi.

d. Keterbatasan dalam aspek kurikulum

Dalam pembelajaran tematik memungkinkan kurikulum harus luwes dan berorientasi pada ketuntasan pemahaman siswa (bukan pada target penyampaian materi). Dimana guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, dan penilaian keberhasilan pembelajaran siswa.

e. Keterbatasan dalam aspek penilaian

Pembelajaran tematik memerlukan penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar siswa dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.

(44)

30

Selain itu guru dituntut untuk melakukan koordinasi dengan guru lain apabila materi pelajaran barasal dari guru yang berbeda. f. Keterbatasan dalam aspek suasana pembelajaran

Dalam pembelajaran tematik cenderung mengutamakan salah satu bidang kajian dan hilangnya bidang kajian lainnya. Dengan kata lain, kecenderungan guru dalam pembelajaran mengutamakan subtansi gabungan sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru tersebut.

5. Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar

Secara umum model pembelajaran terpadu terdiri dari sepuluh jika ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematis seperti yang diungkapkan Robin Fogarty (Daryanto 2014: 100-106). Kesepeluh model tersebut adalah 1) fragmented (penggalan), 2) connected (keterhubungan), 3) nested (sarang), 4) sequenced (urutan/rangkaian), 5) shared (bagian), 6) webbed (jarring laba-laba), 7) threaded (galur), 8) integrated (keterpaduan), 9) immersed (celupan), 10) networked (jaringan).

Model-model pembelajaran tematik di atas tidak semua dapat diterapkan pada pendidikan sekolah dasar di Indonesia. Menurut Tim Pengembang PGSD (Daryanto 2014: 106-109) ada tiga model pembelajaran terpadu yang dapat diterapkan di sekolah dasar yaitu model webbing, connected, dan integrated.

(45)

31 a. Model Webbed (jarring laba-laba)

Model Webbed dimulai dengan menentukan tema, kemudian dikembangkan menjadi sub tema yang terkait. Dari sub tema diharapkan aktivitas siswa dapat berkembang dengan sendirinya. Tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun dengan mata pelajaran lain.

Adapun kelebihan dan kekurangan model jarring laba-laba sebagai berikut. Kelebihan antara lain:

1) adanya faktor motivasional yang dihasilkan dari menyeleksi tema yang sangat diminati;

2) relatif lebih mudah dilakukan guru yang belum berpengalaman; dan

3) mempermudah perencanaan kerja tim untuk mengembangkan tema ke dalam semua bidang isi pelajaran.

Sedangkan kekurangan model jarring laba-laba antara lain: 1) kesulitan menyeleksi tema;

2) adanya kecenderungan merumuskan suatu tema yang dangkal, sehingga hanya berguna secara artificial di dalam perencanaan kurikulum;

3) guru dapat menjaga misi kurikulum;

(46)

32 b. Model Connected (keterhubungan)

Model Connected merupakan model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topic dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas yang dilakukan dengan tugas yang telah dilakukan maupun dengan tugas yang akan dilakukan, bahkan ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya. Model keterhubungan memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut.Kelebihan antara lain:

1) dengan mengaitkan ide ke dalam satu pembelajaran siswa dapat memiliki gambaran tentang apa akan dipelajari dikemudian hari, 2) konsep-konsep kunci dikembangkan siswa secara terus-menerus

sehinga terjadi internalisasi,

3) mengaitkan ide-ide dalam satu pelajaran memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, dan menganalisa, ide secara berangsur-angsur dan memudahkan siswa dalam memecahkan masalah.

Sedangakan kelemahan dari model ini antara lain:

1) mata pelajaran tetap terpisah dan nampak tidak terkait, walaupun hubungan dibuat secara interdisiplin,

2) guru tidak didorong untuk bekerja sama sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep antara mata pelajaran,

(47)

33

3) usaha untuk mengintegrasikan ide dalam suatu mata pelajaran dapat mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan global dengan mata pelajaran lain.

c. Model Integrated (keterpaduan)

Model keterpaduan merupakan model pembelajaran yang menggabungkan mata pelajaran dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam mata pelajaran. Langkah awal yang harus dilakukan guru adalah menyeleksi konsep-konsep, keterampilan, dan sikap yang akan diajarkan dalam satu semester dari berbagai mata pelajaran, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai mata pelajaran.

Model keterpaduan pun memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan model keterpaduan, adalah:

1) memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan katerhubungan di antara berbagai mata pelajaran,

2) memungkinkan pemahaman antar mata pelajaran dan memberikan penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian,

3) mampu membangun motivasi bagi siswa. Kelemahan model keterpaduan, antara lain: 1) sulit diterapkan secara penuh,

(48)

34

3) menghendaki tim antar mata pelajaran yang terkadang sulit dilakukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.

6. Implikasi Pembelajaran Tematik

Martiyono (2012:179-181) mengemukakan bahwa implikasi pembelajaran tematik di SD/MI mempunyai berbagai implikasi, baik bagi guru, siswa, sarana prasarana, pengaturan ruangan, maupun dalam pemilihan metode atau strategi pembelajaran.

a. Bagi Guru

Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif, baik dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran, memilih dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh.

b. Siswa

Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaanya dimungkinkan untuk bekerja, baik secara individual, pasangan, kelompok kecil maupun klasikal.

c. Sarana, Prasarana, Sumber Belajar, dan Media

1) pembelajaran tematik menekankan pada siswa, baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep atau prinsip-prinsip sehingga memerlukan berbagai sara dan prasarana belajar,

(49)

35

2) pembelajaran tematik memanfaat berbagai sumber belajar, baik yang sifatnya khusus maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan ynag dapat dimanfaatkan,

3) pembelajaran tematik perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi, sehingga dapat membantu siswa memahami konsep yang abstrak, dan

4) penerapan pembelajaran tematik masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada dan buku khusus yang memuat bahan ajar terintegrasi.

d. Pengaturan Ruangan

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik memerlukan pengaturan ruang yang bervariasi, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Rambu-rambu pengaturan ruang, sebagai berikut:

1) tata ruang disesuaikan dengan tema yang sedang dipelajari, 2) susunan tempat duduk siswa disesuaikan dengan keperluan

pembelajaran yang sedang berlangsung,

3) siswa tidak selalu duduk di kursi, melainkan dapat duduk di tikar atau karpet,

4) kegiatan pembelajaran hendaknya bervariasi, tidak hanya dilakukan di dalam kelas melainkan dapat di lakukan di luar kelas,

(50)

36

5) memanfaatkan dinding kelas, sebagai tempat memajang hasil karya siswa, dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar, dan 6) alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola dengan

baik sehingga mempermudah siswa menggunakan dan menyimpannya kembali.

7. Tahap-tahap Pembelajaran Tematik

Martiyono (2012:181-186) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik dilakukan melalui tahap perencanaan (pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus, dan penyusunan rencana pembelajaran), pelaksanaan, dan penilaian.

a. Persiapan

1) pemetaan kompetensi dasar

Pemetaan kompetensi dasar dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih.

2) menentukan tema

Pemetaan tema dilakukan dengan cara mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai sebagai pengikat keterpaduan. dalam pemetaan tema guru dapat bekerja sama dengan siswa sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. kemudian dilanjutkan

(51)

37

dengan identifikasi dan analisis kecocokan tema, sehingga standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dapat terbagi habis.

3) menetapkan jaringan tema

Penetapan jaringan tema diperlukan guna melihat keterkaitan antara tema, kompetensi dasar, dan indikator setiap mata pelajaran.

4) penyusunan silabus

Penyusunan silabus merupakan hasil keseluruhan proses yang dilakukan sebelumnya.

5) penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Untuk keperluan dan kelancaran pelaksanaan pembelajran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, yang akan digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. Martiyono (2012:182), adapun komponen-komponen rencana pelaksanaan pembelajaran tematik sebagai berikut:

a) identifikasi mata pelejaran (nama mata pelajaran, kelas, semester, dan waktu pelaksanaan)

b) standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang akan dicapai,

(52)

38

d) materi pokok berserta uraiannya yang perlu dipelajari oleh siswa,

e) strategi pembelajaran,

f) langkah-langkah pembelajaran,

g) alat dan media yang akan digunakan, dan h) penilaian dan tindak lanjut.

b. Pelaksanaan

Martiyono (2012:183) mengemukakan bahwa pelaksanaan pembelajaran tematik dilakukan dengan menggunakkan 3 tahapan, yaitu 1) kegiatan pendahuluan; 2) kegiatan inti; dan 3) kegiatan penutup.

1) kegiatan pembelajaran a) kegiatan pendahuluan

Kegiatan pendahuluan dilakukan unruk menciptakan suasana awal, untuk mendorong siswa agar momfokuskan diri agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

b) kegiatan inti

Kegiatan inti dalam pembelajaran tematik difokuskan pada kegiatan-kegiatan untuk pengembangan kemampuan siswa melalui penyajian materi dengan mengunakan strategi atau metode yang bervariasi yang telah ditentukan sebelumnya.

(53)

39 c) kegiatan penutup

Dalam kegiatan penutup ini, siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, memberikan pesan-pesan moral, atau diisi dengan kegiatan menyenangkan sebagai penutup pelajaran.

2) pengaturan jadwal pembelajaran

Pengaturan jadwal pembelajaran dalam pembelajaran tematik memiliki peranan yang sangat penting guna menunjang katercapaian tujuan dilaksanakannya pembelajaran.

3) penilaian a) pengertian

Martiyono (2012:147) mengemukakan bahwa penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, serta pengumpulan informasi terkait pencapaian hasil belajar siswa, yang kemudian diolah dan dijadikan sebagai bahan informasi tentang pencapaian siswa.

(54)

40 b) manfaat penilaian

Adapun manfaat penilaian bagi proses pembelajaran (Martiyono, 2012:147-148) antara lain untuk:

(1) Memberikan umpan balik kepada siswa, sehingga dapat mengetahui kemampuannya dalam proses pencapaian kompetensi

(2) Memantau kemajuan belajar siswa

(3) Memberikan masukan atau sebagai umpan balik bagi guru, sehingga dapat mengambil tindakan perbaikan yang dirasa lebih cocok atau baik

(4) Memberikan umpan balik kepada guru, sehingga dapat menyusun atau merancang kegiatan belajar (5) Memberikan informasi kepada orang tua tentang

efektivitas pendidikan

(6) Memberikan umpan balik kepada pihak sekolah, sehingga dapat mempertimbangkan konsep penilaian yang digunakan.

c) fungsi penilaian

Martiyono (2012:148) mengemukakan bahwa penilaian kelas memiliki fungsi yang strategis untuk kepentingan pembelajaran, yaitu:

(55)

41

(1) Menggambarkan sejauh mana ketercapaian kompetensi

(2) Membantu memberikan informasi tentang kemampuan siswa, yang kemudian dapat digunakan untuk sebagai pedoman untuk melakukan pemilihan program pengembangan, dan atau tindakan bimbingan yang tepat untuk diberikan kepada siswa. (3) Sebagai alat diagnosis baik untuk mengetahui

kesulitan belajar siswa maupun prestasi yang dapat dikembangkan

(4) Menemukan kelemahan dan kekurangan suatu proses pembelajaran, sehingga dapat digunakan untuk perbaikan program pembelajaran selanjutnya (5) Sebagai control tentang kemajuan perkembangan

siswa.

d) prinsip dan karakteristik penilaian

Trianto (2011:156-157) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip penilaian yang secara keseluruhan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu : 1) berorientasi pada kompetensi; 2) menyeluruh; 3) valid; 4) adil dan terbuka; 5) mendidik; 6) menyeluruh;7) berkesinambungan; dan 8) bermakna.

(56)

42

(1) Berorientasi pada kompetensi. Penilaian harus mampu menentukan ketercapaian kompetensi yang dimaksudkan dalam kurikulum.

(2) Menyeluruh. Penilaian hendaknya mencakup semua aspek perilaku yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor.

(3) Valid. Penilaian hendaknya memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa. (4) Adil dan terbuka. Penilaian hendaknya adil

terhadap semua siswa dan kriteria pengambilan keputusan jelas dan terbuka bagi semua pihak. (5) Mendidik. Penilaian merupakan penghargaan bagi

siswa yang berhasil dan sebagai pemicu bagi siswa yang kurang berhasil.

(6) Menyeluruh. Penilaiain hendaknya dilakukan dengan memanfaatkan berbagai teknik dan prosedur, guna mengumpulkan hasil belajar siswa, meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor.

(7) Berkesinambungan. Penilaian hendaknya dilakukan secara terencana dan terus-menerus. (8) Bermakna. Penilaian yang dilakukan hendaknya

menggambarkan prilaku atau pencapaian siswa yang sesungguhnya.

(57)

43

Untuk melaksanakan penilaian secara efektif, perlu memperhatikan beberapa karakteristik berikut ini (Trianto, 2011:257).

(1) Mudah dilaksanakan

(2) Tidak menyita waktu banyak

(3) Tidak memerlukan analisis yang rumit (4) Fleksibel

(5) Hasilnya segera dimanfaatkan

(6) Meningkatkan pemahaman guru terhadap kemampuan siswa dalam memahami materi (7) Memberikan pemahaman kepada guru tentang

kebutuhan siswa. e) instrumen penilaian

Dalam suatu penilaian pembelajaran memerlukan suatu instrument sebagai pdoman kkriteria yang akan dinilai dalam melakukan penilaian. Adapun jenis-jenis instrument penilaian menurut Trianto (2011:263-266) yaitu penilaian tes tertulis dan penilaian nontes.

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Usman Samatowa (2006: 7-8) mengemukakan masing-masing fase memiliki karakteristik atau sifat-sifat khusus antara lain:

(58)

44

a. Karakteristik siswa Sekolah Dasar kelas 1 – 3.

1) adanya korelasi positif antara kesehatan, pertumbuhan jasmani, dan prestasi,

2) adanya kecenderungan memuji diri sendiri,

3) suka membanding-bandingkan dirinya dengan siswa lain,

4) adanya anggapan tidak penting terhadap soal yang tidak dapat diselesaikan,

5) berkeinginan mendapatkan nilai yang baik tanpa mengigat bagimana kemampuannya,

6) perkembangan kemampuan mengingat dan berbahasa yang sangat cepat,

7) kemampuan memahami berbagai hal bersifat konkret, dan 8) kehidupan adalah bermain.

b. Karakteristik siswa Sekolah Dasar kelas 4 – 6.

1) timbulnya minat terhadap kehidupan praktis (konkret), sehingga menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis,

2) cara berpikir yang penih perhitungan dan sesuai dengan kemampuannya, serta timbulnya rasa ingin tahu dan belajar, 3) munculnya minat terhadap mata pelajaran tertentu,

4) pada umur kira-kira 11 tahun siswa membutuhkan bimbingan orang dewasa dalam memenuhi tugasnya dan keinginannya, dan

(59)

45

pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas, serta berusaha untuk menyelesaikannya sendri,

5) pada usia ini anak memandang nilai (angka raport) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah,

6) pada usia ini anak gemar membentuk kelompok, dalam bermain dan cenderung membuat peraturan sendiri dalam bermain, dan 7) munculnya sikap mengidolakan tokoh yang dianggap sebagai

idola yang sempurna, sehingga guru acapkali dianggap serba tahu.

D. Kerangka Pikir

Pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaran dengan menggunakan tema. Dalam pembelajaran tematik, terdapat pengintegrasian beberapa mata pelajaran yang dikemas sedimikian rupa, dengan berbagai pertimbangan, misalnya kesesuaian antara standar kompetensi, kompetensi dasar, dengan indikator, dan keterkaitan materi yang akan diberikan, serta menggunakan tema sesuai dengan lingkungan terdekat siswa. Hal tersebut dilakukan, dengan harapan dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan sesuai dengan minat dan bakat siswa.

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana tingkat ketuntasan kompetensi dasar UKK siswa? 2. Kompetensi dasar mana sajakah yang telah dikuasai siswa?

(60)

46

(61)

47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena yang terjadi.

Dalam pendekatan deskriptif terbagi atas 3 jenis, yaitu penelitian tindak lanjut, penelitian analisis dokumen/isi, dan studi gerak dan waktu. Adapun jenis yang digunakan adalah penelitian analisis dokumen/isi. Penelitian dokumen/isi merupakan penelitian yang dilakukan secara sistematis, terhadap catatan-catatan atau dokumen sebagai sumber data (Zainal Arifin, 2012: 55).

B. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian

Sukardi (2012: 53) mengemukakan bahwa tempat penelitian adalah tempat dimana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah saat penelitian berlangung. Adapun tempat dilakukannya penelitian ini adalah di kelas V Sekolah Dasar Negeri Pujokusuman 1, serta dilakukan selama satu minggu.

2. Waktu penelitian

(62)

48

C. Subjek Penelitian

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar Bojokusuman 1 kelas Vb dengan jumlah 28 siswa. Penetapan subjek dalam penelitian ini didasarkan keadaan siswa kelas vb, dan alasan khusus diadakannya penelitian di sekolah tersebut adalah karena sekolah tersebut masih menggunakan kurikulum 2013.

D. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil belajar post test (hasil UKK) siswa kelas V. Sumber data tersebut diambil dengan pertimbangan bahwa hasil belajar post test (hasil UKK) merupakan sumber data utama yang dapat memberikan informasi tentang kesulitan pemahaman materi tertentu yang telah dipelajari oleh siswa.

Pemilihan sumber data bertujuan untuk mendapatkan informasi secara maksimal, sehingga peneliti tidak melakukan pembatasan terhadap data. Penambahan sumber data masih dapat terjadi apabila data yang diperoleh belum menunjukkan konsistensi dan dirasa masih kurang.

Penentuan sumber data dalam penelitian ini menggunakan teknik quota sampling. quota sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang ditentukan berapa banyak partisipan yang diperlukan. Kriteria pemilihan harus focus pada orang yang kita anggap paling mengetahui dan pernah mengalami, (Zainal Arifin, 2012: 167).

(63)

49

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Zainal Arifin (2012: 243-244), mengemukakan bahwa studi dokumentasi merupakan teknik yang digunakan untuk mempelajari atau menganalisis bahan-bahan tertulis sekolah. Teknik studi dokumentasi ini, dimaksudkan untuk mendapatkan data hasil post test siswa (hasil UKK) siswa atau lembar jawaban ujian akhir sekolah, yang kemudian akan dianalisis.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi terkait dengan yang akan diteliti. Adapun instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini, adalah soal tes yang digunakan dalam post test siswa kelas V. Sukardi (2012: 81), mengemukakan bahwa teknik dokumentasi yang digunakan oleh peneliti memungkinkan untuk memperoleh informasi dari berbagai macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden, atau tempat responden melakukan suatu kegiatan.

G. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2013:309) mengemukakan secara umum terdapat empat macam teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/trianggulasi. Teknik pengumpulan data tersebut dapat dilihat pada gambar 5.

(64)

50

Gambar 5. Macam-macam teknik pengumpulan data

1. Observasi

Observasi yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan observasi partisipatif pasif, dimana peneliti datang di tempat kegiatan, namun tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. 2. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak berstruktur. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data awal terkait permasalah atau variabel yang harus diteliti.

3. Dokumetasi

Teknik dokumentasi merupakan pengambilan data atau catatan peristiwa yang sudah berlalu. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan UKK.

4. Trianggulasi

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan trianggulasi merupan teknik pengumpulan data yang dilakukan sambil menguji kredibilitas data.

(65)

51

H. Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini, menggunakan uji kredibilitas. Dalam melakukan pengujian kredibilitas peneliti menggunakan triangulasi. Wiliam Wiersma (Sugiyono 2013: 372) mengemukakan bahwa triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber digunakan untuk mengumpulkan data yang yang berbeda dengan menggunakan teknik yang sama. Adapu data tersebut dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Teknik pengumpulan data menggunakan menggunakan trianggulasi sumber.

No Data Sumber data Teknik

1 Lembar jawaban Siswa Dokumentasi

2 Rekap Nilai Guru Dokumentasi

(66)

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN

A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

SD Negeri Pujokusuman 1 merupakan salah satu SD Negeri yang terdapat di Kecamatan Mergangsan, Kabupaten Yogyakarta. SD ini terletak di jalan Kolonel Sugiyono 9, Desa Keparakan, Kecamatan Mergangsan, Kabupaten Yogyakarta. Lokasinya sangat strategis karena berada di tengah perkotaan dan berdekatan dengan jalan raya, selter trans jogja, serta rumah penduduk.

Dilihat dari tinjauan edukatif, SD Pujokusuman 1 selain berdekatan dengan rumah penduduk dan jalan raya juga memiliki lingkungan sekolah yang kondusif dalam pelaksanaan pembelajaran. Siswa juga memiliki prestasi yang baik dalam akademik maupun non akademik.

Dalam mendukung prestasi akademik siswa baik secara akademik maupun non akadeemik dan kelancaran proses pembelajaran, SD Negeri Pujokusuman 1 memiliki sarana dan prasarana yang sangat memadai, yaitu memiliki 25 ruang kelas, yang terdiri dari kelas I sampai dengan kelas VI. Dan yang digunakan dalam penelitian adalah kelas V. kelas V sendiri terdiri 4 kelas karena jumlah siswa yang cukup banyak, yaitu 110 siswa, sehingga kelas dibuat paralel, yaitu kelas Va,Vb,Vc, dan Vd. Selain itu, juga terdapat aula, lab komputer, lab IPA, lab multimedia, mushoallah, ruang keterampilan membatik, ruang perpustakaan, ruang UKS (putra dan putri), dan dll. Kelengkapan fasilitas tersebut tentu saja memberikan kemudahan baik kepada siswa dalam belajar maupun guru atau staf

Gambar

Tabel 1. Tabel Rentang Kriteria Tanpa Pertimbangan.  Konversi nilai akhir  Predikat  (Pengetahuan
Tabel 2. Tabel Rentang Kriteria Tanpa Pertimbangan.  No  Rentang presentase  Keterangan
Tabel 3. Tabel Rentang Kriteria dengan Pertimbangan.  No  Rentang presentase  Huruf
Tabel 5. Tabel Implikasi dari Ketuntasan Belajar.  No  Kompetensi  dasar dari  Capaian  Tindakan  Ket
+7

Referensi

Dokumen terkait

permen tersebut tiba-tiba saudara RIDWAN menarik kalung yang berada di leher YE KANIA Anak dari GADOH dan langsung lari menuju dimana terdakwa menunggu dan langsung

Hasil pengukuran panjang gelombang maksimum dan pembuatan kurva baku prometazin HCl dalam media dapar fosfat isotonis pH 7,4 menggambarkan bahwa metode penetapan kadar

Menggunakan perspektif kriteria-kriteria dalam kecerdasan ini, dan dengan berdasar pemaparan langkah metode KQM serta penerapannya, maka dapat dijelaskan metode

Terkait dengan beberapa tuntutan di atas, mahasiswa juga dihadapkan pada masalah hubungannya dengan objek belajar yaitu siswa.. dipungkiri bahwa tingkat kecerdasan

Rencana Kerja (RENJA) Kantor Kecamatan Batang Kawa Kabupaten Lamandau ini disusun sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2015, dengan Renja pelaksanaan

Amanat yang digunakan tersurat dari isi novel; (2) Nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel adalah peduli sosial, disiplin, kerja keras, kreatif, rasa

2 Profil Kepatuhan Pasien Dalam Minum Obat dengan Metode Penyiapan Obat Secara UDD (Unit Dose Dispensing) di Rawat Inap RSI Aisyiyah Malang PATUH MINUM OBAT PERNYATAAN HASIL