• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr. wb.,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr. wb.,"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.,

Pemikiran sistem dapat dipandang sebagai dorongan terhadap kepiawaian ilmu pengetahuan dalam menghadapi permasalahan yang kompleks dan dinamis yang terjadi pada sistem kehidupan. Ilmu sistem mengajarkan pendekatan holistik yang selalu berupaya mengurai persoalan yang kompleks menjadi bagian-bagiannya agar dapat dipelajari dan diinterpretasi.

Tujuan buku ini secara langsung berkaitan dengan aplikasi ilmu sistem dan teknik pengambilan keputusan pada berbagai bidang termasuk dalam manajemen rantai pasok sebagai suatu sumber dukungan dan bimbingan praktis dari berbagai prespektif sistem manajemen.

Buku ini mendiskusikan secara ilustratif tahap demi tahap suatu cara pandang dalam pengambilan keputusan dan aplikasinya dalam berbagai bidang utamanya pada manajemen rantai pasok yang tergolong sulit dan komplek yang diekspresikan secara sederhana. Aspek kajian diawali dengan pembahasan tentang pendekatan kesisteman dan peran teknik pengambilan keputusan dalam penyelesaian persoalan keputusan manajemen dan keteknikan pada umumnya dan manajemen rantai pasok pada khususnya. Secara iteratif kemudian dibahas prinsip manajemen rantai pasok dan dukungan keputusan yang diperlukan yang dilanjutkan dengan pembahasan tenik-teknik keputusan sederhana, sedang dan kompleks dengan dilengkapi

berbagai aplikasi penerapannya. Perkembangan dan sistesa teknik

pengambilan keputusan dan aplikasinya dalam penyelesaian manajemen rantai pasok terkini juga disajikan dalam buku ini. Untuk memberikan gambaran komprehensif, tiga contoh kasus penerapan pengambilan keputusan dalam kajian manajemen rantai pasok juga disertakan di bagian akhir buku ini. Contoh kajian yang disajikan mencakup (1) Kajian Manajemen Rantai Pasokan Pada Produk Dan Komoditas Kedelai Edamame (Marimin dan Defni Feifi); (2) Model Evaluasi Risiko Pada Setiap Tingkatan Rantai Pasok Produk Pertanian Tanaman Pangan (Suharjito dan Marimin), dan (3) Kajian Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasokan Bunga Krisan (Marimin dan Faqih).

Buku ini sesuai untuk dibaca bagi kalangan staf pengajar perguruan tinggi, mahasiswa program sarjana dan pascasarjana, peneliti, industri dan pemerhati pendekatan sistem, teknik dan sistem pengambilan keputusan dan manajemen rantai pasok.

(3)

Penulis mengucapkan terima kasih pada berbagai pihak: LPPM-IPB dan PD2M Dikti yang memfasilitasi penyusunan buku ajar ini melalui Program Hibah Kompetensi tahun 2009, kolega dan mahasiswa bimbingan penulis yang telah membantu mewujudkan konsep tulisan menjadi buku yang terintegrasi ini. Penulis juga ucapkan terima kasih istriku Lisa Chandrasari, anakku Sugoi Marsaputra dan semua keluarga atas motivasinya. Penulis menyadari dalam tulisan ini masih dijumpai beberapa kekurangan, untuk itu diharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. SISTEM DAN TEORI KEPUTUSAN A. Sistem ... 1

B. Teori Keputusan ... 12

C. Soal Latihan ... 20

BAB II SISTEM MANAJEMEN RANTAI PASOK PERTANIAN A. Konsep Rantai Pasok ... 22

B. Struktur Rantai Pasok ... 23

C. Mekanisme Rantai Pasok... 26

D. Kelembagaan Rantai Pasok ... 27

E. Soal Latihan ... 30

BAB III. PENGUKURAN A. Sifat Pengukuran ... 32

B. Objek Pengukuran ... 33

C. Skala Pengukuran ... 34

D. Ciri Pengukuran Yang Baik ... 40

E. Soal Latihan ... 45

BAB IV PENANGANAN KETIDAKPASTIAN DAN DIAGRAM KEPUTUSAN A. Keputusan Dalam Ketidakpastian ... 47

B. Diagram Keputusan ... 50

C. Penetapan Nilai ... 52

D. Penetapan Nilai Kemungkinan ... 54

E. Rekomendasi Keputusan. ... 56

F. Nilai Harapan Dengan Informasi Yang Sempurna (Expected Value Of Perfect Information/Evpi) ... 57

G. Soal Latihan ... 58

BAB V. PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS INDEKS KINERJA A. Metode Bayes ... 62

(5)

C. Teknik Perbandingan Indeks Kinerja ... 69

D. Pemilihan Metode Bayes/MPE/CPI ... 73

E. Metode Delphi ... 74

F. Soal Latihan ... 79

BAB VI. PROSES HIRARKI ANALITIK A. Model Keputusan Dengan AHP... 82

B. Prinsip Kerja AHP ... 84

C. Contoh Aplikasi ... 87

D. Penyelesaian AHP dengan CD Plus ... 99

E. Penyelesaian AHP dengan Expert Choice ... 104

F. Latihan Soal ... 114

BAB VII. PENILAIAN KINERJA RANTAI PASOK A. Nilai Tambah ... 116

B. Analisis Resiko ... 121

C. Supply Chain Operations Reference (SCOR) ... 129

D. Latihan Soal ... 143

BAB VIII. BUNGA RAMPAI PENERAPAN TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN CERDAS DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK A. Kajian Manajemen Rantai Pasokan Pada Produk Dan Komoditas Kedelai Edamame (Studi Kasus Di PT Saung Mirwan, Ciawi, Bogor) ... 145

B. Model Evaluasi Risiko Pada Setiap Tingkatan Rantai Pasok Produk Pertanian Tanaman Pangan ... 173

C. Kajian Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasokan Bunga Krisan ... 195

DAFTAR PUSTAKA ... 226

LAMPIRAN 1 ... 228

LAMPIRAN 2 ... 231

DAFTAR ISTILAH PENTING ... 244

(6)

II. SISTEM MANAJEMEN RANTAI PASOK PERTANIAN

A. KONSEP RANTAI PASOK

Konsep rantai pasok (supply

chain)

merupakan konsep baru dalam menerapkan sistem logistik yang terintegrasi, yang merupakan mata rantai penyediaan barang dari bahan baku sampai barang jadi. (Indrajit dan Djokopranoto, 2002). Manajemen rantai pasok (supply chain management) produk pertanian mewakili manajemen keseluruhan proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan, distribusi, pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen. Jadi Sistem Manajemen Rantai Pasok dapat didefinisikan sebagai satu kesatuan sistem pemasaran terpadu yang mencakup keterpaduan produk dan pelaku guna memberikan kepuasan pada pelanggan.

Manajemen rantai pasok produk pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasok produk manufaktur karena: (1) produk pertanian bersifat mudah rusak, (2) proses penanaman, pertumbuhan dan pemanenan tergantung pada iklim dan musim, (3) hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, (4) produk pertanian bersifat kamba sehingga produk pertanian sulit untuk ditangani (Austin, 1992; Brown, 1994). Seluruh faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam desain manajemen rantai pasok produk pertanian karena kondisi rantai pasok produk pertanian lebih kompleks daripada rantai pasok pada umumnya. Selain lebih kompleks, manajemen rantai pasok produk pertanian juga bersifat probabilistik dan dinamis.

Berdasarkan konsep supply chain terdapat tiga tahapan dalam aliran material. Bahan mentah didistribusikan ke manufaktur membentuk suatu sistem physical supply, manufaktur mengolah bahan mentah, dan produk jadi

didistribusikan kepada konsumen akhir membentuk sistem physical

distribution. Aliran material tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1 (Arnold dan Chapman, 2004).

(7)

Gambar 2.1. Pola Aliran Material.

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa bahan mentah didistribusikan kepada supplier dan manufactur melakukan pegolahan sehingga menjadi barang jadi siap didistribusikan kepada customer melalui distributor. Aliran produk terjadi mulai dari supplier hingga ke konsumen, sedangkan arus balik aliran ini adalah aliran permintaan dan informasi. Dimana, permintaan dari customer diterjemahkan oleh distributor, dan distributor menyampaikan pada manufactur selanjutnya manufactur menyalurkan informasi tersebut pada

supplier.

B. STRUKTUR RANTAI PASOK

Supply Chain Management merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan dapat didistribusikan dengan kuantitas, tempat dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan pelanggan. SCM bertujuan untuk membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif, minimalisasi biaya dari transportasi dan distribusi sampai inventori bahan baku, bahan dalam proses, dan barang jadi. Ada beberapa pemain utama yang memiliki kepentingan dalam SCM yaitu pemasok (supplier), pengolah (manufacturer), pendistribusi (distributor), pengecer (retailer), dan pelanggan (customer) (David et.al., 2000 dalam Indrajit dan Djokopranoto, 2002).

MANUFACTUR

DISTRIBUTION

SISTEM

Physical Supply Manufacturing Planning and Control Physical Distribution DOMINANT FLOW OF PRODUCTS AND SERVICES

DOMINANT FLOW OF DEMAND AND DESIGN INFORMATION

S

U

P

P

L

I

E

R

C

U

S

T

O

M

E

R

(8)

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), hubungan organisasi dalam rantai pasok adalah sebagai berikut:

 Rantai 1 adalah supplier. Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber penyedia bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa berbentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, dan suku cadang. Jumlah supplier bisa banyak ataupun sedikit. Supplier rantai pasok pertanian antara lain produsen dan tengkulak. Produsen adalah para petani baik secara individu atau yang sudah bergabung dalam kelompok-kelompok tani. Tengkulak adalah pedagang komoditas pertanian yang mengumpulkan produk-produk pertanian dari sebagian para petani untuk dijual lagi dengan harga yang tinggi. Produsen bisa menjadi supplier untuk tengkulak atau langsung supplier untuk manufaktur.

 Rantai 1-2 adalah supplier manufacturer. Manufaktur yang melakukan pekerjaan membuat, mempabrikasi, meng-assembling, merakit, mengkonversikan, ataupun menyelesaikan barang. Pada rantai pasok pertanian, manufaktur adalah pengolah komoditas produk pertanian yang membuat nilai tambah untuk komoditas tersebut. Hubungan konsep supplier partnering antara manufaktur dengan supplier mempunyai potensi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Dengan konsep ini, manufaktur sudah memiliki perjanjian atau kontrak dengan supplier sehingga terdapat kepastian harga produk untuk petani sebagai supplier dan kepastian kuantitas dan kualitas produk untuk pengolah sebagai manufaktur

 Rantai 1-2-3 adalah suppliermanufacturer distributor. Barang yang sudah jadi dari manufaktur disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang kepada pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh dengan supply chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau pedagang besar dalam jumlah besar dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada pengecer. Pada umumnya manufaktur sudah memiliki bagian distribusi di dalam perusahaannya sendiri, tapi ada juga manufaktur yang menggunakan jasa distributor di luar perusahaannya.

 Rantai 1-2-3-4 adalah supplier  manufaktur  distributor  ritel. Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Pada rantai ini bisa dilakukan penghematan dalam bentuk inventori dan

(9)

biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufaktur maupun ke toko pengecer. Dalam rantai pasok pertanian, pedagang besar selaku distributor akan memasok produk pertanian kepada pengecer di pasar tradisional ataupun di pasar swalayan.

 Rantai 1-2-3-4-5 adalah supplier manufaktur distributor ritel pelanggan. Pengecer menawarkan barangnya kepada pelanggan atau pembeli. Mata rantai pasok baru benar-benar berhenti ketika barang tiba pada pemakai langsung.

Struktur rantai pasok produk pertanian memiliki keunikan, yang tidak harus selalu mengikuti urutan rantai di atas. Petani dapat langsung menjual hasil pertaniannnya langsung ke pasar selaku retail sehingga telah memutus rantai pelaku tengkulak, manufaktur, dan distributor. Manufaktur juga tidak harus memasok produknya lewat distributornya ke retail tapi bisa langsung ke pelanggan. Pelanggan di sini biasanya adalah pelanggan besar seperti restoran, rumah sakit, ataupun hotel. Manufaktur juga banyak menggunakan jasa eksportir selaku distributor untuk memasarkan produknya ke pelanggan internasional. Struktur rantai pasok pertanian ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Suplier

Manufaktur

Distributor

Retail

Pelanggan

(10)

C. MEKANISME RANTAI PASOK

Pada hakikatnya, mekanisme rantai pasok produk pertanian secara alami dibentuk oleh para pelaku rantai pasok itu sendiri. Pada negara sedang berkembang seperti Indonesia, mekanisme rantai pasok produk pertanian dicirikan dengan lemahnya produk pertanian dan komposisi pasar. Kedua hal tersebut akan menentukan mekanisme rantai pasok yang berlangsung. Adanya kelemahan-kelemahan produk pertanian, misalnya mudah rusak, musiman, jumlah yang banyak dengan nilai yang relatif kecil, tidak seragam dan lain-lain akan mempengaruhi mekanisme pemasaran seringkali menyebabkan fluktuasi harga yang tentu saja akan merugikan pihak petani selaku produsen.

Mekanisme rantai pasok produk pertanian dapat bersifat tradisional ataupun modern. Mekanisme tradisional adalah petani menjual produknya langsung ke pasar atau lewat tengkulak, dan tengkulak yang akan menjualnya ke pasar tradisional dan pasar swalayan. Keberadaan tengkulak sebagai perantara bisa dipandang sebagai sebuah kemudahan ataupun sebuah kerugian untuk petani. Para tengkulak akan mendatangi petani dan membeli hasil panennya, dengan begitu petani tidak perlu susah-susah memasarkan produknya. Hal ini biasa terjadi bagi para petani kecil yang hasil panennya tidak terlalu besar. Namun para tengkulak sering menetapkan harga sendiri sesuai keinginan mereka yang biasanya jauh dibawah harga standar. Mekanisme rantai pasok seperti ini membuat petani berada dalam posisi yang lemah karena tengkulak akan mengambil margin yang besar sehingga untung yang diterima petani kecil, apalagi jika dilihat karakteristik produk pertanian mudah rusak dan bersifat musiman.

Mekanisme rantai pasok modern terbentuk oleh beberapa hal antara lain dalam rangka mengatasi kelemahan karakteristik dari produk pertanian, meningkatkan kesejahteraan petani dari sisi ekonomi dan sosial, meningkatnya permintaan kebutuhan pelanggan akan produk yang berkualitas dan mempeluas pangsa pasar yang ada. Hal Ini menyebabkan bertambahnya para pelaku rantai pasok seperti adanya manufaktur yang mengolah produk pertanian sehingga memiliki nilai tambah, pasar swalayan yang memiliki kelengkapan cool storage sehingga produk yang dijual lebih tahan lama dan terjamin kualitasnya, jasa distributor atau pedagang besar yang tidak hanya mendistribusikan produk di pasar lokal tapi juga pasar internasional, dan terbentuknya kelompok-kelompok tani yang memiliki kemitraan dengan para pelaku rantai pasok yang lain.

Pada rantai pasok modern, petani sebagai produsen dan pemasok pertama produk pertanian membentuk kemitraan berdasarkan perjanjian atau kontak dengan manufaktur, eksportir, atau langsung dengan pasar sebagai

(11)

retail sehingga petani memiliki posisi tawar yang baik. Perjanjian atau kontrak antara petani dan mitra berdampak baik untuk keduanya. Petani mendapatkan kepastian pembelian hasil panennya dengan harga yang telah disepakati, dan mitra mendapatkan produk pertanian yang memiliki spesifikasi mutu yang telah disepakati juga. Mekanisme ini tidak hanya memacu petani untuk terus meningkatkan mutu hasil pertaniannya, tapi juga memacu para pelaku rantai pasok yang lain seperti manufaktur, distributor dan retail untuk menjamin kualitas produk yang diinginkan oleh pasar, sehingga produk diterima konsumen dari lokal maupun manca negara.

D. KELEMBAGAAN RANTAI PASOK

Kelembagaan rantai pasok adalah hubungan manajemen atau sistem kerja yang sistematis dan saling mendukung diantara beberapa lembaga kemitraan rantai pasok suatu komoditas dalam rangka mencapai satu atau lebih tujuan yang menguntungkan semua pihak yang ada di dalam kelembagaan rantai pasok itu sendiri dan keuntungan bagi pihak-pihak di luar kelembagaan tersebut. Komponen kelembagaan kemitraan rantai pasok mencakup pelaku dari seluruh rantai pasok, mekanisme yang berlaku, pola interaksi antar pelaku, dan dampaknya bagi pengembangan usaha suatu komoditas maupun bagi peningkatan kesejahteraan pelaku pada rantai pasok tersebut.

Bentuk-bentuk kelembagaan rantai pasok makin mengalami keragaman dengan keberadaan pasar tradisional dan modern seperti mini market, super market, hyper market, dan departemen store juga keberadaan konsumen institusional seperti hotel, restoran, rumah sakit serta keberadaan industri pengolahan. Kedinamikaan bentuk kelembagaan rantai pasok pertanian ini akan menimbulkan persaingan, namun persaingan tidak selalu dipandang negatif. Persaingan dapat membawa hasil yang positif selama persaingan tersebut dipandang sebagai tantangan pelaku rantai pasok yang tergabung dalam lembaga dalam memasarkan produknya sehingga meningkatkan kinerja dan prestasi lembaga tersebut.

Dalam perkembangannya bentuk kelembagaan rantai pasok pertanian terdiri dari dua pola yaitu pola perdagangan umum dan pola kemitraan. Pola perdagangan umum melibatkan berbagai pelaku tataniaga yang umum ditemukan di banyak lokasi, antara lain petani baik secara individu atau kelompok dan pedagang baik yang berada di sentra produksi atau pedagang besar yang berada di pusat kota. Misalnya, petani menjual hasil pertaniannya kepada pedagang pengepul yang berada di sentra produksi dan pedagang pengepul bisa menjual lagi ke pedagang besar atau langsung memasok ke pasar-pasar tujuan. Ikatan antara petani dan pedagang umumnya ikatan

(12)

langganan baik tanpa adanya kontrak perjanjian yang mengikat antar keduanya sehingga hanya mengandalkan kepercayaan. Petani dan pedagang pada pola ini juga sering melakukan ikatan pinjaman modal, petani melakukan peminjaman kepada pedagang pengumpul untuk kebutuhan pembiayaan usaha taninya dengan penggunaan bunga. Namun petani berkewajiban menjual hasil panennya kepada pedagang tersebut. Pedagang memasok produk yang kualitasnya bagus ke pasar-pasar induk dan supplier

swalayan, untuk produk yang kualitasnya kurang bagus dijual di pasar-pasar tradisional.

Pola kelembagaan kemitraan rantai pasok adalah hubungan kerja diantara beberapa pelaku rantai pasok yang menggunakan mekanisme perjanjian atau kontrak tertulis dalam jangka waktu tertentu. Dalam kontrak tersebut dibuat kesepakatan-kesepakatan yang akan menjadi hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat.

Pola kemitraan rantai pasok pertanian yang umum dilakukan oleh petani antara lain kemitraan petani dengan KUD atau asosiasi tani dan petani dengan manufaktur atau pengolah. Gambaran kesepakatan kemitraan rantai pasok yang umum terjadi antara petani secara individu dengan KUD atau asosiasi tani adalah sebagai berikut, dari pihak KUD/Asosiasi Tani berkewajiban (1) bersedia meminjamkan modal kerja untuk petani mitra (2) meyediakan input petanian sesuai kebutuhan petani mitra, (3) menampung dan memasarkan hasil panen petani mitra. Sementara itu, petani berkewajiban (1) melakukan budidaya secara baik, (2) melaporkan jadwal kegiatan saat tanam dan panen dilakukan dan (3) menyerahkan seluruh hasil produksinya ke KUD atau asosiasi tani. Dalam kerjasama ini tidak dilakukan kontrak harga, namun harga mengikuti permintaan pasar.

Pola kemitraan antara petani dengan manufaktur tidak jauh berbeda dengan kemitraan antara petani dengan KUD/Asosiasi Tani namun terdapat beberapa tambahan kesepakatan antara lain terdapat kesepakatan dalam penentuan luas area penanaman komoditas atau produk pada masing-masing petani, terdapat kesepakatan tentang jenis atau varietas komoditas yang akan ditanam, terdapat pengaturan tentang jadwal tanam dan jadwal panen antar petani dan antar area, pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, obat-obatan) tapi tidak semua manufaktur melakukan ini, terdapat kesepakatan harga antara petani dengan manufaktur. Harga ditentukan secara kontrak melalui proses negosiasi sebelum tanam. Petani menentukan harga didasarkan atas biaya pokok usaha tani dan ekspektasi keuntungan yang diinginkan. Sementara itu perusahaan mendasarkan atas perhitungan biaya pokok pengolahan dan melakukan perbandingan dengan harga impor. Biasanya harga yang didapat petani lebih besar dari harga pasar, dan harga yang didapat perusahaan lebih rendah dibanding harga impor sehingga terjadilah

(13)

kesepakatan. Disamping itu juga terdapat kesepakatan spesifikasi mutu produk yang dihasilkan petani yang akan diserahkan ke manufaktur.

Kemitraan juga terjadi antara manufaktur dengan distributor atau asosiasi tani dengan distributor. Distributor di sini selaku supplier untuk retail modern seperti super market, supplier untuk konsumen institusional seperi hotel, restoran, rumah sakit, supplier untuk konsumen luar negri atau supplier untuk industri pengolahan. Dengan begitu, distributor juga melakukan kemitraan dengan retail dan pelanggan di atas. Produk pertanian yang dipasok oleh distributor adalah produk yang sudah mengalami tahap penanganan pasca panen seperti penyortiran, grading, pengemasan dan pelabelan. Tahap penanganan pasca panen ini bisa dilakukan oleh manufaktur atau distributor. Hal ini untuk menjamin mutu produk tetap dalam kondisi prima sampai ke tangan konsumen dan meningkatkan daya saing produk. Kemitraan antara asosiasi tani atau manufaktur dengan distributor melakukan kesepakatan dalam hal jumlah pasokan, jadwal pasokan, sistem pembayaran (cash atau kredit) dan sistem pemberian komisi. Begitu juga kesepakatan kemitraan yang dilakukan oleh distributor dengan pelanggannya.

Keberhasilan kelembagaan rantai pasok komoditas pertanian tergantung dari sejauh mana pihak-pihak yang terlibat di dalamnya mampu menerapkan kunci sukses (key success factor) yang melandasi setiap aktivitas di dalam kelembagaan tersebut. Kunci sukses ini teridentifikasi melalui penelusuran yang detail dari setiap aktivitas di dalam rantai pasokan. Kunci sukses tersebut adalah :

1. Trust Building

Kepercayaan yang terbangun diantara anggota rantai pasokan mampu mendukung kelancaran aktivitas rantai pasokan, seperti kelancaran pada transaksi penjualan, distribusi produk, dan distribusi informasi pasar. Untuk membangun kepercayaan diantara pihak-pihak yang bekerjasama, dapat dilakukan dengan membuat kesepakatan. Apabila kesepakatan tersebut dijalankan dengan sebaik-baiknya dengan membangun manajemen yang bersifat transparan terutama menyangkut pembagian hak dan kewajiban, harga dan pembagian keuntungan serta membangun komitmen yang tinggi antara pihak yang bermitra, maka kepercayaan dapat meningkat sehingga pihak-pihak yang bekerjasama tersebut dapat fokus menjalankan tanggung jawabnya masing-masing sesuai dengan spesialisasi/perannya. Dengan demikian, trust building yang terbangun di dalam rantai pasokan dapat menciptakan rantai pasokan yang kuat.

(14)

2. Koordinasi dan Kerjasama

Koordinasi diantara anggota rantai pasokan adalah sangat penting guna mewujudkan kelancaran rantai pasokan, ketepatan pasokan bunga mulai dari produsen hingga ke ritel, dan tercapainya tujuan rantai pasokan. Koordinasi yang ada saat ini umumnya hanya sebatas hubungan transaksi mengenai jenis dan kuantitas pesanan, dan bukan koordinasi dalam bentuk perencanaan. Koordinasi dalam bentuk perencanaan memungkinkan terjadinya transparansi informasi pasar mulai dari ritel hingga ke produsen, yang penting guna mengurangi resiko kesalahan pasokan atau resiko lainnya seperti bullwhip effect. Untuk itu, agar koordinasi diantara anggota rantai pasokan dapat berjalan dengan baik dan lancar maka perlu diwujudkan hubungan kerjasama diantara anggota rantai pasokan tersebut. Selain memudahkan koordinasi, keuntungan yang lain adalah dapat meningkatkan

channel suplai dan channel pasar bagi anggota rantai pasokan sehingga menyebabkan rantai pasokan menjadi lebih fleksibel dan dinamis.

3. Kemudahan Akses Pembiayaan

Akses pembiayaan yang mudah, disertai dengan bentuk administratif yang tidak berbelit memudahkan pihak-pihak di dalam rantai pasokan dalam mengembangkan usahanya. Dengan mapannya akses pembiayaan tersebut maka diharapkan pengembangan usaha di bidang agribisnis ini dapat berkembang dengan baik, baik itu peningkatan secara kualitas maupun secara kuantitas sehingga mampu mengimbangi permintaan pasar yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

4. Dukungan Pemerintah

Peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator, dan motivator sangat penting dalam mewujudkan iklim usaha yang kondusif dan struktur rantai pasokan yang mapan. Distribusi informasi pasar yang disediakan oleh pemerintah, kebijakan-kebijakan yang mengatur rantai pasok komoditas pertanian, penyediaan infrastruktur yang memadai, pendampingan dan pembinaan oleh PPL Ahli di bidang komoditas pertanian serta pengadaan pameran/ekshibisi produk pertanian dapat meningkatkan daya saing rantai pasokannya.

E. SOAL LATIHAN

E.1. Pilih Jawaban Yang Paling Tepat !

1. Manajemen rantai pasok pertanian memiliki karakteristik sebagai berikut, kecuali :

(15)

A. Stokastik

B. Dinamis

C. Statis

D. Probabilistik

2. Pembentukan mekanisme rantai pasok dipengaruhi oleh :

A. Kualitas produk, harga produk, kuantitas produk

B. Harga produk, karakteristik produk, permintaan

produk

C. Permintaan produk, karakteristik produk, kebutuhan

pelaku rantai pasok

D. Penawaran produk, pola hubungan antar pelaku

rantai pasok, harga produk

3. Ciri mekanisme rantai pasok modern antara lain :

A. Pengolahan produk pertanian sehingga memiliki nilai

tambah

B. Pembentukan kemitraan antar pelaku rantai pasok

C. A dan B benar

D. A dan B salah

4. Komponen kelembagaan kemitraan rantai pasok mencakup

A. Pelaku rantai pasok, struktur rantai pasok

B. Mekanisme rantai pasok, dampak kemitraan rantai

pasok

C. A dan B benar

D. A dan B salah

5. Bagaimana peran pemerintah dalam menentukan keberhasilan

kelembagaan rantai pasok?

A. Membangun kepercayaan diantara pihak-pihak yang

bekerjasama

B. Memberikan kemudahan koordinasi antar pelaku

rantai pasok

C. Memberikan akses pembiayaan yang mudah

D. Menyusun kebijakan-kebijakan yang mengatur rantai

pasok komoditas pertanian E.2. Jawablah dengan singkat!

1. Sebutkan pertimbangan apa yang menyebabkan rantai pasok produk pertanian berbeda dengan produk manufaktur ?

2. Gambarkan struktur rantai pasok dari sebuah produk agroindustri

3. Apa perbedaan mekanisme rantai pasok tradisional dan modern?

(16)

5. Sebutkan dan jelaskan beberapa bentuk kelembagaan rantai pasok

Gambar

Gambar 2.1. Pola Aliran Material.
Gambar 2.2. Struktur Rantai Pasok Pertanian

Referensi

Dokumen terkait

Dengan switching yang terpusat, pelanggan hanya memerlukan satu saluran untuk menghubungkannya dengan sistem penyambungan, sehingga total saluran yang diperlukan sama dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan warna (hue) air limbah penirisan getah gambir pada hasil pencelupan sutera menggunakan mordan tunjung (FeSO4) secara

Dari hasil penyelidikan lapangan, di kedua daerah kabupaten ini telah ditemukan berbagai bahan galian non logam antara lain granit, felspar, kuarsit, bentonit, kaolin, pasir kuarsa,

Setiap ciri atau sifat yang ada pada setiap orang adalah warisan dari orang tua yang diwariskan melalui materi genetik6. Ayah akan mewariskan materi genetiknya melalui

rencana reformasi yang displin dan terjadwal dibandingkan pemimpin partai sebelumnya Deng Xiaoping. Para pemimpin baru ini juga menggodok rencana pembangunan untuk 5 tahun kedepan

Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu dosen dan bagian kepegawaian dalam melihat kinerja dan menghitung nilai yang dikumpulkan untuk pengajuan kenaikan

Dalam penelitian yang dilakukan pada tahun 2005-2007, 18 sapi perah diberi makan dengan pakan jagung PRG, sementara 18 sapi perah lainnya mengkonsumsi jagung non- PRG