• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar - UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DI SMP NEGERI 2 KEMBARAN Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat PROGRAM FAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar - UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DI SMP NEGERI 2 KEMBARAN Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat PROGRAM FAK"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkat laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Piaget (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 13), belajar adalah pengetahuan yang dibentuk oleh individu, sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan.

Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak disaksikan dari luar, bahkan hasil belajar seseorang tidak langsung terlihat, jika siswa turut berpartisipasi aktif secara emosional dan psikis. Siswa saling berinteraksi dengan lingkungan di sekitar sehingga terjadi perubahan yang lebih baik.

(2)

Dari definisi-definisi tersebut disimpulkan bahwa belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang yang melibatkan aktivitas mental/psikis untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku baru yang menyangkut pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap sebagai hasil pengalaman sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan secara aktif.

Tujuan belajar menurut (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 17) merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar.

Menurut Slameto (2003: 5-8) ada bermacam-macam jenis belajar yang dapat dilakukan seseorang yaitu :

a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)

Belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas dan ekstensif, misalnya, mempelajari sajak ataupun mempelajari gerak-gerakan seperti bermain silat.

b. Belajar dengan wawasan (learning by insight)

(3)

menjadi satu tingkah laku yang ada hubunganya dengan penyelesaian atau persoalan.

c. Belajar diskriminatif (discriminative learning)

Belajar diskriminatif merupakan usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulan dan menjadikanya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Subyek yang belajar akan diminta untuk berespon secara berbeda-beda terhadap stimulant yang berlainan.

d. Belajar global/keseluruhan (global whole learning)

Belajar global adalah mempelajari bahan secara keseluruhan berulang-ulang sampai pelajaran menguasainya. Belajar global merupakan lawan dari belajar bagian.

e. Belajar incidental (insidental learning)

Belajar insidental berlawanan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah tujuan, karena dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali keinginan untuk belajar dan jumlah frekuensi untuk belajar yang diperlihatkan tidak memegang peranan penting. f. Belajar instrumental (instrumental learning)

(4)

g. Belajar intensional (intensional learning)

Belajar instensional adalah dalam arah tujuan. Belajar intensional merupakan lawan dari belajar insidental.

h. Belajar laten (latent learning)

Perubahan-perubahan tingkah laku pada belajar laten tidak terjadi dengan segera sehingga disebut laten. Belajar laten biasanya dalam bentuk belajar incidental.

i. Belajar mental (mental learning)

Perubahan tingkah laku yang mungkin terjadi tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Belajar mental juga bisa diartikan belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain.

j. Belajar produktif (productive learning)

Belajar produktif merupakan belajar dengan transfer yang maksimum yaitu mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu dapat mentransfer prinsip menyelesaikan suatu persoalan dari satu situasi ke situasi lain.

k. Belajar verbal (verbal learning)

(5)

pada belajar dengan wawasan mengenai menyelesaikan persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (2003: 54), sebagai berikut.

1) Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari individu itu sendiri. Faktor ini terdiri dari faktor biologis (jasmaniah), faktor psikologis(rohaniah) dan kelelahan.

2) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu misalnya lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

(6)

2. Keaktifan

a. Pengertian Keaktifan

Keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari keadaan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang mudah diamati dalam bentuk kegiatan membaca, mendengarkan, menulis, meragaan, dan mengukur. Keaktifan siswa merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar, dimana anak mengalami keterlibatan intelektual emosional, disamping keterlibatan fisik di dalam proses belajar mengajar. Semua kegiatan tersebut harus dapat dipulangkan kepada suatu karakteristik, yaitu keterlibatan intelektual emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan tersebut terjadi pada waktu kegiatan kognitif dalam pencapaian atau perolehan pengetahuan (Dimiyati dan Mudjiono, 2006: 114-115) sedangkan menurut Thorndike (Dimiyati, 2006: 45) keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latuhan-latihan.

b. Ciri-ciri keaktifan

(7)

menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilan, (4) kebebasan atau kelueluasaan melakukan hal tersebut tanpa tekanan guru / pihak lainnya (kemandirian belajar).

c. Indikator Keaktifan Belajar

Keaktifan siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Beberapa diantaranya adalah turut serta dalam memberikan pendapat atau gagasan, bertanya pada guru apabila belum memahami persoalan. Proses pembelajaran ini melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan (motorik, kognitif dan sosial), penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap.

Menurut Sudjana (2009: 61) proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal :

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam pemecahan permasalahan.

3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

(8)

7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis.

8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil indikator keaktifan sebagai berikut.

1) Siswa mencari jalan untuk memecahkan masalah

2) Siswa menanyakan sesuatu kepada guru atau siswa lain. 3) Siswa menyampaikan pendapatnya.

4) Siswa mendiskusikan sesuatu dengan teman. 5) Siswa menyampaikan jawabannya.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keaktifan siswa merupakan kegiatan belajar mengajar dimana anak mengalami keterlibatan intelektual emosional yang memerlukan latihan-latihan untuk memperoleh pengetahuan.

3. Mata Pelajaran IPS

(9)

a. Karakteristik Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial

Setiap mata pelajaran memberikan karakterristik yang membedakan dari mata pelajaran lainnya. Demikian juga dengan mata pelajaran Pengetahuan Sosial untuk SMP. Beberapa karakteristik mata pelajaran Pengetahuan Sosial antara lain :

1) Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur sejarah, geografi, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, serta bidang pendidikan dan agama. 2) Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar IPS berasal dari

struktur keilmuan sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekataan interdisipleter dan multidisipliner. Interdisipliner artinya melibatkan disiplin ilmu ekonomi, geografi dan sejarah. Multidisipliner maksudnya materi kajian itu mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat.

(10)

perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminaan keamanaan.

5) Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memehami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.

b. Tujuan IPS

Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan sosial yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila program-progam pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari uraian diatas disimpulkan sebagai berikut :

1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

(11)

3) Memenuhi perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

4) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

c. Fungsi IPS

Ilmu Pengetahuan sosial membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan akan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikan siswa semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakat (Solihatin dan Raharjo 2007: 15).

Pada dasarnya pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi (Solihatin dan Raharjo, 2007: 5).

d. Materi IPS SMP

(12)

Sesuai dengan silabus sekolah yang diterbitkan oleh SMP Negeri 2 Kembaran, materi ini diajarkan dengan alokasi waktu 4 pertemuan 2 x 40 menit. Materi pokok ini meliputi beberapa sub materi, diantaranya Perkembangan Agama Islam, Proses masuk dan perkembangnya pengaruh islam di Indonesia, peranan pedagang dan ulama dalam penyebaran agama islam di indonesia, perkembangan kerajaan-kerajaan islam di Indonesia dan peninggalan-peninggalan sejarah Indonesia yang bercorak islam.

4. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

(13)

Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia (Isjoni, 2010: 17). Slavin, (2009: 4) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.

Solihatin dan Raharjo (2007: 4) memberikan definisi bahwa cooperatif learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) adalah suatu model pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dilaksanakan secara kooperatif atau kolaboratif untuk menyelesaikan tugas-tugas terstruktur dalam suatu materi pelajaran guna mencapai satu tujuan dalam pembelajaran.

a. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2010: 20) beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah:

1) Setiap anggota memiliki peran

(14)

3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan teman-teman sekelompoknya

4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.

5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Sementara itu Stahl (Taniredja dkk, 2011: 59) mengatakan bahwa ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah ; (1) belajar bersama dengan teman, (2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman, (3) saling mendengarkan pendapat antar anggota kelompok, (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil, (6) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat, (7) keputusan tergantung pada siswa sendiri, (8) siswa aktif.

b. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim (Taniredja dkk, 2011: 59) unsur-unsur pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

1) Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya.

(15)

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajaranya. 7) Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

c. Perbedaan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran

tradisional

Merujuk pada Trianto (2007: 43-44) mengemukakan sejumlah perbedaan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional yaitu sebagai berikut :

Tabel 1 Perbedaan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional

Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Tradisional Adanya saling ketergantungan positif,

saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual yang sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “enak-enak saja” di atas keberhasilan temannya yang dianggap “pembohong”

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan

(16)

Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Tradisional Pimpinan kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok

Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing

Ketrampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.

Ketrampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.

Guru memerhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi) yang saling menghargai

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas

(17)

Langkah langkah pembelajaran kooperatif dari awal hingga akhir dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

No Fase Kegiatan Guru

1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai dan memberi motovasi

siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif.

2

Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi kepada siswa

dengan cara mendemonstrasikan atau lewat

bahan bacaan.

3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien. 4 Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok belajar pada

saat mereka mengerjakan tugas-tugas. 5

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.

6`

Memberi penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai

upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok.

(Trianto, 2007: 48-49)

(18)

d. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Saputra dan Rudyanto (2005: 54-55) tujuan dari pembelajaran kooperatif yaitu :

1) Menyiapkan anak didik dengan berbagai ketrampilan-ketrampilan baru.

2) Membentuk kepribadian anak didik agar dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama.

3) Membangun pengetahuan secara aktif

4) Mengajak anak untuk menemukan, membentuk, dan mengembangkan pengetahuan.

5) Meningkatkan hasil belajar, hubungan antar kelompok, menerima teman yang mengalami kendala akademik, dan meningkatkan harga diri (self-esteem).

Saputra dan Rudyanto (2005: 52-53) menambahkan bahwa manfaat dari pembelajaran kooperatif dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Mampu mengembangkan aspek moralitas dan interaksi sosial peserta didik.

2) Mempersiapkan peserta didik untuk belajar

(19)

Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka manfaat pembelajaran kooperatif menurut penulis adalah:

1) Meningkatkan hasil belajar akademik 2) Meningkatkan ketrampilan sosial 3) Terbentuknya toleransi antar individu

5. Model Pembelajaran GI (Group Investigation)

Model GI ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam seleksi topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Dalam menggunakan model GI umumnya kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 sampai 6 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai sub topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan (Baharudin, 2010:14-15).

(20)

masing-masing siswa, kapasitas, dan kebutuhan. Siswa aktif berpartisipasi dalam semua aspek, membuat keputusan untuk menetapkan arah tujuan yang mereka kerjakan. Dalam hal ini kelompok merupakan wahana sosial yang tepat untuk proses ini. Perencanaan kelompok merupakan salah satu metode untuk menjamin keterlibatan siswa secara maksimal.

Dalam model ini terdapat 3 konsep utama, yaitu:

a. Penelitian (inquiry) yaitu proses perangsangan siswa dengan menghidupkan suatu masalah. Dalam proses ini siswa merasa dirinya perlu memberikan reaksi terhadap masalah yang dianggap perlu untuk diselesaikan. Masalah ini didapat dari siswa sendiri atau diberikan oleh guru.

b. Pengetahuan yaitu pengalaman yang tidak dibawa sejak lahir namun diperoleh siswa melalui pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung.

c. Dinamika kelompok, menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama dengan berbagai ide dan pendapat serta saling tukar-menukar pengalaman dan saling berargumentasi.

Slavin (2005: 216-220) mengemukakan bahwa model GI memiliki enam tahapan kegiatan seperti berikut:

a. Mengidentifikasikan topik dan pembentukan kelompok

(21)

siswa diberikan modul yang berisikan kisi-kisi; dari langkah ini diharapkan siswa mampu menebak topik apa yang akan disampaikan kemudian siswa yang memiliki topik yang sama dikelompokkan menjadi satu kelompok dalam penyelidikan nanti. Dalam hal ini peran dari guru adalah membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi dan memudahkan pengaturan.

b. Merencanakan tugas belajar

Pada tahap ini anggota kelompok menentukan subtopik yang akan diinvestigasi dengan cara mengisi lembar kerja yang telah tersedia serta mengumpulkan sumber untuk memecahkan masalah yang tengah diinvestigasi. Setiap siswa menyumbangkan kontribusinya terhadap investigasi kelompok kecil. Kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi kepada penelitian untuk seluruh kelas.

c. Menjalankan investigasi

(22)

d. Menyiapkan Laporan Akhir

Pada tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dengan mengintegrasikan semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk mempresentasikan tentang laporan hasil penyelidikannya yang kemudian setiap anggotanya mendengarkan. Peran guru di sini sebagai penasehat, membantu memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya.

e. Mempresentasikan hasil akhir

Setiap kelompok telah siap memberikan hasil akhir di depan kelas dengan berbagai macam bentuk presentasi. Diharapkan dari penyajian presentasi yang beraneka macam tersebut, kelompok lain dapat aktif mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab.

f. Mengevaluasi

(23)

Menurut Sulistyawati (2011: 25-26) Di dalam tipe GI (Group Investigation)ada kelebihan dan kelemahan yaitu sebagai berikut :

a. Kelebihan

1) Tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain.

2) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide dan gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

3) Dapat membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta siswa untuk segala perbedaan.

4) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

5) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (rill).

6) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan keaktifan dan memberikan rangsangan untuk berfikir.

b. Kelemahan

(24)

2) Keberhasilan model pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang.

3) Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa akan tetapi, banyak aktifitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui model pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam proses pembalajaran. Group Investigation adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.

B. Hasil Penelitian yang relevan

(25)

Kelas X-E SMA Negeri Ajibarang Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (Investigasi Kelompok)” dapat meningkatkan ketrampilan sistesis konsep biologi siswa dalam pembelajaran berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa ditunjukan dari nilai rata-rata postes pada siklus I sebesar 69,58 dengan ketuntasan kelas 51%, siklus II rata-rata 83,28 dengan ketuntasan 81%, siklus III rata-rata 89,67 dengan ketuntasan kelas 94 % dan pada siklus IV rata-rata 92,86 dengan ketuntasan kelas 100%, berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif Group Investigation dapat meningkatkan ketrampilan sintesis konsep biologi siswa kelas X-E SMA Negeri Ajibarang.

Penelitian Islamiyatun Ika Agustina (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) Dalam Meningkatkan Kompetensi Mata Pelajaran Ekonomi Pada siswa Kelas VII SMP Negeri 16 Surakarta dapat meningkatkan rata-rata ulangan harian sebesar 1,05 (siklus I= 6,31 II= 7,36). Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa.

(26)

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran yang selama ini dilakukan di dalam kelas belum berhasil untuk membuat siswa lebih aktif dan menunjukkan motivasi atau ketertarikan mengikuti Mata Pelajaran IPS. Ketiadaan variasi dalam model pembelajaran membuat proses belajar terasa menjenuhkan bagi sebagian siswa. Selain itu, siswa masih terlihat kurang aktif dan cenderung bersikap individual sehingga kerjasama antar siswa masih kurang. Siswa yang bersikap tertutup dan malu bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran IPS yang belum dimengerti. Siswa kurang aktif selama proses pembelajaran mata pelajaran IPS, ditunjukkan dengan kurangnya antusiasme siswa dalam bertanya dan jarang terjadi diskusi kelas. Hal ini mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga berakibat rendahnya keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

(27)

belajar bermakna dan siswa termotivasi untuk belajar, yang kemudian akan dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Gambar 1 : Skema Kerangka Berpikir Pelaksanaan ModelGroup Investigation.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

Penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas VII A di SMP Negeri 2 Kembaran.

Peran serta 1. Siswa aktif dalam

menjalankan

investigasi kelompok dan menyiapkan laporan akhir 2. Siswa aktif dalam

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Gambar 1 : Skema Kerangka Berpikir Pelaksanaan Model Group Investigation.

Referensi

Dokumen terkait

Surat izinlpenugasan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk dilaksanakan dan digunakan sebagaimana mestinya, serta melaporkan hagi a Dekan. Atas perhatian dan

Dengan adanya aplikasi ini bagi pemula yang menggemari bulu tangkis dapat mempelajari dengan baik dan benar, selain itu aplikasi ini juga memberikan informasi yang lengkap

Sehubungan dengan pelelangan yang dilakukan oleh Pokja II Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2016 pada Kantor Layangan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin untuk kegiatan :.

Berkenaan dengan hal tersebut, agar Saudara dapat membawa dokumen asli dan menyerahkan rekaman/copy untuk setiap data yang telah dikirim melalui form isian elektronik aplikasi

Demikian kami sampaikan, atas perhatiaannya kami ucapkan terima kasih.. TUNGKAL

Setelah dilakukan pengujian kritik matan hadis, baik dengan ayat-ayat al- Qur’an maupun dengan hadis – hadis yang shahih maka didapatkan hasil bahwa hadis-hadis

Berkenaan dengan hal tersebut, agar Saudara dapat membawa dokumen asli dan menyerahkan rekaman/copy untuk setiap data yang telah dikirim melalui form isian elektronik aplikasi

a) Unggul dalam perolehan nilai UAS b) Unggu dalam lomba kretivitas siswa c) Unggul dalam olympiyade MIPA d) Unggul dalam lomba siswa berprestasi e) Unggul dalam bidang olah raga