• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE PERMAINAN KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN METODE PERMAINAN KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN METODE PERMAINAN KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN

Deni Dwiana1, Suripto2, Triyono3 PGSD, FKIP Universitas Sebelas Maret

Email:kuri.taru@yahoo.co.id

Abstract : THE USING OF CARD NUMBER GAMES METHOD TO IMPROVE MATH LEARNING ABOUT FRACTIONS. This research aims to improve math learning about fractions the fourth grade students through of card number games method. This research uses classroom action research methods are carried out in the three cycles. Each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The sources data of this research is the fourth grade students, the fourth grade teacher, and the document. To collect the data it used observation, interview, test and documentation. To validity the data it used triangulation of data technical. To analyze the data it used descriptive comparative technical. The research showed that card number games method can improve math learning about fractions the fourth grade students.

Key words: games method, card number, math learning.

Abstrak : PENGGUNAAN METODE PERMAINAN KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran Matematika tentang pecahan Kelas IV SD melalui penggunaan metode permainan kartu bilangan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas IV, guru kelas IV dan dokumen. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi data. Analisis data menggunakan teknik deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode permainan kartu bilangan dapat meningkatkan pembelajaran Matematika tentang pecahan kelas IV SD.

Kata kunci : metode permainan, kartu bilangan, pembelajaran Matematika

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam suatu bangsa, pendidikan meru-pakan faktor utama yang menentukan kemajuan bangsa. Suatu bangsa yang ingin maju harus memperhatikan mutu pendi-dikan masyarakatnya.Pembelajaran mate-matika diberikan mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali siswa dengan kemam-puan berfikir logis, analisis, sistematis, kri-tis, dan kreatif serta kemampuan bekerja-sama.Dalam KTSP tahun 2004 dijelaskan bahwa pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih dan menumbuhkan cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. Serta

mengembang-kan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah.

Mata pelajaran Matematika perlu diajarkan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama.Mengenai tujuan diajarkannya Matematika, di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun 2007 dinyatakankan bahwa tujuan

pembelajaran matematika adalah

melatihdan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan kon-sisten. Serta mengembangkan sikap

(2)

gigih dan percaya diri sesuai dalam menyele-saikan masalah.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendi-dikan (KTSP) mendefinisikanmatematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknilogi modern, mempu-nyai peran penting berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (2007).Perkembangan pesat di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika distrik. Untuk menguasai dan mencipta teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Aunurrahman menyatakan bahwa pembelajaran ialah adanya proses belajar pada diri seseorang dan di dalam dirinya terjadi suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya serta hasil belajar dapat dilihat secara langsung (2009).Se-dangkan Sagala berpendapat bahwa pem-belajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan (2010). Dalam kegiatan pembelajaran tujuan yang ingin dicapai telah ditentukan sebelumnya, anak yang dikatakan berhasil adalah mereka yang dapat mencapai tujuan pelajaran yang telah ditentutan sebelum proses belajar berlangsung.

Dari hasil pengamatan yang dila-kukan di SD Negeri 1 Prembun Kecamatan Prembun masalah yang dihadapi adalah prestasi belajar matematika siswa kelas IV belum seperti yang diharapkan.Rendahnya pemahaman siswa diakibatkan siswa sen-diri yang kurang tertarik terhadap pem-belajaran yang disampaikan oleh guru.Metode yang digunakan lebih banyak menggunakan metode ceramah tanpa didu-kung metode pembelajaran yang lain dan tanpa alat bantu mengajar yang bervariasi. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran yang monoton dan kurang melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa tidak ter-tarik terhadap pembelajaran yang

disam-paikan oleh guru dan mengakibatkan ren-dahnya hasil belajar siswa.

Adapun upaya untuk meningkatkan pembelajaran Matematika tentang pecahan dalam penelitian ini adalah dengan peng-gunaan metode permainan kartu bilangan. Anam berpendapat bahwa permainan ada-lah cara penyajian bahan pengajaran di mana siswa melakukan untuk memperoleh atau menemukan pengertian konsep terten-tu (1985). Permainan dalam arti permainan pendidikan, siswa melakukan kegiatan (permainan) dalam kerangka proses belajar mengajar. Sebagai metode mengajar, meto-de permainan dapat dilakukan secara indi-vidual atau kelompok.Permainan dimak-sud untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusi-asme.Sebaiknya permainan digunakan se-bagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk sekedar mengisi waktu luang. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu aksi atau kejadian yang dialami sen-diri oleh siswa, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi kesan yang mendalam.

Tujuan penggunaan metode permai-nan adalah untuk mengajarkan pengertian (konsep), menanamkan nilai, dan meme-cahkan masalah. Sedangkan manfaat meto-de permainan yaitu membangkitkan minat siswa, mengembangkan rasa kerjasama sis-wa, dan mengembangkan kreativitas siswa.

Dalam penelitian ini peleliti meng-gunakan kartu bilangan untuk mengajarkan materi tentang pecahan. Kartu bilangan yang dimaksud adalah kartu yang terbuat dari kertas dan berbentuk seperti kartu domino. Di sini, kartu domino digunakan sebagai media pembelajaran dan tidak digunakan untuk berjudi. Kartu bilangan memiliki manfaat untuk mengkonkritkan ide-ide abstrak, memberikan perangsang yang sama, menyamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama, menga-rahkan perhatian siswa pada satu titik fokus, memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dengan siswa, model dan warna kartu bilangan yang dibuat menarik merupakan daya tarik tersendiri bagi siswa sehingga menarik minat siswa dan dapat digunakan untuk permainan.

(3)

Berdasarkan uraian di atas, maka ma-salah dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan metode permainan kartu bi-langan dapat meningkatkan pembelajaran Matematika tentang pecahan siswa kelas IV?

Penelitian ini bertujuan untuk me-ningkatkan pembelajaran Matematika ten-tang pecahan padasiswa kelas IVmelalui penggunaan metode permainan kartu bi-langan.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IVA SD Negeri 1 Prembun, Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen selama 6 bulan.Subjek penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas IVA semester 2 SD Negeri 1 Prembun, Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah 23 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

Sumber data berasal dari siswa kelas IV, teman sejawat dan dokumen. Proses pengumpulan data menggunakan doku-mentasi, observasi, wawancara dan tes. Validitas data menggunakan teknik tri-angulasi data. Analisis data yang diguna-kan dalam penelitian ini dilakudiguna-kan meng-gunakan analisis diskriptif komparatif yang membandingkan nilai tes antar siklus dan membandingkan nilai tes antara kondisi awal dengan nilai post test.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari peren-canaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Dalam tindakan setiap siklus, peneliti menggunakan metode permainan kartu bilangan dalam pembelajaran Mate-matika. Diharapkan siswa akan menjadi le-bih bersemangat mengikuti pembelajaran sehngga hasil belajarnya akan lebih me-ningkat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti menggunakan hasil ulangan harian pada materi pecahan yang dilakukan oleh guru kelas IVA SD Negeri 1 Prembunsebagai tolak ukur dan untuk mengetahui kemampuan siswa pada mata pelajaranMatematika tentang pecahan

sebelum di-berikan tindakan. Fakta menunjukkan se-bagian besar siswa nilainya masih di ba-wah KKM.

Tabel 1Hasil Nilai Ulangan Harian oleh Guru Kelas

No Nilai Frek Keterangan 1. 35-44 5 Belum Tuntas 2. 45-54 1 Belum Tuntas 3. 55-64 9 Belum Tuntas 4. 65-74 3 Tuntas 5. 75-84 2 Tuntas 6. 85-94 3 Tuntas 7. 95-100 0 Tuntas Jumlah 23 Rata-Rata 59,35 Persentase Ketuntasan 34,78%

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada keadaan awal sebelum dilaksanakan tindakan, diketahui siswa yang sudah mencapai standar ketuntasan 65 (KKM yang telah ditentukan peneliti) adalah 8 siswa dari 23 siswa (34,78%), sedangkan yang belum mencapai batas ketuntasan adalah 15 siswa dari 23 siswa (65,22%).

Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I dapat diketahui bahwa pembe-lajaranMatematika siswa kelas IV tentang pecahan mengalami peningkatan jika di-bandingkan dengan kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan. Hal ini dapat dilihat dari langkah-langkah yang telah direncana-kan oleh guru telah dapat terlaksana dengan baik. Selain itu persentase ketun-tasan juga mengalami peningkatan.

(4)

Tabel 2.Perbandingan Kondisi Awal denganSiklus I No Nilai Frekuensi Kondisi Awal Siklus I 1. 35-44 5 0 2. 45-54 1 4 3. 55-64 9 2 4. 65-74 3 4 5. 75-84 2 5 6. 85-94 3 5 7. 95-100 0 3 Jumlah 23 23 Rata-Rata 59,35 76,81 Persentase Ketuntasan 34,78% 73,91% Dilihat dari tabel 2 di atas, dapat diketahui rata-rata hasil belajar pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tinda-kan yaitu 59,38 dan setelah dilaksanatinda-kan tindakan siklus I meningkat menjadi 76,81. Sedangkan persentase ketuntasan juga me-ningkat dari 34,78% pada kondisi awal menjadi 73,91% setelah dilaksanakan tin-dakan siklus I atau meningkat sebesar 39,13%.

Pada tindakan siklus II dapat diketahui bahwa pembelajaranMatematika siswa kelas IV tentang pecahan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Hal ini dapat dilihat dari langkah-langkah yang telah direncanakan oleh guru telah dapat terlaksana dengan baik. Selain itu persentase ketuntasan juga mengalami peningkatan.

Tabel 3Perbandingan Hasil Nilai Rata-Rata Siklus I denganSiklus II No Nilai Frekuensi Siklus I Siklus II 1. 35-44 0 0 2. 45-54 4 1 3. 55-64 2 3 4. 65-74 4 5 5. 75-84 5 5 6. 85-94 5 7 7. 95-100 3 2 Jumlah 23 23 Rata-Rata 76,81 79,42 Persentase Ketuntasan 73,91% 82,61%

Dilihat dari tabel 3 di atas, dapat diketahui nilai rata-rata evaluasi antara siklus II yaitu 76,81 dan setelah dilak-sanakan tindakan siklus II meningkat men-jadi 79,42. Sedangkan persentase ketunta-san juga meningkat dari 73,91%pada tin-dakan siklus I menjadi 82,61% setelah di-laksanakan tindakan siklus II atau mening-kat sebesar 8,70%.

Pada siklus III diketahui bahwa pembelajaran Matematika siswa kelas IV tentang pecahan semakin mengalami pe-ningkatan jika dibandingkan dengan siklus I dan II.Hal ini dapat dilihat dari langkah-langkah yang telah direncanakan oleh guru telah dapat terlaksana dengan baik. Selain itu persentase ketuntasan juga mengalami peningkatan.

Tabel 4 Perbandingan Hasil Nilai Rata-Rata Siklus II dengan Siklus III

No Nilai Frekuensi

Siklus II Siklus III

1. 35-44 0 0 2. 45-54 1 0 3. 55-64 3 2 4. 65-74 5 3 5. 75-84 5 2 6. 85-94 7 2 7. 95-100 2 14 Jumlah 23 23 Rata-Rata 79,42 89,28 Persentase Ketuntasan 82,61% 91,30% Dilihat dari tabel 4di atas, dapat diketahui nilai rata-rata evaluasi antara siklus II yaitu 82,61 dan setelah dilaksana-kan tindadilaksana-kan siklus III meningkat menjadi 89,28. Persentase ketuntasan juga mening-kat dari 82,61%pada tindakan siklus II menjadi 91,30% setelah dilaksanakan tin-dakan siklus III atau meningkat sebesar 8,70%.

Pelaksanaan tindakan dari satu pertemuan ke pertemuan selanjutnya mulai dari pelaksanaan tindakan siklus I hingga tindakan siklus III telah semakin menga-lami peningkatan atau semakin baik. Pada tindakan siklus I siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran matematika

(5)

menggunakan metode permainan kartu bilangan, siswa lebih memahami materi pembelajaran, dan pembelajaran terasa le-bih menyenangkan dan tidak membosan-kan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sumantri dan Permana (2001) yang me-ngatakan bahwa siswa sekolah dasar akan lebih senang jika diajak bermain dan ber-gembira ria. Hasil belajar siswa juga meningkat yang awalnya hanya 59,38 menjadi 76,81. Ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan dari34,78% menjadi 73,91%. Karena masih terdapat kekurangan pada pembelajaran siklus I dan ketuntasan belajar juga masih belum me-menuhi indikator kinerja maka peneliti merencanakan untuk melaksanakan tinda-kan siklus II.

Pada pelaksanaan tindakan siklus II pembelajaran telah berjalan lebih baik daripada tindakan siklus I. Pelaksanaan pembelajaran telah berjalan dengan cukup baik, namun terdapat kekurangan pada beberapa hal seperti pada saat pembagian kelompok yang masih terjadi sedikit kegaduhan, dan waktu yang dibutuhkan dalam bermain kartu bilangan relatif lama.Hal ini berkaitan dengan pendapat Situ-morang (2011) yang mengatakan bahwa salah satu kekurangan metode permainan terkadang mengarah kepada hiburan sema-ta yang dapat menyebabkan siswa menjadi gaduh ketika mengikuti pembelajaran. Rata-rata hasil belajar siswa pada tindakan siklus II meningkat menjadi 79,42 yang awalnya 76,81. Selain itu,persentase ke-tuntasan belajar siswa meningkat dari 73,91% menjadi 82,61%. Pada tindakan siklus II dua indikator kinerja yang diten-tukan peneliti telah tercapai. Yang belum tercapai adalah indikator kinerja yang ketiga,hal ini disebabkan ketuntasan hasil belajar siswa belum mencapai >85 persen (>85%) seperti yang disebutkan pada indi-kator kinerja ketiga. Presentase ketuntasan pada tindakan siklus II ini hanya mencapai 82,61%. Oleh karena itu peneliti merenca-nakan untuk melaksamerenca-nakan tindakan siklus III.

Pada tindakan siklus III, pembela-jaran Matematika di kelas IV SD Negeri 1

Prembun berjalan semakin baik. Suasana belajar Matematika menjadi semakin me-nyenangkan dan kondisi siswa dalam mengikuti pembelajaran juga semakin kendali. Pada saat pembelajaran siswa ter-lihat ceria dan antusias ketika memainkan kartu bilangan. Suasana kelas yang biasa-nya tegang ketika sedang pembelajaran Matematika berubah menjadi suasana yang menyenangkan bagi siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Situmorang (2007) yang menyebutkan bahwa metode permainan dapat menarik antusias siswa, menghindari rasa bosan atau jenuh, serta membuat suasana belajar menjadi riang dan penuh semangat.Pada siklus III ini, ketigaindi-kator kinerja yang ditentukan oleh peneliti telah tercapai. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar Matematika siswa yang telah mencapai KKM ≥ 85%, tepatnya sebanyak 91,30% siswa memperoleh hasil belajar Matematika ≥ KKM yang telah ditentukan yaitu 65. Rata-rata hasil belajar siswa juga meningkat dari 82,61 pada tindakan siklus II menjadi 89,28 pada tindakan siklus III. Persentase ketuntasan juga meningkat dari 82,61%pada tindakan siklus II menjadi 91,30% setelah dilaksanakan tindakan si-klus III atau meningkat sebesar 8,70%.Pada tindakan siklus III, ketigaindikator kinerja yang ditentukan oleh peneliti telah dapat tercapai. Peneliti menyimpulkan bah-wa tindakan perbaikan yang dilakukan di-rasa telah cukup dan memutuskan bahwa peneliti tidak perlu merencanakan dan melaksanakan perbaikan tindakan siklus berikutnya.

Peningkatan pembelajaran yang dila-kukan guru pada siklus I, siklus II hingga siklus III dapat dilihat pada tabel rata-rata nilai hasil observasi berikut ini.

Tabel 5 Peningkatan Rata-rata nilai Observasi Siklus Rata-rata Nilai Observasi guru Observasi siswa Siklus I 3,02 2,09 Siklus II 3,26 3,23 Siklus III 3,49 3,53

(6)

Setelah dilaksanakan penelitian ini, peneliti menemukan bahwa penggunaan metode pemainan kartu bilangan dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas IV SDN 1 Prembun dapat menambah se-mangat belajar siswa. Dampak yang ditim-bulkan ketika semangat belajar Mate-matika siswa meningkat, maka siswa akan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Selain itu siswa juga akan lebih memahami materi tentang pecahan. Siswa menjadi lebih memahami tentang pecahan senilai, lebih terampil mengubah pecahan biasa menjadi desimal atau sebaliknya, serta lebih pandai dalam mengubah peca-han biasa menjadi desimal atau sebaliknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Zaelani (2011) bahwa permainan kartu bilangan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa serta melatih keterampilan siswa dalam memahami suatu pokok bahasan tertentu dalam pembelajaran Matematika. SIMPULAN DAN SARAN

Penggunaan metode permainan kartu bilangan dapat meningkatkan pembelajaranMatematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Prembun kecamatan Prembun kabupaten Kebumen tahun ajaran 2011/2012. Hal itu terbukti dengan meningkatnya rata-rata hasil belajar Matematika siswa setelah penelitian ini dilaksanakan. Sebelum pene-litian ini dilaksanakan, rata-rata hasil bela-jar Matematika siswa tergolong rendah, dengan rincian siswa yang mendapat hasil belajar Matematika ≥ KKM (65) hanya sebanyak 34,78% dari jumlah keseluruhan siswa kelas IV, dan rata-rata hasil belajar Matematika siswa kelas IV sebesar 59,35. Setelah penelitian ini dilaksanakan, terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar Mate-matika siswa kelas IV hingga mencapai 91,30 dan siswa dengan hasil belajar Mate-matika ≥ KKM mencapai 89,28% dari jumlah keseluruhan siswa kelas IV.

Berdasarkan hasil penelitian ini guru hendaknya memilih metode pembelajaran yang tepat yang dapat dilaksanakan secara efektif. Misalnya menggunakan metode permainan kartu pecahan dalam upaya meningkatkan pembelajaran Matematika

tentang pecahan. Selain itu sekolah hen-daknya memberikan dorongan kepada guru untuk lebih variatif ketika menggunakan metode pembelajaran yang tepat saat me-ngajar. Upaya tersebut diharapkan dapat lebih menunjang proses pembelajaran me-nuju ke arah yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ainurrahman. 2009. Strategi Dalam Pembelajaran. Jakarta: CV. Pustaka Ilmu.

Aman, S. 1985. Pedoman Metode Penyajian Pendidikan Moral Pancasila danPenerapannya. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdikbud.

Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Situmorang, A. 2007. 10 Metode. Diakses

dari

http://www.scribd.com/doc/7554231 9/10-METODE pada tanggal 29/02/2012.

Zaelani, A.S. 2011. Pembelajaran Konsep Pecahan Senilai di SD melalui Permainan Model Kartu Domino Pecahan (Kado-Pecah). Diakses dari http://sman1palu.org/index.php/comp onent/content/article/120-pembela- jaran-konsep-pecahan-senilai-di-sd- melalui-permainan-model-kartu-do-mino-pecahan-kado-pecah.html pada tanggal 30/11/2011.

(7)

Gambar

Tabel  1Hasil  Nilai  Ulangan  Harian  oleh  Guru Kelas
Tabel 2.Perbandingan Kondisi Awal  denganSiklus I  No  Nilai  Frekuensi Kondisi  Awal  Siklus I  1
Tabel 5 Peningkatan Rata-rata nilai  Observasi  Siklus  Rata-rata Nilai Observasi  guru  Observasi siswa  Siklus I  3,02  2,09  Siklus II  3,26  3,23  Siklus III  3,49  3,53

Referensi

Dokumen terkait

Makin lama perlakuan HMT maka indeks pengembangan, tingkat kehilangan padatan dan susut masak total makin kecil, sedang tekstur dan deformasinya makin besar, namun

Data hasil belajar yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus I nilai terendah siswa di kelas V SD Negeri Pengawu pada mata pelajaran IPA adalah 15, nilai tertinggi

Maka, untuk menghadapi tuntutan dan perubahan masyarakat menuju masyarakat milenium ketiga, diperlukan usaha pembaruan pendidikan Islam secara terencana, sistimatis dan

Dengan kata lain, empati kultural merupakan kecakapan konselor yang dipelajari secara akurat memahami pengalaman- pengalaman diri klien dari budaya yang berbeda,

Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. HOKLI SIMAMORA Tahun

Meskipun tingkat kinerja penyuluh pertanian masih tergolong sedang, namun upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Konawe dalam pemberdayaan penyuluh pertanian sudah cukup

(Suharsimi Arikunto, 2006 : 75), sehingga soal penalaran formal yang di adaptasi tersebut dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Pengaruh antara sikap siswa pada mata

Dengan demikian, hipotesis 2 yang menyatakan “ketika organisasi menggunakan ukuran non keuangan untuk mengevaluasi kinerja dan tingkat kesulitan tugasnya tinggi, maka