• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. Kesimpulan

1. Perkembangan fisik Kota Taliwang tahun 2003-2010

Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan lahan dari rawa, rumput/tanah kosong menjadi areal terbangun. Hal ini dipicu setelah Taliwang menjadi Ibu Kota Kabupaten sehingga membutuhkan lahan yang cukup luas untuk membuat gedung-gedung perkantoran pemerintahan dan gedung penyedia fasilitas umum/publik. Kemudian diikuti dengan penyediaan berbagai sarana penunjang perekonomian.

Penetapan kecamatan menjadi fungsi Kota Taliwang dilakukan dengan dituangkan pada rencana RDTRK perkotaan Kota Taliwang Nomor 6 Tahun 2005 dan perubahan Nomor 22 Tahun 2006 merupakan kota hirarki II dengan fungsi sebagai pertumbuhan utama dan berperan sebagai pusat pemerintahan, pusat permukiman, pusat perhubungan antar kota, pusat pengolahan pertanian, pusat kegiatan pertambangan, dan pusat perdagangan dan jasa, meliputi 6 kelurahan seperti Kelurahan Dalam, Bugis, Menala, Kuang, Sampir dan Telaga Bertong yang mejadi kawasan kota.

Bentuk perkembangan suatu Kota mengikuti pola lingkungan-lingkungan konsentrik, yaitu memekarkan diri bermula dari pusat aslinya, karena bertambah penduduknya secara bertahap akan meluas kewilayah tepi dan keluar, namun

(2)

bergerak secara “Urban Sprawl” yaitu suatu perkembangan kawasan baru yang berkembang kearah luar pinggiran Kota dengan mengkonversi lahan perdesaan menjadi kawasan Kota. Demikian pula yang terjadi di Kota Taliwang sebagai kota kecil, dalam periode tahun 2003–2010 telah terjadi perkembangan yang cukup pesat, sehingga arah perkembangannya bergeser keluar ke arah pinggiran Kota Taliwang menempati lahan-lahan tidak terbangun seperti persawahan, tegalan, rawa dan lahan kosong menjadi lahan terbangun.

Bentuk perkembangan Kota Taliwang berkembang secara Konsentrik dapat dilihat dari awal perkembangan yang berawal dari pusat Kota lama ke arah luar Bagian Selatan Kelurahan Kuang dan Telaga Bertong serta Bagian luar Utara Kota Taliwang dan Barat Daya seperti di pinggiran Kelurahan Sampir. Namun Perkembangan ini berkembang secara tidak kompak, menyatakan bahwa bentuk areal perkotaan yang tidak kompak merupakan perwujudan areal fisik kotanya membentuk satuan yang tidak utuh (contigous) yang diantarai oleh kenampakan terbuka yang cukup luas antara lain berupa kenampakan perairan seperti sungai, danau, rawa dan kenampakan bukan perairan seperti daerah pertanian, hutan, daerah terbuka yang keberadaannya karena zoning dan perbukitan. Sedangkan pola perkembangan fisik kota adalah perkembangan memanjang (linier development), mengikuti jalur transportasi jalan.

Kencenderungan perkembangan pemukiman di Kota Taliwang berkembang keluar pinggiran kota secara urban sprawl dan mengikuti jaringan jalan serta mengikuti sarana dan prasarana kota. Hal ini karena terbatasnya lahan di dalam kota, mahalnya harga tanah, kepadatan penduduk seperti yang dikatakan

(3)

adanya kekuatan sentrifugal dan sentripetal. dengan kategori pertumbuhan pemukiman sedang menunjukkan perkembangan ke arah selatan dan utara.

Fasilitas perdagangan dan jasa di Kota Taliwang tahun 2003 hanya mendominasi di pusat kota di sepanjang jalan lokal primer jl. Pasar Baru dan jl. jend. Sudirman di Kelurahan Dalam, menala dan bugis kawasan perdagangan yang terbangun di sini berupa pasar, pertokoan, bank dan pertokoan, jasa fotocopy toko-toko kecil berupa kios, kantor kecamatan dan kantor pos, jasa telekomunikasi terletak di Jalan Undru. Setelah penetapan Taliwang sebagai pusat pemerintahan sampai tahun 2010 perkembangan kawasan perdagangan terbangun secara merata perumahan telah berubah fungsi menjadi ruko-ruko dan berubah fungsi menjadi fungsi komersial di sepanjang jalan lokal primer dan tumbuhnya kawasan terminal dan pasar Wilayah Bagian Utara pinggiran Kota Taliwang Kelurahan Sampir Kawasan yang memicu pertumbuhan perdagangan jasa yang lain. Hal ini menunjukkan adanya pemekaran wilayah membawa dampak positif pada perekonomian daerah.

Kegiatan Industri di Kota Taliwang perkembangannya belum dapat dijadikan sebagai potensi untuk pengembangan perekonomian perkotaan kegiatan industri yang berkembang selama ini pengolahan hasil pertanian serta industri kapur yang terdapat di kawasan Batu Putih namun saat ini industri kapur tersebut sudah tidak berproduksi lagi. Industri yang berupa kawasan khusus memang belum ada di Kabupaten Sumbawa Barat

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik Kota Taliwang ditinjau dari pola penggunaan fungsi lahan adalah: faktor geografis, pertumbuhan

(4)

perekonomian, jaringan transportasi dan peristiwa-peristiwa pembangunan fisik. Faktor geografis terutama tingkat kemiringan lahan yang relatif datar sehingga memudahkan penduduk untuk melakukan aktivitas pembangunan, perumahan serta pertanian. Hal ini terbukti pada lahan yang berada di areal kemiringan yang tinggi tidak banyak penduduk melakukan aktivitas pembangunan fisik, demikian pula pada daerah yang jenis tanahnya berpasir.

Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat pada periode tahun 2005-2010 dari 37.004 jiwa menjadi 41.601 jiwa atau meningkat sebanyak 4.190 jiwa. telah mendorong penyediaan sarana dan prasarana fisik berupa jalan, jembatan, maupun fasilitas publik lain seperti gedung rumah sakit, gedung puskesmas, gedung dan sekolah. Dengan kecepatan pertumbuhan penduduk selama periode 2005-2010 sebesar 0,22 (22%) Adanya pertumbuhan penduduk yang negatif dikarenakan pemekaran suatu desa pada tahun 2008 sehingga pertumbuhan kelurahan yang menjadi kawasan kota mengalami kecepatan pertumbuhan yang negatif. Pertumbuhan penduduk juga akan langsung berdampak pada pertumbuhan ekonomi karena pendapatan masyarakat akan semakin meningkat.

2. Kecepatan pertumbuhan Ruang Kota Taliwang

Arah pertumbuhan ruang Kota Taliwang adalah peruntukan pemukiman/perumahan. Pemukiman-pemukiman baru bertumbuh di sepanjang jalan transportasi bergerak keluar Kota Taliwang. Semakin mahalnya harga tanah juga mengakibatkan berdirinya pemukiman-pemukiman baru di luar Kota Taliwang, pemukiman yang dibangun oleh perorangan di lahan milik mereka sendiri. Kondisi ini merupakan salah salah satu faktor kekuatan sentrifugal

(5)

(centrifugal forces) yaitu kekuatan yang menyebabkan terjadinya pergerakan penduduk dan fungsi-fungsi kota di bagian dalam suatu kota menuju bagian luarnya. Sedangkan faktor penariknya adalah tersedianya lahan yang luas dengan harga yang relatif murah, lingkungan yang nyaman dan bebas polusi. Di telaga Bertong ini muncul pemukiman elite yang dihuni oleh orang-orang kaya di Taliwang. Hal ini memicu munculnya jalan-jalan baru yang menghubungkan satu kompleks pemukiman dengan pemukiman lain atau satu desa dengan desa yang lain.

Kecepatan pertumbuhan pemukiman di Kecamatan Taliwang mencapai 119% pada 2010 bila dibandingkan dengan 2003. Hal ini dapat diketahui dari perubahan lahan yang terjadi selama 2003-2010 banyak diperuntukan pemukiman, dengan perincian: kebun berubah menjadi pemukiman sebanyak 30,66 ha, rawa menjadi pemukiman sebanyak 0,18 ha, rumput tanah kosong menjadi pemukiman sebanyak 4,75 ha, sawah menjadi pemukiman sebanyak 396,45, semak/belukar menjadi pemukiman sebanyak 28,61 ha dan tegalan/ladang menjadi pemukiman sebanyak 38,58 ha.

(6)

6.2. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan rekomendasi sebagai berikut:

1. Dalam merencanakan pembangunan sarana fasilitas publik dan kawasan pemerintahanan sebaik nya tetap berpedoman pada rencana detail yang telah ditetapkan agar pemanfaatan ruang dapat optimal sesuai dengan fungsi peruntukannya serta tetap memperhatikan aspek lingkungan sehingga tidak merusak lahan konservasi yang ada.

2. Pemerintah Daerah sebagai kontrol perlu membatasi dan mengarahkan perkembangan untuk menghindari perkembangan yang tumbuh secara sporadis untuk itu perlu dilakukan penyusunan rencana detail kawasan dengan mempertimbangkan aspek guna lahan sebagai acuan perkembangan kota menuju perkembangaan kompak city mengingat masih luasnya kawasan pengembangan yang dapat dimanfaatkan.

3. Pemerintah daerah perlu mencermati masalah-masalah perkotaan yang timbul akibat semakin meningkatnya urbanisasi konsentrasi kepadatan dan aktivitas perkotaan pada suatu kawasan saja akan berdampak pada tidak efisien dan tidak optimalnya mekanisme kehidupan perkotaan. Perkembangan kota yang cenderung linier perlu diantisipasi dengan membuat konsep pengembangan pusat pertumbuhan dengan melihat potensi local kawasan baru tersebut 4. Perlu dibuat pengaturan rute lalu lintas Kota Taliwang untuk menghindari

pergerakan jalur trayek secara organis yang berkaitan erat dengan pengaturan arus kendaraan lokal dan regional serta rencana pelayanan angkutan umum

(7)

pada beberapa wilayah yang perlu dilayani, terutama dengan adanya pertambahan penduduk berpengaruh pada pola pergerakan penduduk, sehingga Kota Taliwang yang mengemban fungsi primer, dengan adanya peningkatan dan pembangunan jalan baru, terutama pada bagian barat kota, menetapkan fungsi-fungsi pada jalan yang telah ada sesuai dengan penggunaannya, terakhir peningkatan kualitas dan kuantitas jembatan Brang Rea yang terletak pada bagian tengah kota.

5. Untuk penelitian yang akan datang, dapat lebih memperdalam tentang permasalahan-permasalahan perkotaan seperti: penyediaan sarana prasarana umum, perencanaan kota maupun kerjasama antar kecamatan dalam ruang lingkup Kabupaten Sumbawa Barat.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis ragam dari kedua variabel yang diteliti menunjukkan bahwa respon yang ditimbulkan akibat dari perbedaan perlakuan penggunaan sistim penyiapan air media

Sekolah peserta wajib menyiapkan komputer pribadi, laptop ataupun smartphone yang terhubung dengan koneksi internet atau berada di tempat yang tersedia sarana tersebut

Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.. Syarat- syarat sist

Hasil dari penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Taurisa dan Ratnawati, 2012) yang menyatakan ada pengaruh antara budaya organisasi dan

Kesedihan-kesedihan yang mengiringi karena kenyataan bahwa orangtua angkat tersebut tidak dapat memiliki anak sehingga sangat mungkin orangtua angkat terse but akan

Di samping itu, pluralisme agama dan agama mayoritas masyarakat desa Karangbenda adalah Agama Islam, sedang agama lainnya dan kepercayaan hanya minoritas.Namun seperti

• Penataan ADIK digunakan untuk sinkronisasi antara perencanaan dan penganggaran dengan cara mengaitkan aplikasi Renja (sisi perencanaan) dengan aplikasi ADIK dan

and Geodetic for map projection was used in the digital mapping process. The necessary indicators of GIS in marine meteorology which may affected by the climate change