MEWUJUDKAN KONSISTENSI ANTARA PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN ANGGARAN
Forum Diskusi Nasional Perencana 2016 Jakarta, 6 Desember 2016
POKOK BAHASAN
III. SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
I. SIKLUS PENYUSUNAN APBN
Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Maret April APBN
(maksimal akhir Oktober) Surat Bersama Pagu Indikatif
(maksimal akhir bulan Maret)
Surat Pagu Anggaran (maksimal akhir Juni)
RUU APBN, Nota Keuangan, dan Himpunan RKA K/L diajukan kepada DPR
Pembahasan RUU APBN, Nota Keuangan, dan Himpunan RKA K/L DPR
Perpres Rincian APBN (maksimal 30
Siklus APBN
Penyampaian dokumen Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal, Kerangka Ekonomi Makro (maksimal pertengahan Mei)
2
3
4
5
6
7
8
9
5
7
RKP
RPJM Nasional
RPJP
Nasional
RKP
Daerah
Renstra KL
Renja KL
Renja
SKPD
RAPBN
RAPBD
RKA-KLRKA -
SKPD
APBN
Rincian
APBN
APBD
Rincian
APBD
Diacu Pedoman Dijabarkan Pedoman Pedoman Diperhatikan Dijabarkan Pedoman Pedoman Diacu DiacuDiserasikan melalui Musrenbang
UU SPPN
P
em
eri
ntah
P
us
at
P
em
eri
ntah
Daer
ah
UU KN
Pedoman Pedoman PedomanRPJM Daerah
RPJP Daerah
Renstra
SKPD
Pedoman Pedoman VISI PRESIDEN Visi Kepala Daerah25 TAHUNAN
5 TAHUNAN
1 TAHUNAN
Proses Perencanaan dan Penganggaran
Pemerintah Pusat dan Daerah
Penetapan Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional
Waktu : Akhir Januari PIC : Presiden
Review Baseline Penyusunan Resource Envelope
Sidang Kabinet Pagu Indikatif
Penyampaian Resource Envelope ke Bappenas
Sinkronisasi/koordinasi pagu indikatif
Waktu : Februari – Maret PIC : Kemenkeu dan K/L
Waktu : Mulai pertengahan Februari PIC : Kemenkeu
Waktu : Minggu IV Maret
PIC : Setneg/Setkab Waktu : Minggu II-IV Maret PIC : Kemenkeu dan Bappenas Waktu : Minggu I-II Maret
PIC : Kemenkeu
Surat Bersama Pagu Indikatif
Waktu : 29 atau 30 Maret
PIC : Ditetapkan Menkeu dan Menteri PPN/Bappenas
Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat (Rakorbangpus)
Waktu : April PIC : Bappenas
Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Musyawarah Perencanaan Penetapan Perpres Rencana Kerja Penyampaian RKP serta Kerangka Ekonomi Makro (KEM) dan Pokok-Pokok Kebijakan
Proses Perencanaan dan Penganggaran
sesuai PP 90/2010 dan PP 40/2006
TUGAS DAN FUNGSI BAPPENAS DALAM RANGKA PERENCANAAN SESUAI UU No. 25
Tahun 2004 (1/2)
1) Penyusunan dan Penetapan RPJP (Pasal 10-13).
menyiapkan rancangan RPJP Nasional.
(Pasal 10 Ayat (1))
menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Nasional.
(Pasal 11 Ayat (2))
menyusun rancangan akhir RPJP Nasional berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Panjang Nasional.
(Pasal 12 Ayat (1))
2) Penyusunan dan Penetapan RPJM (Pasal 14-19).
menyiapkan rancangan awal RPJM Nasional sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden ke dalam strategi
pembangunan Nasional, kebijakan umum, program prioritas Presiden, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal.
(Pasal 14 Ayat (1))
menyusun rancangan RPJM Nasional dengan menggunakan rancangan Renstra-KL dan berpedoman pada RPJP Nasional.
(Pasal 15 Ayat (2))
menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Nasional.
(Pasal 16 Ayat (3))
TUGAS DAN FUNGSI BAPPENAS DALAM RANGKA PERENCANAAN SESUAI UU No. 25
TAHUN 2004 (2/2)
11
3) Penyusunan dan Penetapan RKP (Pasal 20-27).
menyiapkan rancangan awal RKP sebagai penjabaran dan RPJM Nasional.
(Pasal 20 Ayat (1))
mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan menggunakan rancangan Renja-KL.
(Pasal
21 Ayat (2))
menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKP.
(Pasal 22 Ayat (3))
mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan menggunakan rancangan Renja-KL.
(Pasal
23 Ayat (3))
TUGAS DAN FUNGSI KEMENKEU DALAM RANGKA PENGANGGARAN
BERDASARKAN UU 17/2003
Pasal 6
(1)Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan.
(2)Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) :
a. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan
kekayaan negara yang dipisahkan.
b. dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya;
c. diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola
keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan
TUGAS DAN FUNGSI KEMENKEU DALAM RANGKA PENGANGGARAN
BERDASARKAN UU 17/2003
13
Pasal 8
Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas :
a) menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;
b) menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN;
c)
mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
d) melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;
e) melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-undang;
f)
melaksanakan fungsi bendahara umum negara;
g) menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN;
Sinkronisasi
•
Sejak tahun 2015, telah dilakukan penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) dalam RKA-K/L 2016, sesuai
dengan amanah PMK nomor 196/PMK.02/2015 tentang Perubahan atas PMK nomor 143/PMK.02/2015 tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L dan Pengesahan DIPA.
•
Penataan ADIK dilakukan dengan menggunakan logika berpikir (
Logic Model
) untuk melihat hubungan logis antara
input-output-outcome.
•
Penataan ADIK digunakan untuk sinkronisasi antara perencanaan dan penganggaran dengan cara mengaitkan
aplikasi Renja (sisi perencanaan) dengan aplikasi ADIK dan aplikasi RKA-K/L (sisi penganggaran).
•
Penataan ADIK sejalan dengan penyederhanaan nomenklatur yang diinisiasi oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan mengingat rumusan kinerja sesuai dengan penataan ADIK merupakan output yang dihasilkan
merupakan barang/jasa akhir, memiliki perspektif keluar, terukur, dan relevan.
Perencanaan dan Penganggaran
PENATAAN ADIK DIGUNAKAN UNTUK HARMONISASI/ SINKRONISASI PERENCANAAN DENGAN
PENGANGGARAN *)
Proses / Aktivitas InputNASIONAL
K/L
ESELON I
ESELON II
Sasaran pembangunan nasional (impact) Sasaran strategis K/L (outcome/impact) Sasaran program (outcome) Sasaran kegiatan (output)
Input (Aktivitas/ Proses output Kegiatan)
Ouput eselon1
Indikator Target
Input (outcomeAktivitas/ Proses Program)
Ouput K-L
Indikator Target
Input Aktivitas/ Proses/ (nama komponen)
SASARAN STRATEGIS (Outcome KL/ Impact ) SASARAN PROGRAM (Outcome Eselon 1) Indikator/ IKK SASARAN KEGIATAN (OUTPUT) RENJA ADIK
+
Indikator/ IKS Target Indikator/ IKP Target Target Keterangan : Output Strategis *) Output Program *)17
Arsitektur Perencanaan, Penganggaran, Kinerja, dan Organisasi
KEBIJAKAN K/L PROGRAM KEGIATAN
PRIORITAS
LINTAS PROGRAM
STRUKTUR
PERENCANAAN
SASARAN STRATEGIS SASARAN KELUARAN INDIKATOR KINERJA STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROGRAM INDIKATOR KINERJA KEGIATAN TARGET TARGET TARGET SASARAN PEMBANGUNANNASIONAL INDIKATOR KINERJA TARGET
STRUKTUR KINERJA
TINGKAT NATIONAL
KEMENTERIAN/LEMBA GA UNIT ESELON I UNIT ESELON II ALOKASI ANGGARAN PROGRAM KEGIATANSUB FUNGSI
FUNGSI
SRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHANSTRUKTUR
ANGGARAN
KABINET
K/L
KONSISTENSI STRUKTUR PROGRAM
(RPJMN, RENSTRA, RKP/RENJA DAN RKA-KL)
KEGIATAN
OUTPUT
PROGRAM
Penutup
1. Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang terintegrasi yang
melibatkan beberapa pihak (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional,
Kementerian Keuangan, dan Kementerian/Lembaga).
2. Upaya meningkatkan proses sinkronisasi antara perencanaan dan penganggaran
terus diupayakan, antara lain melalui penerapan Arsitektur Data dan Informasi
Kinerja.
3. Upaya lain yang sedang dilakukan adalah melalui kodefikasi antara visi misi
Presiden, komponen perencanaan dan komponen penganggaran, untuk melihat
keterkaitannya.
BAHAN II PAK PURWIYANTO
SINERGI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Disampaikan Oleh :
Purwiyanto Pranoto Suwiryo
(Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara)
Dalam
23
1.
Anggaran Rutin & Anggaran Pembangunan
2.
Pendekatan Sektor : Sektor/Subsektor/Program
(berbeda ant Rutin & Proyek)
3.
Klasifikasi Ekonomi : Belanja Rutin menurut Jenis
& Belanja Pembangunan menurut Sektor
4.
Pengelola Anggaran : Instansi untuk Belanja Rutin &
Proyek/Bagian Proyek untuk Belanja Pembangunan
5.
Dokumen Anggaran :
DUK/DUP/LK dan Satuan 3
DIK/SKOR/DIKS untuk Belanja Rutin
DIP/SKOP/DIPP untuk Belanja Pembangunan
1. Anggaran Terpadu
2. Pendekatan Fungsi: Fungsi/Sub Fungsi,
Program, Kegiatan
3. Klasifikasi Ekonomi : Menurut Jenis
Belanja
4. Pengelola Anggaran : Kementerian sebagai
Pengguna Anggaran, Satuan Kerja sebagai
Kuasa Pengguna Anggaran
5. Dokumen Anggaran : RKA-KL
Satuan Anggaran DIPA
Perubahan Sistem Penganggaran
Mulai 2005
s.d. 2004
TEORI DASAR
•
Terdapat empat pengambil keputusan di bidang ekonomi, yaitu sector
rumah tangga, perusahaan,
pemerintah,
dan luar negeri.
•
Fungsi objektif dari sector pemerintah adalah
mencapai
kesejahteraan yang optimal
fungsi ekonomisnya adalah
menggunakan anggaran yang terbatas (APBN) untuk mencapai
kesejahteraan rakyat yang maksimum
prioritas dan efisensi
•
Terdapat dua fungsi terkait, yaitu
fungsi perencanaan untuk mencari berbagai kegiatan prioritas, dan
fungsi penganggaran yaitu untuk mencari berbagai kegiatan dengan biaya
efisien
KEGIATAN PRIORITAS
NAWA CITA
kebutuhan yang sangat luas dengan keterbatasan
sumber daya
prioritas dan efisiensi sangat penting
Infrastruktur, pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan,
hankamtibmas dll
target pencapaian saat ini bersifat sub
maximum
kebutuhan sangat luas
- Wilayah NKRI sangat luas
34 propinsi, sekitar 500
kabupaten/kota, sekitar 80 ribu desa,
- Faktor politik sangat penting
10 partai
- Berbagai suku bangsa (dan Bahasa) yang tinggal di berbagai pulau,
kepulauan, yang dikelilingi oleh wilayah laut
- Menganut system ekonomi terbuka
dikelilingi oleh negara lain
- Jumlah penduduk lebih dari 250 juta
- Untuk ukuran 2017, kebutuhan fiscal (belanja, cicilan utang, dan
PMN) sekitar 16 persen terhadap PDB
Target Pembangunan 2017
RAPBN
RAPBN*)
Tingkat Pengangguran (%)
5,3 - 5,6
5,6
Tingkat Kemiskinan (%)
9,5 - 10,5
10,5
Gini Ratio
0,38
0,39
Sumber: Bisnis Indonesia, Senin (25/12/2016)
Operasional Ruas Tol
Terbangun dan
Beroperasi
•
Target: 136,13 km
•
Realisasi: 43,92 km
•
Kendala: alokasi dana
pembebasan lahan
Rp1,4 triliun sudah
terserap habis
Pembangunan Rumah
Bersubsidi
•
Target: 700.000 unit
•
Realisasi: 400.000an
unit (hingga kuartal
III/2016)
•
Kendala: persoalan
perizinan & tenggat
pembiayaan kredit
Kunjungan Wisatawan
Mancanegara
•
Target: 12 juta
•
Realisasi: 9,2 juta
(hingga November)
27Kesempatan Kerja
•
Target: 2 juta
•
Realisasi: 2,3 juta
(hingga september)
•
Sepanjang tahun
diproyeksikan 3 juta
Serapan Anggaran Tol
Laut
•
Target: Rp218,99
miliar
•
Realisasi: Rp111,45
miliar (hingga
Oktober)
Produksi Perikanan
•
Target: kenaikan 2 juta
ton menjadi 7,8 juta
ton
Badan Usaha Milik
Negara
•
Target pembentukan
super holding BUMN
pada akhir tahun
•
Hingga awal Desember
belum ada
perkembangan
Penerimaan Pajak
•
Target APBNP 2016
Rp1.318,9 triliun
•
Realisasi Rp870,95
triliun (hingga
Oktober)
29KETERBATASAN SUMBER DANA
- Pendapatan negara sebesar 12,6 persen
terhadap PDB
Perpajakan 10,8 persen, dan
PNBP 1,8 persen)
- Proporsi Belanja wajib dan belanja mandatory
masih besar
- Penyerapan belanja negara masih belum optimal
- Kualitas belanja negara belum optimal;
31
Tantangan APBN ke Depan
Ruang Fiskal
Terbatas
Masih ada
potensi
perpajakan
Harga
minyak
rendah dan
Lifting
minyak
stagnan
Mandatory
Spending
dan
belanja wajib
relatif besar
Mandatory
spending
(Pendidikan,
Kesehatan,
Transfer ke
Daerah & Dana
Desa)
Belanja wajib
(pegawai dan
operasional,
bunga utang,
subsidi)
Kualitas
Belanja yang
lebih baik
Efisiensi
belanja
operasional
(rapat,
perjalanan
dinas, gedung)
Efektivitas
perencanaan
belanja
produktif
Penyerapan
anggaran
belum
optimal
Belanja K/L
masih
berkisar
90%-95%
Belanja
masih
menumpuk
pada
triwulan III
dan IV
OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA YANG
LEBIH REALISTIS :
Melanjutkan dukungan insentif fiskal, mendorong iklim investasi & dunia usaha;
Fokus penerimaan terutama pada sektor perdagangan dan WP pribadi.
Ekstensifikasi melalui Geo Tagging;
Memperbaiki basis pajak dan kepatuhan wajib pajak melaui penguatan database pajak, optimalisasi penggunaan IT dan konfirmasi status wajib pajak;
Mengoptimalkan perjanjian pajak internasional;
Cukai dan pajak lainnya untuk mengurangi konsumsi pada produk tertentu (dan atau untuk mengurangi) dengan eksternalitas negatif;
Optimalisasi PNBP dengan tetap memperhatikan pelestarian sumber daya alam dan peningkatan kualitas pelayanan publik;
FOKUS PADA KESINAMBUNGAN FISKAL:
Menjaga defisit dibawah 3% terhadap PDB;
BELANJA YANG LEBIH PRODUKTIF :
Fokus pada infrastruktur dan belanja sosial;
Efisiensi pada belanja barang;
Mempertahankan anggaran kesehatan (5%), pendidikan (20%).
Fleksibilitas dalam merespon kondisi perekonomian
Mitigasi bencana alam & risiko fiskal
Percepatan penyerapan anggaran
SUBSIDI YANG LEBIH TEPAT SASARAN:
Energi
Melanjutkan subsidi untuk BBM jenis solar
Distribusi tertutup/targeted Subsidi LPG 3 Kg
Rumah Tangga Sasaran (RTS) untuk Subsidi listrik menggunakan basis data terpadu (PBDT 2015)
Non Energi
Memperbaiki ketepatan sasaran
MEMPERKUAT DESENTRALISASI FISKAL
Reformulasi perhitungan alokasi DAU;
Memperbaiki pengalokasian, penyaluran dan arah penggunaan
Respon Kebijakan (1)
APBN 2017: Kebijakan Fiskal Yang Ekspansif dengan
Memperbaiki pengalokasian Dana Transfer Khusus melalui:
• Pengalokasian DAK Fisik berdasarkan usulan daerah dan prioritas nasional, dengan memberikan afirmasi kepada daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan transmigrasi. • Pelaksanaan sinkronisasi rencana kegiatan DAK
Fisik antarbidang, antardaerah, dan antara DAK & nonDAK.
•Pengalokasian DAK Nonfisik sesuai kebutuhan riil untuk mendukung peningkatan pelayanan publik.
• Pengalokasian Tunjangan Khusus Guru PNSD di daerah sangat tertinggal dan Dana Pelayanan administrasi kependudukan (adminduk).
Memperbaiki pengalokasian dan
optimalisasi penggunaan Dana Transfer Umum, melalui:
•Perbaikan pengalokasian, penyaluran, & penggunaan DBH.
•Pengalokasian DAU:
memperhitungkan pengalihan kewenangan pendidikan SMA/SMK dan urusan lainnya dari kab/kota ke provinsi.
DAU semua Provinsi naik.
DAU Kab./Kota tidak mengalami penurunan. •Pagu DAU nasional dalam APBN dapat berubah
sesuai perubahan PDN Neto, dengan memperhatikan daerah-daerah yang kapasitas & ruang fiskalnya sangat terbatas.
• DTU dipergunakan sekurangnya 25% untuk
percepatan pembangunan fasilitas pelayanan publik.
ALOKASI TKDD TA 2017
Respon Kebijakan (2)
Kebijakan Umum Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2017 diarahkan untuk memperkuat implementasi
Desentralisasi Fiskal dan Nawa Cita, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa
Anggaran TKDD Rp764,9 triliun, lebih besar Rp1,3 triliun dari anggaran K/L sebesar Rp763,6 triliun
Memperbaiki mekanisme penyaluran anggaran TKDD berdasarkan pada kinerja pelaksanaan di daerah
Kebijakan Dana Desa
•Meningkatkan secara bertahap anggaran Dana Desa dgn tetap memerhatikan kemampuan keuangan negara.
•Rata-rata alokasi per Desa Rp800,5 juta.
•Dana Desa per Desa paling kecil Rp726,7 juta.
•Dana Desa per Desa paling besar Rp2,8 miiar.
Kebijakan Dana Otsus dan Dana Keistimewaan DIY
•Meningkatkan efisiensi & efektivitas pemanfaatan Dana Otsus & Dana Keistimewaan Daerah Yogyakarta.
•Dana Otsus Papua Rp5,6 triliun.
•Dana Otsus Papua Barat Rp2,4 triliun.
•Dana Otsus Aceh Rp8,0 triliun.
•DTI Papua & Papua Barat Rp3,5 triliun.
•Dana Keistimewaan DIY Rp800 miliar.
Kebijakan Dana Insentif Daerah
• Alokasi anggaran DID ditingkatkan untuk memberi penghargaan kepada daerah yang berkinerja baik dalam kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah, pelayanan dasar publik, serta ekonomi & kesejahteraan.
• Terdapat 317 daerah penerima DID.
• Alokasi DID minimum Rp7,5 miliar.
• Alokasi DID tertinggi Rp65,3 miliar.
Kebijakan Dana Transfer Khusus (DTK) Kebijakan Dana Transfer Umum (DTU)
Rp503,
6 T
(DTU)Rp173,4
T
(DTK)Rp7,5 T
(DID)Rp20,3
T
(Otsus & DIY)Rp60,0
T
(Dana Desa)Penyusunan resource envelope & usulan kebijakan APBN Arah Kebijakan & Prioritas Pembangunan 1 2 Pembicaraan Pendahuluan RAPBN (KEM, PPKF dan RKP) Penyusunan KEM, PPKF dan Pembi-caraan Pendahuluan Pembahasan RAPBN, RUU APBN, Nota Keu,
DHP RKA-K/L dan DHP RDP-BUN Pengesahan UU APBN Penetapan Alokasi Anggaran K/L Penyusunan Keppres Rincian ABPP Penetapan Keppres
Rincian ABPP & DHP RDP BUN Pembahasan RAPBN, RUU APBN, Nota Keuangan , DHP RKA-K/L dan DHP RDP-BUN Persetujuan RUU APBN 5 4 8 9 11 12 13 Penyusunan & Pengesahan DIPA 10 14 Pelaksanaan Trilateral Penyusunan RAPBN, RUU APBN, NK, DHP RKA-K/L dan DHP RDP-BUN 3 6 7