• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN: Jurnal Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan SOSIO AKADEMIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN: Jurnal Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan SOSIO AKADEMIKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan

SOSIO AKADEMIKA

Vol. 3, No. 01, Nopember 2014 Pendidikan Multikultural

Menuju Pendidikan Islam yang Humanis

Maisah

ةرصاعملا اياضقلا ةجلاعم يف ملاسلإا جهنم ةيلهأو اهثحب لوصأو اهثحبل يدصتملا

H. M. Joni

Role Play in Teaching Speaking

Mardalena

Urgensi Budaya Akademik Menyinari Kehidupan Kampus Berbudaya Educatif

Ibrahim

Teori Psikologi Psikodinamik

dan Implikasinya dalam Belajar dan Pembelajaran

M. Syahran

Pemikiran Abu Yusuf Tentang Hukum Islam

Rafikah

Analisis Istinbath Terhadap Kontroversi Zakat Penghasilan

Ainul Mardhiah

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pendidikan Islam Setelah Masuk Era Reformasi dan Implikasinya

Masruri

Diterbitkan oleh:

STAI SYEKH MAULANA QORI BANGKO-JAMBI

(2)

ii Sosio Akademika/Vol. 3/No. 01/Nopember 2014

Vol. 3/No. 01/November 2014 ISSN: 1979-27439 771979274310

Jurnal Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan

SOSIO AKADEMIKA

Penanggung Jawab

Ketua Yayasan Pendidikan Islam Syekh Maulana Qori Bangko Drs. H. Mawardi Sadin (Ketua STAI Syekh Maulana Qori Bangko)

Dr. H. M. Joni, Lc., MA (Pembantu Ketua I STAI SMQ Bangko) M. Thoiyibi, S. Sos (Pembantu Ketua II STAI SMQ Bangko) Drs. Hamdan, M.Pd.I (Pembantu Ketua III STAI SMQ Bangko)

Pimpinan Redaksi Ibrahim, S.Pd., M.Pd.I

Wakil Pimpinan Redaksi Al-Husni, S. Ag., M.HI

Penyunting Pelaksana H. Firdaus Zuhri, S.Sos.I., MA

Masruri. S.Pd.I., M.Pd.I Drs. H. Zulkifli. M.Pd.I

Pelaksana Tata Usaha Muhammad Nuzli, S.Pd.I Ahmad Saupi, S.HI., M.Pd.I

Abdul Katar, S.Pd.I

Alamat Redaksi

STAI SYEKH MAULANA QORI BANGKO

Jln. Prof. Muhammad Yamin SH, Pasar Atas Bangko-Jambi Telp. 081386811457

(3)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Salah satu tujuan berdirinya STAI Syekh Maulana Qori sebagaimana secara eksplisit tercermin dalam surat keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor: 488 Tahun 2002 tentang setatus STAI Syekh Maulana Qori adalah untuk mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan agama Islam serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Dengan demikian, STAI Syekh Maulana Qori tidak hanya dituntut agar mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu keislaman dan kemasyarakatan melalui kegiatan pembelajaran, penelitian, dan menyebarluaskannya. Berdasarkan amanat tersebut, pimpinan STAI Syekh Maulana Qori telah mengambil kebijakan yang mengarah kepada peningkatan mutu intelektual akademik dosen STAI Syekh Maulana Qori melalui penerbitan jurnal berkala ilmiah, dan untuk pengelolaannya diberikan pada Pusat Penelitian.

Sosio Akademika: Jurnal Pendidikan Islam dan Sosial Keagamaan adalah salah satu jurnal ilmiah berkala, yang bertujuan pertama, untuk meningkatkan kemampuan akademik para dosen, karyawan, guru, ilmuan maupun cendikiawan dalam menulis karya ilmiah yang lebih baik sesuai dengan kaedah sistematika jurnal terakreditasi. Kadua, dapat menjadi wadah pembelajaran menulis bagi dosen-dosen pemula dan karyawan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam aspek ketrampilan menulis ilmiah. Ketiga, menambah khazanah jurnal yang ada di lingkungan STAI Syekh Maulana Qori untuk pengembangan citra diri sebagai lembaga perguruan tinggi Islam yang ada di Provinsi Jambi.

(4)

iv Sosio Akademika/Vol. 3/No. 01/Nopember 2014

Sosio Akademika: Jurnal Pendidikan Islam dan Sosial Keagamaan ini diperuntukkan bagi “mahasiswa baru dan lama”, dosen, karyawan dan peminat informasi-informasi terapan maupun filosofis tentang pendidikan, sosial, bahasa serta budaya yang mengakar pada ilmu keislaman. Oleh karena itu fokus tulisannya lebih banyak menyentuh pada “Pendidikan Islam dalam arti luas dan persoalan sosial kemasyarakatan serta terdapat pula beberapa tulisan yang membahas tentang syari’ah sebagai salah satu keilmuan dalam Islam”.

Saran dan masukan dari semua pihak sangat kami harapkan demi terwujudnya tujuan dan cita-cita mulia kita bersama. Semoga kita dapat berkarya lebih baik lagi di masa mendatang. Demi kemajuan civitas akademika STAI Syekh Maulana Qori.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

(5)

Tim Redaksi ... ii Pengantar Redaksi ... iii Daftar isi ... v

Pendidikan Multikultural

Menuju Pendidikan Islam yang Humanis

Maisah ... 1

ةرصاعملا اياضقلا ةجلاعم يف ملاسلإا جهنم

اهثحب لوصأو اهثحبل يدصتملا ةيلهأو

H. M. Joni ... 25

Role Play in Teaching Speaking

Mardalena ... 47

Urgensi Budaya Akademik Menyinari Kehidupan Kampus Berbudaya Educatif

Ibrahim ... 69

Teori Psikologi Psikodinamik

dan Implikasinya dalam Belajar dan Pembelajaran

M. Syahran ... 87

Pemikiran Abu Yusuf Tentang Hukum Islam

Rafikah ... 101

Analisis Istinbath Terhadap Kontroversi Zakat Penghasilan

Ainul Mardhiah ... 117

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pendidikan Islam Setelah Masuk Era Reformasi dan Implikasinya

(6)

KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM SETELAH MASUK ERA REFORMASI DAN IMPLIKASINYA

Masruri

Dosen Tetap Program Studi Pendidikan Agama Islam STAI SMQ Bangko

Abstrak

Reformasi merupakan istilah yang amat populer pada masa krisis ini dan menjadi kata kunci dalam membenahi seluruh tatanan hidup berbangsa dan bernegara di tanah air tercinta ini, termasuk reformasi di bidang pendidikan. Di tengah euforia demokrasi ini lahirlah berbagai jenis pendapat, pandangan, konsep, yang tidak jarang yang satu bertentangan dengan yang lain, antara lain berbagai pandangan mengenai bentuk masyarakat dan bangsa Indonesia yang dicita-citakan di masa depan. Upaya untuk membangun suatu masyarakat, bukan perkerjaan yang mudah, karena sangat berkaitan dengan persoalan budaya dan sikap hidup masyarakat.

Kata Kunci: Kebijakan Pemerintah, Pendidikan Islam dan Era Reformasi

Pendahuluan

Pendidikan merupakan lembaga yang dengan sengaja diselenggarakan untuk mewariskan dan mengembangkan pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan keahlian oleh generasi yang lebih tua kepada generasi berikutnya. Melalui pendidikan sebagian besar manusia berusaha memperbaiki tingkat kehidupan mereka. Terjadi hubungan yang kuat antara tingkat pendidikan seseorang dengan tingkat sosial kehidupannya. Jika pendidikan seseorang maju, tentu maju

(7)

pula kehidupannya demikian pula sebaliknya. Kehidupan suatu bangsa juga ditentukan oleh tingkat pendidikannya.

Pendidikan Islam diarahkan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Masalah yang umum seperti masalah keadilan sosial, pemerataan kesempatan untuk pendidikan, pelayanan kesehatan, kesejahteraan, pekerjaan, dan sebagainya. Masalah yang khusus dihadapi oleh umat Islam seperti masalah makanan yang halal, pakaian yang dapat menutup aurat, perkawinan secara Islam, riba dan bunga bank, manajemen infaq, zakat dan shadaqah, perbudakan, sembelian dengan mesin, dan lain sebagainya (Fazlur Rahman 1976: 294).

Reformasi merupakan istilah yang amat populer pada masa krisis ini dan menjadi kata kunci dalam membenahi seluruh tatanan hidup berbangsa dan bernegara di tanah air tercinta ini, termasuk reformasi di bidang pendidikan (Suyanto dan Djihad Hisyam 2000: 1). Pada era reformasi ini, masyarakat Indonesia ingin mewujudkan perubahan dalam semua aspek kehidupan. Menurut Tilaar, mengatakan masyarakat Indonesia kini sedang berada dalam masa transformasi. Era reformasi telah lahir dan masyarakat Indonesia ingin mewujudkan perubahan dalam semua aspek kehidupannya. Euforia domokrasi sedang marak dalam masyarakat Indonesia. Di tengah euforia demokrasi ini lahirlah berbagai jenis pendapat, pandangan, konsep yang tidak jarang yang satu bertentangan dengan yang lain, antara lain berbagai pandangan mengenai bentuk masyarakat dan bangsa Indonesia yang dicita-citakan di masa depan. Upaya untuk membangun suatu masyarakat, bukan perkerjaan yang mudah, karena sangat berkaiatan dengan persoalan budaya dan sikap hidup masyarakat. Diperlukan berbagai terobosan dalam penyusunan konsep, serta tindakan-tindakan, "dengan kata lain diperlukan suatu paradigma-paradigma baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru, demikian kata filosuf Kuhn. Menurut Kuhn,

(8)

Kebijakan Pemerintah…

137 Sosio Akademika/Vol. 3/No. 01/Nopember 2014

apabila tantangan-tantangan baru tersebut dihadapi dengan menggunakan paradigma lama, maka segala usaha yang dijalankan akan memenuhi kegagalan" (H. A. R. Tilar 1998: 245).

Berbicara masalah reformasi pendidikan, banyak substansi yang harus direnungkan dan tidak sedikit pula persoalan yang membutuhkan jawaban. Sektor pendidikan memiliki peran yang strategis dan fungsional dalam upaya membangun suatu masyarakat. Pendidikan senantiasa berusaha untuk menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul di kalangan masyarakat sebagai konsekuensi dari suatu perubahan, karena pendidikan sebagai sarana terbaik yang didesain untuk menciptakan suatu generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan kehilangan ikatan dengan tradisi mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara intelektual atau terbelakang dalam pendidikan mereka.

Jika kita mau berpikir dengan menempatkan pendidikan dalam dataran rohani, pendidikan tidak memiliki titik henti yang sudah pasti terminalnya, tetapi merupakan sebuah roda yang terus berputar seiring dengan denyut kehidupan itu sendiri. Di sinilah dinamikan pendidikan akan senantiasa tampak dalam dialog segar dan mampu membuka wacana berpikir bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya. Reformasi pendidikan merupakan hukum alam yang akan mencari jejak jalannya sendiri. khususnya memasuki masa milenium ketiga yang mengglobal dan sangat ketat dengan persaingan, dan agar kita tidak mengalami keterkejutan budaya dan merasa asing dengan dunia kita sendiri. Maka pendidikan Islam dalam perkembangannya setidaknya didesain untuk menyesuaikan dengan perubahan tersebut, agar merupakan sebuah potret di kemudian hari. Dari keterangan di atas penulis akan menjelaskan Kebijakan Pemerintah Terhadap Pendidikan Islam Setelah Masuk Era Reformasi dan Implikasinya. Pada bahasan berikut:

(9)

Pendidikan Islam

Sebelum membahas tentang pengertian pendidikan Islam, terlebih dahulu membahas apa itu pendidikan? Menurut M. J. Langeveld, Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing yang belum kepada kedewasaan sedangkan menurut Ahmad D. Marimba, merumuskan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya keperibadian yang utama (Ahmad D. Marimba 1978: 20).

Demikian dua pengertian pendidikan dari sekian banyak pengertian yang diketahui. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor: 2 Tahun 1989, pendidikan dirumuskan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Sedangkan, pendidikan dalam pengertian yang luas adalah meliputi perbuatan atau semua usaha generasi tua untuk mengalihkan atau melimpahkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah (Zuhairini 1995: 2).

Para ahli filsafat pendidikan, menyatakan bahwa dalam merumuskan pengertian pendidikan sebenarnya sangat tergantung kepada pandangan terhadap manusia, hakikat, sifat-sifat atau karakteristik dan tujuan hidup manusia itu sendiri. Perumusan pendidikan bergantung kepada pandangan hidupnya, "apakah manusia dilihat sebagai kesatuan badan dan jasmani; badan, jiwa dan roh, atau jasmani dan rohani? Apakah manusia pada hakekatnya dianggap memiliki kemampuan bawaan (innate) yang menentukan perkembangannya dalam lingkungannya, atau lingkungannyalah yang menentukan (domain) dalam perkembangan manusia? Bagaimanakah

(10)

Kebijakan Pemerintah…

139 Sosio Akademika/Vol. 3/No. 01/Nopember 2014

kedudukan individu dalam masyarakat? Apakah tujuan hidup manusia? Apakah manusia dianggap hanya hidup sekali di dunia ini, ataukah hidup lagi di hari kemudian (akhirat)? Demikian beberapa pertanyaan filosofis" yang diajukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, memerlukan jawaban yang menentukan pandangan terhadap hakekat dan tujuan pendidikan, dan dari sini juga sebagai pangkal perbedaan rumusan pendidikan atau timbulnya aliran-aliran pendidikan seperti; pendidikan Islam, Kristen, liberal, progresif atau pragmatis, komunis, demokratis, dan lain-lain. Dengan demikian, terdapat keaneka ragaman pandangan tentang pendidikan. Tetapi, dalam keanekaragaman pandangan tentang pendidikan terdapat titik-titik persamaan tentang pengertian pendidikan, yaitu pendidikan dilihat sebagai suatu proses; karena dengan proses itu seseorang (dewasa) secara sengaja mengarahkan pertumbuhan atau perkembangan seseorang (yang belum dewasa). Proses adalah kegiatan mengarahkan perkembangan seseorang sesuai dengan nilai-nilai yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas. Maka, dengan pengertian atau definisi itu, kegiatan atau proses pendidikan hanya berlaku pada manusia tidak pada hewan (Anwar Jasin 1985: 2).

Dari uraian di atas, timbul pertanyaan apakah Pendidikan Islam itu? Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara begitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan, mereka dipengaruhi sekali oleh nilai spritual dan sangat sadar akan nilai etis Islam. Menurut Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf atau menurut Abdurrahman an-Nahlawi, pendidikan Islam mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Allah SWT (Abdurrahman an-Bahlawi 1983: 26).

(11)

Dari pandangan ini, dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam bukan sekedar "transper of knowledge" ataupun "transper of training", tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata di atas pondasi “keimanan” dan “kesalehan”, yaitu suatu sistem yang terkait secara langsung dengan Tuhan (Roihan Achwan 1991: 50). Dengan demikian, dapat dikatakan pendidikan Islam suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam. Maka sosok pendidikan Islam dapat digambarkan sebagai suatu sistem yang membawa manusia kearah kebahagian dunia dan akhirat melalui ilmu dan ibadah. Karena pendidikan Islam membawa manusia untuk kebahagian dunia dan akhirat, maka yang harus diperhatikan adalah nilai-nilai Islam tentang manusia; hakekat dan sifat-sifatnya, misi dan tujuan hidupnya di dunia ini dan akhirat nanti, hak dan kewajibannya sebagai individu dan anggota masyarakat. Semua ini dapat kita jumpai dalam al-Qur'an dan Hadits.

Jadi, dapat dikatakan bahwa konsepsi pendidikan model Islam, tidak hanya melihat pendidikan itu sebagai upaya "mencerdaskan" semata pendidikan intelek, kecerdasan, melainkan sejalan dengan konsep Islam tentang manusia dan hakekat eksistensinya. Maka pendidikan Islam sebagai suatu pranata sosial, juga sangat terkait dengan pandangan Islam tentang hakekat keberadaan (eksistensi) manusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam juga berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran bahwa manusia itu sama di depan Allah dan perbedaanya adalah terletak pada kadar ketaqwaan masing-masing manusia, sebagai bentuk perbedaan secara kualitatif" (M. Rusli Karim 1991: 29-32).

Pendidikan menurut Islam didasarkan pada asumsi bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu dengan membawa fotensi bawaan seperti potensi keimanan, potensi untuk memikul amanah dan tanggung jawab, potensi kecerdasan, potensi fisik. Karena dengan potensi ini, manusia

(12)

Kebijakan Pemerintah…

141 Sosio Akademika/Vol. 3/No. 01/Nopember 2014

mampu berkembang secara aktif dan interaktif dengan lingkungannya dan dengan bantuan orang lain atau pendidik secara sengaja agar menjadi manusia muslim yang mampu menjadi khalifah dan mengabdi kepada Allah. Berdasarkan uraian di atas, pengertian pendidikan menurut al-Qur'an dan hadits sangat luas, meliputi pengembangan semua potensi bawaan manusia yang merupakan rahmat Allah. Potensi-potensi itu harus dikembangkan menjadi kenyataan berupa keimanan dan akhlak serta kemampuan beramal dengan menguasai ilmu (dunia-akhirat) dan keterampilan atau keahlian tertentu sehingga mampu memikul amanat dan tanggung jawab sebagai seorang khalifah dan muslim yang bertaqwa. Tetapi pada realitasnya pendidikan Islam, sebagaimana yang lazim dikenal di Indonesia ini, memiliki pengertian yang agak sempit, yaitu program pendidikan Islam lebih banyak menyempit kepelajaran fiqh ibadah terutama, dan selama ini tidak pernah dipersoalkan apakah isi program pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan telah sesuai benar dengan luasnya pengertian pendidikan menurut al-Qur'an dan hadits (ajaran Islam).

Pembaharuan Pendidikan Islam

Pendidikan Islam di Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam berbagai aspek. Upaya perbaikannya belum dilakukan secara mendasar, sehingga terkesan seadanya saja. Selama ini, upaya pembaharuan pendidikan Islam secara mendasar, selalu dihambat oleh berbagai masalah mulai dari persoalan dana sampai tenaga ahli. Padahal pendidikan Islam dewasa ini, dari segi apa saja terlihat goyah terutama karena orientasi yang semakin tidak jelas (Muslim Usa 1991: 11-13).

Berdasarkan uraian ini, ada dua alasan pokok mengapa konsep pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia untuk menuju masyarakat madani sangat mendesak.

(13)

1. Konsep dan praktek pendidikan Islam dirasakan terlalu sempit, artinya terlalu menekankan pada kepentingan akhirat, sedangkan ajaran Islam menekankan pada keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat. Maka perlu pemikiran kembali konsep pendidikan Islam yang betul-betul didasarkan pada asumsi dasar tentang manusia yang akan diproses menuju masyarakat madani.

2. Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang dimiliki sekarang ini, belum atau kurang mampu memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menghadapi tantangan dunia modern dan tantangan masyarakat dan bangsa Indonesia di segala bidang.

Maka, untuk menghadapi dan menuju masyarakat madani diperlukan konsep pendidikan Islam serta peran sertanya secara mendasar dalam memberdayakan umat Islam, Suatu usaha pembaharuan pendidikan hanya bisa terarah dengan mantap apabila didasarkan pada konsep dasar filsafat dan teori pendidikan yang mantap. Filsafat pendidikan yang mantap hanya dapat dikembangkan di atas dasar asumsi-asumsi dasar yang kokoh dan jelas tentang manusia (hakekat) kejadiannya, potensi-potensi bawaannya, tujuan hidup dan misinya di dunia ini baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, hubungan dengan lingkungan dan alam semesta dan akhirat serta hubungan dengan Maha Pencipta. Teori pendidikan yang mantap hanya dapat dikembangkan atas dasar pertemuan antara penerapan atau pendekatan filsafat dan pendekatan emperis.

Sehubungan dengan itu, konsep dasar pembaharuan pendidikan Islam adalah perumusan konsep filsafat dan teoritis pendidikan yang didasarkan pada asumsi-asumsi dasar tentang manusia dan hubungannya dengan lingkungan dan menurut ajaran Islam. Maka, dalam usaha pembaharuan pendidikan Islam perlu dirumuskan secara jelas implikasi ayat-ayat

(14)

al-Kebijakan Pemerintah…

143 Sosio Akademika/Vol. 3/No. 01/Nopember 2014

Qur'an dan hadits yang menyangkut dengan "fitrah" atau potensi bawaan, misi dan tujuan hidup manusia.

Karena rumusan tersebut akan menjadi konsep dasar filsafat pendidikan Islam. Untuk itu, filsafat atau segala asumsi dasar pendidikan Islam hanya dapat diterapkan secara baik jikalau kondisi-kondisi lingkungan (sosial-kultural) diperhatikan. Jadi, apabila kita ingin mengadakan perubahan pendidikan Islam maka langkah awal yang harus dilakukan adalah merumuskan konsep dasar filosofis pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam, mengembangkan secara empris prinsip-prinsip yang mendasari keterlaksanaannya dalam konteks lingkungan (sosial-kultural) yang dalam hal ini adalah masyarakat madani. Jadi, tanpa kerangka dasar filosofis dan teoritis yang kuat, maka perubahan pendidikan Islam tidak punya pondasi yang kuat dan juga tidak mempunyai arah yang pasti.

Konsep dasar filsafat dan teoritis pendidikan Islam, harus ditempatkan dalam konteks supra sistem masyarakat madani di mana pendidikan itu akan diterapkan. Apabila terlepas dari kontek "masyarakat madani", maka pendidikan menjadi tidak relevan dengan kebutuhan umat Islam pada kondisi masyarakat tersebut (masyarakat madani). Jadi, kebutuhan umat yang amat mendesak sekarang ini adalah mewujudkan dan meningkatan kualitas manusia muslim menuju masyarakat madani.

Maka tantangan utama yang dihadapi umat Islam sekarang adalah peningkatan mutu sumber insaninya dalam menempatkan diri dan memainkan perannya dalam komunitas masyarakat madani dengan menguasai ilmu dan teknologi yang berkembang semakin pesat. Karena, hanya mereka yang menguasai ilmu dan teknologi modern dapat mengolah kekayaan alam yang telah diciptakan Allah untuk manusia dan diamanatkan-Nya kepada manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini untuk diolah bagi kesejahteraan umat manusia.

(15)

Maka masyarakat madani yang diprediski memiliki ciri; Universalitas, Supermasi, Keabadian, Pemerataan kekuatan, Kebaikan dari dan untuk bersama, Meraih kebajikan umum, Perimbangan kebijakan umum, Piranti eksternal, Bukan berinteraksi pada keuntungan, dan Kesempatan yang sama dan merata kepada setiap warganya.

Atas dasar konsep ini, maka konsep filsafat dan teoritis pendidikan Islam dikembangkan sebagai prinsip-prinsip yang mendasari keterlaksanaannya dalam kontek lingkungan masyarakat madani tersebut, sehingga pendidikan relevan dengan kondisi dan ciri sosial kultural masyarakat tersebut. Maka, untuk mengantisipasi perubahan menuju "masyarakat madani", pendidikan Islam harus didesain untuk menjawab perubahan tersebut. Oleh karena itu, usulan perubahan sebagai berikut:

1. Pendidikan harus menuju pada integritas antara ilmu agama dan ilmu umum untuk tidak melahirkan jurang pemisah antara ilmu agama dan ilmu bukan agama, karena, dalam pandangan seorang muslim, ilmu pengetahuan adalah satu yaitu yang berasal dari Allah SWT,

2. Pendidikan menuju tercapainya sikap dan perilaku "toleransi", lapang dada dalam berbagai hal dan bidang, terutama toleran dalam perbedaan pendapat dan penafsiran ajaran Islam, tanpa melepaskan pendapat atau prinsipnya yang diyakini,

3. Pendidikan yang mampu menumbuhkan kemampuan untuk berswadaya dan mandiri dalam kehidupan,

4. Pendidikan yang menumbuhkan etos kerja, mempunyai aspirasi pada kerja, disiplin dan jujur.

5. Pendidikan Islam harus didesain untuk mampu menjawab tantangan masyarakat madani.

Dalam konteks ini juga perlu pemikiran kembali tujuan dan fungsi lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada. Memang diakui bahwa penyesuaian lembaga-lembaga

(16)

Kebijakan Pemerintah…

145 Sosio Akademika/Vol. 3/No. 01/Nopember 2014

pendidikan akhir-akhir ini cukup mengembirakan, artinya lembaga-lembaga pendidikan memenuhi keinginan untuk menjadikan lembaga-lembaga tersebut sebagai tempat untuk mempelajari ilmu umum dan ilmu agama serta keterampilan. Tetapi pada kenyataannya penyesuaian tersebut lebih merupakan peniruan dengan tambal sulam atau dengan kata lain mengadopsi model yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan umum, artinya ada perasaan harga diri bahwa apa yang dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan umum dapat juga dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan agama, sehingga akibatnya beban kurikulum yang terlalu banyak dan cukup berat dan bahkan terjadi tumpang tindih. Lembaga-lembaga pendidikan Islam mengambil secara utuh semua kurikulum (non-agama) dari kurikulum sekolah umum, kemudian tetap mempertahankan sejumlah program pendidikan agama, sehingga banyak bahan pelajaran yang tidak dapat dicerna oleh peserta didik secara baik, sehingga produknya (hasilnya) serba setengah-tengah atau tanggung baik pada ilmu-ilmu umum maupun pada ilmu-ilmu agama.

Untuk itu, lembaga-lembaga pendidikan Islam sebenarnya mulai memikirkan kembali desain program pendidikan untuk menuju masyarakat madani, dengan memperhatikan relevansinya dengan bentuk atau kondisi serta ciri masyarakat madani. Maka untuk menuju "masyarakat madani", lembaga-lembaga pendidikan Islam harus memilih satu di antara dua fungsi yaitu apakah mendesain model pendidikan umum Islami yang handal dan mampu bersaing secara kompotetif dengan lembaga pendidikan umum atau mengkhususkan pada desain pendidikan keagamaan yang handal dan mampu bersaing secara kompotetif, misalnya mempersiapkan ulama-ulama dan mujtahid-mujtahid yang berkaliber nasional dan internasional.

(17)

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pendidikan Islam

Perkembangan serta kemajuan pendidikan Islam terus meningkat secara signifikan. Hal itu dapat dilihat misalnya pada pertengahan dekade 60-an, madrasah sudah tersebar di berbagai daerah di hampir seluruh provinsi Indonesia. Dilaporkan bahwa jumlah madrasah tingkat rendah pada masa itu sudah mencapai 13. 057. dengan jumlah ini, sedikitnya 1. 927. 777 telah terserap untuk mengenyam pendidikan agama. Laporan yang sama juga menyebutkan jumlah madrasah tingkat pertama (tsanawiyah) yang mencapai 776 buah dengan jumlah murid 87. 932. Adapun jumlah madrasah tingkat Aliyah diperkirakan mencapai 16 madrasah dengan jumlah murid 1. 881. Dengan demikian, berdasarkan laporan ini, jumlah madrasah secara keseluruhan sudah mencapai 13. 849 dengan jumlah murid sebanyak 2. 017. 590. Perkembangan ini menunjukkan bahwa sudah sejak awal, pendidikan madrasah memberikan sumbangan yang signifikan bagi proses pencerdasan dan pembinaan akhlak bangsa.

Di lihat dari sisi manapun, pendidikan Islam memiliki peran dalam konteks pendidikan nasional. Hanya saja harus pula dimaklumi dan dipahami jika hingga hari ini secara kelembagaan pendidikan Islam kerap menempati posisi kedua dalam banyak situasi. Sebagai misal, jurusan yang menawarkan pendidikan Islam kurang banyak peminatnya, jika dibandingkan dengan jurusan lain yang dianggap memiliki orientasi masa depan yang lebih baik. Dalam hal pengembangan kelembagaan akan pula terlihat betapa program studi/sekolah yang berada di bawah pengelolaan dan pengawasan Departemen Agama tidak selalu yang terjadi di bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), bahkan harus dengan terlatih untuk menyesuaikan dengan yang terjadi di sekolah-sekolah umum tersebut. Keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, diharapkan dapat membawa perubahan pada sisi

(18)

Kebijakan Pemerintah…

147 Sosio Akademika/Vol. 3/No. 01/Nopember 2014

menagerial dan proses pendidikan Islam. PP tersebut secara eksplisit mengatur bagaimana seharusnya pendidikan keagamaan Islam (bahasa yang digunakan PP untuk menyebut pendidikan Islam), dan keagamaan lainnya diselenggarakan. Dalam pasal 9 ayat (1) disebutkan, ”Pendidikan keagamaan meliputi pendidikan keagamaan Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu”. Pasal ini merupakan pasal umum untuk menjelaskan ruang lingkup pendidikan keagamaan. Selanjutnya pada ayat (2) pasal yang sama disebutkan tentang siapa yang menjadi pengelola pendidikan keagamaan baik yang formal, non-formal dan informal tersebut, yaitu Menteri Agama (M. Idrus 2008).

Dari sini jelas bahwa tanggungjawab dalam proses pembinaan dan pengembangan pendidikan Islam/dan atau keagamaan Islam menjadi tanggungjawab menteri agama. Tentunya mengingat posisi menteri agama bukan hanya untuk kalangan Islam saja, maka beban menteri agama juga melebar pada penyelenggaraan pendidikan agama lain non Islam, di samping beban administratif lain terkait dengan ruang lingkup penyelenggaraan agama dan prosesi keagamaan untuk seluruh agama-agama yang diakui di Indonesia. Mencermati betapa beratnya beban yang diemban oleh menteri agama, tampaknya memang perlu dipikir ulang untuk kembali mengajukan ide penyelenggaraan pendidikan dalam satu atap di bawah departemen pendidikan saja, dan tidak terpecah sebagaimana sekarang ini.

Salah satu alasan terkuat mengapa perlu penyatuan pendidikan di bawah satu atap adalah, dalam menentukan kebijakan pengelolaan pendidikan, terutama yang berkaitan dengan masalah akademis selama ini Kemenag selalu mengikuti kebijakan yang dibuat oleh Depdiknas. Inovasi-inovasi pembelajaran lebih banyak muncul kali pertama dari Depdiknas bukan dari Kemenag. Dengan sendirinya, Kemenag kerap selalu menunggu adanya inovasi ataupun kebijakan pengelolaan yang

(19)

akan dikeluarkan oleh Depdiknas. Dalam catatan sejarah pendidikan nasional, hampir tidak banyak inovasi yang dilakukan Kemenag yang benar-benar berbeda dengan yang dikembangkan oleh Depdiknas. Kenyataan ini jelas tidak dapat dipungkiri, cermati saja bagaimana kebijakan tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terasa betapa dominasi Depdiknas dalam pengembangan dan penerapannya begitu kentara. Sementara itu, Kemenag tetap setia mengikutinya. Untuk kasus yang lebih baru, Kemenag juga tidak memiliki kekuasaan untuk menentukan mata uji apa saja yang harus ditempuh oleh peserta didik yang mengikuti pendidikan di M. Ts dan MA/MAK saat penentuan kelulusan (simak kasus ujian nasional dan ujian sekolah).

Selain itu dari sisi managerial madrasah dikelola Departemen Agama yang tidak memiliki dana yang cukup untuk membiaya madrasah yang jumlahnya sangat banyak, di samping Kemenag tidak memiliki sumber tenaga kependidikan yang memadai untuk mengelola madrasah, jika dibandingkan dengan Diknas. Sebagai misal anggaran Dirjen Pendidikan Islam tahun 2007 adalah senilai Rp 7 triliun. Angka sebesar itu diperuntukkan bagi banyak komponen pendidikan seperti gaji guru dan tenaga kependidikan (57, 1%), dana BOS BKM, BOS buku (25, 7%), sisanya sebagai anggaran tupoksi 4 direktorat Kemenag pusat dan bidang Mapenda serta Pontren di 32 Kanwil Kemenag Provinsi (17, 1%) atau sekitar Rp 1, 2 triliun. Saat ini anggaran pendidikan Islam di Kemenag diprediksi 20% dari anggaran pendidikan di Depdiknas (bukan dari APBN).

Untuk menjawab persoalan tersebut, saat ini pemerintah telah memiliki tujuh poin arah kebijakan program pendidikan nasional yang digariskan dalam GBHN 1999-2004, sebagai berikut:

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi,

(20)

Kebijakan Pemerintah…

149 Sosio Akademika/Vol. 3/No. 01/Nopember 2014

2. Meningkat kemampuan akademik dan profesional,

3. Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk kurikulum,

4. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah,

5. Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan, dan manajemen,

6. Meningkatan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik masyarakat maupun pemerintah, dan 7. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini

mungkin secara terarah" (GBHN, 1999-2000).

Tujuh poin strategi arah kebijakan program pendidikan nasional yang direncanakan, bisa diharapkan dan meyakinkan bahwa pendidikan nasional kita secara makro cukup menjanjikan bagi penyediaan sumber daya manusia yang benar-benar memiliki keunggulan konpetitif di masa akan datang. Maka dengan tujuh poin sasaran kebijakan program pendidikan nasional tersebut, perlu dijabarkan secara operasional dengan menata kembali kondidisi pendidikan nasional kita yaitu perlu ditempuh berbagai langkah baik pada bidang manajemen, perencanaan, sampai pada praksis pendidikan di tingkat mikro.

Pendidikan Islam di Era Reformasi dan Implikasinya

Berbicara masalah pendidikan Islam di era reformasi, banyak substansi yang harus direnungkan dan tidak sedikit pula persoalan yang membutuhkan jawaban. Sektor pendidikan memiliki peran yang strategis dan fungsional dalam upaya membangun suatu masyarakat. Pendidikan senantiasa berusaha untuk menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul di kalangan masyarakat sebagai konsekuensi dari suatu perubahan, karena pendidikan sebagai "sarana terbaik yang

(21)

didesain untuk menciptakan suatu generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan kehilangan ikatan dengan tradisi mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara intelektual atau terbelakang dalam pendidikan mereka".

Jika kita mau berpikir dengan menempatkan pendidikan dalam dataran rohani, pendidikan tidak memiliki titik henti yang sudah pasti terminalnya, tetapi merupakan sebuah roda yang terus berputar seiring dengan denyut kehidupan itu sendiri. Di sinilah dinamikan pendidikan akan senantiasa tampak dalam dialog segar dan mampu membuka wacana berpikir bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya. Reformasi pendidikan merupakan hukum alam yang akan mencari jejak jalannya sendiri. khususnya memasuki masa milenium ketiga yang mengglobal dan sangat ketat dengan persaingan, dan agar kita tidak mengalami keterkejutan budaya dan merasa asing dengan dunia kita sendiri. Maka pendidikan Islam dalam perkembangannya setidaknya didesain untuk menyesuaikan dengan perubahan tersebut.

Apabila kita berbicara kemampuan dan kesiapan sebagai anak bangsa, tampaknya kita belum siap benar menghadapi persaingan global pada milenium ketiga. Tenaga ahli kita belum cukup memadai untuk siap bersaing di tingkat global. Apabila "dilihat dari pendidikannya, angkatan kerja kita saat ini sungguh sangat memprihatinkan. Sebagian besar angkatan kerja (53%) tidak berpendidikan, yang berpendidikan dasar sebanyak 34%, berpindidikan menengah 11%, dan berpendidikan tinggi hanya 2%. Padahal tuntutan dari dunia kerja pada akhir pembangunan jangka panjang II nanti mengharuskan angkatan kerja kita berpendidikan" (Boediono 1997: 82). Sebenarnya sektor pendidikan menjadi tumpuan harapan dan memiliki peran strategis dan fungsional dalam upaya membangun dan meningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pendidikan sebenarnya selalu didesain untuk senantiasa berusaha menjawab kebutuhan dan

(22)

Kebijakan Pemerintah…

151 Sosio Akademika/Vol. 3/No. 01/Nopember 2014

tantangan yang muncul di kalangan masyarakat sebagai konsekuensi dari suatu perubahan. Tetapi pada kenyataannya, kondisi "pendidikan kita masih melahirkan mismatch yang luar biasa dengan tuntutan dunia kerja. Kondisi seperti ini juga berarti bahwa daya saing kita secara global amat rendah.

Maka, untuk menghadapi tuntutan dan perubahan masyarakat menuju masyarakat milenium ketiga, diperlukan usaha pembaruan pendidikan Islam secara terencana, sistimatis dan mendasar, yaitu Pertama, perubahan pada konsepsi, praktek, dan isi program pendidikan Islam dilakukan upaya pembaruan sebagai berikut: (1) perlu pemikiran untuk menyusunan kembali konsep pendidikan Islam yang betul-betul didasarkan pada asumsi dasar tentang manusia, terutama pada fitrah atau potensinya (Anwar Jasin 1985: 7-8). Dengan memberdayakan potensi-potensi yang ada pada manusia sesuai dengan tuntutan dan perubahan masyarakat, (2) pendidikan Islam harus didesain menuju pada integritas antara ilmu-ilmu naqliah dan ilmu-ilmu aqliah, untuk tidak menciptakan jurang pemisah antara ilmu-ilmu yang disebut ilmu agama dan ilmu bukan ilmu agama atau ilmu umum. Karena, dalam pandangan Islam, semua ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT. (3) pendidikan didesain menuju tercapainya sikap dan perilaku "toleransi", lapang dada dalam berbagai hal dan bidang, terutama toleran dalam perbedaan pendapat dan penafsiran ajaran Islam, tanpa melepaskan pendapat atau prinsipnya yang diyakini, (4) pendidikan yang mampu menumbuhkan kemampuan untuk berswadaya dan mandiri dalam kehidupan, (5) pendidikan yang menumbuhkan ethos kerja, mempunyai aspirasi pada kerja, disiplin dan jujur, (6) pendidikan Islam didesain untuk menyiapkan generasi Islam yang berkualitas untuk mampu menjawab tantangan dan perubahan masyarakat dalam semua sektor kehidupan dan siap memasuki milenium ketiga, (7) pendidikan Islam perlu didesain secara terencana, sistimatik, dan mendasar agar lentur terhadap perubahan masyarakat dan peradaban. Kedua, perubahan pada

(23)

kelembagaan pendidikan Islam yaitu (1) perlu menyusun visi dan misi pendidikan Islam menuju milenium ketiga, (2) perlu penataan dan memodernisasikan manajemen pendidikan Islam, (3) lembaga pendidikan dikelolah secara profesional dengan didasarkan pada prinsip kreatif, otonom, demokratis, transparan, berkualitas, relevan, dan efesiensi, (4) sistem rekruiting yang transparan dan berkualitas, (5) pengelolah lembaga pendidikan Islam perlu lapang dada, berani, dan terbuka untuk dapat menerima murid-murid atau mahasiswa-mahasiswa non-Islam.

Mereka dapat mempelajari dan mengetahui Islam melalui institusi pendidikan Islam, bukan dari institusi-institusi non-Islam. "al-Azhar, menurut Fazlur Rahman suatu lembaga tradisional yang terbesar dewasa ini" (Fazlur Rahman 1997: 281). Juga menerima mahasiswa-mahasiswa non-muslim belajar di al-Azhar. Terobosan menerima mahasiswa non-Muslim, sudah dilakukan oleh Magister Studi Islam UII, yaitu dengan menerima seorang Pastor untuk belajar di Magister Studi Islam UII. Hal ini, juga diikuti oleh Fakultas Ilmu Agama Islam UII, dengan menerima mahasiswa non-Muslim yaitu seorang Pastor menjadi mahasiswa pendengar untuk beberapa mata kuliah yang dipilih oleh mahasiswa tersebut (Hujair AH. Sanaky 2008).

Usulan-usulan yang dikemukakan di atas, sebagai indikator usaha pembaruan pendidikan Islam. Tetapi suatu usaha pembaruan pendidikan dapat terencana dan terarah dengan baik apabila didasarkan pada kerangka dasar filsafat dan teori pendidikan yang mantap. Untuk itu, filsafat pendidikan dapat dikembangkan dengan menggunakan asumsi-asumsi dasar yang kokoh, dan jelas tentang manusia baik sebagi individu maupun sebagai anggota masyarakat, hubungannya dengan lingkungan, alam semesta, akhiratnya, dan hubungan vertikal dengan Maha Pencipta. Sedangkan, teori pendidikan dapat dikembangkan atas dasar pertemuan

(24)

Kebijakan Pemerintah…

153 Sosio Akademika/Vol. 3/No. 01/Nopember 2014

antara pendekatan filosofis dan pendekatan emperis. Maka, kerangka dasar pertama pembaruan pendidikan Islam adalah konsepsi filosofis dan teoritis pendidikan yang didasarkan pada asumsi-asumsi dasar tentang manusia yang hubungannya dengan masyarakat, lingkungan dan ajaran Islam.

Penutup

Kebutuhan umat Islam pada era reformasi ini amat mendesak, yaitu peningkatan kualitas untuk menghadapi perubahan menuju milenium ketiga. Maka, pendidikan Islam haruslah dipersiapakan dan diupayakan untuk menuju masyarakat tersebut dengan merumuskan visi pendidikan Islam yang baru untuk membangun dan meningkatkan mutu manusia dan masyarakat Muslim. Apabila tidak melakukan pembaharuan, maka pendidikan Islam akan tetap terbelakang dan tidak mampu bersaing dan tersingkir dalam kehidupan komunitas masyarakat pada milenium ketiga. Untuk menjawab persoalan tersebut, saat ini pemerintah telah memiliki tujuh poin arah kebijakan program pendidikan nasional yang digariskan dalam GBHN 1999-2004, sebagai berikut: (1). Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi, (2). meningkat kemampuan akademik dan profesional, (3). melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk kurikulum, (4). memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah, (5). melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan, dan manajemen, (6). meningkatan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik masyarakat maupun pemerintah, dan (7). mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah. Pendidikan Islam memiliki peran dalam konteks pendidikan nasional. Hanya saja harus pula dimaklumi dan dipahami jika hingga hari ini secara kelembagaan pendidikan Islam kerap menempati posisi kedua dalam banyak situasi. Selain itu dari sisi managerial madrasah

(25)

dikelola Departemen Agama yang tidak memiliki dana yang cukup untuk membiaya madrasah yang jumlahnya sangat banyak, di samping Kemenag tidak memiliki sumber tenaga kependidikan yang memadai untuk mengelola madrasah, jika dibandingkan dengan Diknas. Sebagai misal anggaran Dirjen Pendidikan Islam tahun 2007 adalah senilai Rp 7 triliun. Angka sebesar itu diperuntukkan bagi banyak komponen pendidikan seperti gaji guru dan tenaga kependidikan (57, 1%), dana BOS BKM, BOS buku (25, 7%), sisanya sebagai anggaran tupoksi 4 direktorat Kemenag pusat dan bidang Mapenda serta Pontren di 32 Kanwil Kemenag Provinsi (17, 1%) atau sekitar Rp 1, 2 triliun. Saat ini anggaran pendidikan Islam di Kemenag diprediksi 20% dari anggaran pendidikan di Depdiknas (bukan dari APBN).

Daftar Pustaka

Achwan, Roihan. 1991. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Versi Mursi, dlm. Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Volume 1. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga.

AH. Sanaky, Hujair. 2008. Reformasi Pendidikan Suatu Keharusan Untuk MemasukiMilenium III, http://www, google.

An-Bahlawi, Abdurrahman, 1995. Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalibiha fi Baiti wal Madrasati wal Mujtama', Dar al-Fikr al-Mu'asyir, Beirut-Libanon: Cet. II, 1983, Terj, Shihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, Gema Insani Press.

Boediono. 1997. Pendidikan dan Perubahan Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media

GBHN, Ketetapan MPR Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999, Tentang GBHN (Garis-garisBesara Haluan Negara). Surabaya: Arkola.

(26)

Kebijakan Pemerintah…

155 Sosio Akademika/Vol. 3/No. 01/Nopember 2014

Idrus, M. 2008. Evaluasi Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Pendidikan Islamhttp://www, google.

Jasin, Anwar. 10 Oktober 1985. Kerangka Dasar Pembaharuan Pendidikan Islam: Tinjauan Filosofis, Makalah Seminar Nasional, Jakarta.

Karim, M. Rusli. 1991. Pendidikan Islam Sebagai Upaya Pembebasan Manusia, dalam Buku Pendidikan Islam di Indonesia antara Citra dan Fakta, Editor: Muslih Usa, Cet. Pertama. Yogya: Tiara Wacana.

Marimba, Ahmad D. 1978. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III. Bandung: al-Ma'arif.

Rahman, Fazlur. 1976. Some Islamic Issues in the Ayyub Khan Era, Essays on Islamic Civilization, ed. Donald P. Little, E. J. Brill, Leiden.

Rahman, Fazlur. 1997. Islam, Terj. Ahsin Mohammd. Bandung: Pustaka.

Suyanto dan Hisyam, Djihad. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Tilar, H. A. R. 1998. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21, Cet. I. Magelang: Tera Indonesia.

Umam, Khairul. 2008. Madrasah dan Globalisasi, http://www, google.

Usa, Muslim. 1991. Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta, Cet. I. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Zuhairini, dkk. 1995, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. II. Jakarta: Bumi Aksara.

(27)

Petunjuk Umum

1. Artikel harus merupakan produk ilmiah orisinil dan belum pernah dipublikasikan di media dan terbitan manapun.

2. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia baku (atau bahasa asing) dengan ragam tulisan ilmiah atau ilmiah popular, tetapi buka ragam komunikasi lisan.

3. Panjang tulisan antara 15 – 25 halaman kwarto atau A4 dengan simple spasi. 4. Artikel diserahkan dalam bentuk print out dan email.

Petunjuk Teknis

1. Kerangka tulisan meliputi judul, abstrak, kata kunci, serta isi.

2. Abstrak memuat inti permasalahan dengan panjang tulisan antara 200 – 250 kata, atau maksimal satu halaman dalam bentuk bahasa Indonesia, Inggris dan atau bahasa Arab.

3. Kata kunci bisa berbentuk kata maupun prase.

4. Isi terdiri dari pendahuluan, pokok bahasan dan penutup.

5. Teknik penulisan adalah dengan menggunakan catatan dalam teks (intrateks)

dengan ketentuan sebagai berikut; nama pengarang, kurung buka, tahun terbit, titik dua, halaman, kurung tutup dan koma. Contoh : Syari’at menurut Mastuhu (1994: 4), memiliki dua pengertian penting, yaitu ketetapan dan hukum Allah yang sempurna.

6. Setiap tulisan atau kutipan yang memerlukan penjelasan lebih lanjut dengan menggunakan endnotes.

Hak Penulis

Penulis artikel berhak mendapat hard copy sebanyak 2 (dua) eksemplar.

Alamat Redaksi

STAI SYEKH MAULANA QORI BANGKO

Jln. Prof. Muhammad Yamin SH, Pasar Atas Bangko-Jambi Telp. 081386811457

e-mail : staismqbangko@gmail.com

Sosio Akademika: Jurnal Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan, merupakan jurnal ilmiah populer membahas masalah Pendidikan, Sosial dan Keagamaan yang aktual, terbit berdasarkan SK Ketua

1307/29/STAI-SMQ/SK/Ak/III/2014 sebagai wahana komunikasi dan informasi antar Peneliti, Ilmuan, Dosen dan Cendikiawan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdirinya perusahaan ini sudah cukup lama di Provonsi Kepulauan Bangka Belitung yakni pada tahun 1995, dengan berdirinya perusahaan yang sudah lama itu masyarakat disekitar

Meskipun hal tersebut tergolong sulit dalam menjalin kerjasama yang baik dengan tokoh agama tidak menutup kemungkinan bahwa permasalahan klasik tersebut mampu hilang

Menurut Hermawan (2012 : 126) promosi penjualan adalah sebuah kegiatan pemasaran yang akan menambah nilai dari sebuah produk dengan jangka waktu yang ditentukan guna

Konsep zero runoff system (ZROS) dikaji untuk diterapkan melalui penentuan arah aliran berdasarkan peta topografi, penentuan curah hujan harian maksimum, perancangan saluran

Berfungsi untuk mengisi, menutup dan memotong kemasan susu yang berbentuk cup plastik. Terdiri atas 3 unit, dengan prinsip kerja berdasarkan tekanan piston yang diatur agar susu

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia membaik dikarenakan turunnya nilai impor secara signifikan apabila di break down lebih dalam lagi, penurunan nilai impor

Analisis geoteknik praktis terhadap stabilitas konstruksi embankment dilakukan dengan menggunakan program komputer perhitungan Plaxis berdasarkan Metode Elemen Hingga

Menurut asal-usul katanya (etimologis), administrasi mengandung pengertian pelayanan, pengaturan, atau pengarahan. Dalam percakapan sehari-hari, administrasi diberi arti