• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PRODUKSI ABON SAPI PUSAT DENDENG DAN ABON SAPI CAP ELANG, BOYOLALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROSES PRODUKSI ABON SAPI PUSAT DENDENG DAN ABON SAPI CAP ELANG, BOYOLALI"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROSES PRODUKSI ABON SAPI

PUSAT DENDENG DAN ABON SAPI CAP ELANG,

BOYOLALI

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat–syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

Disusun Oleh :

ADHELINE TAUFIK

12.70.0065

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

(2)

ii

PROSES PRODUKSI ABON SAPI

PUSAT DENDENG DAN ABON SAPI CAP ELANG,

BOYOLALI

Disusun Oleh:

ADHELINE TAUFIK

NIM: 12.70.0065

Laporan Kerja Praktek ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan sidang penguji pada tanggal 12 Juni 2015

Semarang, 10 Juli 2015

Fakultas Teknologi Pertanian Program Studi Teknologi Pangan

Universitas Katolik Soegijapranata

Pembimbing lapangan Dekan

Untung Suhardi Dr. V. Kristina Ananingsih. ST., MSc

Pembimbing Akademik

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan segala kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Kerja Praktek di Pusar Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang dan menyelesaikan Laporan Kerja Praktek yang berjudul “Proses Produksi Abon Sapi di Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang, Boyolali”. Kerja Praktek ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memenuhi syarat salah satu mata kuliah Kerja Praktek pada Program S1 Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Selama menjalankan Kerja Praktek dan penulisan laporan Kerja Praktek ini, Penulis mendapat banyak pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan pengalaman mengenai proses produksi abon sapi di Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang, Boyolali. Terselesaikannya laporan ini tidak terlepas dari pengarahan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu dalam kelancaran Kerja Praktek dan penulisan laporan Kerja Praktek ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. V. Kristina Ananingsih. ST, M.Sc. sebagai Dekan Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

2. Kartika Puspa Dwiana, S.TP., M.Si. selaku Koordinator Kerja Praktek Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan juga sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengarahkan dan membimbing. 3. Bapak Untung Suhardi selaku Kepala Pusar Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang, Semarang

yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk dapat melaksanakan Kerja Praktek di Unit Produksi.

4. Bapak Joko sebagai Pembimbing Lapangan yang telah memberikan kami bimbingan dan meluangkan waktu selama kami melaksanakan Kerja Praktek.

5. Orang tua tercinta, kakak dan adik tersayang, serta semua keluarga yang selalu berdoa dan memberikan semangat, dukungan material dan spiritual untuk keberhasilan dalam pelaksanaan Kerja Praktek dan penyusunan laporan Kerja Praktek ini.

(4)

iv

7. Cindy dan Selvy selaku teman seperjuangan dalam suka dan duka yang telah banyak memberikan semangat dan kerja sama yang baik selama Kerja Praktek ini berlangsung. 8. Sahabat-sahabat dan semua teman-teman dan kakak kelas FTP yang selalu mau direpotkan

dengan pertanyaan seputar Kerja Praktek dan penyusunan laporan.

9. Teman-teman kost dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan baik doa maupun dukungan.

Pada akhirnya, penulis berharap semoga laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan Kerja Praktek ini dan demi kebaikan penulis di masa mendatang. Tuhan Yesus memberkati.

(5)

i

1. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ... 1

1.1.Sejarah Perusahaan ... 1

1.2.Lokasi Perusahaan ... 1

1.3.Visi dan Misi Perusahaan ... 2

1.4.Struktur Organisasi Perusahaan ... 2

1.5.Ketenagakerjaan ... 3

1.6.Sistem Pemasaran ... 5

2. SPESIFIKASI PRODUK PUSAT DENDENG DAN ABON CAP ELANG ... 6

3. PROSES PRODUKSI ... 12

3.1.Bahan Baku ... 12

3.2.Proses Produksi Abon Sapi ... 15

3.2.1. Penimbangan Bahan ... 16

3.2.2. Perebusan Daging Sapi ... 17

3.2.3. Penyuwiran Daging Sapi ... 17

3.2.4. Pencampuran Bahan Baku ... 18

3.2.5. Penggorengan Bahan ... 19

3.2.6. Penirisan Minyak Goreng ... 20

3.2.7. Penyortiran Bahan ... 21

3.2.8. Pengemasan ... 21

3.3.Sanitasi ... 21

3.3.1. Sanitasi Alat-Alat Produksi ... 22

3.3.2. Sanitasi Para Pekerja ... 22

3.4.Limbah ... 22

4. PEMBAHASAN ... 23

4.1.Kualitas Abon Sapi di Pusat Dendeng dan Abon cap Elang ... 25

(6)

ii

(7)

iii

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Data Ketenagakerjaan Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang ...4 Tabel 2. Syarat Kualitas Abon Sapi ...23 Tabel 3.Kandungan Gizi Daging Sapi ...25

DAFTAR GAMBAR

halaman

(8)

iv

Gambar 2. Produk Dendeng Sapi cap Elang ...7

Gambar 3. Abon Sapi Super Spesial netto 250 gram ...8

Gambar 4. Container/peti kemas dari kayu ...8

Gambar 5. Produk Abon Sapi Spesial untuk didistribusikan ...8

Gambar 6.Karton box...9

Gambar 7. Abon Sapi Super cap Elang netto 1 kg ...10

Gambar 8. Abon Sapi Super cap Elang netto 250 gram ...10

Gambar 9. Abon Sapi Super cap Elang netto 100 gram ...10

Gambar 10. Abon Sapi Cap Elang netto 1 kg ...11

Gambar 11.Tempat perebusan daging segar ...12

Gambar 12.Brambang goreng dalam kemasan ...13

Gambar 13. Tempat penyimpanan bumbu ...14

Gambar 14. Diagram Alir Tahapan Proses Produksi Abon Sapi ...15

Gambar 15. Timbangan digital analitik untuk menimbang gula, garam dan bumbu ...16

Gambar 16. Timbangan tradisional untuk menimbang daging sapi ...16

Gambar 17. Panci/baskom dengan menggunakan kayu bakar untuk merebus daging sapi ...17

Gambar 18.Wadah stainless untuk tempat penyuwiran daging ...18

Gambar 19. Pencampuran adonan bumbu dan suwiran daging sapi yang sudah homogen ...18

Gambar 20. Proses penggorengan secara tradisional ...20

Gambar 21.Mesin press minyak goreng ...20

Gambar 22. Alat-alat yang digunakan untuk proses sortasi abon sapi ...21

DAFTAR LAMPIRAN halaman Lampiran 1. Denah Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang ...33

(9)

v

(10)

1

1. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

1.1.Sejarah Perusahaan

Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pangan khususnya produk abon dan dendeng sapi dengan kemasan plastik. Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang didirikan oleh Bapak Untung Suhardi dengan dilatarbelakangi oleh jiwa kewirausahaan dan dorongan moral dari pihak keluarga. Beliau memiliki sifat yang tak pantang menyerah sehingga hingga saat ini perusahaan abon miliknya tetap eksis dan terjaga kualitasnya. Dengan adanya perusahaan ini, beliau berkeinginan untuk turut serta berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas pangan di Indonesia.

Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang telah berdiri sejak tahun 1982. Perusahaan ini awalnya hanya industri rumahan di daerah Ampel dengan produknya yang pertama yaitu abon sapi Super Spesial Cap Elang. Lalu 5 tahun berikutnya, perusahaan ini mulai memproduksi dendeng sapi untuk dipasarkan ke Boyolali dan sekitarnya. Pada tahun 1999, perusahaan ini pindah ke tempat yang lebih luas yaitu di Jl. Pramuka no 7, Kelurahan Kaligentong, Ampel, Kabupaten Boyolali. Setelah pindah, perusahaan ini mulai berkembang dengan ditambah jumlah peralatan yang menunjang produksi abon dan dendeng sapi sehingga kapasitas produksinya pun meningkat. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin meningkatnya konsumen abon dan dendeng sapi, maka selain Abon Sapi Super Spesial di Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang mulai memproduksi 2 jenis abon sapi dengan harga yang lebih terjangkau yaitu Abon Sapi Super cap Elang dengan penambahan kacang tanah, dan Abon Sapi cap Elang dengan penamabahan kacang tanah dan bawang goreng.

1.2.Lokasi Perusahaan

(11)

2 1.3.Visi dan Misi Perusahaan

Visi yang diterapkan oleh Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang adalah menjadi salah satu perusahaan terbaik di Industri makanan berupa abon dan dendeng sapi dengan kualitas produk yang tinggi dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Sedangkan untuk misinya adalah memuaskan konsumen dengan cara :

 Menjaga standar kualitas makanan yang diproduksi (abon dan dendeng sapi) dengan menggunakan mesin yang dapat menghasilkan abon dan dendeng sapi yang baik

 Melaksanakan sistem pengelolaan untuk kualitas dan keamanan produk yang diproduksi secara efisien dan konsisten

 Mengembangkan kapasitas untuk memenuhi permintaan konsumen

 Mengutamakan pengembangan bisnis untuk menciptakan daya saing dalam industri pangan.

Visi dan misi yang telah dibuat oleh perusahaan ini akan dilaksanakan serta dipertahankan agar tetap menjadi salah satu perusahaan abon dan dendeng sapi yang terbaik di Indonesia.

1.4.Struktur Organisasi Perusahaan

Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang menggunakan sistem organisasi garis (line organization). Pimpinan tertinggi dari Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang adalah Direktur

Utama yang membawahi 2 kepala yaitu Direktur keuangan dan General Manager. Pimpinan tertinggi di perusahaan ini adalah Bp. Untung Suhardi dan Direktur keuangan serta General Managernya adalah Ibu Hanny. Direktur keuangan dibantu oleh Finance and Accounting Department. General Manager membawahi empat department, yaitu Production Department, Quality Control Department, Product Development Department, dan Technical Department. Tiap department ini membawahi beberapa karyawan. Struktur lengkap organisasi di PT. Indonesia Selamat Sejahtera dapat dilihat pada lampiran 3.

Masing-masing department ini memiliki tugas sebagai berikut : 1.Finance and Accounting (FA) Department

(12)

3 2.Production Department

Tugas dari departemen produksi yaitu melaksanakan kegiatan yang mengubah bahan mentah menjadi barang jadi.

3.Product Development (PD) Department

Tugas dari departemen PD ialah mengembangkan produk, melaksanakan sistem pengendalian mutu bahan baku dan melaksanakan fungsi formulasi, serta memperbaiki produk yang sudah ada. 4.Quality Cotrol (QC) Department

Departemen QC mengelola dan melakukan pemeriksaan dan jaminan mutu. Oleh karena itu, departemen Quality Control bertugas dan bertanggung jawab terhadap pemeriksaan mutu di lapangan. Tugas dari departemen ini bertujuan agar menghasilkan produk-produk yang bermutu baik.

5.Technical Department

Kinerja mesin dan peralatan departemen lainnya menjadi tanggung jawab dari departemen teknik, oleh karena itu departemen ini sangat penting dalam mendukung departemen produksi dan departemen lain. Departemen ini bertanggung jawab dalam memberikan dukungan teknik operasional, pemeliharaan, utilitas, spare part mesin dan peralatan produksi departemen lain.

1.5.Ketenagakerjaan Perusahaan

Proses produksi tidak akan berjalan lancar jika tidak didukung oleh tenaga kerja. Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang memiliki dua golongan tenaga kerja, yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja kontrak.

a. Karyawan Tetap

Karyawan tetap merupakan karyawan masa kerjanya tidak ditentukan dan diawali dengan masa percobaan. Pada umumnya, tenaga kerja jenis ini diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yakni Karyawan Pimpinan dan Karyawan Pelaksana.

b. Karyawan Tidak Tetap

(13)

4

Jumlah tenaga kerja Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang hingga periode 31 Januari 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Ketenagakerjaan Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang

Departemen Total

Penetapan jam kerja untuk para tenaga kerja di Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang dimulai pukul 08.00-17.00 WIB setiap hari Senin hingga Sabtu. Waktu istirahat mulai pukul 12.00-13.00 WIB. Namun pada saat tenaga kerja beristirahat, semua proses produksi tetap berjalan. Jam kerja yang telah ditetapkan ini dapat mengalami perubahan, seperti halnya dengan peningkatan jam kerja atau lembur jika ada pesanan yang sangat banyak dan harus terpenuhi dalam waktu singkat.

Hal-hal yang penting untuk keadaan darurat seperti alat pemadam kebakaran sudah disediakan di Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang ini, tetapi hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk keselamatan tenaga kerja atau karyawan seperti penyediaan kotak P3K yang berisi obat-obatan belum tersedia dan sebagian besar karyawan menyediakan sendiri.

(14)

5 1.6.Sistem Pemasaran

(15)

6

2. SPESIFIKASI PRODUK PUSAT DENDENG DAN ABON SAPI CAP ELANG

Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang memproduksi produk yang berbahan dasar daging sapi, yaitu dendeng dan abon.

2.1.Jenis Produk

Dari awal berdirinya perusahaan ini, beberapa produk telah dikembangkan yakni sebagai beikut : 1) Produk Dendeng

Dendeng Sapi cap Elang merupakan salah satu produk dari Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang yang terbuat dari daging sapi lokal dari peternak sapi di Boyolali. Daging sapi disayat tipis-tipis dengan ketebalan 3 mm. Kemudian direndam dengan bumbu-bumbu seperti ketumbar, jinten, gula pasir, gula jawa dan garam selama 1 malam. Setelah itu dikeringkan di bawah sinar matahari selama 3 hari. Tantangannya ketika proses pengeringan menggunakan sinar matahari adalah keadaan cuaca yang tidak menentu sehingga produksi dendeng pun tidak setiap hari ada, hanya 3 bulan sekali. Produk Dendeng Sapi cap Elang dikemas dengan kemasan PP (Polypropilene).

Pada kemasan Dendeng Sapi cap Elang terdapat label kadaluarsa, seperti 2 2016 yang berarti Februari 2016 sudah tidak dapat dikonsumsi lagi karena kualitas dan mutunya menurun (Gambar 1.). Produk Dendeng Sapi cap Elang dapat dilihat pada Gambar 2.

(16)

7

Gambar 2. Produk Dendeng Sapi cap Elang

2) Produk Abon Sapi Super Spesial cap Elang

(17)

8

Gambar 3. Abon Sapi Super Spesial netto 250 gram

Produk Abon Sapi Super Spesial untuk didistribusikan ke Jakarta (kantor pusat) dikemas dengan 2 kemasan, untuk kemasan primer menggunakan plastik jenis PP ukuran 1 kg dan kemasan sekunder menggunakan container /peti kemas dari kayu (Gambar 4). Kemudian container / peti kemas dari kayu yang digunakan untuk distribusi pada dasarnya tidak ada kriteria khusus, tetapi sebaiknya yang mudah dipaku, ringan dan kuat sehingga mudah dipindah-pindahkan (Hanlon, 1984).

Gambar 4. Container /peti kemas dari kayu

Netto produk Abon Sapi Super Spesial untuk didistribusikan ke Jakarta (kantor pusat ) yaitu 24 kg/peti (Gambar 5).

(18)

9

Kemasan sekunder yang digunakan untuk distribusi produk Abon Sapi Super Spesial di wilayah Boyolali dan sekitarnya yaitu kemasan karton box (Gambar 6).

Gambar 6. Karton box 3) Produk Abon Sapi Super cap Elang

(19)

10

Gambar 7. Abon Sapi Super cap Elang netto 1 kg

Gambar 8. Abon Sapi Super cap Elang netto 250 gram

(20)

11 4) Produk Abon Sapi cap Elang

Produk ini dijual dengan merk dagang “Abon Sapi cap Elang”. Abon Sapi Kelas Biasa merupakan produk dari Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang yang terbuat dari daging sapi lokal dari peternak sapi di Boyolali. Kota Boyolali merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang terkenal dengan peternakannya terutama peternakan sapi sehingga menghasilkan daging sapi yang berkualitas. Selain menggunakan daging sapi berkualitas, produk ini menggunakan bahan tambahan yang berbeda dengan produk lain yaitu kacang tanah dan bawang goreng. Keunggulan dari penggunaan kacang tanah agar abon menjadi lebih gurih dan juga lebih ekonomis. Bawang goreng yang ditambahkan pada abon sebelum dikemas memiliki tujuan agar penampakan dan rasa abon lebih menarik dan enak mengingat bahwa persentase penggunaan daging sapi lebih sedikit daripada produk abon sapi kelas menengah, dikarenakan harga jualnya yang paling murah dibandingkan produk yang lain. Selain itu bahan tambahan lain sebagai bumbu meliputi gula pasir, gula jawa, kemiri, bawang merah, bawang putih, garam, moto dan santan. Produk abon sapi kelas biasa atau dengan merk dagang “Abon Sapi cap Elang” dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan kebutuhan konsumen. Kemasan yang digunakan adalah plastik jenis PP yang dapat menghambat proses oksidasi yang menyebabkan produk abon ini mengalami ketengikan. Berikut adalah abon sapi kelas biasa atau “Abon Sapi cap Elang” dalam kemasan PP dengan netto 1kg (Gambar 10).

(21)

1 3. PROSES PRODUKSI

3.1. Bahan Baku

a. Bahan baku utama

Bahan baku utama dalam pembuatan abon sapi superior, kelas menengah dan kelas biasa adalah daging sapi. Daging sapi yang telah dipisahkan lemak, otot dan organnya merupakan bahan utama yang diperoleh dari beberapa peternak sapi di Boyolali dan mampu memenuhi standar dari perusahaan. Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang membutuhkan daging sapi sebanyak 5 kwintal/hari. Daging sapi yang datang akan diuji mutu dan kelayakannya secara sensori meliputi warna, bau dan tekstur sehingga daging sapi yang digunakan benar-benar memiliki kualitas yang baik. Daging sapi yang memiliki kualitas baik akan menghasilkan abon sapi yang baik pula yaitu tidak hancur dan memiliki ukuran serat yang panjang. Daging sapi tidak mengalami proses penyimpanan karena dapat mengurangi kualitas dan ukuran serat yang dihasilkan. Setelah daging sapi diuji mutu dan kelayakannya, daging sapi direbus selama 9-10 jam di dalam panci besar (Gambar 11).

Gambar 11. Tempat perebusan daging segar

b. Bahan baku tambahan

(22)

2

pasir, gula jawa, garam, santan kelapa, kemiri. Minyak goreng “Barco” dibeli dari salah satu distributor di Boyolali yang dapat dipercaya. Kacang tanah ini dipasok dari petani kacang tanah di Boyolali. Kacang tanah yang datang akan diuji mutu dan kualitasnya secara sensori agar didapatkan kacang tanah yang memiliki kualitas baik. Kacang tanah yang busuk atau memiliki kualitas buruk akan dibuang jika jumlahnya sedikit dan dikembalikan kepada pemasok jika jumlahnya banyak.

Pemeriksaan kualitas bawang, brambang, moto, gula pasir, gula jawa, garam, santan kelapa, kemiri menggunakan uji sensori meliputi rasa, warna dan penampakan fisik. Bawang yang digunakan adalah bawang jawa, dengan kualitas yang bagus yaitu memiliki rasa yang pedas. Brambang goreng sebagai bahan tambahan produk abon kelas biasa dipasok dari salah satu distributor di Boyolali. Brambang goreng datang dalam bentuk kemasan plastik dengan netto 25 kg (Gambar 12).

Gambar 12. Brambang goreng dalam kemasan

(23)

3

Boyolali. Seluruh bahan baku tambahan kecuali santan kelapa ini disimpan dalam kemasan karung dan diletakkan di ruangan penyimpanan bumbu (Gambar 13).

(24)

4 3.2. Proses Produksi Abon Sapi

Diagram alir tahapan proses produksi abon sapi dapat dilihat pada Gambar 14.

Keterangan :

Pencampuran adonan bumbu dan suwiran daging Adonan didiamkan (±1jam)

Penggorengan (168-196oC ±12,5jam (dibagi 12,5 kali penggorengan @ ±1 jam)

(25)

5

Gambar 14. Diagram Alir Tahapan Proses Produksi Abon Sapi

3.2.1. Penimbangan bahan

Bahan baku yang digunakan seperti daging sapi, bawang, gula, garam, dan bumbu ditimbang. Semua bahan baku tersebut diambil dari gudang penyimpanan bahan baku. Bahan baku tersebut ditimbang untuk setiap satu batch. Bahan baku seperti daging sapi yang telah ditimbang kemudian dikirm ke bagian perebusan daging sapi, sedangkan bumbu-bumbu dikirim ke bagian pencampuran bahan. Alat yang digunakan untuk menimbang bumbu, gula dan garam memiliki kapasitas maksimal 10 kg (Gambar 15.). Alat untuk menimbang daging sapi memiliki kapasitas sebesar 100 kg (Gambar 16.).

Gambar 15. Timbangan digital analitik untuk menimbang gula, garam dan bumbu

Gambar 16. Timbangan tradisional untuk menimbang daging sapi

(26)

6

Proses perebusan daging sapi ini membutuhkan waktu ±10 jam dengan suhu 100oC. Daging sapi segar tidak mengalami proses penyimpanan karena dapat mengalami penurunan kualitas dan akan menghasilkan produk abon yang mudah remuk. Daging sapi yang sudah dipisahkan lemak dan ototnya langsung direbus dalam baskom/panci besar. Secara tradisional, api yang digunakan untuk merebus dengan menggunakan kayu bakar (Gambar 17.).

Gambar 17. Panci/baskom dengan menggunakan kayu bakar untuk merebus daging sapi Perebusan daging sapi biasanya dilakukan pukul 21.00 WIB sampai dengan 07.00 WIB. Kayu bakar sudah dipersiapkan untuk perebusan selama ±10 jam sehingga tidak akan hangus.

3.2.3. Penyuwiran daging sapi

(27)

7

Gambar 18. Wadah stainless untuk tempat penyuwiran daging

3.2.4. Pencampuran bahan baku

jumlah bumbu  perbandingan berapa ?

Proses pencampuran ini juga dilakukan secara tradisional dengan menggunakan tangan karena diharapkan hasilnya dapat homogen. Menurut pengalaman owner dengan menggunakan alat modern justru proses pencampuran ini akan mengakibatkan suwiran daging sapi menjadi kecil-kecil dan produk abon sapi yang dihasilkan mudah remuk. Proses pencampuran ini membutuhkan tenaga kerja sebanyak 4 orang tiap wadah dan proses ini berhenti ketika pencampuran adonan ini dirasa sudah homogen (Gambar 19.).

Gambar 19. Pencampuran adonan bumbu dan suwiran daging sapi yang sudah homogen Bumbu yang lain seperti kemiri dan kacang tanah ditambahkan pada saat proses ini. Kemiri ditambahkan pada produk Abon Sapi Super Spesial cap Elang, sedangkan kacang tanah ditambahkan pada produk Abon Sapi cap Elang. Kemiri ditambahkan pada proses pencampuran adonan bumbu dan suwiran daging sapi dengan cara dihaluskan terlebih dahulu. Kacang tanah ditambahkan ke adonan bumbu dan suwiran daging sapi dengan tahap-tahap sebagai berikut:

(28)

8 b) Kacang tanah dipisahkan dari kulit ari luarnya c) Perebusan kacang tanah selama 5 jam

d) Kacang tanah diselep hingga halus kemudain dicampur dengan bumbu-bumbu yang sudah diselep dan digongso

e) Didiamkan selama 1 malam

f) Kemudian diselep 1 kali lagi hingga halus g) Dicampur dengan santan sampai homogen

h) Adonan bumbu dan suwiran daging dicampur sampai tercampur rata.

3.2.5. Penggorengan bahan

(29)

9

Gambar 20. Proses penggorengan secara tradisional

3.2.6. Penirisan minyak goreng

Proses penirisan minyak ini ditujukan untuk memperpanjang umur simpan dari produk abon serta membuat produk abon sapi menjadi renyah dan kering. Proses ini menggunakan mesin press minyak (Gambar 21.). Produk abon yang sudah matang kemudian ditiriskan diatas saringan, kemudian dimasukkan ke dalam kain saring, diikat dan dimasukkan dalam mesin press selama ±5 menit dan minyak goreng yang keluar dari saringan akan keluar melalui pipa dan berakhir di wadah penampung.

Gambar 21. Mesin press minyak goreng

3.2.7. Penyortiran bahan

Produk abon yang sudah kering ditampung di wadah kayu berbentuk kotak dan disortir dengan dipukul-pukul menggunakan sendok kayu (Gambar 22). Proses sortasi ini ditujukan untuk memisahkan abon yang berserat-serat panjang dan kering dengan abon yang sedikit menggumpal dan basah. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk 1 kali proses penyortiran adalah 5-7 orang. Abon sapi yang tersortasi dapat diolah kembali atau dapat langsung dikonsumsi.

(30)

10 3.2.8. Pengemasan

Abon sapi yang telah melalui tahap penyortiran, kemudian ditimbang dan dikemas. Pengemas primer yang digunakan untuk abon sapi yaitu jenis plastik Polypropylene (PP) dengan kapasitas 24 kg, sedangkan pengemas sekunder yang digunakan yaitu karton box / peti kemas kayu memiliki kapasitas 24 kg untuk abon sapi.

3.3. Sanitasi

Pusat Dendeng dan Abon cap Elang telah menerapkan sanitasi dalam kebersihan alat-alat produksi dan kepada para pekerja. Alat- alat produksi dibersihkan setiap selesai digunakan, jika tidak sedang produksi maka alat dibersihkan 1 kali seminggu. Para pekerja harus membersihkan diri dan cuci tangan setiap kali akan produksi. Sanitasi yang dilakukan ini bertujuan agar produk yang dihasilkan aman dan berkualitas. Namun, sanitasi yang dilakukan Pusat Dendeng dan Abon cap Elang belum maksimal.

3.3.1. Sanitasi alat-alat produksi

Alat-alat untuk proses produksi abon sapi selalu dibersihkan setiap kali sebelum dan selesai digunakan. Proses untuk membersihkannya dengan menggunakan air mengalir dan tekanan air tertentu. Tetapi seringkali sanitasi alat-alat produksi tidak maksimal karena munculnya serangga berupa lalat dalam ruangan produksi ini.

3.3.2. Sanitasi para pekerja

(31)

11 3.4. Limbah

(32)

1 4. PEMBAHASAN

Pusat Dendeng dan Abon cap Elang sudah berdiri selama 33 tahun sejak 1982. Selama itu Pusat Dendeng dan Abon cap Elang terus berkembang dan berusaha memenuhi standar yang sudah ditetapkan, walaupun terkadang masih banyak yang kurang atau tidak memenuhi standar. Produk abon sapi diharapkan memiliki kualitas yang baik dan bercitarasa enak. Abon merupakan salah satu produk olahan daging yang sudah lama dikenal oleh masyarakat. Abon merupakan daging kering yang telah disayat-sayat menjadi serat-serat yang halus dan umumnya dibuat dari daging sapi. Abon sendiri dikenal sebagai salah satu produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi karena memang dalam proses pembuatannya membutuhkan waktu yang lama dan membutuhkan bahan baku yang cukup banyak. Sehingga, dapat dimengerti mengapa harga abon cukup mahal. Konsumen abon juga tidak hanya masyarakat kota saja, tetapi masyarakat desa pun banyak yang menyukainya (Fachruddin, 1997).

Pusat Dendeng dan Abon cap Elang merupakan salah satu pabrik abon sapi yang sedang berkembang untuk memenuhi standar yang sudah ditetapkan seperti Standar Nasional Indonesia (SNI). Hal ini dilakukan untuk mempertahankan mutu dan kualitas produk abon sapi yang dihasilkan. Abon umumnya memiliki komposisi gizi yang cukup baik karena sebagian besar terbuat dari daging. Manusia menemukan keseimbangan jumlah dan jenis zat yang diperlukan ada dalam daging daripada dalam bahan pangan nabati (Desrosier, 1988). Penetapan standar mutu merupakan acuan bahwa produk tersebut memiliki kualitas yang baik namun bagi kesehatan, syarat mutu abon dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Syarat Kualitas Abon Sapi

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan

(33)

2

c. Salmonella koloni/25 g Negatif

d. Staphylococcus aureus Koloni/g 0

(Standar Nasional Indonesia, 1995)

(34)

3

digunakan untuk membersihkan darah yang keluar terus menerus dari daging sapi yang masih segar

4.1. Kualitas Abon Sapi di Pusat Dendeng dan Abon Sapi cap Elang

Daging sapi segar yang baru datang segera diangkut ke ruang pembersihan, dimana di ruang pembersihan tersebut dilakukan proses pembersihan daging sapi dari lemak, otot dan jerohannya. Proses pembersihan tersebut menggunakan pisau tajam dan air mengalir, akan tetapi kualitas daging sapi dari supplier hanya diuji secara fisik yaitu bahan baku daging segar berwarna merah segar (tidak pucat), aromanya khas (tidak berbau busuk), dan apabila ditekan terasa kenyal (tidak lunak). Hal lain seperti menguji kandungan gizi meliputi karbohidrat, protein, kalori dan lainnya tidak dilakukan oleh Pusat Dendeng dan Abon Sapi cap Elang. Alasannya karena supplier daging sapi tersebut sudah terpercaya dan dapat diandalkan kualitasnya, serta selama ini produk abon sapi yang dihasilkan masih baik. Penurunan kandungan gizi dapat berpengaruh pada kualitas dari produk abon sapi. Kandungan gizi pada daging sapi dapat dilihat pasa Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Gizi Daging Sapi

(35)

4

Menurut Astawan dan Astawan (2006), proses pembuatan abon belum dibakukan, karena banyak cara dan bumbu yang ditambahkan sehingga terdapat variasi macam dan jumlah bumbu yang di gunakan, hal ini menyebabkan kualitas abon beraneka ragam terutama dalam hal rasa dan warna.

4.2. Titik Kendali dan Titik Kendali Kritis Proses Produksi Abon Sapi di Pusat Dendeng

dan Abon Sapi cap Elang

Proses produksi abon sapi di Pusat Dendeng dan Abon cap Elang terdiri dari beberapa tahapan utama antara lain proses penimbangan, perebusan, penyuwiran, pencampuran bumbu, penggorengan, penirisan minyak, penyortiran dan pengemasan. Berdasarkan rangkaian proses produksi tersebut, terdapat dua titik kendali dan satu titik kendali kritis. Menurut definisi US National Committee on Microbiological Criteria for Food (NACMCF, 1990) dalam Thaheer (2005), titik kendali adalah suatu titik dalam sistem pangan spesifik di mana bila terjadi hilangnya kendali dapat menimbulkan cacat ekonomis atau mutu, atau peluang terjadinya risiko kesehatan yang rendah, sedangkan titik kendali kritis adalah suatu titik dalam sistem pangan spesifik di mana bila terjadi hilangnya kendali dapat menimbulkan peluang risiko kesehatan yang besar.

Berdasarkan definisi titik kendali dan titik kendali kritis menurut NACMCF, maka dua CP pada proses produksi abon sapi di Pusat Dendeng dan Abon Sapi cap Elang adalah : (1) proses perebusan daging sapi (CP-1), (2) proses penirisan minyak (CP-2). Hal disebabkan karena waktu perebusan dan kadar minyak goreng dalam produk abon sapi sangat memperngaruhi kualitas dan sangat berpeluang untuk menimbulkan resiko kesehatan. Sedangkan titik kendali kritis (CCP-nya) adalah pada proses pengemasan (CCP-1). Pada setiap CP dan CCP idealnya dibuat suatu batas kritis (criticial limit), tindakan preventif untuk mencegah terjadinya hilang kendali, serta tindakan koreksi apabila terjadi suatu penyimpangan proses.

4.2.1. CP-1: Perebusan

Perebusan adalah suatu proses melunakkan bahan pangan dengan air pada suhu tertentu selama beberapa waktu tertentu. Perebusan pada abon bertujuan untuk membuat tekstur bahan menjadi lebih empuk dan mudah dicabik-cabik menjadi serat-serat yang halus. Jika proses perebusan tidak

(36)

5

optimal. Oleh karena itu tekstur daging yang dihasilkan setelah proses perebusan merupakan titik

kendali yang perlu diperhatikan.

Lama perebusan dan tinggi suhu tidak boleh berlebihan tetapi cukup mencapai titik didih saja. Suhu

yang terlalu tinggi akan menurunkan mutu rupa dan kualitas tekstur bahan. Pusat Dendeng dan Abon

Sapi cap Elang suhu 1000C dan waktu yang digunakan selama ±10 jam. Tekstur daging selalu

di-monitoring pekerja. Waktu perebusan kurang sesuai dengan pendapat Anonim (2007), daging sapi

direbus selama 60 – 120 menit pada suhu 1000C agar daging benar-benar lunak. Waktu yang

digunakan berbeda dikarenakan jumlah daging sapi yang direbus mungkin berbeda, setiap harinya di

Pusat Dendeng dan Abon Sapi cap Elang akan merebus 5 kwintal daging sapi segar.

Tindakan preventif untuk menjaga tekstur daging agar empuk dan mudah disuwir-suwir adalah

dengan pengontrolan suhu menggunakan thermometer dan dilakukannya perebusan bertahap dengan

menggunakan beberapa alat untuk merebus. Sehingga selama ±10 jam, daging sapi segar sebanyak 5

kwintal terbagi-bagi dalam 5 kali perebusan. Sehingga setiap 1 kali perebusan menggunakan 2

tungku masing-masing tungku berisi 500 kg daging sapi segar selama 2 jam perebusan. Setiap selesai

perebusan dilakukan pengecekan secara fisik meliputi tekstur daging. Hal yang paling dihindari dari

proses perebusan ini adalah daging yang hangus karena jumlah kayu bakar yang digunakan kurang,

sehingga sebelum proses perebusan dimulai jumlah kayu bakar yang digunakan harus dipersiapkan

untuk digunakan selama ±10 jam.

4.2.2. CP-2 : Penirisan minyak

Tujuan dari penirisan minyak ini adalah untuk menurunkan kadar minyak abon sapi setelah proses

penggorengan sehingga pemukaannya kering (tidak berminyak). Apabila proses penirisan minyak ini

tidak berjalan optimal maka akan berakibat pada kualitas dan umur simpan produk. Kualitas dari

abon sapi akan menurun, dikarenakan kandungan minyak yang disimpan dalam jangka waktu lama

akan menyebabkan bau tengik akibat proses oksidasi dan perubahan struktur minyak tersebut (Earle,

1983).

Pusat Dendeng dan Abon Sapi cap Elang menggunakan mesin spinner sebagai mesin peniris minyak.

Menurut (Brown, 1983), mesin spinner dengan sistem putar mampu mengurangi kadar minyak dalam

makanan selama ±1 menit. Apabila kandungan minyaknya terlalu tinggi, proses penirisan dapat

(37)

6

hanya dilakukan 1 kali setiap satu wajan penggorengan dan minyak sisa yang dihasilkan akan

digunakan kembali. Kadar minyak yang terkandung dalam abon sapi yang sudah ditiriskan

minyaknya pun tidak di uji secara laboratorium, hanya saja diuji secara fisik melalui

penampakannya. Sedangkan menurut SNI (1995), batas maksimal kadar lemak (minyak goreng)

dalam abon sapi adalah 30%. Tindakan preventif yang sebaiknya dilakukan oleh Pusat Dendeng dan

Abon Sapi cap Elang adalah melakukan pengujian kadar lemak dengan metode ekstraksi soxhlet

sehingga dapat diketahui apakah kadar lemak (minyak goreng) tersebut sudah mencapai batas

maksimal atau belum. Hal ini belum dilakukan oleh Pusat Dendeng dan Abon Sapi cap Elang

dikarenakan tenaga kerja ahli yang masih terbatas.

4.2.3. CCP-1 : Pengemasan

Proses pengemasan merupakan salah satu titik kendali kritis pada industri abon sapi, karena setelah dikemas, abon sapi akan disimpan dan kemudian didistribusikan langsung ke konsumen tanpa adanya proses pengolahan lagi. Oleh karena itu, apabila terdapat kontaminasi berupa bahaya fisik (rambut, kuku, potongan kayu), bahaya mikroorganisme (bakteri, jamur) dan bahaya kimia (pelumas, sisa pembersih, dll) pada produk abon sapi yang telah dikemas hal tersebut dapat membahayakan konsumen. Bahan yang paling sering digunakan untuk pengemasan abon adalah plastik.

Ada dua jenis plastik yang populer digunakan untuk pengemasan abon, yaitu plastik polietilen (PE) dan plastik polipropilen (PP). Kedua jenis plastik ini, selain harganya murah, mudah ditemukan di pasaran dan memiliki sifat umum yang hampir sama. Plastik polipropilen tahan asam, basa, lemak, minyak, dan pelarut organik. Plastik polipropilen tidak menunjukkan perubahan pada suhu maksimum 930 C -1210 C dan suhu minimum -460 C – (-570 C). Potential hazard yang paling besar pada proses pengemasan yaitu plastik poliropilen (PP) memiliki

permeabilitas yang cukup tinggi terhadap gas-gas organik sehingga masih dapat teroksidasi apabila disimpan dalam jangka waktu yang terlalu lama. Titik kendali kritis ini belum diterapkan oleh Pusat Dendeng dan Abon Sapi cap Elang.

(38)

7

(39)

8 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

 Proses produksi abon sapi yang dilakukan Pusat Dendeng dan Abon Sapi cap Elang – Boyolali, terdiri atas perebusan daging, penyuwiran/penyayatan, pencampuran adonan bumbu dan suwiran daging, penggorengan, penirisan minyak, penyortiran, serta proses penyelesaian berupa proses pengemasan dan penyimpanan.

 Dua titik kendali (CP) pada proses produksi abon sapi di Pusat Dendeng dan Abon Sapi cap Elang – Boyolali adalah : (1) perebusan daging sapi; (2) penirisan minyak goreng, sedangkan titik kendali kritis (CCP) adalah proses pengemasan abon sapi.

 Proses pengolahan dan produksi abon sapi yang dilakukan di Pusat Dendeng dan Abon Sapi cap Elang – Boyolali tergolong semi tradisional, karena sebagian besar proses pembuatan abon sapi secara manual yang dilakukan oleh tenaga kerja, alasannya karena proses pengolahan abon sapi dengan menggunakan alat modern akan mengubah bentuk abon sapi secara fisik (ukuran panjang suwiran abon menjadi lebih pendek) dan prosesnya berlangsung kontinyu.

 Kualitas abon sapi yang dihasilkan Pusat Dendeng dan Abon Sapi cap Elang – Boyolali termasuk kurang baik karena belum disesuaikan dengan standar SNI.

5.2. Saran

Secara keseluruhan proses produksi abon sapi di Pusat Dendeng dan Abon Sapi cap Elang – Boyolali cukup baik, terbukti dari tetap bertahannya pabrik ini dalam waktu yang tidak singkat dan jarang mendapat komplain dari konsumen. Untuk lebih meningkatkan kinerja serta kualitas mutu dari abon sapi di Pusat Dendeng dan Abon Sapi cap Elang, beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan yaitu :

 Dalam proses pengolahan alat yang digunakan tergolong semi tradisional, sehingga perlu menambah alat-alat modern untuk meningkatkan kapasitas produksi dan juga efektivitas waktu yang digunakan tanpa mengurangi mutu dan kualitas produk abon sapi.

(40)

9

 Perlu adanya buku mengenai Good Manufacturing Practices (GMP) seluruh rangkaian proses produksi abon sapi yang dapat dibaca oleh seluruh karyawan sehingga dapat dipraktekkan dengan tepat untuk mencapai kualitas gula yang lebih baik lagi.

(41)

10 6. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2007). Abon Jantung Pisang. http://resepmasakanindonesia.info/tag/jantung-pisang/. Diakses tanggal 16 Maret 2012. Makassar.

Astawan, M. (2006). Membuat Mie, Bihun dan Abon. Penebar Swadaya, Jakarta.

Brown, James W., Lewis Robert B., and Harcleroad, Fred F. (1983). AV Instructional: Technology, Media and Method. New York: Mc. Graw-Hill Book Company.

Desrosier, N. (1988). Teknologi Pengawetan Pangan. Universitas Indonesia. Jakarta.

Earle. (1983). The Practice of Social Research. California: Wadsworth.

Fachruddin, L. (1997). Membuat Aneka Abon. Kanisius. Yogyakarta.

Nazieb, A. (2009). Food Science and Technology, Surakarta : Universitas Negeri Surakarta.

Soeparno. (1998). Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-3. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Standar Nasional Indonesia (SNI). (1995). SNI 01-0222-1995 Bahan Tambahan Makanan. Indonesia : Badan Standarisasi Nasional.

Thaheer, H. (2005). Sistem Manajemen HACCP (Hazard Analysisi Critical Control Points). Bumi Aksara. Jakarta.

(42)

11 7. LAMPIRAN

Keterangan:

1. Toilet 10. Ruang Penggiling kacang tanah

2. Toilet 11. Ruang Penggorengan

3. Toilet 12. Ruang Sortasi

4. Wastafel 13. Ruang Pengemas

5. Timbangan 14. Gudang Penyimpanan Abon

6. Pintu 15. Ruang Penyimpanan Kayu

7. Gudang Bumbu 16. Saluran limbah

8. Ruang Pengukusan 17. Kolam Limbah

9. Ruang Penyuiran dan Pencampuran Bumbu

(43)

12

(44)

13

Lampiran 3. Struktur Organisasi Pusat Dendeng dan Abon Sapi cap Elang Production Department

Technical Department Product

Development Department Quality and

Control Department Production

Planning Department

Director

General Manager

Gambar

Tabel 1. Data Ketenagakerjaan Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang ....................................4 Tabel 2
Tabel 1. Data Ketenagakerjaan Pusat Dendeng dan Abon Sapi Cap Elang
Gambar 5. Produk Abon Sapi Super Spesial untuk didistribusikan
Gambar 6. Karton box
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah pakan konsentrat (X 1 ) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil produksi susu sapi (Y) di Desa Tambak, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali,

“ Kajian Thermodinamika Ekspansivitas, Kompresibilitas dan Persamaan Keadaan pada Proses Pembuatan Biogas Cair Kotoran Sapi Bos Taurus di Boyolali ” adalah hasil kerja saya

Hasil kegiatan (1) bangunan instalasi pengolahan feses menjadi pupuk organik padat dan pengolahan urin menjadi pupuk organik cair terpadu dengan komplek perkandangan sapi

Hasil dari pengolahan data menunjukkan bahwa terdapat 26 deskripsi potensi human error dari keseluruhan aktivitas produksi batik cap di 6 stasiun kerja yang