• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1503391029BAB 3 Arahan Kebijakan dan R

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1503391029BAB 3 Arahan Kebijakan dan R"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan

Penataan Ruang

3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Berdasarkan RPJMN Tahun 2014-2019 telah dirumuskan sasaran, arah

kebijakan dan strategi pembangunan bidang cipta karya yang mencakup

pembangunan perumahan dan kawasan permukiman , serta air minum dan

sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka

meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.

A. Pembangunan Perumahan

Sasaran pembangunan perumahan secara nasional tahun 2014-2019

adalah sebagai berikut

1. Terfasilitasinya penyediaan hunian layak dan terjangkau untuk 2,2 juta

rumah tangga dari anggaran Pemerintah dalam menurunkan akumulasi

kekurangan tempat tinggal khususnya masyarakat berpenghasilan rendah

menjadi lima juta rumah tangga di tahun 2019 melalui :

(i) Penyediaan rumah umum untuk 900.000 rumah tangga yang

didukung dengan penyaluran bantuan pembiayaan perumahan berupa

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sejahtera tapak, KPR satuan rumah

susun (sarusun), dan KPR sewa beli untuk sarusun;

(ii) Penyediaan rumah susun sewa untuk 550.000 rumah tangga;

(iii) Penyediaan KPR swadaya untuk 450.000 rumah tangga;

(iv) Bantuan stimulan pembangunan baru rumah swadaya untuk 250.000

rumah tangga; serta

(v) Pembangunan rumah khusus di daerah perbatasan, pasca bencana,

dan pasca konflik untuk 50.000 rumah tangga.

2. Mendorong keswadayaan masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaan

tempat tinggal yang layak untuk 2,2 juta rumah tangga untuk mendukung

penurunan angka kekurangan rumah.

3. Peningkatan kualitas rumah tidak layak huni untuk 1,5 juta rumah tangga,

(2)

Arah Kebijakan dan Strategi pembangunan perumahan yakni

meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang

layak, aman dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana,

sarana, dan utilitas yang memadai melalui strategi :

1. Peningkatan peran fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam

menyediakan hunian baru (sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian.

Penyediaan hunian baru (sewa/milik) dilakukan berdasarkan sistem karir

perumahan melalui pengembangan sistem pembiayaan perumahan

nasional yang efektif dan efisien termasuk pengembangan subsidi uang

muka, kredit mikro perumahan swadaya, bantuan stimulan, mempertajam

program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, serta integrasi

tabungan perumahan rakyat dalam sistem jaminan sosial nasional.

Sementara peningkatan kualitas hunian dilakukan melalui penyediaan

prasarana, sarana dan utilitas, pembangunan kampung deret, serta

bantuan stimulan dan/atau kredit mikro perbaikan rumah termasuk

penanganan permukiman kumuh yang berbasis komunitas.

2. Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku

kepentingan pembangunan perumahan melalui : (i) penguatan kapasitas

pemerintah dan pemerintah daerah dalam memberdayakan pasar

perumahan dengan mengembangkan regulasi yang efektif dan tidak

mendistorsi pasar; (ii) penguatan peran lembaga keuangan

(bank/non-bank); (iii) revitalisasi Perum Perumnas menjadi badan pelaksanan

pembangunan perumahan sekaligus pengelola Bank Tanah untuk

perumahan; dan (iv) mendorong peranserta masyarakat dan dunia usaha

dalam penyediaan perumahan.

3. Peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dengan

penyediaan perumahan untuk MBR melalui : (i) peningkatan ekuitas Perum

Perumnas dan Sarana Multigriya Finansial (SMF) salah satunya melalui

Penyertaan Modal Negara (PMN); (ii) mendorong peran BTN yang lebih besar

dalam pembangunan perumahan, serta (iii) melakukan perpanjangan

Peraturan Presiden tentang Pembiayaan Sekunder Perumahan terkait

penyaluran pinjaman kepada penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

dengan sumber pendanaan dari pasar modal dengan dukungan

pemerintah.

4. Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di

(3)

penyediaan dan revitalisasi rumah susun sewa, serta pengembangan

instrumen pengelolaan lahan untuk perumahan seperti konsolidasi lahan

(land consolidation), bank tanah (land banking), serta pemanfaatan lahan

seperti lahan milik negara, BUMN, swasta, dan masyarakat, tanah

terlantar, serta tanah wakaf.

5. Pengembangan sistem karir perumahan (housing career system) sebagai

dasar penyelesaian backlog kepenghunian.

6. Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta

pengembangan implementasi konsep rumah tumbuh(incremental housing).

7. Penyediaan layanan air minum dan sanitasi layak yang teintegrasi dengan

penyediaan dan pengembangan perumahan.

8. Revitalisasi dan pengembangan industrialisasi perumahan.

B. Pembangunan Kawasan Permukiman

Sasaran pembangunan kawasan permukiman berdasarkan RPJMN

Tahun 2014-2019 adalah sebagai berikut :

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen

melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar

dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.

2. Tercapaianya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk

Indonesia yang dilakukan mealui tiga pendekatan yaitu optimalisasi dan

pembangunan baru (supply side), peningkatan efisiensi layanan air minum

(demand side), dan penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling

environmen).

3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum dilakukan melalui (i) fasilitasi

SPAM PDAM yaitu bantuan program PDAM menuju 100 persen PDAM

Sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 5.700 kawasan dan (ii)

fasilitasi SPAM non-PDAM yaitu bantuan program non-PDAM menuju 100

persen pengelola non-PDAM sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR

di 1.400 kawasan.

Sedangkan pembangunan baru dilakukan melalui (i) pembangunan SPAM

kawasan khusus yaitu SPAM kawasan kuimuh perkotaan untuk 661.600

sambungan rumah (SR), SPAM kawasan nelayan untuk 66.200 SR, dan

SPAM rawan air untuk 1.705.920 SR; (ii) pembangunan SPAM berbasis

masyarakat untuk 9.665.920 SR; (iii) pembangunan SPAM perkotaan yaitu

(4)

Perluasan Perkotaan untuk 4.268.800 SR; (iv) pembangunan SPAM

Regional untuk 1.320.000 SR di 31 kawasan.

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dlakukan melalui penerapan

prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional. Penerapan

prinsip tersebut dilakukan melalui (i) pelaksanaan Rencana Pengamanan

Air Minum (RPAM) pada komponen sumber, operator dan konsumen di

seluruh kabupaten/kota; (ii) optimalisasi bauran air domestik di seluruh

kabupaten/kota; (iii) penerapan efisiensi konsumsi air minum pada tingkat

rumah tangga sekitar 10 liter/orang/hari setiap tahunnya dan pada tingkat

komersial dan fasilitas umum sekitar 10 pesen setiap tahunnya.

5. Penciptaan lingkungan yang mendukung dilakukan melalui (i) penyusunan

dokumen perencanaan air minum sebagai rujukan pembangunan air

minum di seluruh kabupaten/kota yang mencakup Rencana Induk Sistem

Penyediaan Air Minum (RISPAM), rencana strategs penyediaan air minum

daerah (Jakstrada) dan rencana tahunan penyediaan air minum; (ii)

peningkatan pendataan air minum sebagai rujukan perencanaan dan

penganggaran air minum di seluruh kabupaten/kota; (iii) fasilitasi

pengembangan peraturan di daerah yang menjamin penyediaan layanan air

minum di seluruh kabupaten/kota.

6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah

domestik, sampah dan drainase lingkungan ) menjadi 100 persen pada

tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk sarana prasarana pengelolaan air

limbah domestik dengan pembangunan dan peningkatan infrastruktur air

limbah sistem terpusat skala kota, kawasan dan komunal di 438

kabupaten/kota (melayani 34 juta jiwa), serta peningkatan kualitas

pengelolaan air limbah sistem setempat melalui peningkatan kualitas

pengelolaan lumpur tinja perkotaan dan pembangunan Instalasi

Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di 409 kabupaten/kota; (ii) untuk sarana

prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan TPA sanitari

landfill di 341 kabupaten/kota, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334

kabupaten/kota, fasilitasi 3R terpusat di 112 Kabupaten/kota; (iii) untuk

sarana prasarana drainase permukiman dalam pengurangan genangan

seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman termasuk 4.500 Ha di kawasan

kumuh; serta (iv) kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan

(5)

7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk

keserasiannya terhadap lingkungan melalui (i) pembinaan dan pengawasan

khususnya bangunan milik Pemerintah di seluruh kabupaten/kota; (ii)

penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) untuk seluruh

bangunan gedung dan penyerapan penyelenggaraan bangunan hijau di

seluruh kabupaten/kota; dan (iii) menciptakan building codes yang dapat

menjadi rujukan bagi penyelenggaran dan penataan bangunan di seluruh

kabupaten/kota.

Arah Kebijakan dan Strategi pembangunan kawasan permukiman

adalah sebagai berikut:

1. Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan

sikap dan perilaku dalam pemanfaatan air minum dan pengelolaan sanitasi

melalui strategi : a). Jaga Air, yakni strategi yang ditempuh melalui (i)

pengarusutamaan pembangunan air minum yang memenuhi prinsi 4K

(kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan), (ii) pengelolaan

sanitasi melalui peningkatan pengelolaan air limbah di perdesaan dengan

sistem on-site dan di perkotaan dengan sistem on-side melalui IPLT dan

sistem off-side baik skala kawasan maupun skala kota, peningkatan

kualitas TPA menjadi TPA sanitary landfill dengan prioritas skema TPA

regional, pengelolaan sampah melalui penerapan prinsip 3R, serta (iii)

peningkatan kesadaran masyarakat akan hygiene, sanitasi dan nilai

ekonomis air. b). Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan

dan kuantitas air melalui upaya konservasi sumber air baku air minum

yakni perluasan daerah resapan air hujan, pemanfaatan air hujan (rain

water harvesting) sebagai sumber air baku air minum maupun secondary

uses pada skala rumah tangga (biopori dan penampung air huja) dan skala

kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan drainase berwawasan

lingkungan. c). Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem

Penyediaan air Minum (SPAM) yang telah ada melalui pengurangan

kebocoran air hingga 20 persen, pemanfaatan idle capacty; dan

pengelolaan kebutuhan air di tingkat penyelenggara dan skala kota. d).

Bauran Air Domestik, yakni upaya untuk mengoptimalkan berbagai

alternatif sumber air domestik yang tersedia sesuai tujuan pemanfaatan

air, termasuk di dalamnya pemakaian air tingkat kedua (secondary water

(6)

2. Penyediaan infrastruktur produktif dan manajemen layanan melalui

penerapan manajemen aset baik di perencanaan, penganggaran dan

investasi termasuk untuk pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur

yang sudah terbangun melalui strategi : a). Optimalisasi infrastruktur air

minum dan sanitasi eksisting melalui penurunan Non-Revenue Water

(NRW) dan pemanfaatan idle capacity. b). Pembangunan infrastruktur air

minum dan sanitasi untuk memperluas cakupan layanan. c). Rehabilitasi

infrastruktur air minum dan sanitasi untuk infrastruktur dengan

pemanfaatan yang sub-optimal, infrastruktur yang menua dan

infrastruktur yang terkena dampak bencana. d). Pengembangan inovasi

teknologi air minum, air limbah, persampahan dan drainase untuk

memaksimalkan potensi yang ada. e). Pembentukan dan penyehatan

pengelola infrastruktur air minum, air limbah dan persampahan, baik

berbasis institusi maupun berbasis masyaakat. f). Penerapan tarif atau

iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan sanitasi

terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost

recovery) /memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP),

pemberian subsidi dari Pemerintah bagi penyelenggara air minum dan

sanitasi juga dilakukan sebagai langkah jika terjadi kekurangan

pendapatan dalam rangka pemenuhan full cost recovery. g). Pengaturan

kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan, pengoperasian

dan pemeliharaan aset infrastruktur.

3. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat

nasional, provinsi, kabupaten/kota dan masyarakat melalui strategi : a).

Peningkatan kualitas rencana dan implementasi Rencana Induk Sistem

Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) dan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten

(SSK) melalui pengarusutamaan dalam proses perencanaan dan

penganggaran formal. Penyusunan RI-SPAM didasari optimalisasi bauran

sumber daya air domestik kota/kabupaten dan telah mengintegrasikan

pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum. Peningkatan

kualitas SSK dilakukan dengan memutakhirkan SSK untuk

mengakomodasi perubahan lingkungan dan mengadopsi target universal

acces di wilayah kabupaten/kota. b). Integrasi peningkatan promosi

hygiene dan sanitasi dalam rangka demand generation sebagai prasyarat

penyediaan infrastruktur air minum dan sanitasi. c). Peningkatan peran,

(7)

sanitasi. d). Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air

minum dan sanitasi baik eksekutif maupun legislatif serta media untuk

menjamin keselarasan serta konsistensi perencanaan dan implementasinya

di tingkat pusat dan daerah.

4. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum

dan sanitasi melalui strategi : a). Sinergi dan koordinasi antar pelaku

program dan kegiatan mulai tahap perencanaan sampai implementasi baik

secara vertikal maupun horizintal, termasuk sinergi dengan pelaksanaan

sanitasi sekolah dan pesantren, kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan

hidup dan upaya-upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,

penanganan dan pencegahan kawasan kumuh, serta pembangunan

kawasan tertinggal, perbatasan dan kawasan khusus. b). Pelaksanaan

pelayanan air minum dan sanitasi berbasis regional dalam rangka

mengatasi kendala ketersediaan air baku dan lahan serta dalam rangka

mendukung konektivitas antar wilayah untuk pertumbuhan ekonomi. c).

Sinergi pendanaan air minum dan sanitasi yang dilaksanakan melalui (i)

peningkatan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Provinsi dan kabupaten/kota, (ii) pemanfaatan alokasi dana terkait

pendidikan untuk penyediaan sarana dan prasarana air minum dan

sanitasi di sekolah, (iii) pem nfaatan alokasi dana terkait kesehatan baik

untuk upaya preventif penyakit dan promosi higiene dan sanitasi serta

pemanfaatan jaminan kesehatan masyarakat, serta (iv) sinergi penyediaan

air minum dan sanitasi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK),

Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan (TP), dana hibah berbasis kinerja/hasil,

masyarakat dan sumber dana lain terkait lingkungan hidup, pembangunan

desa, serta kelautan dan perikanan. d). Penguatan pengelolaan

pengetahuan (knowledge management) termasuk pengelolaan data dan

informasi melalui sistem terintegrasi (National Water and Sanitation

Information Services / NAWASIS) yang memanfaatkan teknologi serta

melibatkan partisipasi aktif sluruh atakeholder terkait.

3.1.2. Arahan Penataan Ruang

A. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ( RTRWN )

Penyusunan RPI2JM bidang cipta karya juga merujuk pada Peraturan

Pemerintah No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

(8)

(PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Strategi Nasional (PKSN),

Kawasan Strategi Nasinal (KSN) yang terdapat pada kabupaten/kota serta

arahan spasial untuk bidang cipta karya berdasarkan RTRW Provinsi dan

RTRW Kabupaten Morowali Utara.

Berdasarkan arahan dalam RTRWN, beberapa kawasan yang

ditetapkan sebagai pusat-pusat kegiatan nasional di Provinsi Sulawesi Tengah

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1. Kawasan Pusat-Pusat Kegiatan

No PKN PKW KSN KSN

Nama Kawasan Sudut Kepentingan 1 Palu Poso, Luwuk,

Buol,

Kolonodale, Toli-toli, dan Donggala

- Kawasan Industri Perdagangan (Kapet)

Kawasan

perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama tranfortasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

Sumber : PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

Berdasarkan tabel 3.1 menunjukan bahwa Kota Palu termasuk PKN,

sedangkan Poso, Luwuk, Buol, Kolonodale (Ibu Kota Kabupaten Morowali

Utara), Toli-Toli dan Donggala termasuk PKW.

B. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Tengah

Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 8

Tahun 2013 Tentang RTRW Provinsi Sulawesi Tengah, penetapan pusat-pusat

kegiatan di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah sesuai dengan Struktur Ruang

Wilayah dan Pola Ruang Wilayah. Beberapa arahan dalam RTRW Provinsi

Sulawesi Tengah telah menetapkan sistem perkotaan nasional dan sistem

perkotaan provinsi. Sistem Perkotaan Nasional tetap mengacu pada RTRWN dan

untuk sistem perkotaan provinsi dapat dilihat pada tabel berikut.:

Tabel 3.2 Sistem Perkotaan Provinsi

RINCIAN PUSAT KEGIATAN LOKAL (PKL)

No. Nama PKL Nama Kota/Kabupaten

1 Tentena Poso

2 Tambu Donggala

(9)

Sumber : RTRW Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2014 – 2034

Dalam RTRW Provinsi Sulawesi Tengah juga telah menetapkan

beberapa Kawasan Strategis Provinsi yang terdapat di Kabupaten Morowali

termasuk Kabupaten Utara diantaranya kawasan strategis dari sudut

kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Rincian Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi

No. Nama KSP Nama Kabupaten/Kota

1. Kawasan Strategis Ekonomi (KSE) Palu Utara

Kota Palu

2. Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM) yaitu:

KTM Air Terang Buol

KTM Tawaru-Bungku Morowali

KTM Padauloyo Parigi Moutong

KTM Bahari Bolano Lambunu Tojo Una-una

KTM Tampolore Poso

3. Kawasan Agrotourism Sausu – Manggalapi - Palolo dsk.

Kab. Parigi Moutong, Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi

4 Kawasan Perbatasan;

Kawasan Tindantana Perbatasan kabupaten Poso dengan kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan;

Kawasan Teluk Matarape Perbatasan kabupaten Morowali dengan Provinsi Sulawesi Tenggara; RINCIAN PUSAT KEGIATAN LOKAL (PKL)

No. Nama PKL Nama Kota/Kabupaten

4 Bungku Morowali

5 Ampana Tojo Una-Una

6 Bora Sigi

7 Banggai Banggai Kepulauan

8 Tinombo Parigi Moutong

9 Parigi Parigi Moutong

10 Toili Banggai

11 Wakai Tojo Una-Una

12 Bangkir ToliToli

13 Paleleh Buol

14 Beteleme Morowali

15 Wuasa Poso

(10)

Kawasan Surumana Perbatasan kabupaten Donggala dengan Provinsi Sulawesi Barat; Kawasan Umu Perbatasan kabupaten Buol dengan

Provinsi Gorontalo;

Perbatasan kabupaten Tojo Una-Una dengan Provinsi Gorontalo; Kawasan Kepulauan Togian Perbatasan kabupaten

Parigi-Moutong dengan Provinsi Gorontalo;

Kawasan Molosipat Perbatasan kabupaten Banggai Kawasan Pulau Sonit Kepulauan dengan Provinsi Maluku

Utara

Sumber : RTRW Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2014 - 2034

Untuk kawasan pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi

di Kabupaten Morowali termasuk Morowali Utara adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4 Rincian Kawasan Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tinggi

No. Nama KSP Nama Kawasan Nama Kabupaten/Kota 1. Kawasan

Sumber Daya Air sebagai sumber energi PLTA

Danau Poso Danau Lindu

Poso Sigi

2. Kawasan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan

Zona I: Selat Makassar dan Laut Sulawesi

Zona II: Teluk Tomini

Zona III: Teluk Tolo

Donggala, Kota Palu, Tolitoli dan Buol

Parigi Moutong, Poso, Tojo Una-Una dan Banggai

Banggai, Banggai Kepulauan dan Morowali Sumber : RTRW Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2014 – 2034

Untuk kawasan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup di

Kabupaten Morowali termasuk Morowali Utara dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.5 Kawasan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

No. Nama KSP Nama Kabupaten/Kota

1. Kawasan Kritis Lingkungan, yaitu;

Kaw. Sungai Podi dsk Kab. Tojo Una-Una 2. Kawasan Wilayah Sungai yang

memiliki nilai strategis , yaitu;

Kaw. WS Parigi – Poso; Kab. Parigi Moutong – Poso; Kaw. WS Laa-Tambalako Kab. Poso-Morowali

Kaw. WS Randangan Prov. Gorontalo-Sulteng-Sulbar

(11)

No. Nama KSP Nama Kabupaten/Kota

Kaw. WS Bongka – Mentawa; Kab. Tojo Una-Una – Banggai-Morowali;

Kaw. WS Pompengan-Lorena;

Prov. Sulawesi Selatan-Sulawesi Tengah-Sulawesi Tenggara;

Kaw. WS Lambunu-Buol Kab. Buol-Donggala-Parigi Moutong-Tolitoli

3. Kawasan Penanganan Khusus Endemik Schistosomiasis

Kab. Sigi dan Kab. Poso

4. Kawasan Terusan khatulistiwa, dsk.

Kab. Parigi Moutong – Kab. Donggala.

Sumber : RTRW Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2014 - 2034

Selain peruntukan kawasan tersebut di atas, Kolonodale (Ibu Kota

Kabupaten Morowali Utara) juga termasuk dalam kawasan andalan disulawesi

Tengah sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 3.6 Rincian Kawasan Andalan di Provinsi Sulaweswi Tengah

No. Nama Kawasan

Andalan Sektor Unggulan Kep. Penetapan 1. Poso dsk. Pertanian, perikanan,

pariwisata, perkebunan, dan industri

PP 26 tahun 2008 Tentang RTRWN

2. Tolitoli dsk. Pertambangan, perkebunan, perikanan, pertanian, dan pariwisata

PP 26 tahun 2008 Tentang RTRWN

3. Kolonedale dsk. Pertanian, perikanan, pariwisata, perkebunan, agro industri, dan pertambangan

PP 26 tahun 2008 Tentang RTRWN

4. Palu dsk. Pertambangan, perikanan, industri, pertanian, perkebunan, dan pariwisata.

PP 26 tahun 2008 Tentang RTRWN

Sumber : RTRW Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2014 - 2034

C. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Morowali Utara

Dalam penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya juga mengacu pada

Peraturan Daerah Kabupaten Morowali Utara Nomor 3 Tahun 2016 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Morowali Utara tahun 2015

-2035 terutama yang berkaitan dengan arahan spasial untuk bidang cipta

karya. Dalam RTRW tersebut, Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten

Morowali Utara dibentuk dengan mempertimbangkan adanya sistem perkotaan

dalam dokumen RTRW Nasional dan RTRW Provinsi Sulawesi Tengah. Sistem

perkotaan yang membentuk struktur ruang wilayah Kabupaten Morowali Utara

(12)

 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dalam Sistem Perkotaan Nasional adalah Kolonodale (Kecamatan Petasia);

 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dalam Sistem Perkotaan Provinsi adalah Beteleme (Kecamatan Lembo)

 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah Kecamatan Mori Atas, Kecamatan Mori Utara, Kecamatan Soyo Jaya, Kecamatan Bungku Utara, dan

Kecamatan Mamosaloto.

1. Tomata : Mori Atas

2. Mayumba : Mori Utara

3. Lembah Sumara : Soyo Jaya

4. Baturube : Bungku Utara

5. Tanasumpu : Mamosalato

 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah:

1. Bungintimbe : Petasia Timur

2. Towara Pantai : Petasia Timur

3. Bunta : Petasia Timur

4. Bahoue : Petasia

5. Ronta : Lembo Raya

6. Lembobelala : Lembo

7. Ensa : Mori Atas

8. Londi : Mori Atas

9. Lembontonara : Mori Utara

10. Bau Molino : Soyo Jaya

11. Tokala Atas : Bungku Utara

12. Siliti : Bungku Utara

(13)

Sumber : RTRW Kabaupaten Morowali Utara Tahun 2014-2034

Gambar 3.1 Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Morowali Utara

Pusat permukiman sebagai pusat kegiatan di wilayah Kabupaten

Morowali Utara terdiri dari Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan

Lokal (PKL), Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp), Pusat Pelayanan Kawasan

(PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 3.7 Rencana Pusat Kegiatan Kabupaten Morowali Utara

No Desa/ Kelurahan Pusat Kegiatan Kecamatan Fungsi

1 Kolonodale PKW Petasia •Ibukota kabupatenPusat pelayanan regional •Pusat distribusi barang •Perdagangan & jasa

•Simpul transportasi regional •Permukiman perkotaan

2 Beteleme PKL Lembo •Ibukota kecamatan Permukiman perkotaan •Perdagangan & jasa •Pengolahan hasil pertanian •Pusat pelayanan local antar

kecamatan

(14)

No Desa/ Kelurahan Pusat Kegiatan Kecamatan Fungsi •Pusat pelayanan desa

4 Mayumba PPK Mori Utara •Ibukota kecamatan Perkebunan

•Permukiman perdesaan •Pusat pelayanan desa

5 Lembah Sumara PPK Soyo Jaya •Ibukota kecamatan Pertanian lahan basah •Permukiman perdesaan •Pusat pelayanan desa

6 Baturube PPK Bungku Utara •Ibukota kecamatan Permukiman perdesaan •Pusat pelayanan desa •Simpul transportasi

penyeberangan

7 Tanasumpu PPK Mamosalato •Ibukota kecamatan Pertanian lahan basah •Permukiman perdesaan •Pusat pelayanan desa

8 Bungintimbe PPL Petasia Timur •Ibukota kecamatanPertanian lahan basah •Permukiman perdesaan

9 Towara Pantai PPL Petasia Timur • Kawasan Minapolitan Permukiman perdesaan

10 Bunta PPL Petasia Timur • Kawasan Agropolitan Pertanian lahan basah • Permukiman perdesaan

11 Bahoue PPL Petasia • Kawasan MinapolitanPermukiman perkotaan

12 Ronta PPL Lembo Raya • Kawasan Agropolitan Permukiman perdesaan

13 Lembobelala PPL Lembo • Kawasan Agropolitan Permukiman perdesaan

14 Ensa PPL Mori Atas • Perkebunan

Permukiman perkotaan • Perdagangan dan jasa

15 Londi PPL Mori Atas • Kawasan Agropolitan Permukiman perdesaan

16 Lembontonara PPL Mori Utara • PerkebunanPermukiman perkotaan • Perdagangan dan jasa

17 Bau Molino PPL Soyo Jaya • Perkebunan

Permukiman perdesaan

18 Tokala Atas PPL Bungku Utara • Permukiman perdesaan Kebun

19 Siliti PPL Bungku Utara • Kawasan Agropolitan Permukiman perdesaan

20 Pandauke PPL Mamosalato • Pertanian lahan basah Permukiman perdesaan

Sumber : RTRW Kabupaten Morowali Utara Tahun 2015-2035

Arahan spasial dalam RTRW Kabupaten Morowali utara yang mengatur

sistem jaringan prasarana yang berkaitan dengan bidang cipta karya adalah

sebagai berikut :

a. Prasarana air baku untuk air bersih;

Pengembangan jaringan prasarana air baku untuk air bersih dilakukan

(15)

1. Penggunaan sistem instalasi penyediaan air jaringan perpipaan dengan

memanfaatkan sungai dan danau;

2. Pemakaian bak penampung yang bersumber dari air permukaan dan tadah

hujan di kawasan perdesaan;

3. Pemanfaatan air tanah;

4. Peningkatan kapasitas Perusahaan Daerah Air Minum;

5. Perbaikan dan rehabitasi sistem transmisi dan distribusi; dan

6. Pengembangan sistem air bersih regional.

b. Jaringan air bersih ke kelompok pengguna;

Jaringan air bersih ke kelompok pengguna, terdiri dari instalasi

pengolahan air minum yang meliputi:

1. Pengembangan sistem jaringan air minum perpipaan di kawasan

perkotaan; dan

2. Pengembangan jaringan air minum dengan memanfaatkan sumber air baku

di kawasan permukiman perdesaan.

3. Perluasan jaringan pelayanan yang dapat menjangkau daerah-daerah yang

membutuhkan air minum; dan

4. Pembangunan jaringan perpipaan mandiri perdesaan dengan

mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air

tanah;

5. Pemanfaatan secara optimal keberadaan sumur sebagai fasilitas

penyediaan air minum di desa-desa rawan kekurangan air minum.

c. Air Minum

Sistem penyediaan air minum yang akan dikembangkan di Kabupaten

Morowali Utara bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air minum dalam

menunjang kegiatan; rumah tangga, komersial, sosial, pemerintahan dan

lainnya. Sistem penyediaan air minum di Kabupaten Morowali Utara terdiri

atas :

1. Sistem jaringan air minum perpipaan perkotaan

Sistem jaringan air minum perpipaan perkotaan untuk melayani ibukota

kabupaten.

(16)

Sistem jaringan air minum non perpipaan perkotaan dengan menggunakan

Terminal Air dan Hidran Umum untuk melayani seluruh ibukota

kecamatan.

3. Sistem jaringan air minum non perpipaan perdesaan

Sistem jaringan air minum non perpipaan pedesaan dengan menggunakan

Terminal Air dan Hidran Umum untuk melayani seluruh desa.

Pengembangan pengelolaan air minum di Kabupaten Morowali Utara secara

lebih teknis akan diatur lebih lanjut dalam Rencana Induk (Masterplan) Air

Minum.

4. Pengembangan Instalasi Pengolahan air

Pengembangan Instalasi Pengolahan air terdapat di Kolonodale dan

Beteleme.

Rencana pengembangan sistem jaringan air minum, terdiri atas :

a. pembangunan sistem baru untuk melayani daerah yang belum

terlayani;

b. peningkatan kapasitas produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

dan menurunkan kehilangan air; dan

c. perbaikan dan rehabilitasi sistem transmisi dan distribusi

d. Sanitasi

Sistem sanitasi yang akan dikembangkan di Kabupaten Morowali Utara

bertujuan untuk mengurangi tingkat pencemaran air tanah dari bakteri E. Colli

akibat dari pembuangan tinja manusia yang belum dikelola secara baik, dan

meningkatkan kualitas lingkungan.

Sistem pengelolaan air limbah meliputi:

a. Pengembangan sistem pengelolaan limbah domestik dan non domestik

dengan sistem pengelolaan setempat (on-site sanitation) dan sistem

pengelolaan terpusat (off-site sanitation). Sistem sanitasi off site perkotaan

di Kolonodale dan Sistem sanitasi on site perkotaan di Beteleme,

Bungintimbe, dan Tomata;

b. Pengelolaan air imbah secara setempat dilengkapi bidang resapan dengan

sistem tangki septik individu dan sistem tangki septik komunal;

c. Sistem pembuangan limbah domestik kawasan perkotaan dengan

(17)

d. Sistem pembuangan air limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) untuk

kegiatan industri dengan menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL).

Pengembangan sistem sanitasi di Kabupaten Morowali Utara secara

lebih teknis akan diatur lebih lanjut dalam Rencana Induk (Masterplan)

Sanitasi.

e. Persampahan

Secara umum kegiatan penanganan sampah yang akan dikembangkan

di Kabupaten Morowali Utara meliputi: pemilahan sampah, pengumpulan,

pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir. Pengelolaan sampah akan

menggunakan prinsip 3 R yaitu mengurangi (reduce), menggunakan kembali

(reuse),mendaur ulang (recycle).

1. Tempat penampungan sementara

Tempat penampungan sementara (TPS) adalah adalah tempat

sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan,

dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.

Tempat penampungan sementara sampah terdapat di Desa Beteleme

Kec. Lembo, Kel. Kolonodale, Kel. Bahontula, Kel. Bahoue, Kec. Petasia,

Desa Bungintimbe, Desa Tompira Kec. Petasia Timur, Desa Tomata Kec.

Mori Atas, Desa Taliwan Kec. Mori Utara, Desa Lembasumara Kec. Soyo

Jaya, Desa Baturube Kec. Bungku Utara, Desa Tanasumpu Kec.

Mamosalato.

2. Tempat pemrosesan akhir

Tempat pemrosesan akhir (TPA) adalah tempat dilaksanakannya

kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang,

pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Lokasi TPA ditentukan

berdasarkan kriteria teknis :

1. Struktur Geologi / Batuan

2. Morfologi

3. Hidrogeologi

4. Jarak Terhadap Sungai Utama

5. Jarak Terhadap Tepi Laut

6. Jarak Terhadap Jalan Utama

7. Jarak Terhadap Jalur Patahan ( Sesar )

(18)

Tempat pemrosesan akhir sampah dengan sistem control landfill

terdapat di Desa Koromatantu Kec. Petasia Timur. Pengembangan pengelolaan

persampahan di Kabupaten Morowali Utara secara lebih teknis akan diatur

lebih lanjut dalam Rencana Induk (Masterplan) Persampahan.

f. Drainase

Sistem drainase yang akan dikembangkan di Kabupaten Morowali Utara

bertujuan untuk mempercepat pengeringan dan mengurangi daerah genangan

di daerah pusat pemerintahan, perdagangan dan perumahan. Sistem jaringan

drainase meliputi:

a. pengembangan drainase wilayah Kabupaten dilakukan secara terpadu

dengan pendekatan ramah lingkungan;

b. pengembangan drainase wilayah Kabupaten dengan mengintegrasikan

sistem drainase dengan sistem DAS dan Sub DAS;

c. pembangunan prasarana penangkapan air hujan berupa sumur resapan

atau kolam retensi pada kepemilikan lahan yang luas sehingga air hujan

dapat meresap ke tanah;

d. pengembangan saluran tersier (rumah tangga/daerah tangkapan) menuju

saluran sekunder dan primer dengan memperhitungkan retensi air hujan;

dan

e. pengembangan kolam retensi berdasarkan debit banjir pada skala

kawasan.

Sistem drainase di Kabupaten Morowali Utara secara umum terdiri dari

sistem draInase primer berupa sungai alami dan sistem drainase sekunder,

berupa saluran drainase, diantaranya :

a. Sistem Jaringan Drainase di Desa Beteleme Kec. Lembo; Kel. Kolonodale,

Kel. Bahontula, Kel. Bahoue, Kec. Petasia; Desa Bungintimbe, Desa

Tomata Kec. Mori Atas; Desa Taliwan Kec. Mori Utara; Desa Lembasumara

Kec. Soyo Jaya; Desa Baturube Kec. Bungku Utara; Desa Tanasumpu Kec.

Mamosalato; dan

b. Sistem Jaringan Drainase di daerah perdagangan/komersial terdapat di

Kolonodale Kecamatan Petasia.

Pengembangan sistem drainase di Kabupaten Morowali Utara secara

lebih teknis akan diatur lebih lanjut dalam Rencana Induk (Masterplan)

(19)

3.1.3. Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Dalam penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya juga memperhatikan

keterpaduan pembangunan bidang cipta karya yang diarahkan untuk

mendukung pengembangan wilayah pada wilayah pengembangan strategis

(WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas

pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan

meningkatkan peranserta seluruh stakeholder. Berdasarkan Rencana Strategis

(Renstra) Kementrian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS yang

mempresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan

mereflesikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari

pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim.

Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat akan diterpadukan (i) dengan pengembangan 16 Kawasan Strategi

Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP), untuk Pulau Sulawesi (KSPNP : Toraja

dsk, Bunaken dsk dan Wakatobi dsk), (ii) dengan 22 Kawasan Industri

Prioritas (KIP), untuk Pulau Sulawesi ( KIP : Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung

dan Konawe), (iii) dengan program pengembangan perkotaan KSN, PKW dan

PKSN/Kota perbatasan, untuk Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW dan 2 PKSN),

(iv) dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah (pelabuhan

hub dan pelabuhan feeder), untuk Pulau Sulawesi meliputi Makassar,

Pantoloan, Kendari dan Bitung.

Arahan Wilayah Pengembangan Strategis berdasarkan fungsinya dibagi

dalam beberapa kelompok WPS diantaranya yang mencakup Pulau Sulawesi

terdiri dari WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Manado-Bitung-Amurang dan

Makassar-Pare-Pare-Mamuju dan WPS Pusat Pertumbuhan Sedang

Berkembang Gorontalo-Mangondow dan Palu-Banggai.

3.1.4. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

RPI2JM Bidang Cipta Karya juga mengintegrasikan arahan

pembangunan daerah sesuai RPJMD Kabupaten Morowali Utara Tahun

2016-2021 yang dijabarkan lebih lanjut dalam Renstra SKPD terkait untuk

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Adapun Visi yang ditetapkan

dalam RPJMD Kabupaten Morowali Utara adalah “Mewujudkan Masyarakat

Kabupaten Morowali Utara yang Sejahtera dan Berdaya Saing melalui

(20)

Untuk mencapai visi tersebut ditempuh dengan 7 (tujuh) misi sebagai

berikut :

Misi Pertama : Mewujudkan birokrasi yang bersih dan pelayanan publik

yang professional

Misi Kedua : Meningkatkan infrastuktur daerah dan daya dukung

lingkungan secara berkelanjutan

Misi Ketiga : Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan investasi melalui

penciptaan iklim usaha yang kondusif

Misi Keempat : Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui

pendidikan dan kesehatan

Misi Kelima : Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

daerah yang inklusif

Misi Keenam : Mewujudkan kerukunan dan harmonisasi keagamaan, dan

Misi Ketujuh : Mengentaskan kemiskinan dari pinggiran

Secara lebih operasional ketujuh misi tersebut dijabarkan dalam

sejumlah prioritas pembangunan daerah sehingga lebih mudah

diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Prioritas

Pembangunan Daerah bertujuan untuk memberikan arah dan fokus

pembagunan pada lima tahun mendatang, juga menjawab sejumlah tantangan

yang dihadapi oleh Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Morowali Utara

saat ini yakni sebagai berikut.

1. Penataan Organisasi Perangkat daerah dan tata Kelola Pemerintahan

2. Peningkatan investasi daerah dan pertumbuhan ekonomi

3. Peningkatan Pendidikan dan kesehatan

4. Pembangunan Infrastruktur daerah dan sarana-prasarana pelayanan

publik

5. Pengembangan Potensi Unggulan Daerah, Pariwisata, Koperasi dan UMKM

6. Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan dan Penanggulanan Bencana

7. Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Kearifan Lokal

Muatan RPI2JM Bidang Cipta Karya bertolak dari Misi Kedua

meningkatkan infrastuktur daerah dan daya dukung lingkungan secara

berkelanjutan dengan prioritas pembangunan infrastruktur daerah dan

sarana-prasarana pelayanan publik. Beberapa Sasaran yang terkait dengan

(21)

75%, (ii) Meningkatnya kebersihan lingkungan, dengan indikator tersedianya

Tempat Pembuangan Sampah (TPS) persatuan penduduk, (iii) Meningkatnya

Ruang Terbuka Hijau (RTH), dengan indikator luas ruang terbuka hijau yang

meningkat, (iv) Meningkatnya luas taman kota, dengan indikator luas taman

kota yang meningkat, (v) Meningkatnya akses air bersih dan sanitasi layak,

dengan indikator persentase Rumah Tangga yang menggunakan air bersih

meningkat dan persentase rumah tinggal yang bersanitasi mencapai 30%-40%,

(v) Meningkatnya pemanfaatan ruang sesuai peruntukan dengan indikator

persentase pemanfaatan ruang sesuai peruntukan meningkat, dan (vi)

Meningkatnya kepatuhan masyarakat dalam pemanfaatan ruang untuk

pendirian bangunan (permukiman) dengan indikator ketaatan terhadap RTRW

di atas 45%.

Arah Kebjikan dan Strategi dalam rangka mencapai sasaran RPJMD

tersebut diatas ditempuh melalui (i) peningkatan partisipasi pihak pengembang

dalam penyediaan perumahan dan permukiman dengan strategi meningkatkan

ketersediaan perumahan dan permukiman bagi warga kota yang terjangkau,

(ii) Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah mandiri

dengan strategi penyediaan dan penataan Tempat Pembuangan Sampah (TPS

dan TPA), (iii) Penyediaan dan pemeliharaan ruang terbuka hijau dengan

strategi melakukan penataan ruang terbuka hijau dengan baik, (iv)

Pembangunan dan pemeliharaan taman kota dengan strategi melakukan

penataan taman kota, (v) pembangunan sarana dan prasarana air bersih dan

peningkatan kesadaran masyarakat untuk menggunakan sanitasi yang layak

dengan strategi menyediakan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi

dasar yang memadai, dan (vi) Mengimplementasikan secara konsisten Perda

tentang RTRW dan penguatan regulasi yang bertujuan untuk mempertahankan

khasanah arsitektur lokal dan mempertahankan aspek lingkungan, dengan

strategi meningkatkan kesesuaian tata ruang wilayah, tata ruang kota dan

pemanfaatan tata ruang secara terkontrol dan terkendali serta

mempertahankan khasanah arsitektur lokal.

3.2. Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.2.1. Rencana Kawasan Permukiman (RKP)

Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan kawasan

permukiman ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan pencapaian

(22)

dalam pembangunan permukiman. Kebijakan dan strategi tersebut meliputi

kebijakan umum terkait pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur Bin

Was) yang berlaku untuk semua tipologi permukiman serta kebijakan khusus

meliputi pelaksanaan pembangunan pada tipologi permukiman perkotaan,

perdesaan dan kawasan permukiman khusus.

Dalam rangka kebijakan pengembangan kawasan permukiman,

Kabupaten Morowali Utara Sebagai Daerah Otonomi yang baru dimekarkan,

belum memiliki dokumen khusus yang mengatur tentang Rencana Kawasan

Permukiman. Rujukan pengembangan kawasan permukiman untuk sementara

mengacu pada RTRW Kabupaten Morowali Utara. Berdasarkan struktur ruang

kawasan permukiman sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) terdapat di

Kolonodale yang merupakan permukiman perkotaan Ibu Kota Kabupaten

Morowali Utara. Untuk kawasan permukiman sebagai Pusat Kegiatan Lokal

(PKL) terdapat di Beteleme yang merupakan permukiman perkotaan Ibu Kota

Kecamatan Lembo, Pusat permukiman sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

terdapat di Desa Tomata, Mayumba, Lembah Sumara, Baturube dan Tanah

Sumpu yang merupakan permukiman perkotaan Ibu Kota Kecamatan, dan

pusat permukiman sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) terdapat di Desa

Bungintimbe, Towara Pantai, Bunta, Bahoue, Ronta, Lembobelala, Ensa, Londi,

Lembontonara, Bau Malino, Tokala Atas, Siliti dan Pandauke yang merupakan

permukiman perdesaan.

Selanjutnya untuk penetapan kawasan permukiman prioritas akan

diatur lebih lanjut dalam penyusunan dokumen Rencana Pembangunan dan

Pengembangan Kawasan Permukinan Kabupaten Morowali Utara yang sampai

saat ini belum tersedia.

3.2.2. Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)

a. Rencana Sistem Pelayanaan

Pembagian pengembangan wilayah/daerah pelayanan SPAM di

Kabupaten Morowali Utara disesuaikan berdasarkan kondisi topografi,

penyebaran penduduk dan pengembangan perkotaan sebagaimana ditetapkan

dalam RTRW Kabupaten Morowali Utara. Sistem pelayanan wilayah dibagi

(23)

RPI2JM Kabupaten Morowali Utara Tahun 2016-2021

BAB III-23

1 ZONA 1

Petasia

1 Kolonodale

2 Bahontula

3 Bahoue

S. Ance Ombo

4 Ganda ganda

5 Korolaki

2 ZONA 2

Petasia

1 Korolama

Petasia Timur

1 Bunta

S. Ance Ombo

2 Tompira

3 ZONA 3

Lembo

1 Beteleme

2 Tinompo

3 Kumpi

S. Poau

4 Korompeeli

5 Lemboroma

6 Korowou

4 ZONA 4

Lembo

1 Wawopada

2 Wara'a

3 Tingkeao

S. Uepoto

4 Mora

5 Uluanso

No ZONASI

Kec am atan

Kelur ahan/ Des a

Sum ber Air

Tabel 3.8 Zonasi Pengembangan Wilayah/Daerah Pelayanan SPAM IKK

Kabupaten Morowali Utara

5 ZONA 5 Petasia Timur 1 Bungintimbe 2 Towara 3 Molino 4 Mohoni

5 Keuno/Molores S. Laa 6 Keuno/Molores

7 Polewali

8 Towara Pantai 9 Peboa

6 ZONA 6 Petasia Barat 1 Tiu 2 Maralee

3 Togo Mulyo MA Tadiola 4 Tontowea

5 Ulu Laa

7 ZONA 7 Mori Utara 1 Mayumba S. Katu

8 ZONA 8 Bungku Utara 1 Posangke 2 Tokala Atas 3 Uewajo 4 Baturube

5 Woomparigi S. Tiworo

6 Tambaarobone 7 Taronggo

8 Uemasi

9 Tirongan Atas 10 Pokeang

9 ZONA 9 Bungku Utara 1 Kalombang 2 Tirongan Bawah

3 Tanaku Raya S. Werampado 4 Opo

5 Lemo

10 ZONA 10 Mamosalato 1 Tananagaya

2 Tanasumpu S. Anoa

3 Pandauke 4 Tambale 11 ZONA 11 Soyo Jaya 1 Tambayoli

2 Lembah Sumara S. Sumara Jaya 3 Tandoyondo

(24)

13 ZONA 13 Mori Atas

1 Tomata

S Korompolo

2 Pambarea

MA Tiwolu

Mori Utara

3 Wawondula

MA Korongkalae

4 Tabarano

Sumber : Dokumen RISPAM Kab. Morowali Utara, 2015

b. Rencana Pengembangan SPAM

Rencana pengembangan SPAM Kabupaten Morowali Utara disesuaikan

dengan ketersediaan sumber-sumber air baku yang memiliki debit yang dapat

mencukupi dan berlokasi paling dekat dengan perencanaan pengembangan

wilayah per zona. Penentuan tingkat urgensi pelaksanaan kegiatan

pembangunan SPAM ditetapkan dengan parameter-parameter penentu sebagai

berikut :

a. Ada di kawasan strategis pengembangan perkotaan/perekonomian yang

sudah ditetapkan dalam dokumen RTRW Kabupaten Morowali Utara;

b. Mempunyai tingkat pelayanan yang rendah saat ini;

c. Termasuk kawasan rawan kekeringan; dan

5 ZONA 5 Petasia Timur 1 Bungintimbe

2 Towara 3 Molino 4 Mohoni

5 Keuno/Molores S. Laa

6 Keuno/Molores 7 Polewali

8 Towara Pantai 9 Peboa

6 ZONA 6 Petasia Barat 1 Tiu

2 Maralee

3 Togo Mulyo MA Tadiola

4 Tontowea 5 Ulu Laa

7 ZONA 7 Mori Utara 1 Mayumba S. Katu

8 ZONA 8 Bungku Utara 1 Posangke

2 Tokala Atas 3 Uewajo 4 Baturube

5 Woomparigi S. Tiworo

6 Tambaarobone 7 Taronggo

8 Uemasi

9 Tirongan Atas 10 Pokeang

9 ZONA 9 Bungku Utara 1 Kalombang

2 Tirongan Bawah

3 Tanaku Raya S. Werampado

4 Opo 5 Lemo

10 ZONA 10 Mamosalato 1 Tananagaya

2 Tanasumpu S. Anoa

3 Pandauke 4 Tambale

11 ZONA 11 Soyo Jaya 1 Tambayoli

2 Lembah Sumara S. Sumara Jaya 3 Tandoyondo

4 Sumara Jaya

12 ZONA 12 Lembo Raya 1 Petumbea

2 Ronta S. Kapuia

(25)

RPI2JM Kabupaten Morowali Utara Tahun 2016-2021 d. Kemampuan keuangan daerah

Tabel 3.9 Prioritas Zonasi Pengembangan Wilayah/Daerah Pelayanan SPAM IKK Kabupaten Morowali Utara

5 ZONA 5 Petasia Timur 1 Bungintimbe 80% Kawasan Pusat Pelayanan II 2 Towara Lingkungan terpadat

3 Molino 4 Mohoni

5 Keuno/Molores S. Laa 6 Keuno/Molores

7 Polewali 8 Towara Pantai 9 Peboa

6 ZONA 6 Petasia Barat 1 Tiu 80% Belum masuk DED IV 2 Maralee

3 Togo Mulyo MA Tadiola 4 Tontowea

5 Ulu Laa

7 ZONA 7 Mori Utara 1 Mayumba S. Katu 80% Belum masuk DED III 8 ZONA 8 Bungku Utara 1 Posangke 80% Pusat Pelayanan Kawasan III

2 Tokala Atas Perbaikan Jaringan 3 Uewajo

4 Baturube

5 Woomparigi S. Tiworo 6 Tambaarobone

7 Taronggo 8 Uemasi 9 Tirongan Atas 10 Pokeang

9 ZONA 9 Bungku Utara 1 Kalombang 80% Perbaikan jaringan I 2 Tirongan Bawah

3 Tanaku Raya S. Werampado 4 Opo

5 Lemo

10 ZONA 10 Mamosalato 1 Tananagaya 80% Pusat Pelayanan Kawasan IV 2 Tanasumpu S. Anoa

3 Pandauke 4 Tambale

11 ZONA 11 Soyo Jaya 1 Tambayoli 80% Pusat Pelayanan Kawasan IV 2 Lembah Sumara S. Sumara Jaya

3 Tandoyondo 4 Sumara Jaya

12 ZONA 12 Lembo Raya 1 Petumbea 80% Pusat Pelayanan Lingkungan III 2 Ronta S. Kapuia

3 Pontangoa

13 ZONA 13 Mori Atas 1 Tomata S Korompolo 80% Pusat Pelayanan Kawasan IV

Thn 2035

1 ZONA 1 Petasia 1 Kolonodale 80% Ibukota Kabupaten I

2 Bahontula Kawasan Pusat Kegiatan 3 Bahoue S. Ance Ombo Wilayah, terpadat 4 Ganda ganda

5 Korolaki

2 ZONA 2 Petasia 1 Korolama 80% Satu skim dengan Zona 1 I Petasia Timur 1 Bunta S. Ance Ombo

2 Tompira

3 ZONA 3 Lembo 1 Beteleme 80% Kawasan Pusat Kegiatan II

2 Tinompo Lokal, terpadat

3 Kumpi S. Poau 4 Korompeeli

5 Lemboroma 6 Korowou

4 ZONA 4 Lembo 1 Wawopada 80% Satu skim dengan Zona 3 II

2 Wara'a terpadat

3 Tingkeao S. Uepoto 4 Mora

5 Uluanso

(26)

No Prioritas Zona Kecamatan

1 I 1 Petasia

2 Petasia

9 Bungku Utara (S. Werampado)

2 II 3 Lembo (S. Poau)

4 Lembo (S. Uepoto) 5 Petasia Timur

3 III 7 Bungku Utara (S. Tiworo) 8 Lembo Raya

12 Mori Utara

4 IV 10 Mamosalato

11 Soyo Jaya 6 Petasia Barat

13 Mori Atas + Mori Utara

Sumber : Dokumen RISPAM Kab. Morowali Utara, 2015

Adapun rencana pengembangan SPAM IKK Kabupaten Morowali Utara

disusun pentahapannya berdasarkan 3 periode, yaitu :

a. Periode mendesak (thn 2016& 2017)

b. Periode jangka menengah, jangka 5 tahun pertama (thn 2018 s/d 2020) c. Periode jangka panjang, jangka 5 tahun berikutnya (thn 2025, 2030 dan

2035)

Dengan memperhatikan ketetapan didalam dokumen RTRW, potensi

sumber air baku, kondisi topografi dan skala prioritas yang sudah ditetapkan

sebelumnya dan ketersediaan sumber air baku, maka secara tabelaris rencana

pengembangan SPAM IKK dirincikan sebagai berikut :

Tabel 3.10 Urutan Prioritas Zonasi Pengembangan Wilayah/Daerah Pelayanan

SPAM IKK Kabupaten Morowali Utara

Sumber : Dokumen RISPAM Kab. Morowali Utara, 2015

5 ZONA 5 Petasia Timur 1 Bungintimbe 80% Kawasan Pusat Pelayanan II 2 Towara Lingkungan terpadat

3 Molino 4 Mohoni

5 Keuno/Molores S. Laa 6 Keuno/Molores

7 Polewali 8 Towara Pantai 9 Peboa

6 ZONA 6 Petasia Barat 1 Tiu 80% Belum masuk DED IV 2 Maralee

3 Togo Mulyo MA Tadiola 4 Tontowea

5 Ulu Laa

7 ZONA 7 Mori Utara 1 Mayumba S. Katu 80% Belum masuk DED III 8 ZONA 8 Bungku Utara 1 Posangke 80% Pusat Pelayanan Kawasan III

2 Tokala Atas Perbaikan Jaringan 3 Uewajo

4 Baturube

5 Woomparigi S. Tiworo 6 Tambaarobone

7 Taronggo 8 Uemasi 9 Tirongan Atas 10 Pokeang

9 ZONA 9 Bungku Utara 1 Kalombang 80% Perbaikan jaringan I 2 Tirongan Bawah

3 Tanaku Raya S. Werampado 4 Opo

5 Lemo

10 ZONA 10 Mamosalato 1 Tananagaya 80% Pusat Pelayanan Kawasan IV 2 Tanasumpu S. Anoa

3 Pandauke 4 Tambale

11 ZONA 11 Soyo Jaya 1 Tambayoli 80% Pusat Pelayanan Kawasan IV 2 Lembah Sumara S. Sumara Jaya

3 Tandoyondo 4 Sumara Jaya

12 ZONA 12 Lembo Raya 1 Petumbea 80% Pusat Pelayanan Lingkungan III 2 Ronta S. Kapuia

3 Pontangoa

13 ZONA 13 Mori Atas 1 Tomata S Korompolo 80% Pusat Pelayanan Kawasan IV 2 Pambarea MA Tiwolu

(27)

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035

A SPAM IKK 1 Prioritas I

Zona 1 Petasia

a. Perencanaan Ditjen SDA & PemKab

b. Unit Air Baku Ditjen SDA

c. Unit Produksi Ditjen CK

d. Unit Distribusi Ditjen CK & PemKab

e. Unit Pelanggan PemKab

Zona 2 Petasia, Petasia Timur

a. Perencanaan Ditjen SDA & PemKab

b. Unit Air Baku Ditjen SDA

c. Unit Produksi Ditjen CK

d. Unit Distribusi Ditjen CK & PemKab

e. Unit Pelanggan PemKab

Zona 9 Bungku Utara

a. Perencanaan S. Werampado Ditjen SDA & PemKab

b. Unit Air Baku Ditjen SDA

c. Unit Produksi Ditjen CK

d. Unit Distribusi Ditjen CK & PemKab

e. Unit Pelanggan PemKab

2 Prioritas II

Zona 3 Lembo

a. Perencanaan S. Poau Ditjen SDA & PemKab

b. Unit Air Baku Ditjen SDA

c. Unit Produksi Ditjen CK

d. Unit Distribusi Ditjen CK & PemKab

e. Unit Pelanggan PemKab

Zona 4 Lembo

a. Perencanaan S. Uepoto Ditjen SDA & PemKab

b. Unit Air Baku Ditjen SDA

c. Unit Produksi Ditjen CK

d. Unit Distribusi Ditjen CK & PemKab

e. Unit Pelanggan PemKab

Zona 5 Petasia Timur

a. Perencanaan Ditjen SDA & PemKab

b. Unit Air Baku Ditjen SDA

c. Unit Produksi Ditjen CK

d. Unit Distribusi Ditjen CK & PemKab

e. Unit Pelanggan PemKab

3 Prioritas III

Zona 7 Mori Utara

a. Perencanaan Ditjen SDA & PemKab

b. Unit Air Baku Ditjen SDA

c. Unit Produksi Ditjen CK

d. Unit Distribusi Ditjen CK & PemKab

e. Unit Pelanggan PemKab

Zona 8 Bungku Utara

a. Perencanaan Ditjen SDA & PemKab

b. Unit Air Baku Ditjen SDA

c. Unit Produksi Ditjen CK

d. Unit Distribusi Ditjen CK & PemKab

e. Unit Pelanggan PemKab

Zona 12 Lembo Raya

a. Perencanaan Ditjen SDA & PemKab

b. Unit Air Baku Ditjen SDA

c. Unit Produksi Ditjen CK

d. Unit Distribusi Ditjen CK & PemKab

e. Unit Pelanggan PemKab

4 Prioritas IV

Zona 10 Mamosalato

a. Perencanaan Ditjen SDA & PemKab

b. Unit Air Baku Ditjen SDA

c. Unit Produksi Ditjen CK

d. Unit Distribusi Ditjen CK & PemKab

e. Unit Pelanggan PemKab

Zona 11 Soyo Jaya

a. Perencanaan Ditjen SDA & PemKab

b. Unit Air Baku Ditjen SDA

c. Unit Produksi Ditjen CK

d. Unit Distribusi Ditjen CK & PemKab

e. Unit Pelanggan PemKab

Zona 13 Mori Atas Mori Utara

a. Perencanaan Ditjen SDA & PemKab

b. Unit Air Baku Ditjen SDA

c. Unit Produksi Ditjen CK

d. Unit Distribusi Ditjen CK & PemKab

e. Unit Pelanggan PemKab

Zona 6 Petasia Barat

a. Perencanaan Ditjen SDA & PemKab

b. Unit Air Baku Ditjen SDA

c. Unit Produksi Ditjen CK

d. Unit Distribusi Ditjen CK & PemKab

e. Unit Pelanggan PemKab

No Uraian Tahun Kegiatan Pengelola &

Penanggungjawab LOKASI

(28)

c. Rencana Penurunan Kebocoran Air Minum

Kebocoran atau kehilangan air didefinisikan sebagai air yang tidak

memberikan pendapatan bagi PDAM/UPTD. Besarannya dinyatakan dalam

presentase antara air yang hilang dengan air yang didistribusikan, dihitung

dengan formula sebagai berikut :

KA = (Ad-At)/Ad

Dimana :

KA = Kehilangan Air

Ad = Air Terdistribusi

At = Air Terjual (memberikan revenue)

Sesuai dengan definisi bahwa kehilangan air adalah air yang tidak

memberikan pendapatan bagi PDAM/UPTD. Maka pada dasarnya terdapat

kebocoran air yang sebenarnya tidak hilang secara fisik. Air tersebut tetap

dimanfaatkan oleh masyarakat tetapi tidak memberikan pendapatan bagi

PDAM/UPTD. Oleh karena itu, sifat kehilangan air dalam suatu SPAM dapat

dibedakan dalam dua kategori, yaitu kehilangan air secara berupa air yang

benar-benar hilang tidak termanfaatkan, serta kehilangan air secara non fisik

berupa kehilangan pendapatan PDAM/UPTD akibat adanya pemakaian air

yang tidak tertagih. Kehilangan jenis kedua ini biasa juga disebut kehilangan

air komersial. Ilustrasi kehilangan air dalam suatu SPAM disajikan pada

(29)

 Penurunan Kebocoran Teknis

Untuk dapat mengontrol dan melakukan tindakan untuk mengurangi kehilangan air secara fisik maka diperlukan hal-hal sebagai berikut:

• Peta jaringan perpipaan yang secara akurat memuat informasi: letak, dimensi, jenis, tahun pemasangan, dan aksesoris yang terpasang

• Meteran induk dan meteran di zona distribusi yang berfungsi baik

• Peralatan deteksi kebocoran serta peralatan untuk melakukan perbaikan

• Zona-zona distribusi/pelayanan air yang dilengkapi dengan aksesoris untuk melakukan kontrol kehilangan air serta pelaksanaan perbaikan

• SDM yang memiliki kemampuan berkaitan perbaikan dan pemasangan jaringan perpipaan

• SOP untuk O & M perpipaan

 Penurunan Kebocoran non Teknis

Dalam upaya mengurangi kehilangan air secara non-fisik maka harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

• Inventarisasi pelanggan meliputi: lokasi, tipe/kelas, dimensi meteran dan pemakaian airnya

• Data teknis meteran pelanggan: jenis/tipe, tahun pembuatan, tahun pemasangan, informasi perbaikan/kalibrasi yang pernah dilakukan

• Pembacaan meteran pelanggan secara cermat dan teratur

3.2.3. Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Morowali Utara

adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi

pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kota yang

dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi

pembangunan sanitasi Kabupaten Morowali Utara dengan tujuan agar

pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan

berkelanjutan.

A. Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi

Kerangka kerja pengembangan sanitasi merupakan sistem sanitasi di

masa depan yang akan menjadi tolak ukur pengembangan sanitasi dalam

kerangka perencanaan jangka pendek (1-2 tahun), jangka menengah (5 tahun)

(30)

penetapan visi dan misi pembangunan sanitasi yang dirumuskan dan

disepakati oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten, dengan mengacu

pada visi dan misi Kabupaten Morowali Utara dalam RPJMD Tahun

2016-2021, sebagaimana diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 3.12: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Morowali Utara Visi Kab/Kota Misi Kab/Kota Visi Sanitasi

Kab/Kota

Misi Sanitasi Kab/Kota

Mewujudkan masyarakat Kabupaten Morowali Utara yang sejahtera dan berdaya saing melalui penyelenggaraa n pemerintah yang bersih dan profesional

Misi Pertama: Mewujudkan

birokrasi yang bersih dan pelayanan

publik yang

professional

Misi Kedua: Meningkatkan

infrastuktur daerah dan daya dukung lingkungan secara berkelanjutan

Misi Ketiga: Meningkatkan

pertumbuhan

ekonomi dan

investasi melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif Misi Keempat:

Meningkatkan

kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan kesehatan Misi Kelima:

Meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan daerah yang inklusif Misi Keenam:

Mewujudkan

kerukunan dan harmonisasi

keagamaan, dan Misi Ketujuh:

Mengentaskan kemiskinan dari pinggiran

Terwujudnya

Kabupaten Morowali

Utara yang

Berperilaku hidup

bersih, sehat, cerdas

dan sejahtera

melalui

pembangunan dan

peningkatan

layanan sanitasi

yang ramah

lingkungan dalam

mencapai Universal

Akses

Misi Air Limbah Domestik: Meningkatkan perilaku hidup sehat serta peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga

yang berwawasan

lingkungan Misi Persampahan

Meningkatkan kesadaran

masyarakat akan

pentingnya lingkungan sehat dan bersih serta peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang berwawasan lingkungan dan teknologi terpadu.

Misi Drainase Perkotaan Meningkatkan perilaku sadar lingkungan serta kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan drainase yang tepat guna dan berwawasan lingkungan

Misi PHBS Terkait Sanitasi

Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mengaju pada pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Sumber :Dokumen SSK Kab Morowali Utara tahun 2016 (diolah kembali)

Berdasarkan visi dan misi sanitasi tersebut di atas memberikan

(31)

limbah, sub sektor persampahan, sub sektor drainase lingkungan dan sektor

(32)

Tabel.3.13 Matrik Kerangka Kerja Logis Sektor Air Limbah Bidang Cipta Karya

Tujuan & Sasaran

Strategi

Program & Kegiatan

Rumusan

Air Limbah 1 Terbatasny a sumber

(33)

2 Legalitasi rancangan peraturan daerah tentang pengelolaan air limbah Pendana

an & pembiaya an masih belum mencuku pi,

sehingga berdamp ak pada terbatasn ya

penyedia an sarana dan prasaran a, sistem maupun cakupan layanan air limbah domestik

(34)
(35)

n air

air limbah Kabupaten Morowali Utara Pada Tahun 2017

limbah n air limbah unit IPLT di tahun 2021

Pada akhir tahun 2021 terbangun 1 unit IPLT

(36)

terhadap perilaku membua ng air limbah dan memperh atikan dapak kesehata n yang ditimbulk an

Kelembagaa n Pengelola IPLT 6

Pelatihan bagi Pengelola IPLT

7 Pembanguna n IPLT 8 Supervisi

Pembanguna n IPLT 9 Pengadaan

Truk Tinja 10 Operasi

pemeliharaa n IPLT 11 Monitoring

dan Evaluasi

(37)

Tabel.3.14 Matrik Kerangka Kerja Logis Sektor Persampahan Bidang Cipta Karya

Subsektor Permasalahan Mendesak

Isu-isu Strategis

Tujuan & Sasaran

Strategi

Program & Kegiatan Rumusan

(38)

sistem maupun cakupan layanan persampah an

3 Pelaksanaa n

Bimbingan Teknis

2 Belum adanya Perda tentang Persampah an

Akses masyaraka t terhadap sarana dan prasarana sanitasi masih rendah dan perilaku hidup bersih dan sehat masyaraka t masih sangat rendah

Program Promosi Kesehatan dan Pemberda yaan Masyarak at

4 Penyuluha n

(39)
(40)
(41)
(42)

TPA

4 Pengadaan Alat Berat 5 Pembentuk

an

Kelembaga an

Pengelolaa n TPA/Unit Kerja TPA 6 Pelatihan

Pengelolaa n TPA 7 Penyuluha

n dan Bimbingan kepada masyaraka t disekitar TPA 8 Operasi

dan

Pemelihara an TPA dan fasilitasnya 9 Monitoring

(43)

Sumber :Dokumen SSK Kab Morowali Utara tahun 2016 (diolah kembali)

Tabel.3.15 Matrik Kerangka Kerja Logis Sektor Drainase Bidang Cipta Karya

Subsektor Permasalahan Mendesak

Isu-isu Strategis

Tujuan & Sasaran

Strategi

Program & Kegiatan

Rumusan

(44)

bersih dan sehat masyarakat memprihati nkan

tahun 2021

dengan tingkat risiko pada dokumen BPS

mencapai 0%

Penganggar an yang ada masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat sehingga berdampak pada cakupan layanan drainase

3 Pelaksa naan koordina si (lintas SKPD, lintas program ) tentang drainase

4 Pelaksa naan Bimbing an Teknis Promosi

Kesehatan dan Pemberda yaan Masyarak

(45)
(46)
(47)

gunan drainase sekunde r

8 Supervis i

Pemban gunan Drainas e

sekunde r

9 Pemelih araan drainase sekunde r

10 Rehabilit asi Saluran Drainas e

sekunde r

(48)

tersier

12 Pemban gunan drainase tersier 13 Supervis

i

pemban gunan drainase tersier 14 Pemelih

araan drainase tersier 15 Rehabilit

asi saluran drainase tersier 16 Monitori

ng dan Evaluasi

(49)

B. Tujuan, Sasaran Strategi Pembangunan Sanitasi

Tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi ditetapkan dengan melihat kondisi eksisting (data dasar) pembangunan sektor sanitasi di Kabupaten Morowali Utara saat ini yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, persampahan dan drainase perkotaan, sebagaimana diuraikan pada tabel berikut.

1). Air Limbah Domestik

Tabel 3.16 Tujuan, Sasaran Dan Data Dasar Pembangunan Air Limbah Domestik

Tujuan Sasaran Data Dasar

(1) (2) (3)

Tersedianya

anggaran untuk peningkatan

perilaku hidup bersih dan sehat serta pengelolaan air limbah domestik yang memadai

Meningkatkan anggaran untuk air limbah domestik dari 0% (rata-rata pertumbuhan) per tahun menjadi 1,5 % di tahun 2021

Rata-rata

pertumbuhan per tahun nilai investasi sektor air limbah di Kabupaten Morowali Utara hanya sebesar 0%

Tersedianya

master plan pengelolaan air limbah domestik pada tahun 2017

Tersediannya kualitas dokumen Outplan dan DED pengelolaan air limbah

Belum ada master plan dan DED dalam pengelolaan air limbah

Tersedianya

fasilitas IPLT dan optimalisasi

pemanfaatannya

Meningkatkan sarana dan prasarana air limbah domestik (IPLT) dari tidak memiliki menjadi 1 unit IPLT di tahun 2019

Belum ada IPLT di Kabupaten Morowali Utara

Sumber: Dokumen SSK Kabupaten Morowali Utara Tahun 2016

2). Persampahan

Tabel 3.17 Tujuan, Sasaran Dan Data Dasar Pengembangan Persampahan

Tujuan Sasaran Data Dasar

(1) (2) (3)

Tersedianya anggaran untuk pengelolaan persampahan yang memadai serta peningkatan perilaku masyarakat akan kesadaran lingkungan yang bersih dan sehat

Meningkatkan anggaran untuk Persampahan dari 0%(rata-rata

pertumbuhan) per tahun menjadi 1,5% di tahun 2021

Rata-rata

(50)

Tujuan Sasaran Data Dasar

(1) (2) (3)

Tersedianya sarana

Pengelolaan sampah

Peningkatan

Kelembagaan pengelolaan persampahan dan peningkatan SDM dalam pengelolaan persampahan

Belum memiliki TPS 3R dan TPS bak beton di wilayah kajian sanitasi

3 unit dump truk yang ada baru bisa melayani 20% timbulan sampah di wilayah kajian Sanitasi

Tersedianya teknologi

pengelolaan

persampahan

Meningkatnya

penggunaan Teknologi pengelolaan persampahan yang terstandardisasi di tahun 2021 dan peningkatan jumlah Personil dalam pemanfaatan teknologi pengelolaan persampahan

Belum terbangunnya TPA diwilayah kajian sanitasi

Belum memiliki unit TPST 3R di wilayah kajian

Sumber: Dokumen SSK Kabupaten Morowali Utara Tahun 2016

3). Drainase Perkotaan

Tabel 3.18 Tujuan, Sasaran Dan Data Dasar Pembangunan Drainase

Tujuan Sasaran Data Dasar

(1) (2) (3)

Tersedianya anggaran untuk pengelolaan drainase serta peningkatan perilaku masyarakat dalam pemanfaatan drainase lingkungan

Meningkatkan

pertumbuhan sumber pendanaan sektor drainase dari berbagai sumber pendanaan dan Peningkatan SDM pengelola drainase

Rata-rata

pertumbuhan per tahun nilai investasi sektor drainase di Kabupaten Morowali Utara hanya mencapai 0%

Tersedianya master plan

drainase dan DED

Penyusunan Dokumen master plan dan DED drainase yang berkualitas di tahun 2019

Belum memiliki dokumen master plan dan DED drainase untuk wilayah kajian sanitasi

Tersedianya jaringan

saluran drainase yang

Meningkatnya

Pembangunan dan Pemeliharaan jaringan

Gambar

Tabel 3.3 Rincian Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan PertumbuhanEkonomi
Tabel 3.4 Rincian Kawasan Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan TeknologiTinggi
Tabel 3.6 Rincian Kawasan Andalan di Provinsi Sulaweswi Tengah
Tabel 3.7 Rencana Pusat Kegiatan  Kabupaten Morowali Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Limbah cair industri kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Limbah cair industri minyak kelapa

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar kortisol pada kedua kelompok yang diberi obat analgetik ketorolak ataupun kelompok yang diberi

Hal ini bisa dilihat pada program pembelajaran guru, baik pada program semester maupun pada Rencana Pelaksanaan pembelajaran yang secara rinci mencantumkan perencanaan waktu

antara kemahiran berbicara dan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2013/2014 tergolong

Hasil pengukuran kecernaan bahan pada penelitian menunjukkan adanya peningkatan kecernaan BKS yang telah dihidrolisis dengan enzim cairan rumen domba sebagai bahan pakan ikan patin

Dinas Pendapatan Daerah merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Serang sebagai pelaksana urusan pemerintahan daerah di bidang Penggalian Potensi Pendapatan Daerah

Euthanasia agresif, disebut juga eutanasia aktif, adalah suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mempersingkat