• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata pelajaran IPA Kelas V SDK Demangan Baru I Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata pelajaran IPA Kelas V SDK Demangan Baru I Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP

TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN INFERENSI

PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SDK DEMANGAN BARU I YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Susana Gramita Jati NIM: 101134151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini Penulis persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkat dan kasih yang melimpah dalam kehidupan ini.

2. Ayah Ibu yang luar biasa. 3. Adik yang selalu menemani. 4. Sahabat yang selalu setia.

(5)

v

MOTTO

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Jati, Susana Gramita. (2014). Pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata pelajaran IPA kelas V SDK Demangan Baru I Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata Kunci: Mind Map, kemampuan evaluasi, kemampuan inferensi, mata pelajaran IPA

Latar belakang penelitian ini ingin mengujicobakan metode inovatif mind map yang memiliki pengaruh terhadap evaluasi dan inferensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map terhadap 1) kemampuan evaluasi dan 2) kemampuan inferensi pada mata pelajaran IPA Kelas V SDK Demangan Baru I Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen jenis Quasi Experimental tipe Nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDK Demangan Baru I sebanyak 87 siswa. Sampel penelitian adalah siswa kelas VA dan VC sebanyak 58 siswa. Kelas VA sebagai kelompok eksperimen sedangkan kelas VC sebagai kelompok kontrol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) penggunaan metode mind map

berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi. Pada kelompok eksperimen diperoleh harga sig. (2-tailed) sebesar 0,008 (atau p < 0,05). Peningkatan kemampuan

evaluasi di kelompok eksperimen sebesar 79,35% dengan efek besar yaitu r = 0,89. Pengaruh ini disusul dengan perolehan M = 0,9531, SD = 0,49536, dan SE = 0,9199. 2) penggunaan metode mind map berpengaruh terhadap kemampuan

(9)

ix

ABSTRACT

Jati, Susana Gramita. (2014). Influence of Using mind map method towards evaluation and inference ability on Science Subject in Class V of SDK Demangan Baru I Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Elementary Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Keywords: Mind map, evaluation ability, inference ability, Science subject.

The background of this research is to test an innovative method of mind map which has influence towards evaluation and inference. The objective of the research is to discover the influence of using mind map towards 1) evaluation ability and 2) inference ability in Science subject of the fifth grade students in SDK Demangan Baru I Yogyakarta in even semester 2013/2014. This research uses the Nonequivalent control group design of the Quasi Experimental method. The population of the research is the 87 students of the fifth grade students of SDK Demangan Baru I. There are 58 students of class A and C as the sample of the research.

(10)

x PRAKATA

Terima kasih atas semua berkat, karunia dan rahmat yang diberikan oleh Tuhan karena penulis telah menyelesaikan skripsi dengan judul: ”PENGARUH

PENGGUNAAN METODE MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN

EVALUASI DAN INFERENSI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SDK DEMANGAN BARU I YOGYAKARTA”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan berbagai pihak, sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen Pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

3. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis.

4. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan demi hasil skripsi yang lebih baik.

5. Segenap dosen dan staf Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, USD, yang telah memberikan pengetahuan dan dukungan dalam menyelesaikan studi Strata 1.

6. Y. Haryanta, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Demangan Baru I yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di SD tersebut. 7. Albertus Hartoyo, selaku Guru kelas VA yang telah bersedia menjadi guru

mitra dalam penelitian kolaboratif.

8. Siswa-siswa kelas VA dan V C SD Kanisius Demangan Baru I yang telah ikut berpartisipasi sebagai subjek penelitian.

(11)

xi 10.Teman-teman PPL SD Kanisius Demangan Baru I atas kerja samanya di

sekolah.

11.Drs. C Tondo Slamet dan Victoria Yami Widarni yang selalu setia dalam doa, memberi motivasi, dan kasih yang luar biasa.

12.Anna Grawinda Haniningtyas yang selalu menemani dan memberi semangat.

13.Keluarga, sahabat dan teman-teman yang telah mendukung dalam segala bentuk bantuan dan semangat dalam mengerjakan karya ilmiah ini agar dapat selesai cepat waktu.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini belum sempurna karena masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan. Oleh karena itu, peneliti terbuka terhadap masukan, kritik dari semua pihak yang membaca. Peneliti juga berharap semoga karya ilmiah ini berguna bagi semua pihak yang membacanya.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI . Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Definisi Operasional ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Teori-teori yang mendukung ... 8

2.1.1.1 Teori Belajar Jean Piaget ... 8

2.1.1.2 Metode Pembelajaran ... 11

2.1.1.3 Mind Map ... 12

2.1.1.4 Berpikir Kritis ... 15

2.1.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam ... 18

2.1.1.6 Materi Pembelajaran IPA Kelas V ... 19

2.2 Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan ... 21

2.2.1 Literature Map ... 24

2.3 Kerangka Berpikir ... 24

2.4. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

(13)

xiii

3.2 Setting Penelitian ... 29

3.3 Populasi dan Sampel ... 30

3.4 Variabel Penelitian ... 32

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.6 Instrumen Penelitian ... 34

3.7 Teknik Pengujian Instrumen... 36

3.7.1 Validitas ... 37

3.7.2 Reliabilitas ... 39

3.8 Teknik Analisis Data ... 40

3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 41

3.8.2 Uji Pengaruh Perlakuan ... 41

3.8.2.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 41

3.8.2.2 Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest ... 42

3.8.3 Analisis lebih lanjut ... 43

3.8.3.1 Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest... 43

3.8.3.2 Uji Besar Pengaruh Perlakuan (effect size) ... 44

3.8.3.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan... 45

3.8.3.4 Dampak perlakuan pada siswa ... 46

3.8.3.5 Konsekuensi Lebih Lanjut ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Implementasi Pembelajaran... 49

4.1.1 Kelompok eksperimen ... 49

4.1.2 Kelompok kontrol ... 51

4.2 Hasil Penelitian ... 52

4.2.1 Uji Pengaruh Perlakuan Metode Mind Map terhadap Kemampuan Evaluasi ... 52

4.2.1.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 53

4.2.1.2 Uji Selisih Skor Pretest dan Posttest ... 54

4.2.2 Analisis Lebih Lanjut... 55

4.2.2.1 Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest... 55

4.2.2.2 Uji Besar Pengaruh Perlakuan (effect size) ... 56

4.2.2.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan... 57

4.2.3 Uji Pengaruh Perlakuan Metode Mind Map terhadap Kemampuan Inferensi ... 59

4.2.3.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 60

(14)

xiv

4.2.4 Analisis Lebih Lanjut... 62

4.2.4.1 Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest... 62

4.2.4.2 Uji Besar Pengaruh Perlakuan (effect size) ... 64

4.2.4.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan... 65

4.3 Pembahasan ... 66

4.3.1 Pengaruh Metode Mind Map terhadap Kemampuan Evaluasi ... 66

4.3.2 Pengaruh Metode Mind Map terhadap Kemampuan Inferensi ... 67

4.3.3 Dampak Perlakuan terhadap Siswa... 68

4.3.4 Konsekuensi Lebih Lanjut ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 75

5.3 Saran ... 75

DAFTAR REFERENSI ... 76

(15)

xv DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ... 31

Tabel 3.2 Matriks Pengembangan Instrumen... 34

Tabel 3.3 Rubrik Penilaian ... 35

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas ... 39

Tabel 3.5 Uji Reliabilitas ... 40

Tabel 3.6 Pedoman Wawancara Siswa ... 46

Tabel 3.7 Pedoman Wawancara Guru ... 47

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Evaluasi ... 52

Tabel 4.2 Hasil Uji Perbandingan Skor Pretest Kemampuan Evaluasi ... 53

Tabel 4.3 Hasil Uji Selisih Skor Kemampuan Evaluasi ... 54

Tabel 4.4 Hasil Uji Perbandingan Skor Pretest ke Posttest I Evaluasi ... 56

Tabel 4.5 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan pada Kemampuan Evaluasi ... 57

Tabel 4.6 Hasil Uji Perbandingan Skor Posttest I ke Posttest II Evaluasi ... 58

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Inferensi ... 59

Tabel 4.8 Hasil Uji Perbandingan Skor Pretest Kemampuan Inferensi... 60

Tabel 4.9 Hasil Uji Selisih Skor Kemampuan Inferensi ... 61

Tabel 4.10 Hasil Uji Perbandingan Skor Pretest ke Posttest I Inferensi ... 63

Tabel 4.11 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan pada Kemampuan Inferensi ... 65

(16)

xvi DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Mind Map ... 15

Gambar 2.2 Tuas atau pengungkit digambarkan secara sederhana ... 19

Gambar 2.3 Jalan menuju pegunungan dibuat berkelok-kelok ... 20

Gambar 2.4 Roda Berporos pada sepeda ... 20

Gambar 2.5 Bagan Penelitian Sebelumnya ... 24

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 28

Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 32

Gambar 3.3 Rumus besar efek (effect size) untuk data normal ... 44

Gambar 3.4 Rumus besar efek (effect size) untuk data tidak normal ... 45

Gambar 4.1 Perbandingan Selisih Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 55

Gambar 4.2 Perbandingan Selisih Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 62

Gambar 4.3 Rumus besar efek (effect size) pada kemampuan evaluasi... 57

(17)

xvii DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Peningkatan skor pretest ke posttest I pada kemampuan evaluasi ... 55

Grafik 4.2 Retensi pengaruh perlakuan pada kemampuan evaluasi ... 58

Grafik 4.3 Peningkatan skor pretest ke posttest I pada kemampuan inferensi ... 63

(18)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 3.1 Silabus Kelompok Eksperimen ... 80

Lampiran 3.2 Silabus Kelompok Kontrol ... 87

Lampiran 3.3 RPP Kelompok Eksperimen ... 94

Lampiran 3.4 RPP Kelompok Kontrol ... 109

Lampiran 3.5 Uji Validitas Soal... 122

Lampiran 3.6 Uji Reliabilitas Soal ... 125

Lampiran 3.7 Resume Expert Judgement ... 127

Lampiran 4.1 Soal ... 129

Lampiran 4.2 Rubrik Penilaian Soal ... 134

Lampiran 4.3 Nilai Pretest dan Posttest Kemampuan Evaluasi kelas eksperimen ... 148

Lampiran 4.4 Nilai Pretest dan Posttest Kemampuan Evaluasi kelas Kontrol .. 149

Lampiran 4.5 Nilai Pretest dan Posttest Kemampuan Inferensi kelas eksperimen ... 150

Lampiran 4.6 Nilai Pretest dan Posttest Kemampuan Inferensi kelas Kontrol .. 151

Lampiran 4.7 Uji Normalitas Kemampuan Evaluasi ... 152

Lampiran 4.8 Uji Pretest Kemampuan Awal Evaluasi ... 152

Lampiran 4.9 Uji Normalitas Selisih Skor Pretest ke Posttest ... 153

Lampiran 4.10 Uji Selisih Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Evaluasi ... 154

Lampiran 4.11 Uji Perbandingan skor pretest ke posttest I kemampuan Evaluasi ... 154

Lampiran 4.12 Uji Perbandingan skor posttest I ke posttest II Kemampuan Evaluasi ... 155

Lampiran 4.13 Uji Besar Efek Pengaruh (Effect Size) Kemampuan Evaluasi ... 157

Lampiran 4.14 Uji Normalitas Kemampuan Inferensi ... 158

Lampiran 4.15 Uji Pretest Kemampuan Awal Inferensi ... 159

Lampiran 4.16 Uji Selisih Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Inferensi ... 159

Lampiran 4.17 Uji Perbandingan skor pretest ke posttest I Kemampuan Inferensi ... 160

Lampiran 4.18 Uji Perbandingan skor posttest I ke posttest II Kemampuan Inferensi... 161

Lampiran 4.19 Uji Besar Efek Pengaruh (Effect Size) Kemampuan Inferensi ... 162

Lampiran 4.20 Foto –foto penelitian ... 163

Lampiran 4.21 Foto-foto mind map yang dibuat siswa ...169

Lampiran 4.22 Surat Ijin Penelitian dari FKIP ... 171

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab I berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan penting dalam perkembangan hidup manusia. Pendidikan juga menolong manusia untuk mengembangkan potensi yang sudah ada pada dirinya. Melalui pendidikan di sekolah, siswa belajar untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kognitifnya. Siswa mempelajari banyak mata pelajaran salah satunya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan mata pelajaran wajib di Sekolah Dasar. Trianto (2010: 136) menjelaskan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar memiliki peranan penting karena berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam sekitar. Pembelajaran IPA dapat membantu siswa mengenal berbagai jenis makhluk hidup dan gejala-gejala alam yang ada di alam sekitar. Melalui pembelajaran IPA, siswa juga dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak metode pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Metode-metode pembelajaran terkini diterapkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah terutama sekolah dasar. Metode-metode yang sering diterapkan di pembelajaran IPA adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, pemberian tugas, demonstrasi, eksperimen, simulasi, inkuiri, dan metode pengajaran unit/pembelajaran terpadu. Metode-metode di atas diterapkan agar hasil yang diperoleh siswa dapat maksimal.

(20)

2 guru masih banyak menggunakan ceramah dalam menyampaikan materi di kelas. Di kelas, guru lebih nyaman menggunakan ceramah dalam mengajar daripada menerapkan metode-metode pembelajaran terkini karena hal ini dianggap sebagai cara-cara yang praktis untuk mengajar. Hal ini juga terjadi di SDK Demangan Baru I. Melalui observasi yang dilakukan pada tanggal 24 September 2013 dan tanggal 5 Oktober 2013 pukul 07.30 – 09.00 WIB di SDK Demangan Baru I, pembelajaran masih dilakukan dengan metode konvensional. Kecenderungannya guru lebih banyak menggunakan ceramah selama mengajar. Siswa lebih sering menghafal materi dan kurang terlatih dalam menyampaikan dan menilai pendapat termasuk untuk mengevaluasi pekerjaannya sendiri. Dari observasi yang sudah dilakukan, beberapa siswa mengantuk dan sibuk dengan kegiatan lain sewaktu kegiatan belajar mengajar dilangsungkan. Oleh karena itu, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan terlihat membosankan dan siswa tidak tertarik untuk belajar.

(21)

3 pembiayaan pendidikan di Indonesia dengan mengambil alokasi anggaran 20 persen dari APBD (Chang, 2014: 10). Menurut Chang (2012: 8-9), berbagai kebijakan politik terkait dengan sertifikasi dan pemenuhan tunjangan bagi guru tidak memberi dampak yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, bahkan secara umum kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Usaha pemerintah untuk melakukan pembenahan kualitas pendidikan tidak kena sasaran karena guru yang dalam hal ini berada dalam posisi yang paling dekat dengan siswa tidak secara langsung memperbaharui metode pembelajarannya.

Untuk membenahi kualitas pendidikan di Indonesia, guru harus secara langsung memperbaharui metode pembelajaran di kelas. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan adalah mind map. Penelitian ini akan mengujicobakan metode pembelajaran inovatif yaitu mind map. Buzan (2008: 4) mengemukakan bahwa mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran–pikiran kita. Mind map sangat baik untuk diterapkan di kelas. Penggunaan mind map sangatlah tepat karena banyak informasi dapat diringkas dalam diagram-diagram warna warni yang menjadikan informasi itu lebih singkat. Penggunaan mind map diharapkan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan evaluasi dan inferensi. Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan dengan membuat mind map tentunya dapat membuat siswa aktif dan kreatif sehingga pengetahuan yang didapatkan akan mudah dipahami dan bertahan lama.

Penelitian eksperimen ini merupakan salah satu upaya untuk melakukan pembenahan kualitas pendidikan di Indonesia salah satunya pada mata pelajaran IPA secara khusus di SDK Demangan Baru I Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh apabila mind map diterapkan dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar kelas V. Penelitian ini memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan yang berguna untuk mengetahui pengaruh salah satu metode pembelajaran inovatif dalam mengembangkan kualitas pendidikan.

(22)

4 mengambil SDK Demangan Baru I yang berlokasi di Jl. Demangan Baru No. 2, Depok, Sleman, Yogyakarta sebagai sampel. Materi pembelajaran yang digunakan hanya dibatasi pada materi Standar Kompetensi (SK) 5 yaitu “Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya”. Kompetensi Dasar (KD) yang digunakan adalah 5.2 yaitu “Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah penggunaan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPA berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi siswa kelas V SDK Demangan Baru I Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014?

2. Apakah penggunaan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPA berpengaruh terhadap kemampuan inferensi siswa kelas V SDK Demangan Baru I Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh penggunaan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPA terhadap kemampuan evaluasi siswa kelas V SDK Demangan Baru I Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.

2. Mengetahui pengaruh penggunaan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPA terhadap kemampuan inferensi siswa kelas V SDK Demangan Baru I Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

(23)

5 2. Bagi Peneliti

Peneliti dapat memperoleh pengalaman dalammelakukan penelitian khususnya dalam pengaruh penggunaan metode mind map dalam kemampuan berpikir kritis.

3. Bagi Guru

Guru dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode mind map dalam kemampuan berpikir kritis, sehingga guru dapat menerapkannya pada mata pelajaran lain.

4. Bagi Sekolah

Sekolah dapat menambah referensi bagi perpustakaan sekolah khususnya terkait dengan penelitian tentang pengaruh penggunaan metode mind map

dalam kemampuan berpikir kritis.

1.5 Definisi Operasional

1. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk menerapkan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata di kelas dan menciptakan situasi pengajaran yang menyenangkan agar tujuan tercapai secara optimal.

2. Mind Map adalah metode yang efektif untuk menghasilkan ide-ide dan menciptakan pandangan yang menyeluruh terhadap pokok permasalahan dengan membuat cabang-cabang yang memiliki titik sentral di tengah sehingga pengetahuan dapat dipetakan dan lebih mudah dipahami.

3. Metode mind map adalah cara yang digunakan oleh guru untuk menerapkan rencana pengajaran yang efektif dengan menciptakan pandangan yang menyeluruh terhadap pokok permasalahan melalui pembuatan cabang-cabang yang memiliki titik sentral di tengah sehingga pengetahuan yang kita peroleh akan lebih mudah dipahami.

4. Kemampuan berpikir adalah kemampuan untuk mengatakan sesuatu yang berasal dari dalam diri seseorang.

(24)

6 diperkuat berdasarkan alasan yang logis dan didukung oleh bukti yang kuat.

6. Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir yang terdiri dari 6 elemen meliputi interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi dan regulasi diri.

7. Evaluasi adalah kecakapan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau ungkapan yang lain dan mencerminkan persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan, atau opini seseorang; untuk menimbang bobot dari suatu penalaran yang berkaitan dengan pernyataan, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk ungkapan yang lain.

8. Kemampuan evaluasi adalah bagian dari kemampuan berpikir kritis yang berupa kecakapan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau ungkapan yang lain dan mencerminkan persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan, atau opini seseorang; untuk menimbang bobot dari suatu penalaran yang berkaitan dengan pernyataan, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk ungkapan yang lain.

9. Inferensi adalah kecakapan untuk mengidentifikasi dan memastikan elemen-elemen yang diperlukan untuk menarik alasan yang masuk akal; untuk merumuskan dugaan dan hipotesis; untuk mempertimbangkan informasi-informasi yang relevan; dan untuk menarik konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, kepercayaan, opini, konsep, gambaran, pertanyaan, atau bentuk ungkapan yang lain.

(25)

7 11.Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang berupa kumpulan teori yang sistematis, tujuannya adalah memperoleh keterampilan untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam.

12.Pesawat Sederhana adalah alat yang penggunaannya sangat mudah dan sederhana yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia.

(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini berisi tinjauan pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis. Tinjauan pustaka berisi teori-teori yang mendukung dan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan. Selanjutnya dirumuskan ke dalam kerangka berpikir dan hipotesis yang berisi dugaan sementara dari rumusan masalah dalam penelitian.

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang mendukung 2.1.1.1 Teori Belajar Jean Piaget

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori belajar dari Jean Piaget yang beraliran konstruktivisme dan ahli dalam teori perkembangan kognitif. Teori ini dipilih karena banyak ditujukan dalam bidang pendidikan dan Piaget secara khusus menggolongkan perkembangan kognitif sesuai dengan usia anak mulai dari lahir hingga dewasa sehingga sesuai dengan usia perkembangan anak yang akan diteliti. Piaget (Hariyanto & Suyono, 2011: 86) mengemukakan bahwa belajar akan lebih berhasil jika disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dan guru diharapkan untuk memberikan rangsangan kepada siswa agar dapat berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari, mengamati, menemukan, dan mengambil berbagai hal dari lingkungan sehingga dapat mengkontruksi pengetahuan yang sudah didapat.

Dalam perkembangan intelektual, ada tiga aspek yang diteliti oleh Piaget (Dahar, 2011: 134) yaitu, struktur, isi (content), dan fungsi. Struktur disebut

(27)

9 adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk mensistematikkan atau mengorganisasikan proses fisik atau psikologis menjadi sistem yang teratur dan berhubungan atau terstruktur.

Di samping itu, Piaget (Hariyanto & Suyono, 2011: 86) juga mengembangkan pola konsep adaptasi dengan dua variannya, yaitu asimilasi dan akomodasi. Adaptasi adalah struktur fungsional, sebuah istilah yang digunakan Piaget untuk menunjukkan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses pengembangan kognitif. Proses adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi.

Piaget (Hariyanto & Suyono, 2011: 86) juga mengungkapkan dari sudut pandang biologi, asimilasi adalah integrasi unsur-unsur eksternal terhadap struktur yang sudah lengkap dengan organisme. Asimilasi kognitif meliputi objek eksternal yang disintesiskan untuk menjadi struktur pengetahuan internal. Proses asimilasi ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap saat manusia selalu mengasimilasi informasi yang sampai kepadanya, kemudian informasi-informasi tersebut dikelompokkan ke dalam istilah-istilah yang sebelumnya telah dipahami. Sedangkan akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui atau menggabung-gabungkan istilah/konsep lama untuk menghadapi tantangan baru. Akomodasi kognitif berarti mengubah struktur kognitif/skema yang sudah dimiliki sebelumnya untuk disesuaikan dengan objek stimulus eksternal. Jadi, jika pada asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, maka pada akomodasi perubahan terjadi pada subjeknya, sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan objek di luar dirinya.

(28)

(disequilibrium-10

equilibrium). Bila kesetimbangan terjadi kembali, individu itu berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Menurut Kuswana (2011: 155) perkembangan kognitif merupakan gagasan anak melewati serangkaian pembelajaran yang berbeda secara bertahap. Perkembangan melalui tahapan ini berdasarkan pada karakteristik urutan perkembangan. Hariyanto & Suyono (2011: 83-85) mengemukakan bahwa Jean Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu: tahap sensori motor (umur 0-2 tahun), tahap praoperasional (umur 2-7 tahun), tahap operasional konkret (umur 7-11 tahun), tahap operasional formal (umur 11 tahun ke atas). Perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tahap Sensori Motor

Dahar (2011: 137) menjelaskan bahwa tingkat sensori motor menempati dua tahun pertama dalam kehidupan. Selama periode ini, anak mengatur alamnya dengan indra (sensori) dan tindakannya (motor). Dalam dua tahun kehidupannya, bayi dapat memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba, memegang, mengecap, mencium, mendengarkan dan menggerakkan anggota tubuh. Mereka mengandalkan kemampuan sensorik dan motoriknya (Hariyanto & Suyono, 2011: 83).

2. Tahap Praoperasional

Tahap praoperasional dicirikan dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan terutama tentang lingkungan. Pada tahap ini anak dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok namun tidak mampu memusatkan perhatian kepada objek-objek yang berbeda. Anak yang berada pada usia ini dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antar deretan (Hariyanto & Suyono, 2011: 84).

3. Tahap Operasional Konkret

(29)

11 konkret juga sudah menguasai pembelajaran penting, yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh panca indera seperti besar dan bentuk sesuatu dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi, misalnya kuantitas objek yang bersangkutan. Anak seringkali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui jika membuat kesalahan. Sebenarnya anak telah dapat melakukan klarifikasi, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems) tetapi ia belum sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. 4. Tahap Operasional Formal

Pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. Kemajuan utama pada anak selama periode ini adalah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa konkret, ia mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak (Dahar, 2011: 137).

Penelitian ini dilakukan pada anak kelas V di mana dalam tahap perkembangan kognitif anak berada pada tahap operasional konkret yang berada pada usia 7-11 tahun. Pada usia ini merupakan permulaan anak berpikir rasional dan menggunakan panca inderanya secara langsung. Anak mampu menyelesaikan masalah yang lebih kompleks selama masalah yang dihadapi bersifat konkret dan tidak abstrak. Mind map menuntut aktivitas konkret yang harus dilakukan terutama pada anak di usia 7-11 tahun maka mind map dapat diterapkan pada anak dalam usia ini.

2.1.1.2 Metode Pembelajaran 1. Pengertian metode pembelajaran

(30)

12 penggunaan metode pembelajaran. Metode pembelajaran adalah teknik pembelajaran yang akan diterapkan atau dipergunakan pengajar untuk memberikan pengajaran di kelas (Azizah, 2013: 6). Sumantri dan Permana (2001: 144) menjelaskan bahwa metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.

2. Macam-macam metode pembelajaran

Sanjaya (2006: 145) menjelaskan bahwa beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran adalah ceramah, demonstrasi, diskusi, dan simulasi. Sedangkan Sumantri dan Permana (2001: 115) mengemukakan ada sepuluh metode yang digunakan dalam mengajar yaitu, ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, pemberian tugas, demonstrasi, eksperimen, simulasi, inkuiri, dan metode pengajaran unit/pembelajaran terpadu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang digunakan oleh guru untuk menerapkan rencana yang sudah disusun untuk mengajar di kelas agar mencapai tujuan secara optimal. Dari beberapa macam metode yang disebutkan di atas, peneliti memilih metode yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif siswa yaitu dengan metode pembelajaran

mind map. Dengan banyak kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, mind map lebih menarik siswa secara visual daripada metode pencatatan tradisional. Metode mind map akan dibahas sebagai berikut.

2.1.1.3 Mind Map

1. Pengertian Mind Map

(31)

13 antar konsep yang berkesinambungan. Peta konsep merupakan hubungan yang bermakna antara satu konsep dengan konsep lainnya yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit tertentu. Dalam membuat peta konsep, konsep-konsep yang terdapat di dalamnya harus diurutkan secara hierarkis, mulai dari konsep paling umum ke konsep yang lebih khusus. Dengan kata lain, konsep yang paling umum berada pada bagian paling atas, sedangkan konsep yang paling khusus berada pada bagian paling bawah (Sujana, 2009: 3).

Buzan (2008: 4) mengemukakan bahwa mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran–pikiran kita.

Mind map merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind map memungkinkan kita untuk menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal karena mind map merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan kita. Mind map juga memiliki banyak manfaat yaitu merencana, berkomunikasi, lebih kreatif, menghemat waktu, menyelesaikan masalah, memusatkan perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan lebih baik, dan belajar lebih cepat dan efisien. Mind map menggunakan kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung,

mind map lebih merangsang secara visual daripada metode pencatatan tradisional, yang cenderung linear dan satu warna. Rangsangan visual ini yang akan memudahkan kita untuk mengingat informasi dalam mind map. Pembuatan mind map tidak memerlukan alat-alat yang sulit karena mudah dan alami. Beberapa alat yang kita butuhkan yaitu: kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna, otak dan imajinasi.

(32)

14

(main idea). Prinsip pendekatan pembelajaran ini adalah sebuah alat bantu untuk berpikir kritis, kreatif, efektif dan inovatif (Firdaus, 2010: 2).

Mind map dikembangkan sebagai metode yang efektif untuk menghasilkan ide-ide. Dalam pembuatan mind map, kita akan memulai di tengah halaman dengan tema sentral/gagasan utama dan sejak saat itu kita akan bekerja ke luar ke segala arah untuk membuat diagram yang berkembang terdiri dari kata kunci, frase, konsep, fakta dan angka. Mind map dapat digunakan untuk menghasilkan, memvisualisasikan, mengorganisir, mencatat, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, merevisi dan mengklarifikasi topik sehingga kita dapat memulai dengan tugas penilaian. Pada dasarnya, mind map digunakan untuk melakukan

'brainstorming' atau memanggil kembali topik yang diketahui. Mind map juga merupakan cara yang efektif untuk mencatat dan mengingat kembali topik sebuah esai. Sebuah mind map dibuat dengan menuliskan tema sentral dan memikirkan ide-ide baru dan istimewa yang memancar keluar dari pusat otak.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Mind Map adalah metode yang efektif untuk menghasilkan ide-ide dan menciptakan pandangan yang menyeluruh terhadap pokok permasalahan dengan membuat cabang-cabang yang memiliki titik sentral di tengah sehingga pengetahuan dapat dipetakan dan lebih mudah dipahami.

2. Langkah-langkah pembuatan mind map

(33)

15 3. Contoh dari Mind Map

Contoh dari Mind Map adalah sebagai berikut.

(Sumber: www.rumah inspirasi.com)

Gambar 2.1 Contoh Mind Map

2.1.1.4 Berpikir Kritis 1. Pengertian Berpikir Kritis

Secara etimologis, critical adalah menentang atau menunjukkan kesalahan dan thinking adalah membuat keputusan atau pemikiran. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa critical thinking adalah keputusan untuk menentang suatu pernyataan yang menunjukkan kesalahan (Horby, 1989: 99).

Menurut Kuswana (2011: 20) berpikir kritis memungkinkan kita untuk mengevaluasi argumen, dan layak untuk penerimaan berdasarkan pikirannya. Berpikir kritis menjelaskan tujuan, memeriksa asumsi, nilai-nilai, pikiran tersembunyi, mengevaluasi bukti, menyelesaikan tindakan, dan menilai kesimpulan.

Berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting bagi setiap orang yang digunakan untuk memecahkan masalah kehidupan dengan berpikir serius, aktif, teliti dalam menganalisis semua informasi yang mereka terima dengan menyertakan alasan yang rasional sehingga setiap tindakan yang akan dilakukan adalah benar (Liberna, 2013: 192).

(34)

16 analisis evaluasi, dan kesimpulan, dan juga penjelasan terhadap pertimbangan-pertimbangan faktual, konseptual, metodologis, kriterilogis, atau kontekstual yang menjadi dasar penilaian tersebut.

Facione menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi disposisi afektif (Facione, 1990). Dari beberapa definisi dan pendapat dari Facione, penelitian ini akan menggunakan pendapat dari Facione di mana berpikir kritis merupakan penilaian yang terarah dan terukur yang menghasilkan interpretasi, analisis evaluasi, dan kesimpulan, dan juga penjelasan terhadap pertimbangan-pertimbangan faktual, konseptual, dan kontekstual yang menjadi dasar penilaian tersebut. Pendapat Facione diperkuat dengan pembagian dimensi kognitif dalam 6 kecakapan.

Peter A. Facione menggunakan metode Delphi dalam panel 46 ahli dari berbagai disiplin ilmu selama 2 tahun yang menghasilkan sebuah konsensus tentang pengertian metode berpikir kritis. Dimensi kognitif dipandang sebagai pusat kemampuan mental yang paling penting yang terdiri dari 6 kecakapan, yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri. Dari 6 kecakapan, penelitian ini akan menggunakan 2 kecakapan saja yaitu evaluasi dan

inferensi karena peneliti tertarik dengan indikator-indikator yang ada di dalam 2 kemampuan tersebut.

a. Interpretasi

Facione (1990) menjelaskan bahwa interpretasi merupakan kecakapan untuk memahami dan mengekspresikan makna dari berbagai pengalaman, situasi, data, kejadian, penilaian, kesepakatan, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria.

b. Analisis

(35)

17

c. Evaluasi

Facione (1990) mengemukakan bahwa evaluasi merupakan kecakapan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau ungkapan yang lain yang mencerminkan persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan, atau opini seseorang; untuk menimbang bobot dari suatu penalaran yang berkaitan dengan pernyataan, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk ungkapan yang lain. Kecakapan evaluasi masih dibagi lagi dalam 2 sub-kecakapan, yaitu kecakapan untuk menilai klaim dan argumen.

d. Inferensi

Facione (1990) menjelaskan bahwa inferensi merupakan kecakapan untuk mengidentifikasi dan memastikan elemen-elemen yang diperlukan untuk menarik alasan yang masuk akal; untuk merumuskan dugaan dan hipotesis; untuk mempertimbangkan informasi-informasi yang relevan; dan untuk menarik konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, kepercayaan, opini, konsep, gambaran, pertanyaan, atau bentuk ungkapan yang lain. Kecakapan inferensi masih dibagi dalam 3 sub-kecakapan, yaitu kecakapan untuk menguji bukti-bukti,menerka alternatif-alternatif, dan menarik kesimpulan. e. Eksplanasi

Facione (1990) menjelaskan bahwa eksplanasi merupakan kecakapan untuk menjelaskan dan memberikan alasan-alasan dari bukti, konsep, metode, kriteria, dan konteks yang digunakan untuk menarik kesimpulan; dan untuk mengemukakan argument-argumen logis yang kuat.

f. Regulasi diri

(36)

18 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan untuk mengatakan sesuatu yang didasarkan pada praktek secara langsung yang penilaiannya terarah dan terukur yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan kesimpulan, dan juga didukung oleh bukti yang kuat.

2.1.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam 1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Trianto (2010: 136) menjelaskan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.

2. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Trianto (2010: 136) menjelaskan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

(37)

19 Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, tujuannya adalah memperoleh keterampilan untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam.

2.1.1.6 Materi Pembelajaran IPA Kelas V 1. Definisi Pesawat Sederhana

Sulistyanto (2008: 109) menjelaskan bahwa semua alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia disebut pesawat. Pesawat terdiri atas pesawat sederhana dan pesawat rumit. Kesederhanaan dalam penggunaannya menyebabkan alat-alat tersebut dikenal dengan sebutan pesawat sederhana. Pesawat sederhana meliputi pengungkit, katrol, roda berporos, dan bidang miring (Nurhasanah & Syuri, 2011: 153).

2. Jenis-Jenis Pesawat Sederhana a. Tuas

Nurhasanah & Syuri (2011: 153) menjelaskan bahwa tuas adalah alat untuk mengangkat atau mengungkit benda yang berat. Alat ini lebih dikenal dengan nama pengungkit. Pada umumnya, tuas atau pengungkit menggunakan batang besi atau kayu yang digunakan untuk mengungkit suatu benda. Terdapat tiga jenis pengungkit berdasarkan letak titik tumpu, beban dan kuasa. (Sulistyanto, 2008: 109). Tuas atau pengungkit dapat digambarkan secara sederhana seperti berikut.

(Sumber: Sulistyanto, 2008: 110)

Gambar 2.2 Tuas atau pengungkit digambarkan secara sederhana

(38)

20 b. Bidang Miring

Sulistyanto (2008: 115) menjelaskan bahwa bidang miring adalah permukaan rata yang menghubungkan dua tempat yang berbeda ketinggiannya. Bidang miring memiliki keuntungan, yaitu kita dapat memindahkan benda ke tempat yang lebih tinggi dengan gaya yang lebih kecil.

(Sumber: Sulistyanto, 2008: 115)

Gambar 2.3 Jalan menuju pegunungan dibuat berkelok-kelok

c. Katrol

Nurhasanah & Syuri (2011: 155) menjelaskan bahwa katrol adalah alat pengangkat yang berputar pada porosnya. Katrol terdiri atas sebuah roda yang dilengkapi tali atau rantai. Katrol dapat mengubah arah gaya yang digunakan untuk mengangkat benda. Berdasarkan cara kerjanya, katrol merupakan jenis pengungkit karena memiliki titik tumpu, kuasa, dan beban. Katrol digolongkan menjadi tiga, yaitu katrol tetap, katrol bebas, dan katrol majemuk (Sulistyanto, 2008: 117).

d. Roda Berporos

Roda Berporos merupakan roda yang dihubungkan dengan sebuah poros yang dapat berputar bersama-sama. Roda berporos merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang banyak ditemukan pada alat-alat seperti setir mobil, setir kapal, roda sepeda, dan roda kendaraan bermotor (Sulistyanto, 2008: 119).

(Sumber: Sulistyanto, 2008:119)

(39)

21 2.2 Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan

Liberna (2013) meneliti peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa melalui penggunaan metode improve pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan analisis data menggunakan uji beda rata-rata atau uji-t. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 248. Sampel penelitian diperoleh dari teknik random sampling yaitu kelas VIII A dan kelas VIII B. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan analisis disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diberi perlakuan yaitu dengan metode improve lebih tinggi daripada kelas yang tidak diberi perlakuan. Dengan proses perhitungan hipotesis diperoleh nilai t hitung adalah 4.554 dan r = taraf nyata 0,05 diperoleh nilai t tabel adalah 1.665 maka t hitung > t tabel yang berarti bahwa Ho ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan metode improve lebih baik daripada metode tradisional.

Anggraini (2012) meneliti pengaruh penggunaan mind map terhadap kemampuan mengaplikasikan dan mencipta pada mata pelajaran IPA di SD Kanisius Sorowajan pada semester genap tahun ajaran 2011/1012. Populasi adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan sebanyak 56 siswa. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VA sebanyak 28 siswa dan VB sebanyak 28 siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan mind map

terhadap kemampuan mengaplikasikan dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen jenis Quasi Experimental tipe Nonequivalent control group design. Pengumpulan data dengan pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Penggunaan mind map berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasikan. Hal ini ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed)

sebesar 0,006 (atau p > 0,05). 2) Penggunaan mind map berpengaruh terhadap kemampuan mencipta. Hal ini ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) sebesar 0,003 < 0,05.

Kusmintayu, Suwandi & Anindyarini (2012) meneliti penerapan metode

(40)

22 menengah pertama. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII A yang berjumlah 32 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan metode mind map untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa berdampak positif terhadap keaktifan dan motivasi siswa baik selama pembelajaran maupun saat bercerita di depan kelas. Hal tersebut terbukti dari meningkatnya jumlah siswa yang aktif dan termotivasi dalam pembelajaran berbicara baik dari siklus I ke siklus II maupun dari siklus II ke siklus III. Dari pelaksanaan tindakan siklus I, II, III dapat dikemukakan hal-hal berikut ini: (1) 78,13% siswa aktif dalam pembelajaran berbicara (memperhatikan penjelasan guru, aktif berdiskusi, aktif menjawab pertanyaan); (2) 75% siswa aktif saat membuat Mind Mapping tentang tokoh idola (antusias, mengerjakan dengan sungguh-sungguh); (3) 78,53% minat dan motivasi saat bercerita tokoh idola (bersemangat, termotivasi); (4) 98,44% siswa mampu menceritakan tokoh idola dengan pedoman kelengkapan identitas tokoh; (5) 95,31% siswa mampu mengorganisasikan perkataannya sehingga dapat menceritakan tokoh idola dengan terstruktur; dan (6) 78,13% siswa memperoleh nilai minimal 70 (≥ 70) dalam pembelajaran berbicara. Peningkatan keaktifan dan motivasi siswa dalam pembelajaran berbicara mengindikasikan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran berbicara.

(41)

(2-23

tailed) sebesar 0,326 (atau p > 0,05). (2) Ada peningkatan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif siswa dengan menggunakan metode inkuiri yang ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) 0,048 (atau p < 0,05).

Somakim (2011) meneliti peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah pertama dengan penggunaan pendidikan matematika realistik. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Populasi adalah siswa SMP yang berasal dari sekolah level tinggi, sedang, dan rendah di kota Palembang. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik dibandingkan dengan siswa yang tidak memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional. Peningkatan tersebut terjadi di semua level sekolah. Harga sig. (2-tailed) sekolah level tinggi-sedang sebesar 0,000, harga sig. (2-tailed)

sekolah level tinggi-rendah sebesar 0,000, dan harga sig. (2-tailed) sekolah level sedang-rendah sebesar 0,999. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa Sekolah Menengah Pertama.

Firdaus (2010) meneliti tentang mind map untuk meningkatkan kemampuan membaca sekilas (skimming). Populasi dan sampel penelitian ini adalah mahasiswa di Universitas Abulyatama Banda Aceh Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hasil penelitian adalah pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan metode mind map berada pada kategori signifikan, dengan t hitung lebih besar daripada ttabel, di mana jumlah ttabel = 0,05. Ini berarti ada peningkatan kemampuan dalam membaca sekilas dengan menggunakan metode mind map.

(42)

24 peneliti akan membuat penelitian baru untuk memperkaya, memberi sudut pandang dan memberi sumbangan dalam penelitian sebelumnya.

2.2.1 Literature Map

Hasil penelitian sebelumnya dapat dibuat bagan sebagai berikut:

Gambar 2.5 Bagan Penelitian Sebelumnya

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian ini adalah penelitian tentang metode mind map dan kemampuan berpikir kritis kategori sub kemampuan evaluasi dan inferensi. Mind map

merupakan metode yang efektif untuk menghasilkan ide-ide dan menciptakan pandangan yang menyeluruh terhadap pokok permasalahan dengan membuat cabang-cabang yang mempunyai titik sentral di tengahnya sehingga pengetahuan yang kita peroleh dapat dipetakan agar lebih mudah dipahami.

MIND MAP BERPIKIR KRITIS

(43)

25

Evaluasi dan Inferensi merupakan bagian dari kemampuan berpikir kritis.

Evaluasi merupakan kemampuan untuk menilai kredibilitas ungkapan dan mencerminkan persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan, atau opini seseorang; untuk menimbang bobot dari suatu penalaran yang berkaitan dengan pernyataan, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk ungkapan yang lain. Sedangkan

inferensi merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi dan memastikan elemen-elemen yang diperlukan untuk menarik alasan yang masuk akal; untuk merumuskan dugaan dan hipotesis; untuk mempertimbangkan informasi-informasi yang relevan; dan untuk menarik konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, kepercayaan, opini, konsep, gambaran, pertanyaan, atau bentuk ungkapan yang lain.

Penggunaan metode mind map diharapkan dapat berpengaruh pada kemampuan berpikir kritis khususnya evaluasi dan inferensi. Ketika sudah diterapkan dalam pembelajaran, mind map menggunakan kemampuan otak untuk menerima secara visual dan kemudian mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya dari yang sudah dilihat. Dengan menggunakan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, mind map lebih merangsang secara visual daripada metode pencatatan tradisional yang menggunakan satu warna saja. Rangsangan visual yang didapat akan memudahkan kita untuk mengingat informasi dalam

mind map. Penggunaan metode mind map cocok jika diterapkan pada kemampuan berpikir kritis di mana berpikir kritis adalah penilaian yang terarah dan terukur yang menghasilkan interpretasi, analisis evaluasi, dan kesimpulan, dan juga penjelasan terhadap pertimbangan-pertimbangan faktual, konseptual, metodologis, kriterilogis, atau kontekstual yang menjadi dasar penilaian tersebut. Mind map

memberikan ruang pada anak untuk merencanakan sesuatu, menceritakan, kreatif, dan menyusun pikiran-pikiran secara keseluruhan. Dengan membuat mind map

dari awal lalu menceritakan hasil pekerjaannya, siswa akan belajar untuk berpikir kritis.

(44)

26 menggunakan mind map dalam pembelajaran IPA, sedangkan kelas yang terpilih sebagai kelas kontrol tidak mendapatkan perlakuan khusus. Pembelajaran IPA di kelas kontrol dilakukan seperti biasa guru mengajar di kelas. Penerapan suatu metode yang berbeda dalam suatu pembelajaran akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada hasil yang dicapai. Penggunaan metode mind map dapat memicu munculnya ingatan akan fakta serta informasi baru yang didapat, memusatkan perhatian pada suatu hal yang dibahas, memberi gambaran jelas pada keseluruhan topik yang sedang dibicarakan, dan menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah. Jika metode mind map digunakan pada mata pelajaran IPA untuk siswa kelas V SDK Demangan Baru I, penggunaan metode mind map akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kategori evaluasi dan inferensi.

2.4. Hipotesis

2.4.1 Penggunaan metode pembelajaran mind map pada mata pelajaran IPA berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi siswa kelas V SDK Demangan Baru I Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.

(45)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini akan dibahas metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan metode penelitian yaitu mengenai jenis penelitian yang digunakan, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimental tipe non equivalent control group design (Sugiyono, 2011: 118). Menurut Sugiyono (2011: 109) penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Ada empat jenis penelitian eksperimen menurut Sugiyono (2011: 109-118) yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu

Pre-Experimental Design, True Experimental Design, Factorial Design, dan

Quasi Experimental Design. Sugiyono (2011: 116-118) menjelaskan bahwa penelitian Quasi experimental design adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment tertentu (perlakuan) dalam kondisi yang terkontrol dan desain ini mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain ini disebut kuasi eksperimen karena pemilihan masing-masing anggota yang diteliti tidak dilakukan dengan cara random. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang masing-masing anggotanya tidak dipilih secara random. Kedua kelompok yang terpilih kemudian diberi pretest pada keadaan awal untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Cresswell (2003: 242) mengatakan bahwa pada dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sama-sama dilakukan pretest dan

(46)

28 Campbell dan Stanley (Cohen, 2007: 276), hasil penelitian yang menggunakan

pretest dan posttest atau pengaruh kausal dari intervensi dapat dihitung dalam tiga langkah: (1) kurangi skor pretest dari nilai posttest untuk kelompok eksperimen untuk menghasilkan skor 1; (2) kurangi skor pretest dari nilai posttest untuk kelompok kontrol untuk menghasilkan skor 2; dan (3) kurangi skor 2 dari skor 1. Berdasarkan Campbell dan terminologi Stanley, efek dari intervensi eksperimental akan menghasilkan rumus: (O2 - O1) – (O4 – O3). Jika hasilnya negatif maka efek kausal negatif atau tidak ada pengaruh dan sebaliknya jika hasilnya positif maka kausalnya positif atau ada pengaruh. Maka, berdasarkan penjelasan di atas rancangan penelitian dengan tipe non equivalent control group desain adalah sebagai berikut (Cresswell, 2010: 242):

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan

O1 = rerata skor pretest kelompok eksperimen O2 = rerata skor posttest kelompok eksperimen O3 = rerata skor pretest kelompok kontrol O4 = rerata skor posttest kelompok kontrol

X = treatment/perlakuan dengan metode mind map

Semua data hasil observasi diperoleh dari data yang diambil dari variabel dependen dengan pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pretest dilakukan sebelum adanya proses pembelajaran baik di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa kedua kelompok ekuivalen sehingga kedua kelompok bisa dibandingkan. Setelah dilakukan proses pembelajaran kemudian dilakukan posttest. Pretest dan posttest

ini dilakukan pada masing-masing kelompok dan kemudian hasilnya

O1 X O2

(47)

29 dibandingkan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan sebelum dan setelah pembelajaran. Perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu penerapan metode mind map. Pada kelompok kontrol menggunakan metode tradisional yaitu metode ceramah.

3.2 Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDK Demangan Baru I Yogyakarta semester genap tahun pelajaran 2013/2014. SDK Demangan Baru I terletak di daerah perkotaan yang beralamat di Jl. Demangan Baru No. 2, Depok, Sleman, Yogyakarta, Telp. (0274) 517737. Peneliti memilih SDK Demangan Baru I karena penelitian ini selain bersamaan dengan PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) yang diselenggarakan oleh kampus, peneliti juga tertarik untuk meneliti pengaruh apabila mind map diterapkan pada pelajaran IPA di kelas V SDK Demangan Baru I karena dari hasil observasi yang dilakukan siswa mengalami suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan. Guru lebih banyak memberikan tugas dan ceramah dalam pembelajaran di kelas. Asumsinya jika terjadi keadaan yang demikian prestasi belajarnya rendah karena siswa tidak suka dengan pelajaran yang diberikan, tetapi yang terjadi di SDK Demangan Baru 1 siswa tetap memperoleh nilai yang bagus pada mata pelajaran IPA. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan metode mind map dalam kemampuan berpikir kritis yaitu evaluasi

dan inferensi. Selain hal itu, sekolah ini mempunyai kelas yang paralel sehingga dapat digunakan untuk penelitian jenis eksperimen, karena dalam penelitian eksperimen membutuhkan lebih dari satu kelas yaitu sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

(48)

30 Baru I memiliki 18 kelas yang terdiri atas 3 pararel di setiap tingkatnya. Penentuan masing-masing kelas di setiap tingkatnya yaitu A, B dan C juga tidak ditentukan dengan prestasi sehingga sekolah ini mendukung untuk penelitian jenis eksperimen. Di kelas kecil yaitu kelas I-III didampingi oleh guru kelas, sedangkan di kelas atas yaitu kelas IV-VI didampingi oleh guru mata pelajaran.

Kegiatan belajar mengajar di SDK Demangan Baru I sangat terfasilitasi karena memiliki sarana dan prasarana yang lengkap seperti ruang UKS, laboratorium komputer, halaman sekolah, dapur, kantin sekolah, tempat sampah, kamar mandi, perpustakaan, ruang guru, kantor kepala sekolah dan tata usaha , sanggar pramuka, koperasi sekolah, ruang musik dan 25 ruang kelas. Sarana dan prasarana yang memadai tersebut sangat mendukung guru dan siswa dalam pembelajaran.

Pendampingan siswa secara akademik dan pembinaan bakat di SDK Demangan Baru I dilakukan dengan baik terbukti dari banyaknya prestasi baik akademik maupun non akademik yang diraih sekolah ini. Prestasi yang diperoleh beberapa waktu ini antara lain Juara I Lomba Paduan Suara se-Kabupaten Sleman Timur 2014, Juara III Lomba Futsal O2SN se-Kecamatan Depok 2014, Juara I Lomba Pidato tingkat SD 2014, Juara I Lomba Biola Anak Pemula, Juara I Biola anak tingkat lanjut, Juara I Lomba Paduan Suara Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Sleman dan lain-lain.

3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2011: 119) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDK Demangan Baru I sebanyak 87 siswa.

(49)

31 undian ini hanya untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Guru mitra mengambil undian untuk menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dan dengan undian tersebut diperoleh hasil kelas VC sebagai kelompok kontrol dan kelas VA sebagai kelompok eksperimen. Kelas VC berjumlah 29 siswa yang terdiri dari 13 putra dan 16 putri sebagai kelompok kontrol. Kelas VA berjumlah 29 siswa yang terdiri dari 18 putra dan 11 putri sebagai kelompok eksperimen.

Kegiatan pembelajaran di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dibimbing oleh satu guru mitra yang sama karena guru lebih mengenal kondisi kelas dibandingkan peneliti. Selain itu, jika kegiatan pembelajaran dibimbing lebih dari satu guru mitra, maka hal ini dapat menimbulkan faktor bias yang akan mempengaruhi hasil pada kelompok eksperimen, misalnya faktor efisiensi mengajar, semangat guru mengajar, penguasaan bahan ajar, pemahaman karakteristik siswa, dan strategi pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh satu guru mitra dimaksudkan untuk menghindari terjadinya dua kelas yang tidak homogen. Selain itu, guru juga lebih mudah untuk mengontrol variabel siswanya. Peran peneliti pada penelitian ini adalah sebagai pengamat dan bertugas untuk mendokumentasikan seluruh proses penelitian.

Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data

Penelitian

Menonton video tentang macam-macam pengungkit

Membuat mind map tentang

pengungkit

4 Rabu, 19 Februari

2014 2 JP

Demonstrasi katrol menggunakan alat KIT

Membuat mind map tentang katrol

5 Jumat, 21 Februari

2014 2 JP

Demonstrasi bidang miring dan roda berporos menggunakan alat KIT Menjelaskan materi bidang miring

(50)

32

Penelitian

ke - Hari, Tanggal JP Materi

Membuat mind map tentang bidang miring dan roda berporos

6 Senin, 24 Februari

2014 2 JP

Penjelasan keseluruhan materi Menjelaskan mind map di depan

kelas

Refleksi menggunakan mind map

7 Jumat, 28 Februari obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 64). Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, dalam penelitian ini ada dua variabel pokok yang akan dipelajari hubungannya yaitu: 3.3.1 Variabel independen (terikat) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2011: 64). Variabel independen dalam penelitian ini adalah metode mind map.

3.3.2 Variabel dependen (bebas) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011: 64). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan evaluasi dan kemampuan

inferensi.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.2 Variabel Penelitian Metode Mind Map

Kemampuan Evaluasi

(51)

33 3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah tes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis khususnya dalam kemampuan

evaluasi dan inferensi dengan 2 soal uraian. Selain itu untuk melengkapi hasil penelitian, pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan elemen dari penelitian kualitatif yaitu melalui wawancara dan observasi ketika penelitian berlangsung. Menurut Krathwohl (2004: 547) Pengambilan data eksperimental dianjurkan dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin untuk mengurangi bias. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dalam waktu 2 minggu dan akan menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penentuan kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan dengan cara undian yang hanya digunakan untuk menentukan pembagian kelas eksperimen dan kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberikan perlakuan pada proses pembelajarannya, sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang hanya menggunakan cara mengajar seperti biasanya dan tidak diberikan perlakuan. Menurut Ary, Jacobs, dan Razavieh (2007: 381) meskipun kelas kontrol tidak menerima perlakuan eksperimen, hal itu tidak berarti bahwa siswa tidak menerima pengalaman sama sekali. Dalam penelitian tentang metode mengajar, kelas kontrol biasanya diajar dengan prosedur tradisional atau prosedur biasa.

Tiap-tiap kelas diberi soal pretest dan posttest. Pemberian soal pretest

(52)

34 Proses pembelajaran kedua kelas dilaksanakan oleh satu guru mitra yang memang mengajar di kelas V. Guru mitra dalam kelas kontrol berperan untuk menyampaikan materi ajar dan peneliti berperan sebagai pengamat. Guru mitra dalam kelas eksperimen berperan sebagai fasilitator dan pembimbing pembelajaran, sedangkan peneliti sebagai pengamat. Semua instrumen penelitian dan alat peraga yang akan digunakan pada proses pembelajaran dirancang dan disiapkan oleh peneliti.

Selain dengan tes, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Wawancara yaitu laporan tentang diri sendiri, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono, 2011: 188). Menurut Sugiyono (2011: 196) Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan teknik yang lain. Observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia dan proses alam. Selain itu, untuk setiap penelitian eksperimental dianjurkan untuk memasukkan penelitian kualitatif agar lebih dapat dipahami sudut pandang subjek yang diteliti terkait perlakuan dan variabel-variabel yang diteliti antara lain dengan melakukan interview dan observasi sesudah penelitian (Krathwohl, 2004: 547). Untuk itu, pada penelitian ini digunakan wawancara dan observasi agar peneliti lebih memahami sudut pandang subjek yang diteliti.

3.6 Instrumen Penelitian

Sugiyono (2011: 148) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian yang diamati. Instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data-data yang akan digunakan oleh peneliti. Penelitian ini memerlukan dua macam data, yaitu skor

pretest dan posttest. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dengan 6 soal uraian yang dikembangkan bersama 2 rekan peneliti.

Tabel 3.2 Matriks Pengembangan Instrumen

No. Variabel Indikator Nomor

soal

(53)

35

No. Variabel Indikator Nomor

soal Menilai apakah argumen didasarkan pada asumsi yang

benar

3B

Menilai benar tidaknya alternatif pemecahan masalah 3C

Menilai apakah suatu prinsip dapat diterapkan untuk situasi tertentu

3D

2

Inferensi

Mengemukakan alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah

4A

Memperkirakan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin muncul dari suatu pilihan

4B

Menggunakan cara berpikir tertentu untuk menarik kesimpulan (misalnya cara berpikir analogis, dalektis, aritmetis, atau ilmiah)

4C

Tepat menentukan kesimpulan mana yang paling kuat untuk diterima dan mana yang lemah untuk ditolak

4D

Kriteria penentuan skor pada uraian, yaitu sebagai berikut: Tabel 3.3 Rubrik Penilaian

Tidak menilai argumen 1

Menilai apakah argumen didasarkan pada asumsi yang benar

3 alasan penilaian argumen logis

Tidak memberi alasan 1

Menilai benar

Tidak memberikan alasan 1

2

Gambar

Grafik 4.1 Peningkatan skor pretest ke posttest I pada kemampuan evaluasi ...... 55 Grafik 4.2 Retensi pengaruh perlakuan pada kemampuan evaluasi ....................
Gambar 2.1 Contoh Mind Map
Gambar 2.2 Tuas atau pengungkit digambarkan secara sederhana
Gambar 2.4 Roda Berporos pada sepeda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan sirkulasi adalah suatu layanan di perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh para pengguna untuk melakukan proses peminjaman dan pengembalian bahan pustaka dalam waktu

Pola pengelolaan hutan, lahan dan air dalam Pengelolaan DAS Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, harus dipenuhi untuk suatu kegiatan dan usaha

Pemeriksaan Kesehatan Bakal Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten bertujuan untuk memeriksa kesehatan secara jasmani dan rohani terhadap para bakal

Dimuat dalam prosiding seminar internasional Editorial board adalah para ahli dibidangnya yang berasal dari berbagai negara; penulis berasal minimal dari lima negara;

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Hal Ini menyebabkan bertambahnya para pelaku rantai pasok seperti adanya manufaktur yang mengolah produk pertanian sehingga memiliki nilai tambah, pasar swalayan yang

Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa perangkat keras yang akan digunakan sebagai pengembangan Perangkat lunak GPS Based Location Tracker Pada Platform Android

Pasien yang loyal kepada rumah sakit memiliki kekuatan dan sikap positif yang akan membuatnya tetap menjadi pelanggan. Sedangkan gejala penurunan proporsi pasien lama rawat