• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

I

_

BUPATI KARANGASEM

PERATURAN BUPATI KARANGASEM

NOMOR 35 TAHUN 2009

TENTANG

PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARATELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KARANGASEM,

Menimbang a. bahwa menara Telekomunikasi merupakan salah satu infrastruktur dalam penyelenggaraan telekomunikasi yang vital dan memerlukan ketersediaan lahan, bangunan dan ruang udara;

b. bahwa sesuai dengan Surat Gubernur Bali Nomor

551.1/1406/lnpar.Ekbang tanggal 5 Maret 2009 tentang Revisi Lampiran

Peraturan Gubernur Nomor 55 Tahun 2007;

Mengingat

c. bahwa sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri

Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika dan Kepala

Badan Koordinasi dan Penanaman Modal, Nomor 18 Tahun 2009,

07/PRT/M/2009,

19/PER/M.KOMINFO/03/2009,

3/P/2009

tentang

Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara

Telekomunikasi;

d. bahwa dalam rangka efektivitas dan efisiensi penggunaan menara Telekomunikasi harus memperhatikan faktor keamanan lingkungan, kesehatan masyarakat dan estetika lingkungan;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bupati

tentang Pembangunan dan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama;

1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa

Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik

(2)

V

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3481);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3817);

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833);

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4389);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

9. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4444);

10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

(3)

• • •

-12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5059);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan

Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000

Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3980);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3981);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan

Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4146);

17.Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor

02/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan

Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi;

18.Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika dan Kepala Badan Koordinasi dan

Penanaman Modal, Nomor 18 Tahun 2009, 07/PRT/M/2009,

19/PER/M.KOMINFO/03/2009, 3/P/2009 tentang Pedoman

Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi;

19. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karangasem (Lembaran Daerah Kabupaten Karangasem Tahun 2001 Nomor 3);

20. Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 1991 tentang Izin Bangun-Bangunan

(Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem Nomor 2

Tahun 1993 Seri B Nomor 1);

21. Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 1991 tentang Tata Cara dan Retribusi

Bagi Perusahaan yang Harus Memiliki Ijin Berdasarkan Undang-Undang

Gangguan (Hinder Ordonantie) (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah

Tingkat II Karangasem Nomor 14 Tahun 1992 Seri BNomor 7);

(4)

_

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA.

BAB I

KETENTUANUMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Karangasem.

2. Bupati adalah Bupati Karangasem.

3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Karangasem.

4. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan/atau

_

penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat,

tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau

sistem elektromagnetik lainnya.

5. Penyelenggaraan Telekomunikasi adalah

kegiatan penyediaan dan

pelayanan telekomunikasi sehingga memungkinkan terselenggaranya

telekomunikasi.

6. Menara adalah bangunan khusus yang berfungsi sebagai sarana

penunjang untuk menempatkan peralatan telekomunikasi yang desain

atau

bentuk

konstruksinya

disesuaikan

dengan

keperluan

penyelenggaraan telekomunikasi.

7. Menara Bersama adalah menara yang ditempatkan diatas tanah yang

.

• (

secara bersama-sama digunakan oleh minimal 2 (dua) penyelenggara

telekomunikasi.

8. Penyelenggara Telekomunikasi adalah perseorangan, koperasi, badan

usaha milik daerah, badan usaha milik negara, badan usaha swasta,

instansi pemerintah dan instansi pertahanan keamanan negara.

9. Penyedia Menara adalah badan usaha yang membangun, memiliki,

menyediakan serta menyewakan Menara telekomunikasi untuk

digunakan bersama oleh Penyelenggara Telekomunikasi.

10. Pengelola

Menara

adalah

badan

usaha

yang

mengelola

atau

(5)

- .ft

_

11. Gambar Teknis adalah gambar konstruksi dari bangunan menara

telekomunikasi meliputi pekerjaan pondasi sampai pekerjaan konstruksi bagian atas dalam bentuk gambar arsitektural dan gambar sipil/struktur konstruksi yang dapat menggambarkan teknis konstruksi maupun

estetika arsitekturalnya secara jelas dan tepat.

12. Zona cell plan adalah zona area dalam radius empat ratus meter (400

meter) dari titik pusat area cell plan yang berisikan Zona-zona area yang berisikan menara eksisting dan zona-zona baru untuk mengakomodasi kebutuhan pembangunan menara-menara baru.

13. Zona cell plan eksisting adalah zona area dalam radius empat ratus meter (400 meter) dari titik pusat area cell plan yang berisikan menara-menera eksisting per posisi selama kegiatan penyusunan cell plan hingga bulan November 2009

14. Zona cell plan menara baru adalah zona yang akan mengakomodasikan

kebutuhan penyedia menara untuk membangun menara-menara baru

15. Menara eksisting adalah menara telekomunikasi yang telah berdiri dan

beroperasi di Kabupaten Karangasem hingga periode penyusunan cell

plan yaitu bulan September 2009.

16. Cell plan adalah proses perencanaan dan pembuatan zona-zona area untuk penempatan menara-menara telekomunikasi selular dengan mengggunakan standar teknik perencanaan jaringan selular yang

memperhitungkan pemenuhan kebutuhan coverage area layanan dan kapasitas trafik layanan selular. Cell planning secara utuh adalah cell plan

yang dibuat dengan mengharmonisasikan kepentingan teknis selular dan

keindahan lingkungan dan menyesuaikan dengan aturan yang berlaku di

pemerintah daerah terkait dengan RUTRW (Rencana Tata Ruang dan

Wilayah).

17. Radius zona adalah besaran jarak yang bergantung kepada kondisi

geografis dan kepadatan telekomunikasi di sebuah kabupaten atau kota

18. Titik Koordinat Cell Plan adalah titik pusat jari-jari lingkaran yang

diidentifikasi dengan koordinat geografis (longitude, lattitude) yang

membentuk zona pola persebaran Menara Bersama dalam sebuah radius

(jari-jari) yang ditentukan di dalam peraturan ini.

19. Aset Daerah adalah semua kekayaan yang berwujud, baik yang bergerak

maupun yang tidak bergerak dan baik yang dimiliki maupun yang

dikuasai oleh Pemerintah yang dapat dimanfaatkan untuk membangun

(6)

20. Izin Mendirikan Bangunan Menara yang selanjutnya disebut 1MB Menara adalah ijin untuk membangun menara yang besarannya ditentukan oleh Peraturan Daerah dengan memperhitungan variabel fungsi luas area,

ketinggian menara dan beban menara.

21. Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disebut 1MB adalah izin yang

diberikan kepada seseorang atau badan usaha yang akan melakukan

kegiatan mendirikan Bangunan.

22. Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu

dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas

dan atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi tidak sebagai

tempat manusia melakukan kegiatan.

23. Base Transceiver Station yang selanjutnya disebut BTS adalah perangkat

radio

selular

(berikut

antenna-nya)

yang

berfungsi

untuk

menghubungkan antara handphone dengan perangkat selular. BTS

memiliki kapasitas penanganan percakapan dan volume data (traffic

handling capacity). Sebuah BTS dan beberapa BTS dapat ditempatkan

dalam sebuah menara telekomunikasi.

24. BTS Mobile adalah sistem BTS yang bersifat bergerak dibangun secara

temporer pada lokasi tertentu dan dioperasionalkan dalam jangka waktu yang tertentu dan digunakan oleh Telco Operator sebagai solusi sementara untuk penyediaan coverage selular baru atau menghandling

kapasitas trafik selular.

BAB II

PEMBANGUNAN MENARA DAN PENEMPATAN BTS Pasal 2

Standar baku untuk pembangunan menara adalah sebagai berikut:

a. ketersediaan lahan sesuai dengan kebutuhan teknis pembangunan

' > menara;

b. ketinggian menara disesuaikan dengan kebutuhan teknis menara

bersama dengan ketinggian menara bersama harus memperhatikan area

Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) area Bandar udara

(air pot), area militer, area wisata, area peribadatan dan kawasan

kepadatan tinggi; dan

c. struktur menara baru harus mampu menampung paling sedikit 3 (tiga)

Penyelenggara Telekomunikasi; dan

d. struktur menara eksisting harus mampu menampung paling sedikit 2

(dua) Penyelenggara Telekomunikasi dengan

memperhatikan daya

dukung menara bersama dan setelah dilakukan upaya-upaya untuk

(7)

Pasal 3

(1) Penyelenggara Telekomunikasi atau Penyedia Menara atau Pengelola

Menara wajib mengamankan aset-aset menara dan mengasuransikan menaranya untuk menjamin resiko/kerugian yang timbul kepada masyarakat termasuk bangunan rumah dan ternak sekitar dengan radius ketinggian menara.

(2) Penyelenggara Telekomunikasi atau Penyedia Menara atau Pengelola

Menara harus menyelesaikan pelaksanaan pembangunan menara yang dimohon secara keseluruhan pada waktu yang telah ditentukan.

Pasal 4

(1) Menara-menara telekomunikasi yang pada saat ditetapkan peraturan bupati ini telah berdiri dan telah memiliki 1MB tetap digunakan dan wajib

menjadi menara bersama.

(2) Permohonan pembangunan menara baru di zona cell plan eksisting akan

ditolak oleh Pemerintah Daerah sampai seluruh menara-menara

eksisting dipergunakan untuk menara bersama.

Pasal5

Pembangunan menara baru hanya diperbolehkan pada :

a. zona cell plan menara baru; dan/atau

b. pada zona cell plan menara eksisting ketika tower-tower eksisting sudah

dipergunakan secara bersama - sama oleh paling sedikit 2 (dua)

penyelenggara telekomunikasi.

BAB III

PENEMPATAN LOKASI MENARA BERSAMA

Pasal 6

(1) Penempatan lokasi menara dibagi dalam wilayah dengan

memperhatikan potensi ketersediaan lahan yang tersedia, perkembangan teknologi, permintaan jasa-jasa telekomunikasi baru dan kepadatan pemakaian jasa telekomunikasi dengan mempertimbangkan kaidah penataan ruang, tata bangunan, estetika dan keamanan lingkungan serta kebutuhan telekomunikasi pada

umumnya termasuk kebutuhan luasan area menara.

(2) Penempatan lokasi menara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan cell plan.

(8)

*

8

(3) Cell plan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan

maksimal radius 400 (empat ratus) meter.

(4)

Pembangunan Menara Bersama pada zona menara baru paling sedikit

dipergunakan oleh 3 (tiga) penyelenggara telekomunikasi dan pembangunan menara berikutnya memperhatikan tingkat penggunaan

menara eksisting.

(5) Cell plan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tertuang dalam

Lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal 7

(1)

Untuk kepentingan pembangunan menara telekomunikasi khusus yang

memerlukan kriteria khusus seperti untuk keperluan metereologi dan geofisika, televisi, siaran radio, navigasi penerbangan, pencarian dan

pertolongan kecelakaan, amatir radio komunikasi antar penduduk dan penyelenggara telekomunikasi khusus instansi pemerintah serta

keperluan transmisi jaringan telekomunikasi utama (Backbone)

dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

(2) Pembangunan jaringan utama dan struktur jaringan utama eksisting

yang dimiliki oleh Penyelenggara Telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan kepada Bupati.

BAB IV PENGGUNAAN MENARA

Pasal 8

Penyelenggara Telekomunikasi atau Penyedia Menara yang memiliki menara

atau Pengelola Menara harus memberikan kesempatan yang sama tanpa

diskriminasi kepada para Penyelenggara Telekomunikasi lain untuk menggunakan menara miliknya secara bersama-sama sesuai kemampuan

teknis menara.

Pasal 9

(1) Penyelenggara Telekomunikasi yang memiliki menara, Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara harus memperhatikan ketentuan hukum tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

(2) Penyelenggara Telekomunikasi yang memiliki menara, Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara harus menginformasikan

(9)

-.ft

ketersediaan kapasitas menaranya kepada calon pengguna menara

secara transparan.

(3)

Penyelenggara Telekomunikasi yang

memiliki

menara, Penyedia

Menara dan/atau Pengelola Menara wajib menggunakan sistem

antrian dengan mendahulukan calon pengguna menara yang lebih

dahulu menyampaikan permintaan penggunaan menara dengan tetap

memperhatikan kelayakan dan kemampuan. Pasal 10

Penggunaan menara antara Penyelenggara Telekomunikasi, antar Penyedia

Menara dengan

Penyelenggara Telekomunikasi, atau antar

Pengelola

Menara dengan Penyelenggara Telekomunikasi harus dituangkan dalam

perjanjian tertulis dan dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi.

BABV

PERIZINAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI Pasal 11

(1) Pembangunan menara harus terlebih dahulu memiliki 1MB Menara sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dan Izin Gangguan (HO).

(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Ijin Pemanfaatan Ruang (IPR);

b. Persetujuan Warga dalam radius tinggi menara; dan c. UPL/UKL.

(3) Pemberian 1MB Menara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

memperhatikan ketentuan mengenai jangka waktu pelayanan dan

Penataan Ruang yang ditetapkan dalam cell plan menara bersama. (4) Setiap pemasangan antenna BTS oleh Penyelenggara Telekomunikasi,

Penyedia Menara pada menara bersama harus membuat surat pemberitahuan penempatan antenna yang ditujukan kepada Bupati.

Pasal 12

(1) Setiap pemasangan BTS mobile oleh Penyedia Menara harus membuat surat pemberitahuan penempatan BTS mobile yang ditujukan kepada Bupati, tentang lokasi koordinat dan lama waktu operasional dari BTS mobile.

(2) Penempatan BTS Mobile adalah harus memperhatikan aspek lingkungan

dan tidak menimbulkan keresahan bagi warga sekitarnya dalam radius

(10)

Pasal13

Untuk memperoleh 1MB menara sebagai mana dimaksud dalam Pasal 11

ayat (1), Penyedia Menara mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati

dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut :

a. identitas penanggung jawab penyelenggara, NPWP, Akte Pendirian

Badan Usaha ;

b. gambar teknis dan perhitungan konstruksi yang telah dibuat oleh

Konsultan konstruksi menara harus mendapat rekomendasi dari Dinas

terkait;

c. bukti kepemilikan tanah dan / atau perjanjian sewa-menyewa ;

d. 1MB gedung apabila pendirian menara telekomunikasi di atas gedung ;

dan

e. informasi rencana penggunaan menara bersama.

Pasal 14

(1) Penyedia Menara dapat

memulai kegiatan pembangunan

setelah

„ i memperoleh 1MB Menara.

(2) 1MB Menara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama

bangunan menara tidak mengalami perubahan struktur dan fungsi.

_

BAB VI

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 15

(1) Pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan operasional menara telekomunikasi bersama meliputi pemantauan, evaluasi dan penertiban.

(2) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh Tim yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(3) Hasil dari pengawasan, pengendalian dan evaluasi penyelenggaraan

Menara Telekomunikasi Bersama dilaporkan kepada Bupati, untuk

(11)

_

~

BAB VII

SANKSI

Pasal 16

(1) Menara yang tidak memiliki 1MB Menara akan dikenakan sanksi.

(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. teguran secara tertulis oleh Bupati;dan/atau

b. penyegelan dan pemberhentian operasional menara telekomunikasi.

(3) Pemberhentian

operasional

Menara

Telekomunikasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah diberi teguran tertulis

sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut yang masing-masing teguran tertulis

tersebut selama 7 (tujuh) hari kalender.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 17

(1) Penyedia Menara yang telah memiliki 1MB Menara dan telah

membangun menaranya serta memasang sarana telekomunikasi

(existing) sebelum peraturan ini ditetapkan, wajib menyesuaikan dengan

peraturan ini paling lama bulan Maret 2011.

(2) Menara Telekomunikasi yang telah ada sebelum peraturan ini ditetapkan

(existing) dapat diarahkan menjadi Menara Bersama dengan ketentuan :

a. mengajukan permohonan kepada Bupati; b. sesuai dengan zona Cell Plan Menara Bersama;

c. secara teknis kontruksi menara memungkinkan dijadikan Menara

Bersama paling sedikit 2operator; dan

d. memenuhi syarat administratis

(3) Pengajuan permohonan untuk menjadi Menara Bersama paling lama 3

(tiga) bulan sejak peraturan ini berlaku.

(4) Penyedia Menara yang telah memiliki 1MB Menara namun belum membangun menaranya sebelum peraturan ini ditetapkan harus menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan ini

(12)

w

12

BAB IX

KERJASAMA

Pasal 18

(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama dengan penyedia

menara dalam rangka pemeliharaan menara Telekomunikasi melalui

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan/atau Koperasi.

(2) Penyedia menara yang membangun Menara Bersama dapat memanfaatkan barang atau aset daerah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal19

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Karangasem.

Ditetapkan di Amlapura pada tanggal 7 Oktober2009

KARANGASEM,

1WAYAN GEREDEG [^

•Diundangkan di Amlapura

pada tanggal 7 Oktober 2009

SEKRE^

BUPATEN KARANGASEM,

DARSA

(13)

w

^

13

LAMPIRAN I

PERATURAN BUPATI KARANGASEM

TANGGAL 7 OKTOBER 2009 NOMOR 35 TAHUN 2009

TENTANG

PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

Gambar Peta

91 Zona Lokasi Menara Telekomunikasi Bersama

yang terdiri atas 47 zona menara eksisting (titik merah) dan 44 zona menara baru (titik

biru)

di Kabupaten Karangasem

ARANGASEM,

y-A •.—:—TkJj

(14)

-. )

14

LAMPIRANII

PERATURAN BUPATI KARANGASEM TANGGAL 7 OKTOBER NOMOR 35 TAHUN 2009

TENTANG

PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

Cell Plan Kabupaten Karangasem yang Berisikan Menara-Menara Eksisting

Dengan Radius Zona adalah : 400 meter dari titik pusat koordinat di bawah ini

no site Id longitude lattitude kecamatan menara eksisting dalam zona jumlah 1 mp_krsml 115.676 -8.34804 ABANG xl, indosat

2 mp_krsm2 115.585 -8.40491 ABANG indosat, telkomsel

3 | mp_krsm3 115.614 -8.34443 ABANG indosat 4 : mp_krsm4 115.596 -8.2829 ABANG xl 5 ' mp_krsm5 115.619 -8.32441 ABANG xl, TBG 6 : mp_krsm6 115.61 -8.42252 ABANG protelindo 7 ' mp_krsm7 115.616 -8.37431 ABANG xl, skp, protelindo 8 | mp_krsm8 115.645 -8.37723 ABANG indosat 9 1 mp_krsm9 115.513 -8.44784 BEBANDEM nts, xl, telkomsel

10 \ mp_krsmlO 115.527 -8.44686 BEBANDEM indosat

11 1mp_krsmll 115.559 -8.43707 BEBANDEM telkomsel

12 mp_krsml2 115.521 -8.43552 ;:i.••-•.;.; l,v protelindo 13 mp_krsml3 115.614 -8.44496 KARANG ASEM xl, indosat 14 mp_krsml4 115.616 -8.45556 KARANG ASEM smart

15 mp_krsml5 115.604 -8.46102 KARANG ASEM telkomsel

16 | mp_krsml6 115.614 -8.4791 KARANG ASEM KARANG ASEM protelindo 17 mp_krsml7 115.597 -8.49304 indosat, skp, protelindo 18 mp_krsml8 115.657 -8.42805 KARANG ASEM xl, skp 19 mp_krsml9 115.582 -8.51071 KARANG ASEM xl 20 mp_krsm20 115.606 -8.43658 KARANGASEM telkomsel

21 j mp_krsm21 115.677 -8.41821 KARANG ASEM protelindo 22 mp_krsm22 115.495 -8.38502 KUBU smart, telkomsel

' 23 mp_krsm23 115.478 -8.18431 KUBU hept

24 mp_krsm24 115.542 -8.7.2798 KUBU skp, protelindo

25 mp_krsm25 115.573 -8.25583 KUBU hept, xl, indosat 26 mp_krsm26 115.5 -8.20119 KUBU xl

27 mp_krsm27 115.482 -8.20343 KUBU telkomsel

28 mp_krsm28 115.573 -8.29445 KUBU protelindo 29 mp_krsm29 115.586 -8.27029 KUBU telkomsel

30 mp_krsm30 115.509 -8.53168 MANGGIS xl, smart, indosat, telkomsel 31 mp_krsm31 115.507 -8.50016 MANGGIS indosat

32 mp_krsm32 115.522 -8.492 MANGGIS nts, skp 2

33 mp_krsm33 115.566 -8.50568 MANGGIS smart, indosat (2 buah), telkomsel '1

(15)

35 mp_krsm35 115.487 -8.54282 MANGGIS protelindo 1

36 mp_krsm36 115.421 -8.42836 RENDANG xl, indosat, skp, protelindo 4

37 mp_krsm37 ' 115.442 -8.38318 RENDANG telkomsel, protelindo, demeta 3 38 mp_krsm38 i 115.401 -8.47273 RENDANG xl, skp

39

mp_krsm39 |

115.416

-8.38203 RENDANG xl 40 | mp_krsm40 115.425 -8.40643 RENDANG smart

41 mp_krsm41 115.473 -8.4328 SELAT indosat, telkomsel

42 ! mp_krsm42 | 115.449 -8.41814 SELAT xl 43 '• mp_krsm43 115.493 -8.44517 SELAT indosat 44 mp_krsm44 115.439 -8.49535 SIDEMEN FBG 45 mp_krsm45 115.454 -8.45779 SIDEMEN xl, TBG, indosat 46 mp_krsm46 115.419 -8.51712 SIDEMEN protelindo 47 ! mp_krsm47 115.458 -8.37945 RENDANG smart 78 WAYANGEREDEGl

(16)

*

16

LAMPIRAN III

PERATURAN BUPATI KARANGASEM

TANGGAL 7 OKTOBER NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG

PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

Cell Plan Kabupaten Karangasem untuk Pendirian Menara-Menara Baru

Dengan Radius Zona adalah : 400 meter dari titik pusat koordinat di bawah ini

n o site id longitude lattitude KECAMATAN

l mp_krsm48 115.707 -8.37919 ABANG 2 mp_krsm49 115.633 -8.39172 ABANG 3 mp_krsm50 115.61 -8.40467 ABANG 4 mp_krsm51 115.644 -8.33748 ABANG 5 mp_krsm52 ' 115.575 -8.3761 ABANG 6 mp_krsm53 115.581 -8.33176 ABANG 7 mp_krsm54 115.613 -8.30651 ABANG 8 mp_krsm55 115.693 -8.36371 ABANG 9 mp_krsm56 115.693 -8.40543 ABANG 10 mp_krsm57 115.54 -8.42883 BEBANDEM 11 mp_krsm58 115.562 -8.41573 BEBANDEM 12 mp_krsm59 115.541 -8.44554 BEBANDEM 13 mp_krsm60 115.574 -8.46255 BEBANDEM 14 mp_krsm61 115.53 -8.39743 BEBANDEM 15 mp_krsm62 115.553 -8.38668 BEBANDEM 16 mp_krsm63 115.615 -8.43661 KARANG ASEM 17 mp_krsm64 115.59 -8.43357 KARANG ASEM 18 mp_krsm65 115.584 -8.4459 KARANG ASEM 19 mp_krsm66 115.63 -8.42186 KARANG ASEM 20 mp_krsm67 115.631 -8.44337 KARANG ASEM 21 mp_krsm68 115.63 -8.46108 KARANG ASEM 22 mp_krsm69 115.495 -8.27914 KUBU 23 mp_krsm70 115.53 -8.2521 KUBU 24 mp_krsm71 115.462 -8.22302 KUBU 25 mp_krsm72 115.52 -8.21542 KUBU 26 mp_krsm73 115.498 -8.22607 KUBU 27 mp_krsm74 115.501 -8,25285 KUBU 28 mp_krsm75 115.467 -8.25564 KUBU 29 mp_krsm76 115.473 -8.3033 KUBU 30 mp_krsm77 115.547 -8.2753 KUBU 31 mp_krsm78 115.464 -8.35708 KUBU 32 mp_krsm79 115.492 -8.51689 MANGGIS 33 mp_krsm80 115.537 -8.47485 MANGGIS 34 mp_krsm81 115.498 -8.225689 ABANG 35 mp_krsm82 115.467 -8.49722 MANGGIS

(17)

17 36 mp_krsm83 115.486 -8.47826 MANGGIS 37 mp_krsm84 115,42 -8.34681 RENDANG 38 mp_krsm85 115.421 -8.45228 RENDANG 39 mp_krsm86 115.438 -8.42907 RENDANG 40 mp_krsm87 115.45 -8.3227 RENDANG 41 mp_krsm88 115.502 -8.41799 SELAT 42 mp_krsm89 115.465 -8.39987 SELAT 43 mp_krsm90 115.512 -8.4668 SELAT 44 mp_krsm91 115.471 -8.46518 SIDEMEN ARANGASEM, l/i/H-W

m GEREDEG^,

Gambar

Gambar Peta

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perhitungan statistik didapatkan hasil signifikansi variabel secara simultan adalah 0,018 dimana hasil tersebut menunjukkan nilai yang lebih kecil

Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 beserta perubahannya dan mengacu kepada Dokumen Pengadaan serta berdasarkan Berita Acara

Unduh audio pelajaran gratis di NHK

Selama proses persalinan di Rs Arofah terdapat penyulit yaitu selama kala I kontraksi tidak teratur dan lemah sehingga dilakukan Oksitosin Drip dan pada saat proses

(3) Persetujuan Prinsip dan Izin Tetap bagi Perusahaan Kawasan Industri yang penanaman modalnya dilakukan dalam rangka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal

Dalam tingkatan ini, tipe sistem yang digunakan dinamakan sistem pendukung bagi eksekutif (ESS) atau seringkali disebut dengan Sistem Informasi Eksekutif (EIS), yaitu sistem

Dari definisi-definisi di atas dapat dikemukakan bahwa pemasaran adalah proses yang melibatkan analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang mencakup barang dan jasa,

P.6/ Menhut-I I / 2007 tentang Rencana Kerja, Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam dan Restorasi Ekosistem Dalam Hutan Alam Pada Hutan