• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Ikadi (Ikatan Da’i Indonesia) Cabang Kaliangkrik Dalam Peningkatan Kualitas Keberagamaan Masyarakat Kaliangkrik, Magelang Tahun 2017 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peran Ikadi (Ikatan Da’i Indonesia) Cabang Kaliangkrik Dalam Peningkatan Kualitas Keberagamaan Masyarakat Kaliangkrik, Magelang Tahun 2017 - Test Repository"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN IKADI (IKATAN DA’I INDONESIA) CABANG KALIANGKRIK

DALAM PENINGKATAN KUALITAS KEBERAGAMAAN MASYARAKAT KALIANGKRIK, MAGELANG TAHUN 2017

SKRIPSI

Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

OLEH

ULFA NURMALA KUSUMA WATI NIM. 11714022

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

i

PERAN IKADI (IKATAN DA’I INDONESIA) CABANG KALIANGKRIK

DALAM PENINGKATAN KUALITAS KEBERAGAMAAN MASYARAKAT KALIANGKRIK, MAGELANG TAHUN 2017

SKRIPSI

Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

OLEH

ULFA NURMALA KUSUMA WATI NIM. 11714022

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi MOTTO

ُناَس ْحلإا لاِإ ِناَس ْحلإا ُءاَزَج ْلَه

(

همحرلا

:

60

)

(8)

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmad serta hidayahNya sehingga skripsi ini berjalan dengan lancar. Tidak lupa skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Bapak dan ibu tercinta dan terhebat titipan Allah Swt, Slamet Nuryadin dan

Masetyowati yang selalu ada untuk saya, selalu mendo’akan, membimbing,

memberikan motivasi, mendukung, dan selalu memberikan segala sesuatu yang terbaik untuk saya.

2. Kakek dan nenek tercinta, Quraisjin dan Nuriyah (almh) yang juga selalu

mendo’akan, mendukung, dan memberikan yang terbaik untuk saya.

3. Adik tersayang, Hafidzudin Akmal yang selalu memberikan keceriaan kepada saya.

4. Keluarga besar Quraisjin yang telah memberikan hal terbaik dalam hidup saya dan mengajarkan kebaikan dalam kehidupan ini.

5. Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Pembimbing Akademik, sekaligus Pembimbing Skripsi Dra. Maryatin, M.Pd, yang membimbing dan memotivasi selama kuliah hingga saat ini.

6. Sahabat-sahabat tercinta yang telah banyak membantu, memberikan dukungan, semangat, serta keindahan dalam kehidupan ini, yaitu Siti Andaria, Melani Enggarsari, Puji Lestari, dan Taufiq Rizza.

(9)

viii

8. Teman-teman seperjuangan yaitu KPI angkatan 2014.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang telah menuntun umatnya menuju jalan yang benar.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum., selaku dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga 3. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam, dosen Pembimbing Akademik, sekaligus dosen pembimbing skripsi. 4. Seluruh bapak dan ibu dosen yang telah bersedia memberikan dan membekali

ilmu, membimbing, serta memotivasi.

5. Seluruh civitas akademika IAIN Salatiga yang membantu dalam melancarkan urusan administrasi maupun yang lainnya.

6. Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, khususnya angkatan 2014 yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Pengurus IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik yang telah

(11)
(12)

xi ABSTRAK

Kusumawati, Ulfa Nurmala. 2017. Peran IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) Cabang Kaliangkrik Dalam Peningkatan Kualitas Keberagamaan Masyarakat Kaliangkrik, Magelang Tahun 2017. Skripsi, Salatiga: Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Kata Kunci: Metode Dakwah, IKADI, Kualitas Keberagamaan.

Penelitian ini berfokus pada metode dakwah IKADI dalam dakwah Islam, dengan tujuan untuk mengetahui: 1) Kiprah IKADI dalam berdakwah 2) Metode dakwah yang digunakan IKADI 3) Faktor pendukung dan penghambat dakwah IKADI dalam meningkatkan kualitas keberagamaan masyarakat Kaliangkrik, Magelang.

Jenis dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan yang bersifat kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Untuk teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi, data yang telah ada dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Kiprah IKADI dalam berdakwah menyampaikan ajaran Islam yang telah berjalan selama sepuluh tahun dengan banyak kegiatan yang dilaksanakan serta membina kader da’i yang profesional dan memberikan kontribusi yang positif untuk umat. 2) Metode dakwah yang digunakan IKADI dalam menyebarkan ajaran Islam serta meningkatkan kualitas keberagamaan masyarakat Kaliangkrik, Magelang meliputi; metode ceramah yang berupa pengajian rutin Ahad Wage, metode pembinaan keislaman berupa liqo’ dan tatsqif, serta metode bil hal berupa santunan anak yatim, bakti sosial, dan silatirahmi kepada saudara muslim lainnya yang berada di Kaliangkrik dan sekitarnya. 3) Faktor yang menjadi pendukung berjalannya dakwah IKADI cabang Kaliangkrik yaitu pengurus organisasi, tokoh (da’i), dan biaya, sedangkan faktor penghambat dakwah IKADI cabang Kaliangkrik yaitu tanggapan masyarakat, waktu, dan mad’u.

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LOGO INSTITUT ... ii

NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Berfikir ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 9

(14)

xiii BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan ... 29

B. Lokasi Penelitian ... 30

C. Fokus Penelitian ... 30

D. Sumber Data ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 32

G. Teknik Validitas Data ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan Penelitian ... 45

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(16)

xv

DAFTAR TABEL

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan zaman pada saat ini memberi pengaruh besar bagi semua yang ada di belahan bumi. Baik itu dari segi sumber daya manusia, ilmu pengetahuan, politik, sosial, budaya, hingga agama juga mendapatkan pengaruh dari perkembangan zaman tersebut. Agama telah beribu-ribu tahun yang lalu ada dibumi ini, dengan seiring berjalannya waktu agama semakin lama semakin berkembang dan maju, begitu juga dengan agama Islam.

Adanya berbagai ajaran atau pemahaman yang kurang sesuai dengan nilai-nilai agama, cenderung akan membuat agama menjadi ditinggalkan dan lebih lagi agama tidak dijadikan pedoman hidup. Disadari atau tidak kini kehidupan manusia telah banyak mendapat pengaruh tentang nilai-nilai baru yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.

Hal tersebut apabila dibiarkan begitu saja maka akan memberikan dampak yang tidak baik bagi kehidupan kita di dunia maupun di akhirat kelak. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan ajaran tentang agama yang benar kita perlu adanya sebuah pembelajaran, salah satunya yaitu dengan dakwah. Dakwah merupakan sebuah cara untuk mengajak dan menyeru kepada sebuah kebaikan serta menjauhkan dari hal-hal yang dilarang oleh ajaran Islam.

(18)

2 para umat dimuka bumi ini agar mereka menjalankan kehidupan sehari-hari

berdasarkan syari’at Islam dan memperoleh kemuliaan di dunia maupun

akhirat.

Untuk mempermudah diterimanya dakwah perlu adanya metode yang digunakan. Seperti halnya di dalam al-qur’an telah dijelaskan secara detail tentang metode dakwah yaitu dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:

ىاُ لَ دْ لَ ىلَ إِ ى إِ لَّا إِ ىدْ اُ دْاإِا لَ لَ ىإِ لَ لَ لَ دْا ىإِ لَ إِ دْ لَ دْا لَ ىإِ لَ دْ إِ دْا إِ ىلَ بِّ لَ ىإِ دْ إِ لَ ى لَاإِ ىاُ دْااُ

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl:125)

Ayat di atas dapat diambil pemahaman tentang metode dakwah yang dapat digunakan yaitu hikmah, mau’idhah hasanah, dan mujadalah. Oleh karena itu, ayat tersebut selalu digunakan pegangan dalam berdakwah.

Mengenai metode dakwah, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap organisasi dakwah IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) dalam

meningkatkan kualitas keberagamaan pada masyarakat Kaliangkrik Magelang.

IKADI atau Ikatan Da’i Indonesia merupakan wadah untuk berdakwah

(19)

3 kegiatan keagamaan lainnya. Untuk memakmurkan masyarakat dan agama, IKADI juga sering melakukan santunan baik itu kepada anak yatim ataupun orang yang kurang mampu, selain itu juga melakukan bakti sosial dan lain sebagainya.

Adanya IKADI di berbagai wilayah Indonesia ini dapat meningkatkan kualitas keberagamaan umat serta memunculkan generasi muda yang lebih progresif dalam berdakwah, khususnya di daerah Kaliangkrik. Ajaran agama Islam memang sudah lama tersebar di Kaliangkrik, masyarakat disana juga memeluk agama Islam serta melakukan ajaran-ajaran Islam. Didukung dengan keadaan sosial yang masih baik, sehingga dapat membantu proses berjalannya ajaran agama hingga dalam berdakwah juga.

Meskipun keadaan sosial dan keagamaan di Kaliangkrik terbilang bagus, akan tetapi masih ada masyarakat yang percaya dan melakukan tradisi kejawen seperti halnya sesajen yang dibuat untuk para roh leluhur mereka. Biasanya hal tersebut dilakukan pada saat acara nyadran, merti desa (ulang tahun desa), hingga acara suran. Mengingat hal tersebut telah menjadi tradisi turun temurun dari nenek moyang mereka, yang mana tidak mudah untuk menghilangkan tradisi yang bisa membawa ke jalan syirik. Adanya hal

tersebut IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) yang berada di daerah Kaliangkrik

(20)

4 Hal tersebut mendorong tekad peneliti untuk meneliti organisasi dakwah IKADI yang berada di Kaliangkrik yang bertujuan menyebar luaskan ajaran Islam dan memberikan pendidikan tentang ajaran Islam sejak dini, supaya mereka tidak tersesat kepada jalan yang salah.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “PERAN IKADI (IKATAN DA’I INDONESIA) CABANG KALIANGKRIK DALAM PENINGKATAN KUALITAS KEBERAGAMAAN MASYARAKAT KALIANGKRIK, MAGELANG

TAHUN 2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kiprah IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik dalam menyampaikan dakwah Islam di Kaliangkrik, Magelang?

2. Bagaimana metode dakwah yang digunakan IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik dalam peningkatan kualitas keberagamaan masyarakat Kaliangkrik, Magelang?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan dakwah IKADI

(Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik dalam peningkatan kualitas

(21)

5 C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Menemukan bentuk kiprah IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik dalam menyampaikan dakwah Islam di Kaliangkrik, Magelang.

2. Menemukan model metode dakwah yang digunakan IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik dalam peningkatan kualitas keberagamaan masyarakat Kaliangkrik, Magelang.

3. Menemukan faktor pendukung dan faktor penghambat dakwah yang

dilaksanakan IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik dalam

peningkatan kualitas keberagamaan masyarakat Kaliangkrik, Magelang. D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dalam bidang dakwah, khususnya yang terkait dengan Metode Dakwah pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Secara Praktis

Manfaat secara praktis antara lain:

a. Bagi organisasi, penelitian ini dapat menjadi acuan IKADI (Ikatan

Da’i Indonesia) dalam menyampaikan dakwah untuk menyampaikan

(22)

6 b. Bagi masyarakat, bahwa banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh

dari IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) salah satunya adalah lebih

mengetahui lagi tentang ajaran-ajaran agama Islam yang benar. c. Bagi peneliti, penelitian ini memberi pemahaman dan ilmu baru

dalam melakukan dakwah seperti yang dilakukan oleh IKADI

(Ikatan Da’i Indonesia) untuk memakmurkan agama Islam.

E. Kerangka Berfikir

IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) merupakan organisasi kemasyarakatan

bersifat keislaman dengan menjalankan kebenaran untuk memperkokoh ukhwah islamiyah. Dengan adanya problematika dakwah yang disertai dengan perkembangan zaman yang semakin pesat tentu saja membutuhkan wadah yang dapat memberikan arahan yang benar. Wadah tersebut bertujuan memberdayakan dakwah dan da’i untuk memecahkan sebuah problematika dakwah yang terjadi pada masa ini serta untuk menanamkan ajaran-ajaran yang sesuai dengan al-qur’an dan hadist.

Para da’i harus bisa menyampaian dakwah Islam dengan baik dan benar supaya para mad’u dapat mengerti dan memahami pesan-pesan yang disampaikan. Penyampaian dakwah juga harus didukung oleh beberapa unsur, salah satunya adalah metode dakwah. Dimana sebuah metode dakwah sangat diperlukan dalam melakukan dakwah, yaitu untuk mempermudah da’i dalam berdakwah.

(23)

7 kebatilan menggunakan cara yang baik dan benar. Adapun pedoman dari metode dakwah yang telah tercantum dalam al-qur’an yaitu surat An-Nahl ayat 125. Ayat tersebut menjelaskan tentang metode dakwah yang dapat digunakan untuk menyampaikan ajaran Islam melalui tiga cara, yaitu hikmah, mau’idhah hasanah, dan mujadalah.

Tradisi yang diturunkan dari nenek moyang yang tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW seperti penggunaan sesajen pada saat memperingati

sebuah acara. Oleh sebab itu, IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) hadir untuk

menyampaikan dakwah dengan berbagai metode yang digunakan kepada masyarakat tentang ajaran keislaman yang sesuai dengan al-qur’an dan hadist.

Gambar 1. Kerangka Berfikir

IKADI

(24)

8 F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan, penulis mencoba menyusun penelitian ini secara sistematis. Pembahasan penelitian terdiri dari 5 bab, masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan sistematika sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan, yang menerangkan tentang bentuk dan penelitian,

dimulai dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

2. Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teori, bab ini membahas mengenai kajian pustaka tentang penelitian terdahulu dan landasan teori mengenai

metode dakwah, IKADI (Ikatan Da’i Indonesia), pengertian

keberagamaan masyarakat, serta upaya IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) dalam berdakwah.

3. Bab III Metode Penelitian, bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian dan pendekatan, lokasi penelitian, fokus penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik validitas data.

4. Bab IV Hasil dan Pembahasan, bab ini mencakup tentang hasil penelitian

dan pembahasan penelitian mengenai Peran IKADI (Ikatan Da’i

Indonesia) Cabang Kaliangkrik Dalam Peningkatan Kualitas Keberagamaan Masyarakat Kaliangkrik, Magelang Tahun 2017.

(25)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Peneliti telah melakukan penelusuran dan kajian dari berbagai sumber atau referensi yang memiliki kesamaan topik atau relevansi terhadap penelitian ini. Berikut di bawah ini adalah karya tulis ilmiah yang relevan dengan penelitian ini:

Pertama, skripsi dari Ismail mahasiswa Fakultas Tarbiyah Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2010 yang berjudul Metode Dakwah Bagi Masyarakat Pedesaan (Studi Kasus di Desa Candi Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali). Skripsi ini berisi tentang bagaimana metode dakwah yang digunakan di pedesaan oleh tokoh agama dan juga tokoh masyarakat, serta membahas mengenai kehidupan sosial masyarakat yang terjalin dengan erat namun kesadaran individual anggota masyarakat dalam menjalankan ibadah masih sangat kurang. Perbedaan penelitian ini terletak pada fokus penelitian, dimana peneliti mengambil isi tentang peningkatan kualitas keberagamaan masyarakat. Sedangkan persamaan dari penelitian ini yaitu pada metode dakwah yang digunakan pada masyarakat.

Kedua, skripsi dari Ahmad Soleh mahasiswa dari Fakultas Dakwah

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang tahun 2012 yang berjudul Metode Dakwah di Kalangan Remaja Perkotaan (Studi

(26)

10 Kel. Tambakaji Ngaliyan Semarang). Perbedaan dari penelitian ini terletak pada fokus keberlangsungan dakwah yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan agama di wilayah perkotaan, selain itu metode yang digunakan lebih menonjol kepada dakwah masa kini. Sedangkan peneliti berfokus pada peningkatan kualitas keberagamaan di wilayah pedesaan. Persamaan dari penelitian ini yaitu menggunakan sebuah organisasi dalam melaksanakan dakwah.

Ketiga, skripsi dari Lilik Malihah mahasiswa Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang tahun 2014 yang berjudul Metode Dakwah KH. Munif Muhammad Zuhri dalam Meningkatkan Keberagamaan di Lingkungan Masyarakat Girikusumo Mranggen Demak. Perbedaan penelitian ini bahwa peneliti menggunakan dakwah yang diterapkan oleh sebuah organisasi IKADI, sedangkan dalam skripsi Lilik Malihah adalah dakwah yang digunakan oleh seorang tokoh agama yaitu KH. Munif Muhammad Zuhri. Persamaan dari penelitian ini yaitu berfokus pada peningkatan keberagamaan suatu masyarakat.

(27)

11 berfokus tentang dakwah yang digunakan pada masing-masing objek penelitian.

Kelima, skripsi dari Miss Patimoh Yeemayor mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang tahun 2015 yang berjudul Strategi Dakwah Dalam Meningkatkan Pemahaman Agama Anak Muda (Studi Kasus di Majelis Agama Islam Wilayah Pattani, Thailand). Perbedaannya terletak pada fokus penelitian tentang strategi dakwah, meskipun terdapat pembahasan mengenai metode dakwah didalamnya akan tetapi penelitian dari Miss Patimoh Yeemayor ini tetap terfokus pada strategi dakwahnya serta objek yang dituju adalah para remaja dan anak muda. Sedangkan untuk persamaannya terletak pada pembahasan tentang peningkatan keagamaan.

(28)

12 B. Landasan Teori

1. Dakwah

Dakwah secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti: panggilan, ajakan, dan seruaan. Sedangkan dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah adalah bentuk dari isim masdar yang berasal dari kata kerja da’a-yad’u-da’watan artinya menyeru, memanggil, mengajak (Abdul, 2007:29).

Selanjutnya dakwah memiliki makna sebagai suatu proses penyampaian atas pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut, sedangkan orang yang melakukan ajakan tersebut dikenal dengan sebutan da’i yang artinya orang yang menyeru (Amin, 2013:2).

Secara istilah definisi tentang dakwah telah banyak dipaparkan oleh para ahli. Meskipun susunan redaksinya berbeda-beda, akan tetapi memiliki makna yang sama, seperti yang dikutip oleh Budiharjo (2007:1-2), beberapa definisi tentang dakwah yang dikemukakan oleh para ahli, sebagai berikut:

a. Menurut Abduh, dakwah sama dengan islah, yaitu memperbaiki keadaan kaum muslimin dan memberi petunjuk kepada orang-orang kafir agar mau memeluk Islam.

(29)

13 makruf dan melarang yang munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

c. Menurut Abu Bakar Zarkasyi, dakwah ialah usaha para ulama dan orang-orang yang memiliki ilmu dalam masalah agama dengan memberi pengajaran kepada masyarakat pada hal ihwal yang dapat menyadarkan mereka terhadap urusan keagamaannya dan keduniaannya sesuai kemampuan yang dimilikinya.

d. Menurut Bahi al-Khulli, dakwah ialah memindahkan suatu situasi manusia kepada situasi lebih baik..

Untuk mempermudah berjalannya dakwah, maka perlu adanya unsur-unsur yang membantunya antara lain:

a. Da’i (subjek dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau bentuk organisasi atau lembaga (Ilaihi, 2010:19).

Da’i adalah orang yang melakukan dakwah atau dapat diartikan sebagai orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada orang lain (mad’u) (Saputra, 2012:261).

(30)

14 yang bersumber pada al-qur’an dan hadist, selain itu da’i harus dapat memahami bagaimana keadaan para mad’unya baik dari segi sosial, budaya, perekonomian, dan lain sebagainya.

Seorang da’i harus mampu menjiwai dan menjadikannya sebagai pedoman dalam hidupnya agar dapat dijadikan alat pengontrol bagi perbuatan-perbuatannya, pemikiran dan sikap mentalnya, sehingga mad’u diharapkan mendapat petunjuk untuk mendekatkan diri kepada Allah yaitu dengan ibadah (Hayati, 2017:176).

b. Mad’u (Objek dakwah)

Mad’u adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara individu, kelompok, baik yang beragama Islam maupun tidak, dengan kata lain manusia secara keseluruhan (Ilaihi, 2010:19-20).

Mad’u adalah orang atau kelompok yang lebih dikenal dengan sebutan jamaah yang sedang menuntut ajaran agama dari

seorang da’i, baik mad’u tersebut merupakan orang dekat atau jauh, muslim atau non muslim, laki-laki atau perempuan (Saputra, 2012:279).

(31)

15 perempuan, dilihat dari segi umur baik anak-anak hingga tua, golongan masyarakat perkotaan atau pedesaan, golongan masyarakat yang dilihat dari tingkat sosial ekonomi (kaya, menengah, miskin), golongan masyarakat dari segi profesi (pegawai negeri, pedagang, petani, buruh, dan lain sebagainya).

c. Materi dakwah

Materi dakwah adalah ajaran-ajaran Islam sebagaimana terkandung dalam al-qur’an dan hadist, atau mencakup pendapat para ulama atau lebih luas dari itu (Aripudin, 2011:7).

Menurut Wahyu Ilaihi (2010:20) menjelaskan tentang materi atau pesan dakwah itu adalah ajaran Islam yang secara umum dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

1) Pesan Akidah, meliputi iman kepada Allah Swt, iman kepada Malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitabNya, iman kepada RasulNya, iman kepada hari akhir, iman kepada qadha-qadhar. 2) Pesan Syariah, meliputu ibadah thaharah (bersuci), shalat, zakat,

puasa, dan haji, serta muamalah.

3) Pesan Akhlak, meliputi akhlak terhadap Allah Swt, akhlak terhadap makhluk hidup.

(32)

16 mad’u. Materi yang disampaikan berupa ajakan dan seruan untuk taqwa kepada Allah Swt serta berlandaskan pada al-qur’an dan hadist.

d. Media Dakwah

Media dakwah merupakan alat-alat yang dipakai untuk

menyampaikan ajaran Islam. Menurut Hamzah Ya’qub yang dikutip

oleh Wahyu Ilaihi (2010:20-21) media dakwah dibagi menjadi lima, yaitu:

1) Lisan, merupakan media dakwah yang paling sederhana hanya dengan menggunakan suara. Media ini dapat berbentuk ceramah, khutbah, penyuluhan, dan lain sebagainya.

2) Tulisan, media dakwah ini meliputi majalah, surat kabar, spanduk, dan lain sebagainya.

3) Lukisan, gambar, karikatur, dan lain sebagainya.

4) Audio visual, merupakan alat atau media dakwah yang dapat merangsang indera pendengaran atau penglihatan, dapat berbentuk televisi, internet, dan lain sebagainya.

5) Akhlak, merupakan perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam, yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad’u.

(33)

17 modern seperti saat ini, media massa menjadi media atau alat dakwah yang banyak digunakan, karena banyak masyarakat baik tua ataupun muda pasti menggunakan media massa. Dakwah melalui media massa lebih mudah diterima masyarakat khususnya para remaja.

e. Metode Dakwah

Metode dakwah merupakan cara-cara yang dipergunakan da’i untuk menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah (Ilaihi, 2010:21).

Metode dakwah sendiri telah ada pedomannya di dalam al-qur’an yaitu surat An-Nahl ayat 125, dimana telah dijelaskan didalamnya metode-metode yang dapat digunakan untuk berdakwah. Terdapat tiga metode yang telah disebutkan dalam ayat tersebut yaitu:

1) Dakwah bil Hikmah

Kata hikmah berasal dari bentuk masdar hukuman yang diartikan mencegah, apabila dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah (Saputra, 2011:244).

(34)

18 Ibnu Qoyim mendefinisikan hikmah yaitu pengetahuan tentang kebenaran dan pengalamannya, ketepatan dalam perkataan dan pengalamannya, hal tersebut tidak dapat dicapai kecuali dengan memahami al-qur’an, syari’at Islam, dan hakikat iman (Saputra, 2012:246).

Dakwah dengan menggunakan cara hikmah adalah memperhatikan dengan baik situasi dan kondisi sasaran dakwah, karena mad’u yang akan dihadapi memiliki tingkat pendidikan, strata sosial, serta latar belakang yang beragam. Oleh sebab itu, para da’i harus mampu mengerti dan memahami para mad’unya. Selain itu, materi dakwah yang dijelaskan tidak memberatkan mad’u, karena ada kecenderungan mereka tidak berasal dari satu tingkatan.

2) Dakwah Mau’idhah Hasanah

Secara bahasa mau’idhah hasanah terdiri dari dua kata

yaitu mau’idhah dan hasanah. Kata mau’idhah berasal dari bahasa

(35)

19

Dakwah dengan menggunakan metode mau’idhah hasanah

dapat juga diartikan sebagai ungkapan yang didalamnya mengandung unsur pendidikan, peringatan, kabar gembira, pesan-pesan positif ataupun wasiat yang dapat menjadi pegangan dalam kehidupan (Saputra, 2012-252).

3) Dakwah Al-Mujadalah

Mujadalah berasal dari kata jadala, apabila mendapat tambahan alif sehingga menjadi jaadala memiliki arti berdebat, sedangkan makna mujadalah itu sendiri adalah perdebatan. Sedangkan secara istilah mujadalah merupakan upaya bertukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis tanpa adanya suasana yang mengharuskan adanya lahirnya permusuhan di antara keduanya (Munir, 2009:19).

Metode dakwah mujadalah biasa disebut dengan metode dakwah tanya jawab, yaitu metode yang dilakukan dengan menggunakan tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai materi dakwah, disamping itu juga merangsang perhatian penerima dakwah (Munsyi, 1978:31-32).

(36)

20 dengan metode ini bukan hanya da’i dan mad’u saja yang melakukan tukar pikiran, akan tetapi mad’u dengan mad’u lainnya juga dapat bertukar pikiran.

Dakwah dengan cara ini menuntut agar da’i mempunyai kecakapan dalam tutur pikiran, sharing, debat dan diskusi. Debat atau diskusi yang dilakukan adalah dengan kawan bukan lawan, dan biasanya metode ini tepat bagi golongan menengah (Yahya, 2016:93).

Beberapa metode yang telah diuraikan diatas dapat dijadikan sebagai acuan untuk berdakwah, bukan hanya metode itu saja yang dapat digunakan melainkan terdapat metode-metode yang lain lagi apabila metode tersebut kurang efektif digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam.

2. IKADI

a. Pengertian IKADI

IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) merupakan sebuah wadah

(37)

21 b. Profil IKADI

IKADI merupakan organisasi kemasyarakatan yang bersifat keislaman yang diwujudkan dalam bentuk ukhwah dan silaturahmi dalam membina dan mengembangkan ta’aruf (saling mengenal), ta’awun (saling menolong), dan tausiat (saling berwasiat) di jalan kebenaran guna memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa serta mengangkat harkat dan martabat umat manusia (www.ikadi.or.id

diakses pada 10 April 2018).

Visi IKADI adalah Menjadi Lembaga Profesi da'i yang mampu mengoptimalkan potensi para da'i dalam menegakkan

nilai-nilai Islam sebagai rahmatan lil 'alamin.

Misi dari IKADI diantaranya:

1) Membangun pemahaman Islam berdasarkan al-quran dan sunnah sesuai manhaj ulama salafush shaleh bagi segenap umat manusia. 2) Membangun sikap hidup berislam yang rahmatan lil'alamin. 3) Menyebarkan, mengamalkan dan membela nilai-nilai Islam. 4) Meningkatkan ukhwah Islamiyah antara ummat.

(38)

22

Struktur Pengurus Cabang Ikatan Da’i Indonesia (PC-IKADI) Kaliangkrik

Ketua : H. Jumal Wakil Ketua : Budi Susilo

Sekretaris : Agus Nur Muhammad Bendahara : Nur Yasin

Seksi Dakwah : Pono

Seksi Kehumasan : Salam, Manaf

Pembantu Umum : Fuad, Safik, Yahno, Mansyur. c. Dakwah IKADI

Kiprah dakwah yang dilakukan IKADI di Kaliangkrik sudah lama dengan kurun waktu 10 tahun dari awal berdirinya, kini semakin luas dakwah yang dilakukannya. Dakwah yang dilakukan IKADI bukan hanya dakwah secara lisan saja, melainkan dakwah melalui tulisan juga. Dakwah yang menggunakan media lisan seperti pengajian yang dilakukan setiap sebulan sekali (Minggu Wage) diikuti oleh masyarakat Kaliangkrik, kajian-kajian Islam seperti liqo’, tatsqif. Sedangkan dakwah dengan media tulisan yaitu dengan

(39)

23 3. Keberagamaan Masyarakat

a. Pengertian Keberagamaan

Kata agama secara bahasa berasal dari bahasa Sansekerta yang menunjuk kepada sistem kepercayaan dalam Hinduisme dan Buddaisme di India. Agama terdiri dari kata a yang berarti tidak, dan kata gama yang memiliki arti kacau, dengan demikian agama berarti aturan atau tatanan untuk mencegah kekacauan dalam kehidupan manusia (Naim, 2014:3).

Menurut Harun Nasution yang dikutip oleh Jalaluddin (2012:13) agama adalah pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi. Selanjutnya Harun Nasution merumuskan ada empat unsur yang terdapat dalam agama, yaitu:

1) Kekuatan gaib, yang diyakini berada diatas kekuatan manusia. 2) Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan

nasib buruk manusia.

3) Respons yang bersifat emosionil dari manusia. 4) Paham akan adanya yang kudus dan suci.

Agama memiliki fungsi yang penting bagi kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Fungsi agama dalam kehidupan di masyarakat tersebut antara lain:

(40)

24 mempunyai dua unsur menyuruh dan melarang yang mengarah pada bimbingan untuk penganutnya agar menjadi pribadi yang baik dan terbiasa dengan hal yang baik menurut ajaran agama masing-masing.

2) Berfungsi penyelamat, keselamatan yang diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan dunia dan akhirat dengan cara pengenalan kepada keimanan kepada Tuhan.

3) Berfungsi sebagai perdamaian, melalui agama seseorang yang berdosa atau bersalah dapat mencapai kedamaian batin dengan cara menebus dosanya melalui bertaubat, penebusan dosa, atau pensucian, seperti apa yang telah agama ajarkan.

4) Berfungsi sebagai social control, ajaran agama dianggap sebagai norma, dan nilai-nilai yang bisa menjadi aturan dan pengawas dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat oleh para penganutnya.

5) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas, para penganut agama akan merasa memiliki kesamaan dan kesatuan dalam keimanan (kepercayaan). Rasa kesamaan dan kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam masyarakat, bahkan dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh.

(41)

25 7) Berfungsi kreatif, ajaran agama dapat mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif ukan hanya untuk diri sendiri melainkan untuk kepentingan orang lain juga. Selain itu dituntut untuk dapat membuat inovasi dan penemuan baru.

8) Bersifat sublimatif, segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma agama, dilakukan dengan niat yang lurus, dan hanya untuk Allah Swt merupakan ibadah (Jalaluddin, 2012:325-327).

b. Pengertian Masyarakat

Masyarakat dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah society berasal dari kata socious yang berarti kawan. Sedangkan dalam bahasa Arab berasal dari kata syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi (Koentjaraningrat, 1981:144).

Norma-norma dan aturan perilaku dalam keidupan sosial pada hakikatnya adalah bersifat kemasyarakatan, sehingga masyarakat dapat disebut dengan sekumpulan individu yang memiliki kesatuan sosial. Individu dilahirkan dalam suatu masyarakat dan disosialisasikan untuk menerima aturan dan norma yang ada dari masyarakat sebelumnya (Muhadi, 2014:159).

(42)

26 1) Interaksi antar warga.

2) Memiliki suatu ikatan khusus.

3) Memiliki adat-istiadat, norma, hukum, dan aturan yang mengatur seluruh pola tingkah laku.

4) Memiliki pola tingkah laku khas yang bersifat mantap dan kontinu.

5) Memiliki rasa identitas kuat sebagai kesatuan (Koentjaraningrat, 1981:146-147).

Masyarakat dalam hal ini merupakan sekelompok orang yang hidup bersama dengan saling berinteraksi satu sama lain, masyarakat hidup dengan saling tolong menolong, dan membutuhkan orang lain untuk mencapai suatu tujuan.

Beberapa definisi yang dipaparkan di atas, dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud dengan keberagamaan masyarakat adalah sebuah aturan yang telah tertanam dalam diri seorang dan sekelompok manusia yang hidup bersama dan saling interaksi di suatu daerah yang kemudian menerapkan aturan-aturan agama pada keseharian mereka yang berdasarkan ajaran agama.

(43)

27 4. Upaya IKADI dalam Peningkatan Kualitas Keberagamaan

Masyarakat.

Melihat kondisi masyarakat di daerah Kaliangkrik, Magelang yang sudah cukup baik dalam kondisi sosial maupun keagamaan, membuat IKADI daerah Kaliangkrik sedikit terbantu dalam penyampaian dakwahnya. Selain itu, masih terdapat sebagian masyarakat yang percaya dengan tradisi kejawen, dimana mereka masih menggunakan sesajen yang diperuntukkan kepada roh leluhur mereka pada sebuah acara seperti nyadra, suran, dan lain sebagainya. Hal tersebut tidak begitu saja menghentikan kiprah IKADI dalam berdakwah, IKADI terus memberikan dakwah dan pemahaman tentang ajaran agama kepada masyarakat agar senantiasa berada pada ajaran yang benar sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.

(44)

28 Kaliangkrik juga menyelenggarakan kajian-kajian Islami seperti liqo’ dan tatsqif, yang diadakan setiap minggu. Kajian tersebut bersifat umum, jadi siapa saja boleh mengikuti kajian tersebut.

(45)

29 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan penelitian ynag mengungkap suatu situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah (Satori, 2017:25).

Pendekatan dari penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Suryabrata, 2009:76). Penelitian ini dapat diartikan sebagai suatu prosedur untuk memecahkan masalah dengan cara mendeskripsikan atau memberikan gambaran suatu objek penelitian serta memberikan fakta dan data yang ada.

(46)

30 B. Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian yaitu di kantor IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik yang terletak di Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada peran IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) dalam

menyampaikan dan menyiarkan dakwah Islam khususnya untuk peningkatan kualitas keberagamaan umat yang berada di daerah Kaliangkrik, Magelang.

D. Sumber Data 1. Data primer

Data primer adalah data yang dihimpun secara langsung dari sumbernya dan diolah sendiri untuk dimanfaatkan (Ruslan, 2010:138).

Sumber data primer dari penelitian ini berupa wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada ketua IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik Magelang, anggota IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik Magelang. Selain wawancara, data primer juga diperoleh dari observasi terhadap beberapa kegiatan yang dilakukan IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) di masyarakat Kaliangkrik Magelang.

(47)

31 Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, berbentuk catatan atau laporan data dokumentasi oleh lembaga tertentu yang dipubliksikan (Ruslan, 2010:138).

Adapun sumber data sekunder yang peneliti gunakan adalah buku-buku, internet, dan bahan-bahan kepustakaan lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya:

1. Observasi

Observasi merupakan pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian (Satori, 2017:105).

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati bagaimana metode dakwah yang dilakukan IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) di Kaliangkrik Magelang kemudian mencatatnya. Penelitian ini berfokus pada peran IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik dalam peningkatan kualitas keberagamaan di masyarakat Kaliangkrik Magelang.

2. Wawancara

(48)

32 Wawancara dilakukan dengan pengurus IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik yang bersangkutan sebagai pendukung pengambilan data agar lebih akurat.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang memiliki arti catatan peristiwa yang sudah berlalu, dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya (Sugiyono, 2015:240).

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa dokumen yang telah diarsipkan seperti dokumen tentang profil IKADI (Ikatan Da’i Indonesia), dokumen tentang kegiatan yang telah dilakukan IKADI

(Ikatan Da’i Indonesia) di Kaliangkrik, serta foto-foto lain yang bersangkutan dengan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data yaitu proses mengatur urutan data yang telah diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk menghasilkan data yang runtut dan jelas. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

1. Reduksi data yaitu memilah-milah hal pokok dan memfokuskan pada data yang sesuai dengan penelitian. Data yang didapat dari observasi, wawancara, dan dokumentasi selanjutnya direduksi data dengan memilah serta memfokuskan sesuai dengan penelitian.

(49)

33 3. Penarikan kesimpulan, setelah data direduksi dan diuraikan maka langkah selanjutnya yaitu menarik kesimpulan dari data yang telah ada. Penarikan kesimpulan ini menjawab dari beberapa rumusan masalah yang diambil serta mendeskripsikan secara singkat gambaran dari penelitian tersebut.

G. Teknik Validitas Data

Suatu penelitian dapat dikatakan valid hasilnya apabila menggunakan uji validitas data. Validitas merupakan derajat ketetapan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2015:267). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data yang valid adalah data yang sama antara yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian.

Untuk mendapatkan data yang valid maka dalam penelitian ini menggunakan teknik uji kredibilitas atau keterpercayaan yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Perpanjang Pengamatan

(50)

34 2. Meningkatkan Ketekunan dalam Penelitian

Teknik ini dilakukan untuk memperdalam penelitian dan memeriksa dengan cermat tentang data yang telah didapatkan. Untuk lebih meningkatkan ketekunan dalam penelitian dapat diimbangi dengan cara memperbanyak bacaan seperti referensi buku maupun dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Triangulasi

(51)

35 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Subjek Penelitian

a. Sejarah Berdirinya IKADI (Ikatan Da’i Indonesia)

Problematika dakwah yang disertai dengan perkembangan zaman semakin pesat membutuhkan respon serius dari semua pihak, begitu pula untuk yang berdiri di paling depan atau yang menyampaikan pesan dakwah yaitu da’i. Hal tersebut membutuhkan sebuah wadah untuk para da’i yang bertugas memberikan arahan pada umat. Wadah tersebut dibuat untuk melahirkan da’i yang profesional, bermoral, misionir dan visionir dalam merancang langkah-langkah atau rencana dakwah di masa depan dengan berdasarkan pada al-qur’an dan hadist. Dengan demikian diharapkan lahir Islam yang memberikan makna rahmatan li al amin dalam dunia nyata, memberikan pembelaan

terhadap nilai-nilai kebenaran, dan memiliki kepekaan yang tinggi terhadap nilai-nilai Islam yang universal.

(52)

36 sebagai pemberi solusi yang baik terhadap semua persoalan umat dan kemanusiaan. Wadah dakwah ini bertujuan untuk memberikan pencerahan agar kaum muslimin tidak keluar dari jalan yang benar. Obsesi untuk memberikan kontribusi yang positif dan memberdayakan potensi umat inilah yang mendorong berdirinya wadah untuk para da’i. Wadah tersebut diberi nama IKADI (Ikatan

Da’i Indonesia) yang berdiri di Jakarta tanggal 12 Juli 2002.

IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) memiliki kepengurusan

diberbagai wilayah Indonesia, hingga kepengurusan cabang di

berbagai daerah. Penelitian ini mengambil IKADI (Ikatan Da’i

Indonesia) cabang dari daerah Magelang yaitu IKADI cabang

Kaliangkrik. Latar belakang terbentuknya IKADI (Ikatan Da’i

Indonesia) di Kaliangkrik ini tidak jauh berbeda dengan sejarah

berdirinya IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) pusat. Berawal dari

betapa pentingnya wadah bagi orang-orang yang ingin berdakwah menyampaikan ajaran Islam (da’i), akan tetapi tidak bergantung pada salah satu organisasi Islam atau partai politik yang sudah ada. Terbentuk dari sekelompok kajian Islam yang mencetuskan usulan untuk mengadakan kajian Islam atau pengajian secara besar yaitu mencakup orang-orang satu kecamatan Kaliangkrik. IKADI

(Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik terbentuk pada tahun

(53)

37 b. Visi dan Misi IKADI (Ikatan Da’i Indonesia)

Sebuah organisasi pasti memiliki visi dan misi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Begitu pula dengan

IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) yang memiliki visi dan misi, antara

lain:

VISI

Menjadi lembaga profesi da'i yang mampu mengoptimalkan potensi para da'i dalam menegakkan nilai-nilai Islam sebagai rahmatan lil 'alamin.

MISI

1) Membangun pemahaman Islam berdasarkan al-quran dan sunnah sesuai manhaj ulama salafush shaleh bagi segenap umat manusia.

2) Membangun sikap hidup berislam yang rahmatan li al alamin. 3) Menyebarkan, mengamalkan dan membela nilai-nilai Islam. 4) Meningkatkan Ukhwah Islamiyah antara ummat.

(54)

38 c. Struktur Kepengurusan IKADI

Struktur Pengurus Cabang Ikatan Da’i Indonesia (PC-IKADI) Kaliangkrik

Gambar2. Struktur Kepengurusan IKADI Cabang Kaliangkrik KETUA

H. Jumal

BENDAHARA Nur Yasin SEKRETARIS

Agus Nur Muhamad

WAKIL KETUA Budi Susilo

PEMBANTU UMUM -Fuad -Yahno -Safik -Mansyur DEVISI HUMAS

-Salam -Manaf DEVISI DAKWAH

Pono

(55)

39 d. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) Kaliangkrik merupakan

cabang dari daerah Magelang yang telah berdiri sejak 10 tahun yang lalu. Kaliangkrik sendiri merupakan sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Luas wilayah Kaliangkrik yaitu 57,34 km², dengan memiliki 20 kelurahan. Batas-batas wilayah Kaliangkrik, yaitu:

1) Sebelah utara : Gunung Sumbing

2) Sebelah selatan : Kecamatan Kajoran, Kecamatan Tempuran 3) Sebelah barat : Kecamatan Kajoran

4) Sebelah timur :Kecamatan Windusari dan Kecamatan Bandongan

Karena letaknya yang berada di lereng gunung Sumbing, membuat sebagian besar masyarakat Kaliangkrik bermata pencaharian sebagai petani. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat berprofesi selain sebagai petani, ada yang berprofesi sebagai wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS), buruh, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), dan lain sebagainya. Selain itu, keadaan sosial di masyarakat masih terjaga dengan baik, terbukti dengan adanya gotong royong yang masih sering dilaksanakan oleh masyarakat.

(56)

40 baik meskipun masih ada segelintir orang yang belum secara sempurna mengerjakan syariat Islam seperti yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw kepada umatnya. Sebagian masyarakat masih ada yang percaya dengan tradisi kejawen, dalam beberapa acara seperti merti desa dan nyadran mereka masih menggunakan sesajen untuk dipersembahkan kepada arwah atau roh para leluhur. Tidak mudah untuk menghilangkan tradisi yang bisa membawa ke jalan syirik, karena hal tersebut telah melekat pada mereka yang mana merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang. Perlu adanya seseorang yang dapat meluruskan dan membenarkan dari ajaran yang menyimpang ke ajaran yang lurus sesuai dengan syariat Islam, oleh sebab itu IKADI terbentuk sebagai wadah para da’i untuk menyebarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat. 2. Temuan Penelitian

Penelitian ini terfokus pada bagaimana peran IKADI (Ikatan

(57)

41 a. Kiprah IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) dalam Menyampaikan

Dakwah Islam

Latar belakang dari terbentuknya IKADI Kaliangkrik yaitu ingin adanya sebuah wadah para da’i dalam mengajak dan menyampaikan ajaran Islam tanpa mengikuti atau bergantung pada lembaga-lembaga dan partai-partai yang sudah ada, seperti hasil wawancara dari bapak H. Jumal pada tanggal 6 Juli 2018:

“Awal terbentuk jadi ee ingin ada wadah bagi orang-orang yang mau berdakwah tapi yang tidak menggunakan bekerja sama untuk berdakwah menjadi da’i”.

Banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh IKADI selama enam belas tahun lamanya dalam menyampaikan dakwah Islam dan mengajak umat kepada jalan yang benar, serta sebagai wadah terlahirnya para da’i yang dapat membawa perubahan kepada kebaikan. Demikian juga yang dilakukan oleh IKADI cabang Kaliangkrik, dalam kiprahnya selama sepuluh tahun berdiri telah banyak kegiatan yang dilakukan seperti halnya pengajian rutin setiap bulan, silaturahmi dengan saudara-saudara muslim lain khususnya yang berada di daerah Kaliangkrik supaya tetap terjaga tali persaudaraan.

(58)

42 hingga kini 2018, ya kurang lebih sudah 10 tahun. Ya kalau ada anggota-anggota yang sakit kami menjenguknya ngono”. (Wawancara Bapak Agus Nur Muhammad, 6 Juli 2018)

b. Metode Dakwah IKADI dalam Meningkatkan Kualitas Keberagamaan di Masyarakat Kaliangkrik, Magelang.

Metode dakwah yang digunakan oleh IKADI Kaliangkrik dalam menyiarkan ajaran Islam khususnya untuk meningkatkan kualitas keberagamaan masyarakat yaitu melalui beberapa macam teknik penyampaiannya, seperti yang dikatakan oleh Bapak Agus Nur Muhammad dalam wawancara pada 6 Juli 2018:

“Mengajak orang untuk datang ke pengajian dan kajian. Untuk peningkatannya ya itu kalau ada orang yang mampu dalam artian bertekad untuk hijrah istilahnya ya kita ajak untuk mengikuti juga Tatsqif dan kajian-kajian lainnya setelah itu liqo’ apabila ada peningkatan yang bagus, soalnya orang yang mengikuti liqo’ insyaAllah merupakan orang yang baik dalam beribadah kepada Allah Swt. Selanjunya yang umum melakukan syiar islam yang berupa pengajian, terus silaturahmi, lalu lewat pendalaman-pendalaman kajian Islam seperti itu”.

Adapun yang dituturkan oleh narasumber lainnya yaitu Bapak Budi Susilo pada wawancara 9 Juli 2018 mengenai metode dakwah yang digunakan IKADI di Kaliangkrik yaitu:

(59)

43 agar dalam penyampaian atau pemilihan meteri untuk dakwah bisa disesuaikan ben gampang diterima oleh mad’u. Selanjutnya kalau dakwah bil mauidzah hasanah itu kita memberikan pelajaran-pelajaran yang baik dan disesuaikan antara pelajaran yang kita berikan kepada mad’u dengan perilaku kita, oleh sebab itu kita selalu memberikan pembinaan untuk para da’i agar mereka siap dalam melakukan tugas dakwah, untuk sementara ini da’i yang kita bina atau ya kita belajar bersama-sama yaitu masih sedikit ya, dari pengurus juga merangkap sebagai da’i. Selanjutnya yang ketiga adalah dakwah mujadalah ya, yaitu kita mengadakan kajian-kajian islami atau syiar Islam yang berupa pengajian selapanan (bulanan), kajian liqo’, tatsqif, selain itu kita juga melakukan silaturahmi kepada saudara muslim untuk senantiasa menyambung ukhwah islamiyah, ya kurang lebihnya seperti itu nggeh”.

Metode dakwah yang digunakan IKADI di Kaliangkrik yang paling dominan yaitu berupa kajian-kajian Islami dan syiar Islam. Adapun kajian Islami yang dilakukan yaitu berupa liqo’ dan tatsqif yang dilakukan setiap minggu sekali, untuk syiar Islam yaitu

pengajian bulanan yang diadakan setiap bulan sekali tepatnya setiap hari Ahad Wage. Hal tersebut yang dilakukan oleh IKADI Kaliangkrik dalam melakukan dakwah selama enam tahun terbentuk.

c. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah IKADI dalam Meningkatkan Kualitas Keberagamaan di Masyarakat Kaliangkrik, Magelang

1) Faktor Pendukung

(60)

44 pada 6 Juli 2018. Berikut merupakan penuturan dari Bapak Agus Nur Muhamad:

“Faktor pendukungnya nomor satu yang jelas SDM (Sumber Daya Manusia) pengurus. Pengurus itu yang benar-benar serius ora wegah ngono. Yang kedua vinansial (biaya). Yang ketiga Ustadz yang mengisi pengajian itu kalau bis ayang tidak dipungut biaya seperti itu”.

2) Faktor Penghambat

Selain faktor pendukung dalam berdakwah, terdapat juga faktor penghambat dari berjalannya dakwah IKADI Kaliangkrik dalam meningkatkan kualitas keagamaan pada masyarakat. Adapun yang menjadi faktor penghambat dakwah IKADI Kaliangkrik seperti yang dituturkan oleh Bapak Agus Nur Muhamad sebagai narasumber dalam wawancara 6 Juli 2018, sebagai berikut:

(61)

45 B. Pembahasan Penelitian

1. Kiprah IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) dalam Menyampaikan Dakwah Islam

Berdiri sejak tahun 2002 yang lalu, IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) telah berhasil membentuk wadah para da’i untuk menyebarkan ajaran agama Islam serta mengajak umat kepada jalan yang benar sesuai dengan ajaran dari Nabi Muhmmad saw dengan bersumber pada al-qur’an dan hadist. IKADI tersebar di berbagai wilayah Indonesia sehingga mempermudah dalam melahirkan seorang da’i yang profesional dan lebih mudah untuk menyebarkan dakwah Islam di seluruh wilayah, dari berbagai wilayah tersebut IKADI memiliki kepengurusan di tingkat daerah, salah satunya berada di daerah Magelang. IKADI Magelang merupakan salah satu cabang dari IKADI wilayah Jawa Tengah yang berpusat di kota Magelang. IKADI Magelang memiliki cabang di beberapa kecamatan, salah satunya adalah IKADI cabang Kaliangkrik yang mana menjadi subjek dalam penelitian ini.

(62)

46 melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan ajaran agama Islam dan selalu taat beribadah kepada Allah swt.

Banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh IKADI Kaliangkrik dalam berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam terutama di masyarakat Kaliangkrik, yaitu meliputi pengajian rutin yang dilaksanakan setiap hari Ahad Wage, kajian-kajian Islam liqo’ dan taysqif, santunan kepada anak yatim, serta melakukan silaturahmi

kepada saudara muslim lainnya.

2. Metode Dakwah IKADI dalam Meningkatkan Kualitas Keberagamaan di Masyarakat Kaliangkrik, Magelang.

Penyampaian sebuah materi dalam berdakwah perlu adanya metode yang harus digunakan, agar dapat tersampaikan materi dakwah tersebut kepada para pendengarnya atau mad’u dan dapat dengan mudah dipahami oleh mereka. Metode dakwah yang digunakan sesuai dengan yang telah tercantum di dalam al-qur’an yaitu surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl:125)

Metode dakwah yang digunakan IKADI Kaliangkrik juga

(63)

47 menyeluruh kepada masyarakat. Adapun metode dakwah yang digunakan oleh IKADI Kaliangkrik dalam peningkatan kualitas keberagamaan masyarakat seperti yang dituturkan oleh Bapak Budi Susilo bahwa metode dakwah yang dilakukan IKADI Kaliangkrik ini memang beragam dan sesuai dengan al-qur’an surat An-Nahl ayat 125 tersebut yang berupa pengajian, kajian-kajian islami, melakukan santunan-santunan, serta menjaga silaturahmi dengan saudara sesama muslim lainnya. Adapun penjelasan dari metode dakwah yang digunakan oleh IKADI Kaliangkrik meliputi:

a. Metode Ceramah

Metode ceramah ini merupakan metode yang sering kali digunakan dalam berdakwah, begitu pula dengan IKADI (Ikatan

Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik yang menggunakan metode

ceramah. Melalui metode ceramah ini, masyarakat Kaliangkrik akan memperoleh wawasan keagamaan yang disampaikn langsung oleh penceramah atau da’i. Metode ceramah yang digunakan ini dalam bentuk pengajian yang dilaksanakan satu bulan sekali yaitu pada hari Ahad Wage.

b. Metode Pembinaan Keislaman

Selain metode ceramah yang digunakan IKADI (Ikatan

Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik dalam berdakwah juga

(64)

48 masyarakat umum bisa ikut serta dalam kajian tersebut. Kajian Islam yang dilaksanakan merupakan pembinaan dakwah yang memiliki tingkatan lebih tinggi daripada syiar Islam atau dalam hal ini adalah pengajian Ahad Wage, karena seperti yang diungkapkan oleh Bapak Agus Nur Muhamad bahwa orang-orang yang mengikuti kajian Islam tersebut merupakan orang dengan potensi bagus sehingga nantinya bisa dijadikan kader da’i serta pemberian materi yang lebih mendalam lagi. Metode pembinaan keislaman dilakukan dengan dua kajian islam yaitu liqo’ dan tatsqif.

c. Metode Bil Hal

Metode dakwah yang selanjutnya dengan metode dakwah bil hal yaitu mengajak untuk mengamalkan ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan manusia, seperti yang dikatakan oleh Bapak Pono. Melalui metode bil hal ini, dapat membantu dan memakmurkan masyarakat yang kurang mampu. Selain itu, dalam metode ini dapat juga dijadikan sarana untuk bersedekah dan beramal membantu orang-orang yang kurang mampu.

Setalah dipaparkan tentang metode dakwah yang digunakan

oleh IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik, maka

terdapat beberapa kegiatan dakwah IKADI (Ikatan Da’i Indonesia)

(65)

49 a. Pengajian Ahad Wage

Pengajian Ahad Wage merupakan kegiatan dakwah yang

digunakan IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik

dengan menggunakan metode ceramah. Pengajian Ahad Wage ini merupakan pengajian yang dilaksanakan secara ritun pada setiap bulan dan telah berjalan dengan baik selama sepuluh tahun. Pengajian ini termasuk salah satu ciri khas dari kegiatan dakwah

IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik.

Pengajian Ahad Wage ini bertujuan untuk menyampaikan materi dakwah yang berisi tentang aqidah, akhlak, dan syariah kepada masyarakat. Selain itu, pengajian ini bertujuan untuk tetap menjaga ukhwah islamiyah antar umat muslim khususnya yang berada di daerah Kaliangkrik serta sebagai sarana untuk mempererat antar organisasi masyarakat, seperti yang dituturkan oleh narasumber sebagai berikut:

“Kita butuh sarana untuk mempererat antar ee antar golongan intinya. Jadi selama ini kan dulu Muhammadiyah wajib Muhammadiyah gitu Nahdhotul Ulama wajib Nahdhotul Ulama, nah sekarang yang datang ke IKADI itu ada yang Muhammadiyah ada yang Nahdhotul Ulama ada yang orang biasa, tokoh-tokoh masyarakat ada pak lurah dan manten, jadi kita gabung disini. Jadi pengajiannya itu umum dan mengajak pada perbaikan untuk islam dan untuk ibadah diri”. (Wawancara H. Jumal pada 6 Juli 2018) Pengajian Ahad Wage berlagsung pada pukul 09.00 WIB

(66)

50 wilayah di Kaliangkrik ikut serta dalam pengajian rutin setiap bulan ini, kegiatan pengajian Ahad Wage tersebut dapat berjalan lancar dengan adanya unsur-unsur pendukung yang mempengaruhinya. Adapun unsur-unsur yang dimaksud antara lain:

1) Pengurus

Peran dari pengurus sangat besar yaitu sebagai penanggungjawab dalam pengajian Ahad Wage juga berperan sebagai pengontrol segala kegiatan. Untuk menjadi seorang pengurus harus memiliki rasa tanggungjawab yang besar, mampu menjalankan tugas dengan baik, dan memiliki potensi yang bagus dalam berorganisasi sehingga organisasi tersebut tetap berdiri serta diharapkan menjadi lebih baik lagi. Seperti perkataan yang dituturkan oleh Bapak Agus Nur Muhamad pada wawancara 6 Juli 2018 yaitu:

“Yang penting pengurusnya itu aktif, pengurusnya tidak bosan seperti itu cara mempertahankan. Ya memang pengurusnya itu berkeinginan jangan sampai IKADI itu berhenti to berarti pengurusnya itu jadi tenanan misalnya malam kamis membuat undangan dan disebar itu yang mengurus semuanya adalah pengurus, terus menata tempatnya itu juga pengurus”.

(67)

51 mereka dalam berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat. Peran aktif seorang pengurus sangat diperlukan mengingat tujuan dari berdirinya IKADI sebagai wadah bagi para da’i dalam berdakwah, sehingga dapat terus berkiprah dan melanjutkan dakwah Islam.

2) Panitia Kegiatan

Panitia kegiatan pengajian Ahad Wage disini berbeda dengan pengurus, panitia kegiatan berperan sebagai petugas dalam pengajian Ahad Wage tersebut. Beberapa orang sebagai panitia kegiatan ada yang bertugas sebagai pembawa acara, pembaca ayat suci al-qur’an, pemimpin dzikir bersama, pengurus konsumsi, dan penataan tempat. Setiap pengajian Ahad Wage panitia kegiatannya pasti berbeda-beda, hal tersebut disebabkan oleh pembagian panitia kegiatan dari setiap desa yang berada di Kaliangkrik secara bergilir.

(68)

52 derajat, asalkan mereka dapat bertanggungjawab dalam kegiatan tersebut.

3) Da’i (orang yang menyampaikan dakwah)

Orang yang menyampaikan dakwah atau yang lebih dikenal dengan sebutan da’i merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam melakukan dakwah, tanpa adanya da’i maka dakwah tidak berjalan. Seorang da’i tidak harus sebagai kyai ataupun ustadz sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Agus Nur Muhamad bahwa anggapan masyarakat selama ini tentang da’i itu harus seorang kyai atau ustadz merupakan anggapan yang salah, da’i yang dimaksud disini yaitu seseorang yang memiliki pengetahuan tentang agama Islam dengan baik serta memiliki kepribadian yang bisa menjadi tauladan masyarakat, selain itu seseorang yang mengajak orang lain kepada kebaikan dan meninggalkan hal yang batil. Dengan demikian seseorang bisa menjadi da’i apabila memiliki pengetahuan tentang ajaran Islam dengan baik serta mampu mengajak kepada kebaikan.

(69)

53 4) Mad’u (orang yang menerima dakwah)

Seorang da’i menyampaikan dakwahnya kepada penerima dakwah yang sering disebut dengan mad’u. Mad’u merupakan sasaran dari dakwah dapat perorangan ataupun sekelompok orang, akan tetapi dalam pengajian Ahad Wage ini yang menjadi mad’u yaitu sebagian besar masyarakat Kaliangkrik.

Mad’u yang hadir di pengajian tersebut berasal dari latar

belakang dan profesi yang berbeda-beda, sehingga hal tersebut menjadi tantangan besar bagi da’i saat memilih materi dan menyampaikannya agar dapat dengan mudah diterima dan dipahami oleh mad’u.

Unsur-unsur tersebut memiliki pengaruh besar dalam berlangsungnya pengajian Ahad Wage yang dilaksanakan oleh IKADI Kaliangkrik, tanpa adanya salah satu dari unsur tersebut maka tidak akan sempurna kegiatan pengajiannya.

b. Liqo’

Kegitan dakwah yang dilakukan oleh IKADI (Ikatan Da’i

(70)

54 ini dibahas beberapa materi tentang keislaman secara lebih mendalam. Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Bapak Agus Nur Muhamad bahwa liqo’ tersebut merupakan penyampaian dakwah dengan tingkatan yang paling tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh pemberian materi yang lebih mendalam serta dalam kajian Islam atau liqo’ ini sekaligus membina para kader da’i supaya kelak menjadi seorang da’i yang profesional dan berpotensi bagus dalam melakukan dakwah kepada masyarakat.

Peserta dalam liqo’ ini tidak banyak, hanya beberapa orang yang berasal dari pengurus IKADI Kaliangkrik serta tambahan orang yang berpotensi sebagai da’i. Apabila dijumlah maka orang-orang yang sering mengikuti liqo’ tersebuh hanya ada 9 orang, meskipun hanya beberapa orang kajian Islam atau liqo’ tetap berjalan dengan lancar, karena orang-orang yang mengikuti liqo’ merupakan seseorang yang memiliki tekad kuat dalam mengembangkan dakwah Islam di Kaliangkrik.

(71)

55 Sumber: dokumentasi pengurus IKADI Kaliangkrik tahun 2018

c. Tatsqif

(72)

56 dalam pemberian atau pemilihan materi dakwahnya masih mendalam.

Tatsqif ini dilaksanakan di aula masjid An-Nur Lempong,

Kaliangkrik, Magelang. Adapun jadwal kegiatan tatsqif pada bulan Juli 2018, yaitu:

JADWAL TATSQIF BULAN JULI Tabel.2

NO HARI, TANGGAL WAKTU TEMPAT PENGISI

1 Minggu, 1 Juli 2018 08.00 WIB Aula Masjid An-Nur

Bapak Edi Oeryanto 2 Minggu, 15 Juli 2018 08.00 WIB Aula Masjid An-Nur K.H. Nur

Salim 3 Minggu, 22 Juli 2018 08.00 WIB Aula Masjid An-Nur Ustadz

Kholid 4 Minggu, 29 Juli 2018 08.00 WIB Aula Masjid An-Nur H. Jumal Sumber: dokumentasi pengurus IKADI Kaliangkrik tahun 2018

d. Kegitan Sosial

Untuk memakmurkan masyarakat serta meningkatkan

ukhwah islamiyah maka IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang

(73)

57 dijadikan dana santunan. Selain mendapatkan dana dari pasar murah tujuan lainnya yaitu sebagai ladang amal kepada masyarakat melali penjualan barang-barang dengan harga yang relatif lebih murah. Cara lain untuk memperoleh dana yaitu melalui kas organisasi dan infaq dari orang-orang yang beramal. Selain

berdakwah IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kalingkrik juga

mengajarkan kepada masyarakat untuk senantiasa beramal untuk membersihkan harta mereka.

IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik juga

melaksanakan silaturahmi kepada saudara muslim, bukan sekedar kunjungan seperti biasanya melainkan dalam kunjungan tersebut sering dilakukan pembicaraan-pembicaraan yang di dalamnya mengandung manfaat yang besar seperti membahas tentang ajaran agama Islam. Selanjutnya silaturahmi tersebut dilakukan apabila terdapat saudara muslim yang terkena musibah misalnya sakit. Hal tersebut dilakukan untuk mempererat tali persaudaraan sesama umat muslim yang ada di Kaliangkrik dan sekitarnya.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah IKADI dalam Meningkatkan Kualitas Keberagamaan di Masyarakat Kaliangkrik, Magelang

Referensi

Dokumen terkait

Pada tugas akhir ini akan digunakan algoritma Self-Organizing Map yang merupakan salah satu disiplin dari Neural Network (jaringan syaraf tiruan) untuk diterapkan

Dalam beberapa jurnal dibuktikan bahwa penggunaan wiki sebagai knowledge management dapat berperan secara efektif sebagai sarana untuk collaborative learning yang

Kardinalitas minimum dari suatu himpunan pembeda disebut dimensi metrik dari

Jarak antar layer yang semakin besar dapat meningkatkan kekuatan dan kekakuan dari film nanokomposit karena bentonit yang telah diaktivasi dapat terinterkalasi ke

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi berganda yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

Segala puji syukur ke haribaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-NYA berupa rahmat, hidayah serta perlindungan-NYA kepada penulis hingga penulis

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2006- 2010 yang selanjutnya disebut RPJM Daerah Tahun 2006-2010 adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah

Catu daya atau power supply adalah rangkaian elektronika yang terdiri dari berbagai macam komponen yang dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk suatu sistem