HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI
SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN
(Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab. Semarang)SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Darmaji
NIM: 21211006
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI
’
AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI
SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN
(Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab. Semarang)SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Darmaji
NIM: 21211006
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI
’
AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat eksemplar)
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan
koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Darmaji
NIM : 21211006
Judul Skripsi : HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS
KOMERSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
PERKAWINAN (Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec.
Bandungan Kab. Semarang)
Dapat diajukan pasa Fakultas Syariah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang
Munaqosyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan
sebagaimana mestinya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, Agustus 2018
Pembimbing,
Dr. Benny Ridwan, M. Hum
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Darmaji
NIM : 21211006
Jurusan : Hukum Keluarga Islam
Fakultas : Syari‟ah
Judul Skripsi : HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS
KOMERSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
PERKAWINAN (Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec.
Bandungan Kab. Semarang)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar karya saya sendiri,
bukan jiplaan dari karya tulis orang lain, pendapat atau temuan yang lain yang
terdapat dalam sripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, Agustus 2018
Menyatakan,
Darmaji
KEMENTRIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS SYARI’AH
JL. Nakula Sadewa V No. 9 Telp. (0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN
(Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab. Semarang)
Oleh: Darmaji NIM: 21211006
telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah, Institut Agama Islam (IAIN) Salatiga, pada hari Jumat tanggal 7 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam.
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua Penguji : M. Hafidz, M. Ag. ………
Sekretaris Sidang : Dr. Benny Ridwan, M. Hum . ………
Penguji I : Drs. Badwan, M. Ag. ………
Penguji II : M. Yusuf Khummaini, M.H. ………...
Salatiga, 7 September 2018 Dekan Fakultas Syari‟ah
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
Hidup adalah perjuangan. Kerja keras menunjukkan kehidupan. Jangan takut
kegagalan. Kegagalan adalah awal dari keberhasilan.
PERSEMBAHAN:
Sujud syukur saya persembahkan pada ALLAH yang maha kuasa, berkat dan rahamat detak jantung, denyut nadi, nafas dan putaran roda kehidupan yang
diberikan-Nya hinga saat ini saya dapat mempersembahkan skripsi ini pada orang-orang tersayang:
1. Bapak ( Karman ) dan ibu ( Tasmi )
Yang tak pernah lelah membesarkan dengan penuh kasih sayang, serta
memberi dukungan, perjuangan, motivasi dan pengorbanan dalam hidup ini.
2. Istri tersayang (Siti Nur Janah, S. Pd. I.)
yang selalu menyemangatiku, memberi motivasi dan dukungan, Doa serta rasa
sayang dan cintanya yang begitu indah buatku. Thank‟s for your love.
3. Anak tercinta (Arvino Faeyza Akbar)
Cepat besar Nak. Jadilah anak yang sholeh dan pintar, membanggakan orang
tua, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Ayah sayang adek.
4. Sahabat seperjuangan
(Agus Alwi calon Sarjana Hukum, Andre Irawan S.H., Yasin S.H., Anas
Ma‟ruf calon Sarjana Hukum, Ali Mukhtar, S.Sy.) yang selalu memberi
semangat dan dukungan serta canda tawa yang sangat mengesankan selama
masa pekuliahan, susah senang dirasakan bersama dan sahabat-sahabat
seperjuangan yang lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
yang telah mengutus Nabi Muhammad Saw. Untuk menyampaikan agama yang
hak, memberi petunjuk kepada segenap manusia ke jalan kebaikan, untuk
kehidupan di dunia dan keselamatan di akhirat. Shalawat serta salam tidak lupa
kami haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, semoga pada akhir kelak
kita termasuk ke dalam umatnya yang mendapat syafaatnya.
Alhamdulillah dengan rasa syukur penulis, skripsi dengan judul:
HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN (Studi Kasus di Kel.
Bandungan Kec. Bandungan Kab. Semarang) ini telah selesai.Skripsi ini diajukan
untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S1) dalam Ilmu Syari‟ah pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai apabila tanpa ada bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan meluangkan tenaga, pikiran dan waktunya
guna memberikan bimbingan dan petunjuk yang berharga demi terselesaikannya
pembuatan skripsi ini. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga, yang telah
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M, Ag selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.
3. Bapak Syukron Makmun, M. Si., selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga
Islam IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
menyusun skripsi ini.
4. Bapak Dr. Benny Ridwan, M. Hum., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada penulis sehingga
terselesaikannya penulisan skripsi ini.
5. Para Dosen Syari‟ah yang banyak memberikan ilmu, arahan serta do‟a selama
penulis menuntut ilmu di IAIN Salatiga.
6. Bapak Adiarso, S. TP, selaku Kepala Kelurahan Bandungan beserta stafnya
yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
7. Teman-teman mahasiswa Ahwal Al-Syakhshiyyahbaik Non-Reguler dan
Reguler khususnya angkatan tahun 2011 yang sangat berarti dalam
dukungannya kepadapenulis selama masa kuliah.
8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga atas bantuan semua pihak yang telah berkontribusi dalam skripsi
ini sebagaimana disebutkan diatas mendapat limpahan berkah dan imbalan yang
setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
Skripsi ini, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat
khususnya bagi Akademika IAIN Salatiga dan semua pihak yang
membutuhkannya.
Demikian, atas perhatiannya penulis sampaikan banyak terimakasih.
Salatiga, Agustus 2018
ABSTRAK
Darmaji. 2018. HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS
KOMERSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
PERKAWINAN (Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab.
Semarang). Skripsi. Fakultas Syariah. Jurusan Hukum Keluarga Islam.
Institut Agama Islam Negeri. Dosen Pembimbing: Dr. Benny Ridwan, H.Hum.
Kata Kunci: istri, pekerja seks komersial, undang-undang perkawinan
Istri berasal adalah salah seorang pelaku pernikahan yang berjenis kelamin wanita. Seorang wanita biasanya menikah dengan seorang pria dalam suatu upacara pernikahan sebelum diresmikan statusnya sebagai seorang istri dan pasangannya sebagai seorang suami
Pekerja seks komersial adalah para pekerja yang bertugas melayani aktivitas seksual dengan tujuan untuk mendapatkan upah atau imbalan dari yang telah memakai jasamereka tersebut. Keputusan menjadi wanita pekerja seks komersial bukan hal yang mudah dan tidak begitu saja diambil oleh subjek yang merupakan wanita berkeluarga. Keputusan subjek menjadi wanita pekerja seks komersial dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor ekonomi, pelampiasan diri, gaya hidup konsumerisme,dan lingkungan.
Di dalam skripsi ini, penulis mencoba menggali istri sebagai pekerja seks komersial di Kelurahan Bandungan. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah Mengapa istri bisa bekerja sebagai pekerja seks komersial? Bagaimana hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks komersial dalam keluarga? Bagaimanakah hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks komersial ditinjau dari undang-undang perkawinan?
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, merupakan salah satu wujud aturan tata tertib pernikahan yang dimiliki oleh negara Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat, di samping aturan-aturan tata tertib pernikahan yang lain yaitu Hukum Adat dan Hukum Agama. Hak dan kewajiban suami istri tercantum dalam undang-undang perkawinan no.1 tahun 1974 pasal 30 sampai dengan 34.
DAFTAR ISI
Lembar Berlogo ……..……….……….…..… i
Nota pembimbing ………...… ii
Pernyataan Keaslian Tulisan ……….…..…….. iii
Pengesahan ……….……...…….... iv
Motto dan Persembahan ……….... v
Kata Pengantar ………... vi
Abstrak ………..…….... ix
Daftar Isi ……….………...… x
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian... 7
D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis ……….………. 7
2. Secara Praktis ………... 8
E. Penegasan Istilah 1. Hak ………..……… 8
2. Kewajiban ………... 8
4. Keluarga ……….. 8
5. Pekerja Seks Komersial ……….……….…. 9
6. Pelacuran ………..…. 10
7. Lokalisasi ………... 12
8. Undang-undang ………. 14
9. Perkawian ………... 14
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian...15
2. Kehadiran Penelitian...15
3. Lokasi Penelitian...16
4. Sumber Data...16
5. Prosedur Pengumpulan Data...17
6. Analisis Data...18
7. Pengecekan Keabsahan Data...19
8. Tahap-tahap Penelitian...19
G. Sistematika Penulisan...20
BAB II : HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM PERKAWINAN A. Perkawinan ………..……… 22
B. Keluarga 1. Peranan Keluarga ……….……….. 27
2. Fungsi Keluarga ……...……….. 28
2. Istri ………. 32
3. Hak dan Kewajiban Suami Istri ………. 33
4. Hak Istri yang Wajib Dipenuhi Suami ……….……….. 36
5. Hak Suami yang Wajib Dipenuhi Istri ……….…..……… 38
6. Hak Bersama yang harus Dipenuhi Kedua Belah Pihak ……… 40
D. Pekerja Seks Komersial ……… 41
E. Tinjauan Hukum Islam terhadap Pekerja Seks Komersial ………... 43
BAB III : ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KEL. BANDUNGAN A.Keadaan Geografis 1. Luas dan Batas Wilayah ………. 45
2. Kondisi Geografis ……….……….. 46
3. Orbitasi (Jarak dari Pusat) ……….………. 47
B.Keadaan Demografis 1. Jumlah Penduduk Kelurahan Bandungan Menurut Kelompok Umur 47 2. Jumlah Penduduk Kelurahan Bandungan Menurut Pendidikan …… 48
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ……….… 49
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama/ Kepercayaan ………... 51
BAB IV : PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI
PEKERJA SEKS KOMERSIAL DALAM TINJAUAN
UNDANG-UNDANG PERKAWINAN
A. Analisis terhadap Alasan Istri sebagai Pekerja Seks Komersial ..……… 58
B. Analisis terhadap Hak dan Kewajiban Istri sebagai Pekerja Seks
Komersial dalam Keluarga ……….…. 61
C. Analisis terhadap Hak dan Kewajiban Istri sebagai Pekerja Seks
Komersial Ditinjau dari Undang-Undang Perkawinan………. 65
D. Problematika yang Muncul dalam Keluarga Pekerja Seks Komersial …. 69
E. Solusi Pemecahan Masalah Pekerja seks Komersial ………... 70
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ………..…… 73
B. Saran …. ………..………. 77
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
D. Latar Belakang Masalah
Agama Islam berpedoman pada Al-Qur‟an dan al-hadis, dalam
Islam, perkawinan dipandang sebagai suatu perbuatan yang luhur dan suci.
Perkawinan bukan hanya perbuatan akad biasa sebagaimana dikenal dalam
perkawinan perdata, lebih dari itu perkawinan merupakan perbuatan yang
memiliki nilai keakhiratan. Sedangkan hukum melakukannya bergantung
pada kondisi subyek hukumnya.(Basyir, tt:14-16)
Pada setiap perkawinan, masing-masing pihak (suami dan isteri)
dikenakan hak dan kewajiban. Pembagian hak dan kewajiban disesuaikan
dengan proporsinya masing-masing. Bagi pihak yang dikenakan kewajiban
lebih besar berarti ia akan mendapatkan hak yang lebih besar pula. Sesuai
dengan fungsi dan perannya.
Selanjutnya mengenai hak dan kewajiban suami isteri, Al-Qur‟an
telah secara rinci memberikan ketentuan-ketentuannya. Ketentuan-ketentuan
tersebut diklasifikasikan menjadi:
1. Ketentuan mengenai hak dan kewajiban bersama antara suami isteri.
2. Ketentuan mengenai kewajiban suami yang menjadi hak isteri.
3. Ketentuan mengenai kewajiban isteri yang menjadi hak suami.
Secara teoritik, untuk menetapkan suatu hukum dalam Islam harus
(Syarifuddin, 2005:50) Al-Qur‟an digunakan sebagai petunjuk hukum dalam
suatu masalah kalau terdapat ketentuan praktis di dalamnya. Namun apabila
tidak ditemukan, maka selanjutnya merujuk kepada sunnah Nabi.
Sementara itu terkait dengan ketentuan praktis mengenai hak dan
kewajiban antara suami dan isteri, banyak ditemukan dalilnya dalam
Al-Qur‟an. Dalil-dalil tersebut meliputi hak dan kewajiban bersama antara suami
dan isteri, kewajiban suami terhadap isteri, kewajiban isteri terhadap suami.
Al-Qur‟an tidak menentukan secara khusus tentang hak dan
kewajiban bersama suami isteri. Namun Khoiruddin Nasution berpendapat
bahwa surat Al-Baqarah (2): 228 dan surat An-Nisa‟ (4): 9 adalah dalil untuk
menetapkan hak dan kewajiban bersama.
Sedangkan Ahmad Azhar Basyir menggunakan surat An-Nisa‟ (4):
19 sebagai dalil untuk menetapkan adanya hak dan kewajiban bersama antara
suami isteri dalam keluarga atau rumah tangga.
Dari ketiga ayat Al-Qur‟an tersebut di atas, baik surat Al-Baqarah
(2): 228 dan surat Al-Nisa (4): 9 dan 19 diperoleh ketentuan hak dan
kewajiban suami isteri sebagai berikut:
1. Bergaul dengan baik sesama pasangan.
2. Ada jaminan hak sesuai dengan kewajiban.
3. Halal bergaul antara suami isteri, dan masing-masing dapat
Sedangkan katentuan yang berhubungan dengan kewajiban suami
Ayat ini menjelaskan tentang kewajiban suami membayar kepada
isterinya. Suami tidak boleh meminta mahar (pada hari-hari berikutnya)
dengan jalan paksa, namun apabila isterinya memberikan dengan sukarela,
maka suami dibenarkan untuk mengambilnya. Mahar untuk selanjutnya
menjadi hak penuh isteri apabila telah dicampuri.(Basyir, tt:53)
kewajiban suami untuk mencukupi nafkah isteri. Kadar nafkah yaitu
disesuaikan dengan kemampuannya. Menurut Azhar Basyir bahwa batas
minimal kewajiban nafkah yaitu meliputi keperluan makan, pakaian,
perumahan dan sebagainya. Ketentuan ma„ruf dalam Al-Qur‟an juga berlaku
untuk ketentuan nafkah, yaitu batas kewajaran (sedang, tengah-tengah, tidak
Al-Baqarah: 233 mengokohkan ayat sebelumnya yang memuat
kewajiban suami untuk memenuhi nafkah isteri-isterinya. Sekali lagi dalam
ayat ini ditegaskan bahwa kadar nafkah yaitu disesuaikan dengan kemampuan
suami. Kata بفورع م لا sebagai pembatas kadar nafkah yang tidak boleh
berlebihan, apalagi memang tidak mampu untuk memberikan nafkah secara
berlebihan.
Sedangkan kewajiban isteri terhadap suami diatur dalam firman
Allah Menurut Azhar Basyir, berdasarkan dari penjelasan surat an-Nisa‟ (4):
34 tersebut di atas dapat diperoleh ketentuan sebagai berikut:
1.Istri supaya bertempat tinggal bersama suami di rumah yang telah
disediakan.
2.Taat kepada perintah-perintah suami, kecuali melanggar larangan Allah.
3.Suami berhak memberi pelajaran.
Selanjutnya dalam Ensiklopedi Wanita Muslimah disebutkan
bahwa akhlak istri terhadap suami yaitu meliputi:
3. Menjaga kemuliaan dan perasaan suami, yaitu berpenampilan di rumah dengan penampilan yang memikat suami, berbicara dengan tutur kata yang ramah dan selalu membuat perasaan suami senang dan bahagia.
4. Melaksanakan hak suami, mengatur rumah dan mendidik anak. 5. Tidak boleh menerima tamu yang tidak disenangi suaminya. 6. Tidak boleh melawan suaminya.
7. Tidak boleh membanggakan sesuatu tentang diri dan keluarganya di hadapan suami, baik kekayaan, keturunan maupun kecantikannya.
8. Tidak boleh menilai dan menganggap bodoh suaminya.
9. Tidak boleh menuduh kesalahan atau mendakwa suaminya, tanpa bukti dan saksi-saksi.
10.Apabila melepas suami pergi bekerja, lepaslah dengan sikap kasih dan apabila menerima suami pulang krja, sambutlah kedatangannya dengan muka manis, pakaian bersih dan berhias.
11.Harus pandai mengatur urusan rumah tangga.
Setelah melihat ketentuan-ketentuan dalam Al-Qur‟an yang
disebutkan di atas, Menurut Nasution: 241 secara keseluruhan dapat
disebutkan hak-hak dan kewajiban suami isteri dalam keluarga menurut Islam
yaitu sebagai berikut:
1. Halal bergaul antara suami dan isteri dan masing-masing dapat bersenang-senang satu sama lain
2. Terjadi mahram semenda
3. Terjadi hubungan waris mewarisi
4. Bergaul dengan baik antara suami dan isteri sehingga tercipta kehidupan harmonis dan damai
5. Kewajiban Suami Terhadap Isteri a. Memberi Maskawin (mahar)
b. Memberi nafkah sesuai kemampuannya 6. Kewajiban Istri Terhadap Suami
a. Taat kepada suami
b. Berdiam di rumah, tidak keluar kecuali seizin suami c. Tidak menerima masuknya seseorang tanpa izin suami.
KHI Pasal 80: tentang kewajiban suami
1. Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama
3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa
4. Sesuai dengan penghasilannya, suami menanggung: a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri
b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak
c. Biaya pendidikan bagi anak
5. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf 1 dan 2 diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya 6. Istri dapat membebaskan suamninya dari kewajiban terhadap dirinya
sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf 1 dan 2
7. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat 5 gugur apabila istrinya nusyuz.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa
yang wajib mencari nafkah adalah seorang suami, suami wajib melindungi
istrinya dan memberi segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai
dengan kemampuannya, suami wajib memberi pendidikan agama kepada
istrinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan
bermanfaat bagi agama, nusa, dan bangsa.
Atas pertimbangan itulah peneliti berusaha untuk mengungkap
fakta yang terjadi di lingkungan tempat seorang istri yang bekerja sebagai
pekerja seks komersial (PSK) di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab.
Semarang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Dengan cara
E.Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks
komersial dalam keluarga?
2. Apakah faktor yang mendorong dan menghambat pelaksanaan hak dan
kewajiban istri sebagai pekerja seks komersial?
3. Bagaimana pelaksanaan hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks
komersial ditinjau dari undang-undang perkawinan?
F.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai setelah penelitian ini selesai
adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks
komersial dalam keluarga.
2. Untuk mengetahui faktor yang mendorong dan menghambat pelaksanaan
hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks komersial
3. Untuk mengetahui pelaksanaan hak dan kewajiban istri sebagai pekerja
seks komersial ditinjau dari undang-undang perkawinan.
G.Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis
a. Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan,
khususnya dalam bidang hukum Islam dan juga menambah bahan
b. Memberikan informasi tentang kewajiban suami mencari nafkah pada
umumnya dan status pencari nafkah bagi istri sebagai pekerja seks
komersial pada khususnya.
2. Secara praktis
Digunakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana
pada program studi Ahwal al-Syakhsiyyah Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
H.Penegasan Istilah
1. Hak
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia adalah kekuasaan untuk
berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh aturan undang-undang
(Poerwadarminto, 1984: 290).
2. Kewajiban
Menurut Islam, wajib berarti sesuatu yang dituntut oleh syariat
untuk dikerjakan oleh mufakat dengan sesuatu tuntutan yang mengharuskan
sebagaimana tuntutan itu disertai dengan sesuatu yang memuat untuk
mengharuskan mengerjakan (Kholaf, 1994: 152).
3. Istri
Istri adalah partner perempuan dari laki-laki yang menikahinya.
Dalam hal ini, yang dimaksud laki-laki adalah suaminya .
4. Keluarga
Keluarga adalah tempat terpenting bagi perempuan dalam keluarga
memelihara anak. Tapi dalam kondisi masyarakat pada saai ini sudah mulai
bergeser, banyak perempuan yang mencari nafkah di luar rumah. Meskipun
demikian tetap sering timbul dilema bagi dirinya untuk memilih antara
karier dan keluarga.
5. Pekerja Seks Komersial (PSK)
Menurut Soedjono D. adalah sebagai berikut: “pekerja sex komersil
atau wanita pelacur adalah wanita yang menjual tubuhnya untuk
memuaskan seksual laki-laki siapapun yang mengiginkannya, dimana
wanita tersebut menerima sejumlah uang atau barang (umumnya dengan
uang dari laki-laki pemakainya)”.
(http://research.amikom.ac.id/index.php/STI/ar cle/view/6979).
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pelacur memiliki
arti wanita tuna susila. Wanita yang menjual dirinya. Menurut Juknis
Depsos RI Wanita Tuna Susila (WTS) adalah: “Seorang wanita yang
melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya secara berulang-ulang
diluar perkawinan yang sah dengan memperoleh imbalan uang, materi atau
jasa”.
(http://kotakjin.blogspot.com/2012/01/korelasi-antara-pola-rehabilitasi.html)
Secara umum wanita tuna susila (WTS) dapat didefinisikan: wanita
yang melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya secara
berulang-ulang dan bergantian di luar perkawinan yang sah dengan mendapat
6. Pelacuran
Pelacuran berasal dari bahasa latin yaitu pro-stituere atau pro-staure
yang artinya membiarkan diri berbuat zina, melakukan persundalan,
pencabulan dan pengendakan.
Pelacuran merupakan peristiwa penjualan diri dengan jalan
memperjualbelikan badan, kehormatan, dan kepribadian kepada banyak
orang untuk memuaskan napsu seks dengan imbalan pembayaran. Hal
tersebut adalah perbuatan perempuan atau laki-laki yang menyerahkan
badannya untuk berbuat cabul secara seksual dengan mendapatkan upah.
Pelacuran dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan menyerahkan
diri kepada umum untuk dapat melakukan perbuatan seksual dengan
mendapatkan upah. Pelacuran lebih disebabkan oleh tidak masaknya jiwa
seseorang atau pola kepribadiannya yang tidak seimbang.Pelaku pelacuran
disebut dengan prostitue atau yang lebih kita kenal dengan sebutan pelacur
atau sundal. Pelacur dapat berasal dari kalangan perempuan yang lebih
dikenal dengan wanita tuna susila dan dari kalangan laki-laki yang kita
kenal dengan gigolo.
Pelacuran dalam Agama Islam juga disebut dengan zina, zina
termasuk perbuatan dosa besar. Hal ini dapat dilihat dari urutan
penyebutannya setelah dosa musyrik dan membunuh tanpa alasan yang haq
(benar). Sebagaimana dalam firman Allah surat Al-Furqaan: 68
Allah berfirman: “dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya
Dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),.”
Islam melarang dengan tegas perbuatan zina karena perbuatan
tersebut adalah kotor dan keji. Sebagaimana dalam firman Allah surat
Al-Allah berfirman: “Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina.
Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk”.
Oleh karena itu, Islam telah menetapkan hukuman yang tegas bagi
pelaku zina dengan hukuman cambuk seratus kali bagi yang belum nikah
dan hukuman rajam sampai mati bagi orang yang menikah. Di samping
hukuman fisik tersebut, hukuman moral atau sosial juga diberikan bagi
mereka yaitu berupa diumumkannya aibnya, diasingkan, tidak boleh
dinikahi dan ditolak persaksiannya. Hukuman ini sebenarnya lebih bersifat
preventif (pencegahan) dan pelajaran berharga bagi orang lain. Hal ini
mengingat dampak zina yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia,
baik dalam konteks tatanan kehidupan individu, keluarga (nasab) maupun
7. Lokalisasi
Di Indonesia praktik prostitusi sudah ada sejak zaman kerajaan
Nusantara, baik secara legal maupun ilegal. Lalu saat Belanda masuk,
praktik prostitusi semakin gencar, bahkan sengaja disediakan sebuah tempat
untuk menampung para wanita tuna susila ini.
Pengertian lokalisasimenurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008: 838) adalah pembatasan pada suatu tempat atau
lingkungan, misal: lokalisasiwabah penyakit. KBBI tidak menyebutkan
pengertian yang merujuk lokalisasisebagai tempat pelacuran (prostitusi).
Namun, dalam penggunaannya di masyarakat, kata ini mengalami
penurunan nilai rasa yang kurang baik.
Lokalisasi adalah melokalisir suatu kegiatan atau mengumpulkan
suatu aktivitas di suatu tempat yang di dalamnya sering terjadi pelanggaran
terhadap norma-norma sosial yand dianut masyarakat dan yang selama ini
diajarkan oleh keluarga (Siregar; 1985).
Soedjono D, (1973: 122-124), menyebutkan pengertian Lokalisasi
adalah sebentuk usaha mengumpulkan segalam macam aktivitas/kegiatan
pelacuran dalam satu wadah, dan kemudian menjadi kebijakan melokalisasi
pelacuran.
Di masa lalu, lokalisasi banyak dikunjungi oleh pria-pria Belanda.
Biasanya mereka datang untuk melepas penat karena jauh dari keluarga
“kebutuhan” bagi sekelompok orang. Bahkan saat Belanda sudah pergi
hingga berganti Jepang pun, keberadaan prostitusi ini masih tumbuh subur.
Lokalisasi yang yang terkenal yang dibangun sejak zaman Belanda
di antaranya adalah:
a. Gang Dolly
Gang Dolly didirikan pertama kali pada abad ke-19 saat Belanda masih
menjajah Indonesia. Nama Dolly berasal dari nama wanita keturunan
Belanda yang mendirikan rumah bordil ini pertama kali. Ia adalah Dolly
van de Mart. Ia mendirikan rumah bordil ini untuk melayani banyak
sekali tentara Belanda. Bahkan terkenal menjadi lokalisasi terbesar se
Asia Tenggara. Saat ini Gang Dolly telah lenyap. Wali kota Surabaya,
Bu Risma, menutupnya secara permanen agar Surabaya bersih dari
prostitusi yang sangat mengerikan itu.
b. Pasar Kembang (Sarkem)
Pasar Kembang atau Sarkem sebenarnya adalah nama jalan yang
terletak di dekat Stasiun Tugu, Yogyakarta. Kawasan ini dikenal di
seluruh Indonesia, bahkan mancanegara sebagai tempat untuk “jajan”
bagi para pria-pria kesepian. Saat ini Sarkem masih berjalan dengan
baik dan bertansformasi menjadi kawasan “wisata” yang katanya
banyak menampilkan kesenian-kesenian tradisional Jawa.
c. Macao Po
Macao Po adalah rumah bordil pertama yang ada di Jakarta. Rumah
berdiri pada akhir abad ke-17. Akhirnya, Gubernur Jendral Belanda
yang memerintah saat itu melarang adanya prostitusi karena membuat
banyak tentara sakit sifilis dan ada yang meninggal dunia.
d. Saritem
Saritem adalah salah satu lokalisasi paling tua yang ada di Indonesia.
Letaknya di daerah Bandung, tepatnya di antara Jalan Astana Anyar dan
Jalan Gardu Jati. Saritem pertama kali dibangun pada tahun 1838 saat
Belanda masih menguasai Indonesia. Nama Saritem sendiri berasal dari
nama seorang gundik Belanda bernama Nyi Saritem.
8. Undang-Undang
Undang-Undang/Perundang-undangan (UU) adalah Peraturan
Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dengan persetujuan bersama Presiden. Undang-undang memiliki kedudukan
sebagai aturan main bagi rakyat untuk konsolidasi posisi politik dan hukum,
untuk mengatur kehidupan bersama dalam rangka mewujudkan tujuan
dalam bentuk negara. Undang-undang dapat pula dikatakan sebagai
kumpulan-kumpulan prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintah, hak
rakyat, dan hubungan di antara keduanya.
https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_(Indonesia)
9. Perkawinan
Definisi perkawinan menurut pasal 1 UU No 1 Tahun 1974 yaitu
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah
tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 2,
perkawinan adalah akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk
mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
I. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan sosiologi normatif, yaitu melakukan pembahasan terhadap
kenyataan atau data yang ada dalam praktek, untuk selanjutnya
dihubungkan dengan pendekatan secara langsung terhadap masyarakat Kel.
Bandungan yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial, jenis penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif, sebab bertujuan untuk melakukan atau
memberi gambaran perempuan PSK dalam keluarga yang ada dalam
masyarakat Kel. Bandungan.
2. Kehadiran Peneliti
Penelitian dan pengumpulan data-data di Kelurahan Bandungan,
Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang., dimulai pada tanggal 1 Juli
2018 sampai dengan selesainya penelitian yang disertakan dengan kegiatan
akhir berupa penyusunan skripsi, peneliti bertindak sebagai instrumen
sekaligus pengumpul data, yang mana penulis langsung datang dan
mewawancarai masyarakat yang berprofesi sebagai PSK (pekerja seks
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat muslim yang berprofesi
sebagai pekerja sex komersil yang berada di Kelurahan Bandungan,
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Adapun alasan alasan
pemilihan tempat adalah berkaitan dengan upaya peningkatan dan
pemahaman pengetahuan mengenai undang-undang perkawinan dan KHI
khususnya mengenai istri sebagai pekerja seks komersial. Oleh karena itu,
sumbangan ilmu pengetahuan mengenei istri sebagai pekerja seks komersial
dalam keluarga dari ulama dan pemerintah daerah setempat perlu terus
dikembangkan, sehingga pengetahuan keagamaan khususnya mengenai
gender perempuan dalam keluarga di masyarakat akan meningkat.
4. Sumber Data
Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari obyek yang
diteliti. Menurut Lofland (1984:47) dalam Moleong, (2007: 157) sumber
data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen lain (sumber data tertulis, foto, dll).
Sumber data dibagi menjadi dua yaitu:
a. Data Primer
Merupakan sebuah keterangan atau fakta yang secara langsung
diperoleh melalui penelitian lapangan. Dalam hal ini adalah data yang
didapatkan dari hasil wawancara peneliti dengan masyarakat Kel.
b. Data Sekunder
Merupakan keterangan-keterangan yang mendukung data primer, data
sekunder adalah data-data yang diperoleh dengan cara penelitian
kepustakaan melalui literatur maupun peneliti langsung ke lapangan
untuk melakukan observasi.
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode wawancara mendalam (depth interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan (Moloeng, 2004:186).
Wawancara dilakukan kepada 4 (empat) pekerja seks komersial (PSK)
muslim di Kel. Bandungan. Metode wawancara dilakukan dengan tanya
jawab secara lisan mengenai masalah-masalah yang ada, dengan
berpedoman pada daftar pertanyaan sebagai rujukan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Metode wawancara ini penulis gunakan untuk
mengetahui peran pekerja seks komersial (PSK) dalam keluarganya.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
membaca dan mengutip dokumen-dokumen yang ada, berkaitan dan
relevan. Dalam melaksanakan metode ini, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku, peraturan rapat, catatan harian, agenda
Metode ini digunakan untuk memperoleh data, sejarah, dan seluk beluk
yang terkait dengan kegiatan PSK di Kel. Bandungan. Di sini peneliti
menggunakan dokumen dengan cara mengumpulkan data dengan
mencatat data-data yang sudah ada. Dokumen tersebut berupa identitas
diri dari para pekerja seks komersial yang ada di Kel. Bandungan.
c. Metode Observasi
Metode Observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan
pengamatan dan pencatatan secara langsung dengan sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Sedangkan teknik
observasi yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
terjun langsung ke lapangan yang hendak diteliti.
Metode observasi ini merupakan upaya memperoleh data dengan
melihat atau mengamati obyek yang diteliti serta melakukan
pencatatan terhadap kejadian yang penulis ketahui pada masyarakat
PSK muslim di Kel. Bandungan.
6. Analisis Data
Dalam penelitian, setelah data terkumpul, langkah selanjutnya
adalah mengadakan analisis data, data mentah yang terkumpul tidak akan
ada gunanya jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan hal yang penting
dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat diberi arti
dan makna yang berguna untuk menyelesaikan masalah penelitian. Dalam
analisis ini penulis menggunakan analisis sosisologi normatif yang
berprofesi sebagai PSK untuk berperan baik dan benar dalam keluarganya
yang ada di Kel. Bandungan.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam
penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan
pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin
validitas data akan dilakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
(Moleong, 2006:330). Validitas data akan membuktikan apakah data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang ada dilapangan atau tidak. Dengan
demikian data yang diperoleh dari suatu sumber akan dikontrol oleh data
yang sama dari sumber yang berbeda.
Pengecekan keabsahan data dilakukan karena dikhawatirkan masih
adanya kesalahan atau kekeliruan yang terlewati oleh penulis, dengan cara
menulis kembali hasil wawancara setelah selasai melakukan wawancara
secara langsung, ataupun mewawancarai ulang dari salah satu subyek
penelitian untuk menambah data yang kurang bila diperlukan.
8. Tahap-Tahap penelitian
Langkah yang diambil peneliti untuk memulai suatu penelitian
adalah dengan menentukan atau memilih topik penelitian, pengkajian
buku-buku yang berkaitan dengan gener, hukum keluarga dan buku-buku lain yang
menentukan lokasi yang akan diteliti, pencarian sumber-sumber dan
prosedur pengumpulan data, serta menganalisis data yang ada.
J. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang
lebih lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini, maka disusunlah
sistematika penulisan penelitian, adapun sistematika penulisannya sebagai
berikut:
1. Bab I: Pendahuluan
Bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode
Penelitian yang berisi tentang Pendekatan dan Jenis Penelitian,
Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur
Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data,
Tahap-tahap Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
2. Bab II: Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Perkawinan
Bab ini berisi tentang Pengertian Perkawinan, Keluarga, Hak dan
Kewajiban Suami Istri, Pekerja Seks Komersial, dan Tinjauan Hukum
Islam terhadap Pekerja Seks Komersial.
3. Bab III: Istri sebagai Pekerja Seks Komersial di Kelurahan Bandungan
Bab ini bersisi tentang Keadaan Geografis, Keadaan Demografis, dan
4. Bab IV: Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Istri Sebagai Pekerja Seks
Komersial dalam Tinjauan Undang-Undang Perkawinan
Bab ini berisi tentang Analisis terhadap Alasan Istri sebagai Pekerja Seks
Komersial di Kelurahan Bandungan, Analisis terhadap Hak dan
Kewajiban Istri sebagai Pekerja Seks Komersial dalam Keluarga,
Analisis terhadap Hak dan Kewajiban Istri sebagai Pekerja Seks
Komersial Ditinjau dari Undang-Undang Perkawinan, Problematika yang
Muncul dalam Keluarga Pekerja Seks Komersial dan Solusi Pemecahan
Masalah Pekerja seks Komersial.
5. Bab V: Penutup
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM PERKAWINAN
A.Perkawinan
Pernikahan (perkawinan) dalam bahasa Arab berati az-Zawaj yang
menunjukkan pertemuan dua perkara. Maksudnya adalah roh itu dipertemukan
dengan badan supaya ia bangkit dan hidup. Karena kata az-Zawaj
menunjukkan pada pertemuan, maka dapat dikatakan akad nikah berati
pertemuan antara pria dan wanita.
Dalam kamus bahasa Indonesia nikah diartikan sebagai perjanjian
antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi. Adapula
yang mengartikan nikah dengan istilah perkawinan secara kiasan disebut
dengan hubungan seks (Fadlillah, 2014: 2-3).
Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar
pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu
pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang
biasanya intim dan seksual. Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan
dengan upacara pernikahan. Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud
untuk membentuk keluarga.
Pengertian di atas senada dengan pendapat Dr. Soejono Sukanto,
SH. MA., yang mengatakan bahwa pernikahan atau perkawinan adalah suatu
proses yang telah melembaga dimana pria dan wanita memulai dan memelihara
sehingga timbullah hak dan kewajiban, baik di antara pria dan wanita maupun
anak-anak yang kemudian dilahirkan.
Definisi perkawinan menurut pasal 1 UU No 1 Tahun 1974 yaitu
perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam pasal 1 Undang-Undang perkawinan tahun 1974 tersebut
diatas dengan jelas disebutkan, bahwa tujuan perkawinan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa. Jadi, perkawinan merupakan aktivitas sepasang laki-laki dan perempuan
yang terkait pada suatu tujuan bersama yang hendak dicapai
Menurut Walgito (2000), masalah pernikahan adalah hal yang tidak
mudah, karena kebahagiaan adalah bersifat reltif dan subyektif. Subyektif
karena kebahagiaan bagi seseorang belum tentu berlaku bagi orang lain, relatif
karena sesuatu hal yang pada suatu waktu dapat menimbulkan kebahagiaan dan
belum tentu diwaktu yang juga dapat menimbulkan kebahagiaan.
Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 2,
Perkawinan adalah akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk
mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
Adapun tujuan perkawinandi antaranya adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan Perintah Allah SWT dan Rasul-Nya
Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur‟an Surat an-Nur
Artinya:“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan arrunia-Nya. dan Allah Maha luas
Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?"
3. Untuk meningkat derajat dan status sosial baik pria maupun wanita.
Allah SWT telah berfirman di dalam al-Qur‟an Surat al-Mu‟minun ayat 1-6
yaitu:
Artinya: 1). Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2). (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, 3). Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, 4). Dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5). Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6). Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
Masdar Helmy mengemukakan bahwa tujuan perkawinan selain
memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani manusia, juga membentuk
keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan di dunia, mencegah
perzinahan, agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang
bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat.
Menurut Soemijati tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi
tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan perempuan
dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia dengan dasar cinta dan kasih
sayang, memperoleh keturunan yang sah dengan mengikuti
ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh hukum.
B.Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam
kehidupan manusia, tempat dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai
manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.
Pengertian Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang
paling penting dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang
terbentuk dari perhubungan laki–laki dan perempuan, perhubungan yang mana
sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak–
anak. Jadi keluarga dalam bentuk murni merupakan suatu kesatuan sosial yang
terdiri dari suami, isteri dan anak–anak (Ahmadi, 2002:239).
Menurut UU. No. 10 Tahun 1992, mendefinisikan bahwa keluarga
merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau
Dengan demikian keluarga mempunyai sistem jaringan interaksi
yang lebih bersifat hubungan interpersonal, dimana masing–masing anggota
dalam keluarga dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu sama lain
antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antara anak dan
anak. Gambar di bawah dapat disimpulkan bahwa masing-masing anggota
mempunyai jumlah hubungan yang sama terhadap anggota lainnya
(Khairuddin, 1997: 4-5). Sistem interaksi antar pribadi (interpersonal) dapat
digambarkan sebagai berikut :
Dari penjelasan tersebut di atas keluarga sakinah berarti keluarga
yang bahagia atau juga keluarga yang diliputi rasa cinta-mencintai (mawaddah)
dan kasih sayang (rahmah). Dasar pembentukan keluarga tersebut Allah SWT
berfirman dalam al-Qur‟an Surat ar-Rum ayat 21 yaitu:
Keluarga adalah tempat terpenting bagi perempuan dalam keluarga
yakni sebagai istri dan ibu yang mengatur jalannya rumah tangga serta
memelihara anak. Tapi dalam kondisi masyarakat pada saat ini sudah mulai
bergeser, banyak perempuan yang mencari nafkah di luar rumah. Meskipun
demikian tetap sering timbul dilema bagi dirinya untuk memilih antara karier
dan keluarga.
1. Peranan Keluarga
Dalam hal ini peranan keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku antar pribadi, sifat serta kegiatan yang berhubungan dengan pribadi
dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Adapun berbagai peranan
yang terdapat dalam sebuah keluarga ialah sebagai berikut:
a. Ayah
Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman,
serta sebagai kepala keluarga.
Suami adalah pembimbing, terhadap isteri dan rumah tangganya,
akan tetap mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang
penting-penting diputuskan oleh sumai isteri bersama (KHI Pasal 80 Ayat 1).
b. Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu berperan untuk
anak-anaknya, pelindung, dan juga dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.
c. Anak-anak
Anak-anak melaksanakan peranan sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik secara fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut BKKBN ( 2013:7) adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Agama
Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak
dalam kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang anak
mengenal agama. Keluarga juga menanamkan dan menumbuhkan serta
mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga anak menjadi manusia yang
berahlak baik dan bertaqwa.
Dalam fungsi agama, terdapat 12 nilai dasar yang mesti difahami
dan ditanamkan dalam keluarga. Dua belas nilai dasar tersebut adalah:
Iman, Taqwa, Kejujuran, Tenggang Rasa, Rajin, Kesalehan, Ketaatan,
Suka membantu, Disiplin, Sopan santun, Sabar dan Ikhlas, serta Kasih
sayang (BKKBN, 2013:7-8).
Fungsi tersebut juga ditegaskan dalam KHI Pasal 77 ayat 3 adalah
Suami isteri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara
anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun
Pasal 80 ayat 3 menyatakan Suami wajib memberikan pendidikan
agama kepada isterinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan
yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.
b. Fungsi Reproduksi
Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan
sebagai pengembangan dari tuntutan fitrah manusia. Dalam hal ini
keturunan diperoleh dengan bereproduksi oleh pasangan suami istri yang
sah. Dalam fungsi reproduksi terdapat 3 nilai dasar yang mesti difahami
dan ditanamkan dalam keluarga. Nilai dasar tersebut diantaranya:
Bertanggung jawab dengan mengetahui apa yang menjadi tugasnya, sehat secara fisik baik itu dalam fungsi sitem reproduksi maupun emosionalnya, maupun mampu menjaga kesucian organ reproduksinya sebelum menikah, serta setelah menikah dari selain suaminya (BKKBN, 2013:10).
Fungsi tersebut juga ditegaskan dalam KHI Pasal 77 ayat 4 yang
berbunyi bahwa suami isteri wajib memelihara kehormatannya.
c. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak
dapat dipisahkan dari sebuah keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara
mencari sumber–sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Dalam fungsi ekonomi terdapat 3 nilai dasar yang mesti
difahami dan ditanamkan dalam keluarga. Nilai dasar tersebut
diantaranya:
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (BKKBN, 2013:11-12).
Sedangkan fungsi tersebut dalam KHI dan UU Perkawinan
ditegaskan bahwa:
1) Suami wajib melidungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumahtangga sesuai dengan kemampuannya (KHI Pasal 80 Ayat 2).
2) Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung : a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri; b. biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi isteri dan anak;c. biaya pendididkan bagi anak (KHI Pasal 80 Ayat 4).
3) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya (UU Perkawinan Pasal 34 Ayat 1).
4) Isteri wajib mengatur urusan rumah-tangga sebaik-baiknya (UU Perkawinan Pasal 34 Ayat 2).
Dalam pandangan Islam keluarga memiliki peran
dan kedudukan yang sangat tinggi dalam menciptakan kehidupan yang
ideal, baik bagi individu maupun sosial masyarakat. Keluarga yang
baik akan mengantarkan kehidupan yang sempurna bagi
seseorang, masyarakat dan bangsa. Dan sebaliknya keluarga yang buruk
akan membawa seseorang, masyarakat dan bangsa ke arah kehancuran.
Karena itu setiap muslim harus memberikan perhatian khusus terhadap
urusan keluarga.
C.Hak dan Kewajiban Suami Istri
1. Suami
Suami adalah salah seorang pelaku dalam pernikahan yang berjenis
kelamin pria yang berikrar, berucap janji untuk memperistri wanitanya.
Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita dalam suatu
upacara pernikahan sebelum diresmikan statusnya sebagai seorang suami
dan pasangannya sebagai seorang istri. Dalam berbagai agama biasanya
seorang pria hanya boleh menikah dengan satu wanita. Dalam budaya
tertentu pernikahan seorang wanita dengan banyak pria dikategorikan
sebagai poliandri.
Di bawah ini adalah kriteria suami yang baik:
a. Sabar
Seorang suami harus sabar untuk menghadapi segala ujian dalam rumah
tangga, termasuk dengan omelan omelan istri jika istrinya cerewet.
b. Usaha
Seorang suami hendaknya ia bekerja untuk menghidupi keluarganya,
dalam hal ini hukumnya adalah wajib, karena seorang lelaki adalah
pemimpin bagi setiap perempuan.
c. Amanah
Istri merupakan tulang rusuk kiri suami, maksudnya kodrat perempuan
adalah titipan Tuhan untuk kaum laki laki, Sebuah beban yang harus
ditanggung lelaki untuk mempelihara setiap istrinya.
d. Membimbing
Suami adalah kepala rumah tangga bagi setiap keluarga, jika suami tidak
bisa membimbing atau mengarahkan keluarganya kejalur yang baik
maka rusaklah pula rumah tangganya.
Suami harus teguh pendiriannya, agar tujaun membina keluarganya
dapat tercapai dengan baik.
2. Istri
Istri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu istrī yang artinya adalah
"wanita" atau "perempuan" adalah salah seorang pelaku pernikahan yang
berjenis kelamin wanita. (https://id.wikipedia.org/wiki/Istri)
Seorang wanita biasanya menikah dengan seorang pria dalam suatu
upacara pernikahan sebelum diresmikan statusnya sebagai seorang istri dan
pasangannya sebagai seorang suami. Dalam berbagai agama biasanya
seorang wanita hanya boleh menikah dengan satu pria. Dalam budaya
tertentu, pernikahan seorang pria dengan banyak wanita diperbolehkan. Hal
ini dinamakan poligami, sedangkan pernikahan seorang wanita dengan
banyak pria disebut poliandri.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istri adalah wanita
(perempuan) yang telah menikah atau yang bersuami atau wanita yang
dinikahi.
Di bawah ini adalah kriteria istri yang baik:
a. Ikhlas
Setiap istri harusnya ikhlas terhadap pemberian suaminya, setiap apa
yang suami nafkahkan kepada istrinya, tidak meminta lebih ataupun
kurang, asalkan nafkah yang diberi tersebut halal. Istri juga wajib ikhlas
b. Sholehah
Sifat sholehah adalah dambaan bagi setiap lelaki untuk memiliki istri
yang mempunyai sifat tersebut.
c. Taat
Istri wajib taat kepada suami, Setiap apa apa yang diperintahkan suami
asal tidak maksiat maka istri wajib untuk mentaatinya.
d. Rajin
Setiap perempuan yang telah menjadi istri maka hendaklan rajin dalam
urusan rumah tangga
e. Iman
Selain beiman kepada Tuhannya, setiap istri juga harus beriman kepada
suaminya. Jika Tuhan memerintahkan manusia untuk bersujud selain
kepada Dia, maka akan diperintahkan setiap istri untuk bersujud
dihadapan suami.
3. Hak dan Kewajiban Suami Istri
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974, hak dan kewajiban suami istri
adalah sebagai berikut:
Pasal 30 tertulis:
Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah
tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.
Pasal 31 tertulis:
(3) Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga.
Pasal 32 tertulis:
(1) Suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
(2) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
ditentukan oleh suami isteri bersama.
Pasal 33 tertulis:
Suami isteri wajib saling cinta-mencintai hormat-menghormati, setia dan
memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain.
Pasal 34 tertulis:
(1) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
(2) Isteri wajib mengatur urusan rumah-tangga sebaik-baiknya.
(3) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugutan kepada Pengadilan.
Dalam Kompilasi Hukum Islam Bab XII Hak dan Kewajiban Suami Istri
dibagi menjadi enam bagian, yaitu:
Pasal 77 tertulis:
1. Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah yang menjadi sendi dari susunan masyarakat.
2. Suami istri wajib saling cinta-mencintai hormat-menghormati, setia dan memeberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
3. Suami istri memiliki kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan agama.
4. Suami istri wajib memelihara kehormatannya.
5. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan.
Pasal 78 tertulis: Tentang kedudukan suami istri
1. Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap .
2. Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1), ditetukan oleh suami
istri bersama.
Pasal 79 tertulis: Mengatur kedudukan suami istri
1. Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.
2. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam
3. Masing-masing pihak berhak untuk melalukan perbuatan hukum.
Pasal 80 tertulis: Tentang kewajiban suami
1. Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama.
2. Suami melindungi istrinya dan memeberikan segala susuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
3. Suami wajib memeberikan pendidikan agama kepada istrinya dan memberikan kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.
4. Sesuai dengan pengasilannya, suami menaggung : a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri .
b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak.
c. Biaya pendidikan bagi anak .
5. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a dan b diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya. 6. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya
sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
7. Kewajiaban suami sebagaimana dimaksud ayat 5 gugur apabila istrinya nusyuz.
Pasal 81 tertulis:
1. Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-anaknya atau bekas istri yang masih dalam „iddah.
2. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama dalam ikatan perkawinan, atau dalam „iddah talak atau „iddah
Tempat kediaman juga berfungsi sebagai tempat menyimpan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga. 4. Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya
serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat-alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya.
Pasal 82 tertulis:
1. Suami yang mempunyai istri lebih dari seseorang berkewajiban memberi tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing istri secara berimbang menurut besar kecilnya jumlah keluarga yang ditanggung masing-masing istri, kecuali jika ada perjanjian perkawinan .
2. Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan istrinya dalam satu tempat kediaman.
Pasal 83 tertulis: Tentang kewajiban istri
1. Kewajiban utama bagi seorang istri adalah berbakti lahir dan batin kepada suami didalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum islam. 2. Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga
sehari-hari dengan sebaik-baiknya.
Pasal 84 tertulis:
1. Istri dapat dianggap nusyuz jika tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan yang sah.
2. Selama istri dalam nusyuz, kewaiban suami terhadap istrinya tersebut pada pasal 80 ayat (4) a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya.
3. Kewajiban suami pada ayat (2) diatas berlaku kembali sesudah istri tidak nusyuz.
4. Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nausyuz dari istri harus didasarkan atas bukti yang sah.
4. Hak Istri yang Wajib Dipenuhi Suami
a. Mahar
Di antara hak kebendaan istri yang wajib dipenuhi adalah mahar.
Termasuk keadilan dan keagungan hukum Islam apabila seorang wanita
Sebagaimana Allah berfirman dalam QS An-Nisa‟:32 Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
b. Nafkah
Nafkah adalah mencukupkan segala keperluan istri, meliputi makanan,
pakaian, tempat tinggal, pembantu rumah tangga, dan pengobatan,
meskipun istri tergolong orang kaya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam QS A. Baqarah: 233
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
c. Menghargai, menghormati, memperlakukan dengan baik, dan
meningkatkan taraf hidup yang lebih baik dalam bidang agama, akhlak,
dan ilmu pengetahuan.
Sebagaimana Allah berfirman dalam QS An-Nisa‟: 19
mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyatadan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
5. Hak Suami yang Wajib Dipenuhi Istri
a. Taat kepada perintah suami, kecuali yang melanggar larangan Allah.
Seorang istri yang solehah adalah seorang istri yang mau menaati
perintah suaminya. Namun lakukan dan taatilah perintah suami sesuai
karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari
pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.
b. Tidak Berpuasa Sunnah Tanpa Izin Suami
Berpuasa adalah sebuah ibadah, namun jika seorang istri berpuasa
sunnah tanpa ijin dari suami, maka ia telah melakukan keharaman.
Karena istri yang berpuasa sunnah tanpa ijin dari suami itu artinya ia
telah melalaikan hak suami yang menjadi kewajiban istri. Karena
kewajiban mentaati suami adalah hal yang wajib dan harus diutamakan
melebihi hal yang sunnah. Sebagaimana sabda Rasulullah:
Artinya: Tidaklah halal bagi seorang wanita untuk berpuasa sedangkan
suaminya ada (tidak bepergian) kecuali dengan izin
suaminya.” (HR. Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
c. Tidak keluar rumah tanpa seijin suami.
Seorang istri yang solehah dan taat kepada suami, wajib untuk meminta
ijin saat hendak bepergian kemanapun, dan jangan pernah keluar rumah
tanpa mengantogi ijin dari suamimu. Karena umat muslim percaya
bahwa jika seorang istri keluar dari rumah tanpa ijin suami, maka itu
adalah salah satu bentuk pembangkangan. Sebagaimana firman Allah
dalam surat Al-Ahzab: 33. berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
6. Hak Bersama yang harus Dipenuhi Kedua Belah Pihak
Menurut Ahmad Azhar Basyir (1995: 49), hak bersama yang harus dipenuhi
suami istri adalah sebagai berikut:
a. Halal bergaul antara suami istri dan masing-masing dapat bersenang-senang satu sama lain.