• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

471

KAJIAN PENERAPAN PTT MENGGUNAKAN VUB KEDELAI DALAM PENDAMPINGAN SL-PTT DI KABUPATEN MADIUN

Amik Krismawati dan Rohmad Budiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur

Jl. Raya Karangploso Km 4 Malang E mail : krismawati_amik@yahoo.com

ABSTRAK

Produktivitas kedelai masih rendah dengan teknik budidaya kedelai yang beragam. Untuk memperoleh produktivitas tinggi diperlukan penerapan teknologi produksi kedelai spesifik lokasi dengan pendekatan PTT. Pengelolaan tanaman terpadu dengan komponen utamanya PTT, potensial meningkatkan produktivitas kedelai. Kajian ini bertujuan mengetahui komponen pertumbuhan dan hasil panen serta pendapatan dan respon petani terhadap VUB Argomulyo dan Burangrang. Kajian ini dilaksanakan di Mejayan, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun pada MK II mulai bulan Juli sampai dengan Nopember 2012 dalam bentuk demfarm seluas 2 ha dalam lokaso LL SL-PTT, melibatkan 10 petani kooperator. Pendekatan yang ditempuh dalam pelaksanaan demfarm adalah pendekatan yang menganut prinsip partisipatif, dinamis, sinergis, keterkaitan peneliti, penyuluh, mantri tani, POPT, aparat Pemda, dan petani. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan melaksanakan KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang). Komponen PTT yang dipilih adalah (1). Benih Varietas Unggul Baru (VUB) bersertifikat); (2). Penggunaan bahan organik 2 ton/ha; (3). Pemupukan anorganik 50 kg ZA/ha, 300 kg NPK Phonska/ha (1=50%, 2 = 50%), P dan K berdasar PUTS; (3). Tanam dengan cara ditugal dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm, 2 biji per lubang; (4). Pembuatan saluran drainase sedalam 20 - 30 cm; (6). Pengendalian OPT terpadu. Data yang dikumpulkan adalah tinggi tanaman, bobot polong 100 biji, produktivitas (biji kering ose), respon petani dan data ekonomis. Hasil kajian menunjukkan Penerapan PTT menggunakan VUB Burangrang dan Argomulyo memberikan produktivitas kedelai berturut - turut 1,95 ton/ha biji kering ose dan 1,82 ton/ha biji kering ose, sedangkan varietas Wilis 1,20 ton/ha biji kering ose. Penggunaan VUB Burangrang dan Argomulyo dapat meningkatkan produktivitas 51,67 - 62,50% dan pendapatan usahatani kedelai 64,24 - 76,64%. Varietas unggul baru Argomulyo dan Burangrang disukai petani karena juga memiliki biji yang berukuran besar, produktivitas tinggi dan berumur genjah (rata - rata umur panen 80 - 82 HST).

Kata kunci: Varietas Unggul Baru (VUB), kedelai, PTT, produktivitas, pendapatan PENDAHULUAN

Produksi kedelai pada tahun 2009 sebanyak 975 ribu ton, tetapi dalam tiga tahun terakhir (2010 - 2012) terus menurun masing masing menjadi 907 ribu ton dan 783 ribu ton (Anonimous, 2013). Jawa Timur merupakan salah satu pusat pertumbuhan kedelai, namun luas areal panen kedelai terus mengalami penurunan, sedangkan kebutuhan benih kedelai bermutu di Jawa Timur sekitar 34.000 ton//tahun masih sulit dipenuhi negeri (Sumarno et al., 2007; Suyamto et al., 1994)

(2)

472

Jawa Timur dikenal sebagai sentra produksi kedelai, yang telah memberikan kontribusi terhadap produksi nasional sekitar 40% (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, 2010). Namun produksi kedelai di Jawa Timur sejak tahun 2000 mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya luas areal panen. Luas areal panen kedelai di Jawa Timur pada tahun 2001 mencapai 278.017 ha dengan produksi 342.097 ton, pada tahun 2005 turun menjadi 255.443 ha dengan produksi 335.106, Selama lima tahun terakhir terjadi penurunan areal tanam 8,80% dan penurunan produksi 2,097%. Sementara itu produktivitas kedelai selama kurun waktu tersebut hanya mengalami peningkatan dari 1,23 ton/ha menjadi 1,31 ton/ha atau meningkat 5,69% (Santoso et al., 2012).

Pada tahun 2011, luas panen, produktivitas dan produksi kedelai di Kabupaten Madiun masing masing 8, 346 hektar, 20,46 ton/ha dan 17.077 (BPS Jatim, 2011). Saat ini rata – rata produktivitas kedelai nasional di tingkat petani hanya sekitar 1,0 ton/ha dengan kisaran 0,6 – 2,0 ton/ha, sedang di tingkat penelitian telah mencapai 1.7 – 3,2 ton/ha bervariasi menuriut kesuburan lahan dan penerapan teknoloi budidaya (Balitkabi, 2011; Zaenal et al., 2011).

Usaha untuk mengatasi masalah peningkatan produksi dan produktivitas kedelai tersebut, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur telah melakukan (1). Upaya peningkatan luas tanam dengan cara penggunaan lahan secara optimal, (2). Peningkatan produktivitas melalui penerapan inovasi teknologi, (3). Pengadaan benih bermutru dan sarana produksi lainnya, (4). Perbaikan sistem pemasaran, dan (5). Penguatan kelembagaan tani. Program strategis dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas kedelai tersebut adalah Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) (Santoso et al., 2012).

Salah satu pendekatan untuk meningkatkan produktivitas tersebut dilakukan melalui introduksi varietas unggul baru dengan produktivitas tinggi. Penyebarluasan pendekatan PTT dilakukan melalui metode sekolah lapang (SL). PTT dan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) telah diadopsi oleh Dirjen Tanaman Pangan sebagai salah satu Program Strategis Kementan untuk peningkatan produktivitas dan produksi pangan. Terkait dengan SL-PTT sebagai salah satu Program Strategis Kementan, segenap institusi Litbang Pertanian dituntut berperan nyata memberikan dukungan dalam bentuk pendampingan teknologi untuk mempercepat penyebaran dan adopsi teknologi budidaya padi di tingkat lapang/petani (Badan Litbang Pertanian, 2007)

Gerakan SL-PTT di Jawa Timur sudah dilaksanakan sejak tahun 2009, yaitu merupakan sekolah lapang bagi petani dalam menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien dan spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi dalam menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan. Pada setiap unit SL-PTT kedelai seluas 10 ha dibentuk unit Laboratorium Lapang (LL) seluas 1 ha yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai

(3)

473

lokasi percontohan/demoplot, tempat belajar, dan tempat praktek penerapan teknologi model PTT. Kajian ini bertujuan mengetahui komponen pertumbuhan dan hasil panen serta pendapatan dan respon petani terhadap Varietas Unggul Baru.

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Kajian dilaksanakan dalam bentuk demfarm seluas ± 2 ha, di Desa Mejayan, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun pada MK II yakni mulai bulan Juli sampai dengan Desember 2011, melibatkan 10 petani secara partisipatif. Komponen PTT yang diterapkan (Tabel 1) didasarkan hasil Participatory Rural Appraisal (PRA). PRA dilaksanakan secara partisipatif, mengikutsertakan masyarakat desa secara bersama-sama menganalisis kondisi, potensi, dan masalah yang dihadapi masyarakat, serta merumuskan perencanaan dan kebijakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi (Chambers, 1992). Demfarm difungsikan sebagai Laboratorium Lapang (LL) pada komponen SL-PTT.

Tabel 1. Komponen Teknologi dalam Demfarm PTT Kedelai di Lokasi LL – PTT dan Non SL-PTT di Desa Mejayan, Kecamatan jayan, Kabupaten Madiun MK II 2011 – 2012

No. Uraian Exsisting Perbaikan/Introduksi

1. Varietas Wilis Demfarm :

Argomulyo; Burangrang Uji varietas:

Kaba, Burangrang, Anjasmoro, Grobogan 2. Pengolahan tanah Olah tanah minimum Olah tanah minimum

dengan pembuatan

guludan

3. Pemakaian pupuk

organik

Pupuk organik : Cap Kuda Laut 500 kgha

Pupuk organik :

Petroganik sebanyak 1 ton/ha.

4. Benih Berlabel (30%) beli di

kios dan milik sendiri (70%)

Berlabel dari Balitkabi

6. Kebutuhan benih 40 - 50 kg/ha 30 kg/ha; 2 biji per lubang

7. Sistem tanam 25 x 20 cm Tugal, kedalaman 2-3 cm;

40 x 15 cm 8. Jumlah benih 3 - 5 biji per lubang 2 biji per lubang 9. Pemupukan an-organik Pupuk ke-1= NPK

Phonska 100 kg/ha Pupuk ke-2= NPK Phonska 50 kg/ha

NPK Phonska = 300 kg/ha; ZA = 50 kg/ha P dan K sesuai PUTS

10. Pengairan Pengairan secara

teknis

Pengairan secara teknis, dibuat blok, dengan kedalaman 30 cm

(4)

474

No. Uraian Exsisting Perbaikan/Introduksi

11. OPT Penyemprotan dengan

Decis sebanyak 2 l/ha Spontan disemprot sebanyak 1 kali/musim -Sesuai dengan PHT Pengamatan dilakukan secara rutin.

12. Sumber air Iirigasi teknis, sungai irigasi teknis, sungai

13. Panen Tebas (kebutuhan dan

kondisi tanaman) Panen sendiri

Ubinan (2,5 x 2,5 m); Panen dilakukan bila 95% polong telah menguning;

14. Produksi 1,5 – 1,6 ton/ha 1,8 – 2,0 ton/ha

15. Pola tanam Padi - kedelai - padi Padi - kedelai - padi 16. Pertemuan kelompok Kelompok tani Dewi

Sri setiap bulan

Varietas Unggul Baru (VUB) kedelai yang digunakan dalam demfarm adalah varietas Argomulyo dan Burangrang (kedua varietas ini merupakan varietas terbaik yang telah diuji seberlumnya pada uji varietas kedelai pada kegiatan SL-PTT tahun 2010 di Kabupaten Madiun) (Krismawati et al., 2010) masing - masing seluas 1,0 ha. Didalam demfarm, dilaksanakan juga display uji varietas kedelai sebanyak 5 VUB + 1 varietas pembanding eksisting dengan varietas yang digunakan adalah varietas unggul Kaba, Burangrang, Anjasmoro, dan Grobogan serta Wilis. Display berdasarkan jumlah unit SL-PTT komoditas tersebut yang terbanyak.

Kebutuhan benih kedelai 30 kg/ha, pupuk organik 1 ton/ha, pupuk anorganik 50 kg ZA kga/ha dan 300 kg NPK Phonska/ha (tergantung status hara tanah) berdasarkan hasil analisis tanah di masing - masing lokasi demfarm. Jarak tanam kedelai adalah 40 cm x 15 cm dengan 2 biji per lubang. Pengendalian OPT dilakukan melalui Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Sebelum pelaksanaan tanam dilakukan pengambilan contoh tanah di lokasi demfarm, kemudian dilakukan analisis status hara tanah di laboratorium tanah.

Dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan demfarm uji varietas di LL didasarkan pada Tabel 1 mengenai penerapan komponen PTT kedelai yang dipadukan hasil KKP. Pengamatan hasil panen dilakukan secara ubinan 2,5 m x 2,5 m. yaitu di lokasi LL Sl-PTT dan non SL-PTT., serta mencatat setiap kegiatan usahatani yang bersifat teknis maupun non teknis.

Data yang dukumpulkan adalah : tinggi tanaman, bobot polong 100 bji, dan produktivitas kedelai, pengeluaran dan penerimaan usahatani, serta respon petani terhadap VUB kedelai yang diuji. Respon petani dikumpulkan melalui wawancara dengan petani menggunakan daftar pertanyaan. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif, dan secara ekonomi untuk mengetahui kelayakan finansial menggunakan pendekatan sebagai berikut:

(5)

475 a = R/C

R = Py.Y; C = FC + VC; a = (Py.Y) : (FC + VC)

Keterangan : R = penerimaan; C = biaya; Py = harga output; Y = output; FC = biaya

tetap (fixed cost); VC = biaya variabel (variable cost) (Soekartawi, 2002; Swastika, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Usahatani Kedelai Eksisting

Dari hasil Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) yang dilaksanakan menunjukkan bahwa petani belum menerapkan teknik budidaya kedelai yang baik. Pada umumnya petani menggunakan benih dari hasil panen sendiri, dan benih tersebut ditanam secara terus menerus, serta hanya sebagian kecil petani yang menggunakan benih berlabel. Jumlah bibit yang ditanam 4 – 5 benih per lubang tanam dengan kebutuhan benih 40 - 50 kg/ha. Sebagian besar petani (90%) menanam kedelai varietas Wilis dengan alasan (1). disukai oleh pedagang pengumpul/tengkulak, (2). harga jual masih tinggi, dan (3) rendemen tinggi. Sebaiknya pertimbangan petani dalam memilih VUB antara lain: (1) biaya produksi lebih murah, (2) produktivitas lebih tinggi, (3) ketahanan tehadap hama penyakit tinggi, (4) umur lebih genjah, dan (5) pemeliharaannya mudah.

Jarak tanam yang yang digunakan oleh petani adalah 20 cm x 25 cm,dan dilakukan hampir pada usahataninya, sedeang jarak tanam 40 cm x 15 cm belum digunakan oleh petani.tani. Pada umumnya petani menggunakan pupuk organik dengan dosis rendah yakni 500 kg/ha. Pupuk anorganik yang digunakan adalah makro anorganik majemuk NPK dengan dosis tidak berdasar PUTS. Sistem panen dengan ditebas (pedagang pengumpul langsung datang ke lahan petani dan menentukan harganya).

Keraagaan Agronomis dan Hassil Panen Kedelai dalam Demfarm VUB Kedelai dan Non Demfarm

Pelaksanaan Demfarm Varietas Unggul Kedelai berdasarkan hasil KKP yang telah dilaksanakan pada bulan Maret 2011 dengan dilakukan perbaikan teknologi budidaya kedelai (Tabel 1).

Secara prinsip tujuan pengembangan pendekatan PTT kedelai adalah untuk : (1), Peningkatan produktivitas, (2) Peningkatan nilai ekonomi/keuntungan usaha tani berbasis padi melalui efisiensi input dan (3) Melestarikan sumberdaya untuk keberlanjutan sistem produksi. Pendekatan PTT padi mengacu kepada keterpaduan teknologi dan sumberdaya setempat yang dapat menghasilkan efek sinergis dan efisiensi yang tinggi, sebagai wahana pengolahan tanaman dan sumber daya spesifik lokasi (Balitkabi, 2011).

(6)

476

Tabel 2. Data Keragaan Tanaman Demfarm Varietas Unggul Kedelai dan Non Demfarm No Varietas Tinggi tanaman (cm) Bobot polong 100 biji (gram) Hasil (ton/ha) Respon petani

1. Argomulyo 75,23 13,50 1,95 Petani suka, ukuran

biji besar, berumur genjah

2. Burangrang 73,30 13,10 1,82 Petani suka, ukuran

biji besar, berumur genjah

3. Anjasmoro 70,10 12,60 1,68 Petani suka, ukuran

biji besar, berumur genjah

4. Kaba 65,80 12,43 1,60 Petani suka, ukuran

biji besar, berumur genjah

5. Grobogan 72,15 12,75 1,72 Petani suka, ukuran

biji besar, berumur genjah

6. Wilis * 60,24 10,54 1,20 Petani kurang suka,

ukuran biji kecil, berumur sedang Keterangan : Varietas kedelai Non Demfarm

(7)

477

Gambar 4 dan 5. Pengamatan agronomis pada tanaman kedelai

Demfarm Varietas Unggul Baru kedelai terdiri dari varietas Burangrang dan Argomlyo yang dilaksanakan di Desa Mejayan, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun pada Musim Kemarau II mulai bulan Juli sampai dengan Nopember 2011. Hasil demfarm kedelai mendapatkan hasil sebanyak 1,95 ton/ha untuk varietas Argomulyo dan 1,82 ton/ha untuk varietas Burangrang serta varietas Wilis adalah 1,20 ton/ha.

Varietas yang mendapatkan respon tinggi dari petani adalah varietas Argomulyo dan Burangrang disukai petani karena pertumbuhan tinggi dan jumlah polong banyak serta tahan terhadap hama penggerek polong. Varietas unggul Argomulyo dan Burangrang digunakan di lokasi demfarm seluas 2 ha, karena kedua varietas ini adalah varietas yang menghasilkan produktivitas yang tinggi pada saat ditanam di 15 kecamatan pada uji varietas tahun 2010 dan memiliki jumlah polong yang banyak dibanding varietas kedelai yang lain. Varietas kedelai Argomulyo dan Burangrang diminati petani karena memiliki pertumbuhan yang bagus dan tahan terdap hama dan penyakit. Varietas yang kurang disukai petani adalah Grobogan dan kaba, karena pertumbuhan kurang bagus dan jumlah polong sedikit.

Varietas unggul Argomulyo dan Burangrang disukai petani karena juga memiliki biji yang berukuran besar, dan berumur genjah (rata - rata umur panen 80 - 82 HST). Menurut Krismawati (2012), varietas yang lain yakini Anjasmoro, Grobogan dan Kaba, biji juga memiliki ukuran besar tetapi produktivitas lebih rendah daripada varietas Argmulyo dan Burangrang. Varietas Wilis sebagai varietas pembanding memiliki ukuran biji lebih kecil dan produktivitas lebih rendah daripada kelima varietas lainnya. Varietas Wilis merupakan varietas yang banyak ditanam petani, karena merupakan varietas bantuan BLBU dari kegiatan SL-PTT di Kabupaten Madiun.

Analisis Finansial Usahatani

Tingkat kemampuan pengembalian atas biaya usaha tani padi dihitung berdasarkan nisbah penerimaan atas biaya input yang digunakan, sedangkan pendapatan usaha tani merupakan selisih antara nilai hasil dan biaya produksi. Hasil analisis usaha tani padi dengan adanya perbedaan perlakuan teknologi budidaya seperti terlihat pada Tabel 3. Usahatani didasarkan pada pengeluaran dan penerimaan yang diterima petani

(8)

478

sesuai dengan harga yang berlaku saat penjualan berlangsung. Menurut Dahono et al. (2011), pendapatan usaha tani merupakan selisih antara nilai hasil dan biaya produksi.

Hasil analisis usaha tani menunjukkan bahwa biaya produksi usahatani kedelai Wilis dengan teknologi petani memerlukan biaya Rp 2.000.000, lebih rendah daripada biaya produksi penerapan PTT menggunakan varietas Burangrang dan Argomulyo berturut - turut Rp 2.250.000,- dan Rp 2.250.000,- Namun demikian produktivitas Burangrang dan Argomulyo berturut – turut 1,95 ton/ha dan 1,82 ton/ha, lebih tinggi daripada Wilis yakni 1,2 ton/ha atau terjadi peningkatan sebesar 51,67 – 62,50%. (Tabel 3). Pendapatan petani dengan penerapan PTT menggunakan Burangrang dan Argomulyo lebih tinggi yakni masing - masing Rp 6.890.000,- dan Rp 7.400.000,-,, lebih tinggi daripada Wilis dengan teknologi petani yakni Rp 4.195.000,-

Hasil analisis usaha tani menunjukkan bahwa biaya produksi usahatani kedelai Wilis dengan teknologi petani memerlukan biaya Rp 2.000.000, lebih rendah daripada biaya produksi penerapan PTT menggunakan varietas Burangrang dan Argomulyo berturut - turut Rp 2.250.000,- dan Rp 2.250.000,- Dengan demikian, penerapan PTT menggunakan kedelai VUB Burangrang dan Argomulyo meningkatkan pendapatan usahatani sebesar 64,24 - 76,64 % daripada usahatani cara petani menggunakan Wilis. Disamping itu, penerapan PTT menggunakan Burangrang dan Argomulyo meningkatkan efisiensi usahatani kedelai dengan R/C ratio Burangrang dan Argomulyo masing- masing 2,55 dan 2,72.

(9)

479

Petani di lokasi Non Demfarm (Non SL-PTT) di Mejayan, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, MK II 2011/2012

Harga Kedelai Rp 6.000,-/kg

Peningkatan pendapatan usahatani yang disebabkan oleh peningkatan produktivitas ini diduga berkaitan dengan penerapan benih Varietas Unggul Baru dan jarak tanm 40 cm x 15 cm serta pemberian pupuk organik yang merupakan salah satu komponen PTT. Menurut Muljady et al. (2005), pemberian pupuk organik pada tanah menyebabkan optimasimalisasi hara dalam tanah dan akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN

6. Penerapan teknologi melalui pendekatan PTT dapat meningkatkan hasil kedelai 51,67 – 62,50% di areal LL SL-PTT dibandigkan dengan areal Non SL-PTT. Rata - rata hasil kedelai di LL adalah 1,95.yang diperoleh varietas Argomulyo, 1,82 diperoleh varietas Burangrang, sedang varietas Wilis memperoleh 1,20 ton/ha. 7. Penerimaan yang tertinggi dari usaha tani yang menerapkan komponen teknologi

PTT di Desa Mejayan menggunakan varietas Argomulyo yakni Rp 11.700.000,- dengan R/C rasio 2,72, varietas Burangrang yakni Rp 10.920.000,- dengan R/C rasio 2, 55 .dan varietas Wilis yakni Rp 4.195.000,- dengan R/C rasio 2,35.

8. Varietas unggul Argomulyo dan Burangrang disukai petani karena juga memiliki biji yang berukuran besar, dan berumur genjah (rata - rata umur panen 80 - 82 HST).

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., Sugiman, S. B., dan D. Harnowo. 2011. Kajian Introduksi Varietas Unggul Baru Kedelai pada Lahan Sawah di Sulawesiu Nusa Tenggara. Prosiding Seminar Nasional Pemandirian Pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Kontak Tani Nelayan Andalan Pusat dan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. Hal 273 - 278.

(10)

480

Anonimous. 2013. Keluar dari Krisis Kedelai. Sinar Tani Edisi 1 - 8 Maret 2013. No 3497 Tahun XLIII.

Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Petunjuk Teknis Lapang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Balitkabi. 2011. Deskripsi Varietas Unggul Kacang – Kacangan dan Umbi – Umbian. Kementrian Pertanaian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Petunjuk Teknis Lapang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Chambers. 1992. Rural Appraisal: rapid, Rilex and Participatory dalam Y.Sukoco. PRA (Participatory Rural Appraisal) Memahami Desa secara Partisipatif. Kanisius. Yogyakarta.

Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. 2010. Laporan Tahunan Tahun 2009. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. Hal 15 - 20.

Departemen Pertanian. 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Kedelai. Departemen Pertanian. 39p.

Heriyanto, R.ozi, F., dan R. Krisdiana. Pemetaan Preferensi Pengguna dan Daya Saing Komoditas Kedelai di Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Kacang – Kacangan dan Umbi – Umbian. Hal 61 – 75.

Humaedah, 2010 : varietas kedelai lahan sawah dan lahan kering : didowload pada http://cybex.deptan.go.id, 2011.

Krismawati, A., Anggraini, H., dan Rokaib. 2010. Laporan akhir Tahun SL-PTT Tahun 2010. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Malang. Krismawati, A., dan Soegiono. 2012. Introduksi Varietas Unggul Baru Kedelai dengan

Penerapan PTT di Kabupaten Madiun. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional

Krismawati , A., dan Sugiono. 2012. Introduksi Varietas Unggul Baru Kedelai dengan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Kabupaten Madiun. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Pertanian dan Perikanan. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hal 509 – 606. Muljady D.M., Anasiru, R. H., Sarasutha, I. G. P., dan H.Hasni. 2005. Introduksi

(11)

481

Tengah. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. VoI.8 (2). Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor. Saeri dan Suwono. 2011. Keragaan dan Tingkat Keuntungan Usahatani Kedelai

sebagai Komoditas Unggulan Kabupaten Sampang. Prosiding Seminar Nasional Pemandirian Pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Kontak Tani Nelayan Andalan Pusat dan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. Hal 279 – 284.

Santoso, P dan K. B. Andri. Sistem Penyediaan Benih Kedelai dalam Mendukung Peningkatan Produksi di Kabupaten Lamongan dan Ngawi. Prosiding Inovasi Teknologi dan Kajian Ekonomi Komoditas Aneka Kacang dan Umbi Mendukung Empat Sukses Kemeterian Pertanian. Pusat Penelitian dan Pegembangan Tanaman Pangan. Hal 410 - 419.

Suhartina. 2005. Perkembangan dan Deskripsi Varietas Unggul Kedelai 1918 – 2004. Balai Penelitian Kacang – Kacangan dan Umbi – Umbian. Malang. Hal : 2 – 63.

Sumarno dan J. R. Hidayat. 2007. Perluasan Areal Padi Gogo sebagai Pilihan untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Iptek Tanaman Pangan 2(1) :26-40 Suyamto, H., B. Sulistyono, dan Indrawati, 1994. Perbaikan sistem usaha pertanian

berbasis jagung pada lahan kering di Kabupaten Lumajang di Jawa Timur. Dalam Radjit et al. (eds.). Risalah Lokakarya Komunikasi Teknologi Untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Pangan di Jawa Timur. Balittan Malang. p : 43-57

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. 85 - 87.

Zaenal, A., Purnomo, S., dan A. Krismawati,. 2011. Produktivitas Varietas -Varietas Kedelai di Lokasi SL-PTT Kedelai di Jawa Timur. Prosiding Inovasi Teknologi dan Kajian Ekonomi Komoditas Aneka Kacang dan Umbi Mendukung Empat Sukses Kemeterian Pertanian. Pusat Penelitian dan Pegembangan Tanaman Pangan. Hal 455 - 460.

Gambar

Tabel 1. Komponen Teknologi dalam Demfarm PTT Kedelai di Lokasi LL – PTT  dan  Non  SL-PTT di Desa Mejayan,  Kecamatan jayan, Kabupaten Madiun MK II  2011 – 2012
Tabel  2.  Data  Keragaan  Tanaman  Demfarm  Varietas  Unggul  Kedelai  dan  Non  Demfarm  No  Varietas  Tinggi  tanaman  (cm)  Bobot  polong 100 biji  (gram)  Hasil  (ton/ha)  Respon petani
Gambar 4 dan 5.  Pengamatan agronomis pada tanaman kedelai
Tabel 3. Analisis Usahatani Petani Demfarm VUB Kedelai (LL SL-PTT) dan Teknologi

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi pembebanan awal adalah kondisi pembebanan pada saat gaya prategang mulai bekerja (ditransfer pada beton) dimana pada saat tersebut beban beban yang terjadi

Para guru SMA Negeri 1 Talang Kelapa dalam hal ini dituntut untuk tidak terjadi batasan-batasan komunikasi antar paraguru agar dapat memenuhi tujuan yang telah

Capaian sasaran strategis tahun 2013 ditunjukkan oleh capaian IKU dominan, “jumlah Sistem Informasi yang dimanfaatkan secara efektif” yang diukur dengan jumlah

(2) Penerapan fungsi evaluasi terhadap kegiatan dakwah masjid Agung Kendal yaitu dengan mempelajari segala bentuk kegiatan dakwah yang diselenggarakan di Masjid

Perbandingan persentase kenaikan kemampuan, baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen dapat dilihat dari selisih rata-ratanya. Hasil uji perbandingan menunjukkan bahwa:

Danang

Jika proses pendataan telah dilakukan maka akan diberikan kepada tim analis untuk mengetahui apakah data peserta tersebut aktif serta rencana dan manfaat yang diajukan dalam

Karakteristik termohidrolika reaktor TRIGA berbahan bakar silinder dan TRIGA Konversi Untuk memberikan ilustrasi mengenai perbedaan karakteristik termohidrolika reaktor