• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obligasi 2.1.1 Pengertian Obligasi - BAB II ANING LISTIANINGRUM AKUNTANSI'15

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obligasi 2.1.1 Pengertian Obligasi - BAB II ANING LISTIANINGRUM AKUNTANSI'15"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Obligasi

2.1.1 Pengertian Obligasi

Obligasi merupakan surat pengakuan hutang yang dikeluarkan oleh pemerintah atau perusahaan atau lembaga lain sebagai pihak yang berhutang, yang mempunyai nilai nominal tertentu dan kesanggupan untuk membayar bunga secara periodik atas dasar persentase tertentu yang tetap (Yuliana, dkk. 2011). Bursa Efek Indonesia mendefinisikan bahwa obligasi sebagai surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.

(2)

2.1.2 Klasifikasi Investasi Obligasi

Tujuan dari penjualan obligasi kepada investor salah satunya agar pemerintah dan perseroan memperoleh pinjaman uang. Uang yang mereka dapatkan ketika menerbitkan obligasi, atau dijual kepada publik merupakan jumlah dari uang yang dipinjam. Imbalan yang akan didapatkan oleh pemerintah atau perseroan berupa persetujuan untuk memberikan bayaran dengan jumlah tertentu kepada pemegang obligasi atau pemberi pinjaman (kreditur). Kupon merupakan pembayaran bunga tetap tiap tahun hingga obligasi tersebut jatuh tempo untuk pemilik obligasi. Sehingga utang tersebut akan dilunasi pada saat jatuh tempo, pemegang obligasi akan memperoleh bayaran dari peminjam berupa nilai nominal atau nilai muka obligasi (face value).

Menurut Keown et al. (2001) dalam Pertiwi (2013) menyatakan bahwa obligasi memiliki klasifikasi yang penting diantaranya yaitu:

a. Klaim terhadap Aset dan Pendapatan Perusahaan

(3)

dibayar, dewan obligasi dapat menyatakan bahwa perusahaan penerbitnya bangkrut.

b. Nilai Pari

Nilai pari obligasi adalah nilai nominal yang tertera pada lembar obligasi yang akan dikembalikan kepada pemegang obligasi pada saat jatuh tempo. Tidak dinyatakan dalam jumlah melainkan dalam persentase atas nilai nominalnya.

c. Tingkat Suku Bunga Kupon

Tingkat suku bunga kupon dari suatu obligasi menunjukan besarnya presentase terhadap nilai pari obligasi yang akan dibayar setiap tahun sebagi bunga.

d. Periode Jatuh Tempo

Periode jatuh tempo adalah lamanya waktu hingga pihak penerbit obligasi membayarkan kembali nilai pari obligasi kepada para pemilik obligasi yang sekaligus akan mengakhiri masa berlakunya.

e. Indenture

(4)

jawab dewan. Dewan obligasi, biasanya sebuah bank komersial atau institusi keuangan yang diserahi tugas untuk mengawasi hubungan antar penerbit dan pemilik obligasi, melindungi kepentingan para pemilik obligasi, serta menjamin dilaksanakanya segenap ketentuan yang telah disepakati.

f. Tingkat Penghasilan Sekarang

Tingkat penghasilan sekarang dari suatu obligasi adalah rasio pembayaran bunga tahunan terhadap harga obligasi pada saat sekarang dipasaran.

2.1.3 Jenis-jenis Obligasi

Sebelum transaksi jual beli obligasi terjadi, ada suatu kontrak perjanjian obligasi (bond indenture) antara pembeli dan penjual obligasi. Perjanjian tersebut menentukan adanya macam-macam obligasi yang terdiri dari beberapa bagian diantaranya adalah:

a. Berdasarkan penerbit obligasi (Issuer)

Berdasarkan penerbit obligasi dapat dibagi atas tiga jenis yaitu: 1) Obligasi pemerintah

yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah.

(5)

Contoh penerbit obligasinya adalah BTN, Bapindo, PLN, jasa marga, Pegadaian, Pelabuhan Indonesia, dan lain-lain

3) Obligasi perusahaan swasta

Contoh penerbit obligasinya adalah Astra Internasional, Bank Internasional Indonesia, Citra Marga Nusaphala Persada, Bank Modern, Multiland, Dharmala Sakti Sejahtera, Ciputra development, Tjiwi Kimia, dan lain-lain.

b. Berdasarkan sistem pembayaran bunga

Berdasarkan sistem pembayaran bunga maka obligasi dapat dibagi atas dua jenis yaitu:

1) Obligasi Kupon (Coupon Bond)

(6)

2) Obligasi tanpa Kupon (Zero Coupon Bond)

Lain halnya dengan coupon bond, zero coupon bond tidak mempunyai kupon, sehingga investor tidak akan menerima bunga secara periodik, tetapi bunga langsung dibayarkan sekaligus pada saat pembelian.

c. Berdasarkan tingkat bunganya

Berdasarkan tingkat bunga ada 3 jenis obligasi, yaitu: 1) Obligasi dengan Bunga Tetap (Fixed Rate Bond)

Bunga pada obligasi ini ditetapkan pada awal penjualan obligasi dan tidak berubah sampai dengan jatuh tempo.

2) Obligasi dengan Bunga Mengambang (Floating Rate Bond)

Bunga pada obligasi ini dietapkan pada waktu pertama kali untuk kupon pertama, sedangkan pada waktu jatuh tempo kupon pertama akan ditentukan tingkat bunga untuk kupon berikutnya, demikian seterusnya. Biasanya obligasi dengan bunga mengambang ini ditentukan relatif terhadap suatu patokan suku bunga misalnya 1% diatas JIBOR (Jakarta Inter Bank Offering Rate), 1,5% diatas LIBOR (London Bank Offering Rate).

3) Obligasi dengan Bunga Campuran (Mixed Rate Bond)

(7)

tertentu biasanya pada periode awal, dan periode selanjutnya bunganya mengambang.

d. Berdasarkan jaminannya

Berdasarkan jaminannya ada 5 jenis obligasi yaitu: 1) Collateral

Perusahaan penerbit membuat suatu janji, apabila pada saat jatuh tempo obligasi perusahaan penerbit tidak dapat membayar nilai nominal obligasi maka perusahaan penerbit menyediakan sejumlah asset milik perusahaan sebagai jaminan. Hal tersebut akan memperkuat tingkat kepercayaan pemodal, yang menjamin bahwa pemodal tidak akan mengalami kerugian.

2) Debenture

Dalam tipe obligasi ini, perusahaan penerbit obligasi tidak menjamin dengan aktiva tertentu, tetapi dijamin oleh tingkat likuiditas perusahaan. Pemodal berharap bahwa perusahaan dapat mencapai laba untuk membayar bunga dan nilai nominal obligasi.

3) Subording Debenture

(8)

dibayar setelah debenture. Oleh karena itu, Subording Debenture merupakan obligasi yang mempunyai risiko tinggi.

4) Obligasi pendapatan (Income Bonds)

Obligasi tipe ini, tidak dijamin dengan asset tertentu. Disamping itu, perusahaan penerbit tidak mempunyai kewajiban membayar bunga secara periodik kepada pemegang obligasi. Dalam obligasi, perusahaan akan membayar bunga apabila laba yang dicapai cukup untuk membayar bunga. Perusahaan penerbit tidak mempunyai utang bunga apabila periode yang berlalu tidak mampu membayar bunga.

5) Obligasi Hipotek (Mortgage)

(9)

2.1.4 Manfaat Obligasi

Obligasi memiliki beberapa manfaat, diantaranya:

a. Tingkat bunga obligasi bersifat konsisten, dalam arti tidak dipengaruhi harga pasar obligasi.

b. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima, sebab dalam kontrak perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak yang akan diterima pemegang obligasi.

c. Investasi obligasi dapat pula melindungi resiko pemegang obligasi dari kemungkinan terjadinya inflasi.

d. Obligasi dapat digunakan sebagai agunan kredit bank dan untuk membeli instrumen aktiva lain.

2.1.5 Kelemahan Obligasi

Berbagai bentuk kelemahan obligasi sangat bervariasi, tergantung pada stabilitas suatu perekonomian Negara. Berikut ini kelemahan dari obligasi:

a. Tingkat bunga. Tingkat bunga pasar keuangan dengan harga obligasi mempunyai hubungan negatif, apabila harga obligasi naik maka tingkat bunga akan turun, dan sebaliknya.

(10)

c. Tingkat likuidasi obligasi rendah. Hal ini dikarenakan pergerakan harga obligasi, khususnya apabila harga obligasi menurun.

d. Resiko penarikan. Apabila dalam kontrak perjanjian obligasi ada persyaratan penarikan obligasi, perusahaan dapat menarik obligasi sebelum jatuh tempo dengan membayar sejumlah premi.

e. Resiko kecurangan. Apabila perusahaan penerbit mempunyai masalah likuiditas dan tidak mampu melunasi kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan maka pemegang obligasi akan menderita kerugian.

2.1.6 Peringkat Obligasi

(11)

Pemeringkatan obligasi memiliki tujuan untuk memberikan informasi akurat berupa peringkat mengenai posisi bisnis perusahaan dan kinerjanya yang menerbitkan obligasi kepada calon investor . Perusahaan juga memiliki manfaat lain dari adanya peringkat obligasi, jika peringkat yang didapatkan perusahaan baik dengan sendirinya akan menjadi sarana promosi untuk menarik investor untuk berinvestasi karena memiliki kepercayaan diri dengan peringkat yang dimiliki.

(12)

Tabel 2.1 Definisi Peringkat Obligasi PT Pefindo

Peringkat Keterangan

AAA Efek utang dengan peringkat AAA merupakan efek utang peringkat tertinggi dari Pefindo yang didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatif di banding entitas Indonesia lainya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjang sesuai dengan yang diperjanjikan.

AA Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas kredit sedikit dibawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainya.

A Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan kemampuan obligor yang kuat dibandingkan dengan entitas Indonesia lainya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan.

BBB Efek utang dengan BBB didukung oleh kemempuan obligor yang memadai relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial, namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan.

BB Efek utang dengan peringkat BB menunjukan dukungan kemampuan obligor yang agak lemah relatif dibandingkan dengan entitas lainya untuk memenuhi kewajiban potensial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis yang tidak menentu.

B Efek utang dengan peringkat B menunjukan parameter perlindungan yang sangat lemah. Walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dari perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansialnya. CCC Efek utang dengan peringkat CCC menunjukan efek utang yang

tidak mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnya, serta hanya tergantung kepada perbaikan keadaan ekternal.

D Efek utang dengan peringkat D menandakan efek utang yang macet. Perusahaan penerbit sudah berhenti berusaha.

(13)

Darmadji dan Fakhruddin (2001) menyatakan bahwa peringkat obligasi dengan tanda tambah (+) atau kurang (-) dapat dicantumkan dengan peringkat mulai dari AA hingga CC. Tanda tambah menunjukan bahwa kategori peringkat lebih mendekati kategori peringkat diatasnya. Tanda kurang berarti bahwa suatu kategori peringkat tetap lebih baik dari kategori peringkat dibawahnya walaupun semakin mendekati. Jadi rating dengan tanda (+) atau (-) berpeluang dinaikan atau tidak tergantung pada outlook. Jika outlook bernilai positif artinya berpeluang dinaikan pada periode rating mendatang, stabil artinya akan tetap dan negatif artinya akan berpeluang diturunkan pada periode rating berikutnya.

Menurut Ang (1997) dalam Ikhsan (2012) menyatakan bahwa pemeringkatan dibagi atas 2 jenis yaitu corporate rating dan securities rating. Corporate rating adalah pemeringkatan yang dilakukan untuk menilai

(14)

2.1.7 PT.PEFINDO

Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat obligasi. Di Indonesia terdapat dua lembaga pemeringkatan obligasi yaitu PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT. Kasnic Credit Rating. Perbedaan antara PT. PEFINDO dengan PT. Kasnic Credit Rating yaitu Pefindo dapat mempublikasikan peringkat obligasi setiap bulan sedangkan Kasnic tidak dapat mempublikasikan peringkat obligasi setiap bulan, disebabkan karena banyaknya perusahaan yang menggunakan jasa PEFINDO dibandingkan dengan Kasnic dalam proses untuk pemeringkatan obligasi.

(15)

Berikut ini beberapa rating obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia), dengan menggunakan ordinal yang diukur berdasarkan kode 1-20, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.2 Kategori Peringkat Obligasi

Pemeringkat Obligasi Skala Pemeringkat Obligasi Skala

AAA 20 BB+ 10

AA+ 19 BB 9

AA 18 BB- 8

AA- 17 B+ 7

A+ 16 B 6

A 15 B- 5

A- 14 CCC+ 4

BBB+ 13 CCC 3

BBB 12 CCC- 2

BBB- 11 D 1

Sumber : www.pefindo.com

2.2 Perusahaan Non Perbankan

Perusahaan non perbankan atau Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan, secara langsung ataupun tidak langsung, menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk kegiatan produktif.

1. Usaha – Usaha yang dilakukan LKBB antara lain:

a. Menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan kertas berharga.

(16)

2. Jenis – Jenis Lembaga Keuangan Bukan Bank :

a. Perusahaan Asuransi : perusahaan yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum pada pihak ketiga karena peristiwa ketidakpastian

b. Perusahaan Dana Pensiun ( TASPEN ) : badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pension.

c. Koperasi Simpan Pinjam : menghimpun dana dari masyarakat dan meminjamkan kembali kepada anggota atau masyarakat.

d. Bursa Efek / Pasar Modal : tempat jual beli surat-surat berharga, salah satunya yaitu obligasi. Obligasi adalah surat berharga yang merupakan instrumen utama perusahaan.

e. Pegadaian : suatu usaha yang memberikan pinjaman bagi nasabah dengan jaminan barang

2.3 Faktor Keuangan yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi

(17)

obligasi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi pada penelitian ini adalah:

2.3.1 Profitabilitas

Menurut Septyawati (2013) menyatakan bahwa profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur seberapa efektif keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan pada tingkat penjualan, asset, modal dan sumber dana yang dimilikinya. Profitability dapat memberikan gambaran secara efektif kegiatan operasi perusahaan sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Hasilnya dapat ditunjukan dari penjualan dan pendapatan investasi dengan memperoleh laba.

(18)

Menurut Sartono (2010) rasio profitabilitas dapat diproksikan dengan menggunakan:

1.

2.

3.

4.

2.3.2 Likuiditas

Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi suatu kewajiban keuanganya yang harus dibayarkan pada saat jatuh tempo. Current ratio dan Acid Test Ratio dapat digunakan untuk mengukur tingkat

(19)

Menurut Pertiwi (2013) indikator terbaik untuk menilai sejauh mana perusahaan menggunakan aktiva-aktivanya dapat diubah menjadi kas dengan cepat melunasi utang perusahaan yaitu dengan menggunakan sekala ukur Current Ratio. Sedangkan menurut Sartono (2010) rasio likuiditas dapat diproksikan dengan current ratio dan quick ratio. Adapun rumus dari masing-masing proksi adalah sebagai berikut:

1.

2.

2.3.3 Ukuran Perusahaan

Total asset, penjualan, dan ekuitas dapat digunakan untuk mengukur perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan pengukur yang digunakan untuk menunjukan besar kecilnya perusahaan tersebut. Besar kecilnya perusahaan mampu melihat seberapa besar resiko yang mungkin akan di terima. Perusahaan yang besar memiliki resiko yang lebih kecil sedangkan perusahaan yang kecil memiliki kemungkinan untuk memperoleh resiko yang lebih besar. Besarnya perusahaan akan semakin dikenal oleh masyarakat sehingga investor lebih yakin dengan banyaknya informasi yang dapat diperolehnya itu dapat mengurangi resiko perusahaan yang menerbitkan obligasi.

(20)

pada saat mengemisi obligasi. Maka total aset ditranformasikan ke dalam bentuk logaritma natural sebagai berikut:

2.4 Faktor Non Keuangan yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi

2.4.1 Reputasi Auditor

(21)

yaitu Big Four International Firm, National Firm, Regional and large local firm dan small local firms.

Allen (1994) dalam Winardi (2013) menyatakan bahwa penggunaan informasi keuangan merasa bahwa auditor Big Eight memberikan kualitas audit yang lebih baik bagi perusahaan dan pemerintah daerah. Reputasi auditor yang baik adalah auditor yang berafiliasi dengan kantor akuntan publik (KAP) besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm. Berdasarkan reputasinya KAP dikategorikan menjadi dua yaitu:

a. KAP yang berafiliasi dengan The Big Four tahun2011:

1) KAP Purwantono, Sarwoko & Sandjaja afiliasi dengan Ernst & Young.

2) KAP Osman Bing Satrio & Rekan afiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu.

3) KAP Siddharta & Widjaja afiliasi dengan KPMG.

4) KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan serta KAP Haryanto Sahari & dan Rekan afiliasi dengan Price Waterhouse Coopers.

b. KAP yang berafiliasi dengan The Big Four tahun2012:

(22)

2) KAP Osman Bing Satrio dan rekan afiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu.

3) KAP Siddharta & Widjaja (Tohana Widjaja) afiliasi dengan KPMG.

c. KAP yang berafiliasi dengan The Big Four tahun2013:

1) KAP Purwantono, Suherman & Surja afiliasi dengan Ernst & Young. 2) KAP Osman Bing Satrio dan Eny afiliasi dengan Deloitte Touche

Tohmatsu.

3) KAP Siddharta & Widjaja afiliasi dengan KPMG.

4) KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan afiliasi dengan Price Waterhouse Coopers.

d. KAP yang tidak berafiliasi dengan The Big Four.

2.4.2 Umur Obligasi

(23)

Investor cenderung tidak menyukai obligasi dengan umur yang lebih panjang dikarenakan risiko yang akan didapat juga akan semakin besar. Oleh sebab itu umur obligasi yang pendek lebih menunjukan peringkat obligasi yang investment grade. Jatuh tempo obligasi yang panjang secara umum akan memperoleh kupan dan bunga yang tinggi pula.

2.5 Penelitian Terdahulu

Mengkaji beberapa penelitian terdahulu mengenai faktor keuangan dan non keuangan terhadap peringakat obligasi dengan menunjukan hasil yang berbeda-beda, diantaranya adalah penelitian dari Thamida dan Lukman (2013) yang meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi. Variabel yang diuji adalah Capitalization, profitabilitas, likuiditas, reputasi auditor dan capitalization yang diproksikan dengan peringkat obligasi PT.PEFINDO. Sampel yang diambil adalah pada industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2012. Hasil penelitian yang didapat adalah 5 (lima) variabel yang diuji terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi diantaranya yaitu variabel Capitalization, reputasi auditor, dan capitalization yang diproksikan dengan primary ratio dan reputasi auditor memiliki pengaruh dalam pentuan peringkat

(24)

Septyawanti (2013) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi dengan menggunakan variabel konservatisme akuntansi, leverage, liquidity, dan profitability. Sampel yang diambil sebanyak 75 perusahaan

non-perbankan tahun 2008-2010. Dengan menggunakan regresi logistik didapatkan hasil penelitian bahwa yang berpengaruh terhadap peringkat obligasi adalah leverage dan profitability.

Yuliana, ddk. (2011) meneliti variabel ukuran perusahaan (size), leverage, profitability, activity, market value ratio, umur obligasi (maturity), jaminan

(secure), dan reputasi auditor. Sampel yang diambil adalah perusahaan keuangan yang di peringkat oleh PT.PEFINDO periode April 2009 dan 2010. Dengan hanya meneliti dengan rentan waktu dua tahun diperoleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa hanya 4 variabel dari 8 variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi yaitu ukuran perusahaan (size), profitability, jaminan (secure), dan reputasi auditor.

(25)

bahwa hanya growth dan jaminan yang berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Sedangkan ukuran perusahaan (size), profitabilitas, likuiditas, umur obligasi, reputasi auditor tidak berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Yulianingsih (2010) menguji variabel likuiditas (CR), profitabilitas (ROA), leverage (DER), size perusahaan, produktivitas (STA), dan umur obligasi untuk mendapatkan hasil tentang faktor yang berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi. Sampel yang digunakan adalah perusahaan perbankan 2006-2010. Hasil penelitian tersebut adalah hanya variabel likuiditas dan leverage yang tidak berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi.

2.6 Kerangka Pemikiran

Salah satu instrumen keuangan yang diperjualbelikan dipasar modal adalah obligasi. Obligasi di terbitkan oleh perusahaan maupun pemerintah kepada pembeli atau pemilik obligasi (investor) berupa surat tanda kontrak hutang jangka panjang. Investor yang akan membeli obligasi sebelumnya harus memperhatikan risiko yang terkandung dalam suatu obligasi. Dengan begitu investor dapat melihat peringkat dari obligasi untuk menilai risiko obligasi tersebut.

(26)

sedangkan faktor non keuangannya ada reputasi auditor dan umur obligasi sebagai variabel independen. Peringkat obligasi sebagai variabel dependen. Oleh sebab itu kerangka pemikiran yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

H1+

H2+

H3+

H4 +

H5-

Gambar 2.3

Kerangka Pemikiran

2.7 Perumusan Hipotesis

2.7.1 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Menurut Prabowo dan Sujipto (2012) salah satu indikator penting yang harus diperhatikan dalam menilai peringkat obligasi dimasa mendatang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator

Likuiditas (X2)

Ukuran Perusahaan (X3) Peringkat Obligasi

(Y) Reputasi Auditor (X4)

(27)

ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui investasi yang akan dilakukan investor disuatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor, salah satunya dengan menggunakan ROA.

ROA digunakan untuk mengukur prifitabilitas karena mampu mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA juga memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan laba karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu Yuliana, dkk. (2011).

Rasio profitabilitas yang tinggi menunjukan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar bunga periodik dan melunasi pokok pinjaman sehingga dapat meningkatkan peringkat obligasi perusahaan (Winardi, 2013). Hal itu juga dikemukakan oleh Yuliana (2011) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas, maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar atau default risk, dan semakin baik peringkat yang berkaitan terhadap perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.

(28)

2.7.2 Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo dengan menggunakan sumber jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar utang-utang jangka pendeknya. dengan aset lancar yang lebih tinggi dari utang lancar, perusahaan mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek kepada investor tepat pada waktunya (Alfiani, 2013).

Menurut Maharti (2011) apabila kemampuan melunasi utang jangka pendek baik maka setidaknya kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka panjang juga baik. Hal tersebut dikarenakan pengelolaan keuangan perusahaan yang baik, dengan terlunasinya kewajiban jangka pendek maka mengindikasi bahwa kewajiban jangka panjang juga dapat terpenuhi. Penelitian yang dilakukan oleh Almalia, dkk. (2007) dalam Hedianto dan Wijaya (2010) mengkonfirmasi bahwa likuiditas berhubungan positif dengan prediksi peringkat obligasi. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.

(29)

2.7.3 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan karakteristik suatu perusahaan dalam hubunganya dengan struktur perusahaan. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan, dan rata-rata aktiva. Jika total aktiva, jumlah penjualan, atau ekuitas tersebut besar, maka logaritme terhadap jumlah tersebut dapat digunakan sebagai penelitian (Alfian, 2013).

Menurut Prabowo dan Sutjipto (2012) menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai korelasi positif terhadap peringkat obligasi. Didukung dengan pernyataan dari Yuliana (2011) yang menyatakan bahwa perusahaan kecil lebih memiliki risiko yang besar dibandingkan dengan perusahaan besar. Aset yang dimiliki perusahaan besar relatif lebih besar jumlahnya sehingga dengan aset tersebut dapat digunakan untuk jaminan membayar obligasi. Oleh karena itu perusahaan yang besar diasumsikan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban obligasi, sehingga peringkat obligasi menjadi lebih baik. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.

(30)

2.7.4 Reputasi Auditor

Reputasi auditor dilakukan pengujian karena memiliki argumen yang mendukung salah satunya yaitu semakin tinggi reputasi auditor maka akan memberikan hasil audit yang dapat dipercaya sehingga semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan. Perusahaan yang diaudit oleh KAP the big 4 sebagian besar memiliki kualitas yang lebih baik karena semakin baik reputasi auditor maka akan mempengaruhi peringkat obligasi (Sejati, 2010).

Winardi (2013) menyatakan bahwa auditor eksternal dapat menjadi mekanisme pengendalian terhadap manajemen agar dapat menyajikan informasi keuangan secara andal dan terbebas dari praktek kecurangan akuntansi. Yuliana (2011) juga berpendapat bahwa dengan begitu investor dapat memenuhi kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajibannya, yang berdampak pada obligasi yang aman untuk diinvestasikan sehingga peringkat obligasi perusahaan dapat meningkat. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.

(31)

2.7.5 Umur Obligasi

Umur obligasi adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nominal yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun, obligasi yang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun Susilowati dan Sumarto (2010) dalam Yuliana (2011).

Raharjo (2004) dalam Winardi (2013) menyatakan bahwa secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi kupon atau bunganya. Obligasi yang jatuh tempo dalam jangka waktu yang pendek akan lebih mudah untuk dipediksi, sehingga memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki jatuh tempo dalam waktu panjang. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut.

Gambar

Tabel 2.2 Kategori Peringkat Obligasi
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 8 menampilkan halaman laporan yang berfungsi untuk menampilkan data perhitungan sistem penunjang keputusan menggunakan metode Weighted Product berdasarkan data yang

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka judul penelitian yang diajukan adalah “ Pendeteksian Financial Statement Fraud dengan Menggunakan Beneish

‘’ Telah Nampak kerusaka di darat dan di laut di sebabkan karena perbuatan tangan manusia’’. Oleh karana itu apabila kita dalam menata kehidupan perekonomian,

Peta di atas adalah peta kedalaman lapisan pada daerah penelitian dengan menggunakan metode ITM. Terlihat bahwa terdapat kedalaman yang cukup

pewawancara adalah apakah kelemahan itu aan menggangu pekerjaan Anda dan sejauh mana Anda dapat mengubah kelemahan itu menjadi kekuatan. Misalnya, Anda orang yang sulit

Hal tersebut menarik dan menjadi peluang penelitian untuk melihat resiliensi akademik peserta didik yang berasal dari sekolah yang sama dengan sarana prasarana sekolah

Di bawahnya terdapat lapisan subendotel yang mengandung serat kolagen halus.Sedangkan lapisan yang menyatu dengan miokardium disebut lapisan subendokardial yang terdiri

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pasal 1 ayat (14) menyebutkan Pencemaran lingkungan hidup adalah