• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Abstract

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2 Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Abstract"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH AGENCY COST, CORPORATE GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP FINANCIAL DISTRESS

(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2013) Nina Agustina1, Dandes Rifa2, Meihendri2

1

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta e-mail: agustinanina45@yahoo.com

2

Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta

Abstract

This study aimed to test empirically the effect of agency cost, insider ownership, blockholder ownership and profitability to the financial distress. The population used in this study are all companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the period 2011-2013. The sampling method is purposive sampling, with a sample of 14 companies (7 companies financial distress and 7 non-financial companies distress) during 3 years of observation. The hypothesis test using mutiple regression logistic.

The results of these studies show that the agency cost, blockholder ownership and profitability haven’t significantly influence financial distress. Meanwhile, insider ownership significantly influence financial distress

Keyword: theory agency, agency cost, insider ownership, blockholder ownership, profitability, financial distress.

PENDAHULUAN

Setiap perusahaan yang didirikan diharapkan dapat menghasilkan keuntungan dan berkembang dalam jangka panjang dan tidak likuidasi. Namun, asumsi tersebut tidak selalu berjalan dengan baik dan tidak sesuai harapan. Seringkali perusahaan yang beroperasi dalam jangka waktu tertentu terpaksa bubar karena mengalami financial distress dan berujung pada kebangkrutan perusahaan.

Kegagalan perusahaan dapat terjadi ketika perusahaan tidak dapat keluar dari

situasi kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan atau financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi (Platt dan Platt, 2002) dalam Ayuningtias (2013). Kondisi financial distress terjadi ketika kewajiban yang ditanggung oleh perushaan lebih besar daripada aktiva lancar dan aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.

Ada perusahaan yang benar – benar menutup usaha karena kondisi keuangan.

(2)

2

Oleh sebab itu, perusahaan perlu mengetahui sedini mungkin dan menganalisis tanda-tanda awal kebangkrutan, sehingga manajemen dapat melakukan perbaikan, dan pihak investor pun dapat melakukan persiapan untuk menghadapi kemungkinan yang akan terjadi.

PT. Indo Setu Batu Bara Resources Tbk. (CPDW). Perusahaan batu bara ini bangkrut dan resmi dikeluarkan dari bursa yang terhitung dari tanggal 12 September 2013 dikarena biaya opoerasi bagi sebagian besar produsen batu bara di Indonesia telah naik drastis disaat harga batu bara termal jatuh karena menurunnya permintaan dari konsumen utama yaitu Tiongkok. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) meperkirakan hasil produksi batu bara di Indonesia akan turun 30 persen yang diakibatkan kondisi pasar yang berat sehingga tidak dapat menutupi biaya produksi dan biaya angkut (Haikal, 2012, diakses 10 november 2014). Agency cost merupakan pemberian intensif yang layak kepada manajer, serta biaya pengawasan untuk mencegah adanya keinginan manajer yang mungkin akan melakukan tindakan yang bertentangan dengan tujuan pemilik saham perusahaan (Fachrudin, 2011) dalam Ayuningtias (2013). Agency cost atau biaya agen juga bisa dikatakan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan untuk

tindakan pengelola perusahaan yang dapat merugikan.

Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan. Tata kelola perusahaan (corporate governance) menjadi salah satu syarat utama dari manajemen yang sehat diantara perusahaan-perusahaan seluruh dunia. Corporat governance meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, pemegang saham dan stakeholders lainya Konsep corporate governance diharapkan memberikan kepercayaan terhadap manajemen dalam mengelola kekayaan pemilik saham, dan pemilik menjadi lebih yakin bahwa manajemen tidak akan melakukan suatu kecurangan untuk kesejahteraan manajemen (Widyati, 2013) dalam Harmawan (2013).

Menurut Wahyu (2009) dalam Andre (2013) profitabilitas menunjukkan efisiensi dan efektivitas penggunaan aset perusahaan karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan penggunaan aset. Perusahaan akan memperoleh penghematan dan memiliki cukup dana untuk menjalankan usahanya dengan adanaya efektivitas dari penggunaan asset perusahaan sehingga mengurangi biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan.

(3)

3

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh agency cost, insider ownership, blockholder ownership dan profitabilitas terhadap financial distress.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini untuk menguji secara empiris pengaruh agency cost, insider ownership, blockholder ownership dan profitabilitas terhadap financial distress.

Theory agency

Jensen dan Meckling (1976) mendefenisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih prinsipal menggunakan orang lain atau agen untuk menjalankan aktivitas perusahaan. yang termasuk pihak prinsipal adalah pemilik perusahaan atau investor, sedangkan agen merupakan pengelola perusahaan yang ditunjuk oleh pemilik perusahaan atau investor sebagai manajemen yang mengelola perusahaan. Dengan adanya kontrak antara pihak-pihak prinsipal dengan agent dapat menimbulkan konflik yang disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agent. Konflik yang terjadi antara prinsipal dan agen sering disebut sebagai masalah keagenan. Adapun penyebab konflik lainnya yaitu pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana (financing decision) dan pembuatan

keputusan yang berkaitan dengan bagaiman dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan.

Pengembangaan Hipotesis

Pengaruh Agency Cost terhadap Financial Distress

Agency cost adalah biaya – biaya yang dikeluarkan karena adanya pengawasan manajemen agar bertindak sesuai dengan perjanjian kontraktual. Biaya agen timbul karena adanya konflik antara pemilik perusahaan dan pengelola perusahaan yang disebut dengan koflik keagenan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtias (2013) dan Li et al. (2008) menyatakan bahwa agency cost yang diketahui melalui administrative cost ratio berpengaruhi positif terhadap financial distress.), Fadhilah dan Syafruddin (2013), juga menyatakan bahwa biaya agensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemungkinan financial distress.

Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Agency cost berpengaruh terhadap

financial distress.

Pengaruh Insider Ownership Terhadap Financial Distress

Insider ownership merupakan pihak-pihak internal perusahaan (pemilik sekaligus pengelola perusahaan) yang terlibat langsung dalam pengambilan

(4)

4

kebijakan dan mempunyai akses langsung terhadap informasi perusahaan. Insider ownership merupakan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh badan hukum atau institusi keuangan, yang mencakup dalam insider ownership adalah kepemilikan dewan direksi dan dewan komisaris.

Penelitian Elloumi dan Gueyie (2001) mengemukan bahwa insider ownership memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress. Penelitian yang dilakukan Kamran et al. (2010) juga berpendapat bahwa insider ownership memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress. Sedangkan, Li et al. (2008) dan Ayuningtias (2013), menyatakan bahwa insider ownership tidak memiliki pengaruh terhadap financial distress. Penelitian yang dilakukan oleh Parulian (2007), juga menyatakan bahwa insider ownership tidak terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap kemungkinan terjadinya financial distress.

Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2 : Insider ownership berpengaruh

terhadap financial distress.

Pengaruh Blockholder Ownership Terhadap Financial Distress

Blockholder atau investor institusional yang memiliki investasi pada suatu perusahaan sangat peduli terhadap

berfungsinya tata kelola perusahaan yang baik. Hal ini karena mereka memiliki kepentingan finansial dan mempunyai hak untuk mengetahui kebijakan dan kinerja manajemen, serta memiliki kekuatan untuk menekan manajemen bila mereka melakukan tindakan yang menyimpang dan merugikan (Shleifer dan Vishny, 1997) dalam Parulian (2007).

Parulian (2007), mengungkapkan bahwa blockholder ownership memiliki pengaruh positif terhadap financial distress. Hal ini dikarenakan perusahaan yang kepemilikannya lebih terkonsentrasi memiliki pengendalian yang lemah sehingga berpeluang mengalami financial distress. Selain itu Kamran et al. (2010) menyatakan bahwa blockholder ownership tidak berpengaruh terhadap financial distress.

Deng dan Wang (2006) mengemukakan bahwa blockholder ownership memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress. Hal ini Ayuningtias (2013) juga mengungkapakan bahwa blockholder ownership memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress. Hal ini dikarenakan kepemilikan saham dalam jumlah besar oleh investor, maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai kontrol internal perusahaan yang baik untuk mengurangi biaya keagenan dan mendorong pertumbuhan perusahaan, sehingga meminimalisir kemungkinan

(5)

5

perusahaan mengalami kondisi financial distress.

Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3 : Blockholder ownership berpengaruh

terhadap financial distress.

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Financial Distress

Rasio profitabilitas merupakan yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Semakin merugi perusahaan semakin tinggi probabilitasnya untuk mengalami financial distress. Indikator yang digunakan dalam profitabilitas yaitu Return on Equity (ROE).

Menurut Fitriyah dan Hariyati (2013), Rasio profitabilatas yang menggunakan indikator return on equity (ROE), menyatakan bahwa return on Equity tidak berpengaruh terhadap financial distress. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Haq et al. (2013), menyatakan bahwa return on equity (ROE) berpengaruh terhadap financial distress. Penelitian lain yang dilakukan oleh Wongsosudono dan Chrissa (2013), menyatakan bahwa return on equity (ROE) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap prediksi kondisi financial distress.

Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4: Profitabilitas berpengaruh terhadap

financial distress.

METODOLOGI

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013 selain sektor keuangan. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu berdasarkan kriteria yang ditentukan: 1) Perusahaan tidak sehat (financial distress) : a) Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013 diluar sektor keuangan. b) Perusahaan yang mengalami laba bersih negatif selama 3 tahun berturut-turut. 2) Perusahaan sehat (non-financial distress): a) Perusahaan yang tidak mengalami financial distress sebanyak perusahaan yang mengalami financial distress. b) Perusahaan yang berada dalam sektor yang sama dengan masing-masing perusahaan yang financial distress. c) Perusahaan tidak pernah mengalami laba bersih negatif selama periode 2011-2013.

Setelah data dikelompokan berdasarkan kriteria diperoleh sampel yaitu 7 perusahaan yang mengalami financial ditress (perusahaan tidak sehat) dan 7 perusahaan yang tidak mengalami financial ditress (perusahaan sehat), jadi jumlah sampel akhir yang diperoleh yaitu

(6)

6

14 perusahaan. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan yang diperoleh dari www.idx.co.id. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik.

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adaah financial distress dengan menggunakan variabel dummy (nilai 1 untuk perusahaan yang mengalami financial distress dan nilai 0 untuk perusahaan non-financial distress). Sementara itu variabel independen terdiri dari agency cost, insider ownership, blockholder ownership, dan profitabilitas.

Agency cost diukur dengan administrasi cost ratio, administrasi cost ratio merupakan ratio untuk mengetahui besar biaya administrasi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dengan demikian administrasi cost ratio dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

ADM_EXPENSEi.t

ADM_RATIOi.t = ×100% SALESi.t

ADM_RATIOi.t = Rasio biaya administrasi

pada perusahaan i untuk tahun ke t

ADM_EXPENSEi.t = Biaya administrasi yang

dikeluarkan oleh perusahaan i untuk tahun ke t

SALESi.t = Penjualan yang dicapai

oleh perusahaan i untuk tahun ke t

Insider ownership merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh anggota dewan direksi dan dewan kmonisaris atau top management (Parilian, 2007). Insider ownership dapat diketahui dengan menggunakan rumus :

INSD_OWNi.t=Σ(INSIDER OWNERSHIPi.t) ×100%

INSD_OWNi.t = besar kepemilikan saham oleh dewan direksi dan dewan komisaris perusahaan i pada tahun ke t.

Blockholder ownership merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh investor dalam jumlah yang besar dengan persentase kepemilikan minimial 25% (Parulian, 2007). Blockholder ownership dapat diketahui dengan rumus :

BLOCK_OWNi.t = Σ(BLOCKHOLDER OWNERSHIPi.t) × 100%

BLOCK_OWNi.t = Persentase kepemilikan saham oleh blockholder (min 25%)

Profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return of Equity (ROE) yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak atau net income dengan

(7)

7

menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pihak pemegang saham, untuk mengetahui efektivitas dan efesiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Penggunaan utang dalam pembelanjaan investasi perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atas modal yang dipergunakan. Indikator yang digunakan dalam rasio profitabilitas ini adalah return on equity (ROE). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :

Laba Bersih ROE =

Total Ekuitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari www.idx.co.id, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 42 sampel.

Statistik deskriptif

Pada tabel 1, tatistik deskriptif untuk variabel FDISTRESS (financial

distress) dapat dipaparkan bahwa dengan jumlah perusahaan sebanyak 42 didapatkan nilai minimum adalah 0,00 dan nilai maksimum sebesar 1,00. Dengan nilai tersebut diperoleh nilai rata-rata sebesar 0,5000 dan nilai standar deviasi sebesar 0,50606.. Dilihat dari variabel agency cost yang diketahui melalui ADM_RATIO nilai minimun adalah sebesar 1,50 dan nilai maksimum sebesar 164,27 dengan nilai rata-rata adalah 17,3362 dan standar deviasi sebesar 38,13533. Untuk variabel INSD_OWN nilai minimum adalah sebesar 0,03 dan nilai maksimum sebesar 25,61. Nilai mean dan nilai standar deviasi masing-masing sebesar 5,1841 dan 6,90764. Nilai maksimum untuk variabel BLOCK_OWN adalah sebesar 99,76 dengan nilai minimum sebesar 24,63, maka nilai mean sebesar 53,6895 dan standar deviasi sebesar 19,44739. Untuk variabel profitabilitas yang menggunakan ROE nilai minimum adalah sebesar -768,48 dan nilai maksimum sebesar 324,63. Nilai mean dan standar deviasi masing-masing sebesar -4,6940 dan 131,82491.

Hasil Uji Menilai Kelayakan Model Regresi

TABEL 2

Menilai Kelayakan Modal Regresi

Step Chi-square df Sig.

1 10.370 8 .240

Sumber: hasil pengolahan data SPSS 17.0

TABEL 1

Statistik Deskriptif Deskriptif Variabel Penelitian

N Min Max Mean

Std. Deviation FDISTRESS 42 .00 1.00 .5000 .50606 ADM_RATIO 42 1.50 164.27 17.3362 38.13533 INSD_OWN 42 .03 25.61 5.1841 6.90764 BLOCK_OWN 42 24.63 99.76 53.6895 19.44739 ROE 42 -768.48 324.63 -4.6940 131.82491 Valid N (listwise) 42

(8)

8

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian menunjukkan nilai Chi-square sebesar 10.370 dengan signifikansi (p) sebesar 0.240. Berdasarkan hasil tersebut, model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya karena nilai signifikansi (p) lebih besar dari α = 0,05.

Hasil Uji Model Fit (Overal Fit Model) TABEL 3

Menilai Keseluruhan Model

Iterati on -2 Log likeliho od Coefficients Const ant ADM_ RATIO INSD_ OWN BLOCK _OWN ROE S t e p 1 1 46.921 1.357 .014 -.102 -.020 -.002 2 46.009 1.444 .022 -.127 -.022 -.003 3 45.848 1.426 .029 -.131 -.022 -.004 4 45.823 1.387 .033 -.130 -.021 -.004 5 45.822 1.372 .034 -.130 -.021 -.004 6 45.822 1.371 .034 -.130 -.021 -.004 7 45.822 1.371 .034 -.130 -.021 -.004

Initial -2 Log Likelihood: 58.224

Sumber: hasil pengolahan data SPSS 17.0.

Uji ini menunjukan apakah dengan penambahan variabel bebas ke dalam model regresi dapat memperbaiki model regresi dalam memprediksi variabel dependen penelitian. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood pada awal (Block 0) dengan nilai -2 Log Likelihood pada akhir (Block 1). Nilai -2 Log Likelihood adalah

sebesar 58.224. setelah dimasukan keempat variabel independen, maka nilai -2 Log Likelihood mengalami penurunan menjadi 45.822. Penurunan -2 Log Likelihood ini menunjukan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. Hasil Uji Nagelkerke’s R Square

TABEL 4

Uji Nagelkerke’s R Square

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 45.822a .256 .341

Sumber: hasil pengolahan data SPSS 17.0

Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke’s R Square adalah sebesar 0.341 yang berarti variabilitas variabel yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 34,1% sedangkan sisanya 65,9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian, seperti ukuran perusahaan, kinerja perusahaan, kompentensi komite audit, dan kepemilikan saham oleh publik.

(9)

9

Hasil Uji Regresi Logistik

keterangan

Koefesi en regresi

Sig alfa kesimpu lan constant 1.371 0.309 - - Agency cost 0.034 0.365 0.05 H1 Ditolak Insider ownership -0.130 0.058 0.10 H2 Diterima Blockholder ownership -0.021 0.291 0.05 H3 Ditolak profotabilitas 0.004 0.436 0.05 H4 Ditolak

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS 17.0

Berdasarkan hasil pengujian, H1

terindentifikasi variabel agency cost memiliki nilai koefisien regresi 0.034 dengan signifikan (p) sebesar 0.365, besar dari alpha 0.05, maka disimpulkan agency cost tidak berpengaruh positif terhadap financial distress. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Ayuningtias (2010), Li et al (2008) dan Fadhilah dan Syafruddin (2013) yang menyatakan bahwa agency cost berpengaruh terhadap financial distress.

Hasil pengujian H2 terindentifikasi

variabel insider ownership memiliki nilai koefisien regresi -0.130 dengan signifikan (p) sebesar 0.058. Insider ownership signifikan pada tingkat alpha 10%, maka disimpulkan bahwa insider ownership berpengaruh negatif terhadap financial distress. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Elloumi dan Geuyie (2001) dan Kanran et al (2010), namun hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtias (2010), Li et al (2008) dan Parulian (2007) yang menyatakan bahwa insider ownership tidak memiliki pengaruh terhadap financial distress.

Hasil pengujian H3 terindentifikasi

variabel blockholder ownership memilki nilai koefesien regresi -0.021 dengan signifikan (p) sebesar 0,291, besar dari alpha 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa blockholder ownership tidak berpengaruh terhadap financial distress. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Kamran et al (2010), yang menyatakan bahwa blockholder ownership tidak berpengaruh negatif terhadap financial distress, namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dikemukan oleh xiaolan dan zongjun (2006), Parulian (2007) dan Ayuningtias (2013) yang mengemukakan bahwa blockholder ownership memiliki pengaruh terhadap financial distres.

Hasil pengujian H4 terindentifikasi

untuk variabel profitabilitas memiliki nilai koefesien regresi sebesar 0.004, dengan signifikan (p) sebesar -0.436, lebih besar dari alpha 0.05, maka disimpulkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh negatif terhadap financial distress. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah dan Hariyati (2013), Wongsosudono dan Chrissa (2013). Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat rasio pada perusahaan, maka tidak

(10)

10

memungkinkan perusahaan mengalami financial distress. Namun hasil tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Haq et al (2013).

Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan :

FDISTRESS = Nilai 1 (satu) untuk perusahaan financial distress dan nilai 0 (nol) untuk perusahaan non financial distress.

α = Konstanta

β1...βn = Koefesien regresi

ADM_RATIOi.t = Rasio biaya administrasi pada perusahaan i untuk tahun ke t

INSD_OWNi.t = Besar

kepemilikan saham oleh dewan direksi dan dewan komisaris perusahaan i pada tahun ke t

BLOCK_OWNi.t = Persentase

kepemilikan saham oleh blockholder (min 25%) pada perusahaan i untuk tahun ke t.

ROE = Return on Equity

εi = error

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel agency cost tidak berpengaruh positif terhadap financial distress, variabel blockholder ownership dan profitabilitas tidak memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress, sementara variabel insider ownership berpengaruh negatif terhadap financial distress dengan signifikan alpha10%.

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan : 1) lebih membatasi pada industri tertentu sehingga mengurangi adanya industrial effect, 2) Penggunakan data tahun pengamatan untuk penelitiaan tentang financial distress, disarankan untuk menggunakan data tahun selama jangka waktu 3-5 tahun agar hasil pengujian lebih mencerminkan keadaan perusahaan secara tepat, 3) Menambahkan proxy lain untuk variabel financial distress agar lebih menggambarkan kondisi financial distress perusahaan, misalnya menggunakan proxy Z-Score, 4) Menambahkan variabel lain, misalnya karakteristik komite audit.

DAFTAR PUSTAKA

Andre, Orina, 2013, Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage dalam Memprediksi Financial Distress, Skripsi

FDISTRESS = α + β1 ADM_RATIOi.t + β2

INSD_OWNi.t +β3 BLOCK_OWNi.t

(11)

11

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang, Padang

Ayuningtyas, 2013, Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Board Composition, Dan Agency Cost Terhadap Financial Distress, Jurnal Ilmu Manajemen. Vol 1, No 1, Januari..

Deng, Xiaolan dan Wang, Zongjun, 2006, Ownership Structure and Financial Distress: Evidence from Public-listed Companies in China, International Jurnal of Management, Vol 23, No 3, September.

Elloumi dan Gueyie, Fathi dan Gueyie, Jean Pierre, 2001, Financial Distress and Corporate Governance: An Empirical Analysis, MCB University Press, No. 14720701.

Fadhilah, Fauziah N dan Syafruddin, Muchamad, Analisis Pengaruh Karakteristik Corporate

Governance terhadap

Kemungkinan Financial Distress, Jurnal Akuntansi, Vol 2, No 2. Fitriyah dan Hariyati, 2013, Pengaruh

Rasio Keuangan Terhadap Financial Distress pada Perusahaan Properti dan Real Estate, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol 1, No 3, Mei.

Ghozali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, BP Universitas Diponegoro, Semarang.

Haikal, Dadang el, 2012, Industri Batu Bara Indonesia Bangkrut Akibat Harga Jatuh dan Naiknya Biaya Operasional.

www.citizenjurnalism.com, akses tanggal 10 November 2014. Haq, Syahidul., Arfan, Muhammad., dan

Siswar, Dana, 2013, Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Financial Distress (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia), Jurnal Akuntansi. Vol 2, No.1, Februari.

Harmawan, Dhika, 2013, Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Ukuran Dewan, dan Struktur Kepemilikan terhadap Financial Distress, Skripsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Jensen, M.C, dan Meckling, W.H, 1976, Theory of the firm: managerial behavior, agency cost an ownership structure. Jurnal of Finacial Economics, Vol. 3, No 4.

Kamran, Ahmed., Henry, Darren dan Seema, Miglani, 2010, Corporate Governance and Financial Distress: Evidence from Australia, Managerial Financial. Li, Hong-xia., Wang, Zong-jun dan Deng,

Xiao-lan, 2008, Ownership, Independent Directors, Agency Cost and Financial Distress: Evidence from Chinese Listed Companies. Manajerial Financial.

(12)

12

Parulian, Safrida R, 2007, Hubungan Struktur Kepemilikan, Komisaris Independen dan Kondisi Financial Distress Perusahaan, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 1, No 3, Desember.

Wongsosudono, Corinna dan Chrissa, 2013, Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bina Akuntansi, Vol 19, No 2, Juni.

Referensi

Dokumen terkait

#erdasarkan hasil pengukuran awal yang telah kami lakukan dil!kasi pekerjaan maka dengan ini kami mengusulkan agar dilakukan addendum 102.1 9 pekerjaan tambah kurang ;

[4.1] Menimbang pengaduan Pengadu pada pokoknya mendalilkan bahwa para Teradu diduga melakukan pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu karena mengabaikan beberapa

Puji syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis yang senantiasa diberikan nikmat berupa kesehatan, kesempatan,

kekurangannya.pendapatan dari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan proyek atau pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini peningkatan tarif atau juga

Untuk mengetahui perbedaan waktu yang diperlukan antara desain awal dengan desain akhir, maka dapat dihitung melalui Lampiran 5 Perhitungan Waktu untuk Pekerjaan Kolom

• Jika hardisk rusak, maka kode aktivasi sudah tidak bisa digunakan lagi, untuk mendapatkan kode aktivasi baru harus beli lagi.. • Serial dan kode aktivasi bisa berubah

menurut kisner (2007) stabilitas sendiri adalah kemampuan sistem neuromuskular untuk memerintah otot bekerja sinergis pada bagian tubuh proksimal atau distal saat keadaan diam

Selain dari staff, kami juga meminta bantuan dari para pengajar LTC untuk menjadi pembawa acara sekaligus juga ada yang menjadi pembuka dalam berdoa dan juga ada