• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMA DI KOTA KISARAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMA DI KOTA KISARAN."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN

KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMA DI KOTA KISARAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

SYAHRIANI SIRAIT (81161710120)

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

SYAHRIANI SIRAIT. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Komunikasi Matematik Siswa SMA Di Kota Kisaran.Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI, Kemampuan Pemahaman Konsep dan KemampuaKomunikasi Matematik siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. (2) Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional., (3)Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran yang digunakan dengan kemampuan awal siswa terhadap kemampuan pemahaman konsep matematik siswa (4) Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran yang digunakan dengan kemampuan awal siswa terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa (5) Bagaimana proses penyelesaian soal-soal yang terkait dengan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematik siswa pada pembelajaran kooperatif tipe GI dan pembelajaran konvensional.

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri di kota kisaran. Pemilihan sampel dilakukan secara acak yaitu SMA Negeri 1 Kisaran. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematik dengan materi trigonometri (2) Lembar Pertanyaan. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, analisis dan statistik parametrik. Analisis statistik data dilakukan dengan analisis uji t dan anava 2 jalur.

(6)

ABSTRACT

SYAHRIANI SIRAIT. The Effect of Cooperative Group Investigation (GI) Learning Model Towards Conceptual Understanding and Mathematical Communication ability of Senior High School Students in Kisaran City. Thesis. Medan: Posgraduate Program of Study Mathematics Education State University of Medan, 2013

Key Words: Cooperative Group Investigation (GI) Learning Model, Conceptual Understanding and Mathematical Communication

This research was aimed to investigate (1) whether improvement of abilities of understanding mathematical concept of students taught by using cooperative learning type GI is higher than those taught by using conventional teaching learning; (2) whether improvement of abilities of understanding mathematical communication of students taught by using cooperative learning type GI is higher than those taught by using conventional teaching learning; (3) whether there is interaction between teaching learning used and students’ initial abilities to mathematical concept understanding; (4) whether there is interaction between teaching learning used and students’ initial abilities of mathematical communication understanding; (5) how process of problems solving is related to abilities of students’ understanding of mathematical concept and communication in cooperative learning type GI and conventional learning.

This research is quasi-experimental research with all students at grade X in State Senior High Schools in Kisaran as research population. Sample was chosen randomly that is SMA Negeri 1 Kisaran. Instruments used consist of: (1) achievement test of mathematical concept and communication with trigonometry as the material, (2) Question sheets. The data in this research were analyzed by using descriptive statistical analysis, analysis and statistical parametric. Statistical data analysis was done by analyzing t-test and two ways ANAVA.

The results of the research show that (1) Improvement of understanding mathematical concept abilities of students taught by using cooperative learning type GI is higher than those taught by using conventional teaching learning; (2) Improvement of understanding mathematical communication abilities of students taught by using cooperative learning type GI is higher than those taught by using conventional teaching learning; (3) There is no interaction between teaching learning used and initial students’ abilities to abilities of understanding mathematical concept of students; (4) There is no interaction between teaching learning used and initial students to abilities of understanding mathematical communication of students (5) Process of problem solving by students taught by using cooperative learning type GI is better than those taught by using conventional teaching learning.

(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya serta sholawat dan salam kita sanjung sajikan kehadirat Nabi

besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabat beliau sekalian.

Sehingga dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: ” Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe group investigation (GI) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Komunikasi Matematik Siswa SMA di Kota Kisaran” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan

Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Penelitiaan ini merupakan studi eksperimen yang melibatkan pelajaran

matematika dengan model pembelajaran koopertif tipe GI. Sejak mulai persiapan

sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan,

dan bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung sampai

terselesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal

atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti

sampaikan kepada :

1. Kepada Ayahanda Idris Sirait, AmPd dan Ibunda tercinta Rusmi ananda

(8)

ii

dan ibu berikan tak tertingga banyaknya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini.

2. Bapak Dr. W.Rajagukguk, M.Pd dan Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, MS,

selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan berupa panduan

ringkas dan padat, dukungan moral, motivasi dan penuh kepercayaan kepada

penulis untuk menyempurnakan kajian ini.

3. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana

UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi

Pendidikan Matematika.

4. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd , Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, dan Ibu Dr.

Izwita Dewi, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak memberikan

masukan demi kesempurnaan tesis ini.

5. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED

yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis

menyelesaikan tesis ini.

6. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kisaran yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.

7. Ibu Mariana selaku guru kelas X SMA Negeri 1 Kisaran yang telah banyak

memberi masukan kepada penulis.

8. Adikku Sri Dahliana Sirait, Wildan Syauki Sirait, Mutia Sahira Sirat, Nanda Alamsyah serta bg faisal yang telah memberikan rasa kasih sayang, perhatian

dan dukungan moril maupun materil sejak sebelum kuliah, dalam

(9)

iii

9. Kepada sahabat-sahabatku satu angkatan kelas A-Reguler angkatan 2011 dari

Program Studi Pendidikan Matematika yang telah banyak memberikan

bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis

ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat

memperkaya khasanan penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat memberi

inspirasi untuk penelitian lebih lanjut

Medan, Juli 2013

(10)

iv

2.1.8. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI 47 2.1.9. Pembelajaran Konvensional ... 48

(11)

v

3.4. Variabel Penelitian ... 69

3.5. Desain Penelitian ... 70

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 74

3.7. Hasil Validasi dan Uji Coba ... 75

3.7.1 Validitas Butir Soal ... 88

3.7.2 Reliabillitas Tes ... 89

3.7.3 Daya Pembeda ... 91

3.7.4 Analisis Tingkat Kesukaran Soal ... 92

3.8. Teknik Analisis Data ... 95

3.9. Prosedur Penelitian ... 103

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Data ... 106

4.1.1. Deskripsi Kemampuan Awal Matematik Siswa ... 107

4.1.2. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 112

4.1.3. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi ... 121

4.1.4. Uji Hipotesis ... 129

4.1.5. Deskripsi Proses Penyelesaian Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa ... 139

4.1.6. Deskripsi Proses Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa ... 155

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 168

4.3. Keterbatasan Penelitian ... 179

BAB.V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 181

5.2. Saran ... 182

(12)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 42

Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Konvensional ... 45

Tabel 2.3. Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok Belajar ... 52

Tabel 3.1. Rekaputulasi SMA Negeri Di Kota Kisaran T.A 2012/2013 ... 68

Tabel 3.2. Tabel Weiner Tentang Keterkaitan antara variable bebas Variabel Terikat dan Kontrol ... 72

Tabel 3.3. Rangkuman Perhitungan Peningkatan kemampuan pemahaman Konsep Berdasarkan kemampuan Awal Siswa ... 73

Tabel 3.4. Rangkuman Perhitungan Peningkatan kemampuan pemahaman Konsep Berdasarkan kemampuan Awal Siswa ... 73

Tabel 3.5. Kisi-kisi Tes kemampuan Pemahaman Konsep ... 74

Tabel 3.6. Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep ... 78

Tabel 3.7. Kisi-kisi tes kemampuan Komunikasi Siswa ... 80

Tabel 3.8. Tabel Penyekoran Kemampuan Komunikasi ... 81

Tabel 3.9. Kriteria Proses Penyelesaian Kemampuan PK ... 83

Tabel 3.10 Kriteria Proses Penyelesaian Kemampuan KM ... 83

Tabel 3.11. Kriteria Proses Penyelesaian Jawaban kelas Eksperimen Lebih Baik daripada kelas Kontrol………. 84

Tabel 3.12. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 84

Tabel 3.13. Hasil Kesimpulan Dari Validasi Kemampuan PK ... 87

Tabel 3.14. Hasil Kesimpulan Dari Validasi Kemampuan KM ... 88

Tabel 3.15. Interprestasi Koefisien Korelasi Validitas ... 90

Tabel 3.16. Interprestasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 92

Tabel 3.16 Klasifikasi Daya Pembeda ... 93

Tabel 3.17. Kriterian Tingkat Kesukaran ... 94

Tabel 3.18 Karakteristik Dari Tes Kemampuan PK ... 95

Tabel 3.19 Karakteristik Dari Tes Komunikasi Matematik ... 95

Tabel 3.20 Kriteria Skor Gain Ternomalisasi ... 97

Tabel 3.21. Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Jenis Uji Statistik yang Digunakan ... 100

Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa Tiap Kelas ... 107

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Nilai Kemampuan Awal Matematik Siswa 108 Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Homogenitas Kemampuan Awal Matematik 109 Tabel 4.4. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Hasil KAM Siswa ... 111

Tabel 4.5. Sebaran Sampel Penelitian ... 112

Tabel 4.6. Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelas Ekspeimen ... 113

Tabel 4.7. Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelas Kontrol ... 114

Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Pretes ... 116

Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Postes ... 116

Tabel 4.10. Hasil N-Gain Kemampuan Pemahaman konsep Matematika Pada Kedua Kelas Sampel ... 117

(13)

vii

Tabel 4.12. Hasil Uji Homogenitas N-Gain Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ... 120 Tabel 4.13. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas

Eksperimen ... 121 Tabel 4.14. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Kontrol .. 123 Tabel 4.15. Rekapitulasi Hasil Pretes KM ... 124 Tabel 4.16. Rekapitulasi Hasil Postes KM ... 124 Tabel 4.17 Hasil N-Gain Kemampuan Pemahaman konsep Matematika Pada

Kedua Kelas Sampel ... 125 Tabel 4.18. Hasil Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol (Tests of Normality) ... 127 Tabel 4.19. Hasil Uji Homogenitas N-Gain Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ... 128 Tabel 4.20. Hasil Uji t Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik ... 130 Tabel 4.21. Hasil Uji t Kemampuan Komunikasi Matematik ... 132 Tabel 4.22. Hasil Uji Anava Berdasarkan Pembelajaran dan Kategori KAM 133 Tabel 4.23. Hasil Uji Anava Berdasarkan Pembelajaran dan Kategori KAM 136 Tabel 4.24. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan

Pemahaman konsep Matematika dan Komunikasi Matematik

Siswa ... 138 Tabel 4.25. Rata-rata Setiap Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematik Siswa Ditinjau dari Model Pembelajaran ... 140 Tabel 4.26. Kriteria Proses Penyelesaian Jawaban Mahasiswa perindikator

pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 154 Tabel 4.27. Rata-rata Setiap Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik

Siswa Ditinjau dari Model Pembelajaran ... 155 Tabel 4.28. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan

Pemahaman konsep Matematika dan Komunikasi Matematik

Siswa ... 138 Tabel 4.29. Kriteria Proses Penyelesaian Jawaban Mahasiswa perindikator

(14)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jawaban Siswa Pada Soal 1……….…… 7

Gambar 1.2 Jawaban Siswa Pada Soal 2………. 8

Gambar 2.1 Skema Kemampuan Komunikasi Matematik……… 28

Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian……… 71

Gambar 4.1. Diagram Batang Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 107

Gambar 4.2. Diagram Batang Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelas Eksperimen ... 113

Gambar 4.3. Diagram Batang Tes Kemampuan Pemahaman konsepMatematika Kelas Kontrol ... 115

Gambar 4.4. Diagram Batang N-Gain Kemampuan Pemahaman konsep Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 117

Gambar 4.5. Diagram Batang Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Eksperimen ... 123

Gambar 4.6. Diagram Batang Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Kontrol ... 123

Gambar 4.7. Diagram Batang N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 126

(15)

ix

Gambar 4.9. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan KAM

terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa ... 137

Gambar 4.10. Rata-rata Postes Setiap Aspek Kemampuan Pemahaman

Konsep ... 142

Gambar 4.11. (a,b); Variasi Proses Penyelesaian Jawaban kemampuan

Pemahaman konsep matematika Butir Soal Nomor 1 ... 143

Gambar 4.12. (a,b,c); Variasi Proses Penyelesaian Jawaban kemampuan

Pemahaman konsep matematika Butir Soal Nomor 2 ... 146

Gambar 4.13. (a,b,c); Variasi Proses Penyelesaian Jawaban kemampuan

Pemahaman konsep matematika Butir Soal Nomor 3 ... 149

Gambar 4.14. (a,b); Variasi Proses Penyelesaian Jawaban kemampuan

Pemahaman konsep matematika Butir Soal Nomor 4 ... 151

Gambar 4.15. (a,b,c); Variasi Proses Penyelesaian Jawaban kemampuan

Pemahaman konsep matematika Butir Soal Nomor 5 ... 153

Gambar 4.16. (a,b) Variasi Proses Penyelesaian Jawaban kemampuan

Komunikasi matematika Butir Soal Nomor 1 ... 157

Gambar 4.17. (a,b) Variasi Proses Penyelesaian Jawaban kemampuan

Komunikasi matematika Butir Soal Nomor 2 ... 160

Gambar 4.18. (a,b,c) Variasi Proses Penyelesaian Jawaban kemampuan

Komunikasi matematika Butir Soal Nomor 3 ... 163

Gambar 4.19. (a,b) Variasi Proses Penyelesaian Jawaban kemampuan

Komunikasi matematika Butir Soal Nomor 4 ... 166

(16)

x

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A (INSTRUMEN PENELITIAN) Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konse

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

Kunci Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

Kunci Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

LAMPIRAN B (PERANGKAT PEMBELAJARAN) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lembar Aktivitas Siswa (LAS)

LAMPIRAN C (VALIDASI INSTRUMEN)

Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

Lembar Validasi Lembar Aktivitas

Lembar Validasi Tes

LAMPIRAN D (HASIL PENELITIAN) Nilai Kemampuan Awal Matematik Siswa

Nilai Kemamampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa

(17)

xi LAMPIRAN E

Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen

LAMPIRAN F Jadwal Penelitian

LAMPIRAN G

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya. Mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik ini adalah

kunci penting dari diselenggarakannya sebuah proses pendidikan. Di sinilah

sesungguhnya kita semua dapat mengambil peran untuk turut serta menyukseskan

pendidikan di Indonesia.

Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap

jenjang pendidikan persekolahan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD)

sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan jenjang Perguruan Tinggi.

Karena pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menentukan maju

mundurnya suatu bangsa, maka untuk menghasilkan sumber daya manusia

sebagai subyek dalam pembangunan yang baik, diperlukan modal dari hasil

pendidikan itu sendiri. Khusus untuk mata pelajaran matematika, selain

mempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep yang baik sangatlah penting

karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasarat pemahaman

konsep sebelumnya. Dalam pembelajaran di kelas terdapat keterkaitan yang erat

antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 ( KTSP ) mata

(19)

2

matematika pada jenjang pendidikan dasar agar peserta didik memiliki

kemampuan, yaitu : (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan

antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada

pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisai,

menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3)

memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh,

(4) mengomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian,

dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

Menyadari penting peranannya, pendidikan matematika perlu

mengantisipasi tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks. Karena

itu pendidikan matematika harus mampu membekali siswa keterampilan yang

dapat menjawab permasalahan mendatang. Berbagai daya dan upaya dalam

meningkatkan kemampuan matematika siswa telah dilakukan oleh berbagai pihak.

Namun pada kenyataanya hasil pembelajaran matematika masih

memprihatinkan. Hal tersebut, sesuai dengan fakta dari Trends in International

Mathematics and Science Study (TIMSS), lembaga yang mengukur hasil

pendidikan di dunia melaporkan bahwa kemampuan matematika siswa pada tahun

2007 kita berada diurutan 38 dari 49 negara (Balitbang, 2011). Hal ini juga

(20)

3

tahun 2012. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) (dalam

http://edukasi.kompas.com) bahwa Siswa yang mengikuti ujian nasional 2012

tingkat SMA dan sederajat yang tidak lulus terbanyak dalam mata pelajaran

Matematika, kemudian diikuti Bahasa Indonesia”.

Beberapa ahli pendidik matematika seperti Russefendi (1984) mensinyalir

kelemahan matematika pada siswa Indonesia karena pelajaran matematika di

sekolah ditakuti bahkan dibenci siswa. Hal tersebut terjadi karena siswa

menganggap matematika merupakan pelajaran yang sangat sulit sehingga

menimbulkan kebencian pada matematika. Menurut Soejono (1984) bahwa

kesulitan belajar siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal

maupun faktor eksternal seperti fisiologi, faktor sosial dan faktor pedagogik.

Seperti halnya situasi kelas yang merupakan lingkungan pendukung lancarnya

proses belajar mengajar.

Salah satu penyebab kesulitan belajar siswa adalah kurangnya pemahaman

siswa terhadap materi yang akan dipelajarinya. Hal tersebut disebabkan karena

strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru yang masih bersifat tradisional,

yaitu siswa masih diperlakukan sebagai objek belajar dan guru lebih dominan

berperan dalam pembelajaran dengan memberikan konsep-konsep atau

prosedur-prosedur baku, sehingga pada pembelajaran ini hanya terjadi komunikasi satu

arah. Siswa jarang diberi kesempatan untuk menemukan dan merekonstruksi

konsep-konsep atau pengetahuan matematika secara formal, sehingga pemahaman

konsep dan komunikasi dianggap tidak terlalu penting. Hal ini, diperkuat lagi oleh

(21)

4

“Siswa hampir tidak pernah dituntut mencoba strategi sendiri atau cara alternatif dalam memecahkan masalah, siswa pada umumnya duduk sepanjang waktu di atas kursi dan jarang siswa berinteraksi sesama siswa selama pelajaran berlangsung. Siswa cenderung pasif menerima pengetahuan tanpa ada kesempatan untuk mengolah sendiri pengetahuan yang diperoleh, aktifitas siswa seolah terprogram mengikuti algoritma yang dibuat guru”.

Sejalan dengan itu Ruseffendi (Ansari, 2009) menyatakan bahwa bagian

terbesar dari matematika yang dipelajari siswa disekolah tidak diperoleh melalui

eksplorasi matematik, tetapi melalui pemberitahuan. Ansari (2009) juga

menegaskan bahwa merosotnya pemahaman matematik siswa di kelas antara lain

karena: (a) dalam mengajar guru sering mencontohkan pada siswa bagaimana

menyelesaikan soal; (b) siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton guru

melakukan matematik, kemudian guru mencoba memecahkannya sendiri; (c) pada

saat mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari,

dilanjutkan dengan pemberian contoh, dan soal untuk latihan.

Menurut Ausubel (dalam Isjoni, 2009) bahwa belajar bermakna bila

informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif yang

dimiliki siswa sehingga siswa dapat mengkaitkan informasi barunya dengan

struktur kognitif yang dimiliki. Artinya siswa dapat mengkaitkan antara

pengetahuan yang dipunyai dengan keadaan lain sehingga belajar dengan

memahami. Seorang siswa dikatakan telah memahami suatu konsep apabila siswa

tersebut telah dapat mengkomunikasikan konsep tersebut kepada orang lain. Maka

di dalam mengembangkan pemahaman konsep diperlukan juga kemampuan

komunikasi matematik.

Menurut Sobur (2003) kemampuan manusia menciptakan simbol

(22)

5

berkomunikasi. Kemampuan komunikasi matematik merupakan

kesanggupan/kecakapan seorang siswa untuk dapat menyatakan dan menafsirkan

gagasan matematik secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan apa yang ada

dalam soal matematik (Depdknas, 2004). diperlukan Komunikasi Matematik yang

bertujuan untuk melatih siswa dalam membahasakan peristiwa di kehidupan

sehari-hari ke dalam bahasa matematik.

Komunikasi dapat terjadi ketika siswa belajar dalam kelompok, misalnya

ketika siswa menjelaskan suatu algoritma untuk memecahkan suatu persamaan,

ketika siswa menyajikan cara unik untuk memecahkan masalah, ketika siswa

mengkonstruksi dan menjelaskan suatu representasi grafik terhadap fenomena

dunia nyata, dan ketika siswa memberikan suatu konjektur tentang gambar-

gambar geometri. Kemampuan komunikasi siswa perlu diperhatikan dalam

pembelajaran matematika karena melalui komunikasi siswa dapat mengorganisasi

dan mengkonsolidasi berpikir matematiknya dan siswa dapat mengeksplorasi

ide-ide matematika National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000a &

2000b). Dalam pembelajaran siswa perlu dibiasakan untuk memberikan argumen

setiap jawabannya serta memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh

orang lain.

Sisi lain yang perlu diperhatikan adalah kemampuan awal matematika

siswa. Setiap individu mempunyai kemampuan belajar yang berlainan.

Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh siswa

sebelum mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal ini

menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan

(23)

6

sebelum ia memulai dengan pembelajarannya, karena dengan demikian dapat di

ketahui apakah siswa telah mempunyai atau pengetahuan yang merupakan

prasyarat untuk mengikuti pembelajaran. Kemampuan siswa pada kelompok

tinggi akan cenderung memiliki kemampuan belajar yang baik. Kemampuan

siswa pada kelompok rendah akan cenderung memiliki kemampuan belajar yang

rendah. Dengan mengetahui hal tersebut, guru akan dapat merancang

pembelajaran dengan lebih baik. Sebab apabila siswa di beri materi yang telah

diketahui maka akan merasa cepat bosan. Kemampuan awal siswa dapat diukur

melalui tes awal.

Dari pejelasan di atas, menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi

hasil belajar matematika siswa tidak terlepas dari kemampuan pemahaman konsep

dan komunikasi matematik serta kemampuan awal siswa terhadap matematika.

Oleh karena itu, peneliti melakukan observasi di sekolah yang akan diteliti dan

peneliti menemukan beberapa fakta. Hasil belajar siswa masih rendah, hal tersebut

terlihat dari hasil UTS yang baru saja dilakukan oleh sekolah. Nilai rata-rata hasil

UTS kelas X-3 yaitu hanya 6,0 sementara KKM yang di tetapkan sekolah yaitu

7,5.

Untuk memperoleh data akurat peneliti melakukan studi kasus awal

dengan memberikan tes pada siswa kelas X-3 SMA N 1 Kisaran Berikut ini

contoh soal pemahaman konsep yang diberikan:

“Sebuah taman di tengah kota berbentuk persegi panjang. Di tengah taman tersebut terdapat kolam ikan yang berbentuk lingkaran. Panjang taman tersebut lebih 10 meter dari lebarnya, dan luasnya 600 m2. Diameter kolam adalah

15 7

dari panjang taman. Tentukan luas kolam ikan tersebut.

Taman

(24)

7

Dari lembar jawaban diperoleh, rata – rata siswa mengetahui untuk

menentukan luas kolam tersebut harus mencari lebar dari taman tersebut, tetapi

keseluruhan siswa dari 38 siswa tidak dapat menyatakan bahwa panjang dari

taman itu adalah (10 + ). Seluruh siswa menyatakan bahwa panjang taman itu

adalah (10.) hal tersebut menunjukkan bahwa siswa tidak mampu menyatakan

ulang sebuah konsep sebelumya. Jika lebar dari taman tidak diketahui, maka sulit

menentukan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep. Lebih lanjut dalam

menentukan luas kolam siswa harus mampu mengaplikasikan konsep persamaan

kuadrat ke dalam pemecaham masalah. Dalam hal ini, peneliti menyimpulkan

bahwa pada umumnya pemahaman konsep siswa masih rendah. Berikut ini adalah

salah satu lembar jawaban siswa

Gambar 1.1. Jawaban Siswa Pada soal no 1

Sedangkan tes awal kemampuan komunikasi matematik sebagai berikut :

“Sebuah kolam berbentuk persegi panjang. Panjang kolam tersebut lebih 5 m dari lebarnya, dan memiliki luas 300 m2. Di sekeliling kolam tersebut dibuat taman bunga dengan lebar 1 m.

a. Buatlah ilustrasi gambar kolam dan taman bunga yang mengelilingi kolam tersebut, lengkap dengan unsur-unsur yang diketahui.

b. Hitunglah panjang dan lebar kolam tersebut? Jelaskan jawabanmu c. Hitunglah keliling taman bunga? Jelaskan jawabanmu.

Tidak dapat menyatakan ulang sebuah konsep

(25)

8

Dari lembar jawaban diperoleh hampir semua siswa mengalami kesulitan

mengubah soal ke dalam model atau kalimat matematika, hanya ada 16 dari 38

siswa dapat mengilustrasikan gambar dengan benar dan menunjukkan unsur-unsur

yang diketahui dengan lengkap. Siswa juga mengalami kesulitan dalam

memahami dan mengkomunikasikan penggunaan rumus keliling persegi panjang

dalam penyelesaian soal tersebut. Ini dikarenakan dalam proses pembelajaran

guru hanya menjelaskan langkah-langkah untuk menghitung tanpa membimbing

siswa untuk mengemukakan ide dalam bentuk tulisan. berikut ini adalah gambar

dari jawaban salah satu siswa

Gambar 1.2. Jawaban Siswa pada soal no 2

Peneliti juga memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui

pandangan siswa tentang matematika, cara guru mereka mengajar dan

pembelajaran bagaimana yang mereka inginkan. Dari 38 siswa hanya 9 siswa

yang menyukai matematika selebihnya tidak menyukai dengan alasan matematika

itu sulit dipahami. Selain itu dari angket juga diketahui bahwa KBM (kegiatan

belajar mengajar) di kelas hanya mencatat dan mengerjakan soal kemudian 90%

siswa menginginkan belajar dengan cara berdiskusi/belajar kelompok. Kemudian Tidak dapat menjelaskan informasi soal ke dalam gambar

(26)

9

peneliti melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran matematika. Senada

dengan angket siswa hasil wawancara menegaskan juga bahwa pada proses

pembelajaran jarang dilakukan pembelajaran kooperatif apalagi menerapkan

model pembelajaran group investigation (GI). Dengan kata lain, pembelajaran

yang dilakukan guru masih bersifat konvensional. Hal ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain kurangnya minat siswa dalam belajar matematika,

kurangnya sumber bahan belajar, dan proses pembelajaran yang cenderung pasif.

Dewey (slavin, 2005) menjelaskan bahwa hubungan antar teman dikelas

merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar

tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-masalah

sosial dan antar pribadi. Thelen (Arends, 2001) juga menyatakan bahwa kelas

hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji

masalah-masalah sosial antarpribadi. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang

mampu menumbuhkan sikap sosial yang lebih baik, kemampuan verbal dan

nonverbal dan keseluruhan pembelajaran di kelas yaitu pembelajaran kooperatif

tipe Group investigation

Trianto (2010) menyatakan bahwa bahwa pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam

membantu siswa memahami konsep-kosep yang sulit, dan membantu siswa

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat

memberikan keuntungan baik kepada siswa kelompok bawah maupun kelompok

atas yang bekerja menyelesaikan tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif

memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk

(27)

10

penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama

lain.

Model pembelajaran kooperatif yang paling sesuai yaitu tipe Group

investigation (GI). Model pembelajaran kooperatif tipe Group investigation (GI)

merupakan model pembelajaran kooperatif yang yang paling kompleks dan sukses

dari metode – metode spesialisasi tugas lainnya. Pembelajaran GI merupakan

perencanaan pengaturan kelas yang umumnya dilakukan dengan cara

pembentukan kelompok-kelompok kecil untuk para siswa, kemudian mereka

bekerja dalam kelompok kecil menggunakan suatu pertanyaan kooperatif, diskusi

kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif (Sharan dan Sharan, dalam

Slavin, 2005). Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik

dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group

process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota

serta pembelajaran kelompok yang lebih mengasah kemampuan intelektual siswa

dibandingkan belajar secara individual.

Kegiatan dalam pembelajaran GI memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berpikir mandiri, aktif dalam mencari sumber-sumber belajar, menemukan

sendiri konsep-konsep materi pelajaran melalui investigasi, ber-interaksi dengan

teman, dan bekerja sama di dalam kelompok, sedangkan guru hanya bertindak

sebagai pembimbing, fasilitator, dan pemberi kritik yang membangun. Oleh sebab

itu, kegiatan-kegiatan tersebut dapat meningkatkan aktivitas belajar dan

pemahaman konsep matematik siswa.

Menurut Slavin (2005) Dalam melaksanakan pembelajaran GI guru

(28)

11

kelompok-kelompok yang ada dan melihat bahwa mereka bisa mengelola

tugasnya, dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi

kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang

berkaitan dengan proyek pembelajaran. Peran guru yang pertama dan terpenting

adalah guru harus membuat model kemampuan komunikasi baik lisan maupun

tulisan serta sosial yang diharapkan dari para siswa.

Dalam pembelajaran GI, siswa dituntut untuk berpikir ilmiah untuk

mengembangkan kemampuan komunikasi dan kemampuan logisnya.

(Fathoni, 2007) menegaskan bahwa : “Dalam mempelajari matematika bukan

semata-mata hanya menghafal, tetapi siswa harus bisa mengartikan setiap

simbol matematika dan rumus yang terdapat dalam matematika karena

simbol-simbol matematika bersifat “artificial” yang baru memiliki arti setelah sebuah

makna diberikan kepadanya”.

Jadi penelitian ini fokus pada pengaruh pembelajaran kooperatif tipe GI

untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematik

siswa. Apabila siswa telah memiliki kemampuan pemahaman dan komunikasi

matematik yang baik jika siswa dihadapkan dengan situasi masalah, siswa dapat

langsung melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi yang problematic

berupa analisis dan dapat dengan mudah mendefinisikan suatu masalah yang

berkaitan pada kehidupan nyata.

Penelitian dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI telah

diteliti oleh Irfan (2009) yang menyatakan: Rata-rata hasil belajar siswa

menggunakan model kooperatif tipe GI lebih tinggi dari pada rata-rata hasil

(29)

12

Pramana (2010) dalam penelitiannya pada siswa SMP Negeri 1 Air Putih

berkaitan dengan pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan penalaran

dan komunikasi matematika siswa menyimpulkan rata-rata kemampuan penalaran

dan kemampuan komunikasi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe GI beranggotakan 5 orang tiap kelompok lebih tinggi dari rata-rata

kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi siswa yang diajarkan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe GI beranggotakan 2 orang tiap kelompok.

Dengan demikian berarti ada pengaruh yang positif dan berarti antara model

pembelajaran kooperatif tipe GI terhadap kemampuan penalaran dan kemampuan

komunikasi matematika siswa. Analisis terhadap penelitiannya mengimplikasikan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat dijadikan

guru sebagai salah satu alternatif untuk menumbuh kembangkan kemampuan

pemahaman konsep dan komunikasi matematik siswa.

Dari uraian diatas, peneliti merasa penerapan strategi pembelajaran pada

setiap proses pembelajaran sangatlah penting, maka peneliti mencoba mengkaji

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan penerpaan model

pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh guru – guru di sekolah dalam

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi

(30)

13

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, maka timbul beberapa masalah dalam

penelitian ini yaitu :

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah

2. Pelajaran matematika di sekolah kurang diminati siswa karena sulit

dipahami.

3. Proses pembelajaran yang kurang menunjang siswa untuk

mengekspresikan kemampuan matematik yang dimiliki siswa

tersebut karena KBM berlangsung dengan hanya mencatat dan

mengerjakan soal dengan kata lain KBM masih bersifat

konvensional.

4. Model pembelajaran kooperatif tipe GI belum diterapkan disekolah

5. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik siswa cenderung

lemah.

6. Kemampuan Komunikasi Matematik siswa khususnya kemampuan

Komunikasi Matematik tulisan masih rendah.

7. Proses penyelesaian jawaban yang dibuat oleh siswa dalam

menyelesaikan masalah belum bervariasi.

1.3. Pembatasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dibanding dengan

waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis, agar penelitian ini terarah dan dapat

(31)

14

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran

kooperatif tipe Group investigation.

2. Kemampuan pemahaman konsep yang diukur adalah kemampuan

pemahaman konsep secara tertulis.

3. Kemampuan Komunikasi Matematik yang diukur adalah

kemampuan komunikasi tulisan (writing).

4. Proses penyelesaian jawaban terkait dengan kemampuan

pemahaman konsep dan komunikasi matematik siswa.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas yang menjadi rumusan masalah

adalah :

1. Apakah peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep matematik

siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe GI lebih

tinggi daripada yang diajarkan melalui pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan Kemampuan Komunikasi matematik siswa yang

diajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi dari pada

yang diajarkan melalui pembelajaran konvensional?

3. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan

kemampuan awal siswa terhadap kemampuan pemahaman konsep

matematik siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan

kemampuan awal siswa terhadap kemampuan komunikasi matematik

(32)

15

5. Bagaimana proses penyelesaian soal-soal yang terkait dengan

kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematik siswa pada

pembelajaran kooperatif tipe GI dan pembelajaran konvensional ?

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui apakah kemampuan Pemahaman Konsep

Matematik siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif

tipe group investigation(GI ) lebih tinggi dari pada siswa yang

diajarkan dengan pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui apakah kemampuan Komunikasi Matematik

siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe group

investigation(GI )lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan

pembelajaran konvensional.

3. Untuk melihat interaksi antara pendekatan pembelajaran yang

digunakan dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan

kemampuan pemahaman konsep matematik siswa.

4. Untuk melihat interaksi antara pendekatan pembelajaran yang

digunakan dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan

kemampuan komunikasi matematik siswa.

5. Untuk mengetahui proses penyelesaian soal-soal yang terkait dengan

(33)

16

pada pembelajaran kooperatif tipe GI dan pembelajaran

konvensional

1.6 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini

diharapkan akan memberi hasil sebagai berikut :

1. Kepada peneliti, sebagai bahan acuan untuk dapat menerapkan

model pembelajaran yang paling sesuai dalam kegiatan belajar

mengajar di sekolah dan sebagai bahan acuan untuk penelitian

lanjutan.

2. Bagi guru, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan

pengembangan profesi guru serta mengubah pola dan sikap guru

dalam mengajar yang semula sebagai pemberi informasi menjadi

fasilitator dan mediator yang dinamis dengan menerapkan

pembelajaran kooperatif tipe GI sehingga kegiatan belajar mengajar

yang dirancang dan dilaksanakan menjadi lebih efektif, efisien,

kreatif dan inovatif.

3. Kepada siswa, untuk meningkatkan aktifitas, prestasi, dan

kemampuan memecahkan suatu masalah matematika.

4. Sebagai informasi tentang alternatif pembelajaran matematika bagi

(34)

17

1.7. Definisi Operasional

1. Pembelajaran Group investigation (GI) adalah model pembelajaran

kooperatif yang menitik beratkan proses pembelajaran kepada siswa

(student-centred) dan memberikan kesempatan kepada siswa

menemukan konsep-konsep materi pelajaran melalui investigasi,

serta memerlukan keterampilan komunikasi dan struktur sosial

kelompok yang baik yang memuat langkah-langkah: (1)

mengidentifikasikan topik dan mengatur ke dalam kelompok -

kelompok penelitian; (2) merencanakan investigasi di dalam

kelompok; (3) melaksanakan investigasi, tahap 4 menyiapkan

laporan akhi; (5) mempresentasikan laporan akhir; (6) evaluasi.

2. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik adalah penyerapan

makna dari materi matematika dan pemahaman konsep siswa yang

dilihat dari: 1) Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep 2)

mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu; 3)

Memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep 4) menyajikan

konsep dalam berbagai bentuk representasi matematik,

5)Mengembangkan syarat perlu/syarat cukup suatu konsep.

3. Kemampuan Komunikasi Matematik tulisan adalah kemampuan

menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara tertulis,

tabel atau grafik bahkan membahasakan kedalam bahasa sehari-hari.

yang di ukur dari aspek : (1) representations, mengubah situasi atau

ide-ide matematika ke dalam gambar (drawing), menjelaskan secara

(35)

18

matematika ke dalam model matematika, dan (2) explanations,

menjelaskan prosedur penyelesaian

4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa

dilakukan oleh guru sehari-hari, yaitu pembelajaran secara

tradisional atau klasikal. Proses pembelajaran diawali dengan guru

menjelaskan materi pelajaran, memberi contoh soal dan cara

menyelesaikannya, memberi kesempatan bertanya kepada siswa,

kemudian guru memberi soal untuk dikerjakan siswa sebagai latihan

(drill)

5. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dipunyai

oleh siswa sebelum mengikuti pembelajaran yang akan diberikan.

Kemampuan awal ini menggambarkan kesiapan siswa dalam

menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.

6. Proses penyelesaian masalah adalah cara atau prosedur yang

digunakan untuk menyelesaikan masalah guna untuk melihat

keberagaman jawaban atau penyelesaian yang dihasilkan oleh siswa

(36)

181 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analsis data dari lapangan tentang pengaruh

pembelajaran kooperatif tipe GI terhadap kemampuan pemahaman konsep

dan komunikasi matematik siswa SMA, diperoleh beberapa kesimpulan

yang merupakan jawaban atas petanyaan-pertanyaan pada rumusan

masalah, diataranya:

1. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang diajarkan

melalui pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi dari pada yang diajarkan

melalui pembelajaran konvensional

2. Peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan melalui

pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi dari pada yang diajarkan melalui

pembelajaran konvensional.

3. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan

awal siswa terhadap kemampuan pemahaman konsep matematik siswa.

4. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan

awal siswa terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa.

5. Proses penyelesaian jawaban siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe GI

lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat

terlihat dari lembar jawaban siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan

(37)

182

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan pembelajaran

kooperatif tipe GI, memberikan beberapa hal untuk perbaikan kedepannya.

Untuk itu peneliti menyarankan kepada pihak-pihak tertentu yang

berkepentingan dengan hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada Guru

a. Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi

siswa guru dapat menggunakan pembelajaran koopertif tipe GI terutama

pada materi trigonometri.

b. Guru diharapkan perlu menambah wawasan tentang teori-teori

pembelajaran yang lain (pembelajaran yang inovatif), dan dapat

menerapkannya dalam pembelajaran.

c. Dalam setiap pembelajaran guru harus menciptakan suasana belajar

yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan

gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan cara mereka

sendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi berani

berargumentasi, lebih percaya dan kreatif.

2. Kepada Peneliti Lanjutan

a. Pembelajaran kooperatif umumnya memerlukan waktu yang

banyak dalam pelaksaannya. Jadi, apabila ingin melanjutkan

peneletian ini alokasi waktu harus diperhitungkan agar

(38)

183

b. Untuk penelitian lebih lanjut, Perlu diteliti pembelajaran kooperatif

tipe GI pada siswa SMA apakah juga dapat berperan dalam

(39)

184

DAFTAR PUSTAKA

Aksela, M. (2005). Disertation: Supporting Meaningful Chemistry Learning and Higher-order Thinking through Computer-Assisted Inquiry: A Design Research Approach. Helsinky : Faculty of Science University of Helsinky.

Ansari. (2009). Komunikasi Matematik : Konsep dan Aplikasi, Pena, Banda Aceh.

Arends, R.. (2001). Exploring Teaching: An Introduction to Education,New York, McGraw-Hill Company

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.

. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,Ed Revisi Cet 10, Bumi Aksara, Jakarta.

Dahar .(1996). Model-model Mengajar : CV. Diponegoro

Departemen Pendidikan Nasional (2004) Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta. Puskur Depdiknas

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Depdiknas. (2006). Pedoman Model Penilaian Kelas KTSP TK-SD-SMPSMA- SMK-MI-MTs-MA-MAK, BP. Cipta Jaya : Jakarta.

Ester, R .(2007). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Think-Pair-Square terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMK.Tesis. Medan.PPs UNIMED, Tidak diterbitkan

Em Zul, Fajri dan Ratu Aprilia Senja. (2008). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Difa: Publisher.

Fathoni, A. (2007). Bahasa Matematika http // rbaryans.worpress.com / 2007/05/30/ komunikasi-dalam- matematika.html (Di akses 9 September 2012).

(40)

185

Hasratuddin. (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kecenderungan Emosional Siswa SMP Melalui Pendekatan Matematik Realistik. Disertasi UPI: Tidak diterbitkan

Herdian. (2010). Kemampuan pemahaman matematis. Tersedia http:// herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/ (Diakses 9 september 2012)

Irfan. (2009). Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Menggunakan Model Kooperatif Tipe GI Dengan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Pokok Bahasan Lingkaran Kelas VIII SMP Negeri 1 Sosa Tahun Pelajaran 2009/2010, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, Medan.

Isjoni .( 2009). Pembelajar an Kooper at if. Pustaka Belajar: Yogyak ar ta

Juliantara, K. (2009). Motivasi dan Minat Belajar Siswa. [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com /2010/04/11/ motivasidan minat belajar -siswa.(Diakses 9 September 2012)

Kesumawati, N. (2008). Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika Makalah disampaikan dalam Seminar nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

Nasution. S. (2008). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar Jakarta. Bumi Aksara

NCTM. (2000). Principles and Standards For School Mathematics. Virginia, The National Council of Teacher Mathematic Inc

Nuh, M.(2010). Hasil Ujian Nasional, http ://edukasi.kompas.com /read/2010/05/06/16552537/Foke.Prihatin..39.179.Siswa.SMP.Gagal.UN

(Diakses 9 september 2012)

Nuraina .(2013). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournaments (Tgt) Di Kelas VIII SMP Negeri 1 Gandapura Kabupaten Bireuen. Tesis Pps Unimed. Tidak diterbitkan.

Pramana, D.(2010). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa SMP. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, Medan.

(41)

186

Ratumanan, T.G. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Unesa University Press, Surabaya.

Roestiyah N.K,(2008). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Ruseffendi, E.T. (1984). Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer Untuk Guru. Bandung : Tarsito

, E.T. (1988). Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika. Bandung: Tarsito

.(1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

. (1993). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Romadhina. (2007). Pengaruh Kemampuan Pemahaman konsep Dan Kemampuan Komunikasi Matematik Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung Siswa Kelas Ix Smp Negeri 29 Semarang Melalui Model Pembelajaran Pemahaman konsep, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Slavin, Robert. E. (2005). Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. (diterjemahkan oleh Narulita Yusron). Penerbit Nusa Media: Bandung

Sobur, Alex. (2003). Semiotika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sudijono, A. (2007). “Pengantar Evaluasi Pendidikan”. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sukmadinata, N.S.. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Soejono.1984.Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial Matematika. Depdikbud. Jakarta

Suherman. (2003). Evaluasi Pembelajaaran Matematika. UPI Bandung : JICA.E.T.

Tanti.(2011). Matematika Modern vs Matematika Tradisomal. Tersediahttp://catatantanti.blogspot.com/2012/08/matematika-tradisional -vs-matematika.html (Diakses 9 September 2012)

(42)

187

Tim TIMSS Indonesia. (2011). SurveiInternatsional TIMSS. [Online]. Tersedia:http://litbangkemdiknas.net/detail.php?id=214.[27Desember201]

Tim Pascasarjana Unimed. (2010) Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis & disertasi. Pps UNIMED. Medan.

Tishman, et al.,.(1993) dalam Juliantara, Ketut. (2009). Pendekatan Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia: http://www.kompasiana.com/ikpj. [9 september 2012].

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta.

Gambar

gambar geometri. Kemampuan komunikasi siswa perlu diperhatikan dalam
Gambar 1.1. Jawaban Siswa Pada soal no 1
Gambar 1.2. Jawaban Siswa pada soal no 2
tabel atau grafik bahkan membahasakan kedalam bahasa sehari-hari.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kelebihan dari alat yang dibuat adalah lengan robot tidak hanya mengambil dan meletakkan benda ditempat yang telah disediakan tetapi juga dapat dilakukan penyusunan

Penilaian masyarakat tersebut sangat mungkin akan berpengaruh terhadap anak-anaknya, apalagi ketika anak-anak tersebut sudah mulai masuk pada periode remaja, periode ini anak

Beberapa kesulitan saat penelitian dilakukan boleh penulis alami, seperti menentukan jadwal wawancara dengan responden yang dalam hal ini adalah anggota komunitas

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

mengenai Nilai-nilai Budaya, Estetika, dan Pendidikan serta Bentuk Respons Masyarakat Setempat terhadap Nilai-nilai Ketradisian dalam Kehidupan Sosial di Kecamatan

1. Potensi Sumber Daya Alam. Kelengkapan data-data potensi sumber daya alam yang tertuang dalam profil Desa Getassrabi mayoritas sudah terisi cukup baik, tetapi belum

BOPO secara parsial memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap.. ROA pada BUSN devisa go publicpublic mulai triwulan I tahun