• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM KARDIOVASKULER DAN SISTEM LIMFATIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM KARDIOVASKULER DAN SISTEM LIMFATIK"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

DAN SISTEM LIMFATIK

Mata Kuliah

: Histologi

Pokok Bahasan

: Jantung & Sistem Sirkulasi darah & Lymfe

Alokasi Waktu

:

Hari/tanggal

:

:

Pengampu

: Drs. Priyo Susatyo, MSi

Kompetensi Umum

Setelah menyelesaikan mata kuliah Histologi (pada

akhir blok) mahasiswa akan dapat mengidentifikasi,

menjelaskan dan membedakan susunan mikroskopis,

histofisologi sistem organ cardiovasculer & limfa.

Kompetensi Khusus

:

1. mampu mengidentifikasi, menjelaskan & membedakan susunan

mikroskopis macam pembuluh darah kaliber kecil & sedang

2. mampu mengidentifikasi, menjelaskan & membedakan susunan

mikroskopis macam pembuluh darah kaliber besar dan

kompartementasi bagian serta susunan mikroskopis stratifikasi

dinding jantung

3. mampu menjelaskan histofisiologi pembuluh darah & jantung

4. mampu mengidentifikasi, menjelaskan & membedakan susunan

mikroskopis macam pembuluh limfa

5. mengidentifikasi komponen utama dari sistem limfa dan

menerangkan fungsinya

6. mendiskusikan kegunaan limfosit dan mendiskripsikan

penyebarannya dalam tubuh

7. mendiskripsikan struktur jaringan dan organ limfoid serta

fungsinya

(2)

BUKU/BAHAN BACAAN POKOK DALAM PERKULIAHAN

1. Functional Histology. A Text and Colour Atlas.Junquiera, Carneiro dan Kelly.

1995. Churchill Livingstone.

2. Atlas of Human Histology. De Fiore. 1988. Lea & Febiger

3. An Advanced Atlas of Histology. 1989. Freeman dan Baracegidle. Heinmaun

Educational.

4. Basic Histology.Junquiera,LC,Carnerio and RO Kelly.1995.. Penerjemah : Jan

Tambayong. EGC.

5. Atlas of Human Histology.De Fiore,MSH.1988.Lea & Febiger

6. An Advanced Atlas of Histology.Freeman,WH and Bracegidle.1989.

Heinmaun Educational.

7. Wheatter’s Functional Histology.A Text and Colour Atlas. Paul RW,H.Goerge

Burkitt,Victor GD.1995.Churcil Livingstone,London

8. Practical Illustrated Histology.Ratcliffe,NA.1983..Mac Millan Press,London.

9. Histology . Cormack,DH.Ham.Jilid I,edisi 9.Terjemahan Jam Tambojang.Bina

Rupa Aksara,Jakarta,1987.

10. Histology,A Text and Atlas.Ross,MH,romrell,Kaye,GI .Third

edition.Baltimore,

Maryland.William & Wilkins,1995.

11. Buku Teks Histologi . Finn Geneset..Jilid II,terjemahan Arifin.

12. Histology and Cell Biology,an Introduction to Pathology

Kierzenbaum,AL.2002..

Inc.St.Louis Missouri.

13. Color Atlas of Histology .Gartner LP,Hiatt JL.2002. 3nd.Lippincott Williams

& Willems

14. Textbook of Histology .Leeson,CR.TS Leeson and AA Paparo.1985..WB

Saunders Company

15. Internet :

www. American medicaljournal.com

www. British medicaljournal.com

(3)

SISTEM KARDIOVASKULER

& SISTEM LIMFATIK

PENDAHULUAN

Sistem sirkulasi mengendalikan gerak kontinyu seluruh cairan tubuh, dengan fungsi utama mengangkut oksigen dan nutrien ke jaringan dan karbondioksida serta produk limbah metabolisme lainnya dari jaringan menuju ginjal dan paru-paru. Sistem sirkulasi juga terlibat dalam pengaturan suhu dan distribusi molekul seperti hormon, dan sel seperti yang dari sistem imun. Sistem sirkulasi memiliki dua komponen fungsional : sistem vaskular darah dan sistem vaskular limfe.

Sistem vaskular darah terdiri atas lingkaran pembuluh yang aliran darahnya dipertahankan oleh jantung yang memompa terus menerus. Sistem arteri membentuk jalinan yang menuju kapiler yang merupakan tempat utama pertukaran gas dan metabolit antara jaringan dan darah. Sistem vena mengembalikan darah dari kapiler ke jantung. Sebaliknya, sistem vaskular limfe semata-mata adalah sistem drainase pasif untuk mengembalikan cairan ekstravaskular yang berlebihan, yaitu limfe, ke dalam sistem vaskular darah. Sistem vaskular limfe tidak mempunyai mekanisme pompa intrinsik.

SKEMA MATERI

atrium ? CARDIOVASCULAR Cor / jantung

ventrikel

(Alat peredaran darah)

Arteri

Pembuluh darah Vena Kapiler (arteriol, venule)

(4)

SISTEM KARDIOVASKULER

BAGAN ALIRAN DARAH

Aorta & cabangnya

Ukuran sedang arteri ukuran

sedang/muskuler

Arterio-veneous-anastomose SISTEM PEMBULUH DARAH

Sistem pembuluh darah mempunyai selapis sel endotel yang selalu melapisi lumennya.Pada pembuluh kapiler, lapisan sel endotel ini merupakan bagian utama dindingnya. Dengan meningkatnya kaliber pembuluh darah terlihat penambahan lapisan pada dindingnya.

Keseluruhan sistem sirkulasi memiliki struktur dasar umum :

• Satu lapis dalam terdiri atas selapis sel epitel sangat gepeng yang disebut endotel, ditunjang oleh membran basal dan jaringan elastin halus; mereka membentuk tunica intima;

• Satu lapis muskular intermediat, terdiri atas lapisan sel otot polos membentuk tunica media;

• Satu lapis jaringan penyokong luar disebut tunica adventisia.

Pembuluh Kapiler

Pembuluh kapiler merupakan tabung endotel sederhana yang menghubungkan arteri dan vena dari sistem peredaran darah. Garis tengahnya rata-rata 7-9 mikron atau mikrometer (kira-kira sesuai dengan garis tengah eritrosit). Tingkat metabolisme suatu organ menentukan kepadatan jalinan kapiler. Jalinan kapiler yang padat terdapat pada paru, hati, ginjal, membran mukosa, kelenjar, otot rangka dan subsansia grisea otak. Sedangkan jalinan kapiler yang longgar terdapat pada tendo, saraf, jaringan otot polos dan membran serosa.

Dinding kapiler terdiri atas selapis sel endotel gepeng, yang dipisahkan dari jaringan di sekitarnya oleh lamina atau membran basal. Setiap sel endotel berupa lempeng tipis

VENA CAVA

JANTUNG

ARTERI

ELASTIS

VENA

VENULE

KAPILER

SINUSOID

ARTERI

PENYEBAR

ARTERIOLE

(5)

melengkung dengan inti lonjong. Umumnya sel tertarik searah dengan poros pembuluh dan meruncing pada kedua ujungnya.

Kapiler dikelilingi selubung tipis terdiri atas serat kolagen dan elastin tipis dan disertai sel perivaskuler atau perisit. Setiap perisit diliputi membran basal. Perisit, kemungkinan merupakan sel yang belum berkembang dan dapat berkembang menjadi sel jenis lain termasuk otot polos.

PENGGOLONGAN KAPILER

1. Kapiler kontinyu, dindingnya tertutup

2. Kapiler fenestrata/perforata, mempunyai pori-pori 3. Kapiler sinusoid

Sifat-sifat dari kapiler sinusoid : • Lumennya berkelok-kelok

• Mempunyai diameter yang lebih besar , 30-40 mikrometer • Sirkulasi darah lambat

• Terbuka antara ruang antar sel

• Tidak dibatasi endotel secara kontinyu, di tepi terdapat sel dengan dinding bulat yang berfungsi untuk fagositosis (sel kupfer ).

 terdapat dalam hati dan organ hemopoietik seperti sumsum tulang dan limpa.

Gambar . Mikrograf elektron potongan melintang kapiler myokardium,

merupakan kapiler kontinyu. Perbesaran 12.600 x

(Sumber : Junqueira & Carneiro,1982)

Gambar . Mikrograf elektron endotel kapiler fenestrata/perforata.Panah adalah pori-pori dengan diafragmanya. Di tengah terdapat vesikel pinositotik yang besar.

(6)

Fungsi Kapiler

Kapiler sekurang-kurangnya melakukan tiga fungsi penting. Mereka berfungsi sebagai sawar permeabilitas selektif, sebagai sistem sintetis dan metabolik serta antitrombogenik

1. Permeabilitas

Kapiler dan venul pasca kapiler seringkali disebut sebagai pembuluh pertukaran karena pada tempat inilah oksigen, karbon dioksida, dan metabolit dipindahkan dari darah ke jaringan dan dari jaringan ke darah. Molekul hidrofobik dan hidrofilik kecil misalnya oksigen, karbon dioksida,glukosa dapat berdifusi atau ditranspor secara aktif melintasi plasmalema sel endotel kapiler. Substansi ini kemudian ditranspor melalui difusi ke permukaan sel berlawanan, tempat mereka dibebaskan ke celah ekstraseluler.Air dan molekul hidrofilik lain, bergaris tengah kurang dari 1,5 nm dan berberat molekul kurang dari 10.000 dapat melintasi dinding kapiler dengan berdifusi melalui taut interselular. Dalam keadaan abnormal seperti peradangan yang diinduksi oleh bakteri, bahan kimia, dan racun mengubah permeabilitas tautan antar sel-sel endotel. Permeabilitas kapiler dan venul pasca kapiler sangat meningkat, dengan cara menerobos tautan sel endotel lekosit ke luar dari aliran darah dengan menerobos di antara sel endotel dan memasuki celah-celah jaringan melalui proses yang disebut diapedesis.

2. Fungsi Metabolik

Sel endotel kapiler dapat memetabolisme berbagai macam substrat. a.Aktivasi-Konversi angiotensin I menjadi angiotensin II

b.Inaktivasi-Konversi bradikinin, serotonin, prostaglandin, norepinefrin , trombin dan lain-lain menjadi senyawa yang secara biologis tak aktif

c.Lipolisis-Perombakan lipoprotein menjadi trigleserida dan kolesterol (substrat untuk sintesis hormon steroid dan struktur membran)

d.Produksi faktor vasoaktif-Sel-sel endotel menghasilkan berbagai macam substansi yang memiliki efek pada tonus vaskuler, misalnya endotelin yang meruplakan obat vasoaktif,dan nitrogen oksida, faktor relaksasi.

3. Fungsi Antitrombogenik

Bila sel endotel mengelupas, jaringan ikat subendotel yang tersingkap menginduksi agregasi trombosit. Koagulasi fibrin yang terjadi kemudian membentuk massa padat yang disebut trombus, yang dapat membesar dan menutup aliran vaskuler yaitu suatu keadaan yang potensial fatal. Sel-sel endotel mencegah kontak trombosit dengan jaringan ikat subendotel dengan demikian menghasilkan efek antitrombogenik.

ARTERI

Arteri diklasifikasikan menurut ukuran diameter lumennya : • Tipe Besar / elastis : Aorta dan cabangnya

(7)

• Tipe Sedang / muskuler : Arteri biasa • Tipe Kecil : Arteriole

Dinding arteri pada umumnya terdiri atas tiga lapis atau tunika :

1.Tunika intima , yang paling dalam terdiri atas selapis sel endotel di sebelah dalam dan diluarnya diliputi oleh lapisan subendotel yang merupakan jaringan ikat fibroelastis halus; dan yang paling luar disebut membrana / lamina elastika interna .

2.Tunika media, lapis tengah terutama terdiri atas sel otot polos yang tersusun melingkar. Serat-serat elastin dan kolagen dalam jumlah yang beragam terselip di antara sel-sel otot polos.

3.Tunika adventisia, terutama terdiri atas jaringan ikat yang kebanyakan unsurnya tersusun sejajar sumbu panjang pembuluh . Berbatasan dengan tunika media mungkin terdapat tunika elastika eksterna yang jelas. Ketebalan relatif dari setiap lapisan tergantung pada jenis dan ukuran pembuluh.

Gambar . Penampang skematis arteri muskuler dengan lapisan-lapisannya (Sumber : Junqueira dan Carneiro, 1982. Basic Histology)

ARTERIOL

Pembuluh ini, bergaris tengah 100 mikrometer atau kurang mempunyai tunika intima terdiri atas endotel dan membrana elastika interna saja. Tidak ada jaringan sub endotel. Membran elastika interna berupa jalinan serat yang terlihat dengan mikroskop cahaya sebagai garis tipis berkilau tepat di bawah endotel.

(8)

Tunika media terdiri atas satu sampai lima lapis utuh sel otot polos dengan serat-serat elastin tersebar diantaranya.

Tunika adventisia, lebih tipis dari tunika medianya berupa selapis jaringan ikat yang mengandung serat kolagen menyatu dengan jaringan ikat di sekitarnya.

Arteriol mempnyai dinding yang relatif tebal dengan lumen yang relatif sempit. Pembuluh ini mampu mengontrol distribusi darah ke dalam berbagai jaringan kapiler yang berbeda dengan vasodilatasi dan vasokonstriksi setempat.

Gambar . Arteriole dengan lapisan penyusunnya. (L) Rhesus monkey, Helly's fluid, modified aldehyde fuchsin stain, 612 x.; (R) Human, Helly’s fluid, Mallory – Azan stain, 612 x

ARTERI KECIL DAN SEDANG.

Meliputi semua arteri yang bernama dan semua arteri kecil yang tidak bernama / arteri innominatus / anonymous. Kelompok arteri ini disebut arteri distribusi atau arteri pembagi.

Tunika intima mempunyai tiga lapisan yang jelas. Di bawah endotel yang berada di atas membran basal yang tipis terdapat lapisan subendotel yang mengandung serat kolagen dan elastin halus, beberapa fibroblas. Membran elastika interna sangat jelas dan membentuk sabuk tebal yang terdiri atas jalinan padat serat elastin. Pada sediaan histologi lapisan ini tampak bergelombang akibat kontraksi pasca-mati unsur otot tunika media.

(9)

Gambar . Arteri muskuler dengan lapisan penyusunnya; tampak juga vena dan kapiler. Human, 10% formalin, H. & E. A. 162 x., B. 612 x.

Human, glutaraldehyde-osmium fixation, toluidine blue stain, C. 612 x.

Tunika media hampir semuanya dibentuk oleh serat otot polos yang tersusun melingkar. Di antara lapisan otot ini, yang jumlahnya mencapai 40 terdapat sejumlah kecil jaringan ikat yang mengandung serat elastin, kolagen dan retikulin dan sedikit fibroblas.

Tunika adventisia pada umumnya setebal tunika media. Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengandung serata kolagen dan elastin yang hampir seluruhnya tersusun memanjang atau melingkar ulir. Serat elastin terutama terdapat di bagain dalam tempat mereka biasanya membentuk membran elastika eksterna. Bagian luar tunika adventisia berbaur dengan jaringan ikat di sekitarnya tanpa batas yang jelas di antara keduanya .

ARTERI BESAR

Arteri besar digolongkan dalam arteri tipe elastis. Sel endotel tunika intima berbentuk poligonal tidak memanjang seperti pada arteri yang lebih kecil. Lapisan subendotel terdiri atas serat elastin dan kolagen serta fibroblas.

Di bagian dalam tunika intima terdapat berkask-berkas kecil serat otot polos. Sejumlah besar serat elastin terutama tersusun memanjang. Berjalan di bagian dalam lapis subendotel .

Tunika media dicirikan oleh banyaknya membran elastin, 40-60 jumlahnya.Sel-sel oto polos mempunyai banyak tonjolan pendek yang terpancang pada jaring-jaring elastin.

Tunika adventisianya berupa selubung tipis, tidak demikian tersusun secara khusus sehingga sulit di bedakan dari jaringan di sekitarnya. Tidak jelas adanya tunika atau membran elastika eksterna.

(10)

Jenis arteri elastis : aorta; arteri innominatus / anonymous; arteri pulmonaris; arteri subclavia; arteri carotis communis

VENA

Darah di dalam sistem vena bertekanan sepersepuluh dari tekanan darah arteri dan karena itu harus menampung volume darah lebih besar dari pada sistem areri . Kaliber vena umumnya lebih besar daripada arteri, tetapi dindingnya jauh lebih tipis yang terutama disebabkan oleh berkurangnya unsur otot dan elastinnya.

Dindingnya sebagian besar terdiri atas jaringan ikat kolagen. Serabut- serabut otot dan serabut-serabut elastisnya jauh kurang menyolok dibanding dengan dinding arteri. Dibandingkan dengan dinding arteri, vena tak mempertahankan bentuknya setelah kematian karena sedikit mengandung serabut-serabut elastis sehingga dindingnya kolap dan bentuk lumennya tak teratur.

Penggolongan Vena 1. Venula

2. Vena kecil dan sedang 3. Vena besar

VENULA

Perubahan dari kapiler ke venula berlangsung bertahap, sedikit demi sedikit bermula meliputi penambahan jaringan ikat kemudian otot polos. Venula yang paling kecil mempunyai intima terdiri atas endotel saja dengan selubung serat kolagen di luarnya.Venula ini terlibat dalam saling tukar metabolit antara darah dan jaringan .

Venula menerima darah dari kapiler, pada tempat-tempat tertentu venula menerima darah dari jembatan arteriovenosa.

Venula mempunyai diameter lebih besar dari kapiler. Dindingnya terdiri atas :

• Sel endotel dengang sitoplasma mengandung lisosom dan vesicle pinositotik • Membrana basalis , membran ini semakin tua semakin tebal .

• Perisit

• Serabut- serabut kolagen yang terdapat di luar perisit

Venula melanjutkan diri ke vena-vena kecil. Di sini perisit berubah menjadi sel-sel otot polos.

Perisit pada kapiler dam venula cenderung bersifat makrofage.

Pada pembentukan vena baru dari venula, sel-sel perisit berubah menjadi sel-sel otot polos dan dapat pula membentuk membran basalis dan serabut kolagen.

(11)

Gambar . Perbandingan struktur arteri dan vena ukuran sedang. Perhatikan bahwa tunika intima dan tunica media sangat berkembang sekali pada arteri tetapi tidak pada vena

VENA KECIL DAN SEDANG

Struktur vena kecil dan sedang hampir sama, hanya berbeda dalam diameternya. Garis tengahnya berkisar antara 1-9 mm.

Tunika intimanya tipis, sel endotelnya pendek dan berbentuk poligonal. Jaringan ikat subendotel tidak jelas.

Tunika media tipis dibandingkan arteri yang setara. Lapisan ini terdiri atas berkas kecil serat otot polos yang tersusun melingkar di pisahkan oleh serat-serat kolagen dan jalinan halus serat elastin. Tunika media lebih berkembang pada vena anggot gerak bawah.

Tunika adventisia sangat berkembang dan membentuk sebagian besar dindingnya. Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar dengan berkas serat kolagen kasar tersusun memanjang dan sering terdapat otot polos.

VENA BESAR

Golongan vena ini termasuk vena kava inferior dan superior, vena porta, dan cabang-cabang utamanya.

Tunika intimanya berstruktur sama dengan vena yang lebih kecil, tetapi sedikit lebih tebal.

Tunika media kurang berkembang dan otot polos pembentuknya sangat berkurang atau tidak ada.

Tunika adventisianya paling tebal dari ketiga lapisannya, terdiri atas tiga lapis.Tepat di luar tunika media berupa suatu lapis mengandung jaringan ikat padat fibroelastis dengan serat kolagen kasar. Daerah tengah mengandung banyak serabut otot memanjang, dan yang paling luar hanya terdiri atas jalinan serat kolagen dan serat elastin

(12)

Beberapa vena tidak mempunyai otot polos sehingga tidak mempunyai tunika media. Termasuk di dalamnya vena-vena serebral dan meningeal, sinus duramater dan vena-vena serebral dan meningeal, sinus duramater dan vena-vena pada retina, tulang, jaringan erektil penis dan bagian maternal plasenta.

KATUB VENA (VALVE)

Banyak vena-vena sedang terutama pada ekstremitas inferior mempunyai katub-katub untuk mencegah aliran darah kembali ke jantung akibat gaya berat badan. Umunya terdiri atas tonjolan tunika intima ke dalam lumen dan saling berhadapan. Katub disusun oleh jaringan ikat elastis yang permukaannya di lapisi oleh endotel. Antara katub dengan dinding vena sebelah distal katub membentuk suatu pelebaran akibat dinding di sini tipis.

Pelebaran ini disebut sinus. Pada vena-vena superficialis jaringan penyangganya kurang sekali sehingga sinus makin melebar membentuk varises. Varises akan bertambah lebar bila terjadi sumbatan di bagian distas.

ANASTOMOSIS ARTERIOVENOSA

Pada beberapa alat tubuh arteri dihubungkan dengan vena tidak hanya oleh kapiler-kapiler tapi ada yang langsung dihubungkan melaui arteriovenosis. Pada anastomosis ini, endotel langsung terletak di atas tunika media khusus yang berfungsi sebagi sfingter. Pembuluh ini banyak terdapat di dalam kulit tubuh yang tidak tertutup misannya telapak tangan dan kaki, bibir dan hidung serta bagian tubuh yang kegiatan metabolismenya berbeda seperti kelenjar tiroid dan sistem pencernaan. Bila pintas ini tertutup, darah mengalir ke dalam kapiler seperti biasa. Pada berbagai tempat,anastomosis ini bergelung jalannya dan dikitari oleh selubung jaringan ikat terpisah membentuk glomus. Dinding anastomosis memplunyai lapisan otot yang tebal dan banyak ditemukan akhiran-akhiran saraf vasomotor yang bersifat simpatik. Bila otot di sini kontraksi, maka aliran darah areriol mengalir ke kapiler melalui vena. Bila otot relaksasi, darah selain ke kapiler ada yang langsung ke vena melalui anastomosis ini.

PEMBULUH DARAH BULUH DARAH (VASA VASORUM)

Arteri dan vena dengan garis tengah lebih dari 1 mm disuplai oleh pembuluh nutrisi kecil yang disebut pembuluh darah buluh darah atau vasa vasorum. Pembuluh ini masuk ke dalam tunika adventisia dan berakhir sebagai jalinan kapiler padat yang merasuk jauh ke dalam lapisan terdalam tunika media. Jalinan buluh limfe ditemukan di dalam tunika adventisia sebagian arteri dan vena yang lebih besar.

(13)

Dinding pembuluh darah, terutama arteri mempunyai banyak persarafan. Akson tak bermielin yang merupakan vasomotor berasal dari ganglion simpatis masuk ke dalam tunika adventisia dan berakhir membentuk hubungan dengan sel otot polos tunika media .

Serat saraf bermielin sebagai reseptor atau berfungsi sensoris berakhir sebagai ujung bebas sensorik terdapat terutama di dalam adventisia.

JANTUNG

Jantung berfungsi memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Organ ini mempunyai empat ruangan utama yaitu atrium kiri dan kanan dan ventrikel kiri dan kanan. Vena kava superior dan inferior mencurahkan darah vena yang berasal dari seluruh bagian tubuh ke dalam atrium kanan. Darah didorong dari ventrikel kanan melaui arteri pulmonalis menuju kedua paru tempat pertukaran gas terjadi dan kemudian kembali ke atrium kiri melaui vena pulmonalis. Darah mengalir dari atrium kiri menuju ventrikel kiri dan kemudian diedarkan ke seluruh tubuh oleh aorta beserta seluruh percabangannya.

Dinding jantung terdiri atas tiga lapisan : 1. Lapis dalam, endokardium

2. Lapis tengah, miokardium yang membentuk massa utama jantung 3. Lapis luar, epikardium

Endokardium

Endokardium merupakan homolog tunika intima pembuluh darah dan menutupi seluruh permukaan dalam jantung.Permukaannya diliputi oleh endotel yang bersinambungan dengan endotel pembuluh darah yang masuk ke jantung. Di bawahnya terdapat lapisan subendotel yang mengandung serat kolagen halus.Sedangkan lapisan yang menyatu dengan miokardium disebut lapisan subendokardial yang terdiri atas jaringan ikat longgaaar.Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah, saraf dan cabang-cabang sistem hantar rangsang jantung.

Miokardium

Miokardium atau lapis tengah, yang bersesuaian dengan tunika media terdiri ats otot jantung. Ketebalannya beragam pada tempat yang berbeda, yang lpaling tipis terdapat pada kedua atrium dan yang plaling tebal terdpat pada ventrikel kiri.

Lembar otot atrium dan ventrikel melekat berikut dengan jaringan interstisialnya kepada bangungan penyangga utama jantung yang di sebut kerangka jantung. Kerangka jantung berupa jaringan ikat padat fibrosa. Komponen yang utama adalah septum membranaseum, trigonum fibrosum, anulus fibrosus.

Epikardium

Sesuai dengan tunika adventisia pembuluh darah. Merupakan bagian viseral dari kantung pericardium yang membungkus jantung. Dilapisi oleh sel-sel mesotel yang berbentuk

(14)

pipih selapis. Terikat pada myocardium oleh suatu lapisan jaringan ikat longgar vaskuler, yaitu lapisan subepicardium.

Katub / Valvula

Merupakan lipatan dari endocardium yang di tengahnya diperkuat oleh suatu lempengan jaringan ikat padat fibroelastis.Kegunaan katub jantung adalah untuk mencegah kembalinya aliran darah.

Katub atrioventrikuler ( trikuspidal dan mitral ) merupakan lipatan endokardium bertulangkan jaringan ikat fibrosa yang menyatu dengan anulus fibrosus. Endokardiumnya lebih tebal pada permukaan yang menghadap atrium daripada yang menghadap ventrikel dan lebih banyak mengandung serat elastin.Semua katub dihungungkan dengan muskulus papilaris ventrikel oleh benang fibrosa disebut korda tendinea, yang mengendalikan katup dan mencegah katup terbalik saat ventrikel berkontraksi.

Katub semiluner aorta dan arteri pulmonalis strukturnya sama dengan katup atrioventrikuler.Setiap katub terdiri atas tiga daun, bagian tengahnya berupa lempeng fibrosa setiap katup membentuk penebalan ( nodulus arantius ) pada pinggir bebasnya.

Gambar . Skema potongan jantung yang menunjukkan sistem penghasil dan penghantar impuls STRUKTUR ARTERI ELASTIS

1. TUNICA INTIMA

- ENDOTHELIUM  EPITEL PIPIH, POLYGONAL

- SUB ENDOTHELIUM  SER. KOLAGEN, SER. ELASTIN , FIBROBLAS & MACROPHAG

- LAMINA ELASTICA INTERNA  SER. ELASTIN (TDK JELAS PD. AORTA 2. TUNICA MEDIA

(15)

DI ANTARA MEMBRAN TDP JAR. INTERSELULER AMORF, SER. KOLAGEN, ELASTIN & SEL OTOT POLOS

3. TUNICA ADVENTITIA

 LAMINA ELASTICA EXTERNA (TIDAK TDP PD AORTA) JAR. IKAT : SER. ELASTIN, KOLAGEN, FIBROBLAST

DI DLMNYA TDP VASA VASORUM (PEMBULUH DARAH HALUS YG TDP PD DINDING PEMBULUH DARAH)

STRUKTUR ARTERI PENYEBAR A. BRACHIALIS A. RADIALIS

A. FEMORALIS A. CORONARIA 1. TUNICA INTIMA

• ENDOTHELIUM BERBENTUK STELAT • SUB ENDOTHELIUM

• LAMINA ELASTICA INTERNA (TDD. SER. ELASTIN SAJA) ATAU DG. MEMBRANA ELASTIN / TDD KEDUANYA 2.TUNICA MEDIA

• SEL-SEL OTOT POLOS, SER. ELASTIN, KOLAGEN, RETICULIN (TERSUSUSN SCR SIRKULER)

3. TUNICA ADVENTITIA  TEBAL T. ADV. = ½ S/D 1/3 TEBAL T. MEDIA TDP VASA VASORUM & SEL-SEL LEMAK

• LAMINA ELASTICA EXTERNA; JAR. IKAT; ELASTIN (TERSUSUN LONGITUDINAL) & FIBROBLAST

ARTERIOLE

1. TUNICA INTIMA 

ENDOTHELIUM & JAR. SUB ENDOTHEL SGT TIPIS; SEDIKIT JAR. IKAT/TDK TDP. LAMINA ELASTICA INTERNA DG SERABUT (SIRKULER)

LANGSUNG MENEMPEL

2. TUNICA MEDIA  SEL-SEL OTOT POLOS  SIRKULER / KONSENTRIS

3. TUNICA ADVENTITIA  JAR. IKAT MGD. SER. ELASTIN & KOLAGEN  TERSUSUN MEMANJANG

(16)

LAMINA ELASTICA EXTERNA TIDAK TAMPAK PEDOMAN : TEBAL DINDING : LUMEN = 1 : 2 PERCABANGAN ARTERIOLE

DINDING MAKIN TIPIS, DIAMETER LUMEN MAKIN KECIL  LUMEN MAKIN SEMPIT Perubahan Struktur pada PERCABANGAN ARTERIOLE

• TUNICA INTIMA  ENDOTHEL TETAP

L. E. INTERNA  MENIPIS  HILANG

• TUNICA MEDIA  MAKIN TIPIS (HANYA TDP. BBRP LAPISAN OTOT POLOS YG KECIL)

PD PERI KAPILER HANYA TDP SATU LAPIS OTOT / SATU BUAH OTOT POLOS SAJA

• TUNICA ADVENTITIA  MENIPIS  HANYA TDD SERABUT KOLAGEN & FIBROBLAST

KAPILER DARAH

DIAMETER RATA-RATA 8 ∝, BIASANYA DIBANGUN O/ SATU ATAU DUA SEL ENDOTHEL , PALING TIPIS  SEBELAH LUAR DILIPUTI SERABUT RETICULIN V E N A

PADA VENA  TEKANAN DARAH KECIL  DINDING TIPIS  SHG ALIRAN DARAH PERLAHAN-LAHAN  DIBUTUHKAN LUMEN YG BESAR PD VENA TDP JUGA KLEP / VALVE  U/ MENCEGAH KEMBALINYA ALIRAN DARAH KE ARAH YG BERBALIKAN

MEGALIRKAN DARAH KE JANTUNG VENA

LEBIH BERSIFAT COLLAGENOUS DRPD ARTERI

SER. ELASTICA & T. MEDIA KURANG BERKEMBANG DRPD ARTERI • VENA UKURAN KECIL

VENA UKURAN SEDANGVENA UKURAN BESARVENULE

VENULE

- GARIS TENGAH 0,2 - 1 mm

(17)

- T. MEDIA  TEBAL, BISA TDA. BBRP LAPISAN / TDK MEMP. LAPISAN OTOT POLOS

- T. ADVENTITIA  MRPL LAPISAN YG PALING TEBAL  TDA JAR. IKAT COLLAGENOUS.

VENULE MEMP. DINDING YG TIPIS  GARIS TENGAH LUMEN 50 ∝

- VENULE DG DIAMETER 20 ∝  HANYA DIBANGUN O/ ENDOTHEL & JAR. IKAT TIPIS  BERDIRI DI ATAS JAR. SUB ENDOTHELIAL

- VENULE DG DIAMETER 40 ∝  DIBANGUN O/ ENDOTHEL & JAR. IKAT + SEL OTOT POLOS TIPIS

VENULE DG DIAMETER ≥ 40 ∝ - 50 ∝  DIBANGUN O/ ENDOTHEL & LAPISAN SEL-SEL OTOT POLOS + JAR. IKAT

FUNGSI : PD SAAT TJD PERADANGAN  PERTUKARAN METABOLIT ANTARA DARAH DAN JARINGAN

VENA UKURAN SEDANG & KECIL ( SEBAGIAN BESAR PD TUBUH ADALAH JENIS INI)

- GARIS TENGAH 1 – 9 mm

- T. INTIMA  LAPISAN SUBENDOTHELIAL TIPIS

- T. MEDIA  TDA BBRP / BERKAS-BERKAS KECIL OTOT POLOS, BERCAMPUR DG SERABUT KOLAGEN & JALA-JALA HALUS SERABUT ELASTIN

- T. ADVENTITIA  BERKEMBANG DG BAIK VENA UKURAN BESAR

- T. INTIMA  BERKEMBANG DG BAIK

- T. MEDIA  LEBIH TIPIS  SEDIKIT SEL OTOT POLOS, BANYAK JAR. IKAT

- T. ADVENTITIA  LAPISAN PALING TEBAL; PD VENA DIJUMPAI KLEP / VALVE / KATUP  TDD DUA LIPATAN SEMILUNARIS (TDA JAR. IKAT)

- PD VENA-VENA YG TDP DI ANGGOTA TUBUH (LENGAN & TUNGKAI)  MENDORONG DARAH KE ARAH JANTUNG  BERKAT KONTRAKSI OTOT RANGKA DI SEKITAR VENA TERSEBUT

SINUSOID

- MRPK. PEMBULUH DG DIAMETER TIDAK TETAP.

- BEDA DG KAPILER, DIAMETERNYA TETAP

- DIAMETER SINUSOID 5 – 30 ∝

- DINDING SINUSOID DIBATASI O/ SEL-SEL YANG PHAGOCYTIC & NON PHAGOCYTIC

(18)

- SINUSOID DIDAPATKAN PADA ORGAN HAEMOPOETIC  SUMSUM TULANG MERAH  JUGA PADA HATI & KELENJAR ENDOKRIN, LYMPHA

JANTUNG

ORGAN YG MENGKHUSUSKAN SBG PEMOMPA DARAH

DIBUNGKUS DLM RONGGA PERICARDIUM, SIFAT FIBROSEROUS TERISI CAIRAN 50 CC PD YG SEHAT

SEBELAH LUAR DIBATASI O/ PERICARDIUM PARIETAL DIBUNGKUS O/ PLEURA PERICARDIACA  SEB DALAM O/ PERICARDIUM VISCERAL

DINDING JANTUNG

♣ LAP. YG PALING DALAM  ENDOCARDIUM  TEBAL TIDAK SAMA PADATIAP DAERAH  PD ATRIUM PALING TEBAL; PD VENTRICLE PALING TIPIS

STRUKTUR ENDOCARDIUM

-ENDOTHELIUM  MEMBATASI RONGGA (LAP. DALAM) -JAR. IKAT KOLAGEN HALUS

-JAR IKAT KENCANG/PADAT SER. ELASTIN (LAPISAN TENGAH), JUGA SERING DIJUMPAI OTOT HALUS

-JAR. IKAT DG JUMLAH BANYAK DIJUMPAI, PEMBULUH DARAH, LYMPHE, SYARAF, SERABUT PURKINYE & SEL-SEL LEMAK (LAP. TERLUAR)

♣ LAP. TENGAH  MYOCARDIUM  LAP PALING TEBAL DARI JANTUNG PD ATRIUM TIPIS  PD LAP VENTRICLE KIRI > TEBAL

TDD. OTOT JANTUNG YG TERSUSUN DALAM LAPISAN-LAPISAN

♣ LAPISAN LUAR  EPICARDIUM  DILAPISI 0/ MESOTHEL (EPITEL GEPENG SELAPIS)

-LAPISAN JAR IKAT LONGGAR YG MGD SEL LEMAK

-LAP JAR. IKAT LONGGAR YG MGD PEMBULUH DARAH, LYMPHE & SARAF

## TDP SERABUT PURKINYE, SBG PENGATUR DENYUT JANTUNG, MRPK MODIFIKASI SERABUT OTOT JATUNG  DISESUAIKAN FUNGSINYA SBG PENGATUR STIMULUS

SISTEM PENERUS IMPULS

(19)

2. NODUS ATRIOVENTRICULAR (NODUS TAWARA) 3. SERABUT ATRIOVENTRICULAR (BERKAS HISS) 4. SERABUT PURKINYE ENDOCARDIUM

###FUNGSI KEEMPATNYA DI ATAS (NODUS)  U/ MENGATUR DENYUT JANTUNG nb : NODUS = KANCING / SIMPU

VALVE / KLEP / KATUP JANTUNG

1. VALVE TRICUSPIDALIS (SEBELAH KANAN)  ANTARA ATRIUM KANAN & VENTRICLE KANAN

2. VALVE BICUSPIDALIS (SEBELAH KIRI)  / KELEP MITRALIS  TDP ANTARA VENTRICLE KIRI & AORTA  VALVULA SEMILUNAR AORTAE

PEMBULUH LYMPHE

1. KAPILER LYMPHE  TDD ENDOTHEL, SEL > LANGSING & DIAMETER > BESAR DRPD KAPILER DARAH

2. PEMBULUH LYMPHE DIAMETER < 0,2 mm  LAPISAN DINDINGNYA DIBANGUN O/ ENDOTHEL, JAR IKAT DG SERABUT ELASTIN, KOLAGEN, BBRP OTOT POLOS  MELINGKAR / TANGENSIAL

3. PEMBULUH LYMPHE DG DIAMETER > 0,2 mm

- T. INTIMA  ENDOTHEL

JAR. IKAT DARI SER KOLAGEN & ELASTIN, TERSUSUN MEMANJANG

- T. MEDIA  OTOT POLOS (MELINGKAR) & TANGENSIAL, JG DIJUMAPI SER ELASTIN

- T. ADVENTITIA  LAP PALING TEBAL, DIBANGUN O/ SER KOLAGEN, ELASTIN & OTOT POLOS

4. PEMBULUH LYMPHE YG BESAR (TRUNCUS LYMPHATICUS) • T. INTIMA  ENDOTHEL

JAR. IKAT SER. KOLAGEN

LAMINA ELASTICA INTERNA, ADA JUGA YG TDK • T. MEDIA  OTOT POLOS  MELINGKAR

(20)

• T. ADVENTITIA  DIBANGUN O/ JAR. IKAT LONGGAR; BERKAS-BERKAS OTOT POLOS, TIDAK TERATUR SUSUNANNYA 

(21)

SISTEM LIMFOID

(SEL & JARINGAN DARI SISTEM IMUN)

PENDAHULUAN

Jaringan Limfoid merupakan komponen utama dari Sistem Imun, dan di dalamnya tersusun dari kumpulan sel-sel yang berperan dalam sistem imun. Fungsi dari Sel dan Jaringan tersebut adalah sebagai komponen yang sangat berperan dalam sistem pertahanan tubuh atau sistem imun. Fase Pengenalan dan Fase Aktivasi dari Respon Imun Spesifik yang diperankan oleh limfosit, makrofag dan sel asesori, terkonsentrasi pada jaringan atau organ limfoid.

TIU :

Setelah membaca & mengikuti penjelasan materi ini diharapkan dapat menjelaskan susunan mikroskopis dan histofisiologis serta mampu membedakan berbagai organ limfoid kaitannya dengan sistem imun.

TIK :

Setelah membaca & mengikuti penjelasan materi ini diharapkan dapat :

1. Mengenal dan menjelaskan pembagian sistem imun serta sel/organ yang terlibat.

2. Mengenal dan menjelaskan pembuluh limfe & jalur sirkulasi dalam sistem imun. 3. Mengenal dan menjelaskan struktur mikroskopis & histofisiologis dari Timus. 4. Mengenal dan menjelaskan struktur mikroskopis & histofisiologis dari Limpa. 5. Mengenal dan menjelaskan struktur mikroskopis & histofisiologis dari

Limfonodus.

6. Mengenal dan menjelaskan struktur mikroskopis & histofisiologis dari Tonsil. 7. Mengenal dan menjelaskan struktur mikroskopis & histofisiologis dari Limfonoduli 8. Mengenal dan menjelaskan struktur mikroskopis & histofisiologis dari Jaringan

Limfoid di Mukosa dan Kulit.

9. Membedakan struktur mikroskopis dan histofisiologis dari berbagai organ limfoid. SISTEM IMUN

Yang dimaksud dengan Sistem imun merupakan semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya, sebagai perlindungan terhadap bahaya yang

(22)

Pembagian Sistem Imun :

Non Spesifik / Alamiah (Natural Immunity) :

Merupakan sistem pertahanan terdepan yang dapat melawan secara langsung serta sudah ada/siap sejak lahir.

Komponen yang terlibat :

1. Fisik/Mekanik : Kulit, mukosa, silia, batuk, bersin. 2. Bahan Larut :

a. Biokimia : Asam lambung, Lisosim, Laktoferin dll b. Humoral : Komplemen, Interferon.

3. Seluler : Fagosit (Makrofag, PMN, Sel NK)

Spesifik / Didapat (Acquired Immunity) :

Merupakan sistem pertahanan yang didapatkan setelah melalui proses pengenalan dengan benda asing (Antigen), sehingga bersifat spesifik, heterogen dan memiliki memori.

Komponen yang terlibat :

1. Seluler : Sel T (Thelper = Th1,Th2; Tsupressor =Ts; Tcitotoxic =Tc; Tmemory ). - Tempat pematangannya terjadi di Timus

- Sel T (Limfosit T) merupakan 60-80% limfosit dalam darah.

- Dapat mengenali antigen yang disajikan oleh MHC (Major Histocompatibility Complex) pada permukaan sel penyaji / makrofag / sel sasaran.

- Berperan sebagai regulator (Th & Ts) dan efektor (Tc). 2. Humoral : Sel B (Limfosit B).

Sel B merupakan Limfosit yang mengalami pematangan pada Bursa Fabricius (unggas) atau Bursa Equivalent (mamalia).

Setelah mengalami aktivasi sel B akan berproliferasi dan berdeferensiasi menjadi sel B matang yang siap memproduksi Antibodi yaitu berupa sel Plasma. Sebagian lagi ada yang menjadi sel B memori.

PEMBULUH LIMFE

Aliran limfe / getah bening hanya menuju ke satu jurusan, yaitu dari jaringan tubuh ke sistem vena (bermuara pada vena cava).

Pembuluh getah bening (pembuluh limfe) yang terkecil disebut: kapiler limfe, yang dindingnya hanya terdiri dari lapisan jaringan ikat tipis sekali dan sel-sel endotel.

Pembuluh limfe yang lebih besar mempunyai dinding yang terdiri dari 3 lapisan : 1. Tunica intima : terdiri atas serat elastis

2. Tunica media : terdiri dari serabut-serabut otot polos sirkuler dan obliq yang disokong serat elastis.

3. Tunica adventitia : terdiri dari serat otot polos longitudinal dan obliq, juga terdapat pembuluh darah kecil.

(23)

Pembuluh limfe bermuara pada vena cava melalui 2 pembuluh limfe besar, yaitu : 1. DUCTUS THORACICUS, yang mengangkut cairan limfe dari bagian kiri dada dan kepala,

seluruh badan di bawah dada.

2. DUCTUS LYMPHATICUS DEXTRA, mengangkut cairan limfe dari dada & kepala sebelah kanan.

ORGAN LIMFOID

Organ Limfoid meliputi :

1. Organ Limfoid Primer/Sentral : merupakan tempat pembentukan & pematangan limfosit : 1.1. Timus.

1.2. Sumsum Tulang.

2. Organ Limfoid Sekunder/Perifer : merupakan tempat limfoist memberikan respons terhadap antigen :

2.1. Limfonodus. 2.2. Limpa/Lien. 2.3. Tonsil.

2.4. Limfonodulus/Nodulus Limfatikus/Nodulus Malpighi. TIMUS

Merupakan organ limfoid primer. Bentuk : pipih, terdiri dari 2 lobus

Letak : dalam mediastinum, + setinggi pembuluh darah besar jantung. Ukuran : tergantung umur.

Dalam masa kandungan sampai dengan 2 tahun post natal, mengalami pertumbuhan sesuai dengan cepatnya pertunmbuhan badan, tetapi setelah 2 tahun hingga dewasa tak sesuai lagi

dengan cepatnya pertumbuhan badan. Setelah pubertas akan mengecil (involusi). Berat timus : waktu lahir 12-15 g, pubertas 30-40 g, usia lanjut 10-15 g.

Berbeda dengan limfonodus, timus tidak mempunyai pembuluh limfe afferent sehingga tidak ada cairan limfe yang masuk, juga tidak mempunyai limfonoduli.

Mikroskopis:

Tiap lobus dibungkus oleh kapsula fibrosa yang tipis.

Kapsula dari masing-masing lobus membentuk septa (sekat) yang membagi lobus menjadi lobulus-lobulus yang ukurannya : 0,5 – 2 mm. Sekat-sekat tadi walaupun masuk sampai bagian dalam tetapi sering tidak saling berhubungan satu sama lain, sehingga bagian tengah lobulus satu dengan lobulus lainnya bisa berhubungan.

Tiap-tiap lobulus mempunyai daerah padat limfosit, yaitu daerah dekat kapsula/sekat yang tampak lebih gelap disebut: Kortex. Sedangkan bagian tengah dimana limfosit lebih sedikit, sehingga tampak lebih pucat disebut: Medula.

(24)

Kortex timus :

Tampak lebih gelap karena padat dengan populasi limfosit T yang sedang berkembang, sehingga terdapat limfosit T yang muda, sedang dan matang.

Limfosit T pada kortex timus terlindung dari kontak antigen, karena : • tidak ada pembuluh limfe aferen,

• antara antigen pada darah dengan limfosit dibatasi oleh : endotel, membran basal, jaringan perivaskuler, membran basal sel retikuler & sel retikuler,

• serta adanya makrofag perivaskuler

Kortex timus merupakan sumber limfosit T. Limfosit T yang dihasilkan akan keluar dari timus melalui venulae yang ada di antara kortex-medula, tanpa memasuki medula. Limfosit T yang sudah beredar tidak akan kembali ke kortex, tetapi dapat masuk ke medula terutama setelah teraktivasi.

Jadi di dalam korteks selain terdapat limfosit T juga terdapat makrofag serta sel retikuler (dendritik retikuler). Sel plasma sangat jarang ditemukan di kortex.

Medula timus :

Sel-sel retikuler terdapat lebih banyak, sering mengumpul konsentris dan di tengahnya terdiri dario bahan-bahan yang berdegenerasi mati membentuk keratin. Bagian ini disebut: Badan Hassal (Corpusculum Hassale). Bagian luar korpuskulum ini dikelilingi lapisan sel-sel epitel gepeng, makin ke dalam terdapat bagian yang mati. Bangunan ini dianggap tanda khas dari Timus.

Limfosit di medula lebih sedikit. Limfosit yang berasal dari aliran darah bisa masuk ke timus pada bagian medula ini, terutama yang sudah teraktivasi. Limfosit B yang memasuki medula timus bisa teraktivasi menjadi sel plasma.

Hormon timus :

Sel retikuler epitelial menghasilkan hormon timus yang disebut timopoetin dan timosin α. Hormon ini berperan dalam pematangan limfosit T dengan memacu ekspresi petanda permukaan dari limfosit T.

Hubungan dengan kelenjar endokrin :

Hormon pertumbuhan dari pars anterior Hipofise & hormon Tiroid akan memacu pertumbuhan kelenjar timus, sedangkan hormon steroid (termasuk hormon seks) akan mempercepat involusi Timus.

Pembuluh darah :

Arteriole menembus kapsula & septa untuk memberikan cabang kapiler menuju kortex sampai medula, dan darah arteri akan dialirkan ke venulae terus ke vena.

(25)

Di medula lebih banyak pembuluh darah dari pada di kortex. Fungsi :

Timus berfungsi memproduksi limfosit T, dan sedikit sel plasma. Tidak berfungsi sebagai filtrasi antigen.

LIMFONODUS

Cairan lime yang dibawa dari jaringan untuk menuju ke ductus thoracicus & ductus limphaticus dextra terlebih dahulu akan melewati kelenjar-kelenjar limfe yang disebut Limfonodus atau Limfoglandula atau Nodus Limfatikus.

Limfonodi bergerombol & terdapat pada : axilla, inguinal, poplitea, sepanjang pembuluh-pembuluh besar leher, sejumlah besar di dalam thorax dan abdomen/mesenterium

Ukuran : + sebesar kacang (panjang 2 cm).

Bentuk : seperti ginjal, mempunyai permukaan cembung dan permukaan cekung.

Pada beberapa tempat di bagian cembung masuk saluran limfe yaitu pembuluh limfe afferens, sedangkan di bagian cekung (hilus) dimana arteri masuk dan vena keluar ada saluran limfe keluar dari limfonodus yang disebut pembuluh limfe efferens. Kedua pembuluh limfe ini mempunyai katub/klep/valvula .

Limfonodus dibungkus oleh kapsula fibrosa, dan di sebelah luarnya juga terdapat jaringan lemak. Kapsula fibrosa biasanya di hilus lebih tebal, sedangkan di beberapa tempat di bagian cembung kapsula masuk ke dalam sebagai trabekula untuk menyokong & jalan pembuluh darah.

Di dalam limfonodus terdapat ruang-ruang :

- Sinus Marginalis / Sinus Subkapsularis : ruang di bawah kapsula fibrosa, - Sinus Trabekularis : ruang di sekitartrabekula,

- Sinus Medularis : ruang-ruang di medula.

Ruangan-ruangan tsb merupakan tempat penampungan cairan limfe. Dari pembuluh limfe afferens  sinus marginalis  sinus trabekularis  sinus medularis  keluar melalui pembuluh limfe efferens di hilus. Sebagian kecil cairan limfe menerobos masuk ke parenkim limfonodus.

Parenkim limfonodus disusun oleh serabut retikuler di antara trabekula beserta sel-sel retikuler dendritik, makrofag, limfosit dan sel plasma.

Limfonodus, secara mikroskopis dibedakan menjadi bagian-bagian : • Kortex

Merupakan bagian luar (tepi), tersusun dari limfonodulus /nodulus limfatikus/ folikulus limfatikus.

Nodulus limfatikus/limfonodulus dibedakan menjadi 2 macam yaitu : limfonodulus primer yang tanpa sentrum germinativum dan limfonodulus sekunder yang di tengahnya terdapat sentrum germinativum.

(26)

Sentrum germinativum tampak lebih pucat karena berisi sel-sel limfosit B yang masih muda yang mengandung relatif sedikit kromatin, sehingga mengambil lebih sedikit cat dan warnanya lebih pucat. Sentrum germinativum ini berkembang karena adanya rangsangan antigen, sehingga limfosit B teraktivasi untuk selanjutnya berdeferensiasi dan berproliferasi di tempat tsb (daerah mitosis). Sehingga bila ada radang/infeksi maka terjadi pembesaran sentrum germinativum ini yang menyebabkan limfonodus tampak membesar (pembesaran limfonodi regional). Limfosit B yang sudah matang / sel plasma akan bermigrasi menuju ke medula untuk memproduksi Imunoglobulin (Ig, terutama IgG) yang akan dikeluarkan lewat pembuluh limfe efferens.

Limfonodulus primer berisi limfosit B yang tidak aktif, biasanya ditemukan pada janin/baru lahir dan pada hewan yang dipelihara secara aseptik.

• Medula

Medula limfonodus terdiri dari ruangan-ruangan (sinus medularis) dan jaringan padat limfoid berbentuk panjang disebut korda medularis (medullary cord) yang banyak berisi sel plasma. Imunoglobulin yang dihasilkan dari sel plasma di sini akan dikeluarkan melalui pembuluh limfe efferens.

• Daerah parakortex / Daerah parafolikuler

Merupakan daerah kortex dalam atau daerah yang terletak di antara kortex dan medula. Venulae (lanjutan dari kapiler) di daerah ini mempunyai kekhususan yaitu berupa dinding endotelnya yang tersusun dari sel kuboid (catatan: endotel biasanya sel gepeng/skuamus), sehingga dikatakan sebagai venula dengan endotel tinggi (High endothelial venules : HEV) (Gambar 8-6). Melalui endotel ini sel B & sel T yang berasal dari aliran darah akan menempel pada endotel dan menerobos masuk ke area sel T atau daerah “thymus dependent” dari limfonodulus. Sehingga HEV merupakan tempat sel B/sel T menyeberang dari darah ke limfe dalam jalur resirkulasi di dalam tubuh (Gambar 8-7).

Limfosit T yang bertemu antigen akan menjadi aktif dan berproliferasi di daerah internoduler untuk kemudian meninggalkan nodus melalui pembuluh limfe efferens.

Fungsi Limfonodus :

1. membersihkan cairan limfe dari benda-benda asing (filter imunologik dari benda asing yang ada di cairan limfe), terutama untuk respons imun lokal.

2. Menghasilkan limfosit & sel plasma pembentuk antibodi. LIMPA / LIEN

Lien merupakan organ limfoid trerbesar dalam sistem sirkulasi.

Berbeda dengan limfonodulus, lien tidak dirangkaikan dengan sistem saluran limfe, tetapi dirangkaikan dengan sistem peredaran darah dan mempunyai banyak sel-sel fagositik.

(27)

Lien merupakan pertahanan yang penting terhadap mikroorganisme yang menembus aliran darah dan juga merupakan tempat destruksi sel-sel darah merah, sehingga merupakan filter imunologik terhadap benda asing yang ada dalam sistem sirkulasi darah.

Fungsi Limfa

1. menghasilkan limfosit dan sel plasma dalam respons imun terhadap antigen yang masuk dalam aliran darah, (terutama resposn imun humoral yang akan menghasilkan Ig terutama IgG).

2. Mengenyahkan eritrosit & trombosit yang rusak/tua (difagosit oleh makrofag). Fe yang dibebaskan dar Hb akan dipakai untuk membentuk eritrosit baru di sumsum tulang.

3. Memadatkan & menyimpan trombosit.

4. Pada foetus : berperan sebagai organ hemopoesis mieloid. Struktur Umum

Berwarna merah-ungu karena banyak menampung darah. Ukuran & bentuknya sesuai kepalan tangan.

Lunak, mudah ruptur/pecah dengan gencetan.

Lien dilapisi kapsula fibrosa yang terdiri dari serat-serat kolagen & eladtis dengan sel-sel fibroblasnya. Pada manusia terdapat sedikit otot polos, pada binatang lebih banyak .

Seluruh kapsula diliputi peritoneum (lapisan serosa) yang licin, tersusun dari selapis sel gepeng (epitel skuamus simplex).

Daerah tempat dimana pembuluh darah masuk (a. lienalis) & keluar (v. lienalis) disebut : Hilus (daerah cekungan), dan di hilus ini kapsula fibrosanya banyak mengadakan percabangan masuk ke dalam membentuk Trabekula (sebagai kerangka/penyokong lien) & pembawa pembuluh darah.

Parenkim lien terletak di bawah kapsula fibrosa di antara trabekula-trabekula.

Parenkim lien dibedakan menjadi 2 macam, berdasarkan perangai makroskopisnya : 1. Pulpa Putih (pulpa alba).

2. Pulpa Merah ( pulpa rubra).

Pulpa Putih

Pada irisan lien secara makroskopis, tampak daerah-daerah berbentuk bulat-bulat warna putih di atas dasar warna merah, yaitu pulpa putih yang tampak seperti pulau-pulau kecil dengan penampang + 1 mm.

Pulpa putih terdiri dari jaringan retikuler dengan sel-sel limfosit B & sel retikuler dendritik. Daerah bentuk bulat tadi disebut juga sebagai limfonoduli (folikulus limfatikus = folikel limfoid) yang mengandung : limfosit terutama sel B, dengan sentrum germinativum yang di tengahnya dilalui a. sentralis.

Seluruh bentuk bulat (folikulus limfatikus) dengan arteri di dalam dan di sekelilingnya disebut : korpuskulum Malpighi, yang merupakan ciri unik dari lien.

(28)

Daerah yang mengelilingi percabangan arteri, dinamakan periarterioler limphoid sheaths (PALS) yang berlanjut pada folikel limfoid. Tempat ini dipadati limfosit T terutama T helper. Sel B aktif yang berproliferasi & berdeferensiasi akan didesak masuk ke zona marginal & pulpa merah untuk menjadi matang/sel plasma & menghasilkan Ab (terutama IgG).

Pulpa Merah

Berwarna merah (makroskopis), terdiri dari sinusoid yang berisi makrofag & darah, serta penyokong berupa serat-serat retikuler & kolagen dari trabekula /kapsula.

Ditemukan sel-sel : retikuler dendritik, makrofag, limfosit, lekosit & banyak eritrosit  merah. Sinusoid di dalam pulpa merah merupakan ruangan-ruangan yang menampung darah dari cabang-cabang arteri untuk disalurkan ke vena-vena.

Sinusoid : lumen lebar, ireguler, di antara sel-sel endotel terdapat celah sempit untuk lewat eritrosit & makrofag.

Jaringan padat di antara sinusoid tersusun menyerupai pita yang disebut Splenic cord, yang banyak berisi sel plasma.

Lanjutan dari a. penisili, di medula bercabang menjadi a. penisili & a. selubung.

Daerah yang mengelilingi pulpa putih disebut dan PALS dinamakan Zona Marginalis, yang banyak terisi makrofag limfosit T helper dan limfosit B. Pada daerah Zona Marginalis dan PALS terjadi proses penyajian & pengenalan Ag dilanjutkan dengan aktifasi sel B. Sel B yang teraktifasi akan migrasi ke sentrum germinativum untuk berproliferasi/deferensiasi.

Sirkulasi darah di Lien

Darah masuk dari hilus melalui a. lienalis  masuk bercabang-cabang di trabekula : a. trabekularis  keluar dari trabekula & masuk ke dalam folikulus limfatikus di pulpa putih : a. folikularis (a. sentralis),  keluar dari pulpa putih & bercabang di pulpa merah sebagaio : a. penisili (masih mempunyai otot polos),  bercabang lagi menjadi arteriole yang diselubungi jaringan retikuler tebal, disebut : a. selubung (sheated artery = Hulsen artery).

Pada manusia a. selubung kurang berkembang, tidak terdapat tunika media & selubungnya langsung melekat endotel.

Dari a. selubung  arteri-arteri kecil / kapiler membawa darah ke sinusoid di pulpa merah. Disini terdapat 3 teori mengenai cara masuknya darah ke sinusoid:

1. Sirkulasi darah terbuka : darah dari kapiler dicurahkan di sekitar sinusoid  masuk ke sinusoid melalui celah di antara sel endotel sinus  mengalir ke sistem vena melalui v. trabekularis  v. lienalis.

2. Sirkulasi darah tertutup : darah dari kapiler berhubungan langsung ke sinusoid, tanpa melalui celah endotel sinusoid  ke sistem vena.

3. Campuran antara 1 & 2, dimana ke 2 sistem tersebut bisa terjadi di lien. Di antara teori ini masih belum ada kesesuaian pendapat.

(29)

TONSIL

Organ limfoid ini mengitari isthmus faucium, membentuk bangunan seperti cincin, yang disebut : Cincin Waldeyer, terdiri dari : 2 tonsila palatina, 1 tonsila faringea, tonsila lingualis & 2 tonsila tubaria.

Tonsila Palatina :

Ada 2 buah, terletak pada pars oralis faring (orofaring), di kiri kanan istmus faucium.

Permukaannya diliputi epitel skuamus kompleks tanpa keratin & mengadakan invaginasi ke dalam membentuk Kripte (celah). Kripte tadi ada yang bercabang membentuk kripte sekunder. Jaringan limfoid yang berada di bawah epitel tersusun dari limfonoduli dengan atau tanpa sentrum germinativum.

Di dalam kripte terdapat benda-benda agak merah disebut : Benda Liur (korpuskulum Spichel), yang terdiri dari : sel epitel yang rusak, sel limfoisit, sisa makanan & mikroorganisme.

Di bagian yang menempel pada orofaring, dilapisi kapsula fibrosa yang pada beberapa tempat membentuk septum.

Kadang-kadang epitel tidak nyata karena limfosit mengadakan infiltrasi ke dalam epitel. Tonsila membentuk limfosit B & sel plasma yang terutama menghaslkan IgA. Juga dapat menangkap kuman yang seringkali menyebabkan peradangan tonsil (Tonsilitis). Karena peradangan ini tonsil membesar, akan mengganggu pernafasan & merupakan fokal infeksi, sehingga harus diangkat secara operasi : Tonsilektomi.

Tonsila Faringea

Merupakan tonsil tunggal yang terletak pada bagian superoposterior faring.

Pada anak tonsil ini bisa mengalami peradangan & membesar, membentuk adenoid yang bisa menyumbat jalan nafas. Sedangkan pada dewasa mengalami atrofi.

Susunan mikroskopis hampir sama dengan tonsila palatina, hanya bedanya : 1. Tonsila palatina lebih difus.

2. Permukaannya tidak membentuk kripte tetapi mempunyai lipatan-lipatan. 3. Epitel yang melapisinya : kolumner psudokomplex bersilia dengan sel goblet.

Tonsila Lingualis Terletak di bawah pangkal lidah.

Mempunyai epitel skuamus komplex tanpa keratin dan ditemukan adanya kripte yang kadang-kadang bercabang. Di antara kripte banyak limfonoduli yang mempunyai sentrum germinativum. Saluran-saluran kelenjar mukous dari lidah akan bermuara ke dalam kripte. LIMFONODULUS / FOLIKEL LIMFOID

Merupakan jaringan limfoid yang terdapat di jaringan ikat longgar dan tak berkapsul. Terdapat di jaringan di bawah epitel mukosa :

(30)

- Saluran nafas bagian atas, - Saluran cerna,

- Saluran kencing (traktus urinarius).

Tersusun sebagai bulatan dengan penampang + 1 mm, bersifat sementara atau permanen. Terdiri atas limfosit yang tercat kuat dengan HE, di daerah sentrum germinativum tampak pucat & lebih padat (tempat aktif terutama bila ada radang).

Sentrum germinativum merupakan tempat proliferasi limfosit B yang teraktifasi. Sedangkan limfosit T terdapat pada daerah tepinya.

Contohnya banyak ditemukan di : - kolon,

- appendiks dan

- ileum (Plaques Peyeri / Peyer’s patches).

Imunoglobulin yang dihasilkan terutama IgA yang akan dilepas sebagai sIgA, yang mempunyai aktivitas :

- antivirus/antibakteri - antitoksin

- menurunkan daya lekat Ag pada mukosa.

Organ ini merupakan bagian dari MALT (Mucosal Associated Lymphoid Tissues) yang merupakan pertahanan pertama terhadap benda asing (Ag) yang masuk melalui barier mukosa.

SISTEM IMUN PADA MUKOSA

Epitel mukosa merupakan barier tubuh dengan lingkungan luar, sehingga merupakan garis pertahanan pertama terhadap benda asing / antigen yang masuk melalui mukosa.

Termasuk dalam MALT adalah :

- NALT : Nasal associated lymphoid tissues. - BALT : Bronchial associated lymphoid tissues. - GALT : Gut associated lymphoid tissues. - Lymphoid tissues in urogenital tract.

Jaringan limfoid disini tidak berkapsul, letaknya berhubungan langsung dengan epitel mukosa, serta tidak memiliki pembuluh limfe afferent.

Komponen selulernya terdiri dari : - Limfosit intraepitel (mayoritas sel T)

- Di lamina propria terdapat Limfosit (sel T, sel B & sel plasma), serta makrofag, eosinofil & mastosit.

(31)

- M (membranous/microfold) cells : diantara sel epitel, tidak mempunyai mikrofili, aktif mengadakan pinositosis untuk membawa molekul (Ag) dari lumen ke bawah epitel.

Imunoglobulin yang dihasilkan terutama IgA.

SISTEM IMUN PADA KULIT

Kulit merupakan barier fisik antara tubuh dengan dunia luar. Banyak benda asing (antigen) masuk ke dalam tubuh melalui kulit, sehingga banyak respons imun yang terjadi di kulit. Komponen selulernya antara lain :

- Keratinosit : dapat memprodksi beberapa sitokin serta kemokin (yang menyebabkan kemotaksis & aktivasi lekosit).

- Sel Langerhans : derivat dari sel dendritik yang terletak di atas stratum basale dari epidermis, berperan sebagai sel penyaji (APC).

- Limfosit epidermal : sel T

- Pada Dermis terdapat Limfosit (sel T teraktivasi & T memory) serta makrofag.

PENUTUP

Telah dibahas mengenai sistem limfoid, yang diharapkan dapat menjadi dasar bagi mata kuliah di semester-semester berikutnya dalam mempelajari patofisiologi berbagai penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abbas K, Licthtman AH, Pober JS. Cellular and molecular Immunology 3rd ed.

Philadelphia : WB Saunders co, 1997.

2. Biewenga J. CD-Rom : Structure of Limphoid Organs. Amsterdam : Faculty of Medicine, Vrije Universiteit, 1995.

3. Cormack DH. Ham Histologi, jilid 1, edisi 9. Terjemahan Jan Tambajong. Jakarta : Binarupa Aksara, 1987.

4. Genesser F. Buku Teks Histologi, jilid 2. Terjemahan Arifin Gunawijaya. Jakarta : Binarupa Aksara, 1994.

5. Junquiera JC, Carneiro J, Kelley RO. Basic Histology 8th ed. London : Prentice Hall

(32)

THE LYMPHATIC SYSTEM AND IMMUNITY

(Martini, 2002) Fundamental Physiology and Anatomy

Every child’s nightmare! As children, all we notice is the sting of a vaccination. As adults, we realize that the shot hurts only for an instant, whereas the disease it prevents can cripple or kill. We are constantly besieged by threats to our health from various sources—viruses, bacteria, fungi, toxins, and renegade body cells that have turned malignant. In this chapter, we shall examine the defense mechanisms that the body deploys to fight off these threats. We shall also see how modern medicine can manipulate the immune system to enhance the body’s defenses.

CHAPTER OUTLINE AND OBJECTIVES INTRODUCTION AN OVERVIEW OF THE LYMPHATIC SYSTEM

ORGANIZATION OF THE LYMPHATIC SYSTEM

Functions of the Lymphatic SystemLymphatic VesselsLymphocytesLymphoid TissuesLymphoid Organs

1. Identify the major components of the lymphatic system, and explain their functions.

2. Discuss the importance of lymphocytes, and describe their distribution in the body.

3. Describe the structure of lymphoid tissues and organs, and explain their functions.

AGING AND THE IMMUNE RESPONSE

INTRODUCTION

The world is not always kind to the human body. Accidental bumps, cuts, and scrapes, chemical and thermal burns, extreme cold, and ultraviolet radiation are just a few of the hazards in our physical environment. Making matters worse, the world around us contains an assortment of viruses, bacteria, fungi, and parasites capable of not only surviving but thriving inside our bodies—and potentially causing us great harm. These organisms, called pathogens, are responsible for many human diseases. Each pathogen has a different lifestyle and attacks the body in a specific way. For example, viruses spend most of their time hiding within cells, whereas many bacteria multiply in interstitial fluids, and the largest parasites burrow through internal organs. A Closer Look: The Nature of Pathogens Many organs and systems work together in an effort to keep us alive and healthy. In this ongoing struggle, the lymphatic system plays a central role. The lymphatic system consists of (1) lymph, a fluid; (2) a network of lymphatic vessels; (3) specialized cells called lymphocytes; and (4) an array of lymphoid tissues and lymphoid organs scattered throughout the body.

(33)

We introduced lymphocytes, the primary cells of the lymphatic system, in Chapters 4 and 19. These cells are vital to our ability to resist or overcome infection and disease. Lymphocytes respond to the presence of (1) invading pathogens, such as bacteria or viruses, 2) abnormal body cells, such as virus-infected cells or cancer cells, and (3) foreign proteins, such as the toxins released by some bacteria. They attempt to eliminate these threats or render them harmless by a combination of physical and chemical attacks.

The body has several physical and chemical barriers that either prevent or slow the entry of infectious organisms. These barriers are known as nonspecific defenses, because they do not distinguish one potential threat from another. In contrast, lymphocytes respond to specific threats. If bacteria invade peripheral tissues, lymphocytes organize a defense against that particular type of bacterium. For this reason, lymphocytes are said to provide a specific defense, known as the immune response. Immunity is the ability to resist infection and disease through the activation of specific defenses.

All the cells and tissues involved with the production of immunity are sometimes considered to be part of an immune system, a physiological system that includes not only the lymphatic system but also components of the integumentary, cardiovascular, respiratory, digestive, and other systems. For example, interactions between lymphocytes and Langerhans cells of the skin are important in mobilizing specific defenses against skin infections. We begin this chapter by examining the organization of the lymphatic system. We shall then consider how the lymphatic system interacts with cells and tissues of other systems to defend the body against infection and disease.

ORGANIZATION OF THE LYMPHATIC SYSTEM

The lymphatic system consists of the following:

1. A network of lymphatic vessels, often called lymphatics, which begin in peripheral tissues and end at connections to veins.

2. Lymph, a fluid that resembles plasma but contains a much lower concentration of suspended proteins.

3. Lymphoid organs, which are connected to lymphatic vessels and contain large numbers of lymphocytes.

FUNCTIONS OF THE LYMPHATIC SYSTEM

The three primary functions of the lymphatic system are:

1. The production, maintenance, and distribution of lymphocytes. Lymphocytes are produced and stored within (1) lymphoid tissues and organs, such as the spleen and thymus, and (2) areas of red bone marrow. 2. The return of fluid and solutes from peripheral tissues to the blood.

Capillaries normally deliver more fluid to the tissues than they carry away. The return of tissue fluids through lymphatic vessels maintains normal blood volume and eliminates local variations in the composition of the interstitial fluid.

The distribution of hormones, nutrients, and waste products from their tissues of origin to the general circulation. Substances that originate in the tissues but are for some reason unable to enter the bloodstream directly may do so by way of the lymphatic vessels. For example, lipids absorbed by the digestive tract commonly fail to enter the bloodstream through capillaries. They reach the bloodstream only after they have traveled along lymphatic vessels

(34)

LYMPHATIC VESSELS

Lymphatic vessels carry lymph from peripheral tissues to the venous system. The smallest lymphatic vessels are called lymphatic capillaries.

Lymphatic Capillaries

The lymphatic network begins with the lymphatic capillaries, or terminal lymphatics, which branch through peripheral tissues. They differ from blood capillaries in that lymphatic capillaries (1) originate as blind pockets, (2) are larger in diameter, (3) have thinner walls, and (4) in sectional view typically have a flattened or irregular outline. Although lymphatic capillaries are lined by endothelial cells, the basement membrane is incomplete or absent. The endothelial cells of a lymphatic capillary are not tightly bound together, but they do overlap. The region of overlap acts as a one-way valve. It permits the entry of fluids and solutes, even those as large as proteins, as well as viruses, bacteria, and cell debris, but it prevents their return to the intercellular spaces.

Lymphatic capillaries are present in almost every tissue and organ in the body. Prominent lymphatic capillaries in the small intestine are called lacteals; these are important in the transport of lipids absorbed by the digestive tract. Lymphatic capillaries are absent in areas that lack a blood supply, such as the cornea of the eye. The bone marrow and the central nervous system also lack lymphatic vessels.

Small Lymphatic Vessels

From the lymphatic capillaries, lymph flows into larger lymphatic vessels that lead toward the trunk. The walls of these lymphatic vessels contain layers comparable to those of veins, and, like veins, the larger lymphatic vessels contain valves. The valves are quite close together, and at each valve the lymphatic vessel bulges noticeably. As a result, large lymphatic vessels have a beaded appearance. The valves prevent the backflow of lymph within lymph vessels, especially those of the limbs. Pressures within the lymphatic system are minimal, and the valves are essential to maintaining normal lymph flow toward the thoracic cavity.

Lymphatic vessels commonly occur in association with blood vessels. Notice the differences in relative size, general appearance, and branching pattern that distinguish the lymphatic vessels from arteries and veins. Characteristic color differences are also apparent on examining living tissues. Most arteries are bright red; veins are dark red; and lymphatic vessels are a pale golden color. In general, a tissue will contain many more lymphatic vessels than veins, but the lymphatic vessels are much smaller.

Major Lymph-Collecting Vessels

Two sets of lymphatic vessels collect lymph from the lymphatic capillaries: superficial lymphatics and deep lymphatics. Superficial lymphatics are located in the subcutaneous layer deep to the skin; in the areolar tissues of the mucous membranes lining the digestive, respiratory, urinary, and reproductive tracts; and in the areolar tissues of the serous membranes lining the pleural, pericardial, and peritoneal cavities. Deep lymphatics are larger lymphatic vessels. They accompany deep arteries and veins supplying skeletal muscles and other organs of the neck, limbs, and trunk and the walls of visceral organs.

(35)

Superficial and deep lymphatics converge to form even larger vessels called lymphatic trunks, which in turn empty into two large collecting vessels: the thoracic duct and the right lymphatic duct. The thoracic duct collects lymph from the body inferior to the diaphragm and from the left side of the body superior to the diaphragm. The smaller right lymphatic duct collects lymph from the right side of the body superior to the diaphragm.

The thoracic duct begins inferior to the diaphragm at the level of vertebra L2. The base of the thoracic duct is an expanded, saclike chamber called the cisterna chyli. The cisterna chyli receives lymph from the inferior part of the abdomen, the pelvis, and the lower limbs by way of the right and left lumbar trunks and the intestinal trunk.

The inferior segment of the thoracic duct lies anterior to the vertebral column. From the second lumbar vertebra, it penetrates the diaphragm alongside the aorta and ascends along the left side of the vertebral column to the level of the left clavicle. After collecting lymph from the left bronchomediastinal trunk, the left subclavian trunk, and the left jugular trunk, it empties into the left subclavian vein near the left internal jugular vein. Lymph collected from the left side of the head, neck, and thorax, as well as lymph from the entire body inferior to the diaphragm, reenters the venous circulation in this way.

Lymphedema

Blockage of the lymphatic drainage from a limb produces lymphedema. In this condition, interstitial fluids accumulate and the limb gradually becomes swollen and grossly distended. If the condition persists, the connective tissues lose their elasticity, and the swelling becomes permanent. Lymphedema by itself does not pose a major threat to life. The danger comes from the constant risk that an uncontrolled infection will develop in the affected area. Because the interstitial fluids are essentially stagnant, toxins and pathogens can accumulate and overwhelm the local defenses without fully activating the immune system.

Temporary lymphedema can result from tight clothing. Chronic lymphedema can result from scar tissue formation owing to repeated bacterial infections or from surgery that cuts or removes lymphatic vessels. Breast cancer surgery or radiation treatment can lead to lymphedema of the upper limb on the affected side. Lymphedema can also result from parasitic infections; in filariasis, larvae of a parasitic roundworm, generally Wuchereria bancrofti, are transmitted by mosquitoes or black flies. The adult worms form massive colonies within lymphatic vessels and lymph nodes. Repeated scarring of the passageways eventually blocks lymphatic drainage and produces extreme lymphedema with permanent distension of tissues. The limbs or external genitalia typically become grossly distended, a condition known as elephantiasis.

Therapy for chronic lymphedema consists of treating infections by the administration of antibiotics and (when possible) reducing the swelling. One possible treatment involves the application of elastic wrappings that squeeze the tissue. This external compression elevates the hydrostatic pressure of the

interstitial fluids and opposes the entry of additional fluid from the capillaries. LYMPHOCYTES

Lymphocytes account for 20–30 percent of the circulating white blood cell population. However, circulating lymphocytes are only a small fraction of the total lymphocyte population. The body contains some 1012 lymphocytes, with a combined weight of over a kilogram.

Gambar

Gambar  . Mikrograf elektron potongan  melintang kapiler myokardium,
Gambar    . Penampang skematis arteri muskuler dengan lapisan-lapisannya (Sumber : Junqueira dan Carneiro, 1982
Gambar       . Arteriole dengan lapisan penyusunnya. (L) Rhesus monkey,     Helly's  fluid, modified aldehyde fuchsin stain, 612 x.; (R) Human, Helly’s fluid, Mallory  – Azan stain, 612 x
Gambar       .  Arteri muskuler dengan lapisan penyusunnya; tampak juga vena dan  kapiler
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mencegah terjadinya infeksi aliran darah primer (IADP) dalam memberikan pelayanan / tindakan medis dan keperawatan pada pasien. Formulasi untu

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) dimana tidak dapat ditemukan

Berdasarkan uraian tersebut maka teknik pembelajaran make a match diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis permulaan khususnya menulis nama anggota tubuh

Ketika dia membungkuk hendak mengambil Jimat Hati Dewa yang masih berada dalam genggaman tangan kiri Lasedayu tiba-tiba tidak disangka-sangka kaki kanan orang yang diduga

Rataan (mean) dari suatu data tunggal adalah perbandingan jumlah semua nilai datum dengan banyak datum.

pra sarana dan keterbatasan penegak hukum yang ada di pengadilan dan di wilayah tempat pembuktian itu dilaksanakan seperti, hakim yang tidak terlalu paham bahasa

a) Norplant menyebabkan kekacauan dalam pola perdarahan hingga 80% pengguna, terutama selama tahun pertama penggunaan, dan beberapa wanita atau pasangannya tidak dapat

Dari hasil analisis ini diperoleh nilai kalor tertinggi pada briket batubara muda yang mempunyai komposisi perekat 15 % untuk perekat pati jarak dengan nilai