• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI

SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

(Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab. Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Darmaji

NIM: 21211006

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI

AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI

SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

(Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab. Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Darmaji

NIM: 21211006

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI

AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat eksemplar)

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan

koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Darmaji

NIM : 21211006

Judul Skripsi : HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS

KOMERSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

PERKAWINAN (Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec.

Bandungan Kab. Semarang)

Dapat diajukan pasa Fakultas Syariah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang

Munaqosyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan

sebagaimana mestinya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, Agustus 2018

Pembimbing,

Dr. Benny Ridwan, M. Hum

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Darmaji

NIM : 21211006

Jurusan : Hukum Keluarga Islam

Fakultas : Syari‟ah

Judul Skripsi : HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS

KOMERSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

PERKAWINAN (Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec.

Bandungan Kab. Semarang)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar karya saya sendiri,

bukan jiplaan dari karya tulis orang lain, pendapat atau temuan yang lain yang

terdapat dalam sripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, Agustus 2018

Menyatakan,

Darmaji

(6)

KEMENTRIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH

JL. Nakula Sadewa V No. 9 Telp. (0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

(Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab. Semarang)

Oleh: Darmaji NIM: 21211006

telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah, Institut Agama Islam (IAIN) Salatiga, pada hari Jumat tanggal 7 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam.

Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua Penguji : M. Hafidz, M. Ag. ………

Sekretaris Sidang : Dr. Benny Ridwan, M. Hum . ………

Penguji I : Drs. Badwan, M. Ag. ………

Penguji II : M. Yusuf Khummaini, M.H. ………...

Salatiga, 7 September 2018 Dekan Fakultas Syari‟ah

(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Hidup adalah perjuangan. Kerja keras menunjukkan kehidupan. Jangan takut

kegagalan. Kegagalan adalah awal dari keberhasilan.

PERSEMBAHAN:

Sujud syukur saya persembahkan pada ALLAH yang maha kuasa, berkat dan rahamat detak jantung, denyut nadi, nafas dan putaran roda kehidupan yang

diberikan-Nya hinga saat ini saya dapat mempersembahkan skripsi ini pada orang-orang tersayang:

1. Bapak ( Karman ) dan ibu ( Tasmi )

Yang tak pernah lelah membesarkan dengan penuh kasih sayang, serta

memberi dukungan, perjuangan, motivasi dan pengorbanan dalam hidup ini.

2. Istri tersayang (Siti Nur Janah, S. Pd. I.)

yang selalu menyemangatiku, memberi motivasi dan dukungan, Doa serta rasa

sayang dan cintanya yang begitu indah buatku. Thank‟s for your love.

3. Anak tercinta (Arvino Faeyza Akbar)

Cepat besar Nak. Jadilah anak yang sholeh dan pintar, membanggakan orang

tua, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Ayah sayang adek.

4. Sahabat seperjuangan

(Agus Alwi calon Sarjana Hukum, Andre Irawan S.H., Yasin S.H., Anas

Ma‟ruf calon Sarjana Hukum, Ali Mukhtar, S.Sy.) yang selalu memberi

semangat dan dukungan serta canda tawa yang sangat mengesankan selama

masa pekuliahan, susah senang dirasakan bersama dan sahabat-sahabat

seperjuangan yang lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

yang telah mengutus Nabi Muhammad Saw. Untuk menyampaikan agama yang

hak, memberi petunjuk kepada segenap manusia ke jalan kebaikan, untuk

kehidupan di dunia dan keselamatan di akhirat. Shalawat serta salam tidak lupa

kami haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, semoga pada akhir kelak

kita termasuk ke dalam umatnya yang mendapat syafaatnya.

Alhamdulillah dengan rasa syukur penulis, skripsi dengan judul:

HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN (Studi Kasus di Kel.

Bandungan Kec. Bandungan Kab. Semarang) ini telah selesai.Skripsi ini diajukan

untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh Gelar Sarjana

Strata Satu (S1) dalam Ilmu Syari‟ah pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai apabila tanpa ada bantuan dari

berbagai pihak yang telah berkenan meluangkan tenaga, pikiran dan waktunya

guna memberikan bimbingan dan petunjuk yang berharga demi terselesaikannya

pembuatan skripsi ini. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga, yang telah

(9)

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M, Ag selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

3. Bapak Syukron Makmun, M. Si., selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga

Islam IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

menyusun skripsi ini.

4. Bapak Dr. Benny Ridwan, M. Hum., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada penulis sehingga

terselesaikannya penulisan skripsi ini.

5. Para Dosen Syari‟ah yang banyak memberikan ilmu, arahan serta do‟a selama

penulis menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

6. Bapak Adiarso, S. TP, selaku Kepala Kelurahan Bandungan beserta stafnya

yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

7. Teman-teman mahasiswa Ahwal Al-Syakhshiyyahbaik Non-Reguler dan

Reguler khususnya angkatan tahun 2011 yang sangat berarti dalam

dukungannya kepadapenulis selama masa kuliah.

8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga atas bantuan semua pihak yang telah berkontribusi dalam skripsi

ini sebagaimana disebutkan diatas mendapat limpahan berkah dan imbalan yang

setimpal dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

Skripsi ini, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi

(10)

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat

khususnya bagi Akademika IAIN Salatiga dan semua pihak yang

membutuhkannya.

Demikian, atas perhatiannya penulis sampaikan banyak terimakasih.

Salatiga, Agustus 2018

(11)

ABSTRAK

Darmaji. 2018. HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS

KOMERSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

PERKAWINAN (Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab.

Semarang). Skripsi. Fakultas Syariah. Jurusan Hukum Keluarga Islam.

Institut Agama Islam Negeri. Dosen Pembimbing: Dr. Benny Ridwan, H.Hum.

Kata Kunci: istri, pekerja seks komersial, undang-undang perkawinan

Istri berasal adalah salah seorang pelaku pernikahan yang berjenis kelamin wanita. Seorang wanita biasanya menikah dengan seorang pria dalam suatu upacara pernikahan sebelum diresmikan statusnya sebagai seorang istri dan pasangannya sebagai seorang suami

Pekerja seks komersial adalah para pekerja yang bertugas melayani aktivitas seksual dengan tujuan untuk mendapatkan upah atau imbalan dari yang telah memakai jasamereka tersebut. Keputusan menjadi wanita pekerja seks komersial bukan hal yang mudah dan tidak begitu saja diambil oleh subjek yang merupakan wanita berkeluarga. Keputusan subjek menjadi wanita pekerja seks komersial dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor ekonomi, pelampiasan diri, gaya hidup konsumerisme,dan lingkungan.

Di dalam skripsi ini, penulis mencoba menggali istri sebagai pekerja seks komersial di Kelurahan Bandungan. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah Mengapa istri bisa bekerja sebagai pekerja seks komersial? Bagaimana hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks komersial dalam keluarga? Bagaimanakah hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks komersial ditinjau dari undang-undang perkawinan?

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, merupakan salah satu wujud aturan tata tertib pernikahan yang dimiliki oleh negara Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat, di samping aturan-aturan tata tertib pernikahan yang lain yaitu Hukum Adat dan Hukum Agama. Hak dan kewajiban suami istri tercantum dalam undang-undang perkawinan no.1 tahun 1974 pasal 30 sampai dengan 34.

(12)

DAFTAR ISI

Lembar Berlogo ……..……….……….…..… i

Nota pembimbing ………...… ii

Pernyataan Keaslian Tulisan ……….…..…….. iii

Pengesahan ……….……...…….... iv

Motto dan Persembahan ……….... v

Kata Pengantar ………... vi

Abstrak ………..…….... ix

Daftar Isi ……….………...… x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis ……….………. 7

2. Secara Praktis ………... 8

E. Penegasan Istilah 1. Hak ………..……… 8

2. Kewajiban ………... 8

(13)

4. Keluarga ……….. 8

5. Pekerja Seks Komersial ……….……….…. 9

6. Pelacuran ………..…. 10

7. Lokalisasi ………... 12

8. Undang-undang ………. 14

9. Perkawian ………... 14

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian...15

2. Kehadiran Penelitian...15

3. Lokasi Penelitian...16

4. Sumber Data...16

5. Prosedur Pengumpulan Data...17

6. Analisis Data...18

7. Pengecekan Keabsahan Data...19

8. Tahap-tahap Penelitian...19

G. Sistematika Penulisan...20

BAB II : HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM PERKAWINAN A. Perkawinan ………..……… 22

B. Keluarga 1. Peranan Keluarga ……….……….. 27

2. Fungsi Keluarga ……...……….. 28

(14)

2. Istri ………. 32

3. Hak dan Kewajiban Suami Istri ………. 33

4. Hak Istri yang Wajib Dipenuhi Suami ……….……….. 36

5. Hak Suami yang Wajib Dipenuhi Istri ……….…..……… 38

6. Hak Bersama yang harus Dipenuhi Kedua Belah Pihak ……… 40

D. Pekerja Seks Komersial ……… 41

E. Tinjauan Hukum Islam terhadap Pekerja Seks Komersial ………... 43

BAB III : ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KEL. BANDUNGAN A.Keadaan Geografis 1. Luas dan Batas Wilayah ………. 45

2. Kondisi Geografis ……….……….. 46

3. Orbitasi (Jarak dari Pusat) ……….………. 47

B.Keadaan Demografis 1. Jumlah Penduduk Kelurahan Bandungan Menurut Kelompok Umur 47 2. Jumlah Penduduk Kelurahan Bandungan Menurut Pendidikan …… 48

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ……….… 49

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama/ Kepercayaan ………... 51

(15)

BAB IV : PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI

PEKERJA SEKS KOMERSIAL DALAM TINJAUAN

UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

A. Analisis terhadap Alasan Istri sebagai Pekerja Seks Komersial ..……… 58

B. Analisis terhadap Hak dan Kewajiban Istri sebagai Pekerja Seks

Komersial dalam Keluarga ……….…. 61

C. Analisis terhadap Hak dan Kewajiban Istri sebagai Pekerja Seks

Komersial Ditinjau dari Undang-Undang Perkawinan………. 65

D. Problematika yang Muncul dalam Keluarga Pekerja Seks Komersial …. 69

E. Solusi Pemecahan Masalah Pekerja seks Komersial ………... 70

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ………..…… 73

B. Saran …. ………..………. 77

Daftar Pustaka

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

D. Latar Belakang Masalah

Agama Islam berpedoman pada Al-Qur‟an dan al-hadis, dalam

Islam, perkawinan dipandang sebagai suatu perbuatan yang luhur dan suci.

Perkawinan bukan hanya perbuatan akad biasa sebagaimana dikenal dalam

perkawinan perdata, lebih dari itu perkawinan merupakan perbuatan yang

memiliki nilai keakhiratan. Sedangkan hukum melakukannya bergantung

pada kondisi subyek hukumnya.(Basyir, tt:14-16)

Pada setiap perkawinan, masing-masing pihak (suami dan isteri)

dikenakan hak dan kewajiban. Pembagian hak dan kewajiban disesuaikan

dengan proporsinya masing-masing. Bagi pihak yang dikenakan kewajiban

lebih besar berarti ia akan mendapatkan hak yang lebih besar pula. Sesuai

dengan fungsi dan perannya.

Selanjutnya mengenai hak dan kewajiban suami isteri, Al-Qur‟an

telah secara rinci memberikan ketentuan-ketentuannya. Ketentuan-ketentuan

tersebut diklasifikasikan menjadi:

1. Ketentuan mengenai hak dan kewajiban bersama antara suami isteri.

2. Ketentuan mengenai kewajiban suami yang menjadi hak isteri.

3. Ketentuan mengenai kewajiban isteri yang menjadi hak suami.

Secara teoritik, untuk menetapkan suatu hukum dalam Islam harus

(17)

(Syarifuddin, 2005:50) Al-Qur‟an digunakan sebagai petunjuk hukum dalam

suatu masalah kalau terdapat ketentuan praktis di dalamnya. Namun apabila

tidak ditemukan, maka selanjutnya merujuk kepada sunnah Nabi.

Sementara itu terkait dengan ketentuan praktis mengenai hak dan

kewajiban antara suami dan isteri, banyak ditemukan dalilnya dalam

Al-Qur‟an. Dalil-dalil tersebut meliputi hak dan kewajiban bersama antara suami

dan isteri, kewajiban suami terhadap isteri, kewajiban isteri terhadap suami.

Al-Qur‟an tidak menentukan secara khusus tentang hak dan

kewajiban bersama suami isteri. Namun Khoiruddin Nasution berpendapat

bahwa surat Al-Baqarah (2): 228 dan surat An-Nisa‟ (4): 9 adalah dalil untuk

menetapkan hak dan kewajiban bersama.

Sedangkan Ahmad Azhar Basyir menggunakan surat An-Nisa‟ (4):

19 sebagai dalil untuk menetapkan adanya hak dan kewajiban bersama antara

suami isteri dalam keluarga atau rumah tangga.

Dari ketiga ayat Al-Qur‟an tersebut di atas, baik surat Al-Baqarah

(2): 228 dan surat Al-Nisa (4): 9 dan 19 diperoleh ketentuan hak dan

kewajiban suami isteri sebagai berikut:

1. Bergaul dengan baik sesama pasangan.

2. Ada jaminan hak sesuai dengan kewajiban.

3. Halal bergaul antara suami isteri, dan masing-masing dapat

(18)

Sedangkan katentuan yang berhubungan dengan kewajiban suami

Ayat ini menjelaskan tentang kewajiban suami membayar kepada

isterinya. Suami tidak boleh meminta mahar (pada hari-hari berikutnya)

dengan jalan paksa, namun apabila isterinya memberikan dengan sukarela,

maka suami dibenarkan untuk mengambilnya. Mahar untuk selanjutnya

menjadi hak penuh isteri apabila telah dicampuri.(Basyir, tt:53)

kewajiban suami untuk mencukupi nafkah isteri. Kadar nafkah yaitu

disesuaikan dengan kemampuannya. Menurut Azhar Basyir bahwa batas

minimal kewajiban nafkah yaitu meliputi keperluan makan, pakaian,

perumahan dan sebagainya. Ketentuan ma„ruf dalam Al-Qur‟an juga berlaku

untuk ketentuan nafkah, yaitu batas kewajaran (sedang, tengah-tengah, tidak

(19)

Al-Baqarah: 233 mengokohkan ayat sebelumnya yang memuat

kewajiban suami untuk memenuhi nafkah isteri-isterinya. Sekali lagi dalam

ayat ini ditegaskan bahwa kadar nafkah yaitu disesuaikan dengan kemampuan

suami. Kata بفورع م لا sebagai pembatas kadar nafkah yang tidak boleh

berlebihan, apalagi memang tidak mampu untuk memberikan nafkah secara

berlebihan.

Sedangkan kewajiban isteri terhadap suami diatur dalam firman

Allah Menurut Azhar Basyir, berdasarkan dari penjelasan surat an-Nisa‟ (4):

34 tersebut di atas dapat diperoleh ketentuan sebagai berikut:

1.Istri supaya bertempat tinggal bersama suami di rumah yang telah

disediakan.

2.Taat kepada perintah-perintah suami, kecuali melanggar larangan Allah.

3.Suami berhak memberi pelajaran.

Selanjutnya dalam Ensiklopedi Wanita Muslimah disebutkan

bahwa akhlak istri terhadap suami yaitu meliputi:

(20)

3. Menjaga kemuliaan dan perasaan suami, yaitu berpenampilan di rumah dengan penampilan yang memikat suami, berbicara dengan tutur kata yang ramah dan selalu membuat perasaan suami senang dan bahagia.

4. Melaksanakan hak suami, mengatur rumah dan mendidik anak. 5. Tidak boleh menerima tamu yang tidak disenangi suaminya. 6. Tidak boleh melawan suaminya.

7. Tidak boleh membanggakan sesuatu tentang diri dan keluarganya di hadapan suami, baik kekayaan, keturunan maupun kecantikannya.

8. Tidak boleh menilai dan menganggap bodoh suaminya.

9. Tidak boleh menuduh kesalahan atau mendakwa suaminya, tanpa bukti dan saksi-saksi.

10.Apabila melepas suami pergi bekerja, lepaslah dengan sikap kasih dan apabila menerima suami pulang krja, sambutlah kedatangannya dengan muka manis, pakaian bersih dan berhias.

11.Harus pandai mengatur urusan rumah tangga.

Setelah melihat ketentuan-ketentuan dalam Al-Qur‟an yang

disebutkan di atas, Menurut Nasution: 241 secara keseluruhan dapat

disebutkan hak-hak dan kewajiban suami isteri dalam keluarga menurut Islam

yaitu sebagai berikut:

1. Halal bergaul antara suami dan isteri dan masing-masing dapat bersenang-senang satu sama lain

2. Terjadi mahram semenda

3. Terjadi hubungan waris mewarisi

4. Bergaul dengan baik antara suami dan isteri sehingga tercipta kehidupan harmonis dan damai

5. Kewajiban Suami Terhadap Isteri a. Memberi Maskawin (mahar)

b. Memberi nafkah sesuai kemampuannya 6. Kewajiban Istri Terhadap Suami

a. Taat kepada suami

b. Berdiam di rumah, tidak keluar kecuali seizin suami c. Tidak menerima masuknya seseorang tanpa izin suami.

KHI Pasal 80: tentang kewajiban suami

1. Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama

(21)

3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa

4. Sesuai dengan penghasilannya, suami menanggung: a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri

b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak

c. Biaya pendidikan bagi anak

5. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf 1 dan 2 diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya 6. Istri dapat membebaskan suamninya dari kewajiban terhadap dirinya

sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf 1 dan 2

7. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat 5 gugur apabila istrinya nusyuz.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa

yang wajib mencari nafkah adalah seorang suami, suami wajib melindungi

istrinya dan memberi segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai

dengan kemampuannya, suami wajib memberi pendidikan agama kepada

istrinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan

bermanfaat bagi agama, nusa, dan bangsa.

Atas pertimbangan itulah peneliti berusaha untuk mengungkap

fakta yang terjadi di lingkungan tempat seorang istri yang bekerja sebagai

pekerja seks komersial (PSK) di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab.

Semarang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Dengan cara

(22)

E.Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks

komersial dalam keluarga?

2. Apakah faktor yang mendorong dan menghambat pelaksanaan hak dan

kewajiban istri sebagai pekerja seks komersial?

3. Bagaimana pelaksanaan hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks

komersial ditinjau dari undang-undang perkawinan?

F.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai setelah penelitian ini selesai

adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks

komersial dalam keluarga.

2. Untuk mengetahui faktor yang mendorong dan menghambat pelaksanaan

hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks komersial

3. Untuk mengetahui pelaksanaan hak dan kewajiban istri sebagai pekerja

seks komersial ditinjau dari undang-undang perkawinan.

G.Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis

a. Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan,

khususnya dalam bidang hukum Islam dan juga menambah bahan

(23)

b. Memberikan informasi tentang kewajiban suami mencari nafkah pada

umumnya dan status pencari nafkah bagi istri sebagai pekerja seks

komersial pada khususnya.

2. Secara praktis

Digunakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana

pada program studi Ahwal al-Syakhsiyyah Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga.

H.Penegasan Istilah

1. Hak

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia adalah kekuasaan untuk

berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh aturan undang-undang

(Poerwadarminto, 1984: 290).

2. Kewajiban

Menurut Islam, wajib berarti sesuatu yang dituntut oleh syariat

untuk dikerjakan oleh mufakat dengan sesuatu tuntutan yang mengharuskan

sebagaimana tuntutan itu disertai dengan sesuatu yang memuat untuk

mengharuskan mengerjakan (Kholaf, 1994: 152).

3. Istri

Istri adalah partner perempuan dari laki-laki yang menikahinya.

Dalam hal ini, yang dimaksud laki-laki adalah suaminya .

4. Keluarga

Keluarga adalah tempat terpenting bagi perempuan dalam keluarga

(24)

memelihara anak. Tapi dalam kondisi masyarakat pada saai ini sudah mulai

bergeser, banyak perempuan yang mencari nafkah di luar rumah. Meskipun

demikian tetap sering timbul dilema bagi dirinya untuk memilih antara

karier dan keluarga.

5. Pekerja Seks Komersial (PSK)

Menurut Soedjono D. adalah sebagai berikut: “pekerja sex komersil

atau wanita pelacur adalah wanita yang menjual tubuhnya untuk

memuaskan seksual laki-laki siapapun yang mengiginkannya, dimana

wanita tersebut menerima sejumlah uang atau barang (umumnya dengan

uang dari laki-laki pemakainya)”.

(http://research.amikom.ac.id/index.php/STI/ar cle/view/6979).

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pelacur memiliki

arti wanita tuna susila. Wanita yang menjual dirinya. Menurut Juknis

Depsos RI Wanita Tuna Susila (WTS) adalah: “Seorang wanita yang

melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya secara berulang-ulang

diluar perkawinan yang sah dengan memperoleh imbalan uang, materi atau

jasa”.

(http://kotakjin.blogspot.com/2012/01/korelasi-antara-pola-rehabilitasi.html)

Secara umum wanita tuna susila (WTS) dapat didefinisikan: wanita

yang melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya secara

berulang-ulang dan bergantian di luar perkawinan yang sah dengan mendapat

(25)

6. Pelacuran

Pelacuran berasal dari bahasa latin yaitu pro-stituere atau pro-staure

yang artinya membiarkan diri berbuat zina, melakukan persundalan,

pencabulan dan pengendakan.

Pelacuran merupakan peristiwa penjualan diri dengan jalan

memperjualbelikan badan, kehormatan, dan kepribadian kepada banyak

orang untuk memuaskan napsu seks dengan imbalan pembayaran. Hal

tersebut adalah perbuatan perempuan atau laki-laki yang menyerahkan

badannya untuk berbuat cabul secara seksual dengan mendapatkan upah.

Pelacuran dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan menyerahkan

diri kepada umum untuk dapat melakukan perbuatan seksual dengan

mendapatkan upah. Pelacuran lebih disebabkan oleh tidak masaknya jiwa

seseorang atau pola kepribadiannya yang tidak seimbang.Pelaku pelacuran

disebut dengan prostitue atau yang lebih kita kenal dengan sebutan pelacur

atau sundal. Pelacur dapat berasal dari kalangan perempuan yang lebih

dikenal dengan wanita tuna susila dan dari kalangan laki-laki yang kita

kenal dengan gigolo.

Pelacuran dalam Agama Islam juga disebut dengan zina, zina

termasuk perbuatan dosa besar. Hal ini dapat dilihat dari urutan

penyebutannya setelah dosa musyrik dan membunuh tanpa alasan yang haq

(benar). Sebagaimana dalam firman Allah surat Al-Furqaan: 68

(26)

Allah berfirman: “dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya

Dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),.”

Islam melarang dengan tegas perbuatan zina karena perbuatan

tersebut adalah kotor dan keji. Sebagaimana dalam firman Allah surat

Al-Allah berfirman: “Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina.

Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang

buruk”.

Oleh karena itu, Islam telah menetapkan hukuman yang tegas bagi

pelaku zina dengan hukuman cambuk seratus kali bagi yang belum nikah

dan hukuman rajam sampai mati bagi orang yang menikah. Di samping

hukuman fisik tersebut, hukuman moral atau sosial juga diberikan bagi

mereka yaitu berupa diumumkannya aibnya, diasingkan, tidak boleh

dinikahi dan ditolak persaksiannya. Hukuman ini sebenarnya lebih bersifat

preventif (pencegahan) dan pelajaran berharga bagi orang lain. Hal ini

mengingat dampak zina yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia,

baik dalam konteks tatanan kehidupan individu, keluarga (nasab) maupun

(27)

7. Lokalisasi

Di Indonesia praktik prostitusi sudah ada sejak zaman kerajaan

Nusantara, baik secara legal maupun ilegal. Lalu saat Belanda masuk,

praktik prostitusi semakin gencar, bahkan sengaja disediakan sebuah tempat

untuk menampung para wanita tuna susila ini.

Pengertian lokalisasimenurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008: 838) adalah pembatasan pada suatu tempat atau

lingkungan, misal: lokalisasiwabah penyakit. KBBI tidak menyebutkan

pengertian yang merujuk lokalisasisebagai tempat pelacuran (prostitusi).

Namun, dalam penggunaannya di masyarakat, kata ini mengalami

penurunan nilai rasa yang kurang baik.

Lokalisasi adalah melokalisir suatu kegiatan atau mengumpulkan

suatu aktivitas di suatu tempat yang di dalamnya sering terjadi pelanggaran

terhadap norma-norma sosial yand dianut masyarakat dan yang selama ini

diajarkan oleh keluarga (Siregar; 1985).

Soedjono D, (1973: 122-124), menyebutkan pengertian Lokalisasi

adalah sebentuk usaha mengumpulkan segalam macam aktivitas/kegiatan

pelacuran dalam satu wadah, dan kemudian menjadi kebijakan melokalisasi

pelacuran.

Di masa lalu, lokalisasi banyak dikunjungi oleh pria-pria Belanda.

Biasanya mereka datang untuk melepas penat karena jauh dari keluarga

(28)

“kebutuhan” bagi sekelompok orang. Bahkan saat Belanda sudah pergi

hingga berganti Jepang pun, keberadaan prostitusi ini masih tumbuh subur.

Lokalisasi yang yang terkenal yang dibangun sejak zaman Belanda

di antaranya adalah:

a. Gang Dolly

Gang Dolly didirikan pertama kali pada abad ke-19 saat Belanda masih

menjajah Indonesia. Nama Dolly berasal dari nama wanita keturunan

Belanda yang mendirikan rumah bordil ini pertama kali. Ia adalah Dolly

van de Mart. Ia mendirikan rumah bordil ini untuk melayani banyak

sekali tentara Belanda. Bahkan terkenal menjadi lokalisasi terbesar se

Asia Tenggara. Saat ini Gang Dolly telah lenyap. Wali kota Surabaya,

Bu Risma, menutupnya secara permanen agar Surabaya bersih dari

prostitusi yang sangat mengerikan itu.

b. Pasar Kembang (Sarkem)

Pasar Kembang atau Sarkem sebenarnya adalah nama jalan yang

terletak di dekat Stasiun Tugu, Yogyakarta. Kawasan ini dikenal di

seluruh Indonesia, bahkan mancanegara sebagai tempat untuk “jajan”

bagi para pria-pria kesepian. Saat ini Sarkem masih berjalan dengan

baik dan bertansformasi menjadi kawasan “wisata” yang katanya

banyak menampilkan kesenian-kesenian tradisional Jawa.

c. Macao Po

Macao Po adalah rumah bordil pertama yang ada di Jakarta. Rumah

(29)

berdiri pada akhir abad ke-17. Akhirnya, Gubernur Jendral Belanda

yang memerintah saat itu melarang adanya prostitusi karena membuat

banyak tentara sakit sifilis dan ada yang meninggal dunia.

d. Saritem

Saritem adalah salah satu lokalisasi paling tua yang ada di Indonesia.

Letaknya di daerah Bandung, tepatnya di antara Jalan Astana Anyar dan

Jalan Gardu Jati. Saritem pertama kali dibangun pada tahun 1838 saat

Belanda masih menguasai Indonesia. Nama Saritem sendiri berasal dari

nama seorang gundik Belanda bernama Nyi Saritem.

8. Undang-Undang

Undang-Undang/Perundang-undangan (UU) adalah Peraturan

Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

dengan persetujuan bersama Presiden. Undang-undang memiliki kedudukan

sebagai aturan main bagi rakyat untuk konsolidasi posisi politik dan hukum,

untuk mengatur kehidupan bersama dalam rangka mewujudkan tujuan

dalam bentuk negara. Undang-undang dapat pula dikatakan sebagai

kumpulan-kumpulan prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintah, hak

rakyat, dan hubungan di antara keduanya.

https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_(Indonesia)

9. Perkawinan

Definisi perkawinan menurut pasal 1 UU No 1 Tahun 1974 yaitu

(30)

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah

tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 2,

perkawinan adalah akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk

mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

I. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan sosiologi normatif, yaitu melakukan pembahasan terhadap

kenyataan atau data yang ada dalam praktek, untuk selanjutnya

dihubungkan dengan pendekatan secara langsung terhadap masyarakat Kel.

Bandungan yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial, jenis penelitian

ini merupakan penelitian deskriptif, sebab bertujuan untuk melakukan atau

memberi gambaran perempuan PSK dalam keluarga yang ada dalam

masyarakat Kel. Bandungan.

2. Kehadiran Peneliti

Penelitian dan pengumpulan data-data di Kelurahan Bandungan,

Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang., dimulai pada tanggal 1 Juli

2018 sampai dengan selesainya penelitian yang disertakan dengan kegiatan

akhir berupa penyusunan skripsi, peneliti bertindak sebagai instrumen

sekaligus pengumpul data, yang mana penulis langsung datang dan

mewawancarai masyarakat yang berprofesi sebagai PSK (pekerja seks

(31)

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat muslim yang berprofesi

sebagai pekerja sex komersil yang berada di Kelurahan Bandungan,

Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Adapun alasan alasan

pemilihan tempat adalah berkaitan dengan upaya peningkatan dan

pemahaman pengetahuan mengenai undang-undang perkawinan dan KHI

khususnya mengenai istri sebagai pekerja seks komersial. Oleh karena itu,

sumbangan ilmu pengetahuan mengenei istri sebagai pekerja seks komersial

dalam keluarga dari ulama dan pemerintah daerah setempat perlu terus

dikembangkan, sehingga pengetahuan keagamaan khususnya mengenai

gender perempuan dalam keluarga di masyarakat akan meningkat.

4. Sumber Data

Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari obyek yang

diteliti. Menurut Lofland (1984:47) dalam Moleong, (2007: 157) sumber

data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen lain (sumber data tertulis, foto, dll).

Sumber data dibagi menjadi dua yaitu:

a. Data Primer

Merupakan sebuah keterangan atau fakta yang secara langsung

diperoleh melalui penelitian lapangan. Dalam hal ini adalah data yang

didapatkan dari hasil wawancara peneliti dengan masyarakat Kel.

(32)

b. Data Sekunder

Merupakan keterangan-keterangan yang mendukung data primer, data

sekunder adalah data-data yang diperoleh dengan cara penelitian

kepustakaan melalui literatur maupun peneliti langsung ke lapangan

untuk melakukan observasi.

5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode wawancara mendalam (depth interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan (Moloeng, 2004:186).

Wawancara dilakukan kepada 4 (empat) pekerja seks komersial (PSK)

muslim di Kel. Bandungan. Metode wawancara dilakukan dengan tanya

jawab secara lisan mengenai masalah-masalah yang ada, dengan

berpedoman pada daftar pertanyaan sebagai rujukan yang telah

dirumuskan sebelumnya. Metode wawancara ini penulis gunakan untuk

mengetahui peran pekerja seks komersial (PSK) dalam keluarganya.

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara

membaca dan mengutip dokumen-dokumen yang ada, berkaitan dan

relevan. Dalam melaksanakan metode ini, peneliti menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku, peraturan rapat, catatan harian, agenda

(33)

Metode ini digunakan untuk memperoleh data, sejarah, dan seluk beluk

yang terkait dengan kegiatan PSK di Kel. Bandungan. Di sini peneliti

menggunakan dokumen dengan cara mengumpulkan data dengan

mencatat data-data yang sudah ada. Dokumen tersebut berupa identitas

diri dari para pekerja seks komersial yang ada di Kel. Bandungan.

c. Metode Observasi

Metode Observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan

pengamatan dan pencatatan secara langsung dengan sistematis

terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Sedangkan teknik

observasi yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

terjun langsung ke lapangan yang hendak diteliti.

Metode observasi ini merupakan upaya memperoleh data dengan

melihat atau mengamati obyek yang diteliti serta melakukan

pencatatan terhadap kejadian yang penulis ketahui pada masyarakat

PSK muslim di Kel. Bandungan.

6. Analisis Data

Dalam penelitian, setelah data terkumpul, langkah selanjutnya

adalah mengadakan analisis data, data mentah yang terkumpul tidak akan

ada gunanya jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan hal yang penting

dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat diberi arti

dan makna yang berguna untuk menyelesaikan masalah penelitian. Dalam

analisis ini penulis menggunakan analisis sosisologi normatif yang

(34)

berprofesi sebagai PSK untuk berperan baik dan benar dalam keluarganya

yang ada di Kel. Bandungan.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam

penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan

pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin

validitas data akan dilakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

(Moleong, 2006:330). Validitas data akan membuktikan apakah data yang

diperoleh sesuai dengan apa yang ada dilapangan atau tidak. Dengan

demikian data yang diperoleh dari suatu sumber akan dikontrol oleh data

yang sama dari sumber yang berbeda.

Pengecekan keabsahan data dilakukan karena dikhawatirkan masih

adanya kesalahan atau kekeliruan yang terlewati oleh penulis, dengan cara

menulis kembali hasil wawancara setelah selasai melakukan wawancara

secara langsung, ataupun mewawancarai ulang dari salah satu subyek

penelitian untuk menambah data yang kurang bila diperlukan.

8. Tahap-Tahap penelitian

Langkah yang diambil peneliti untuk memulai suatu penelitian

adalah dengan menentukan atau memilih topik penelitian, pengkajian

buku-buku yang berkaitan dengan gener, hukum keluarga dan buku-buku lain yang

(35)

menentukan lokasi yang akan diteliti, pencarian sumber-sumber dan

prosedur pengumpulan data, serta menganalisis data yang ada.

J. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang

lebih lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini, maka disusunlah

sistematika penulisan penelitian, adapun sistematika penulisannya sebagai

berikut:

1. Bab I: Pendahuluan

Bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode

Penelitian yang berisi tentang Pendekatan dan Jenis Penelitian,

Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur

Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data,

Tahap-tahap Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

2. Bab II: Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Perkawinan

Bab ini berisi tentang Pengertian Perkawinan, Keluarga, Hak dan

Kewajiban Suami Istri, Pekerja Seks Komersial, dan Tinjauan Hukum

Islam terhadap Pekerja Seks Komersial.

3. Bab III: Istri sebagai Pekerja Seks Komersial di Kelurahan Bandungan

Bab ini bersisi tentang Keadaan Geografis, Keadaan Demografis, dan

(36)

4. Bab IV: Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Istri Sebagai Pekerja Seks

Komersial dalam Tinjauan Undang-Undang Perkawinan

Bab ini berisi tentang Analisis terhadap Alasan Istri sebagai Pekerja Seks

Komersial di Kelurahan Bandungan, Analisis terhadap Hak dan

Kewajiban Istri sebagai Pekerja Seks Komersial dalam Keluarga,

Analisis terhadap Hak dan Kewajiban Istri sebagai Pekerja Seks

Komersial Ditinjau dari Undang-Undang Perkawinan, Problematika yang

Muncul dalam Keluarga Pekerja Seks Komersial dan Solusi Pemecahan

Masalah Pekerja seks Komersial.

5. Bab V: Penutup

(37)

BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM PERKAWINAN

A.Perkawinan

Pernikahan (perkawinan) dalam bahasa Arab berati az-Zawaj yang

menunjukkan pertemuan dua perkara. Maksudnya adalah roh itu dipertemukan

dengan badan supaya ia bangkit dan hidup. Karena kata az-Zawaj

menunjukkan pada pertemuan, maka dapat dikatakan akad nikah berati

pertemuan antara pria dan wanita.

Dalam kamus bahasa Indonesia nikah diartikan sebagai perjanjian

antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi. Adapula

yang mengartikan nikah dengan istilah perkawinan secara kiasan disebut

dengan hubungan seks (Fadlillah, 2014: 2-3).

Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar

pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu

pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang

biasanya intim dan seksual. Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan

dengan upacara pernikahan. Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud

untuk membentuk keluarga.

Pengertian di atas senada dengan pendapat Dr. Soejono Sukanto,

SH. MA., yang mengatakan bahwa pernikahan atau perkawinan adalah suatu

proses yang telah melembaga dimana pria dan wanita memulai dan memelihara

(38)

sehingga timbullah hak dan kewajiban, baik di antara pria dan wanita maupun

anak-anak yang kemudian dilahirkan.

Definisi perkawinan menurut pasal 1 UU No 1 Tahun 1974 yaitu

perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dalam pasal 1 Undang-Undang perkawinan tahun 1974 tersebut

diatas dengan jelas disebutkan, bahwa tujuan perkawinan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa. Jadi, perkawinan merupakan aktivitas sepasang laki-laki dan perempuan

yang terkait pada suatu tujuan bersama yang hendak dicapai

Menurut Walgito (2000), masalah pernikahan adalah hal yang tidak

mudah, karena kebahagiaan adalah bersifat reltif dan subyektif. Subyektif

karena kebahagiaan bagi seseorang belum tentu berlaku bagi orang lain, relatif

karena sesuatu hal yang pada suatu waktu dapat menimbulkan kebahagiaan dan

belum tentu diwaktu yang juga dapat menimbulkan kebahagiaan.

Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 2,

Perkawinan adalah akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk

mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Adapun tujuan perkawinandi antaranya adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan Perintah Allah SWT dan Rasul-Nya

Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur‟an Surat an-Nur

(39)

Artinya:“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan arrunia-Nya. dan Allah Maha luas

Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?"

3. Untuk meningkat derajat dan status sosial baik pria maupun wanita.

Allah SWT telah berfirman di dalam al-Qur‟an Surat al-Mu‟minun ayat 1-6

yaitu:

Artinya: 1). Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2). (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, 3). Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, 4). Dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5). Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6). Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada

(40)

Masdar Helmy mengemukakan bahwa tujuan perkawinan selain

memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani manusia, juga membentuk

keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan di dunia, mencegah

perzinahan, agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang

bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat.

Menurut Soemijati tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi

tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan perempuan

dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia dengan dasar cinta dan kasih

sayang, memperoleh keturunan yang sah dengan mengikuti

ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh hukum.

B.Keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam

kehidupan manusia, tempat dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai

manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.

Pengertian Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang

paling penting dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang

terbentuk dari perhubungan laki–laki dan perempuan, perhubungan yang mana

sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak–

anak. Jadi keluarga dalam bentuk murni merupakan suatu kesatuan sosial yang

terdiri dari suami, isteri dan anak–anak (Ahmadi, 2002:239).

Menurut UU. No. 10 Tahun 1992, mendefinisikan bahwa keluarga

merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau

(41)

Dengan demikian keluarga mempunyai sistem jaringan interaksi

yang lebih bersifat hubungan interpersonal, dimana masing–masing anggota

dalam keluarga dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu sama lain

antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antara anak dan

anak. Gambar di bawah dapat disimpulkan bahwa masing-masing anggota

mempunyai jumlah hubungan yang sama terhadap anggota lainnya

(Khairuddin, 1997: 4-5). Sistem interaksi antar pribadi (interpersonal) dapat

digambarkan sebagai berikut :

Dari penjelasan tersebut di atas keluarga sakinah berarti keluarga

yang bahagia atau juga keluarga yang diliputi rasa cinta-mencintai (mawaddah)

dan kasih sayang (rahmah). Dasar pembentukan keluarga tersebut Allah SWT

berfirman dalam al-Qur‟an Surat ar-Rum ayat 21 yaitu:

(42)

Keluarga adalah tempat terpenting bagi perempuan dalam keluarga

yakni sebagai istri dan ibu yang mengatur jalannya rumah tangga serta

memelihara anak. Tapi dalam kondisi masyarakat pada saat ini sudah mulai

bergeser, banyak perempuan yang mencari nafkah di luar rumah. Meskipun

demikian tetap sering timbul dilema bagi dirinya untuk memilih antara karier

dan keluarga.

1. Peranan Keluarga

Dalam hal ini peranan keluarga menggambarkan seperangkat

perilaku antar pribadi, sifat serta kegiatan yang berhubungan dengan pribadi

dalam posisi dan situasi tertentu.

Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Adapun berbagai peranan

yang terdapat dalam sebuah keluarga ialah sebagai berikut:

a. Ayah

Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman,

serta sebagai kepala keluarga.

Suami adalah pembimbing, terhadap isteri dan rumah tangganya,

akan tetap mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang

penting-penting diputuskan oleh sumai isteri bersama (KHI Pasal 80 Ayat 1).

b. Ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu berperan untuk

(43)

anak-anaknya, pelindung, dan juga dapat berperan sebagai pencari nafkah

tambahan dalam keluarganya.

c. Anak-anak

Anak-anak melaksanakan peranan sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik secara fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut BKKBN ( 2013:7) adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Agama

Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak

dalam kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang anak

mengenal agama. Keluarga juga menanamkan dan menumbuhkan serta

mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga anak menjadi manusia yang

berahlak baik dan bertaqwa.

Dalam fungsi agama, terdapat 12 nilai dasar yang mesti difahami

dan ditanamkan dalam keluarga. Dua belas nilai dasar tersebut adalah:

Iman, Taqwa, Kejujuran, Tenggang Rasa, Rajin, Kesalehan, Ketaatan,

Suka membantu, Disiplin, Sopan santun, Sabar dan Ikhlas, serta Kasih

sayang (BKKBN, 2013:7-8).

Fungsi tersebut juga ditegaskan dalam KHI Pasal 77 ayat 3 adalah

Suami isteri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara

anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun

(44)

Pasal 80 ayat 3 menyatakan Suami wajib memberikan pendidikan

agama kepada isterinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan

yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.

b. Fungsi Reproduksi

Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan

sebagai pengembangan dari tuntutan fitrah manusia. Dalam hal ini

keturunan diperoleh dengan bereproduksi oleh pasangan suami istri yang

sah. Dalam fungsi reproduksi terdapat 3 nilai dasar yang mesti difahami

dan ditanamkan dalam keluarga. Nilai dasar tersebut diantaranya:

Bertanggung jawab dengan mengetahui apa yang menjadi tugasnya, sehat secara fisik baik itu dalam fungsi sitem reproduksi maupun emosionalnya, maupun mampu menjaga kesucian organ reproduksinya sebelum menikah, serta setelah menikah dari selain suaminya (BKKBN, 2013:10).

Fungsi tersebut juga ditegaskan dalam KHI Pasal 77 ayat 4 yang

berbunyi bahwa suami isteri wajib memelihara kehormatannya.

c. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak

dapat dipisahkan dari sebuah keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara

mencari sumber–sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga. Dalam fungsi ekonomi terdapat 3 nilai dasar yang mesti

difahami dan ditanamkan dalam keluarga. Nilai dasar tersebut

diantaranya:

1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

(45)

3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (BKKBN, 2013:11-12).

Sedangkan fungsi tersebut dalam KHI dan UU Perkawinan

ditegaskan bahwa:

1) Suami wajib melidungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumahtangga sesuai dengan kemampuannya (KHI Pasal 80 Ayat 2).

2) Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung : a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri; b. biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi isteri dan anak;c. biaya pendididkan bagi anak (KHI Pasal 80 Ayat 4).

3) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya (UU Perkawinan Pasal 34 Ayat 1).

4) Isteri wajib mengatur urusan rumah-tangga sebaik-baiknya (UU Perkawinan Pasal 34 Ayat 2).

Dalam pandangan Islam keluarga memiliki peran

dan kedudukan yang sangat tinggi dalam menciptakan kehidupan yang

ideal, baik bagi individu maupun sosial masyarakat. Keluarga yang

baik akan mengantarkan kehidupan yang sempurna bagi

seseorang, masyarakat dan bangsa. Dan sebaliknya keluarga yang buruk

akan membawa seseorang, masyarakat dan bangsa ke arah kehancuran.

Karena itu setiap muslim harus memberikan perhatian khusus terhadap

urusan keluarga.

C.Hak dan Kewajiban Suami Istri

1. Suami

Suami adalah salah seorang pelaku dalam pernikahan yang berjenis

kelamin pria yang berikrar, berucap janji untuk memperistri wanitanya.

(46)

Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita dalam suatu

upacara pernikahan sebelum diresmikan statusnya sebagai seorang suami

dan pasangannya sebagai seorang istri. Dalam berbagai agama biasanya

seorang pria hanya boleh menikah dengan satu wanita. Dalam budaya

tertentu pernikahan seorang wanita dengan banyak pria dikategorikan

sebagai poliandri.

Di bawah ini adalah kriteria suami yang baik:

a. Sabar

Seorang suami harus sabar untuk menghadapi segala ujian dalam rumah

tangga, termasuk dengan omelan omelan istri jika istrinya cerewet.

b. Usaha

Seorang suami hendaknya ia bekerja untuk menghidupi keluarganya,

dalam hal ini hukumnya adalah wajib, karena seorang lelaki adalah

pemimpin bagi setiap perempuan.

c. Amanah

Istri merupakan tulang rusuk kiri suami, maksudnya kodrat perempuan

adalah titipan Tuhan untuk kaum laki laki, Sebuah beban yang harus

ditanggung lelaki untuk mempelihara setiap istrinya.

d. Membimbing

Suami adalah kepala rumah tangga bagi setiap keluarga, jika suami tidak

bisa membimbing atau mengarahkan keluarganya kejalur yang baik

maka rusaklah pula rumah tangganya.

(47)

Suami harus teguh pendiriannya, agar tujaun membina keluarganya

dapat tercapai dengan baik.

2. Istri

Istri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu istrī yang artinya adalah

"wanita" atau "perempuan" adalah salah seorang pelaku pernikahan yang

berjenis kelamin wanita. (https://id.wikipedia.org/wiki/Istri)

Seorang wanita biasanya menikah dengan seorang pria dalam suatu

upacara pernikahan sebelum diresmikan statusnya sebagai seorang istri dan

pasangannya sebagai seorang suami. Dalam berbagai agama biasanya

seorang wanita hanya boleh menikah dengan satu pria. Dalam budaya

tertentu, pernikahan seorang pria dengan banyak wanita diperbolehkan. Hal

ini dinamakan poligami, sedangkan pernikahan seorang wanita dengan

banyak pria disebut poliandri.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istri adalah wanita

(perempuan) yang telah menikah atau yang bersuami atau wanita yang

dinikahi.

Di bawah ini adalah kriteria istri yang baik:

a. Ikhlas

Setiap istri harusnya ikhlas terhadap pemberian suaminya, setiap apa

yang suami nafkahkan kepada istrinya, tidak meminta lebih ataupun

kurang, asalkan nafkah yang diberi tersebut halal. Istri juga wajib ikhlas

(48)

b. Sholehah

Sifat sholehah adalah dambaan bagi setiap lelaki untuk memiliki istri

yang mempunyai sifat tersebut.

c. Taat

Istri wajib taat kepada suami, Setiap apa apa yang diperintahkan suami

asal tidak maksiat maka istri wajib untuk mentaatinya.

d. Rajin

Setiap perempuan yang telah menjadi istri maka hendaklan rajin dalam

urusan rumah tangga

e. Iman

Selain beiman kepada Tuhannya, setiap istri juga harus beriman kepada

suaminya. Jika Tuhan memerintahkan manusia untuk bersujud selain

kepada Dia, maka akan diperintahkan setiap istri untuk bersujud

dihadapan suami.

3. Hak dan Kewajiban Suami Istri

Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974, hak dan kewajiban suami istri

adalah sebagai berikut:

Pasal 30 tertulis:

Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah

tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.

Pasal 31 tertulis:

(49)

(3) Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga.

Pasal 32 tertulis:

(1) Suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.

(2) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini

ditentukan oleh suami isteri bersama.

Pasal 33 tertulis:

Suami isteri wajib saling cinta-mencintai hormat-menghormati, setia dan

memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain.

Pasal 34 tertulis:

(1) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

(2) Isteri wajib mengatur urusan rumah-tangga sebaik-baiknya.

(3) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugutan kepada Pengadilan.

Dalam Kompilasi Hukum Islam Bab XII Hak dan Kewajiban Suami Istri

dibagi menjadi enam bagian, yaitu:

Pasal 77 tertulis:

1. Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah yang menjadi sendi dari susunan masyarakat.

2. Suami istri wajib saling cinta-mencintai hormat-menghormati, setia dan memeberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.

3. Suami istri memiliki kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan agama.

4. Suami istri wajib memelihara kehormatannya.

5. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan.

(50)

Pasal 78 tertulis: Tentang kedudukan suami istri

1. Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap .

2. Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1), ditetukan oleh suami

istri bersama.

Pasal 79 tertulis: Mengatur kedudukan suami istri

1. Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.

2. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam

3. Masing-masing pihak berhak untuk melalukan perbuatan hukum.

Pasal 80 tertulis: Tentang kewajiban suami

1. Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama.

2. Suami melindungi istrinya dan memeberikan segala susuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

3. Suami wajib memeberikan pendidikan agama kepada istrinya dan memberikan kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.

4. Sesuai dengan pengasilannya, suami menaggung : a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri .

b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak.

c. Biaya pendidikan bagi anak .

5. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a dan b diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya. 6. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya

sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.

7. Kewajiaban suami sebagaimana dimaksud ayat 5 gugur apabila istrinya nusyuz.

Pasal 81 tertulis:

1. Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-anaknya atau bekas istri yang masih dalam „iddah.

2. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama dalam ikatan perkawinan, atau dalam „iddah talak atau „iddah

(51)

Tempat kediaman juga berfungsi sebagai tempat menyimpan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga. 4. Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya

serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat-alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya.

Pasal 82 tertulis:

1. Suami yang mempunyai istri lebih dari seseorang berkewajiban memberi tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing istri secara berimbang menurut besar kecilnya jumlah keluarga yang ditanggung masing-masing istri, kecuali jika ada perjanjian perkawinan .

2. Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan istrinya dalam satu tempat kediaman.

Pasal 83 tertulis: Tentang kewajiban istri

1. Kewajiban utama bagi seorang istri adalah berbakti lahir dan batin kepada suami didalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum islam. 2. Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga

sehari-hari dengan sebaik-baiknya.

Pasal 84 tertulis:

1. Istri dapat dianggap nusyuz jika tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan yang sah.

2. Selama istri dalam nusyuz, kewaiban suami terhadap istrinya tersebut pada pasal 80 ayat (4) a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya.

3. Kewajiban suami pada ayat (2) diatas berlaku kembali sesudah istri tidak nusyuz.

4. Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nausyuz dari istri harus didasarkan atas bukti yang sah.

4. Hak Istri yang Wajib Dipenuhi Suami

a. Mahar

Di antara hak kebendaan istri yang wajib dipenuhi adalah mahar.

Termasuk keadilan dan keagungan hukum Islam apabila seorang wanita

(52)

Sebagaimana Allah berfirman dalam QS An-Nisa‟:32 Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

b. Nafkah

Nafkah adalah mencukupkan segala keperluan istri, meliputi makanan,

pakaian, tempat tinggal, pembantu rumah tangga, dan pengobatan,

meskipun istri tergolong orang kaya.

Sebagaimana Allah berfirman dalam QS A. Baqarah: 233

(53)

ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

c. Menghargai, menghormati, memperlakukan dengan baik, dan

meningkatkan taraf hidup yang lebih baik dalam bidang agama, akhlak,

dan ilmu pengetahuan.

Sebagaimana Allah berfirman dalam QS An-Nisa‟: 19

 mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyatadan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

5. Hak Suami yang Wajib Dipenuhi Istri

a. Taat kepada perintah suami, kecuali yang melanggar larangan Allah.

Seorang istri yang solehah adalah seorang istri yang mau menaati

perintah suaminya. Namun lakukan dan taatilah perintah suami sesuai

(54)

 karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari

pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.

b. Tidak Berpuasa Sunnah Tanpa Izin Suami

Berpuasa adalah sebuah ibadah, namun jika seorang istri berpuasa

sunnah tanpa ijin dari suami, maka ia telah melakukan keharaman.

Karena istri yang berpuasa sunnah tanpa ijin dari suami itu artinya ia

telah melalaikan hak suami yang menjadi kewajiban istri. Karena

kewajiban mentaati suami adalah hal yang wajib dan harus diutamakan

melebihi hal yang sunnah. Sebagaimana sabda Rasulullah:

(55)

Artinya: Tidaklah halal bagi seorang wanita untuk berpuasa sedangkan

suaminya ada (tidak bepergian) kecuali dengan izin

suaminya.” (HR. Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)

c. Tidak keluar rumah tanpa seijin suami.

Seorang istri yang solehah dan taat kepada suami, wajib untuk meminta

ijin saat hendak bepergian kemanapun, dan jangan pernah keluar rumah

tanpa mengantogi ijin dari suamimu. Karena umat muslim percaya

bahwa jika seorang istri keluar dari rumah tanpa ijin suami, maka itu

adalah salah satu bentuk pembangkangan. Sebagaimana firman Allah

dalam surat Al-Ahzab: 33. berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan

membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

6. Hak Bersama yang harus Dipenuhi Kedua Belah Pihak

Menurut Ahmad Azhar Basyir (1995: 49), hak bersama yang harus dipenuhi

suami istri adalah sebagai berikut:

a. Halal bergaul antara suami istri dan masing-masing dapat bersenang-senang satu sama lain.

Referensi

Dokumen terkait

sekitar 80 % dari semua kebutuhan dan masalah kesehatan dapat diatasi dirumah, maka kebutuhan untuk mendidik masyarakat mengenai cara merawat diri mereka sendiri

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara rubrik Heroes Among Us dalam majalah HAI terhadap tingkat pengetahuan kewirausahaan di kalangan siswa

Jakarta, 9 Maret 2005, PT Indosat Tbk (“Indosat” atau “Perusahaan”) mengumumkan telah menunjuk AAA Securities, JP Morgan, CSFB dan Goldman Sachs untuk membantu Indosat

[r]

[r]

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan analisis deskriptif yang mendeskripsikan tentang obyek yang diteliti sesuai dengan hasil

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh kombinasi Progressive Muscle Relaxation dengan Spritual Guided Imagery and Music terhadap koping dan resiliensi

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa ada Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Pada Anak Usia 7-12 Bulan Di