• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Kemudahan Penggunaan merupakan tingkatan dimana seseorang percaya bahwa teknologi mudah untuk dipahami (Davis, 1989: 320). Menurut Jogiyanto (2007:115), Persepsi kemudahan pengguna secara kontras mengacu pada suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem layanan tersebut tidak perlu bersusah payah. Persepsi kemudahan juga didenifisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan teknologi tersebut akan bebas dari usaha. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dinyatakan bahwa kemudahan penggunaan dapat mengurangi usaha seseorang baik waktu, tenaga, dan biaya yang didukung dengan penggunaan teknologi atau sistem layanan yang mudah dipahami. Intensitas penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. Sistem yang lebih sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya (Goodwin dan Silver dalam Adam et al., 1992: 229). Venkatesh dan Davis (2000: 201) membagi dimensi Persepsi Kemudahan Penggunaan menjadi berikut:

a. Interaksi individu dengan sistem jelas dan mudah dimengerti (clear and understandable).

b. Tidak dibutuhkan banyak usaha untuk berinteraksi dengan sistem tersebut (does not require a lot of mental effort).

c. Sistem mudah digunakan (easy to use).

d. Mudah mengoperasikan sistem sesuai dengan apa yang ingin individu

kerjakan (easy to get the system to do what he/she wants to do).

Menurut Dwi Suhartini dan Wiwik Handayani (2009:5) kemudahan E-

banking yaitu mudah dipelajari, jelas dan dapat dipahami, fleksibel dan mudah untuk digunakan. Kemudahan penggunaan suatu teknologi dibentuk melalui enam faktor utama, meliputi mudah untuk dipelajari, terkendali, jelas dan mudah dimengerti, fleksibel, mudah untuk melakukan sesuatu, dan mudah untuk digunakan Jogiyanto (2007:152). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemudahan penggunaan dalam menggunakan suatu teknlogi tersebut beranggapan bahwa, mudah dan bisa menggunakan suatu teknologi, memiliki keyakinan dalam penggunaan teknologi tidak mengalami kesulitan, mengerti dan memahami dalam penggunaanya, menggunakan teknologi tidak membutuhkan kegiatan yang cukup besar dan biaya yang mahal (Aini, 2016).

2.9.Risiko

Menurut Pavlou (2001: 10) Risiko Persepsian merupakan suatu persepsi tentang ketidakpastian dan konsekuensi-konsekuensi tidak diinginkan dalam melakukan suatu kegiatan tertentu. Risiko yang dipersepsikan (perceived risk)

didefinisikan sebagai ketidak pastian yang dihadapi konsumen ketika mereka tidak mampu melihat kemungkinan yang akan terjadi dari keputusan pembelian yang dilakukan (Suryani, 2008:114). Sebelum memilih suatu produk atau layanan, konsumen tentu akan mempertimbangkan risiko dari penggunaan produk atau layanan tersebut. Sama halnya dengan penggunaan E-banking, nasabah tentunya memutuskan menggunakan layanan berbasis transaksi online atau tidak, mengingat risiko yang mungkin dihadapi begitu tinggi. Risiko penggunaan transaksi online dapat dikatakan tinggi, karena nasabah tidak dapat melakukan transaksi secara tatap muka atau berinteraksi secara langsug dengan yang bersangkutan. Disamping itu, nasabah juga tidak dapat memastikan apakah transaksi yang telah dilakukan tersebut sudah diproses secara tepat waktu dan tanpa adanya kesalahan. Selain itu, sebelum melakukan layanan E-banking nasabah tentu sudah mempertimbangkan berbagai kemungkinan risiko yang dapat terjadi, seperti bocornya PIN dan data pribadi nasabah, kesalahan pengiriman atau transfer, risiko pembobolan dari akun lain dan risiko lainnya.

Menurut Suryani (2008:114), terdapat banyak risiko yang

dipertimbangkan konsumen. Jocoby dan Kapalan (dikutip Mowen dan Minor, 2002), Sengupta et.al (1997) dan Aydin, S., et.al (2005), menjelaskan ada enam jenis risiko dipersepsikan oleh konsumen, yaitu:

1. Risiko Keuangan

Risiko yang akibatnya berupa kerugian dari aspek keuangan yang akan dialami oleh konsumen. Risiko keuangan akan menjadi

pertimbangan penting ketika daya beli konsumen rendah atau konsumen mempunyai keterbatasan finansial.

2. Risiko Kinerja

Risiko, bahwa produk tidak akan memeberikan kinerja seperti yang diharapkan. Persepsi tentang kinerja ini menjadi salah satu pertimbangan penting sebelum konsumen memilih suatu produk tertentu.

3. Risiko Psikologi

Risiko psikologi dalam pembelian produk berupa ketidaknyamanan psikologis, citra diri yang buruk, dan harga diri yang menjadi rendah. 4. Risiko Fisiologis

Risiko fisiologis atau risiko fisik merupakan risiko akibat pembelian produk yang berupa terganggunya fisik pembeli.

5. Risiko Sosial

Risiko akibat pembelian produk yang berupa kurang diterimanya konsumen dilingkungan masyarakat.

6. Risiko Waktu

Risiko yang diterima konsumen, berupa hilangnya waktu konsumen akibat pembelian produk. Risiko ini juga mencakup akankah waktu konsumen akan berkurang atau tersita hanya untuk produk tersebut.

Semakin besar risiko yang mungkin akan ditanggung nasabah dalam menggunakan layanan E-banking, maka semakin rendah penggunaan sistem atau teknologi tersebut. Untuk mencegah risiko tersebut, dapat diminimalisir

oleh pihak nasabah maupun bank dengan memberikan pengamanan yang berlapis-lapis. Persepsian konsumen terhadap risiko tingkatnya bervariasi tergantung dari faktor individual konsumen, produk atau layanan, situasi dan faktor budaya. Konsumen yang keinovasiannya tinggi dan mempunyai keberanian dalam mengambil risiko, akan mempersepsikan risiko pembelian produk atau penggunaan jasa tertentu lebih rendah dibandingkan konsumen yang keberanian mengambil risikonya rendah dan kurang inovatif. Menurut Schiffman dan Kanuk, terdapat perbedaan tingkat persepsian terhadap risiko antar konsumen dari berbagai Negara. Tidak semua konsumen di dunia mempunyai persepsi yang sama atas risiko terhadap suatu produk (Suryani, 2008:116).

2.10.Minat Bertransaksi Menggunakan Layanan E-banking

Menurut Jogiyanto (2007: 116), Minat perilaku (behavioral intention) adalah keinginan (Minat) seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Witherington (1999) dalam Harlan (2014) menyatakan bahwa, minat adalah kesadaran seseorang dalam sesuatu obyek, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Slameto (1995) dalam Harlan (2014) menyebutkan, minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan. Dari beberapa definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah keinginan seseorang dalam memperhatikan dan mengenang suatu aktivitas atau kegiatan dalam situasi yang berhubungan dengan dirinya, sehingga

mengundang seseorang tersebut untuk melakukan suatu prilaku tertentu. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan aktivitas itu pasti dilandasi dengan rasa senang dan apabila timbul rasa senang, maka seseorang akan secara konsisten menggunakannya di masa yang akan datang (Harlan, 2014). Minat berhubungan dengan perilaku- perikau atau tindakan-tindakan, akan tetapi minat dapat berubah menurut waktu, semakin lebar interval waktu, semakin dimungkinkan terjadi perubahan-perubahan minat seseorang (Ahmad dan Bambang, 2014). Dalam menjalankan fungsinya, minat berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan. Seseorang memberi penilaian dan menentukan sesudah memilih dan mengambil keputusan (Harlan, 2014). Menurut Jogiyanto (2007:31), minat merupakan suatu fungsi dari dua penentu dasar, yaitu:

1. Penentu yang berhubungan dengan faktor pribadi

Penentu ini adalah sikap terhadap prilaku individual. Sikap ini adalah evaluasi kepercayaan atau perasaan positif atau negatif dari individual jika harus melakukan prilaku tertentu yang dikehendaki.

2. Penentu yang berhubungan dengan pengaruh sosial

Penentu ini adalah norma subyektif. Disebut dengan norma subyektif karena berhubungan dengan perskripsi normatif persepsian, yaitu persepsi atau pandangan seseorang terhadap tekanan sosial yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan.

Dari dua penentu dasar tersebut, mengasumsikan bahwa kepentingan relatif dari sikap terhadap prilaku (attitude towards behavior) dan norma subyektif (subjective norma) tergantung dari sebagian minat yang diinvestigasi. Menurut Sudarsono dalam Harlan (2014), faktor-faktor yang menimbulkan minat, dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Faktor kebutuhan dari dalam

Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.

2. Faktor motif sosial

Timbulnya Minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan dari lingkungan dimana ia berada.

3. Faktor emosional

Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau objek tertentu.

Di dalam penelitian ini termasuk dalam golongan yang ketiga, yaitu faktor emosional yang mengukur intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau objek tertentu. Kegiatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat bertransaksi menggunanakan layanan E-banking dan objek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berfokus pada E-banking. Keinginan atau minat seseorang tumbuh karena adanya suatu kebutuhan atau adanya dorongan dari kemajuan teknologi yang mempengaruhi gaya hidup seseorang. Sebuah kemajuan teknologi atau

sistem, tidak dapat dikatakan berhasil apabila penggunanya dengan jumlah yang sedikit dan tidak terus digunakan. Dalam hal ini, berhasil atau tidaknya suatu teknologi sangat didukung oleh minat seseorang. Penyelenggaraan layanan E-banking adalah penerapan atau aplikasi teknologi yang terus berkembang dengan menyediakan layanan yang cepat, aman, nyaman, mudah, murah, dan dapat diakses dimana saja setiap saat selama 24 jam. Penerapan teknologi ini dimanfaatkan untuk menjawab keinginan nasabah bank yang disesuaikan dengan gaya hidup nasabah masa kini. Dibalik ketersediaan layanan yang E-banking tawarkan dengan segala kemudahan dan manfaat tersimpan pula risiko yang memungkinkan dapat terjadi tanpa disadari, sehingga diperlukan pengamanan yang baik dan berlapis-lapis baik dari pihak bank maupun nasabah sendiri.

Dokumen terkait