BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1.Teknologi Informasi
Menurut Haag dan Keen dalam Ghifari (2017), Teknologi informasi
adalah seperangkat alat untuk membantu dalam memudahkan pelaksanaan
tugas melalui proses informasi. Sedangkan menurut Alter dalam Amijaya
(2010) teknologi informasi mencakup perangkat keras dan perangkat lunak
untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data seperti
menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi, atau
menampilkan data. Bagitu pula menurut Almuntaha (2008), Teknologi
Informasi didefinisikan sebagai suatu teknologi yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang
berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang
digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan
informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.
Menurut O Brien (2005:76) dalam Amijaya (2010) Teknologi informasi
memainkan peranan penting dalam perekayasaan ulang dalam proses bisnis.
Kecepatan, kemampuan pemrosesan informasi dan konektivitas komputer serta
teknologi internet dapat secara mendasar meningkatkan efisiensi para bisnis,
seperti juga meningkatkan komunikasi dan kerjasama. Peranan teknologi
informasi pada aktivitas manusia pada saat ini sangat besar.
Teknologi informasi telah menjadi fasilitator utama bagi kegiatan-kegiatan
bisnis, memberikan andil besar terhadap perubahan mendasar pada struktur,
operasi dan manajemen organisasi. Menurut Kadir (2003), peranan teknologi
informasi meliputi:
1. Teknologi informasi menggantikan peran manusia. Dalam tugas ini,
teknologi informasi melakukan otomasi terhadap suatu tugas atau proses.
2. Teknologi informasi memperkuat peran manusia, yakni dengan
menyajikan informasi terhadap suatu tugas atau proses.
3. Teknologi informasi berperan dalam restrukturisasi terhadap peran
manusia. Dalam hal ini, teknologi berperan dalam melakukan perubahan-
perubahan terhadap sekumpulan tugas atau proses.
Peran teknologi sangat memberikan berbagai kemudahan yang dapat
dirasakan manusia. Pemanfaatan teknologi informasi yang maksimal dapat
digunakan untuk membentuk strategi menuju keunggulan yang kompetitif
O’Brien dalam Ghifari (2017) menyebutkan dengan cara:
1. Strategi Biaya
Meminimalisir biaya atau memberikan harga yang lebih murah
terhadap pelanggan, menurunkan biaya dari pemasok, dan meningkatkan
biaya pesaing untuk tetap bertahan di industri.
2. Strategi Diferensiasi
Mengembangkan cara-cara untuk membedakan produk/jasa yang
dihasilkan perusahaan terhadap pesaing, sehingga pelanggan
3. Strategi Inovasi
Memperkenalkan produk/jasa yang unik, atau membuat perubahan
dalam proses bisnis yang menyebabkan perubahan-perubahan yang
mendasar dalam pengelolaan bisnis.
4. Strategi Pertumbuhan
Mengembangkan kapasitas produksi secara signifikan, melakukan
ekspansi ke dalam pemasaran global, melakukan diversifikasi produk/jasa
baru, atau mengintegrasikan ke dalam produk/jasa yang terkait.
5. Strategi Aliansi
Membentuk hubungan dan aliansi bisnis yang baru dengan
pelanggan, pemasok, pesaing, konsultan dan lain-lain.
2.2.Teknologi Informasi dalam Dunia Perbankan
Menurut Ghifari (2017), Teknologi informasi ikut mewarnai dunia
perbankan, kehadiran sistem online yang ditangani oleh teknologi komputer
dan teknologi komunikasi memungkinkan nasabah mengambil uang dari
kantor cabang bank yang berada dimana saja. Sistem ini dilengkapi dengan
mesin-mesin Anjungan Tunai Mandiri atau Automatic Teller Machine, yang
selanjutnya disebut ATM. Menurut Kadir (2003) ekspansi ATM juga dilakukan
dengan membuat ATM bersama yang memungkinkan nasabah sebuah bank
bisa mengambil uang dari ATM bank lain. Melalui ATM memungkinkan
kerja bank. Nasabah mulai dimanjakan dengan kemudahan untuk melakukan
transaksi oleh bank. Dengan semakin banyaknya orang yang mengakses
internet, pihak bank mulai mengembangkan layanan dengan menggunakan
media elektronik yang memperkenankan nasabah dalam melakukan transaksi,
seperti memeriksa saldo tabungan, melakukan transfer uang, membayar
tagihan kartu kredit, dan sebagainya dengan berinteraksi pada sistem yang siap
melayani setiap saat dan dimana saja selama 24 jam.
Jasa layanan yang diperkenalkan bank kepada nasabah dengan
memanfaankan kemajuan teknologi informasi dikenal dengan Electronic
Banking atau E-banking. Tujuan dari E-banking adalah sebagai sarana
penyedia multi chanel dan juga dapat menghemat biaya transaksi bank,
nasabah lebih bebas, mudah, cepat dan aman bertransaksi 24 jam dimanapun
nasabah berada (Sari dan Rahmawati, 2013). Masih banyak aplikasi lain dalam
dunia perbankan yang memanfaatkan teknologi informasi.
2.3.Bank
2.3.1.Pengertian Bank dan Perbankan
Pengertian bank sering diartikan sama dengan perbankan oleh
masyarakat luas. Bank dan perbankan memiliki pengertian yang berbeda,
disebutkan bahwa bank hanya mencakup aspek kelembagaan. Taswan
(2010:6) dalam bukunya Manajemen Perbankan, menyebutkan beberapa
1. Menurut Joseph Sinkey, bahwa yang dimaksud bank adalah
department store of finance yang menyediakan berbagai jasa
keuangan.
2. Menurut Dictionary of Banking and financial service by Jerry
Rosenberg, bahwa yang dimaksud bank adalah lembaga yang
menerima simpanan giro, deposito, dan membayar atas dasar
dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu,
mendiskonto surat berharga, memberikan pinjaman dan
menanamkan dananya dalam surat berharga.
3. Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998 (revisi UU RI No. 7 Tahun
1992), bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Taswan (2010:6) menyebutkan, bahwa bank adalah sebuah
lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa
giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang
berkelebihan dana (surplus spending unit) kemudian menempatkannya
kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending
unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Sedangkan perbankan
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup
melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha tersebut menyangkut
jasa keuangan, dan dalam perspektif ilmu keuangan, perbankan adalah
bagian dari ilmu keuangan.
2.3.2.Pentingnya Bank
Menurut Malayu (2004:3) dalam bukunya Dasar-Dasar Perbankan,
bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan dan
perekonomian suatu bangsa, karena bank adalah:
1. Pengumpulan dana dari Surplus Spending Unit (SSU) dan
penyaluran kredit kepada Deficit Spending Unit (DSU).
2. Tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat.
3. Pelaksana dan memperlancar lalu lintas lalu lintas pembayaran
dengan aman, praktis, dan ekonomis.
4. Penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan L/C.
5. Penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank garansi.
Drs. Mohammad Hatta mengemukakan, bahwa bank adalah sendi
kemajuan masyarakat dan sekiranya tidak ada bank, maka tidak akan ada
kemajuan seperti saat ini. Negara yang tidak mempunyai banyak bank
yang baik dan benar adalah Negara yang terbelakang. Perusahaan saat ini
diharuskan memanfaatkan jasa-jasa perbankan dalam kegiatan usahanya
2.3.3.Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan Indonesia
Dalam pasal 2, 3, dan 4 UU RI No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah
dirubah dengan UU RI No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan dalam
Malayu (2004:3), dinyatakan asas, fungsi, dan tujuan perbankan
Indonesia adalah:
1. Asas
Perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usahanya
berdasarkan demokrasi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.
2. Fungsi
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun
dan penyalur dana masyarakat.
3. Tujuan
Perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan
rakyat banyak.
Sesuai dengan isi UU RI No.7 Tahun 1992, pelaksanaan prinsip
kehati-hatian perbankan didasarkan pada fungsi utama perbankan
sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Sebagai lembaga
perantara, falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah
kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, bank juga disebut sebagai
lembaga kepercayaan masyarakat yang ciri-ciri utamanya sebagai
1. Dalam menerima simpana dari Surplus Spending Unit (SSU), bank
hanya memberikan pernyataan tertulis yang menjelaskan bahwa
bank telah menerima simpanan dalam jumlah dan untuk jangka
waktu tertentu.
2. Dalam menyalurkan dana kepada Deficit Spending Unit (DSU), bank
tidak selalu meminta agunan berupa barang sebagai jaminan atas
pemberian kredit yang diberikan kepada DSU yang memiliki
reputasi baik.
3. Dalam melakukan kegiatannya, bank lebih banyak menggunakan
dana masyarakat yang terkumpul dalam banknya, dibandingkan
dengan modal dari pemilik atau pemegang saham bank.
Sebagai lembaga kepercayaan, bank dituntut untuk selalu
memperhatikan kepentingan masyarakat disamping kepentingan dari
bank itu sendiri dalam mengembangkan usahanya. Bank juga harus
bermanfaat bagi pembangunan ekonomi nasional sesuai dengan
fungsinya sebagai agent of development dalam rangka mewujudkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas. Menurut Ikatan
Bankir Indonesia (2013:11) dalam bukunya Modul Sertifikasi Tingkat 1
General Banking, menyebutkan fungsi khusus bank sebagai berikut:
1. Agent of Trust
Yaitu lembaga yang berlandaskan kepercayaan. Dasar utama
kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam
harus dibangun kepercayaan yang bergerak ke dua arah, yaitu dari
masyarakat dan ke masyarakat.
2. Agent of Development
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan
ekonomi di suatu Negara. Kegiatan bank berupa menghimpun dan
menyalurkan dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan
perekonomian di sector rill. Kegiatan bank tersebut, antara lain
memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan
distribusi, dan kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat
kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi, tidak dapat dilepaskan
dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi,
distribusi, dan konsumsi, tidak lain adalah kegiatan pembangunan
perekonomian suatu masyarakat.
3. Agent of Service
Yaitu lembaga yang memberikan pelayanan jasa perbankan
dalam bentuk transaksi keuangan kepada masyarakat, seperti
pengiriman uang atau transfer, inkaso, penagihan surat berharga atau
collection, cek wisata, kartu debit, kartu kredit, transaksi tunai,
BI-RTGS, SKN-BI, ATM, E-banking, dan pelayanan lainnya. Jasa yang
ditawarkan bank ini erat terkait dengan kegiatan perekonomian
2.3.4.Jasa Perbankan
Jasa bank adalah semua aktivitas bank, baik secara langsung
maupun tidak langsung yang berkaitan dengan tugas dan fungsi bank
sebagai lembaga intermediasi, yaitu lembaga yang memperlancar
terjadinya transaksi perdagangan, memperlancar peredaran uang, dan
memberikan jaminan kepada nasabahnya. Beberapa hal yang termasuk
jasa perbankan menurut IBI (2013:50), sebagai berikut:
1. Transfer
Transfer adalah suatu kegiatan jasa bank untuk memindahkan
sejumlah dana tertentu sesuai dengan perintah si pemberi amanat
yang ditujukan untuk keuntungan seseorang yang ditunjuk sebagai
penerima transfer. Dalam arti lain, transfer adalah kiriman uang yang
diterima bank termasuk hasil inkaso yang ditagih melalui bank
tersebut yang akan diteruskan kepada kepada bank lain untuk
dibayarkan kepada nasabah (transfer). Baik transfer uang keluar atau
masuk yang akan mengakibatkan adanya hubungan antar cabang
yang bersifat timbal balik, artinya bila satu cabang mendebet maka
cabang lain akan mengkredit.
2. Inkaso
Inkaso adalah pemberian kuasa kepada bank oleh nasabah
(baik perusahaan maupun perorangan) untuk melakukan penagihan
terhadap surat-surat berharga (baik yang berdokumen maupun tidak
(pembayar atau tertarik) berada di tempat lain (dalam atau luar
negeri) menyetujui pembayaran. Dalam arti lain, inkaso merupakan
kegiatan jasa bank untuk melakukan amanat dari pihak ketiga berupa
penagihan sejumlah uang kepada seseorang atau badan tertentu di
kota lain yang telah ditunjuk oleh pemberi amanat.
3. Kliring
Kliring adalah cara penyelesaian utang-piutang antarbank
peserta kliring dalam bentuk warkat atau surat-surat berharga di
suatu tempat tertentu, seperti cek, bilyet, nota debet, dan nota kredit.
Warkat harus dinyatakan dalam mata uang rupiah, bernilai nominal
penuh, dan telah jatuh tempo.
Bank yang termasuk peserta kliring adalah bank umum yang
berada dalam wilayah tertentu dan tidak dihentikan kepesertaannya
dalam kliring Bank Indonesia. Sebuah bank dapat dilarang untuk
mengikuti kliring karena berbagai alasan. Jika salah satu peserta
kliring karena suatu hal tidak dapat turut serta dalam kliring, peserta
tersebut wajib mengajukan permohonan pada penyelenggara kliring
sepuluh hari sebelumnya.
4. Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
(selanjutnya disebut system BI-RTGS) adalah sistem transfer dana
penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara
individual.
a. Penyelenggara Sistem BI-RTGS (selanjutnya disebut
penyelenggara) adalah Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting
dan Sistem Pembayaran (DASP).
b. Peserta Sistem BI-RTGS (selanjutnya disebut peserta) adalah
bank dan pihak selain bank yang telah memenuhi persyaratan
yang ditetapkan oleh Penyelenggara dan Bank Indonesia.
c. Rekening Giro adalah rekening Peserta dalam mata uang rupiah
yang ditatausahakan di Bank Indonesia yang digunakan untuk
penyelesaian akhir transaksi.
d. Penyelesaian Akhir (settlement) selanjutnya disebut
Penyelesaian Akhir, adalah kegiatan pendebetan dan
pengkreditan rekening giro Peserta di Bank Indonesia.
Penyelesaian Akhir transaksi melalui Sistem BI-RTGS
dilakukan dengan menggunakan dana pada rekening giro
Peserta Bank Indonesia, yang dilakukan apabila dana yang
terdapat pada rekening giro Peserta Bank Indonesia memiliki
saldo yang cukup.
5. Bank Draft
Bank Draft adalah wesel yang dikeluarkan oleh bank kepada
6. Cek Wisata (Traveller’s Cheque)
Traveller’s Cheque adalah kertas berharga dalam mata uang
yang dikeluarkan oleh suatu bank, dimana bank tersebut akan
membayarkan sejumlah uang yang tertera didalamnya kepada orang
yang tanda tangannya tertera pada Traveller’s Cheque tersebut.
Mengingat Traveller’s Cheque sangat mudah dibawa kemana-mana,
dengan kata lain pemilik uang tidak perlu membawa uang tunai
dalam perjalanan. Untuk menguangkannya, pemilik Traveller’s
Cheque harus dapat menunjukan KTP, SIM, data/atau paspornya.
Dengan demikian keamanannya terjamin. Traveller’s Cheque ini
bisa dipergunakan oleh para pelancong.
7. Surat Kredit Berdokumen (Letter of Credit/LC)
Letter of Credit/LC atau dalam bahasa Indonesia disebut Surat
Kredit Berdokumen merupakan salah satu jasa yang ditawarkan
bank dalam rangka pembelian barang, berupa penangguhan
pembayaran pembelian oleh pembeli sejak LC dibuka sampai
dengan jangka waktu tertentu sesuai perjanjian. Berdasarkan
pengertian tersebut, tipe perjanjian yang dapat difasilitasi LC
terbatas hanya pada perjanjian jual-beli, sedangkan fasilitas yang
diberikan adalah berupa penangguhan pembayaran.
8. Bank Garansi
Bank Garansi adalah suatu fasilitas kredit non-cash loan
yang disetujui oleh debitur dimana bank menyatakan sanggup
memenuhi kewajiban-kewajiban dari pihak yang dijamin kepada
pihak ketiga sebagai penerima Bank Garansi, apabila pada suatu
waktu tertentu yang telah ditetapkan pihak yang dijamin tersebut
tidak memenuhi kewajiban-kewajiban (wanprestasi/cedera janji).
9. Safe Deposit Box (SDB)
Layanan Safe Deposit Box (SDB) adalah jasa penyewaan
kotak penyimpanan harta atau surat-surat berharga yang dirancang
secara khusus dari bahan baja dan ditempatkan dalam ruang
khazanah yang kokoh dan tahan api untuk menjaga keamanan barang
yang disimpan dan memeberikan rasa aman bagi penggunanya.
Biasanya barang disimpan dalam SDB adalah barang yang bernilai
tinggi dimana pemiliknya merasa tidak aman untuk menyimpan
dirumah. Pada umumnya, biaya asuransi barang yang disimpan di
SDB bank relative murah. Selain itu, berikut adalah keuntungan
yang diperoleh nasabah yang memanfaatkan layanan SDB di bank:
a. Aman, karena ruang penyimpanan yang kokoh dilengkapi
dengan sistem keamanan terus-menerus selama 24 jam. Untuk
membukanya, diperlukan kunci dari penyewa dan kunci dari
bank.
b. Fleksibel, karena tersedia dalam berbagai ukuran sesuai dengan
c. Mudah, karena persyaratan sewa cukup dengan membuka
tabungan atau giro (ada bank yang tidak mensyaratkan hal
tersebut, namun mengenakan tarif yang berbeda).
10. Transaksi Jual Beli Valuta Asing
Bank juga dapat memberikan layanan transaksi jual beli mata
uang asing (valas) sesuai dengan kurs (nilai tukar mata uang
terhadap mata uang lainnya). Perlu untuk dipahami bahwa terdapat
berbagai jenis kurs yang telah dikenal luas, sebagaimana penjelasan
berikut:
a. Kurs Bank Notes (BN) adalah kurs yang digunakan untuk jual
atau beli Bank Notes secara tunai (fisik) kepada atau dari pelaku
transaksi.
b. Kurs Telegraphic Transfer (TT) adalah kurs yang digunakan
untuk beli atau jual mata uang asing yang dilakukan secara
pindah buku atau transfer.
c. Kurs Traveller’s Cheque adalah kurs yang digunakan untuk jual
atau beli Traveller Cheque.
d. Book Rate adalah kurs yang digunakan untuk transaksi dengan
mata uang yang sama.
e. Kurs Tengah BI adalah kurs yang digunakan untuk pembukuan
11. Electronic Banking (E-banking)
Bank menyediakan layanan Electronic Banking atau dikenal
luas sebagai (E-banking) untuk memenuhi kebutuhan melakukan
transaksi perbankan, selain yang tersedia di kantor cabang dan ATM.
Dengan menggunakan E-banking, nasabah bank tidak diperlu lagi
membuang waktu untuk antri di kantor-kantor bank atau ATM.
Mengingat saat ini banyak transaksi perbankan dapat dilakukan
dimana pun dan kapan pun, serta dengan mudah dan praktis melalui
jaringan elektronik, seperti internet dan telepon genggam. Sebagai
contoh, transfer dana antar rekening maupun antar bank,
pembayaran tagihan, pembelian pulsa isi ulang, ataupun pengecekan
mutasi dan saldo rekening sudah dapat dilakukan tanpa harus
bersusah payah menuju bank. Agar dapat menggunakan fasilitas
E-banking, maka nasabah harus memiliki rekening tabungan atau giro,
yang meliputi internet banking, mobile banking, phone banking, dan
SMS banking. Penjelasan dari layanan E-banking, sebagai berikut:
a. Internet Banking
Nasabah dapat melakukan transaksi perbankan (financial
dan non-financial) melalui komputer yang terhubung dengan
jaringan internet bank. Jenis transaksi internet banking, antara
1. Transfer dana
2. Informasi saldo, mutasi rekening, informasi nilai tukar
3. Pembayaran tagihan, misalnya tagihan kartu kredit,
telepon, handphone, listrik.
4. Pembelian, misalnya pembelian pulsa isi ulang, tiket
pesawat, saham.
b. Phone Banking
Beberapa hal berikut yang perlu diperhatikan untuk
keamanan dalam melakukan transaksi melalu phone banking,
yaitu:
1. Wajib mengamankan PIN phone banking
2. Bebas untuk membuat PIN sendiri, jika merasa diketahui
orang lain segera lakukan penggantian PIN phone banking.
Jenis transaksi phone banking, antara lain:
1. Transfer dana
2. Informasi saldo
3. Mutasi rekening
4. Pembayaran, misalnya pembayaran tagihan kartu kredit,
PLN, telepon, handphone, listrik, asuransi.
c. SMS Banking
SMS banking adalah layanan informasi perbankan yang
dapat diakses langsung melalui telepon seluler atau handphone
dengan menggunakan media SMS (short message service).
Jenis transaksi melalui SMS Banking, antara lain:
1. Transfer dana
2. Informasi saldo
3. Mutasi rekening
4. Pembayaran, misalnya pembayaran kartu kredit.
5. Pembelian, misalnya pembelian pulsa isi ulang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk keamanan
transaksi SMS Banking adalah sebagai berikut:
1. Jangan memberikan kode akses atau nomor pribadi SMS
banking kepada orang lain.
2. Jangan mencatat dan menyimpan kode akses atau nomor
pribadi SMS banking anda ditempat yang mudah diketahui
orang lain.
3. Setiap kali melakukan transaksi melalui SMS banking,
tunggulah beberapa saat hingga menerima respon balik atas
transaksi tersebut.
4. Untuk setiap transaksi, anda akan menerima pesan
notifikasi atas transaksi berupa SMS yang akan tersimpan
d. Mobile Banking
Mobile Banking adalah layanan perbankan yang dapat
diakses langsung melalui seluler atau hanphone GSM (Global
for Mobile Communication) dengan menggunakan SMS (Short
Message Service). Beberapa jenis transaksi mobile banking,
antara lain:
1. Transfer dana
2. Informasi saldo
3. Mutasi rekenig
4. Informasi nilai tukar
5. Pembayaran, misalnya pembayaran kartu kredit, PLN,
telepon, hanphone, listrik, asuransi.
6. Pembelian, misalnya pembelian pulsa isi ulang, saham.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk keamanan
transaksi mobile banking adalah sebagai berikut:
1. Wajib mengamankan PIN mobile banking.
2. Bebas membuat PIN sendiri, jika merasa diketahui oleh
orang lain segera melakukan penggantian PIN.
3. Bilamana SIM Card GSM hilang atau dicuri/dipindah
tangankan kepada pihak lain, segera beri tahukan bank
Menurut Bank Indonesia (BI) pada Peraturan Bank Indonesia
Nomor 9/15/PBI/2007 pasal 1 angka 3 tentang Penerapan
Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi Oleh
Bank Umum, Layanan perbankan melalui media elektronik atau
selanjutnya disebut Electronic Banking adalah layanan yang
memungkinkan nasabah bank untuk memperoleh informasi,
melakukan komunikasi, dan melakukan transaksi perbankan melalui
media elektronik antara lain ATM, phone banking, electronic fund
transfer, internet banking, mobile phone. Pelayanan perbankan
melalui E-banking sudah dirancang sedemikan rupa menyesuaikan
gaya hidup nasabah masa kini yang lebih mengutamakan
kemudahan, ketepatan waktu, dan menghemat waktu tanpa harus
keluar rumah. Selama ini penggunaan dari layanan E-banking yang
digunakan oleh perusahaan bersifat manual, yang tidak jarang
menyebabkan kesalahan human error baik dari pihak bank ataupun
nasabah itu sendiri. Dengan adanya layanan fasilitas berupa
E-banking yang cepat dapat dinikmati oleh nasabah maupun
perusahaan sendiri maka segala layanan yang diinginkan oleh para
nasabah dapat segera ditindak lanjuti dengan secepat mungkin,
sehingga perusahaan tersebut akan mampu memberikan pelayanan
yang terbaik dan tercepat bagi para nasabah, serta kontrol
2.4.Regulasi Penyelenggaraan Electronic Banking
Menurut Pahlefi (2015), Penggunaan layanan Electronic Banking
memang memberikan banyak kemudahan bagi nasabah bank penggunanya,
namun tidak menutup kemungkinan terjadi hal-hal yang merugikan bagi
nasabah sebagai konsumen. Selain bentuk proteksi terhadap layanan itu sendiri,
upaya pengamanan harus dilakukan dari segi regulasi. Dalam hal ini, Bank
Indonesia telah menciptakan beberapa regulasi yang mengatur
penyelenggaraan Electronic Banking oleh bank pada umumnya, diantaranya
sebagai berikut:
2.4.1.Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan
Manajemen Risiko Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum,
yang pokok-pokok peraturannya antara lain:
Pasal 1
Dalam Peraturan Bank Indonesia ini dimaksud dengan:
1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk
kantor cabang bank asing.
2. Teknologi informasi adalah teknologi terkait sarana komputer,
telekomunikasi, dan sarana elektronik lainnya yang digunakan
3. Pelayanan perbankan melalui media elektronik atau selanjutnya
disebut Electronic Banking adalah layanan yang memungkinkan
nasabah bank untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi,
dan melakukan transaksi perbankan melalui media elektronik antara
lain ATM, phone banking, electronic fund transfer, internet banking,
mobile phone.
4. Rencana Strategi Teknologi Informasi (Information Technology
Strategic Plan) adalah dokumen yang menggambarkan visi dan misi
teknologi informasi bank, strategi yang mendukung visi dan misi
tersebut dan prinsip-prinsip utama yang menjadi acuan dalam
penggunaan teknologi informasi untuk memenuhi kebutuhan bisnis
dan mendukung rencana strategi jangka panjang.
5. Pusat data (data center) adalah fasilitas utama pemrosesan data bank
yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak untuk
mendukung kegiatan operasional bank secara berkesinambungan.
6. Database adalah sekumpulan data komprehensif dan disusun secara
sitematis, dapat diakses oleh pengguna sesuai wewenang
masing-masing, dan dikelola oleh database administrator.
7. Disaster Recovery Center (DRC) adalah fasilitas pengganti pada saat
pusat data (data center) mengalami gangguan atau tidak dapat
berfungsi antara lain karena adanya aliran listrik keruang komputer,
sementara waktu selama dilakukannya pemulihan pusat data bank
untuk menjaga kelangsungan usaha (business continuity).
8. Business Continuity Plan (BCP) adalah kebijakan dan prosedur yang
memuat rangkaian kegiatan yang terencana dan terkoordinir
mengenai langkah-langkah pengurangan risiko, penanganan dampak
gangguan/bencana, dan proses pemulihan agar kegiatan operasional
bank dan pelayanan kepada nasabah tetap dapat berjalan.
9. Pemrosesan transaksi berbasis teknologi adalah kegiatan berupa
penambahan, perubahan, penghapusan, dan/atau otorisasi data yang
dilakukan pada sistem aplikasi yang digunakan untuk memproses
transaksi.
10.Komisaris:
a) Bagi bank berbentuk hukum perseroan terbatas adalah dewan
komisaris sebagaiman dimaksud dalam Pasal 1 angka 6
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
b) Bagi bank berbentuk hukum perusahaan daerah adalah
pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang-
Undang Nom.or 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
c) Bagi bank berbentuk hukum koperasi adalah pengawas
sebagaimana dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 25 Tahun
d) Bagi kantor cabang bank asing adalah pejabat yang ditunjuk
kantor pusat bank asing untuk melakukan fungsi pengawasan.
11.Direksi:
a) Bagi bank berbentuk hukum perseroan terbatas adalah direksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 Undang- Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
b) Bagi bank berbentuk hukum perusahaan daerah adalah direksi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
c) Bagi bank berbentuk hukum keperasi adalah pengurus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor
25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
d) Bagi kantor cabang bank asing adalah pimpinan kantor cabang
bank asing.
2.4.2.Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/30/DPNP Tanggal 12 Desember
2007 tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan
Teknologi Informasi oleh Bank Umum, yang pokok-pokok peraturannya
antara lain:
Sehubungan dengan telah dikeluarkannya Peraturan Bank
Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007 tanggal 30 November 2007 tentang
Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4785), maka perlu diatur ketentuan pelaksanaan dalam suatu Surat
Edaran Bank Indonesia dengan pokok-pokok ketentuan sebagai berikut:
1. Penggunaan teknologi informasi diperlukan bank dalam rangka
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan operasional
bank. Selain itu, perkembangan teknologi informasi memungkinkan
bank untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabah melalui
produk-produk Electronic Banking.
2. Dalam hal bank tidak dapat menyelenggarakan sendiri teknologi
informasi tersebut, bank dimungkinkan untuk menggunakan pihak
penyedia jasa teknologi informasi.
3. Mengingat penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan
risiko yang dihadapi bank, maka bank wajib menerapkan manajemen
risiko secara efektif.
2.5.Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok,
dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa,
ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka
(Kotler dan Keller, 2009) dalam Amanullah (2014). Perilaku konsumen
merupakan kegiatan-kegiatan individu yang langsung terlibat dalam jasa,
termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan. Terdapat dua elemen
kegiatan fisik yang melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan
menggunakan barang dan jasa ekonomis (Swastha, 2000) dalam Amanullah
(2014). Schiffman, Kanuk (2007) dalam Suryani (2008:6) Menjelaskan bahwa
perilaku konsumen merupakan studi yang mengkaji bagaimana individu
membuat keputusan membelanjakan sumberdaya yang tersedia dan dimiliki
(waktu, uang, dan usaha)untuk mendapatkan barang atau jasa yang nantinya
akan dikonsumsi. Dalam studi ini juga dikaji tentang apa yang mereka beli,
mengapa mereka membeli, dan bagaimana mereka membeli (seberapa sering)
dan menggunakannya. Umar (2000) dalam Pinontoan (2013) menyebutkan
beberapa hal yang harus diperhatikan pada perilaku konsumen, yaitu Apa yang
diinginkan (wants), Apa yang dibutuhkan (needs), Persepsi Konsumen, dan
aspek perubahan kecenderungan (preference). Menurut Kotler dan Amstrong
(1998:153) dalam Daryanto, dkk (2014:55), terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen, diantaranya yaitu faktor psikologis.
Adapun macam dari faktor psikologis ini antara lain, yaitu:
1. Motivasi adalah suatu dorongan yang menekan seseorang sehingga
mengarahkan seseorang untuk bertindak.
2. Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang memilih,
mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan
suatu gambaran yang berarti.
3. Pembelajaran adalah perubahan pada perilaku individu yang muncul dari
4. Kepercayaan dan sikap, kepercayaan ini akan membentuk citra produk dan
merek, serta orang akan bertindak berdasarkan citra tersebut. Sedangkan
sikap akan mengarahkan seseorang untuk berprilaku yang relatif konsisten
terhadap objek-objek yang sama.
Penelitian ini meneliti tentang perilaku nasabah bank dalam penggunaan
layanan Electronic banking dari aspek faktor psikologis nasabah, yaitu tentang
aspek persepsi, serta kepercayaan dan sikap nasabah atas kualitas jasa
Electronic banking. Dengan memilih, mengatur, dan menginterpretasikan
hal-hal terkait Electronic banking, nasabah akan dapat merasakan bahwa mereka
puas atau tidak puas terhadap Electronic banking atau yang telah dikenal
dengan E-banking tersebut. Jika mereka puas, maka mereka akan memilih
untuk menggunakan sistem E-banking ini di masa depan, begitu juga
sebaliknya.
2.6.Trust (Kepercayaan)
Menurut Sunyoto (2014:16) kepercayaan adalah suatu pikiran deskriftif
yang dianut seseorang mengenai sesuatu (Philip Kotler, 1993:242).
Kepercayaan ini merupakan citra produk dan merek. Orang bertindak atas
kepercayaan jika sebagaian dari kepercayaan ini salah dan menghambat
pembelian, maka produsen akan melakukan kampanye untuk membantah
kepercayaan ini. Menurut Ainur Rofiq (2007: 30) dalam Harlan (2014)
kepercayaan merupakan sebuah pondasi dari bisnis, karena transaksi bisnis
mempercayai. Seiring maraknya kejahatan internet seperti pembobolan akun,
faktor kepercayaan menjadi hal yang sangat penting dalam penggunaan
internet banking dalam transaksi perbankan (Retnosari, 2015). Menurut
Suryani (2013: 93) kepercayaan dalam konteks ini adalah persepsi nasabah
bahwa teknologi internet banking aman untuk digunakan. Kepercayaan
menjadi lebih penting dalam bertransaksi melalui online dibandingkan dengan
offline. Hal ini disebabkan, karena transaksi dalam E-banking mengandung
informasi yang sensitif dan pihak nasabah yang terlibat dalam transaksi
keuangan mengkhawatirkan akses terhadap file penting dan informasi yang
dikirim melalui media elektronik.
Aini (2016) menyebutkan bahwa kepercayaan ditunjukkan dari
keyakinan nasabah untuk menerima kerentanan dalam memenuhi harapannya,
oleh karena itu membangun kepercayaan yang tinggi terhadap nasabah adalah
sangat diutamakan bagi terciptanya rasa kepercayaan nasabah terhadap bank.
Melalui tingkat kepercayaan yang terbangun antar pihak bank dan nasabah,
maka sangat memungkinkan bisnis perbankan yang dijalankan akan mudah
terbangun lebih intensif antara nasabah dengan pihak bank, mengingat pihak
bank wajib untuk membangun rasa kepercayaan yang tinggi terhadap
nasabahnya agar nasabah merasa yakin dan aman pada bank tersebut. Karena
apabila terjadi masalah pada saat menggunakan layanan E-banking, maka
nasabah akan mempertimbangkan kembali kepercayaan terhadap layanan E-
banking yang banyak mengandung unsur risiko. Oleh karena itu, tingkat
untuk meningkatkan kegunaan E-banking. Kepercayaan meliputi hubungan
yang stabil antara nasabah dengan pihak bank, kemampuan pihak bank untuk
membentuk rasa kepercayaan nasabah, dan Jaminan yang diberikan oleh Bank
terhadap rasa aman pada simpanan nasabah yang ada di Bank (Aini, 2016).
2.7.Manfaat
Menurut Jogiyanto (2007:14) yang dimaksud manfaat yang dirasakan
atau Perceived Usefulnses adalah sejauh mana seseorang percaya bahwa
dengan menggunakan suatu teknologi tertentu akan meningkatkan kinerja
pekerjaannya. Persepsi Kebermanfaatan adalah suatu tingkatan dimana
seseorang percaya bahwa suatu penggunaan teknologi tertentu akan
meningkatkan prestasi kerja orang tersebut (Davis 1989: 320). Dari dua definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu keadaan dimana seseorang percaya
terhadap teknologi atau sistem yang digunakan mampu meningkatkan kinerja
dan dapat merasakan hasilnya hingga menggunakannya berulang-ulang.
Menurut Perkins dan Annan (2013:11) mendefinisikan kualitas adalah
mempertemukan kebutuhan dan harapan konsumen secara berkelanjutan atas
harga yang telah mereka bayarkan. Bank harus mampu mengidentifikasi jenis
fitur yang dapat bermanfaat bagi penggunannya atau yang diharapkan oleh
nasabah dalam melaksanakan tugas dan pekerjaanya, karena tingkat manfaat
disimpulkan konteks dari penelitian ini, bahwa manfaat dalam menggunakan
E-banking merupakan pandangan subyektif nasabah mengenai manfaat yang
diperoleh para nasabah dalam peningkatan kinerja nasabah. Ketika nasabah
menggunakan fasilitas layanan E-banking berkali-kali maka nasabah telah
merasakan manfaat dari layanan E-banking tersebut (Aini, 2016).
2.8.Kemudahaan Penggunaan
Persepsi Kemudahan Penggunaan merupakan tingkatan dimana
seseorang percaya bahwa teknologi mudah untuk dipahami (Davis, 1989: 320).
Menurut Jogiyanto (2007:115), Persepsi kemudahan pengguna secara kontras
mengacu pada suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa menggunakan
sistem layanan tersebut tidak perlu bersusah payah. Persepsi kemudahan juga
didenifisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan
teknologi tersebut akan bebas dari usaha. Berdasarkan beberapa definisi
tersebut, dapat dinyatakan bahwa kemudahan penggunaan dapat mengurangi
usaha seseorang baik waktu, tenaga, dan biaya yang didukung dengan
penggunaan teknologi atau sistem layanan yang mudah dipahami. Intensitas
penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga dapat
menunjukkan kemudahan penggunaan. Sistem yang lebih sering digunakan
menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan
dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya (Goodwin dan Silver dalam
Adam et al., 1992: 229). Venkatesh dan Davis (2000: 201) membagi dimensi
a. Interaksi individu dengan sistem jelas dan mudah dimengerti (clear and
understandable).
b. Tidak dibutuhkan banyak usaha untuk berinteraksi dengan sistem
tersebut (does not require a lot of mental effort).
c. Sistem mudah digunakan (easy to use).
d. Mudah mengoperasikan sistem sesuai dengan apa yang ingin individu
kerjakan (easy to get the system to do what he/she wants to do).
Menurut Dwi Suhartini dan Wiwik Handayani (2009:5) kemudahan E-
banking yaitu mudah dipelajari, jelas dan dapat dipahami, fleksibel dan mudah
untuk digunakan. Kemudahan penggunaan suatu teknologi dibentuk melalui
enam faktor utama, meliputi mudah untuk dipelajari, terkendali, jelas dan
mudah dimengerti, fleksibel, mudah untuk melakukan sesuatu, dan mudah
untuk digunakan Jogiyanto (2007:152). Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kemudahan penggunaan dalam menggunakan suatu teknlogi
tersebut beranggapan bahwa, mudah dan bisa menggunakan suatu teknologi,
memiliki keyakinan dalam penggunaan teknologi tidak mengalami kesulitan,
mengerti dan memahami dalam penggunaanya, menggunakan teknologi tidak
membutuhkan kegiatan yang cukup besar dan biaya yang mahal (Aini, 2016).
2.9.Risiko
Menurut Pavlou (2001: 10) Risiko Persepsian merupakan suatu persepsi
tentang ketidakpastian dan konsekuensi-konsekuensi tidak diinginkan dalam
didefinisikan sebagai ketidak pastian yang dihadapi konsumen ketika mereka
tidak mampu melihat kemungkinan yang akan terjadi dari keputusan pembelian
yang dilakukan (Suryani, 2008:114). Sebelum memilih suatu produk atau
layanan, konsumen tentu akan mempertimbangkan risiko dari penggunaan
produk atau layanan tersebut. Sama halnya dengan penggunaan E-banking,
nasabah tentunya memutuskan menggunakan layanan berbasis transaksi online
atau tidak, mengingat risiko yang mungkin dihadapi begitu tinggi. Risiko
penggunaan transaksi online dapat dikatakan tinggi, karena nasabah tidak dapat
melakukan transaksi secara tatap muka atau berinteraksi secara langsug dengan
yang bersangkutan. Disamping itu, nasabah juga tidak dapat memastikan
apakah transaksi yang telah dilakukan tersebut sudah diproses secara tepat
waktu dan tanpa adanya kesalahan. Selain itu, sebelum melakukan layanan
E-banking nasabah tentu sudah mempertimbangkan berbagai kemungkinan risiko
yang dapat terjadi, seperti bocornya PIN dan data pribadi nasabah, kesalahan
pengiriman atau transfer, risiko pembobolan dari akun lain dan risiko lainnya.
Menurut Suryani (2008:114), terdapat banyak risiko yang
dipertimbangkan konsumen. Jocoby dan Kapalan (dikutip Mowen dan Minor,
2002), Sengupta et.al (1997) dan Aydin, S., et.al (2005), menjelaskan ada enam
jenis risiko dipersepsikan oleh konsumen, yaitu:
1. Risiko Keuangan
Risiko yang akibatnya berupa kerugian dari aspek keuangan yang
pertimbangan penting ketika daya beli konsumen rendah atau konsumen
mempunyai keterbatasan finansial.
2. Risiko Kinerja
Risiko, bahwa produk tidak akan memeberikan kinerja seperti yang
diharapkan. Persepsi tentang kinerja ini menjadi salah satu pertimbangan
penting sebelum konsumen memilih suatu produk tertentu.
3. Risiko Psikologi
Risiko psikologi dalam pembelian produk berupa ketidaknyamanan
psikologis, citra diri yang buruk, dan harga diri yang menjadi rendah.
4. Risiko Fisiologis
Risiko fisiologis atau risiko fisik merupakan risiko akibat pembelian
produk yang berupa terganggunya fisik pembeli.
5. Risiko Sosial
Risiko akibat pembelian produk yang berupa kurang diterimanya
konsumen dilingkungan masyarakat.
6. Risiko Waktu
Risiko yang diterima konsumen, berupa hilangnya waktu konsumen
akibat pembelian produk. Risiko ini juga mencakup akankah waktu
konsumen akan berkurang atau tersita hanya untuk produk tersebut.
Semakin besar risiko yang mungkin akan ditanggung nasabah dalam
menggunakan layanan E-banking, maka semakin rendah penggunaan sistem
oleh pihak nasabah maupun bank dengan memberikan pengamanan yang
berlapis-lapis. Persepsian konsumen terhadap risiko tingkatnya bervariasi
tergantung dari faktor individual konsumen, produk atau layanan, situasi dan
faktor budaya. Konsumen yang keinovasiannya tinggi dan mempunyai
keberanian dalam mengambil risiko, akan mempersepsikan risiko pembelian
produk atau penggunaan jasa tertentu lebih rendah dibandingkan konsumen
yang keberanian mengambil risikonya rendah dan kurang inovatif. Menurut
Schiffman dan Kanuk, terdapat perbedaan tingkat persepsian terhadap risiko
antar konsumen dari berbagai Negara. Tidak semua konsumen di dunia
mempunyai persepsi yang sama atas risiko terhadap suatu produk (Suryani,
2008:116).
2.10.Minat Bertransaksi Menggunakan Layanan E-banking
Menurut Jogiyanto (2007: 116), Minat perilaku (behavioral intention)
adalah keinginan (Minat) seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu.
Witherington (1999) dalam Harlan (2014) menyatakan bahwa, minat adalah
kesadaran seseorang dalam sesuatu obyek, suatu soal atau situasi
mengandung sangkut paut dengan dirinya. Slameto (1995) dalam Harlan
(2014) menyebutkan, minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan. Dari
beberapa definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah
keinginan seseorang dalam memperhatikan dan mengenang suatu aktivitas
mengundang seseorang tersebut untuk melakukan suatu prilaku tertentu.
Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan
aktivitas itu pasti dilandasi dengan rasa senang dan apabila timbul rasa
senang, maka seseorang akan secara konsisten menggunakannya di masa
yang akan datang (Harlan, 2014). Minat berhubungan dengan perilaku-
perikau atau tindakan-tindakan, akan tetapi minat dapat berubah menurut
waktu, semakin lebar interval waktu, semakin dimungkinkan terjadi
perubahan-perubahan minat seseorang (Ahmad dan Bambang, 2014). Dalam
menjalankan fungsinya, minat berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan.
Seseorang memberi penilaian dan menentukan sesudah memilih dan
mengambil keputusan (Harlan, 2014). Menurut Jogiyanto (2007:31), minat
merupakan suatu fungsi dari dua penentu dasar, yaitu:
1. Penentu yang berhubungan dengan faktor pribadi
Penentu ini adalah sikap terhadap prilaku individual. Sikap ini
adalah evaluasi kepercayaan atau perasaan positif atau negatif dari
individual jika harus melakukan prilaku tertentu yang dikehendaki.
2. Penentu yang berhubungan dengan pengaruh sosial
Penentu ini adalah norma subyektif. Disebut dengan norma
subyektif karena berhubungan dengan perskripsi normatif persepsian,
yaitu persepsi atau pandangan seseorang terhadap tekanan sosial yang
akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan
Dari dua penentu dasar tersebut, mengasumsikan bahwa kepentingan
relatif dari sikap terhadap prilaku (attitude towards behavior) dan norma
subyektif (subjective norma) tergantung dari sebagian minat yang
diinvestigasi. Menurut Sudarsono dalam Harlan (2014), faktor-faktor yang
menimbulkan minat, dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Faktor kebutuhan dari dalam
Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan
jasmani dan kejiwaan.
2. Faktor motif sosial
Timbulnya Minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif
sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan dari
lingkungan dimana ia berada.
3. Faktor emosional
Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh
perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau objek tertentu.
Di dalam penelitian ini termasuk dalam golongan yang ketiga, yaitu
faktor emosional yang mengukur intensitas seseorang dalam menaruh
perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau objek tertentu. Kegiatan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah minat bertransaksi menggunanakan
layanan E-banking dan objek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
berfokus pada E-banking. Keinginan atau minat seseorang tumbuh karena
adanya suatu kebutuhan atau adanya dorongan dari kemajuan teknologi yang
sistem, tidak dapat dikatakan berhasil apabila penggunanya dengan jumlah
yang sedikit dan tidak terus digunakan. Dalam hal ini, berhasil atau tidaknya
suatu teknologi sangat didukung oleh minat seseorang. Penyelenggaraan
layanan E-banking adalah penerapan atau aplikasi teknologi yang terus
berkembang dengan menyediakan layanan yang cepat, aman, nyaman,
mudah, murah, dan dapat diakses dimana saja setiap saat selama 24 jam.
Penerapan teknologi ini dimanfaatkan untuk menjawab keinginan nasabah
bank yang disesuaikan dengan gaya hidup nasabah masa kini. Dibalik
ketersediaan layanan yang E-banking tawarkan dengan segala kemudahan
dan manfaat tersimpan pula risiko yang memungkinkan dapat terjadi tanpa
disadari, sehingga diperlukan pengamanan yang baik dan berlapis-lapis baik
dari pihak bank maupun nasabah sendiri.
2.11.Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan pertama adalah penelitian
yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi minat nasabah dalam
penggunaan online banking oleh Hasnan Ghifari (2017) sebagai peneliti.
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Universitas Islam Indonesia yang
pernah menggunakan fasilitas online banking di yogyakarta sebagai sampel
dengan tujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai apakah perceived
usefulness, perceived ease of use, computer self efficacy, security and privacy,
dan trust berpengaruh positif terhadap minat penggunaan online banking.
sebagai dasar penelitian. Sampel diambil secara non-probability yaitu
convience sampling dengan menggunakan kuesioner. Dari seluruh kuesioner
yang tersebar sejumlah 130 dapat kembali dan diolah sebanyak 110 sampel.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS, dengan teknik
analisis data yaitu analisis regresi linier berganda dengan uji validitas dan
reliabilitas data, dan analisis statistik deskriptif. Hasil dari penelitian ini
adalah semua variabel yang diuji berpengaruh positif terhadap minat
menggunakan online banking.
Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan kedua adalah penelitian
yang dilakukan oleh Nur Aini (2016) dengan meneliti pengaruh kepercayaan,
manfaat dan kemudahan penggunaan terhadap keputusan nasabah
menggunakan internet banking pada bank Mandiri di Surabaya. Penelitian ini
dilakukan dengan menyebarkan 100 kuesioner pada responden, yaitu semua
nasabah yang menggunakan layanan internet banking bank Mandiri. teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
purposive sampling dengan kriteria, nasabah yang berusia ≥ 19 tahun dan
menggunakan layanan internet banking Bank Mandiri di Surabaya minimal
satu kali melakukan transaksi selama 6 bulan terahir. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda
dengan tes validitas dan reliabilitas, analisis deskriptif, dan analisis statistika.
Hasil dari penelitian ini, yaitu variabel manfaat dan kemudahaan penggunaan
memberikan pengaruh yang signifikan, sedangkan variabel kepercayaan
keputusan nasabah menggunakan internet banking pada bank Mandiri di
Surabaya.
Penelitian terdahulu ketiga yang menjadi rujukan dalam penelitian ini
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Bambang (2014) terkait
pengaruh persepsi manfaat, pesepsi kemudahan, keamanan, dan ketersediaan
fitur terhadap minat ulang nasabah bank dalam menggunakan internet
banking (studi pada program layanan internet banking BRI). Jenis penelitian
ini adalah kuantitatif, dengan populasi yaitu nasabah BRI yang bertempat
tinggal di Kota Bengkulu. Sampel dalam penelitian ini adalah nasabah bank
BRI yang mempunyai tabungan dan terdaftar pernah menggunakan layanan
internet banking BRI sebanyak 50 responden, dengan pengambilan sampel
secara purposive sampling dan menggunakan kuesioner. Metode atau teknik
analisis data dalam penelitian ini dilakukan pengujian hipotesis secara parsial
dengan uji-T dan dan secara simultan dengan uji-F. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan menunjukan bahwa
persepsi manfaat, keamanan, dan ketersediaan fitur mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap minat ulang nasabah bank dalam
menggunakan internet banking, sedangkan pesepsi kemudahan tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat ulang nasabah bank
dalam menggunakan internet banking.
Penelitian yang dilakukan oleh Dara Saputri (2017), yaitu pengaruh
kemudahan, daya guna, kenyamanan, kepercayaan terhadap minat nasabah
Tanjung Karang, menjadi rujukan penelitian keempat dalam penelitian ini.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dan data
yang digunakan oleh adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan
data dengan wawancara, observasi, kuesioner, dokumentasi, buku-buku serta
literatur lain. Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah bank BRI Syariah
KC Tanjung Karang yang menggunakan mobile banking. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan accidential sampeling, sampel
penelitian ini berjumlah 35 responden yang semuanya adalah nasabah bank
BRI Syari’ah KC Tanjung Karang. Metode atau teknik analisis data dalam
penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan
program aplikasi statisti SPSS for widows. Hasil penelitian ini, bahwa
variabel kenyamanan memiliki pengaruh terhadap minat nasabah pengguna
mobile banking di bank BRI Syari’ah Kantor Cabang Tanjung Karang,
sedangkan variabel kemudahan, daya guna, dan kepercayaan tidak
berpengaruh terhadap minat nasabah pengguna mobile banking di bank BRI
Syari’ah Kantor Cabang Tanjung Karang.
Penelitian terdahulu kelima yang menjadi rujukan dalam penelitian ini
dilakukan oleh Sisca Retnosari (2015), yaitu analisis preceived usefulness,
preceived risk, dan trust terhadap pemanfaatan ATM bagi nasabah (studi pada
bank Sumsel Babel Syariah). Sampel diambil dengan teknik accidental
sampling yang melibatkan penyebarkan 100 kuesioner dan nasabah bank
sebagai respondennya. Teknik analisis data penelitian ini yaitu dengan
positif antara variabel preceived usefulness, preceived risk, dan trust
terhadap pemanfaatan ATM bagi nasabah.
Penelitian terdahulu selanjutnya yang menjadi rujukan dalam penelitian
ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ikbar Wibiadila (2016) terkait
pengaruh kegunaan, kemudahan, risiko, dan kualitas layanan terhadap minat
nasabah dalam menggunakan mobile banking (survei pada nasabah bank
Mandiri Kantor Cabang Solo). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh nasabah bank Mandiri di Solo. Data yang digunakan dalam
penelitian adalah kuesioner. Metode pengambilan sampel dengan cara
metode accidental dengan jumlah sampel yang terkumpul sebanyak 60
nasabah. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh variabel independen
yaitu kegunaan, kemudahan, risiko, dan kualitas layanan berpengaruh
terhadap minat untuk menggunakan layanan mobile banking.
Penelitian yang dilakukan oleh Dwimastia Harlan (2014), yaitu
pengaruh kemudahan penggunaan, kepercayaan dan risiko persepsian
terhadap minat bertransaksi menggunakan E-banking pada UMKM di Kota
Yogyakarta menjadi rujukan dalam penelitian ini. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitaif asosiatif, dengan populasi seluruh pengusaha UMKM di
Kota Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
rumus slovin sebanyak 100 pelaku UMKM di Kota Yogyakarta, dan teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara langsung
kepada pelaku UMKM, dengan teknik analisis menggunakan analisis regresi
linier berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel
kemudahan penggunaan dan kepercayaan mempunyai pengaruh positif
signifikan terhadap minat bertransaksi menggunakan E-banking pada
UMKM di Kota Yogyakarta, sedangkan pada variabel Risiko mempunyai
pengaruh negatif signifikan terhadap minat bertransaksi menggunakan E-
banking pada UMKM di Kota Yogyakarta.
Penelitian terdahulu selanjutnya yang menjadi rujukan, dilakukan oleh
Evani Khoirunnisa (2017) terkait pengaruh penggunaan E-banking,
kepercayaan (trust), dan kualitas pelayanan terhadap loyalitas nasabah Bank
BNI Syariah kantor cabang Surakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif, dengan sampel nasabah bank BNI Syariah yang
berjumlah 100 orang. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling
yang menggunakan rumus perhitungan sampel menurut Lameshow. Teknik
analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan
menggunakan alat bantu analisis SPSS versi 21. Hasil penelitian menunjukan
bahwa variabel penggunaan E-banking dan variabel kepercayaan
berpengaruh tidak signifikan terhadap loyalitas nasabah. Sedangkan variabel
kualitas pelayanan berpengaruh secara parsial terhadap loyalitas nasabah.
Namun, pada uji F-test menunjukan penggunaan E- banking, kepercayaan,
dan kualitas pelayanan secara bersama-sama berpengaruh sebesar 18,3%
Penelitian yang dilakukan oleh Anik Susanti (2015), yaitu pengaruh
persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, persepsi risiko, dan persepsi
kepercayaan terhadap minat menggunakan mobile banking menjadi rujukan
selanjutnya dapalam penelitian ini. Objek dari penelitian ini adalah nasabah
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Yogyakarta. Data yang digunakan
adalah data primer, dengan pengumpulan data menggunaka kuesioner.
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode snowball sampling,
dengan teknik analisis menggunakan analisis linier berganda. Hasil uji F
menunjukan bahwa persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, persepsi risiko,
dan persepsi kepercayaan berpengaruh secara simultan terhadap minat
menggunakan mobile banking sebesar 44%. Secara parsial, variabel persepsi
kepercayaan berpengaruh pada alpha 5% terhadap minat menggunakan
mobile banking. Sedangkan persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan tidak
berpengaruh terhadap minat menggunakan mobile banking.
Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan selanjutnya adalah
penelitian terkait tingkat keberhasilan transaksi, kemampuan sistem
teknologi, kepercayaan, mutu layanan E-banking, dan minat bertransaksi
ulang secara online oleh I Gusti Agung Anantha dan A.A.N. Oka
Suryadinatha Gorda (2017). Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah
pengguna lauanan mobile banking Bank BPD Bali dengan sampel sebanyak
132 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik
non probability sampling, dan teknik analisis data menggunakan structured
pengaruh positif dan signifikan tingkat keberhasilan transaksi, kemampuan
sistem teknologi, kepercayaan, dan mutu layanan E-banking terhadap minat
bertransaksi ulang secara online pada Bank BPD Bali.
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Dewi Mas Yogi Pertiwi dan
Dodik Ariyanto (2017) terkait penerapan model UTAUT2 untuk menjelaskan
perilaku konsumen pengguna mobile banking di kota Depasar. Penelitian ini
dilakukan di kota Denpasar dengan populasi dalam penelitian ini adalah
nasabah bank yang menggunakan mobile banking. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan metode non probability sampling dengan
metode sampling menggunakan teknik accidental sampling. Sampel dalam
penelitian ini adalah nasabah bank pengguna mobile banking di kota
Denpasar. Data penelitian diperoleh melalui metode survei dengan teknik
penyebaran kuesioner dengan 100 responden. Variabel yang digunakan
adalah ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, faktor sosial budaya, kondisi
yang memfasilitasi, motivasi hedonis, nilai harga, dan kebiasaan sebagai
variabel inependen. Minat menggunakan dan perilaku penggunaan mobile
banking sebagai variabel dependen. Metode analisis data dalam penelitian ini
menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan
ekspektasi kinerja berpengaruh positif pada minat penggunaan online
banking. Kebiasaan dan minat penggunaan berpengaruh positif pada perilaku
penggunaan mobile banking.
Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan selanjutnya dilakukan oleh
memepengaruhi minat nasabah terhadap internet banking. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan
menggunakan test statistik. Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah bank
BNI Syariah cabang Bogor, dengan sampel nasabah bank BNI Syariah cabang
Bogor yang pernah maupun belum pernah menggunakan internet banking.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang dengan teknik pengambilan
sampel menggunakan simple random sampling. Data yang digunakan adalah
data sekunder yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet, literature yang
berkaitan dan data primer yang diambil langsung dari tempat penelitian
dengan cara penyebaran kuesioner dan wawancara yang merupakan sumber
utama dalam penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Dari penelitian ini diperoleh
kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat nasabah dalam
menggunakan layanan internet banking adalah faktor kemudahan, keamanan,
kenyamanan, efisien, dan praktis. Dan faktor yang paling dominan
mempengaruhi minat nasabah dalam menggunaka internet banking adalah
faktor kenyamanan. Sedangkan chi kuadrat menunjukan terdapat pengaruh
positif antara persepsi kemudahan dan persepsi kemanfaatan terhadap minat
nasabah dalam menggunakan internet banking di PT. Bank BNI Syariah
cabang Bogor.
Penelitian yang dilakukan oleh Gaby I.M. Walandouw, Peggy A.Mekel,
dan Agus S. Soegoto (2014) terkait kualitas pelayanan dan citra merek
melalui kartu debit taplus BNI menjadi rujukan penelitian terdahulu dalam
penelitian ini. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah BNI
cabang Manado yang menggunakan kartu Debit BNI periode tahun 2013,
dengan pengumpulan data menggunakan angket dan observasi. Metode
penelitian yang digunakan adalah asosiatif, dengan teknik analisis data
menggunakan analisis regresi linier berganda, korelasi berganda, dan
koefisien determinasi. Alat uji hipotesis yang digunakan yaitu uji F dan uji
T. Penelitian ini menggunakan 100 responden sebagai sampel. Hasil
penelitian menunjukan secara simultan dan parsial kualitas pelayanan dan
citra merek berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepercayaan
nasabah pengguna kartu taplus BNI vabang utama Manado.
Penelitian selanjutnya yang menjadi rujukan dalam penelitian ini
dilakukan oleh Ida Ayu Santi Permanasari dan Gede Sri Dharma (2013)
mengenai pengaruh penggunaan internet banking terhadap rasa aman, rasa
percaya, dan loyalitas nasabah dalam meningkatkan saldo bank. Populasi
dalam penelitian ini adalah nasabah BNI kantor cabang utama Renon. Dalam
penelitian ini dikembangkan suatu model teoritis mengajukan enam hipotesis,
yang akan diuji dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM).
Sampel dalam penelitian ini adalah nasabah BNI yang menggunakan fasilitas
internet banking, dengan menggunakan kuesioner yang berjumlah 143
responden. Hasil dari pengolahan data SEM berdasarkan uji model penuh
analisis goodness of fit, terdapat dua kriteria yang memenuhi syarat yaitu
0,079. Berdasarkan analisis model persamaan struktural diperoleh bahwa
internet banking berpengaruh positif signifikan terhadap rasa aman. Internet
banking berpengaruh positif signifikan terhadap rasa percaya. Internet
banking berpengaruh positif tidak signifikan terhadap loyalitas nasabah. Rasa
aman berpengaruh positif signifikan terhadap loyalitas nasabah. rasa percaya
nasabah berpengaruh positif tidak signifikan terhadap loyalitas nasabah.
loyalitas nasabah berpengaruh positif tidak signifikan terhadap saldo nasabah.
sehingga kesimpulannya bahwa penggunaan internet banking terhadap rasa
aman, rasa percaya, dan loyalitas nasabah terhadap saldo bank teruji
kebenarannya.
Dari beberapa penelitian terdahulu yang menjadi rujukan dalam
penelitian ini, menunjukan berbagai perbedaan dalam variabel yang diteliti
serta hasil penelitian. Perbedaan tersebut menjadi alasan kuat dalam
penelitian ini untuk meneliti kembali variabel trust (kepercayaan), manfaat,
kemudahaan penggunaan, dan risiko, apakah mempunyai pengaruh atau tidak
terhadap minat bertransaksi menggunakan layan E-banking.
2.12.Pengembangan Hipotesis
2.12.1.Pengaruh Trust (kepercayaan) Terhadap Minat Bertransaksi
Menggunakan Layanan E-banking
Kepercayaan menjadi pondasi dari segala kegiatan yang
dilakukan antara dua belah pihak atau lebih khususnya kegiatan
apabila antara kedua belah pihak tidak saling mempercayai.
Kepercayaan menjadi lebih penting dalam bertransaksi melalui online
dibandingkan dengan offline. Hal ini disebabkan, karena transaksi
dalam E-banking mengandung informasi yang sensitif dan pihak
nasabah yang terlibat dalam transaksi keuangan mengkhawatirkan
akses terhadap file penting dan informasi yang dikirim melalui media
elektronik. Membangun kepercayaan yang tinggi terhadap nasabah
adalah sangat diutamakan bagi terciptanya rasa kepercayaan nasabah
terhadap bank.
Menurut Suryani (2013: 93) kepercayaan dalam konteks ini
adalah persepsi nasabah bahwa teknologi internet banking aman untuk
digunakan. Karena apabila terjadi masalah pada saat menggunakan
layanan E-banking, maka nasabah akan mempertimbangkan kembali
kepercayaannya terhadap layanan E- banking yang banyak
mengandung unsur risiko. Kepercayaan meliputi hubungan yang
stabil antara nasabah dengan pihak bank, kemampuan pihak bank
untuk membentuk rasa kepercayaan nasabah, dan jaminan yang
diberikan oleh bank terhadap rasa aman pada simpanan nasabah yang
ada di bank (Aini, 2016). Hasnan Ghifari (2017) meneliti trust
(kepercayaan) sebagai variabel independen menyatakan bahwa trust
(kepercayaan) berpengaruh positif terhadap minat menggunakan
online banking. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur
penelitiannya menyatakan bahwa tr