• Tidak ada hasil yang ditemukan

AWAL-AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AWAL-AKHIR"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN TINGKAT DISIPLIN PADA ANAK

( Studi di RA. Kartini kelas A Balong Besuk Diwek Jombang )

ITA RAHAYU NINGSIH

08.321.106

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(2)

( Studi di RA. Kartini kelas A Balong Besuk Diwek Jombang )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) di Program Studi

S1 Keperawtan STIKES ICME JOMBANG

ITA RAHAYU NINGSIH

08321106

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2012

(3)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ita Rahayu Ningsih NIM : 08.321.106

Tempat, Tanggal Lahir : Bojonegoro, 6 Oktober 1989

Institusi : PRODI S1 Keperawatan STIKes “ICME” Jombang Menyatakan bahwa Skripsi dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Tingkat Disiplin pada Anak (studi di RA. Kartini Kelas A Balong Besuk Diwek Jombang). Adapun skripsi ini bukan milik orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumber. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sangsi Akademis.

Jombang, September 2012 Yang menyatakan

Ita Rahayu Ningsih 08.321.106

(4)

SKRIPSI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL ………..

Oleh:

Pembimbing I : Asrina Pitayanti, S. Kep., Ns, M.Kes (……..…..……...)

Pembimbing II : Marxis Udaya, S. Kep., Ns, M.Kes (……..……....……)

Mengetahui, Ketua Program Studi

(H. Bambang Tutuko, SH, S. Kep., Ns)

(5)

Nama : Ita Rahayu Ningsih NIM : 0832106

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Tingkat Disipin pada Anak (studi di RA. Katini kelas A Balong Besuk Diwek Jombang).

Skripsi ini telah diuji dan di nilai Oleh panitia penguji pada Program studi S1 Keperawatan

Pada tanggal

Panitia Penguji:

1. Ketua : Suhardono M.Kes (………..)

2. Penguji 1 : Asrina Pitayanti, S. Kep., Ns, M. Kes (………)

3. Penguji II : Marxis Udaya, S. Kep., Ns, M.Kes (………...)

(6)

Penulis dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 06 Oktober 1989 dari pasangan Bapak Rasdi dan Ibu Sulistiyah. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 1996 penulis lulus TK Aisyah Bustanul Athfal Kalitidu Bojonegoro, tahun 2002 penulis lulus SDN 1 Kalitidu Bojonegoro, tahun 2005 penulis lulus SMPN 1 Kalitidu, tahun 2008 penulis lulus MAN 1 Bojonegoro dan pada tahun 2008 penulis lulus seleksi masuk STIKes Insan Cendekia Medika Jombang melalui jalur PMDK gelombang 1. Penulis memilih program Studi S1 Keperawatan dari tiga pilihan program studi yang ada di STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.

Peneliti

Ita Rahayu Ningsih

(7)

Carilah pengalaman yang lebih banyak karena pengalaman adalah

guru yang terbaik untuk kita, jangan takut akan kegagalan karena

kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda dan kesiapan akan

menentukan yang terbaik untuk kita.

(8)

hidayah-NYA yang telah memberi kemudahan dan kelancaran dalam menyusun skripsi ini semoga bermanfaat barokah dan kupersembahkan Skripsi ini untuk:

1. Kedua orang tuaku Bapak dan Ibu tercinta yang tak henti mencurahkan do’a serta kasih sayang yang tak terhingga. Dengan semangat dan dukungan yang tiada hentinya membuatku meraih cita-cita dan kesuksesan. Hanya do’a dan prestasi yang dapat aku berikan. Terima kasih bapak dan ibuku atas do’a dan kasih sayang yang engkau berikan.

2. Keluarga besarku dan saudara-saudaraku tercinta yang telah banyak memberi do’a, semangat, serta dukungan demi kelancaran kuliahku. 3. Kedua dosen pembimbingku ibu Asrina Pitayanti S.Kep,Ns, M.Kes dan

bapak Marxis Udaya S.Kep,Ns, M.Kes yang telah membimbingku dengan sabar dan teliti dalam mengerjakan skripsi ini. Semoga ilmu dan nasehat yang beliau berikan dapat bermanfaat.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen S1 Keperawatan terima kasih banyak atas semua ilmu, nasehat serta motivasi yang telah diberikan semoga dapat bermanfaat.

5. Keluarga besar RA. Kartini Balong Besuk Diwek Jombang yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian dan membantu dalam menyelesaikan penelitian.

6. Sahabat-sahabatku tercinta yang selalu menemani saat suka maupun duka dan selalu memberikan do’a, semangat serta dukungan dalam menyelasikan penyusunan skripsi.

7. Buat semua teman-temanku yang selalu membantu dan memberi semangat,dukungan, serta doanya demi kelancaran kuliahku dan dalam penyelesaikan skripsi ini.

(9)

persatu dan teman - teman kelompok keperawatan jiwa dan gerontik, terima kasih atas kebersamaan dan kekompakannya selama kuliah dan bimbingan semoga kesuksesan selalu mnyertai kita.

9. Almamater yang aku banggakan dan selalu melekat dalam hati bersama kenangan yang telah aku lalui disini.

10. Seluruh Citivitas Akademik Insan Cendekia Medika Jombang terima kasih banyak atas semua yang telah diberikan baik secara lisan maupun tertulis.

(10)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha kuasa lagi maha pengasih serta maha penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tersusunlah skripsi dengan judul Hubungan Pola Asuh Oran tua dengan Tingkat Disiplin pada Anak (studi di RA. Kartini Kelas A Balong Besuk Diwek Jombang). Terima kasih tak terhingga dan penghargaan setinggi - tingginya saya sampaikan kepada ibu Asrina Pitayanti, S.Kep.,Ns, M. Kes selaku pembimbing satu yang memberikan dorongan dan bimbingan serta dengan ketelitiannya memberikan koreksi, saran dan wawasan ilmu. Dan kepada bapak Marxis Udaya, S.Kep.,Ns, M.Kes selaku pembimbing dua yang teliti memberikan dorongan dan bimbingan serta dengan ketelitiannya memberikan koreksi, saran dan wawasan ilmu.

Kami menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak maka perkenankan penulis dengan setulus hati mengucapkan terima kasih kepada Dr. M. Zainul Arifin, Drs.,M.Kes, Ketua Stikes ICMe H. Bambang Tutuko, SH. S.Kep,.Ns. Ketua Program Studi S1 Keperawatan atas kesempatan, arahan, bimbingan dan penggunaan fasilitas yang diberikan selama penulis menyusun skripsi.

Kepada kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan nasehat, dan do’a bagi penulis. Semua pihak yang ikut membantu dan mendukung selama penelitian yang tidak dapat penulis sebut namanya satu- per satu.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmatnya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian penelitian akhir ini. Akhirnya dengan segenap kerendahan hati, penulis sebagai manusia biasa mohon maaf atas segala kekurangan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat barokah.

Jombang, September 2012

Peneliti

ABSTRACT

CORRELATION OF PARENTAL RULE WITH THE

(11)

By :

Ita Rahayu Ningsih

Parental rule is one of the factors which influence the students discipline. Discipline is the important thing to support the sucess of discipline, rule, or norm that is applyed in the school environment, family, society. The democratics is the most efective way to made the children discipline.

Design of this research used “Analitic Cross Sectional”. The sample of the reserach were all the mothers and childrens at RA Kartini class A Balongbesuk Diwek Jombang were 26. Populations of the research as 26 respondents and the sample technique by total sampling. The independent variable was parental rule and the dependent variable was the children discipline level. Data collected by questionnaire which was given to the parents and by observed the childrens. The way to analyzed by “Chi Square test” with the significant level ρ ≤ 0,05.

The result of research showed that correlation of parental rule with the children discipline level by the significant level at ρ< α (0,017 < 0,05). Then H0 refused and H1 accepted meant there were relation of parental rule with the children discipline level.

The conclussion of the parental rule at RA Kartini class A most of them apply the democratics rule, where most of children discipline were in average. It was important to parents to care, to guide, to lead their children in order the children know the rule and the limitation in act as the rule in the society

Keywords : Parental Rule, Discipline, Pre School Children

(12)

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT DISIPLIN PADA ANAK

(studi di RA. Kartini Kelas A Balong Besuk Diwek Jombang)

Oleh:

Ita Rahayu Ningsih

Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku disiplin anak didik. Disiplin merupakan hal yang penting dalam menunjang keberhasilan tata tertib, aturan, atau norma yang diterapkan di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Pola asuh demokratis merupakan cara yang paling efektif untuk mendisiplinkan anak

Desain penelitian ini menggunakan“analitik Cross Sectional”.Sampel penelitian ini adalah semua orang tua dan anak di RA. Kartini kelas A Balong Besuk Diwek Jombang sejumlah 26. Populasi pada penelitian ini berjumlah 26 responden dan teknik samplingnya total sampling, Variabel independen pola asuh orang tua dan variabel dependen tingkat disiplin pada anak. Data dikumpulkan dengan membagikan kuesioner kepada orang tua dan observasi pada anak. Cara menganalisanya dengan menggunakan “Uji Chi Square” dengan tingkat signifikan ρ ≤ 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat disiplin pada anak tingkat signifikannya adalah ρ < α (0,017 < 0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Tingkat Disiplin pada Anak.

Kesimpulannya adalah Pola asuh orang tua yang ada di RA. Kartini Kelas A sebagian besar menerapkan pola asuh demokratis, dimana sbagian besar tingkat disiplin anak cukup. Penting sekali para orang tua untuk dapat mengasuh, mengarahkan dan membimbing anak supaya anak mengenal aturan,batasan dalam berperilaku sesuai dengan aturan yang ada di masyarakat.

Kata kunci: Pola asuh orang tua, Disiplin, Anak prasekolah

(13)

HALAMAN JUDUL DALAM ... ii

2.1 Konsep pola asuh... 7

2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang tua... 7

2.1.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi pola asuh :...8

2.1.3 Macam – macam Pola Asuh Orang Tua...9

2.2 Konsep disiplin...13

2.2.1 Pengertian Disiplin...13

2.2.2 Unsur-Unsur Disiplin...14

2.2.3 Perlunya Disiplin... 16

2.2.4 Tujuan Disiplin... 17

2.2.5 Jenis disiplin yang digunakan pada awal masa kanak-kanak....18

2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin...20

2.2.7 Taraf Perkembangan Disiplin... 22

2.2.8 Pengaruh disiplin pada anak-anak...23

2.2.9 Penerapan Disiplin Kelas... 24

2.3 Konsep Anak Prasekolah...29

2.3.1 Pengertian Anak Usia Prasekolah...29

2.3.2 Ciri-ciri awal masa kanak-kanak... 30

2.3.3 Tugas Perkembangan Anak Prasekolah...32

(14)

3.1 Kerangka Konseptual... 35

3.2 Hipotesis...37

BAB 4 METODE PENELITIAN... 38

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian...38

4.1.1 Waktu Penelitian... 38

4.1.2 Tempat Penelitian... 38

4.2 Desain Penelitian...38

4.3 Kerangka Kerja... 40

4.4 Populasi, Sampel dan Sampling...41

4.4.1 Populasi...41

4.4.2 Sampel... 41

4.4.3 Sampling... 41

4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel...41

4.5.1 Variabel... 41

4.5.2 Definisi Operasional... 42

4.6 Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data...45

4.6.1 Instrumen Penelitian...45

4.6.2 Pengumpulan data... 45

4.7 Pengolahan Data dan Analisa Data... 46

4.7.1 Pengolahan data... 46

4.7.2 Analisa Data...47

4.8 Etika Penelitian... 48

4.8.1 Inform consent ( persetujuan )... 48

4.8.2 Anonimity ( tanpa nama )...48

4.8.3 ConfidenItiality ( kerahasiaan )...48

4.9 Keterbatasan penelitian... 49

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN...50

5.1 Hasil Penelitian...50

5.1.1 Gambaran lokasi penelitian...55

5.1.2Data umum...51

5.1.3 Data khusus...66

5.2 Pembahasan ...55

5.2.1 Pola asuh orang tua...55

5.2.2 Tingkat disiplin anak...58

5.2.3 Hubungan pola asuh orang tua denan tingkat disiplin pada anak...62

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...65

6.1 Kesimpulan...65

6.2 Saran...66

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN

(15)

Asuh Orang tua dengan Tingkat Displin pada anak (studi di RA. Kartini Kelas A Balong Besuk Diwek Jombang) ... Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan umur di RA. Kartini

kelas A Desa Balong Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang... Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di RA.

Kartini kelas A Desa Balong Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang... Tabel 5.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan di di RA.

Kartini kelas A Desa Balong Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang... Tabel 5.4 Karakteristik Responden berdasarkan Penghasilan di RA.

Kartini kelas A Desa Balong Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang... Tabel 5.5 Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak di RA.

Kartini kelas A Desa Balong Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang... Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi pola asuh orang tua di RA. Kartini kelas

A Desa Balong Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang... Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Disiplin Anak di RA. Kartini

kelas A Desa Balong Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang... Tabel 5.8 Tabulasi Silang Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan

Tingkat Disiplin Pada Anak di RA. Kartini Kelas A Desa Balong Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang...

(16)

tua dengan Tingkat Disiplin pada Anak (studi di RA. Kartini Kelas A Balong Besuk Diwek Jombang)... Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan

Tingkat Disiplin pada Anak (studi di RA. Kartini Kelas A Balong Besuk Diwek Jombang)...

(17)

Lampiran 1 : Lembar Jadwal Penelitian...68

Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian... 69

Lampiran 3 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian ...70

Lampiran 4 : Surat Permohonan Calon Responden... 71

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Sebagai Responden...72

Lampiran 6 : Kuesioner...73

Lampiran 7 : Kunci Jawaban...79

Lampiran 8 : Lembar Observasi...80

Lampiran 9 : Tabulasi Data Umum... 81

Lampiran 10 : Tabulasi Data Khusus... 85

Lampiran 11 : Hasil Uji SPSS 16...86

Lampiran 12 : Lembar Konsultasi...91

(18)

RA : Roudhatul Athfal BK : Bimbingan Konselling

SPSS : Statistika Product and Service Solution TK : Taman Kanak-kanak

SDN : Sekolah Dasar Negeri

SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri SMA : Sekolah Menengah Atas

MAN : Madrasah Aliyah Negeri STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PMDK : Penelusuran Minat Dan Kemampuan IRT : Ibu Rumah Tangga

PT : Perguruan Tinggi PNS : Pegawai Negeri Sipil Σ : Sigma

α : Alpha % : Persen p : Rho n : Jumlah > : Lebih dari < : Kurang dari

≤ : Kurang dari sama dengan

(19)

1.1 Latar belakang

Disiplin merupakan hal yang penting dalam menunjang keberhasilan tata tertib, aturan, atau norma yang diterapkan di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Adapun tujuannya adalah untuk perkembangan pengendalian diri sendiri yaitu dalam hal mana anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar.

Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku disiplin anak didik. Pengasuhan yang baik harus menyesuaikan dengan kondisi psikologis dengan unsur-unsur kejujuran, empati, mengendalikan diri sendiri, kebaikan hati, kerja sama, pengendalian diri dan kebahagiaan. Perbedaan pola asuh orang tua menyebabkan adanya perbedaan kedisiplinan anak.

Menurut Bowlby (Yunanti, 2003) bahwa pada masa anak-anak merupakan masa penting dalam proses perkembangan kedisiplinan, bantuan atau dorongan dari pihak orang tua sangat diperlukan dalam proses disiplin. Sebab pendidikan pertama dan utama diperoleh oleh anak adalah pendidikan keluarga, yang mana keluarga memiliki fungsi yang amat penting bagi perkembangan anak. Karena itu orang tua haruslah secara aktif dan terus menerus berusaha, untuk memainkan peranan yang makin kecil dari pekerjaan pendisiplinan itu, dengan cara bertahap mengembangkan pengendalian dan pengarahan diri sendiri itu pada anak-anak.

Dan salah satu tantangan yang dihadapi orang tua dalam mendewasakan anak adalah bagaimana memahami bentuk dan cara-cara yang tepat untuk menanamkan pembentukan sikap disiplin. Dalam kehidupan sehari-hari kita

(20)

sering menyaksikan kecenderungan perilaku anak melanggar disiplin yang ditetapkan di rumah dan di sekolah seperti: meremehkan tugas dari guru, berdusta, mengganggu teman, atau membuat keributan, tidak mentaati peraturan yang ditetapkan baik di rumah, sekolah, lingkungan masyarakat dan lain-lain. Anak-anak mungkin membuat ulah, melanggar aturan, memulai perkelahiaan, menolak pekerjaan, atau kegiatan rutin keluarga, menggunakan bahasa yang kurang baik, dan sebagainya.

Berdasarkan studi di RA. Kartini kelas A Balong besuk Diwek Jombang yang telah dilakukan pada beberapa guru dan beberapa wali murid di RA, beberapa guru mengatakan bahwa siswa-siswi di RA. Kartini terdiri dari 55 anak, RA. A terdiri dari 26 anak, dan RA B sebanyak 29 anak. Dari hasil wawancara kepada beberapa guru di RA. Kelas A mengatakan dari 26 anak, diantaranya ada yang telat berangkat ke sekolah, berbicara dan bermain sendiri ketika diajar, dan ada yang bolos sekolah. Dan dari hasil wawancara kepada beberapa ibu bahwa anak-anak mereka malas kalau disuruh bangun pagi, itulah yang menyebabkan anak mereka sering telat berangkat ke sekolah.

(21)

kesalahan lagi. Dari hasil wawancara kepada beberapa wali murid didapatkan pendidikan mereka SMA dan pekerjaan rata-rata adalah Ibu Rumah Tangga.

Dalam kehidupan seorang anak, lingkungan keluarga dan sekolah sangat mempengaruhi perkembangan (Herri clemes dan Reynold, 2001). Setiap anak memiliki perilaku yang berbeda walaupun anak dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sama. Keadaan ini tidak menjamin bahwa mereka akan berperilaku sama pula. Bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang melanggar aturan-aturan di rumah maupun di lingkungan lainnya, orang tua selaku pendidik secara alamiah akan membimbing dan mendidik anak dengan aturan-aturan yang berlaku dalam keluarga. Bimbingan dan pendidikan pembelajaran mengenai aturan inilah yang juga disebut sebagai upaya disiplin anak dalam keluarga.

Untuk anak yang masih dalam usia pra sekolah, yang harus ditekankan adalah aspek pedidikan dan pengertian dalam disiplin. Seorang anak yang masih usia pra sekolah ini, diberi hukuman hanya kalau memang terbukti bahwa ia sebenarnya mengerti apa yang diharapkan dan terlebih bila ia memang sengaja melanggarnya.

(22)

akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri, pemalu dan tidak percaya diri untuk mencoba hal yang baru. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, Self Esteem(harga diri) yang rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.

Selain itu memberikan penghargaan kepada anak untuk suatu hasil yang baik yang telah mereka lakukan juga merupakan tindakan untuk mendisiplinkan anak . Penghargaan tidak harus berupa materi tetapi dapat juga berupa kata-kata pujian atau senyuman. Pemberian penghargaan ini mempunyai nilai mendidik, sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui, ataupun memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial.

(23)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang diangkat adalah :

Apakah ada hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat disiplin pada anak (studi di RA. Kartini Kelas A Balong Besuk Diwek Jombang) ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat disiplin pada anak (studi di RA.Kartini Kelas A Balong Besuk Diwek Jombang).

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pola asuh orang tua dengan tingkat disiplin pada anak (studi di RA.Kartini Kelas A Balong Besuk Diwek Jombang). 2. Mengidentifikasi tingkat disiplin pada anak (studi di RA.Kartini

Kelas A Balong Besuk Diwek Jombang).

3. Menganalisis adanya Hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat disiplin pada anak (studi di RA.Kartini Kelas A Balong Besuk Diwek Jombang).

1.4 Manfaat penelitian

Berdasarkanlatar belakang, rumusan masalah dan tujuan yang disusun akan dapat ditetapkan manfaat penelitian sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat teoritis

Untuk menambah informasi sebagai sumber referensi yang berhubungan dengan pola asuh orang tua dengan tingkat disiplin pada anak.

(24)

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi kepala sekolah dan semua guru RA. Kartini Kelas A tentang tingkat disiplin siswa dan hubungannya dengan pola asuh orang tua.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi perkembangan keperawatan anak dalam memberikan informasi tentang bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat disiplin pada anak usia prasekolah.

(25)

2.1 Konsep pola asuh

2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang tua

1. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. ( Yusuf, 2009 ).

2. Pola asuh adalah perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu yang dapat dirasakan oleh anak dari segi positif maupun segi negatife ( Petranto, 2006 dalam Nurwidianingtyas, 2006 ). Sedangkan menurut Hidayat (2005) pola asuh orang tua adalah pola perilaku interaksi yang digunakan orang tua untuk berhubungan dengan anak yang meliputi mendidik, membimbing, mendisiplinkan dan melindungi anak sampai mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. 3. Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak,termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai / norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya (Theresia,2009).

(26)

4. Menurut Darling (2003;1) mendefinisikan pengasuhan orang tua adalah aktivitas komplek termasuk banyak perilaku spesifik yang dikerjakan secara individu dan bersama-sama untuk mempengaruhi pembentukan karakter anak.

2.1.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi pola asuh :

Setiap orang mempunyai sejarah sendiri – sendiri dan latar belakang yang seringkali sangat jauh berbeda. Perbedaan ini sangat memungkinkan terjadinya pola asuh yang berbeda terhadap anak. Menurut Maccoby & Mc loby ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu:

1. Sosial ekonomi :Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Anak yang sosial ekonaminya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi.

2. Pendidikan: Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang tua baik formal maupun non formal kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada anaknya.

(27)

anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut berperan didalamnya.

4. Kepribadian: Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak (Riyanto, 2002). Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang menitikberatkan pendidikan bertumpu pada peserta didik, artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan. Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya.

5. Jumlah anak: Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya, (Okta Sofia, 2009).

2.1.3 Macam – macam Pola Asuh Orang Tua

1. Pola Asuh Otoriter

(28)

seringkali orang tua tidak menyukai tindakan anak yang memprotes, mengkritik atau membantahnya. Kondisi tersebut mempengaruhi perkembangan diri pada anak. Banyak anak yang dididik dengan pola asuh otoriter ini, cenderung tumbuh berkembang menjadi pribadi yang suka membantah, memberontak dan berani melawan arus terhadap lingkungan sosial. Kadang-kadang anak tidak mempunyai sikap peduli, antipati, pesimis dan anti-sosial. Hal ini, akibat dari tidak adanya kesempatan bagi anak untuk mengemukakan gagasan, ide, pemikiran maupun inisiatifnya. Apapun yang dilakukan oleh anak tidak pernah mendapat perhatian, penghargaan dan penerimaan yang tulus oleh lingkungan keluarga atau orang tuanya.

2. Pola Asuh Permisif

Sebaliknya dengan tipe pola asuh permisif ini, orang tua justru merasa tidak peduli dan cenderung memberi kesempatan serta kebebasan secara luas kepada anaknya. Orang tua seringkali menyetujui terhadap semua dengan tuntutan dan kehendak anaknya. Semua kehidupan keluarga seolah-olah sangat ditentukan oleh kemauan dan keinginan anak. Jadi anak merupakan sentral dari segala aturan dalam keluarga. Dengan demikian orangtua tidak mempunyai kewibawaan. Akibatnya segala pemikiran, pendapat maupun pertimbangan orangtua cenderung tidak pernah diperhatikan oleh anak.

(29)

oleh orang tua dapat dipergunakan untuk mengembangkan kreativitas dan bakatnya, sehingga la menjadi seorang individu yang dewasa, inisiatif dan kreatif.Tetapi hal itu tak banyak ditemui dalam kenyataan, karena ternyata sebagian besar anak tidak mampu menggunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Mereka justru menyalahgunakan suatu kesempatan, sehingga cenderung melakukan tindakan-tindakan yang melanggar nilai-nilai, norma-norma dan aturan-aturan sosial. Dengan demikian perkembangan diri anak cenderung menjadi negatif.

3. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis (authoritative) ialah gabungan antara pola asuh permissive dan otoriter dengan tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap tindakan antara anak dan orangtua. Baik orang tua maupun anak mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan suatu gagasan, ide pendapat untuk mencapai suatu keputusan. Dengan demikian orang tua dan anak dapat berdiskusi, berkomunikasi atau berdebat secara konstruktif , logis, rasional demi mencapai kesepakatan bersama. Karena hubungan komunikasi antara orang tua dengan anak dapat berjalan menyenangkan, maka terjadi pengembangan kepribadian yang mantap pada diri anak. Anak makin mandiri, matang dan dapat menghargai diri sendiri dengan baik.

(30)

a. orang tua dapat menjalankan fungsi sebagai orang tua yang memberi kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya

b. anak memiliki sikap yang dewasa yakni dapat memahami dan menghargai orangtua sebagai tokoh utama yang tetap memimpin keluarganya

c. orangtua belajar memberi kepercayaan dan tanggungjawab terhadap anaknya.

4. Pola AsuhPenelantar.

Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.

(31)

Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan kepada anak-anak perilaku moral yang diterima kelompok. ( Hurlock : edisi kelima :123 )

Disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan b e r s a m a ( y a n g m e l i b a t k a n o r a n g b a n y a k ) . M o e l i o n o d a l a m (nhowitzer.multiply.com) mengemukakan bahwa “disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya”.

Robert mejelaskan bahwa, “disipilin menimbulkan gambaran yang amat keras, bayangan tentang hukuman, pembalasan dan bahkan kesakitan. Pada sisi lain, disiplin mengacu pada usaha membantu orang lain melalui pengajaran dan pelatihan. Contohnya, kata"a disciple" dalam bahasa Inggris berarti seseorang yang mengikuti ajaran orang lain dalam (www.nakertrans.go.id).

Istilah “disiplin” mengandung banyak arti.Good’s Dictionary of Educationmenjelaskan disiplin yaitu : “(1) proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan demi suatu citat-cita atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif dan dapat diandalkan; (2) pencarian cara-cara bertindak yang tepilih dengan gigih, aktif dan diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan atau gangguan; (3) pengendalian perilaku murid dengan langsung dan otoriter melalui hukuman dan/atau hadiah; (4) secara negatif pengekangan setiap dorongan, sering melalui cara yang tak enak, menyakitkan; (5) Suatu cabang ilmu pengetahuan” (Sutisna 1989 : 109).

(32)

Sukardi (1983 : 102) mengatakan bahwa “disiplin mempunyai dua arti yang berbeda, tetapi keduanya mempunyai hubungan yang berarti : (1) disiplin dapat diartikan suatu rentetan kegiatan atau latihan yang berencana, yang dianggap perlu untuk mencapai suatu tujuan, (2) disiplin dapat diartikan sebagai hukuman terhadap tingkah laku yang tidak diinginkan atau melanggar ketentuan-ketentuan peraturan atau hukum yang berlaku”.

Dari pengertian tersebut di atas, disiplin dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah.

2.2.2 Unsur-Unsur Disiplin

Hurlock (1997: 85) menyebutkan empat unsur pokok yang digunakan untuk mendidik anak agar berperilaku dengan standar dari norma kelompok sosial mereka yaitu

1. Peraturan.

(33)

dan membantu anak mengekang perilaku yang tidak diinginkan anggota kelompok tersebut.

2. H u k u m a n .

Hukuman berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Hukuman digunakan supaya anak tidak mengulangi perbuatan yang salah dan tidak diterima oleh lingkungannya. Dengan adanya hukuman tentunya anak dapat berpikir manakah tindakan yang benar dan manakah yang salah sehingga anak akan menghindari perbuatan yang menimbulkan hukuman.

3. Penghargaan.

Penghargaan berarti setiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik, tidak perlu berbentuk materi tetapi dapat berupa pujian, senyuman atau tepukan dipunggung. Penghargaan berfungsi supaya anak mengetahui bahwa tindakan yang dilakukannya disetujui oleh lingkungannya. Dengan demikian anak akan mengulangi perbuatan tersebut sehingga mereka termotivasi untuk belajar berperilaku sesuai norma atau aturan yang berlaku.

(34)

akan memungkinkan individu (anak) menghadapi perubahan kebutuhan perkembangan dalam waktu yang bersamaan dan anak tidak akan bingung. Penyebab dari disiplin yang tidak konsisten adalah adanya perbedaan pendapat antara ayah dan ibu atau orang tua yang tidak diselesaikan sehingga anak menjadi tidak mengerti mana yang harus ditaati. Anak-anak memerlukan suatu gambaran yang jelas dengan segala batasan tentang perbuatan yang diijinkan dan yang dilarang.

2.2.3 Perlunya Disiplin

Menurut Hurlock (1978: 83) mengemukakan bahwa disiplin itu perlu untuk perkembangan anak, karena ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu, di antaranya adalah:

1. Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan

2. Dengan membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat prilaku yang salah, perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk. Disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan social.

(35)

4. Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya

5. Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani atau suara dari dalam yang membimbing dalam mengambil suatu keputusan dan pengendalian prilaku.

2.2.4 Tujuan Disiplin

Menurut Sobur (1991: 35), bahwa tujuan pemberian disiplin adalah agar anak bisa bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan oleh lingkungannya. Menurut Bernhard (1964:31), menyataka tujuan disiplin diri adalah mengupayakan pengembangan minat anak dan mengembangkan anak menjadi menusia yang baik, yang akan menjadi sahabat, tetangga dan warga negara yang baik.

Maman Rachman mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah : “(1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya”. ( akhmadsudrajat. Wordpress.com)

(36)

tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa”, dalam (www.integral.sch.id).

2.2.5 Jenis disiplin yang digunakan pada awal masa kanak-kanak

Menurut Hurlock dalam bukunya psikologi perkembangan edisi kelima : 125 ) jenis disiplin yang digunakan pada awal masa kanak-kanak adalah

1. Disiplin otoriter

Ini merupakan bentuk disiplin tradisional dan yang berdasarkan pada ungkapan kuno yang mengatakan bahwa menghemat cambukan berarti memanjakan anak. Dalam disiplin yang bersifat otoriter, orang tua dan pengasuh yang lain menetapkan peratura-peraturan dan memberitahukan anak bahwa ia harus mematuhi peraturan-peraturan tersebut. Tidak ada usaha untuk menjelaskan pada anak, mengapa ia harus patuh dan padanya tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat tentang adil tidaknya peraturan atau apakah peraturan-peraturan itu masuk akal atau tidak. Kalau anak tidak mengikuti peraturan-peraturan, ia akan dihukum yang seringkali kejam dank eras yang dianggap sebagai cara untuk mencegah pelanggaran peraturan di masa mendatang. Alas an mengapa pelanggaran peraturan oleh anak tidak pernah dipertimbangkan adalah bahwa ia mengetahui peraturan itu dan sengaja melanggarnya, juga tidak perlu diberikan hadiah karena telah mematuhi peraturan. Hal ini dianggap sebagai kewajibannya dan tiap pemberian hadiah dipandang dapat mendorong anak untuk mengharapkan sogokan agar melakukan sesuatu yang diwajibkan masyarakat.

(37)

Disiplin yang lemah berkembang sebagai proses terhadap disiplin otoriter yang dialami oleh banyak orang dewasa dalam masa kanak-kanaknya. Filsafat yang mendasari tekhnik disiplin ini adalah bahwa melalui akibat dari perbuatannya sendiri anak akan belajar bagaimana berperilaku secara social. Dengan demikian anak tidak diajarkan peraturan-peraturan, ia tidak dihukum karena sengaja melanggar peraturan, juga tidak ada hadiah bagi anak yang berperilaku social baik. Banyak orang dewasa yang saat ini cenderung meninggalkan bentuk disiplin itu karena tidak berhasil memenuhi tiga unsure penting dari disiplin.

3. Disiplin demokratis

(38)

diperlihatkan melalui pemberian hadiah terutama dalam bentuk pujian dan pengakuan social.

2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin

1) Faktor dari dalam

Pengalaman, kesadaran, dan kemauan untuk disiplin 2) Faktor dari luar

Pengawasan, pujian, ancaman dan ganjaran untuk berdisiplin.

Sedangkan Faktor–faktor yang mempengaruhi cara penanaman disiplin pada anak usia prasekolah , menurut Syarifatul Ulfa ( 2006 :32 ) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Disiplin yang digunakan orang tua dan guru Kesamaan dengan, bila orang tua dan guru merasa bahwa orang tua mereka berhasil mendidik mereka dengan baik, menggunakan tekhnik yang serupa dalam mendidik anak asuhan mereka. Bila mereka merasa tekhnik yang digunakan orang tua mereka salah, biasanya mereka beralih ke tekhnik yang berlawanan.

2. Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok, semua orang tua dan guru, terutama mereka yang masih muda dan tidak berpengalaman lebih dipengaruhi oleh apa yang anggota kelompok mereka di anggap cara yang terbaik daripada oleh pendirian mereka mengenai apa yang terbaik.

3. Usia orang tua dan guru yang muda cenderung lebih demokratis dan permisif dibandingkan dengan mereka yang lebih tua.

(39)

dalam menanamkan disiplin dibandingkan dengan orang tua yang tidak mendapat pelatihan dalam mengasuh anak.

5. Jenis kelamin, wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan kebutuhannya dibandingkan pria dan mereka cenderung kurang otoriter.

6. Status sosioekonomi, orang tua dan guru cenderung lebih keras, memaksa dan kurang toleran. Semakin berpendidikan, semakin mereka menyukai disiplin demokratis.

7. Konsep mengenai peran orang dewasa, orang tua yang mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua, cenderung lebih otoriter dibandingkan orang tua yang telah menganut konsep yang lebih modern. Guru yang yakin bahwa harus ada tata cara yang kaku dalam kelas lebih banyak menggunakan disiplin otoriter dibandingkan guru yang mengajar dengan demokratis.

8. Jenis kelamin anak, orang tua pada umumnya lebih keras terhadap anak perempuan daripada anak laki-laki. Begitu pula para guru cenderung lebih keras terhadap anak perempuan.

9. Usia anak, disiplin otoriter jauh lebih umum digunakan untuk anak kecil daripada untuk mereka yang lebih besar. Apapun tekhnik yang disukai, kebanyakan orang tua dan guru merasa bahwa anak kecil tidak dapat mengerti penjelasan, sehingga mereka memusatkan perhatian pada pengendalian otoriter.

10. Situasi, ketakutan, dan kecemasan biasanya tidak di ganjar hukuman. Sedangkan sikap menantang, negatifisme, dan agresi kemungkinan lebih.

2.2.7 Taraf Perkembangan Disiplin

(40)

1. Disiplin karena ingin memperoleh kasih sayang dan takut hukuman : pada tahap ini anak tidak ada rasa bersalah untuk pelanggaran yang

dilakukannya.

2. Disiplin jika kesenangan dipenuhi : pada tahap ini orang tua harus hati-hati untuk tidak selalu memenuhi keinginan anak agar disiplin yang diterapkan menjadi efektif.

3. Disiplin karena mengetahui ada tuntutan di lingkungan : pada usia sekolah mereka mengetahui ada aturan di sekolah / lingkungan luar, jika anak sudah terbiasa disiplin di lingkungan rumah, maka ia akan mudah mengikutinya.

4. Disiplin karena sudah ada orientasi terhadap otoritas : mereka akan mengikuti perilaku figure otoritas.

5. Disiplin karena telah melakukan nilai-nilai sosial, tata tertib / prinsip-prinsip : mereka sudah dapat menilai baik buruk, sudah cukup untuk mengontrol perilakunya dan mengarahkan dirinya pada hal-hal yang disetujui kelompok.

2.2.8 Pengaruh disiplin pada anak-anak

Menurut Hurlock ( psikologi perkembangan edisi kelima : 126 ) pengaruh disiplin pada anak-anak meliputi :

1. Pengaruh pada perilaku

(41)

hubungannya dengan teman-teman sebayanya. Anak yang dibesarkan dibawah disiplin yang demokratis belajar mengendalikan perilaku yang salah dan mempertimbangkan hak-hak orang lain. 2. Pengaruh pada sikap

Anak yang orang tuanya melaksanakan disiplin otoriter maupun disiplin yang lemah cenderung membenci orang-orang yang berkuasa. Anak yang mengalami disiplin yang otoriter merasa diperlakukan tidak adil, anak yang orang tuanya lemah merasa bahwa orang tua seharusnya memperingatkan bahwa tidak semua orang dewasa mau menerima perilaku yang tidak disiplin. Disiplin yang demokratis dapat menyebabkan kemarahan sementara tetapi bukan kebencian.

3. Pengaruh pada kepribadian

Semakin banyak hukuman fisik digunakan, semakin anak cenderung menjadi cemberut, keras kepala, dan negativistic. Ini mengakibatkan penyesuaian pribadi dan social yang buruk, yang juga merupakan cirri khas dari anak yang dibesarkan dengan disiplin yang lemah. Anak yang dibesarkan dibawah disiplin yang demokratis akan mempunyai penyesuaian social yang terbaik.

2.2.9 Penerapan Disiplin Kelas

(42)

pembelajaran dimulai, dalam kegiatan pembelajaran berlangsung, selama istirahat/makan/bermain dan sesudah pelajaran berakhir.

1. Berbaris memasuki ruangan kelas.

Sebelum masuk keruangan kelas anak berbaris di depan kelas. Jika pekarangan sekolah memungkinkan, maka sebelum memasuki ruang-an kelas anak bersenam dan berolahraga kecil sambil menyanyi dan menari, kemudian dilanjutkandengan penyampaian beberapa pesan-pesan yang bersifat membimbing danmengarahkan anak keperilaku yang diharapkan.

Beberapa bentuk perilaku yangdiharapkan dari anak dalam aktivitas ini adalah:

a. untuk selalu tertib dan patuh pada peraturan b. tenggang rasa terhadap keadaan orang lain c. sabar menunggu giliran

d. mau menerima dan menyelesaikan tugas

e. berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar f. berpakaian bersih dan rapi

g. mau memakai pakaian seragam, datang tepat waktu/tidak terlambat h . menjaga kebersihan badan, termasuk kerapihan dan keber-sihan

kuku,rambut, gigi, telinga dan lain-lain i. berbarisdengan rapi

j. bediri tegap pada saat berbaris, dan

k. tolong menolong sesama teman dalam merapikan pakaian.

2. Mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain

(43)

a. sopan dan santun

b. menunjukkan reaksi dan emosi yang wajar c. berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar d. menghormati orang lain

e. menciptakan suasana keakraban f. melatih keberanian, dan

g. mengembangkan sosialisasi.

3. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan

Pada waktu berdoa diharapkan anak berperilaku, antara lain: a. memusatkan perhatian dalam jangka waktu tertentu

b. berlatih untuk selalu tertib dan patuh pada peraturan c. rapi dalam bertindak

d. berani dan mempunyi rasa ingin tahu yang besar e. bersikap tertib, dan tenang dalam berdoa, dan f. mematuhi peraturan/tata tertib.

4. Dalam kegiatan pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran, diharapkan anak berperilaku: a. rapi dalam bertindak, berpakaian dan bekerja

b. berlatih untuk selalu tertib dan patuh pada peraturan c. berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar

d. merasa puas atas prestasi yang dicapai dan ingin terus meningkatkan e. bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan

(44)

g. mengendalikan emosi h. menjaga keamanan diri i. sopan, dan

j. tenggang rasa terhadap keadaan orang lain . 5. Waktu Istirahat/Makan/Bermain

Pada waktu istirahat/makan/bermain diharapkan anak berperilaku: a. berdoa sebelum dan sesudah kegiatan

b. tolong-menolong sesama teman

c. rapi dalam bertindak, berpakaian dan bekerja d. mengurus diri sendiri

e. tenggang rasa terhadap keadaan orang lain f. sabar menunggu giliran

g. dapat membedakan milik sendiri dan orang lain h. meminta tolong dengan baik

i. mengucapkan terima kasih dengan baik j. membuang sampah pada tempatnya

k. menyimpan alat permainan setelah digunakan l. menjaga keamanan diri

m. mencuci tangan sebelum dan sesudah makan n. mau dan dapat makan sendiri

o. mau membersihkan dan merapikan tempat makan p. tidak berebut mainan

(45)

Pada waktu pembelajaran berakhir, diharapkan anak berperilaku; a. memberikan hormat kepada guru yang akan meninggalkan kelas b. berdoa sesudah selesainya kegiatan pembelajaran

c. meneliti tempat duduknya agar tidak ada barang yang ketinggalan, dan d. mengantri saat ke luar kelas.

Pengelolaan kelas yang efektif menuntut kemampuan guru dalam menciptakan, memelihara dan mengembalikan kondisi sehingga lingkungan belajar efektif. Oleh karena itu guru perlu menyediakan prosedur dan bentuk penerapandisiplin kelas bagi anak dalam kelas. Dalam beberapa hal bentuk pelanggaran disiplin barangkali guru cukup hanya memberikan respons tertentu pada saat anak melakukan pelanggaran seperti, saat anak terlambat, mengganggu kelas dan menciplak. Tapidalam kasus-kasus tertentu barangkali guru tidak dapat memberikan respons saat itusaja melainkan perlu menerapkan serangkaian kegiatan untuk penyelesaian masalah pelanggaran disiplin itu. Kemudian dengan memperhatikan kondisi anak maka penerapan disiplin juga harus memperhatikan aspek perkembangannya.

Dalam masalah tertentu, dimana respon guru saat itu tidak efektif lagi dalam mengatasi masalah disiplin kelas, maka guru perlu menempuh tindakan dan prosedur berikut:

(a) menatap dengan seksama, (b) berjalan mendekati, (c) memanggil ke depan,

(46)

(f) memindahkan tempat duduk, (g) menentukan hukuman,

(h) menulis surat untuk orang tua, dan (i) memanggil orang tua

Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin siswa antara lain :

1. Peraturan dan tata tertib sekolah perlu senantiasa disosialisasikan melalui setiap kesempatan dapat pada media yang dapat dimanfaatkan, misalnya: majalah dinding, upacara penaikan bendera pada saat mengajar dan lain-lain.

2. Pembina disiplin secara individual oleh wali kelas maupun secara kelompok oleh guru BP.

3. Adanya tindakan yang seragam dari para guru. Hal ini dimaksudkan agar disiplin menjadi budaya sekolah yang mendarah daging karena tindakan indisipliber tidak akan ditoleri oleh siapapun.

4. Administrasi piket perlu ditindak lanjuti. Data-data yang dikumpulkan seperti angka keterlambatan, ketidak hadiran dapat ditabulasikan atau dibuat grafik sehingga dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan pembinaan disiplin.

2.3 Konsep Anak Prasekolah

2.3.1 Pengertian Anak Usia Prasekolah

(47)

Anak usia prasekolah adalah anak usia 4-6 tahun di mana pada usia ini anak telah mencapai kematangan dalam berbagai fungsi motorik dan diikuti dengan perkembangan intelektual dan sosioemosional. Selain itu, imajinasi intelektual dan keinginan anak untuk mencari tahu dan bereksplorasi terhadap lingkungan juga merupakan ciri utama anak pada usia ini.

Anak yang terkategori pra sekolah adalah anak dengan usia 3-5 tahun, (Elizabeth B. Hurlock )mengatakan bahwa kurun usia pra sekolah disebut sebagai masa keemasan (the golden age).

Anak usia prasekolah merupakan perkembangan individu yang terjadi sekitar 2 – 6 tahun, pada usia ini anak berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara rasional. Usia ini juga sering disebut dengan masa pancaroba, karena pada umumnya anak pada masa ini dorongan keingintahuannya sangat kuat.

Perkembangan Anak Prasekolah Menurut Hurlock menyatakan bahwa lima tahun pertama disebut dengan The Golden Years. Anak mengalami kecepatan kemajuan yang sangat cepat. Tidak hanya fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak bukan seoarang bayi lagi melainkan seorang yang sedang dalam proses awal mencari jati dirinya. Anak sudah menjadi cikal bakal manusia dewasa. Anak sulit diatur dan mulai sadar bahwa dirinya juga manusia yang mandiri.

2.3.2 Ciri-ciri awal masa kanak-kanak

(48)

Salah satu ciri tertentu masa bayi merupakan ciri khas yang membedakannya dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan, demikian pula halnya dengan ciri tertentu dari periode awal masa kanak-kanak. Ciri ini tercermin dalam sebutan yang biasanya diberikan oleh para orang tua, pendidik, dan ahli psikologi.

1. Sebutan yang digunakan orang tua

Sebagian besar orang tua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai usia yang mengundang masalah atau usia sulit. Masa bayi sering membawa masalah bagi orang tua dan umumnya berkisar pada masalah perawatan fisik masa bayi.

Seringkali orang tua menganggap masa awal kanak-kanak sebagai usia mainan karena anak mudah menghabiskan sebagian besar waktu juga bermain dengan mainannya. Penyelidikan tentang permainan anak menunjukkan bahwa bermain dengan mainan mencapai puncaknya pada tahun-tahun awal masa kanak-kanak, kemudian mulai menurun saat anak mencapai usia sekolah.

2. Sebutan yang digunakan para pendidik

(49)

masa kanak-kanak, baik di rumah maupun di lingkungan prasekolah merupakan masa persiapan.

3. Sebutan yang digunakan para ahli psikologi

Para ahli psikologi menggunakan sejumlah sebutan yang berbeda untuk menguraikan ciri-ciri yang menonjol dari perkembangan psikologis anak selama tahun-tahun awal masa kanak-kanak. Salah satu sebutan yang banyak digunakan adalah usia kelompok, masa dimana anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuain diri pada waktu mereka masuk kelas satu.

Karena perkembangan utama yang terjadi selama awal masa kanak-kanak berkisar diseputar penguasaan dan pengendalian lingkungan, banyak ahli psikologi melabelkan awal masa kanak-kanak sebagai usia menjelajah, sebuah label yang menunjukkan bahwa anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungan. Ini termasuk manusia dan juga benda mati. Salah satu cara yang umum dalam menjelajai lingkungan adalah dengan bertanya, jadi periode ini sering disebut dengan periode bertanya.

Yang paling menonjol dalam periode ini adalah meniru pembicaraan dan tindakan orang lain. Oleh karena itu, periode ini juga dikenal sebagai usia meniru.

(50)

Menurut Havighurst (Psikologi Perkembangan Hurlock edisi kelima :10 ) tugas perkembangan pada masa usia pra sekolah merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya. Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang seyogyanya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau fase perkembangannya, seperti tugas yang berkaitan dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya. Tugas perkembangan pada masa bayi dan awal kanak-kanak:

1. Belajar memakan makanan padat 2. Belajar berjalan

3. Belajar berbicara

4. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh 5. Mempelajari perbedaan seks dan tata caranya 6. Mempersiapkan diri untuk membaca

(51)

2.4 Konsep Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Tingkat Disipin pada Anak

Menurut Moch Shochib (Pola Asuh Orang tua.2010 : 16) hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat disiplin pada anak dimaksudkan sebagai upaya orang tua dalam meletakkan dasar-dasar disipin kepada anak dan membantu mengembangkannya sehingga anak memiliki disiplin. Intensitas kebutuhan anak untuk mendapatkan bantuan dari orang tua bagi kepemilikan dan pengembangan dasar-dasar disipin diri, menunjukkan adanya kebutuhan internal, yaitu :

1. Tingkat rendah, manakala anak masih membutuhkan banyak bantuan dari orang tua untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri ( berdasarkan naluri ).

2. Tingkat menengah, manakala anak kadang-kdang masih membutuhkan bantuan orang tua untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri ( berdasarkan nalar ).

(52)

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. ( Setiadi : 2007 :64 ).

Kerangka konseptual adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variable yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti.

( Notoadmojo : 2010 : 83 ).

(53)

Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat

3. Nilai Agama Yang Dianut ancaman dan ganjaran untuk berdisiplin.

Keterangan :

(54)

Anak prasekolah yang diasuh oleh orang tua dengan pola asuh otoriter, permissive, demokratis, dan penelantar. Factor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu sosial ekonomi, pendidikan, nilai agama yang dianut, kepribadian, jumlah anak. Pola asuh orang tua mempengaruhi tingkat disiplin pada anak. Faktor – faktor yang mempengaruhi disiplin yaitu adanya Faktor dari dalam dan dari luar. Faktor dari dalam antara lain : pengalaman, kesadaran, dan kemauan untuk disiplin. Sedangkan faktor dari luar anatara lain :pengawasan, pujian, ancaman dan ganjaran untuk berdisiplin.

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak. (Setiadi: 2007)

(55)

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecah masalah. Pada dasarnya menggunakan metode ilmiah (Notoatmodjo,2005). Pada bab ini akan di uraikan tentang : Waktu dan tempat Penelitian, Desain Penelitian, Kerangka Kerja, Populasi, Sampel, dan Sampling, Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel, Instrumen Penelitian, Pengumpulan Data, Pengolahan dan Analisa Data, Etika Penelitian, keterbatasan.

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

4.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan yang dimulai dari perencanaan mulai bulan Maret 2012 sampai bulan Agustus 2012.

4.1.2 Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di RA. Kartini Kelas A desa Balong Besuk, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.

4.2 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian memungkinkan pengontrolan maksimal. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil. Istilah rancangan penelitian digunakan dalam dua hal : pertama rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data, dan kedua, rancangan penelitian digunakan untuk mengidentifikasi struktur penelitian yang akan dilaksanakan (Nursalam,2008 :77).

(56)
(57)

4.3 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah salah satu tahap dalam penelitian. Pada kerangka kerja akan digambarkan alur penelitian, terutama variabel yang akan digunakan dalam penelitian (Nursalam, 2003). Sebagaimana gambar berikut :

Penyusunan proposal

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Tingkat Disiplin pada Anak (studi di RA. Kartini Kelas A Balong Besuk Diwek Jombang)

Populasi

Semua orang tua dan anak di RA. Kartini Kelas A Balong Besuk Diwek Jombang sejumlah 26 orang.

Sampel

Semua orang tua dan anak di RA. Kartini Kelas A Balong Besuk Diwek Jombang sejumlah 26 orang.

Sampling Total sampling

Desain Penelitian Cross sectional

Pengumpulan Data Kuesioner, lembar observasi

Pengolahan dan Analisa data

Editing, Coding, Skoring, Tabulating, Uji statistic chi square dengan program SPSS

(58)

4.4 Populasi, Sampel dan Sampling

4.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang mengangkut masalah yang akan diteliti (Nursalam dan Pariani, 2001 : 64). Populasi ini adalah semua orang tua dan anak di RA. Kartini Kelas A desa Balong Besuk, kecamatan Diwek, kabupaten Jombang berjumlah 26 orang.

4.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Besar kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh rancangan dan ketersediaan subyek dari penelitian itu sendiri (Nursalam, 2008). Sampel ini adalah semua orang tua dan anak di RA. Kartini Kelas A desa Balong Besuk, kecamatan Diwek, kabupaten Jombang berjumlah 26 orang.

4.4.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2003). Teknik sampling dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan jenis total sampling yaitu tekhnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Setiadi, 2007). Metode ini dipebolehkan untuk jumlah populasi yang terbatas / sedikit.

4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

4.5.1 Variabel

(59)

Variabel independen variabel yang nilainya menentukan variabel yang lain (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini variabel independenya adalah pola asuh orang tua.

2) Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel yang lain (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini dependennya adalah tingkat disiplin pada anak.

4.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah pemberian arti atau makna pada masing-masing variabel berdasarkan karakteristik masing-masing-masing-masing variabel untuk kepentingan akurasi, komunikasi dan replikasi agar memberikan pemahaman yang sama kepada setiap orang mengenai variabelvariabel yang dirumuskan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003).

(60)
(61)
(62)

4.6 Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data

4.6.1 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yaitu suatu alat yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun social yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variable penelitian (Sugiyono, 2009). Pada penelitian ini instrument yang digunakan untuk variabel pola asuh orang tua adalah kuesioner tertutup dengan multiple choice. Sedangkan untuk variable tingkat disiplin pada anak adalah observasi dengan menggunakan check list, yang merupakan daftar pengecek, berisi nama subyek dan beberapa gejala atau identitas lainnya dari sasaran pengamatan. Pengamat tinggal memberikan tanda check (x) pada daftar yang telah disediakan.

4.6.2 Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003).

(63)

Pengumpulan data dilakukan dan dibantu oleh guru RA. Kartini Kelas A Desa Balung Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang dengan menggunakan kuesioner. Sebelum melakukan pengumpulan data terlebih dahulu peneliti memberikan kepada guru RA. Kartini Kelas A, tentang pengisian kuesioner, jumlah kuesioner yang diharapkan dapat terkumpul dan cara memperoleh data.

Pendataan pengisian kuesioner diawali dengan meminta responden yang memenuhi syarat dan bersedia menjadi responden diminta untuk mendatangi lembar persetujuaninformad consen. Selanjutnya responden diberi penjelasan cara pengisian kuesioner dan diminta untuk mengisi kuesioner penelitian.

4.7 Pengolahan Data dan Analisa Data

4.7.1 Pengolahan data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan Editing, Coding, Scoring dan Tabulating.

1. Editing

Editing adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah isian pada lembar pengumpulan data agar dapat diproses lebih lanjut (Moh. Nasir, 2005).

Dalam editing ini akan diteliti :

a. Lengkapnya pengisian : format harus lengkap.

b. Kejelekan dan kesesuaian jawaban satu sama lainnya. c. Relevansi jawaban dengan lembar observasi.

(64)

2. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut kriteria tertentu, klasifikasi pada umumnya ditandai dengan kode tertentu yang biasanya berupa angka ( Moh. Nasir, 2005).

3. Scoring

Adalah penentuan jumlah skor, dalam penelitian ini menggunakan skala nominal.

4. Tabulating

Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk tabel (Moh. Nasir, 2005). Analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2006). Tabulasi adalah pengorganisasian data sedemikian rupa agar dapat dengan mudah dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisa. Proses tabulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan metode tally, menggunakan kartu dan menggunakan komputer ( Budiarto, 2002).

Dalam penelitian ini penyajian data dalam bentuk tabel yang menggambarkan distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristiknya dan tujuan penelitian.

4.7.2 Analisa Data

Setelah data dikumpulkan, proses selanjutnya adalah analisis data yang dimulai dengan mentukan data, melakukan analisa, yang dimulai dengan tabulasi yang selanjutnya dianalisa dengan menggunakan teknik uji statistik chi square dengan program SPSS.

(65)

1. Bila p < 0,05 maka ada hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat disiplin pada anak.

2. Bila p > 0,05 maka tidak ada hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat disiplin pada anak.

4.8 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini mengajukan permohonan kepada pihak RA. Kartini Kelas A untuk mendapatkan persetujuan, setelah mendapatkan persetujuan kemudian mengadakaan wawancara dan observasi pada responden yang akan diteliti dengan beberapa masalah etika sebagai berikut :

4.8.1 Inform consent ( persetujuan )

Inform consent adalah merupakan lembar persetujuan yang diberikan kepada responden yang akan diteliti yaitu orang tua anak TK yang memenuhi kriteria. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama pengumpulan data. Jika responden bersedia, maka mereka harus menandatangani surat persetujuan penelitian. Peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden untuk menolak untuk diteliti.

4.8.2 Anonimity ( tanpa nama )

Kerahasiaan identitas responden harus dijaga. Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dengan tidak mempublikasikan nama responden.

4.8.3 ConfidenItiality ( kerahasiaan )

(66)

4.9 Keterbatasan penelitian

(67)

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 06 Agustus 2012 dengan 26 responden. Hasil penelitian disajikan dalam dua bagian yaitu data umum dan data khusus. Dalam data umum dimuat karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan jumlah anak. Sedangkan data khusus terdiri dari pola asuh orang tua, tingkat disiplin pada anak dan hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat disiplin pada anak di RA. Kartini Kelas A Desa Balong Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

RA. Kartini terletak di Jl. KH. Hasyim As’ari Dusun Mojosongo Desa Balong Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang di sebelah selatan kampus A STIKES ICMe Jombang. RA. Kartini mempunyai 2 ruang kelas dengan jumlah murid sebanyak 55 anak, kelas A 26 anak dan kelas B 29 anak.Wilayah RA. Kartini mempunyai batasan wilayah sebelah utara berbatasan dengan Dusun Mojosongo, Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Balong Biru, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ceweng, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Plandi.

(68)

5.1.2 Data Umum

Dalam data umum akan dimuat karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan jumlah anak yang akan disajikan dalam bentuk tabel.

a. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan umur di RA. Kartini kelas A Desa Balong Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

No Umur Responden Jumlah (n) Persentase (%) 1. 20 - 25 tahun 3 11,5

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 31-35 tahun sebanyak 8 responden (31,0%).

b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di RA. Kartini kelas A Desa Balong Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

No Pendidikan

Responden Jumlah (n) Persentase (%)

1. SD 5 19,0

(69)

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan di di RA. Kartini kelas A Desa Balong Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

No Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)

1. IRT 13 50,0

2. Swasta 6 23,0

3. Wiraswasta 5 19,0

4. PNS 2 8,0

Total 26 100,0

Sumber : Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 13 responden (50,0%).

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan

Tabel 5.4 Karakteristik Responden berdasarkan Penghasilan di RA. Kartini kelas A Desa Balong Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

No Penghasilan Jumlah (n) Persentase (%) 1. < 500.000 10 38,5 2. > 500.000 16 61,5

Total 26 100,0

Sumber : Data Primer, 2012

(70)

e. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah anak

Tabel 5.5 Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak di RA. Kartini kelas A Desa Balong Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

No Jumlah Anak Jumlah (n) Persentase (%)

1. 1 2 7,6

2. 2 15 57,7

3. > 2 9 34,7

Total 26 100,0

Sumber : Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah anak 2 sebanyak 15 responden (57,7%).

5.1.3 Data Khusus

Dalam data khusus akan disajikan karakteristik variabel yang meliputi pola asuh orang tua, tingkat disiplin anak dan hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat disiplin pada anak .

a. Pola Asuh Orang tua

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi pola asuh orang tua di RA. Kartini kelas A Desa Balong Besuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

No Pola Asuh Orang

Gambar

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian Hubungan Pola
Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Tingkat
Tabel 4.1 tabel definisi operasional variabel yang diteliti :
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

[r]

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN DIRECT INSTRUCTION TERHADAPPENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN. MATEMATISDITINJAUDARITINGKAT

Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara pola asuh permisif pengasuh panti asuhan dengan kemandirian belajar anak panti asuhan.. Semakin

Karakteristik Ekstrak Asbuton dengan Metode Asbuton Emulsi Menggunakan Peremaja Oli Bekas dan Karakteristik Penambahan Ekstraksi Asbuton Emulsi pada Aspal Penetrasi 60/70

Jenis leukosit yang mengalami penurunan dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit menggunakan Sediaan Apus Darah Tepi (SADT), tetapi pada

Whetyningtyas (2014) meneliti Pengaruh Pengungkapan Sukarela Terhadap Biaya Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta: Keberadaan Komite

penelitian yang berjudul “ Pengembangan Lembar Kerja Siswa Materi Turunan dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis.. Certainly of Response Index

Menguji apakah debt to equity ratio (DER), profitabilitas, ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), kepemilikan pihak dalam (insider ownership), dan kualitas