• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi siswa, guru, dan kepala sekolah mengenai penerapan pembelajaran IPA terpadu - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Persepsi siswa, guru, dan kepala sekolah mengenai penerapan pembelajaran IPA terpadu - USD Repository"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI SISWA, GURU DAN KEPALA SEKOLAH

MENGENAI PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Christina Wahyu Cahyani

NIM: 101134020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PERSEPSI SISWA, GURU DAN KEPALA SEKOLAH

MENGENAI PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Christina Wahyu Cahyani

NIM: 101134020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus, yang selalu memberikan berkat

luar biasa.

Bunda Maria, yang selalu mendampingi dan

mendoakanku.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma.

Alm. Eyang Suitbertus Pardi Dirjo Pranoto

(6)

v

MOTTO

Dream, believe, make it happen

(Agnes Monica)

Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya (Yoh 14:14)

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 Juni 2014

Penulis,

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Christina Wahyu Cahyani

NIM : 101134020

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

Persepsi Siswa, Guru dan Kepala Sekolah Mengenai Penerapan

Pembelajaran IPA Terpadu,beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 13 Juni 2014

Yang menyatakan

(9)

viii

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA, GURU DAN KEPALA SEKOLAH MENGENAI PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU

Christina Wahyu Cahyani Universitas Sanata Dharma

2014

SD Kanisius Kadirojo merupakan sekolah adiwiyata yang telah menerapkan model pembelajaran terpadu. Melalui penelitian ini, maka dapat terlihat evaluasi dari berbagai pihak mengenai penerapan pembelajaran terpadu di SD Kanisius Kadirojo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) persepsi siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo mengenai penerapan pembelajaran IPA terpadu, (2) persepsi guru kelas IV SD Kanisius Kadirojo mengenai penerapan pembelajaranIPA terpadu, (3) persepsi kepala SD Kanisius Kadirojo mengenai penerapan pembelajaranIPA terpadu.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Responden dari penelitian ini adalah siswa kelas IV, guru IPA dan kepala sekolah SD Kanisius Kadirojo. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri yang terdiri dari 20 item. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan mencari mean dari skor kuesioner yang diperoleh. Validasi instrumen diperiksa dengan pendekatan validasi isi dan validasi konstruk oleh ahli.

Hasil penelitian ini adalah (1) persepsi siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo mengenai penerapan pembelajaran IPA terpadu tergolong positif. Kesimpulan ini didukung dari hasil penghitungan mean siswa 3,41 > 3,406 yang

merupakan mean keseluruhan, (2) persepsi guru kelas IV SD Kanisius Kadirojo mengenai penerapan pembelajaranIPA terpadu tergolong positif. Kesimpulan ini didukung dari hasil penghitungan mean guru 3,4 = 3,4 yang merupakan mean

keseluruhan, (3) persepsi kepala SD Kanisius Kadirojo mengenai penerapan pembelajaranIPA terpadu tergolong negatif. Kesimpulan ini didukung dari hasil penghitungan mean kepala sekolah 3,3 < 3,406 yang merupakan mean

keseluruhan.

Kesimpulannya siswa dan guru memiliki persepsi yang positif terhadap penerapan pembelajaran IPA terpadu, sedangkan kepala sekolah memiliki persepsi yang negatif.

(10)

ix

ABSTRACT

THE PERCEPTIONS OF STUDENTS, TEACHER AND PRINCIPAL REGARDED THE APPLICATION OF INTEGRATED SCIENCE

LEARNING

Christina Wahyu Cahyani Sanata Dharma University

2014

The Kanisius Kadirojo Elementary school is caring school environment which has implemented integrated learning model. Through this research, it can be seen from various parties regarding the evaluation of the application of integrated learning in Kanisius Kadirojo Elementary school. This study is aimed to determine: (1) fourth grade students' perceptions Kanisius Kadirojo concerning the application of integrated science teaching, (2) fourth grade teacher perceptions Kanisius Kadirojo school concerning the application of integrated science teaching, (3) the perception of Kanisius Kadirojo Elementary school principal concerning the application of learning science integrated.

This research is a descriptive quantitative survey methods. Respondents of this study were fourth graders, a science teacher and Kanisius Kadirojo Elementary school principal. The instrument research was questionnaire that composed of 20 items. The questionnare was prepared by researcher. The questionnare was validated by expert judgement.

The results of this research were (1) the perception of fourth grade students Kanisius Kadirojo concerning the application of integrated science teaching relatively positive. This conclusion was supported by the results mean students tally of 3.41 > 3.406 which is the positive perception, (2) fourth grade teacher perception Kanisius Kadirojo concerning the application of integrated science teaching relatively positive. This conclusion was supported from the results of the calculation of the mean teacher 3.4 = 3.4 which is the positive perception, (3) the perception of Kanisius Kadirojo Elementary school principal concerning the application of integrated science teaching relatively negative. This conclusion was supported from the results of the calculation of the mean headmaster 3.3 < 3.406 which is the negative perception.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa

penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang telah mendukung dan mendampingi penulis. Oleh karena itu, secara

khusus penulis mengucapkan terima kasih secara tulus kepada :

1. Rohandi., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., B.S.T., M.A., selaku Ketua Program

Studi PGSD Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. Y.B. Adimassana, M.A. dan Wahyu Wido Sari, S.Si., M. Biotech

selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah dengan sabar membimbing,

memberikan banyak saran dan dukungan, serta meluangkan waktu untuk

mendampingi penulis selama penyusunan skripsi.

4. Para dosen, karyawan dan staf PGSD yang telah memberikan kontribusi

sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Seluruh pegawai perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah

memberi layanan kepada penulis dalam mendapat referensi.

6. Th. Supartinah, selaku Kepala SD Kanisius Kadirojo yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan bersedia menjadi

responden kepada penulis.

7. Parmo, selaku guru IPA kelas 4 SD Kanisius Kadirojo yang telah bersedia

meluangkan waktu dan kesediaannya sebagai responden dalam penelitian

(12)

xi

8. Seluruh peserta didik kelas 4 SD Kanisius Kadirojo yang telah bersedia

meluangkan waktu dan kesediaannya sebagai responden dalam penelitian.

9. Kedua orang tua, Ignatius Bowo Hariyanto dan Emiliana Yuniasih yang

dengan setia memberi kasih sayang, semangat, nasehat, doa dan

mengusahakan dana untuk penulis selama ini. Kakak penulis, Yulius

Wahyu Putranto dan adik penulis, Agustinus Wahyu Wijayanto yang

selalu memberikan dukungan.

10.Nenek dan seluruh keluarga besar yang selalu mendukung dan

memberikan doa bagi penulis. Pakdhe Ngadikin dan Budhe Tutik, kak

Nana, kak Astri, dan semuanya.

11.Teman-teman Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan

2010 kelas E (Danik, Tira, Vivi, Yenny, Risma, Tri, Dita, Yunita, Yuni,

Shinta, Astri, Desta, Winda, dan semua teman yang tidak bisa disebutkan

satu persatu), Kurni yang saling berbagi suka dan duka selama duduk di

bangku kuliah, kebersamaan dan motivasi dalam mengerjakan skripsi.

12.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan sumbang saran dari pembaca.

Walaupun demikian, semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi para

pembaca.

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

ABSTRAK ... viii

1. Teori Konstruktivisme ... 8

2. Pembelajaran ... 10

3. Pembelajaran Terpadu ... 14

4. Tinjauan Tentang Karakteriktik Anak kelas IV ... 20

5. Persepsi ... 21

(14)

xiii

C. Skema ... 27

D. Kerangka Berpikir ... 28

E. Hipotesis ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian... 29

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 29

D. Variabel Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Sumber Data Penelitian ... 32

G. Instrumen Penelitian ... 32

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 33

I. Teknik Analisis Data ... 34

J. Jadwal Penelitian... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 37

A. Hasil Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... 38

1. Persepsi Siswa Mengenai Penerapan Pembelajaran Terpadu ... 39

2. Persepsi Guru Mengenai Penerapan Pembelajaran Terpadu ... 45

3. Persepsi Kepala Sekolah Mengenai Penerapan Pembelajaran Terpadu ... 46 BAB V PENUTUP ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Keterbatasan Penelitian ... 75

C. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kisi-kisi Kuesioner untuk Siswa... 30

Tabel 2: Kisi-kisi Kuesioner untuk Guru ... 31

Tabel 3: Kisi-kisi Kuesioner untuk Kepala Sekolah ... 31

Tabel 4: Rata-rata Keseluruhan ... 38

Tabel 5: Persepsi Siswa Mengenai Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Pernyataan Positif ... 39

Tabel 6: Persepsi Siswa Mengenai Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Pernyataan Negatif... 40

Tabel 7: Persepsi Siswa Mengenai Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu ... ..43

Tabel 8: Persepsi Guru Mengenai Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Pernyataan Positif ... 45

Tabel 9: Persepsi Guru Mengenai Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Pernyataan Negatif... 45

Tabel 10: Persepsi Guru Mengenai Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu ... 45

Tabel 11: Persepsi Kepala Sekolah Mengenai Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Pernyataan Positif ... 46

Tabel 12: Persepsi Kepala Sekolah Mengenai Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Pernyataan Negatif ... 46

Tabel 13: Persepsi Kepala Sekolah Mengenai Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu ... 46

Tabel 14: Rata-rata Setiap Subjek ... 48

Tabel 15: Grand Mean Setiap Responden ... 49

Tabel 16: Aspek yang Perlu Ditingkatkan ... 50

(16)

xv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 : Tanggapan Siswa Terhadap Aspek Evaluasi ... 50

Diagram 2 : Tanggapan Siswa Terhadap Aspek Pembelajaran ... 54

Diagram 3 : Tanggapan Siswa Terhadap Aspek Penerimaan I ... 56

Diagram 4 : Tanggapan Siswa Terhadap Aspek Penerimaan II ... 57

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Foto ... 78

Lampiran Kuesioner ... 79

Lampiran Lembar Validasi ... 83

Lampiran Hasil Kuesioner ... 94

Lampiran Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 126

Lampiran Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 127

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana untuk mengembangkan pola pikir manusia.

Sekolah adalah salah satu lembaga yang berperan penting dalam proses

pendidikan tersebut. Hal itu tidak terlepas dengan adanya kerjasama antar warga

sekolah. Pada saat proses pembelajaran, guru dan siswa saling berinteraksi. Dalam

mengelola kelas, guru diharapkan memiliki berbagai kompetensi yang dapat

mendukung terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif.

Berdasarkan SK Mendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru tercantum bahwa setiap guru wajib

memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara

nasional (pasal 1 ayat 1). Guru diharapkan memiliki beberapa kompetensi untuk

menunjang profesinya. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah

kompetensi pedagogik. Dalam kompetensi ini, guru dituntut untuk mampu

merancang, melaksanakan serta melakukan evaluasi terhadap proses

pembelajaran.

Guru kelas berperan dalam mewujudkan kebijakan penyelenggaraan

pembelajaran di Sekolah Dasar. Guru memiliki kebebasan untuk mengelola kelas

dan mengemas pembelajaran sedemikian rupa sehingga anak merasa senang dan

memiliki motivasi untuk belajar. Dalam hal ini, model pembelajaran merupakan

(19)

menyenangkan. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model

pembelajaran terpadu. Dalam model tersebut, guru memiliki kebebasan untuk

mengaitkan materi yang relevan dari berbagai bidang sehingga anak memperoleh

keutuhan pengetahuan.

Pembelajaran terpadu merupakan salah satu model pembelajaran yang

dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran terpadu

lebih luas daripada pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik merupakan salah

satu bentuk dari model pembelajaran terpadu. Melalui model tersebut, diharapkan

siswa dapat mengembangkan kemampuannya baik secara kognitif, afektif,

maupun psikomotorik. Model ini sesuai dengan karakteristik anak SD yang masih

berpikir secara holistik. Anak dapat belajar banyak hal, meskipun mereka hanya

merasa bermain. Pembelajaran terpadu diperlukan dalam proses pembelajaran di

SD karena model ini memberikan pengalaman totalitas dalam pribadi anak.

Eksplorasi suatu topik mendukung pelaksanaan pembelajaran terpadu.

Dalam eksplorasi topik diangkat suatu tema tertentu. Kegiatan pembelajaran

berlangsung di seputar tema kemudian membahas konsep-konsep pokok yang

terkait dengan tema. Pengajaran terpadu memilih materi-materi yang dapat

dikaitkan sehingga materi-materi tersebut dapat mengungkapkan tema secara

bermakna.

Pada anak SD, kecerdasan mereka berkembang sangat pesat. Namun,

mereka masih bergantung pada benda-benda nyata di sekitarnya. Pandangan

tentang hubungan antar konsep masih sederhana. Sedangkan pembelajaran yang

terpisah-pisah membuat anak tidak melihat hubungan antar konsep. Hal ini

(20)

mengembangkan keterampilannya dalam berpikir. Berbagai permasalahan muncul

akibat pembelajaran yang terpisah-pisah.

PISA (Program for International Assessment of Student) tahun 2009 memberikan

hasil yang kurang memuaskan bagi Indonesia. Ada tiga aspek yang diteliti PISA,

yakni kemampuan membaca, matematika, dan sains. Indonesia menduduki 10

besar terbawah dari 65 negara. Kemampuan membaca mendapat nilai 57,

kemampuan matematika mendapat nilai 61 dan kemampuan sains mendapat nilai

60. Hal ini mencerminkan sistem pendidikan Indonesia yang sedang berjalan saat

ini. Maka perlu adanya pembaharuan pendidikan di Indonesia, salah satunya dari

model pembelajaran yang digunakan. Hasil tersebut dapat disebabkan oleh

pelaksanaan model pembelajaran terpadu yang kurang maksimal. Pemerintah

yang telah menerapkan kurikulum 2013 berupaya untuk memaksimalkan

pelaksanaan model pembelajaran terpadu.

Guru sebagai ujung tombak pendidikan memberikan dampak yang besar

bagi siswa. Realitas yang ada adalah guru belum memahami tugas pokok guru

kelas. Sebagian besar guru masih menggunakan model pembelajaran yang

konvensional. Namun seiring berjalannya waktu, ada perubahan paradigma

pembelajaran dari behaviorisme menjadi konstruktivisme. Hal ini memerlukan

kesadaran dari guru untuk mengubah model pembelajaran yang konvensional

menjadi model pembelajaran yang lebih inovatif.

Menurut pengamatan sementara pada bulan September 2013, peneliti

melihat bahwa SD Kanisius Kadirojo merupakan sekolah adiwiyata yang telah

menerapkan model pembelajaran terpadu. Peneliti mendengarkan seminar dengan

(21)

pembelajaran terpadu di sekolah tersebut. Selain itu, peneliti juga menyaksikan

wawancara yang dilakukan di sebuah televisi dengan narasumber kepala sekolah

SD Kanisius Kadirojo. Berdasarkan pengamatan tersebut maka SD Kanisius

Kadirojo termasuk dalam sekolah adiwiyata. Sekolah adiwiyata merupakan

sekolah yang peduli terhadap lingkungan sehat, bersih serta indah. Melalui

penelitian ini, maka dapat dilihat kualitas penerapan pembelajaran terpadu di SD

Kanisius Kadirojo. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa sarat akan nilai-nilai dan

pengetahuan. Secara konkrit, sekolah tersebut telah menyelenggarakan

penanaman pohon di lereng Merapi, peringatan hari sampah yang dimeriahkan

dengan lomba dan pameran, peringatan hari bumi, peringatan hari air, serta

berbagai kegiatan berbasis lingkungan. Pembelajaran juga tidak selalu dilakukan

di dalam kelas. Guru dapat mengajak anak untuk melakukan aktivitas di luar

kelas. Model pembelajaran yang seperti itu dapat mengembangkan kreatifitasnya

dalam merancang kegiatan pembelajaran.

Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berjudul Persepsi Siswa,

Guru, dan Kepala Sekolah Mengenai Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu

dengan alasan untuk mengevaluasi pelaksanaan model pembelajaran terpadu di

SD Kanisius Kadirojo. SD Kanisius Kadirojo merupakan salah satu sekolah yang

telah menerapkan model pembelajaran terpadu dengan baik. Hal ini dapat terlihat

dari berbagai kriteria yang telah terpenuhi. Beberapa kriteria penerapan

pembelajaran terpadu adalah adanya fase: pendahuluan, presensi materi,

membimbing pelatihan, menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik,

mengembangkan dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan

(22)

Peneliti memilih kelas IV dengan alasan tingkat tersebut merupakan tahap

awal dari kelas tinggi sehingga dapat terlihat jelas kualitas penerapan

pembelajaran IPA terpadu. Selain itu, dalam kurikulum 2013 pemerintah

melakukan uji coba pembelajaran terpadu pada kelas IV. Peneliti memilih

pelajaran IPA dengan alasan sekolah tersebut merupakan sekolah yang memiliki

kepedulian tinggi terhadap lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka

permasalahan yang akan diteliti dalam studi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo mengenai

penerapan pembelajaranIPA terpadu ?

2. Bagaimana persepsi guru kelas IV SD Kanisius Kadirojo mengenai

penerapan pembelajaranIPA terpadu ?

3. Bagaimana persepsi kepala SD Kanisius Kadirojo mengenai penerapan

pembelajaranIPA terpadu ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul dan rumusan masalah yang peneliti kemukakan, maka

penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui persepsi siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo

mengenai penerapan pembelajaranIPA terpadu.

2. Untuk mengetahui persepsi guru kelas IV SD Kanisius Kadirojo mengenai

(23)

3. Untuk mengetahui persepsi kepala SD Kanisius Kadirojo mengenai

penerapan pembelajaranIPA terpadu.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Penelitian ini menjadi alat evaluasi dalam menerapkan model

pembelajaran terpadu dan untuk merancang pembelajaran selanjutnya

2. Bagi Kepala Sekolah

Penelitian ini dapat menjadi alat evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran

IPA terpadu di sekolah ini. Selain itu juga sebagai alat evaluasi dalam

pelaksanaan kurikulum 2013.

3. Bagi IPTEK

Penelitian ini berguna bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai

referensi yang dapat digunakan untuk penelitian lain.

4. Bagi Pembaca

Penelitian ini memberikan pengetahuan khususnya tentang persepsi guru,

siswa, dan kepala sekolah mengenai pembelajaran terpadu.

5. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman

dalam menerapkan model pembelajaran terpadu. Peneliti juga dapat

mengetahui implementasi pembelajaran terpadu dari perencanaan,

(24)

E. Definisi Istilah

1. Persepsi

Persepsi adalah cara pandang terhadap sesuatu atau mengutarakan

pemahaman hasil olah daya pikir, artinya persepsi berkaitan dengan

faktor-faktor eksternal yang di respons melalui panca indra, daya ingat,

dan jiwa (Rosleny Marliani, 2010: 187-195).

2. Pembelajaran IPA terpadu adalah suatu kerangka model dalam proses

pembelajaran yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran,

meningkatkan minat dan motivasi, serta dapat mencapai beberapa

(25)

8

Pandangan belajar menurut teori konstruktivisme adalah guru tidak

hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada peserta didik, tapi

peserta didik harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri.

Ini berarti guru harus membantu dengan cara mengajar yang membuat

informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi peserta didik

untuk menerapkan sendiri ide-ide dan menggunakan sendiri strategi

mereka untuk belajar (Mohammad, 2004: 2).

Pembelajaran yang mendasarkan pada teori konstruktivisme ini

bersifat membangun. Peserta didik berusaha untuk mengaitkan

pengetahuan yang ada dalam dirinya dengan pengetahuan dari hasil

pembelajaran secara mandiri. Dalam hal ini, guru bertugas untuk menjadi

fasilitator yang merencanakan, mendampingi dan membimbing proses

pembelajaran.

Belajar akan menjadi lebih kaya jika anak dapat belajar dengan

orang lain. Maka interaksi sosial menjadi hal yang sangat penting dalam

proses pembelajaran. Dari aktivitas pembelajaran bersama dengan teman

lainnya maka anak dapat membangun pengetahuannya sendiri. Dalam

(26)

b. Ciri-ciri Konstruktivisme

Ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori

konstuktivisme, yaitu: a. menekankan pada proses belajar, bukan proses

mengajar; b. mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada

siswa; c. memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang

ingin dicapai; d. berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses,

bukan menekankan pada hasil; e. mendorong siswa untuk mampu

melakukan penyelidikan; f. menghargai peranan pengalaman kritis dalam

belajar; g. mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada

siswa; h. penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman

siswa; i. mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif;

j. banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses

pembelajaran, seperti: prediksi, inferensi, kreasi, dan analisis; k.

menekankan pentingnya “bagaimana siswa belajar”; l. mendorong siswa

untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan

guru; m. sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif; n. melibatkan

siswa dalam situasi dunia nyata; o. menekankan pentingnya konteks dalam

belajar; p. memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar; q.

memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan

dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata (Asrori,

2007: 6).

Secara keseluruhan, konstruktivisme dapat diterapkan secara

optimal jika siswa juga aktif dalam mengolah pengetahuan baru dari

(27)

jawab, diskusi, penugasan dan berbagai hal yang mendorong anak untuk

membangun informasi dari pengalamannya.

2. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar

dan sengaja. Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar

memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah

laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau

norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa. Tujuan

pembelajaran menggambarkan kemampuan atau tingkat penguasaan yang

diharapkan dicapai oleh siswa setelah mereka mengikuti suatu proses

pembelajaran (Sugandi, 2000: 25).

Pembelajaran ialah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, dalam

Rizema, 2013: 17). Pembelajaran tidak semata-mata menyampaikan materi

sesuai dengan target kurikulum, tanpa memperhatikan kondisi siswa.

Pembelajaran adalah interaksi dua arah antara guru dan siswa, serta teori

dan praktik (Rizema, 2013: 17).

Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas

mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan

seorang guru dalam menjalin komunikasi dengan siswa sebagai

(28)

mental yang diatur oleh otak. Belajar adalah proses mental yang aktif

untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan.

b. Prinsip-prinsip Pembelajaran

Prinsip-prinsip pembelajaran adalah pertama, kesiapan belajar.

Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal

suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik dan psikologis ini biasanya sudah

terjadi pada diri siswa sebelum ia masuk kelas. Oleh karena itu, guru tidak

dapat terlalu banyak berbuat. Namun, guru diharapkan dapat mengurangi

akibat dari kondisi tersebut dengan berbagai upaya pada saat

membelajarkan siswa (Sugandi, 2000: 27).

Kedua, perhatian. Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju

pada suatu obyek. Belajar sebagai suatu aktifitas yang kompleks

membutuhkan perhatian dari siswa yang belajar. Oleh karena itu, guru

perlu mengetahui barbagai kiat untuk menarik perhatian siswa pada saat

proses pembelajaran sedang berlangsung.

Ketiga, motivasi. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri

seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu

untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif,

saat orang melakukan aktifitas. Motivasi dapat menjadi aktif dan tidak

aktif. Jika tidak aktif, maka siswa tidak bersemangat belajar. Dalam hal

seperti ini, guru harus dapat memotivasi siswa agar siswa dapat mencapai

(29)

Keempat, keaktifan siswa. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa

sehingga siswa harus aktif. Dengan bantuan guru, siswa harus mampu

mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.

Kelima, mengalami sendiri. Prinsip pengalaman ini sangat penting

dalam belajar dan erat kaitannya dengan prinsip keaktifan. Siswa yang

belajar dengan melakukan sendiri, akan memberikan hasil belajar yang

lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.

Keenam, pengulangan. Untuk mempelajari materi sampai pada

taraf memahami, siswa perlu membaca, berpikir, mengingat, dan latihan.

Dengan latihan berarti siswa mengulang-ulang materi yang dipelajari

sehingga materi tersebut mudah diingat. Guru dapat mendorong siswa

melakukan pengulangan, misalnya dengan memberikan pekerjaan rumah,

membuat laporan dan mengadakan ulangan harian.

Ketujuh, materi pelajaran yang menantang. Keberhasilan belajar

sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu. Dengan sikap seperti ini motivasi

anak akan meningkat. Rasa ingin tahu timbul saat guru memberikan

pelajaran yang bersifat menantang atau problematis. Dengan pemberian

materi yang problematis, akan membuat anak aktif belajar.

Kedelapan, balikan dan penguatan. Balikan atau feedback adalah

masukan penting bagi siswa maupun bagi guru. Dengan balikan, siswa

dapat mengetahui sejauh mana kemmpuannya dalam suatu hal, dimana

letak kekuatan dan kelemahannya. Balikan juga berharga bagi guru untuk

menentukan perlakuan selanjutnya dalam pembelajaran. Penguatan atau

(30)

siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. Dengan

penguatan diharapkan siswa mengulangi perbuatan baiknya tersebut.

Prinsip pembelajaran yang terakhir adalah perbedaan individual.

Masing-masing siswa mempunyai karakteristik baik dari segi fisik maupun

psikis. Dengan adanya perbedaan ini, tentu minat serta kemampuan belajar

mereka tidak sama. Guru harus memperhatikan siswa-siswa tertentu secara

individual dan memikirkan model pengajaran yang berbeda bagi anak

didik yang berbakat dengan yang kurang berbakat.

c. Manfaat Pembelajaran Secara Umum

Ada 4 (empat) manfaat pembelajaran, yaitu: memudahkan dalam

mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa,

sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih

mandiri, memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar, membantu

memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran,

serta memudahkan guru mengadakan penilaian (Sukmadinata, 2002).

Ada 2 manfaat dari praktik pembelajaran. Pertama, pembelajaran

sebagai perubahan perilaku. Salah satu contoh perubahannya adalah ketika

seorang pembelajar yang awalnya tidak begitu perhatian dalam kelas

ternyata berubah menjadi sangat perhatian. Kedua, pembelajaran sebagai

perubahan kapasitas. Salah satu perubahannya adalah ketika seorang

pembelajar yang awalnya takut pada pelajaran tertentu ternyata berubah

menjadi seseorang yang sangat percaya diri dalam menyelesaikan

(31)

3. Pembelajaran Terpadu

a. Pengertian Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu adalah pendekatan holistik (a holistic

approach) yang mengkombinasikan aspek epistemologi, sosial, psikologi

dan pendekatan pedagogi. Dengan kata lain, pembelajaran terpadu dapat

menghubungkan antara otak dan otot, antara individu dan individu, antara

individu dan komunitas, dan antara domain-domain pengetahuan.

Pembelajaran terpadu berasal dari kata integrated teaching and learning

atau integrated curriculum approach sebagai usaha mengintegrasikan

perkembangan dan pertumbuhan siswa dengan kemampuannya

(Syaefudin, 2006: 4). Dalam pembelajaran terpadu, konsep tertentu

dikaitkan dengan konsep lain baik dalam satu bidang studi atau lebih

dengan beragam pengalaman belajar anak. Guru dapat melakukannya

secara spontan maupun melalui proses perencanaan.

Menurut Collins (dalam Trianto, 2010 : 56), integrated learning

occurs when an authentic event or exploration of a topics the driving force

in the curriculum. By participating in the event/topic exploration, student

learn both the processes and the content relating, to more then curriculum

area at the same time. Maksudnya adalah pembelajaran terpadu akan

terjadi apabila eksplorasi topik menjadi pengendali dalam kegiatan

pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam eksplorasi topik tersebut siswa

akan mempelajari materi ajar dan proses belajar beberapa mata pelajaran

secara serempak. Siswa dapat lebih memahami materi secara menyeluruh

(32)

Pembelajaran terpadu dapat terjadi ketika siswa mengikuti kegiatan

pembelajaran serta aktif dalam proses tersebut. Siswa dapat mempelajari

proses aktivitas dan juga materi yang relevan dengan pembelajaran saat

itu. Maka, materi yang dipelajari siswa lebih luas dan utuh.

Apabila dikaitkan dengan tingkat perkembangan anak,

pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang

memperhatikan dan menyesuaikan pemberian konsep sesuai dengan

tingkat perkembangan anak. Pendekatan ini menolak drill-system sebagai

dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. (Depdiknas,

1996 dalam Trianto, 2010: 56).

Pembelajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai

kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran

dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi

pelajaran disajikan tiap pertemuan (Sukandi, 2001: 3).

b. Karakteristik Model Pembelajaran Terpadu

Beberapa karakteristik pembelajaran terpadu, pertama holistik,

yaitu suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran

terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu

fenomena dari segala sisi. Kedua, bermakna. Keterkaitan antara

konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep-konsep yang dipelajari dan

diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk

(33)

aktif. Pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan penemuan

maupun penemuan terbimbing. Peserta didik terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak

untuk belajar (Karlidan Margaretha, 2002: 15).

Karakteristik pembelajaran terpadu meliputi: pertama, berpusat

pada anak. Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran

yang memberikan keleluasaan pada siswa seperti aktif mencari, menggali,

dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang

harus dikuasai dan dibutuhkan sesuai perkembangannya. Dalam

pembelajaran terpadu peran guru lebih banyak sebagai fasilitator dan siswa

sebagai aktor (Tim Pengembang PGSD, 2001: 8).

Kedua, otentik. Pembelajaran terpadu diprogramkan untuk

melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari

sehinggan dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada

sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih

abstrak.Pemisahan antarbidang studi tidak begitu jelas.

Ketiga, pemisahan antar bidang studi tidak begitu jelas.

Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan suatu

peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus. Pemisahan antara bidang

studi tidak ditonjolkan sehingga memungkinkan siswa untuk memahami

suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi. Fokus pembelajaran

diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan

(34)

Keempat, menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam

suatu proses pembelajaran. Pembelajaran terpadu mengkaji suatu

fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan

antarskema yang dimiliki oleh siswa, keterkaitan antara konsep-konsep

lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari secara utuh

dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk

memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.

Kelima, bersikap luwes. Pembelajaran terpadu bersifat luwes,

sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata

pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan

lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. Keenam, hasil pembelajaran

dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Siswa diberi

kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai

dengan minat dan kebutuhannya.

c. Tahap-tahap Penerapan Model Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu menuntut guru untuk bekerja secara

professional mulai tahap perencanaan, pelaksanaan hingga tahap penilaian.

Agar pembelajaran terpadu dapat mencapai tujuan yang diharapkan guru

harus menempuh prosedur-prosedur sebagai berikut: Pertama, memilih

tema. Memilih tema terpadu dapat bersumber dari: minat anak, peristiwa

khusus, kejadian yang tidak diduga, materi yang dimandatkan oleh

lembaga, orang tua dan guru. Kriteria pemilihan tema adalah: relevansi

(35)

dalam area kurikulum, ketersediaan alat-alat, potensi proyek (Trianto

2010: 58).

Kedua, penjabaran tema. Tema yang sudah dipilih harus dijabarkan

ke dalam sub tema dan konsep-konsep yang di dalamnya terkandung

istilah, fakta dan prinsip, kemudian jabarkan kedalam, bidang-bidang

pengembangan dan kegiatan belajar yang lebih operasional. Ketiga,

perencanaan. Perencanaan harus dibuat secara tertulis sehingga

memudahkan guru untuk mengetahui langkah-langkah apa yang harus

ditempuh. Tentukan tujuan pembelajaran, kegiatan belajar, waktu,

pengorganisasian anak, sumber rujukan, alat-alat permainan yang

diperlukan, dan penilaian yang akan dilakukan.

Keempat, pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan lakukan dan

kembangkanlah kegiatan belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Lakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran dan kegiatan-kegiatan

yang ditunjukkan anak. Kelima, penilaian. Penilaian dilakukan pada

pelaksanaan dan akhir kegiatan pembelajaran dengan tujuan untuk

mengamati proses dan kemajuan yang dicapai anak melalui kegiatan

pembelajaran terpadu.

d. Model-model Pembelajaran Terpadu yang Disarankan di SD

Ada 3 model yang dipandang layak untuk dikembangkan dan

mudah dilaksanakan pada pendidikan dasar (Prabowo dalam Trianto,

(36)

1. Model Connected (keterhubungan) adalah model yang

mengintegrasikan satu konsep, keterampilan, atau kemampuan

yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan yang

dikaitkan dengan konsep, keterampilan, atau kemampuan pada

pokok bahasan lain, dalam satu bidang studi.

2. Model Webbed (jaring laba-laba) adalah pembelajaran terpadu

yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini

pengembangannya dimulai dengan menentukan tema. Tema

bisa ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi

dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema

disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan

memerhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari

sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus

dilakukan siswa.

3. Model Integrated merupakan pembelajaran terpadu yang

menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini

diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan

cara menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling

tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi

Model pembelajaran yang dilaksanakan di SD Kanisius Kadirojo

hanya 2, yakni model keterhubungan dan model tematik yang

(37)

4. Tinjauan Tentang Karakteristik Anak Kelas IV SD

Anak kelas IV berada pada tahap operasional kongkrit usia 7-11

atau 12 tahun (Piaget dalam Trianto, 2010 : 71). Pada periode ini anak dapat

menggunakan operasi-operasi kongkretnya untuk membentuk operasi yang

lebih kompleks. Kemajuan utama pada anak periode ini ialah bahwa ia tidak

perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa

konkret.

Pada tahap operasional kongkrit, ada beberapa hal

kemampuan-kemampuan utama, yakni perbaikan dalam kemampuan-kemampuan untuk berpikir secara

logis, serta pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.

Siswa mulai untuk memandang “dunia” secara objektif dan berorientasi secara

konseptual. Berpikir secara operasional kongkrit dapat dipandang sebagai tipe

awal berpikir ilmiah. Dengan memberikan kesempatan melalui benda-benda

konkret, siswa memulai untuk mengorganisasi penyelidikan dalam bentuk

kelas-kelas dan variabel, mengukur variabel secara bermakna, dapat

memahami dan mencatat data pada tabel, membentuk dan memahami

hubungan sederhana, dan memprediksi serta menggeneralisasi suatu gejala

dari pengalaman yang sering mereka jumpai (Depdiknas, 2002 : 11).

Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi

lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Selain itu, ia

juga berkeyakinan bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya

berargumentasi, berdiskusi, membantu memperjelas pemikiran, yang pada

akhirnya membuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Mohammad dalam

(38)

5. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Pengertian persepsi yang dirumuskan para tokoh

bermacam-macam. Beberapa pendapat tentang pengertian persepsi diuraikan sebagai

berikut :

1. Persepsi adalah tanggapan atau temuan gambaran langsung dari

suatu atau temuan gambaran langsung dari suatu serapan

seseorang dalam mengetahui beberapa hal melalui panca indera

(Depdiknas, 2001: 259).

2. Persepsi adalah proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat indra, yaitu indra penglihatan, indra pendengaran,

indra pembauan, indra pengecapan dan indra perabaan

(Walgito, 2010: 99).

3. Persepsi adalah proses yang mengorganisir dan

menggabungkan data-data indera (pengindraan) untuk

dikembangkan sedemikian rupa sehingga individu dapat

menyadari apa yang ada di sekelilingnya, termasuk sadar akan

keadaan dirinya sendiri (Davidoff, 1988: 232).

Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

persepsi adalah kesan gambaran atau tanggapan, pendapat dan penilaian

yang dimiliki seseorang setelah orang tersebut menyerap untuk

mengetahui beberapa hal (obyek), baik itu orang, benda, peristiwa, tingkah

laku atau hal lain yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari melalui panca

(39)

Indikator-indikator persepsi ada 2 macam (Robbin, 2003:

124-130), yaitu:

1. Penerimaan

Proses penerimaan merupakan indikator terjadinya persepsi dalam

tahap fisiologis, yaitu berfungsinya indera untuk menangkap rangsang

dari luar.

2. Evaluasi

Rangsang-rangsang dari luar yang telah ditangkap indera, kemudian

dievaluasi oleh individu. Evaluasi ini sangat subjektif. Individu yang

satu menilai suatu rangsang sebagai sesuatu yang sulit dan

membosankan. Tetapi individu yang lain menilai rangsang yang sama

tersebut sebagai sesuatu yang bagus dan menyenangkan.

b. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi melalui tahap-tahap sebagai berikut

(Hamka, 2002: 81) :

1. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses

kealaman atau proses fisik, yaitu proses ditangkapnya suatu stimulus

(objek) oleh panca indera.

2. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis,

yaitu proses diteruskannya stimulus atau objek yang telah diterima alat

(40)

3. Tahap ketiga, merupakan proses yang dikenal dengan nama proses

psikologis, yaitu proses dalam otak, sehingga individu mengerti,

menyadari, menafsirkan dan menilai objek tersebut.

4. Tahap keempat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi

yaitu berupa tanggapan, gambaran atau kesan.

c. Sifat Persepsi

Telah dijelaskan bahwa terjadinya persepsi ditangkap melalui

panca indera. Padahal panca indera individu yang satu dengan yang lain,

berbeda keadaannya misalnya ketajaman dan normalitasnya. Selain itu,

pengalaman-pengalaman tiap individu berbeda-beda, maka akn

menyebabkan persepsi itu bersifat subjektif, berbeda-beda persepsi tiap

individu, meskipun benda atau peristiwa yang dipersepsi sama.

Ada beberapa sifat yang menyertai proses persepsi (New Comb

dalam Arindita, 2003: 64), yaitu:

1. Konstanti (menetap), bahwa individu mempersepsikan kubus kayu itu

sebagai kubus, meskipun warnanya berubah-ubah, atau besar kecilnya

berbeda-beda. Demikian pula meskipun bahannya dari selain kayu.

Seperti itu pula individu akan mempersepsikan seseorang sebagai

orang itu sendiri (tetap), meskipun gerak-gerik, sifat dan tingkah

lakunya berubah.

2. Selektif, bahwa tidak semua objek yang diterima dalam waktu yang

sama akan dipersepsi, namun individu akan memilih tergantung

(41)

menyenangkan, berguna, kesesuaiannya dengan tingkat kemampuan

individu dan sebagainya.

3. Bahwa objek-objek persepsi yang berupa informasi-informasi yang

sama, dapat diorganisir, ditafsirkan dan dinilai secara berbeda oleh

orang yang berbeda, maupun orang yang sama.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Priscilla Van Rossum (2013) berjudul Persepsi Siswa Tentang

Kemampuan Manajemen Waktu Belajar. Hasil dari penelitian tersebut

adalah persepsi siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013 terhadap kemampuan manajemen waktu

belajar menunjukkan sebagian siswa memiliki persepsi yang positif

(48,68%) tentang kemampuan manajemen waktu belajar dan sebagian

lagi negatif (51,31%)

2. Margaretha Hesti Hamdayani (2012) berjudul Persepsi Siswa Tentang

Pelaksanaan Layanan Konseling Individual Kelas VII dan Kelas VIII di

SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta. Kesimpulan dari penelitian

tersebut adalah pertama, sebagian besar siswa kelas VII dan VIII SMP

Taman Dewasa Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 memiliki

persepsi yang cukup tentang pelaksanaan layanan konseling individual.

Kedua, sebagian besar item siswa kelas VII dan kelas VIII tentang

pelaksanaan layanan konseling individual terindikasi kategori sedang.

3. Huminata Eka Widya Sulistyowati (2013) berjudul Persepsi Siswa

(42)

dalam Melaksanakan Tugas Perkembangan dan Implikasinya Terhadap

Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa 32 siswa (14%) berpendapat bahwa sangat berhasil dalam

melaksanakan tugas perkembangannya, 129 siswa (56%) berpendapat

bahwa berhasil dalam melaksanakan tugas perkembangannya, 63 siswa

(28%) berpendapat bahwa cukup berhasil dalam melaksanakan tugas

perkembangannya, 6 siswa (3%) berpendapat bahwa kurang berhasil

dalam melaksanakan tugas perkembangannya, dan 1 siswa (0,4%)

berpendapat bahwa tidak berhasil dalam melaksanakan tugas

perkembangannya.

4. Budi Tri Utami (2012) tentang Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan

Proses Pembelajaran di SMP Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, tidak ada perbedaan

persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP RSBI

ditinjau dari jenis kelamin. Kedua, tidak ada perbedaan persepsi siswa

terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP RSBI ditinjau dari

pekerjaan orang tua. Ketiga, tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap

pelaksanaan proses pembelajaran di SMP RSBI ditinjau dari tingkat

pendidikan orang tua.

5. Disertasi Vicki Carpenter Kirk (2003) tentang Investigation of the

Impact of Integrated Learning System Use on Mathematics Achievement

of Elementary Students. East Tennessee State University menghasilkan

kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran terpadu dapat

(43)

dampak. Dampak negatifnya ketika model tersebut diterapkan secara

tidak maksimal atau penggunaan keseluruhannya rendah. Tidak adanya

dampak, dapat ditemukan dalam beberapa hal. Hal ini dapat dilihat

bahwa tidak adanya dampak yang berbeda terhadap perbedaan jenis

kelamin maupun perbedaan kemampuan kelas. Dampak positif model

pembelajaran terpadu, pada penggunaan konsep dan keterampilan

matematika.

Secara keseluruhan, ada dua hal yang dapat diambil dari penelitian

yang relevan, yakni adanya persepsi dan proses pembelajaran terpadu.

Peneliti berusaha mengaitkan kedua hal tersebut dengan melihat persepsi

dari siswa, guru dan kepala sekolah.

Penelitian ini berjudul Persepsi Siswa, Guru dan Kepala Sekolah

Mengenai Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu. Penelitian lainnya

menggunakan subjek pada tingkatan sekolah menengah, sedangkan

penelitian ini menggunakan subjek pada tingkatan sekolah dasar. Selain

itu, subjek yang digunakan tidak hanya siswa, namun juga guru dan

(44)

C. Skema Integrated Learning System Use on Mathematics Achievement of Elementary Students.

1. Margaretha Hesti Hamdayani (2012) berjudul Persepsi Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Individual Kelas VII dan Kelas VIII di SMP Taman Persepsi Siswa Kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta

Budi Tri Utami (2012) tentang Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Proses

(45)

D. Kerangka Berpikir

Pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Dalam pendidikan,

terdapat unsur pembelajaran yang membangun. Untuk mencapai pembelajaran

yang baik maka diperlukan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan

menggunakan model pembelajaran. Namun terkadang model pembelajaran

tersebut kurang sesuai dengan perkembangan anak.

Salah satu model pembelajaran yang mendasarkan pada proses

perkembangan anak adalah model pembelajaran terpadu. Berkaitan dengan

pembelajaran terpadu maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai

pembelajaran IPA terpadu di kelas IV SD.

SD Kanisius Kadirojo merupakan sekolah yang telah menerapkan

pembelajaran terpadu. Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi terhadap

pelaksanaan model pembelajaran terpadu. Evaluasi tersebut dapat dilihat dari

persepsi siswa, guru dan kepala sekolah. Dengan demikian, peneliti ingin

melakukan penelitian tentang persepsi penerapan pembelajaran IPA terpadu.

E. Hipotesis

Hipotesis ini merupakan jawaban sementara peneliti dan tidak diuji sebelumnya.

1. Persepsi siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo mengenai penerapan

pembelajaranIPA terpadu adalah positif.

2. Persepsi guru kelas IV SD Kanisius Kadirojo mengenai penerapan

pembelajaranIPA terpadu adalah positif.

3. Persepsi kepala SD Kanisius Kadirojo mengenai penerapan pembelajaranIPA

(46)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dengan

metode survei. Survei adalah suatu kegiatan penelitian yang meneliti status

kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu

kelas peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti (Nazir, 2009: 63).

Penelitian survei mempunyai tujuan untuk memperoleh gambaran

tentang karakteristik dari satu fenomena tertentu dari keadaan sekarang dan atas

dasar itu dapat ditarik kesimpulan tentang fenomena tersebut.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 2 - 16 November

2013. Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Kadirojo yang beralamatkan di

Kadirojo, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas 4, guru IPA kelas 4 dan juga

kepala sekolah. Kepala Sekolah, sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap

sekolah yang dijadikan objek penelitian. Guru, sebagai orang yang menerapkan

(47)

pembelajaran terpadu. Adapun objek penelitian ini adalah persepsi mengenai

penerapan pembelajaran IPA terpadu kelas IV.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah suatu sifat aspek dari orang maupun objek

yang menjadi variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari serta

ditarik kesimpulan (Sugiono, 2010: 60). Variabel dalam penelitian ini bersifat

tunggal yaitu persepsi siswa, guru dan kepala sekolah mengenai penerapan

pembelajaran IPA terpadu. Dasar yang digunakan untuk mengetahui persepsi

tersebut adalah sesuai dengan dimensi penerapan pembelajaran IPA terpadu. Sub

variabel tersebut kemudian dijabarkan menjadi indikator-indikator yang nantinya

digunakan sebagai pertanyaan dalam kuesioner. Untuk mengembangkan

instrumen perlu dibuat kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel 1 Kisi-kisi Kuesioner untuk Siswa

(48)

Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner untuk Guru

Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner untuk Kepala Sekolah

No Aspek Positif Negatif

Berdasarkan jenis penelitian kuantitatif survei, maka peneliti

menggunakan metode pengumpulan data kuesioner. Kuesioner merupakan

sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.

Berdasarkan bentuknya, maka ada 4 bentuk kuesioner, yakni kuesioner pilihan

ganda, kuesioner isian, check list, dan rating-scale (skala bertingkat). Penelitian

ini menggunakan kuesioner berbentuk rating-scale (skala bertingkat). Kuesioner

berbentuk rating-scale (skala bertingkat) adalah sebuah pernyataan diikuti oleh

(49)

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah siswa kelas IV, guru IPA,

dan kepala sekolah.

F. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh (Arikunto, 2010: 172). Penelitian ini menggunakan kuesioner dalam

pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang

merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti. Responden dari

penelitian ini adalah siswa kelas IV, guru IPA, dan kepala SD Kanisius Kadirojo.

Sehubungan dengan wilayah sumber data yang dijadikan subjek penelitian, maka

dikenal 3 jenis penelitian, yakni penelitian populasi, penelitian sampel, dan

penelitian kasus (Arikunto, 2010: 173).

Penelitian ini termasuk penelitian kasus. Penelitian kasus adalah suatu

penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu

organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka

penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit.

Kesimpulan yang diambil ini hanya berlaku di tempat penelitian. Sehingga

kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku di SD Kanisius Kadirojo.

G. Instrumen Penelitian

Instumen dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang

digunakan adalah kuesioner yang berbentuk skala bertingkat dari 1-4 dengan

ketentuan sangat setuju, setuju, sangat tidak setuju, dan tidak setuju.

Kuesioner berbentuk skala bertingkat adalah sebuah pernyataan diikuti

(50)

H. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan tersebut

dapat mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2010: 211).

a. Uji Validitas Isi (Content Validity)

Validitas isi yaitu derajat dimana sebuah tes evaluasi mengukur

cakupan substansi yang ingin diukur. Pengujian validitas isi dapat

dilakukan dengan membandingkan antara indikator-indikator dengan

item-item pernyataan dalam kuesioner.

b. Uji Validitas Konstruk (Construct Validity)

Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes

mengukur sebuah konstruk sementara atau hypotetical construct.

Untuk menguji validitas konstruk, dapat digunakan pendapat dari ahli

(judgment experts). Dalam penelitian ini, setelah instrumen

dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan

berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan

ahli. Ahli diminta pendapatnya tentang istrumen yang telah disusun.

Ahli dalam pengujian instrumen ini adalah Drs. Adimassana, M.A.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan

(51)

Reliabilitas menunjukpada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya

dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2010: 221).

Dalam penelitian ini tidak ada uji reliabilitas dikarenakan validitas

yang dilakukan adalah validitas pada expert judgement.

I. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah analisis data (Arikunto, 2002: 209) ialah :

a. Persiapan. Langkah persiapan dilakukan untuk mengecek identitas

responden, pengecekan kelengkapan pengisian dan pengecekan lain

yang bertujuan supaya data yang dikumpulkan dapat maksimal.

b. Tabulasi. Dalam tabulasi ini adalah kegiatan mengelompokkan data ke

dalam tabel frekuensi untuk mempermudah dalam menganalisa.

Kegiatan tabulasi cording dan scoring. Cording adalah memberi kode

pada setiap data. Scoring adalah pemberian skor pada jawaban

responden untuk memperoleh data kuantitatif dalam penelitian ini

untuk penentuan skor, penelitian menggunakan skala Likert. Ada 4

alternatif jawaban yang diberi tanda () yaitu sangat setuju, setuju,

sangat tidak setuju, tidak setuju. Bobot yang diberikan untuk alternatif

(52)

2. Pernyataan negatif

Sangat Setuju (SS) : 1

Setuju (S) : 2

Tidak Setuju (TS) : 3

Sangat Tidak Setuju (STS) : 4

c. Penerapan data disesuaikan dengan pendekatan penelitian

Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

mencari mean dari skor kuesioner yang diperoleh. Mean digunakan

untuk mengetahui atau menghitung nilai rata-rata. Pengitungan mean

tersebut ditentukan dengan cara mengombinasikan bobot nilai tiap

jawaban responden tersebut. Berdasarkan nilai maksimum dan nilai

minimum, dapat diketahui persepsi responden. Ada 4 kategori persepsi

responden yakni sangat negatif, negatif, positif, dan sangat positif.

Rumus mean (Arikunto, 2005: 284) adalah sebagai berikut:

∑X

Total Rata-rata hitung 2. Grand Mean (X) =

Jumlah pertanyaan

Langkah selanjutnya data dijabarkan dalam bentuk kalimat

(53)

Gambar 1 Diagram tahap analisis data

23 September Revisi Bab I

27 September Revisi Bab II

3 Oktober Revisi Bab III

7 Oktober Revisi dan Validasi Instrumen

25-31 Oktober Pengurusan Ijin Penelitian

2 Penelitian November Penyebaran kuesioner

3

Penulisan Hasil

Penelitian

Januari-April Penulisan Bab IV

Mei-Juni Penulisan Bab V Persiapan

Tabulasi

Penerapan data disesuaikan dengan

(54)

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Kanisius Kadirojo yang beralamat di Kadirojo,

Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada

tanggal 2-16 November 2013 tahun ajaran 2013/2014. Subjek penelitian ini adalah

kepala sekolah, guru, dan siswa. Objek dari penelitian ini adalah persepsi

mengenai penerapan pembelajaran IPA terpadu kelas 4 SD.

Berdasarkan hasil kuesioner yang dikembalikan maka selanjutnya akan

diolah dengan cara memberi nomor 1 sampai 29 sesuai jumlah responden.

Kemudian peneliti memberi skor jawaban responden pada masing-masing butir

pernyataan. Lalu kuesioner diolah dengan cara memasukkan jawaban responden

ke dalam tabulasi data yang telah disiapkan. Ada 4 alternatif jawaban yang diberi

tanda () yaitu sangat setuju, setuju, sangat tidak setuju, tidak setuju. Apabila

pernyataan positif, jawaban responden Sangat Setuju (SS) skor 4, Setuju (S) skor

3, Tidak Setuju (TS) skor 2, Sangat Tidak Setuju (STS) skor 1. Sebaliknya jika

pernyataan negatif, jawaban responden Sangat Setuju (SS) skor 1, Setuju (S) skor

2, Tidak Setuju (TS) skor 3, Sangat Tidak Setuju (STS) skor 4.

Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan mencari

mean dari skor kuesioner yang diperoleh. Mean digunakan untuk mengetahui atau

menghitung nilai rata-rata. Pengitungan mean tersebut ditentukan dengan cara

(55)

maksimum dan nilai minimum, dapat diketahui persepsi responden. Menurut

Arikunto (2005:284) rumus mean adalah sebagai berikut:

∑X

Total Rata-rata hitung Grand Mean (X) =

Jumlah pertanyaan

Dari ketiga subjek penelitian maka peneliti membuat rata-rata keseluruhan.

Tabel 4 Rata-Rata Keseluruhan

Peneliti membagi persepsi responden menjadi 4 kategori, yakni persepsi

sangat negatif, negatif, positif, dan sangat positif. Hal itu dapat terlihat pada

(56)

Garis bilangan kategori persepsi responden ini terbagi menjadi 4 bagian.

Nilai tengahnya adalah rata-rata keseluruhan. Lalu masing-masing bagian

dibagi lagi menjadi 2 bagian sama besar. Persepsi sangat negatif jika grand

mean 0 sampai 1,7. Persepsi negatif jika grand mean 1,78 sampai 3,4. Persepsi

positif jika grand mean 3,45 sampai 3,7. Persepsi sangat positif jika grand

mean 3,78 sampai 4. Pemilihan kategori persepsi ini berdasarkan grand mean.

Garis bilangan persepsi responden ditunjukkan seperti gambar berikut.

0 1,7 3,4 3,7 4

Sangat negatif Negatif Positif Sangat Positif

Gambar 2 Garis bilangan persepsi responden

1. Persepsi Siswa Mengenai Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu

Tabel 5Persepsi Siswa Mengenai Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu

Pernyataan Positif

No No Item Pernyataan

(57)

No No Item Pernyataan

Tabel 6 Persepsi Siswa Mengenai Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu

Pernyataan Negatif

No No Item Pernyataan

(58)

No No Item Pernyataan

Berdasarkan tabel 5 tersebut, terbatas pada pernyataan positif. Item yang

mendapat nilai terendah adalah no 19 dengan nilai 89. Item tersebut berkaitan

(59)

Terpadu. Sedangkan item yang mendapat nilai tertinggi adalah no 4 dengan nilai

108. Item tersebut berkaitan dengan keaktifan siswa.

Berdasarkan tabel 6 tersebut, terbatas pada pernyataan negatif. Item yang

mendapat nilai terendah adalah no 3 dan 17 dengan nilai 88. Item no 3 berkaitan

dengan evaluasi yakni tingkat kesulitan siswa dalam pelajaran IPA Terpadu. Item

no 17 berkaitan dengan pembelajaran mengenai kehadiran siswa ketika

pembelajaran IPA Terpadu. Sedangkan item yang mendapat nilai tertinggi adalah

no 6 dengan nilai 108. Item tersebut berkaitan dengan penerimaan.

Kedua tabel tersebut menunjukkan persepsi siswa mengenai penerapan

pembelajaran IPA Terpadu. Secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa item yang

mendapat nilai terendah adalah no 3 dan no 17 dengan nilai 88. Pada no 3, ada 4

siswa menjawab sangat tidak setuju, 22 siswa menjawab tidak setuju, 3 siswa

menjawab setuju dan tidak ada siswa yang menjawab sangat setuju. Pada no 17,

ada 6 siswa menjawab sangat tidak setuju, 18 siswa menjawab tidak setuju, 5

siswa menjawab setuju dan tidak ada siswa yang menjawab sangat setuju. Item

tersebut berkaitan dengan tahap evaluasi dan tahap pembelajaran.

Sedangkan item yang mendapat nilai tertinggi adalah no 4 dan no 6 dengan

nilai 108. Pada no 4, ada 1 siswa menjawab sangat tidak setuju, tidak ada siswa

menjawab tidak setuju, 5 siswa menjawab setuju dan 23 siswa yang menjawab

sangat setuju. Pada no 6, tidak ada siswa menjawab sangat tidak setuju, tidak ada

siswa menjawab tidak setuju, 3 siswa menjawab setuju dan 21 siswa yang

(60)

Gambar

Tabel 1 Kisi-kisi Kuesioner untuk Siswa
Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner untuk Kepala Sekolah
Gambar 1 Diagram tahap analisis data
Tabel 4 Rata-Rata Keseluruhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji regresi ditemukan bahwa capital adequacy ratio, non performing loan, loan to deposit ratio, dana pihak ketiga, dan jumlah uang beredar secara parsial

Metode ini dilakukan dengan dibuat titik-titik secara random pada denah lokasi, setiap titik pada AP memberikan data faktual berupa RSSI yang berbeda-beda dari setiap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi pengembangan Taman Wisata Mora Indah Faria di Jalan Medan Tj

Peristiwa orang kampung yang sepakat membantu Saleha yang mengalami kemurungan. Penduduk kampung membantu Dahlia membawa ibunya yang berkeliaran di kebun getah supaya

Pendidikan Teknik Sipil dalam menerapkan gaya belajar pada

Salah satu faktor yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan sebuah layanan perpustakaan adalah desain interior perpustakaan, berdasarkan permasalahan tersebut

Bahwa perbedaan agama dalam sebuah keluarga di Indonesia adalah merupakan suatu yang lumrah, apakah hal itu karena perkawinan beda agama atau karena salah satu dari

Program pembangunan yang didasarkan pada asumsi bahwa petani perlu dididik untuk menerapkan teknologi baru dan lebih baik, hampir dapat dipastikan selalu gagal, jika tidak