• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETOS KERJA. Oleh: Arif Yusuf Hamali, SS, MM. Dosen Tetap Politeknik PIKSI GANESHA Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ETOS KERJA. Oleh: Arif Yusuf Hamali, SS, MM. Dosen Tetap Politeknik PIKSI GANESHA Bandung"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Dosen Tetap Politeknik PIKSI GANESHA Bandung

I. PENGERTIAN ETOS KERJA

Akar kata etos berasal dari bahasa Yunani pengertian sebagai ‘adat kebiasaan

masayarakat yang menganutnya. Etos dalam perkembangan selanjutnya menjadi suatu konsep pemikiran yang menjelaskan tentang baga

jiwa khas yang dimiliki suatu bangsa

masyarakat berkaitan dengan proses perkembangan sosio berlangsung lama.

Seiring perkembangan peradaban Barat dan konteks klasik yang bersifat teosentrisme terhadap antroposentrisme, kata etos pun mengalami perluasan makna. Pengertian etos tidak hanya menunjuk pada ruh kehidupan suatu masyarakat yang berakar dari tradisi kebia tetapi sudah menjadi lebih bersifat dinamis. Jansen Sinamo mendefinisikan etos sebagai ruh karakteristik dari suatu kebudayaan, era, atau komunitas sebagaimana diwujudkan dalam sikap dan aspirasinya, atau pun tuntunan kepercayaan pada seseorang, kel

Pengertian etos merujuk pada pendapat Jansen Sinamo di atas, maka secara mendasar etos dapat dirumuskan dalam dua konsep pemikiran. Pertama, etos merupakan karakteristik ruh dari suatu kebudayaan yang dimiliki komunitas tertentu, dal

kepribadian masyarakat tersebut dan aspirasi yang dimiliki. Kedua, sebagai instrumen penuntun dalam menjalani kehidupan, baik secara perorangan, kelompok atau institusi

Etos kerja ini selanjutnya digerakkan oleh empat kecerdasan utama

1) Spiritual Quotien (Kecerdasan Spiritual), yaitu manifestasi dalam proses transendensi dari wilayah material ke spiritualitas. Aktivitas kerja tidak hanya dilihat sebagai media pencarian sumber kehidupan atau pun harta kekayaan, teta

Tuhan dan sesame manusia.

ETOS KERJA

Oleh: Arif Yusuf Hamali, SS, MM.

Dosen Tetap Politeknik PIKSI GANESHA Bandung

PENGERTIAN ETOS KERJA

Akar kata etos berasal dari bahasa Yunani ethos, pada awalnya kata ini mengandung adat kebiasaan’ (Sinamo, 2005). Etos dapat membentuk karakter dasar bagi masayarakat yang menganutnya. Etos dalam perkembangan selanjutnya menjadi suatu konsep pemikiran yang menjelaskan tentang bagaimana terbentuknya ruh kehidupan

jiwa khas yang dimiliki suatu bangsa. Munculnya etos yang kuat untuk memotivasi kehidupan masyarakat berkaitan dengan proses perkembangan sosio-historis dan cultural yang telah Seiring perkembangan peradaban Barat dan konteks klasik yang bersifat teosentrisme terhadap antroposentrisme, kata etos pun mengalami perluasan makna. Pengertian etos tidak hanya menunjuk pada ruh kehidupan suatu masyarakat yang berakar dari tradisi kebia tetapi sudah menjadi lebih bersifat dinamis. Jansen Sinamo mendefinisikan etos sebagai ruh karakteristik dari suatu kebudayaan, era, atau komunitas sebagaimana diwujudkan dalam sikap dan aspirasinya, atau pun tuntunan kepercayaan pada seseorang, kelompok atau institusi.

Pengertian etos merujuk pada pendapat Jansen Sinamo di atas, maka secara mendasar etos dapat dirumuskan dalam dua konsep pemikiran. Pertama, etos merupakan karakteristik ruh dari suatu kebudayaan yang dimiliki komunitas tertentu, dal

kepribadian masyarakat tersebut dan aspirasi yang dimiliki. Kedua, sebagai instrumen penuntun dalam menjalani kehidupan, baik secara perorangan, kelompok atau institusi

Etos kerja ini selanjutnya digerakkan oleh empat kecerdasan utama

(Kecerdasan Spiritual), yaitu manifestasi dalam proses transendensi dari wilayah material ke spiritualitas. Aktivitas kerja tidak hanya dilihat sebagai media pencarian sumber kehidupan atau pun harta kekayaan, tetapi juga menjadi sarana pengabdian kepada Tuhan dan sesame manusia.

Dosen Tetap Politeknik PIKSI GANESHA Bandung

, pada awalnya kata ini mengandung (Sinamo, 2005). Etos dapat membentuk karakter dasar bagi masayarakat yang menganutnya. Etos dalam perkembangan selanjutnya menjadi suatu konsep kehidupan (spirit of life) atau . Munculnya etos yang kuat untuk memotivasi kehidupan historis dan cultural yang telah Seiring perkembangan peradaban Barat dan konteks klasik yang bersifat teosentrisme terhadap antroposentrisme, kata etos pun mengalami perluasan makna. Pengertian etos tidak hanya menunjuk pada ruh kehidupan suatu masyarakat yang berakar dari tradisi kebiasaan, tetapi sudah menjadi lebih bersifat dinamis. Jansen Sinamo mendefinisikan etos sebagai ruh karakteristik dari suatu kebudayaan, era, atau komunitas sebagaimana diwujudkan dalam sikap

ompok atau institusi.

Pengertian etos merujuk pada pendapat Jansen Sinamo di atas, maka secara mendasar etos dapat dirumuskan dalam dua konsep pemikiran. Pertama, etos merupakan karakteristik ruh dari suatu kebudayaan yang dimiliki komunitas tertentu, dalam mewujudkan sikap kepribadian masyarakat tersebut dan aspirasi yang dimiliki. Kedua, sebagai instrumen penuntun dalam menjalani kehidupan, baik secara perorangan, kelompok atau institusi.

Etos kerja ini selanjutnya digerakkan oleh empat kecerdasan utama yaitu (Sinamo, 2005): (Kecerdasan Spiritual), yaitu manifestasi dalam proses transendensi dari wilayah material ke spiritualitas. Aktivitas kerja tidak hanya dilihat sebagai media pencarian pi juga menjadi sarana pengabdian kepada

(2)

2) Emotional Quotien (Kecerdasan Emosional), yaitu sarana proses transformatif, yang berlangsung secara internal

eksternal-interpersonal dalam konstelasi relasi sosial. Tujuannya adalah untuk mewujudkan kesadaran kolektif, hingga mencapai kesuksesan bersama.

3) Adversity Quotien, yaitu suatu bentuk pengembangan kreativitas individu dan kolektivitas. Kecerdasan ini diperlukan untuk menga

penghambat untuk mewujudkan upaya kesuksesan.

4) Financial Quotien, yaitu suatu bentuk kemampuan manajerial yang diperlukan oleh setiap individu dan kelompok masyarakat. Kecerdasan ini menjadi pembimbing dala

kekayaan material secara efektif, efisien, dan fungsional.

Jansen Sinamo (2005) merumuskan etos kerja sebagai seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Sinamo berpendapat bahwa jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma kerja, mempercayai dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja yang khas. Etos kerja merupa

dari sukses yang sejati dan otentik.

Pandangan Sinamo di atas dipengaruhi oleh kajiannya terhadap studi sejak zaman Max Weber di awal abad ke

tahun terakhir, yang semuanya bermuara

berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja. Perilaku kerja ini umumnya disebut sebagai motivasi, kebiasaan, dan budaya kerja. Sinamo lebih memilih menggunakan ist

pengertian tidak hanya sebagai perilaku khas dari suatu organisasi atau komunitas, tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan, karakteristik utama, ruh dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap

prinsip, dan standar-standar.

Pengertian-pengertian di atas tentang etos kerja, baik secara etimologis maupun praktis, dapat disimpulkan bahwa etos kerja merupakan seperangkat sikap ata

(Kecerdasan Emosional), yaitu sarana proses transformatif, yang berlangsung secara internal-personal untuk menumbuhkan kesadaran diri sendiri pada yang onal dalam konstelasi relasi sosial. Tujuannya adalah untuk mewujudkan kesadaran kolektif, hingga mencapai kesuksesan bersama.

, yaitu suatu bentuk pengembangan kreativitas individu dan kolektivitas. Kecerdasan ini diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang menjadi tantangan atau penghambat untuk mewujudkan upaya kesuksesan.

, yaitu suatu bentuk kemampuan manajerial yang diperlukan oleh setiap individu dan kelompok masyarakat. Kecerdasan ini menjadi pembimbing dala

kekayaan material secara efektif, efisien, dan fungsional.

Jansen Sinamo (2005) merumuskan etos kerja sebagai seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Sinamo berpendapat bahwa jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas kerja, mempercayai dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja yang khas. Etos kerja merupa

dari sukses yang sejati dan otentik.

Pandangan Sinamo di atas dipengaruhi oleh kajiannya terhadap studi

sejak zaman Max Weber di awal abad ke-20 dan penulisan-penulisan manajemen dua puluh tahun terakhir, yang semuanya bermuara pada satu kesimpulan utama, bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja. Perilaku kerja ini umumnya disebut sebagai motivasi, kebiasaan, dan budaya kerja. Sinamo lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa etos mengandung pengertian tidak hanya sebagai perilaku khas dari suatu organisasi atau komunitas, tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan, karakteristik utama, ruh dasar, pikiran dasar, kode

perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan

pengertian di atas tentang etos kerja, baik secara etimologis maupun praktis, etos kerja merupakan seperangkat sikap ata

(Kecerdasan Emosional), yaitu sarana proses transformatif, yang personal untuk menumbuhkan kesadaran diri sendiri pada yang onal dalam konstelasi relasi sosial. Tujuannya adalah untuk mewujudkan , yaitu suatu bentuk pengembangan kreativitas individu dan kolektivitas. tasi berbagai masalah yang menjadi tantangan atau , yaitu suatu bentuk kemampuan manajerial yang diperlukan oleh setiap individu dan kelompok masyarakat. Kecerdasan ini menjadi pembimbing dalam pengelolaan

Jansen Sinamo (2005) merumuskan etos kerja sebagai seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Sinamo berpendapat bahwa jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas kerja, mempercayai dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja yang khas. Etos kerja merupakan pondasi Pandangan Sinamo di atas dipengaruhi oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi penulisan manajemen dua puluh pada satu kesimpulan utama, bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja. Perilaku kerja ini umumnya disebut sebagai motivasi, kebiasaan, dan budaya kerja. Sinamo ilah etos karena menemukan bahwa etos mengandung pengertian tidak hanya sebagai perilaku khas dari suatu organisasi atau komunitas, tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan, karakteristik utama, ruh dasar, pikiran dasar, kode aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-pengertian di atas tentang etos kerja, baik secara etimologis maupun praktis, etos kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar

(3)

yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.

II. ASPEK-ASPEK ETOS KERJA

Jansen Sinamo (2005) berpendapat bahwa setiap manusia memiliki ruh keberhasilan, yaitu motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. Ruh ini yang menjelma menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun, integritas, rasio bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan, komitmen, dan penghayatan atas paradigma kerja tertentu. Ruh ini akan membuat seseorang berproses menjadi manusia kerja yang positif, kreatif, dan produktif. Sinamo merumuskan empat pilar yang ses

bertanggung jawab menopang semua jenis dan system keberhasilan yang berkelanjutan pada semua tingkatan. Keempat pilar ini disebut sebagai

Empat Darma Keberhasilan utama, yaitu: 1) Mencetak prestasi dengan motivasi

2) Membangun masa depan dengan kepemimpinan visoner. 3) Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif.

4) Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani.

Etos kerja dapat memberikan ruh untuk mencapai kesuksesan kerja, baik individu, kelompok, maupun institusi (formal dan informal). Keempat darma di atas kemudian dirumuskan lagi oleh Sinamo menjadi 8 (delapan) etos kerja professional yaitu:

1) Kerja adalah RahmatAku bekerja tulus penuh rasa syukur. Kerja merupakan pemberian dari

bekerja dengan tulus dan penuh syukur.

2) Kerja adalah AmanahAku bekerja benar penuh tanggung jawab.

Kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada manusia sehingga secara moral seseorang karyawan harus bekerja dengan benar da

3) Kerja adalah PanggilanAku bekerja tuntas penuh integritas.

yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.

ASPEK ETOS KERJA

Jansen Sinamo (2005) berpendapat bahwa setiap manusia memiliki ruh keberhasilan, yaitu motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. Ruh ini yang menjelma menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun, integritas, rasio bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan, komitmen, dan penghayatan atas paradigma kerja tertentu. Ruh ini akan membuat seseorang berproses menjadi manusia kerja yang positif, kreatif, dan produktif. Sinamo merumuskan empat pilar yang ses

bertanggung jawab menopang semua jenis dan system keberhasilan yang berkelanjutan pada semua tingkatan. Keempat pilar ini disebut sebagai Catur Dharma Mahardika

Empat Darma Keberhasilan utama, yaitu:

Mencetak prestasi dengan motivasi superior;

Membangun masa depan dengan kepemimpinan visoner. Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif.

Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani.

Etos kerja dapat memberikan ruh untuk mencapai kesuksesan kerja, baik individu, usi (formal dan informal). Keempat darma di atas kemudian dirumuskan lagi oleh Sinamo menjadi 8 (delapan) etos kerja professional yaitu:

Aku bekerja tulus penuh rasa syukur.

Kerja merupakan pemberian dari Tuhan Yang Maha Kuasa, maka bekerja dengan tulus dan penuh syukur.

Aku bekerja benar penuh tanggung jawab.

Kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada manusia sehingga secara moral seseorang karyawan harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab.

Aku bekerja tuntas penuh integritas.

yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.

Jansen Sinamo (2005) berpendapat bahwa setiap manusia memiliki ruh keberhasilan, yaitu motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. Ruh ini yang menjelma menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun, integritas, rasional, bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan, komitmen, dan penghayatan atas paradigma kerja tertentu. Ruh ini akan membuat seseorang berproses menjadi manusia kerja yang positif, kreatif, dan produktif. Sinamo merumuskan empat pilar yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan system keberhasilan yang berkelanjutan pada Catur Dharma Mahardika yang berarti

Etos kerja dapat memberikan ruh untuk mencapai kesuksesan kerja, baik individu, usi (formal dan informal). Keempat darma di atas kemudian dirumuskan lagi oleh Sinamo menjadi 8 (delapan) etos kerja professional yaitu:

Yang Maha Kuasa, maka individu harus dapat

Kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada manusia sehingga secara moral n penuh tanggung jawab.

(4)

Kerja merupakan suatu darma yang sesuai dengan panggilan jiwa seorang karyawan sehingga karyawan tersebut mampu bekerja penuh integritas.

4) Kerja adalah Aktualisasi

Pekerjaan adalah sarana bagi seorang karyawan untuk mencapai hakekat manusia yang tertinggi sehingga seorang karyawan akan bekerja keras dengan penuh semangat.

5) Kerja adalah IbadahAku bekerja serius penuh kecintaan.

Bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada Sang Khalik, sehingga melalui pekerjaan seorang karyawan mengarahkan dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian.

6) Kerja adalah SeniAku bekerja cerdas penuh kreativitas.

Kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja sehingga lahirlah daya cipta, kreasi baru, dan gagasan inovatif.

7) Kerja adalah Kehormatan

Pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan.

8) Kerja adalah PelayananAku bekerja paripurna penuh kerendahan hati.

Manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati.

Panji Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja, yang disimpulkan sebagai berikut:

a) Bekerja adalah hakekat kehidupan manusia. b) Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan. c) Pekerjaan merupakan sumb

d) Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti. e) Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih.

Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos Kerja menggambarkan suatu sikap, yang memiliki dua alternatif yaitu positif dan negati

Kerja merupakan suatu darma yang sesuai dengan panggilan jiwa seorang karyawan sehingga karyawan tersebut mampu bekerja penuh integritas.

Aku bekerja keras penuh semangat.

Pekerjaan adalah sarana bagi seorang karyawan untuk mencapai hakekat manusia yang tertinggi sehingga seorang karyawan akan bekerja keras dengan penuh semangat.

Aku bekerja serius penuh kecintaan.

erja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada Sang Khalik, sehingga melalui pekerjaan seorang karyawan mengarahkan dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam

Aku bekerja cerdas penuh kreativitas.

mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja sehingga lahirlah daya cipta, kreasi baru, dan gagasan inovatif.

Aku bekerja tekun penuh keunggulan.

Pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga harus dilakukan dengan tekun dan Aku bekerja paripurna penuh kerendahan hati.

Manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati.

juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja, yang disimpulkan sebagai berikut:

Bekerja adalah hakekat kehidupan manusia. Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan.

Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral.

Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti. Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih.

Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos Kerja menggambarkan uatu sikap, yang memiliki dua alternatif yaitu positif dan negatif. Seorang individu atau Kerja merupakan suatu darma yang sesuai dengan panggilan jiwa seorang karyawan sehingga

Pekerjaan adalah sarana bagi seorang karyawan untuk mencapai hakekat manusia yang tertinggi sehingga seorang karyawan akan bekerja keras dengan penuh semangat.

erja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada Sang Khalik, sehingga melalui pekerjaan seorang karyawan mengarahkan dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam

mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja sehingga lahirlah daya cipta,

Pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga harus dilakukan dengan tekun dan Aku bekerja paripurna penuh kerendahan hati.

Manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati.

juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja, yang disimpulkan sebagai berikut:

er penghasilan yang halal dan tidak amoral.

Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti.

Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos Kerja menggambarkan . Seorang individu atau

(5)

kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:

a) Mempunyai penilaian yang sangat positif

b) Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia;

c) Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia; d) Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan

penting dalam mewujudkan cita

e) Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.

Individu atau kelompok masyarakat yang memiliki Etos Kerja yang rendah, maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu:

a) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri; b) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil manusia;

c) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan; d) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan;

e) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.

Pembahasan Etos Kerja seorang karyawan di perusahaan juga berkaitan dengan manusia yang dikenal dengan

Teori “Y” dikembangkan oleh 50), yang disebut juga sebagai

Humanistis. Watak, perangai, dan perilaku manusia dapat digolongkan sebagai berikut: A. GOLONGAN “X”sifat-sifat dan ciri

 Manusia pada umumnya pemalas, tidak pekerjaan;

 Manusia golongan ini pasif, kurang imajinasi, kurang inisiatif & kurang perhatian atau mencintai pekerjaan;

kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi, apabila menunjukkan Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia;

Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia;

Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita;

Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.

Individu atau kelompok masyarakat yang memiliki Etos Kerja yang rendah, maka akan ciri yang sebaliknya, yaitu:

sebagai suatu hal yang membebani diri; Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil manusia;

Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan; Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan;

Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.

Pembahasan Etos Kerja seorang karyawan di perusahaan juga berkaitan dengan manusia yang dikenal dengan “Teori X”dan “Teori Y” dari Douglas McGregor.

dikembangkan oleh Douglas McGregor (dalam Soebagio Sastrodiningrat, 199 sebagai Teori Kepemimpinan Mekanismedan

. Watak, perangai, dan perilaku manusia dapat digolongkan sebagai berikut: sifat dan ciri-cirinya:

Manusia pada umumnya pemalas, tidak suka bekerja dan jika mungkin menjauhi Manusia golongan ini pasif, kurang imajinasi, kurang inisiatif & kurang perhatian atau kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi, apabila menunjukkan

terhadap hasil kerja manusia;

Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia;

ketekunan dan sekaligus sarana yang

Individu atau kelompok masyarakat yang memiliki Etos Kerja yang rendah, maka akan

Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan;

Pembahasan Etos Kerja seorang karyawan di perusahaan juga berkaitan dengan watak dari Douglas McGregor. Teori “X” dan

(dalam Soebagio Sastrodiningrat, 1998: 48-danTeori Kepemimpinan

. Watak, perangai, dan perilaku manusia dapat digolongkan sebagai berikut:

suka bekerja dan jika mungkin menjauhi Manusia golongan ini pasif, kurang imajinasi, kurang inisiatif & kurang perhatian atau

(6)

 Manusia golongan ini serakah akan uang, mau untung dengan mudah, mau aman & selamat (safety player) tidak mau memikul resiko;

 Manusia golongan ini kurang rasa tanggung jawab, kurang gairah kerja & mau mudahnya saja, menerima perintah atau diberi petunjuk / dipimpin;

 Sifat & watak manusia golongan ini perlu dicambuk, diawasi, didera, dipaksa, diancam, atau dihukum, agar bisa maju & mau berusaha mencapai tujuan organisasi;

 Manusia “X” tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, asal kerja & harus diawasi & “ditongkrongi”.

Tipe manusia golongan “X” melahirkan kepemimpinan Otoriter

Management), melaksanakan kepemimpinan otoriternya dengan dalih karena adanya bukti absensi yang meningkat, terlambat masuk kerja, mutu hasil kerja kurang baik & tidak memuaskan. Tuntutan kenaikan upah terus

tugas & kurang disiplin.

B. GOLONGAN “Y”sifat-sifat dan ciri

 Golongan ini pada umumnya gemar bekerja; bekerja dianggap sebagai latihan fisik sama halnya dengan kebutuhan istirahat dan bermain;

 Dalam kondisi dan situasi yang tepat, bertanggung jawab;

 Keberhasilan dalam mencapai tujuan, merupakan kepuasan tersendiri & dianggap hadiah utama dalam menunaikan fungsi pekerjaannya, dan bekerja bukan mengejar uang semata tetapi merupakan tantangan;

 Dalam kondisi tertentu golongan “Y” ini bukan saja menyetujui pertanggungan jawab, melainkan bersedia & berani tanggung jawab atas tugas

kepadanya;

 Ancaman hukuman & pengawasan ketat bukan satu arah tercapainya tujuan organisasi.

Manusia golongan ini serakah akan uang, mau untung dengan mudah, mau aman & ) tidak mau memikul resiko;

Manusia golongan ini kurang rasa tanggung jawab, kurang gairah kerja & mau mudahnya saja, menerima perintah atau diberi petunjuk / dipimpin;

Sifat & watak manusia golongan ini perlu dicambuk, diawasi, didera, dipaksa, diancam, tau dihukum, agar bisa maju & mau berusaha mencapai tujuan organisasi;

Manusia “X” tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, asal-asalan, tidak ada kecintaan kerja & harus diawasi & “ditongkrongi”.

Tipe manusia golongan “X” melahirkan kepemimpinan Otoriter

), melaksanakan kepemimpinan otoriternya dengan dalih karena adanya bukti absensi yang meningkat, terlambat masuk kerja, mutu hasil kerja kurang baik & tidak memuaskan. Tuntutan kenaikan upah terus-menerus meningkat & banyak pemba

sifat dan ciri-cirinya:

Golongan ini pada umumnya gemar bekerja; bekerja dianggap sebagai latihan fisik sama halnya dengan kebutuhan istirahat dan bermain;

Dalam kondisi dan situasi yang tepat, golongan manusia “Y” adalah kreatif, mau bekerja & Keberhasilan dalam mencapai tujuan, merupakan kepuasan tersendiri & dianggap hadiah utama dalam menunaikan fungsi pekerjaannya, dan bekerja bukan mengejar uang semata

ntangan;

Dalam kondisi tertentu golongan “Y” ini bukan saja menyetujui pertanggungan jawab, melainkan bersedia & berani tanggung jawab atas

tugas-Ancaman hukuman & pengawasan ketat bukan satu-satunya sarana untuk menunjang arah tercapainya tujuan organisasi.

Manusia golongan ini serakah akan uang, mau untung dengan mudah, mau aman & Manusia golongan ini kurang rasa tanggung jawab, kurang gairah kerja & mau mudahnya Sifat & watak manusia golongan ini perlu dicambuk, diawasi, didera, dipaksa, diancam,

tau dihukum, agar bisa maju & mau berusaha mencapai tujuan organisasi;

asalan, tidak ada kecintaan

Tipe manusia golongan “X” melahirkan kepemimpinan Otoriter (Authoritarian ), melaksanakan kepemimpinan otoriternya dengan dalih karena adanya bukti absensi yang meningkat, terlambat masuk kerja, mutu hasil kerja kurang baik & tidak menerus meningkat & banyak pembangkangan

Golongan ini pada umumnya gemar bekerja; bekerja dianggap sebagai latihan fisik sama golongan manusia “Y” adalah kreatif, mau bekerja & Keberhasilan dalam mencapai tujuan, merupakan kepuasan tersendiri & dianggap hadiah utama dalam menunaikan fungsi pekerjaannya, dan bekerja bukan mengejar uang semata Dalam kondisi tertentu golongan “Y” ini bukan saja menyetujui pertanggungan jawab, -tugas yang diserahkan satunya sarana untuk menunjang ke

(7)

 Manusia “Y” melakukan tugasnya dengan kemauan & kecintaan, oleh karena itu menjaga & mengawasi dirinya sendiri agar melaksanakan tugas sebaik

Tipe manusia “Y” menciptakan kepemimpinan demokratik yang memperh (Democratic Behavioral Management

pengembangan melalui pendidikan & latihan, pergaulan & berkomunikasi dengan baik, menanamkan ukuran-ukuran kehidupan yang tinggi & memberi motivasi.

juga merupakan perwujudan dari seorang karyawan yang memiliki etos kerja yang tinggi.

Ahmad Kusnan. 2004. “Analisis Sikap Iklim Organisasi, Etos Kerja dan Disiplin Kerja dalam Menentukan Efektivitas Kinerja Organisasi di Garnizun Tetap III Surabaya”,

Penelitian, http://www.damandiri

6:03:24 PM].

Jansen Sinamo. 2005. Delapan Etos Kerja Profesional: Navigator Anda Menuju Sukses Grafika Mardi Yuana.

Pandji Anoraga. 1992.Psikologi Kerja Soebagio Sastrodiningrat. 1998.

Jakarta: Ind-Hill-Co.

Manusia “Y” melakukan tugasnya dengan kemauan & kecintaan, oleh karena itu menjaga & mengawasi dirinya sendiri agar melaksanakan tugas sebaik-baiknya.

Tipe manusia “Y” menciptakan kepemimpinan demokratik yang memperh

Democratic Behavioral Management) & mendorong para pegawai bawahan ke arah pengembangan melalui pendidikan & latihan, pergaulan & berkomunikasi dengan baik,

ukuran kehidupan yang tinggi & memberi motivasi.

juga merupakan perwujudan dari seorang karyawan yang memiliki etos kerja yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Kusnan. 2004. “Analisis Sikap Iklim Organisasi, Etos Kerja dan Disiplin Kerja dalam Menentukan Efektivitas Kinerja Organisasi di Garnizun Tetap III Surabaya”,

http://www.damandiri.or.id/index.php[online: Monday, October 16, 2006, Delapan Etos Kerja Profesional: Navigator Anda Menuju Sukses

Grafika Mardi Yuana.

Psikologi Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soebagio Sastrodiningrat. 1998.Kapita Selekta Manajemen dan Kepemimpinan

Manusia “Y” melakukan tugasnya dengan kemauan & kecintaan, oleh karena itu menjaga baiknya.

Tipe manusia “Y” menciptakan kepemimpinan demokratik yang memperhatikan perilaku ) & mendorong para pegawai bawahan ke arah pengembangan melalui pendidikan & latihan, pergaulan & berkomunikasi dengan baik, ukuran kehidupan yang tinggi & memberi motivasi. Tipe manusia “Y” ini juga merupakan perwujudan dari seorang karyawan yang memiliki etos kerja yang tinggi.

Ahmad Kusnan. 2004. “Analisis Sikap Iklim Organisasi, Etos Kerja dan Disiplin Kerja dalam Menentukan Efektivitas Kinerja Organisasi di Garnizun Tetap III Surabaya”, Laporan [online: Monday, October 16, 2006, Delapan Etos Kerja Profesional: Navigator Anda Menuju Sukses. Bogor:

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Bahrudddin dkk (2011: 104) yang menyatakan bahwa Ilmu adalah bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari

Pembuktian hipotesa yang kedua yang menyatakan bahwa: apakah ada pengaruh Pemberian Suplementasi Vitamin D terhadap Handgrip pada pasien Geriatri dengan Diabetes

Dalam uji coba ini diharapkan dapat mencapai tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan downtime antara penggunaan sistem breakdown maintenance

Telah dilakukan penelitian Simulasi Atom Hidrogen berdasarkan teori klasik berbasis JAVA dengan menggunakan IDE Eclipse yang bertujuan mengetahui dan memvisualisasikan Model

3) Di Pulau Lombok diketahui bahwa Bappeda adalah pihak yang paling aktif dalam program pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Sedangkan di Sumba DKP memiliki peran yang paling

Hasil penelitian ini adalah keberhasilan implementasi kebijakan pengendalian DBD di DKK Semarang disebabkan oleh empat variabel, yaitu komunikasi yang baik dari

Jika kategori yang berbeda tentunya akan menghasilkan kriteria penilaian yang berbeda dimana nilai interval akan dibagi berdasarkan banyaknya kategori pada kriteria penilaian

Memberi respon kepada pelbagai aspek tentang karya atau persembahan muzik vokal seperti konsep muzik (irama, melodi, bentuk, ekspresi); fungsi muzik (