• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analytical Factor that Influence Product Quality of SME Smoke Fish in SME Bu Ahmadi Sidoarjo using Quality Function Deployment (QFD) Method

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analytical Factor that Influence Product Quality of SME Smoke Fish in SME Bu Ahmadi Sidoarjo using Quality Function Deployment (QFD) Method"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Produk UKM Bandeng Asap di UKM Bu Ahmadi Sidoarjo dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) Analytical Factor that Influence Product Quality of SME Smoke Fish in SME Bu Ahmadi

Sidoarjo using Quality Function Deployment (QFD) Method

Roziqin Wulandari1)*, Dr. Ir. Imam Santoso, MP.2)dan Wike Agustin Prima Dania, STP., M.Eng.2)

1

Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian – Fakultas Teknologi Pertanian – Universitas Brawijaya

2

Staff Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian – Fakultas Teknologi Pertanian – Universitas Brawijaya

Penulis Korespondensi : email zhie.bulan@gmail.com

Abstrak

Dalam pengembangan UKM, terdapat hal yang butuh untuk dilakukan dalam mempertahankan posisi UKM tersebut di persaingan industri saat ini yaitu mempertahankan kualitas produk di UKM tersebut. UKM bandeng asap Bu Ahmadi adalah salah satu UKM yang sedang berkembang di Sidoarjo, telah mempertahankan kualitas produk bandeng asap dengan melakukan manajemen kualitas yang baik. Di lain pihak, UKM ini mempunyai beberapa pesaing yang mana UKM Tanjung dipilih untuk menjadi pembanding ada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode QFD untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh pada kualitas produk bandeng asap, kemudian dapat diketahui faktor yang harus diperbaiki. Dari penelitian ini, dapat dilihat bahwa faktor yang paling berpengaruh adalah process management dan product design.

Kata Kunci: HoQ, Kualitas Bandeng Asap, QFD

Abstract

On the development on the SME, there is a things that need to do in protected SME position on industry competition now. There is maitaining the product quality in the SME. SME Smoke Fish Bu Ahmadi is one of the developing SME at Sidoarjo, had been kept the quality of the smoke fish product using good quality management. On the other hand, this SME has competitors which SME Tanjung was choosen to be compare on this research. This research using QFD method to determine the most influence factor of quality the smoke fish then the factors need to be improved was known. From the research, it can be seen that the most influenced attributes were process management and product design. Keywords : HoQ, QFD, Quality of Smoke Fish

PENDAHULUAN Latar Belakang

Dalam pengembangan UKM terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempertahankan posisi UKM tersebut di persaingan industri saat ini. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah menjaga kualitas dari produk yang diproduksi oleh UKM tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas adalah informasi kualitas, keterkaitan pemasok, keterkaitan pelanggan, manajemen proses, manajemen tenaga kerja, rancangan produk, dan dukungan dari manajemen tertinggi (Flynn, 1996 dalam Holschbach, 2010).

Salah satu UKM yang sedang berkembang di Sidoarjo adalah UKM bandeng asap. Bandeng asap Sidoarjo telah banyak dikenal oleh masyarakat luas dan dimanfaatkan sebagai salah satu makanan khas daerah Sidoarjo. Hingga saat ini, UKM tersebut telah memberikan bantuan pada penelitian tentang bandeng asap. Selain itu, UKM ini juga telah membantu pihak pasar ikan dalam hal penyuluhan pengolahan bandeng di Sidoarjo.

Pesaing dari UKM ini diantaranya adalah UKM Tanjung, UKM Udang Biru, UKM Mitra, UKM ‘Pak Jalil’ dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, dipilih UKM Tanjung sebagai UKM pembanding kualitas produk. UKM tersebut dipilih karena UKM ini

(2)

merupakan salah satu UKM yang paling diminati oleh pelanggan yang berada diluar kota Sidoarjo. Sehingga, kualitas dari produk bandeng asap UKM ‘Bu Ahmadi’ ini dapat seimbang dengan UKM pesaing.

Pada penelitian ini, dipilih metode QFD karena metode QFD merupakan metode yang digunakan untuk melakukan perbaikan pada kualitas suatu produk berdasarkan keinginan konsumen. Selain itu, QFD juga merupakan metode yang terbukti efektif dalam mengurangi waktu serta memberikan produk berkualitas tinggi dengan biaya rendah yang cocok dengan usaha kecil yang terbatas dalam urusan finansial seperti UKM Bandeng Asap ‘Bu Ahmadi’ ini.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor yang paling mempengaruhi kualitas produk bandeng asap?

2. Faktor yang perlu diperbaiki dan perbaikan yang harus dilakukan?

Tujuan

Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh pada kualitas produk pada UKM Bandeng Asap ‘Bu Ahmadi’.

2. Untuk mengetahui faktor yang perlu diperbaiki dan perbaikan yang harus dilakukan dalam meningkatkan kualitas produk pada UKM Bandeng Asap ‘Bu Ahmadi’.

Manfaat

Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pemilik UKM, dapat meningkatkan kualitas produk pada UKM Bu Ahmadi di Sidoarjo dengan memperbaiki faktor-faktor yang memiliki bobot respon teknis belum mencapai target.

2. Bagi konsumen, dapat mengkonsumsi produk tanpa khawatir pada kualitas produk bandeng asap yang dipasarkan.

METODE

Penelitian dilaksanakan di UKM Bu Ahmadi, Jalan Kartini Sidoarjo mulai Maret 2013-Mei 2013. Alur kerja pelaksanaan penelitian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Survei Pendahuluan

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Studi Literatur

Batasan Masalah

Penentuan Responden dan Metode Pengumpulan Data

Penyusunan Kuesioner

Penyebaran Kuesioner

Uji Validitas dan Reliabilitas Valid dan Reliabel Analisis Data (QFD) Kesimpulan ya tidak Identifikasi Variabel

Gambar 1. Prosedur Penelitian Batasan Masalah

Batasan permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Responden adalah pelanggan dan konsumen produk bandeng asap serta berumur diatas 17 tahun.

b. Biaya kualitas tidak diperhitungkan

c. Metode QFD hanya dilakukan sampai tahap House of Quality (HoQ)

d. Harga produk bandeng asap yang digunakan adalah Rp.50.000

e. Faktor kualitas yang digunakan pada penelitian ini adalah supplier involvement,

customer involvement, workforce

management, process management, quality

information, dan product design.

Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel bertujuan untuk menentukan atribut pelanggan (whats) dan respon teknis (hows). Atribut pelanggan

(whats) dapat dilihat pada Tabel 1 dan atribut

hows dapat dilihat pada Tabel 2 yang didapatkan dari survei pendahuluan.

Penentuan Responden

Teknik sampling yang digunakan adalah

simple random sampling. Dalam penentuan

sampling minimal, dapat digunakan pendekatan slovin yaitu sebagai berikut (Suliyanto, 2006):

(3)

= 99,99 ∞ 100 orang Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = taraf kesalahan Uji Instrumentasi Uji Validitas

Validitas merupakan ketepatan pengukuran alat ukur terhadap suatu gejala. Jika validitas sebuah instrumentasi bernilai tinggi, maka instrumen tersebut dapat dinyatakan valid. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dan nilai r tabel. Nilai r hitung dapat diketahui dengan menggunakan rumus korelasi product moment :

r = –

-

-(2) Keterangan:

R = nilai korelasi

X = nilai skor pada masing-masing pertanyaan

Y = total nilai skor responden N = jumlah responden (sampel) α = taraf signifikansi

Uji Reliabilitas

Reliabilitas mengandung pengertian bahwa sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Menurut Ghozali (2009) dalam Tambunan (2012), suatu instrumen dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach

Alpha > 0,6. Rumus Alpha Cronbach adalah

sebagai berikut:

rH = - - (3)

Keterangan:

rH = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan

= jumlah varians butir = varians total

Jika koefisien alpha ≥ 0,6 maka dapat dinyatakan bahwa instrumen kuesioner yang digunakan adalah reliabel.

Tabel 1. Atribut Whats

Harapan Pelanggan (Whats)

No. Atribut Keterangan

1. Warna Warna adalah emas kecoklatan 2. Rasa Rasa gurih dan bumbunya

merata 3. Aroma Aroma sedap 4. Ukuran Ukuran kurang lebih 25 cm 5. Keamanan

dikonsumsi

Tidak mengandung bahan yang berbahaya kecuali bagi yang

alergi ikan tersebut

6. Hygiene Terbebas dari jamur

Sumber : Data Primer Diolah Tabel 3 Simbol Hubungan

Simbol Keterangan Nilai

• Hubungan Kuat 9 O Hubungan Sedang 3 Hubungan Lemah 1 Kosong Tidak ada

hubungan 0 Tabel 4 Simbol Hubungan

Simbol Keterangan

++ Hubungan Kuat Positif + Hubungan Positif Kosong Tidak ada hubungan

- Hubungan Negatif -- Hubungan Kuat Negatif

HASIL DAN PEMBAHASAN UKM ‘Bu Ahmadi’ merupakan salah satu UKM pengolahan Bandeng asap yang berada di Jalan Kartini, Kota Sidoarjo. UKM ini didirikan pada tahun 2002 dengan produk pertama yaitu Bandeng Asap kemudian menambah produksi dengan bandeng presto dan otak-otak bandeng. Di UKM ini, tersedia bandeng asap dengan berbagai varian harga dimulai dengan harga Rp 20.000 hingga Rp 50.000. Untuk produk bandeng presto dan otak-otak memiliki varian harga yang sama yaitu mulai harga Rp 10.000 hingga harga Rp 40.000. Kemasan produk bandeng asap yang digunakan oleh UKM Bu Ahmadi adalah plastik sebagai kemasan primer dan kerdus sebagai kemasan sekunder.

Karakteristik Responden

Berdasarkan responden yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa jenis kelamin paling banyak yang mengisi kuesioner adalah perempuan dengan

(4)

presentase sebesar 51%. Usia yang mengisi kuesioner paling banyak berada pada range

usia antara 26-35 tahun yaitu sebesar 49%. Pendapatan untuk sebagian besar responden dengan presentase sebesar 39% terdapat pada

range antara Rp 1.501.000–Rp 2.500.000.

Karakteristik pekerjaan, pegawai swasta memiliki presentase tertinggi yaitu 32%. Frekuensi konsumsi bandeng asap per bulan adalah jarang dengan presentase tertinggi yaitu sebesar 33%.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Hasil kuesioner yang telah disebar mempunyai nilai yang valid atau dapat dipercaya. Saidani dan Arifin (2012) menjelaskan bahwa pengujian validitas instrumen menggunakan korelasi bivariate

pearson atau product moment yang item atau

indikator dinyatakan valid jika nilai r hitung ≥ nilai r tabel.

Hasil kuesioner juga sudah dinilai reliabel karena mempunyai nilai reliabel masih lebih dari nilai cronbach’s alpha yaitu sebesar 0,6. Yunal dan Indriyani (2013) menjelaskan bahwa kuesioner dinyatakan reliabel jika alat ukur memberikan hasil pengukuran yang tidak berubah-ubah dan nilai cronbach’s alpha > 0,6.

Analisis QFD

Voice of Customer (Tabel Whats)

Langkah pertama yang dilakukan pada metode QFD adalah mengidentifikasi kebutuhan pelanggan atau dikenal dengan

voice of customer (VOC). VOC merupakan

faktor penting yang terkait dengan metode QFD (Miguel, 2005). Menurut Büyüközkan and Güleryüz (2012), VOC dapat diidentifikasi dengan bantuan literatur, industri dan latar belakang ilmiah peneliti terdahulu.

Penyusunan House of Quality Pembuatan Matriks Kebutuhan

Matriks kebutuhan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

1. Importance To Customer

Nilai importance to customer dapat dilihat pada Tabel 5 dan diketahui bahwa hal yang dipentingkan dalam membeli produk bandeng asap adalah keamanan konsumsi dan hygiene

karena jika suatu produk mempunyai keadaan

yang bersih, maka produk tersebut dapat dinyatakan aman untuk dikonsumsi. Saparinto, dkk (2006) menjelaskan bahwa saat ini konsumen memiliki berbagai pertimbangan dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi, salah satunya adalah keamanan pangan dan dapat dipenuhi dengan melakukan menjaga hygiene produk.

Tabel 5. Nilai Importance to Customer (IC)

No Atribut IC 1 Warna 4,18 2 Rasa 4,66 3 Aroma 4,35 4 Ukuran 4,54 5 Keamanan Konsumsi 4,84 6 Hygiene 4,86

Sumber: Data Primer Diolah (2013)

2. Customer Satisfaction Performance (CSP)

Nilai CSP dapat diliihat pada Tabel 6. Dapat diketahui bahwa nilai evaluasi untuk UKM Bu Ahmadi mempunyai rata-rata yang lebih besar daripada nilai evaluasi UKM pesaing. Hal ini membuktikan bahwa produk yang ditawarkan oleh UKM Bu Ahmadi mampu memuaskan keinginan konsumen. Tabel 6. Nilai CSP Atribut Bandeng Tanjung Bandeng Bu Ahmadi Warna 3,64 3,86 Rasa 4,12 4,13 Aroma 3,56 3,8 Ukuran 3,86 4,04 Keamanan Konsumsi 4,49 4,33 Hygiene 4,46 4,41 Rata-Rata 4,02 4,1

Sumber : Data Primer Diolah (2013) 3. Goal

Nilai goal pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7. Produk bandeng asap UKM Bu Ahmadi memang mempunyai warna yang lebih menarik daripada bandeng asap UKM pesaing, yaitu coklat kehitaman dengan rasa yang lebih enak. Aroma bandeng UKM Bu Ahmadi juga lebih sedap dengan ukuran yang lebih besar. UKM Tanjung yang telah unggul pada atribut keamanan konsumsi dan hygiene

karena produk bandeng asap UKM Tanjung telah terdaftar pada perijinan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga).

(5)

Sumber : Data Primer Diolah (2013) Tabel 7. Nilai Goal

Atribut UKM Tanjung UKM Bu Ahmadi GOAL Warna 3,64 3,86 3,86 Rasa 4,12 4,13 4,13 Aroma 3,56 3,8 3,8 Ukuran 3,86 4,04 4,04 Keamanan Konsumsi 4,49 4,33 4,49 Hygiene 4,46 4,41 4,46

Sumber : Data Primer Diolah (2013) 4. Improvement Ratio

Poel (2007) menjelaskan bahwa

improvement ratio didapatkan dengan

membagi tujuan rencana perusahaan dengan nilai kepuasan perusahaan saat ini. Nilai

improvement ratio menandakan besarnya

usaha perbaikan yang perlu dilakukan oleh perusahaan. Nilai improvement ratio dapat dilihat pada Tabel 8 dan diketahui bahwa usaha besar yang harus dilakukan oleh UKM Bu Ahmadi adalah keamanan konsumsi produk bandeng asap ini. Hal tersebut dapat dilakukan dimulai dengan memperhatikan pasokan bahan baku bandeng dan bahan baku pendukung dari supplier yang telah ditentukan hingga proses pemasaran produk yang akan dipilih. Anwar (2010) menjelaskan bahwa cakupan keamanan pangan adalah semua tahapan dalam proses pembuatan produk, dari emilihan bahan baku, pengolahan,

pengemasan, hingga penyajian kepada konsumen harus terhindar dari bahaya.

Tabel 8. Nilai Improvement Ratio (IR)

Atribut UKM Bu Ahmadi GOAL IR Warna 3,86 3,86 1 Rasa 4,13 4,13 1 Aroma 3,8 3,8 1 Ukuran 4,04 4,04 1 Keamanan Konsumsi 4,33 4,49 1,04 Hygiene 4,41 4,46 1,01

Sumber: Data Primer Diolah (2013)

Gambar 2. Matriks Kebutuhan (House of Quality)

Tabel 2. Atribut Hows

Respon Teknis (Hows)

No. Kategori Atribut Keterangan

1 Supplier

Involvement

Pemilihan bahan baku bandeng

Ikan bandeng terbebas dari jamur, ukurannya 25 cm dengan keadaan segar Pemilihan bahan baku

pendukung

Mempunyai kualitas bagus, terbebas dari jamur, dan tidak kadaluarsa

2 Process

Management

Pengolahan ikan bandeng

Proses produksi dilakukan di tempat yang steril

Pemasaran produk bandeng asap

Pemasaran dengan membuka stan didekat tempat produksi.

3 Quality

Information Informasi Kualitas

Informasi kualitas dapat berupa kode produksi, tanggal kadaluarsa, label halal dan keamanan pangan.

4 Workforce

Management Tenaga Kerja

Tenaga kerja tidak harus memiliki pendidikan tinggi.

5 Customer

Involvement Kritik dan Saran Menerima masukan dari konsumen.

6

Product Design

Produk Bandeng Asap

Bandeng disajikan dengan keadaan masih utuh dari kepala hingga ekor dan terbelah di bagian perutnya.

Pemilihan kemasan bandeng asap

Dikemas pada kemasan yang baik dan praktis untuk digunakan.

(6)

21

5. Sales Point

Nilai sales point pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9. Penilaian sales point

dibedakan menjadi tiga kriteria pembobotan sesuai dengan kemampuan daya jualnya, yaitu sebagai berikut:

a. Tidak Memiliki Sales Point : 1 b. Nilai Sales Point Medium : 1,2 c. Nilai Sales Point Tinggi : 1,5 Tabel 9. Nilai Sales Point

Prioritas Atribut SP 1 Warna 1 2 Rasa 1 3 Aroma 1 4 Ukuran 1 5 Keamanan Konsumsi 1,2 6 Hygiene 1,5

Sumber : Data Primer Diolah (2013)

6. Row Weight dan Normalized Row Weight Pada penelitian ini, nilai row weight (RW) dapat dilihat pada Tabel 10 dan dapat diketahui bahwa atribut hygiene mempunyai bobot paling besar daripada atribut yang lain. Hal tersebut membuktikan bahwa atribut tersebut merupakan prioritas utama dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Tawari and Abowei (2011) mengemukakan bahwa dalam proses pengasapan ikan, kebersihan staf merupakan hal yang sangat penting, terutama pada proses penanganan dan persiapan. Hal tersebut harus benar-benar memenuhi syarat kebersihan.

Normalized row weight (NRW) digunakan

untuk menghitung row weight dalam bentuk persentase (Zheng and Pulli, 2007). Nilai

NRW tertinggi adalah atribut hygiene dengan nilai sebesar 0,24 maka dapat diketahui bahwa atribut hygiene merupakan atribut yang menjadi prioritas utama untuk memuaskan keinginan pelanggan.

Tabel 10. Nilai RW dan NRW

Atribut RW NRW Warna 4,18 0,13 Rasa 4,66 0,15 Aroma 4,35 0,14 Ukuran 4,54 0,15 Keamanan Konsumsi 6,02 0,19 Hygiene 7,37 0,24

Sumber: Data Primer Diolah (2013) Pembuatan Respon Teknis

Pada QFD dibutuhkan pembuatan respon teknis. Respon teknis yang telah dilakukan

oleh pihak UKM Bu Ahmadi dalam memproduksi produk bandeng asap secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Menurut Hidayat (2007), respon teknis atau hows

merupakan representasi dari tingkat kebutuhan operasional untuk memuaskan fungsi-fungsi whats (voice of customer). Penentuan Hubungan Atribut Hows dengan Atribut Whats

Proses penentuan hubungan merupakan salah satu langkah penting dalam metode QFD. Gonzales, et al. (2003) menjelaskan bahwa hal terpenting dalam pembuatan HOQ adalah menunjukkan hubungan karakteristik dan persyaratan teknis. Hubungan atribut

hows dengan whats terangkum pada Gambar 2. Atribut warna mempunyai hubungan yang sangat penting dengan produk bandeng asap tersebut karena jika warna bandeng asap yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan maka bandeng asap tersebut mempunyai kualitas yang buruk. Selain itu, hubungannya dengan atribut pengolahan bandeng asap karena pada proses pengolahan bandeng terdapat proses pembakaran yang mempengaruhi warna bandeng asap dan menimbulkan rasa dan aroma yang khas. Ikenweiwe, et al. (2010) menjelaskan bahwa intensitas panas yang tinggi pada proses pembakaran akan menghasilkan rasa asap dan aroma manis.

Atribut rasa mempunyai hubungan sangat penting dengan pemilihan bahan baku bandeng, bahan baku pendukung, pengolahan bandeng, dan kualitas dari produk bandeng dan produk bandeng asap. Hubungannya dengan pemilihan bahan baku bandeng karena jika bahan baku bandeng yang akan diproduksi mempunyai kualitas yang jelek maka akan mempengaruhi rasa yang dihasilkan. Menurut Anonymous (2007), ikan bandeng yang berbau tanah akan menyebabkan rasa bandeng menjadi kurang enak. Pemilihan bandeng secara tepat merupakan cara untuk menghindari risiko ini. Atribut rasa bandeng asap mempunyai hubungan sangat penting dengan pengolahan bandeng asap karena apabila terjadi kesalahan dalam mengolah bandeng maka bandeng asap yang dihasilkan akan memperoleh rasa yang tidak enak. Hal tersebut akan mengakibatkan kualitas dari produk bandeng asap yang

(7)

dihasilkan menjadi rendah. Mustafid dan Gunawan (2008) menjelaskan bahwa rasa merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor kualitas produk tersebut sehingga dapat membuat keputusan pembelian.

Atribut aroma mempunyai hubungan sangat penting dengan pemilihan bahan baku bandeng, pengolahan bandeng dan produk bandeng asap tersebut. Aroma bandeng asap yang dihasilkan dapat dipengaruhi dari bahan baku bandeng yang digunakan dan proses pengolahan bandeng asap tersebut. Jika bahan baku bandeng yang digunakan berbau tanah atau busuk, maka bandeng asap yang akan dihasilkan tidak mempunyai kualitas yang baik karena diolah dari bahan baku ikan yang tidak segar. Afrianto dan Liviawaty (2011) menambahkan bahwa mutu ikan sangat mempengaruhi hasil dari proses pengawetan dan pengolahan sehingga perlu ditentukan tingkat kesegaran dari bahan baku yang digunakan.

Atribut ukuran mempunyai hubungan sangat penting dengan pemilihan bahan baku, pengolahan bandeng asap, informasi kualitas dan produk bandeng asap. Jika dalam pemilihan bahan baku bandeng terdapat ikan yang ukurannya kurang dari 25 cm maka ikan tersebut tidak dapat dipilih untuk bahan baku produksi bandeng asap melainkan digunakan untuk bahan baku bandeng presto atau otak-otak bandeng. Hubungannya dengan informasi kualitas dikarenakan jika informasi kualitas tentang bandeng asap yang disajikan tidak terdapat berat produk yang dikemas, maka konsumen akan merasa kurang puas karena tidak terdapat standar pasti. Selain itu, hubungannya dengan pengolahan bandeng asap karena pada proses pengasapan akan terjadi penurunan berat jika proses pengasapan dilakukan dengan waktu yang terlalu lama. Hal tersebut dikarenakan kadar air yang terdapat pada ikan akan berkurang sehingga bobot ikan tersebut juga mengalami penurunan. Ikenweiwe, et al. (2010) menjelaskan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan yang digunakan maka semakin cepat tingkat pengeringan. Hal tersebut juga mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan ikan karena kadar air ikan akan berkurang.

Atribut keamanan konsumsi mempunyai hubungan sangat penting dengan pemilihan

bahan baku bandeng, pemilihan bahan baku pendukung, pengolahan bandeng, informasi kualitas, tenaga kerja dan produk bandeng asap. Hal tersebut dikarenakan jika bandeng yang akan diproduksi tidak dalam keadaan aman atau terjangkit kuman dan mengeluarkan bau busuk maka bandeng asap yang dihasilkan juga tidak aman untuk dikonsumsi. Hubungannya dengan informasi kualitas dikarenakan informasi kualitas yang diketahui oleh pelanggan akan menjadi salah satu faktor keputusan pembelian. Untuk hubungan keamanan konsumsi dengan pengolahan bandeng dikarenakan jika pada waktu pengolahan bandeng terdapat kesalahan yang mempengaruhi keamanan konsumsi dari produk bandeng asap tersebut maka akan mempengaruhi kualitas dari produk bandeng asap itu sendiri. Abolagba and Emanuel (2010) menjelaskan bahwa produk olahan ikan perlu penanganan dan pengolahan yang tepat untuk mengawetkan nutrisi dan komponen yang dapat memberikan kesehatan. Atribut hygiene juga berpengaruh sangat penting dengan pemilihan bahan baku bandeng, pemilihan bahan baku pendukung, pemilihan kemasan produk bandeng asap, pengolahan bandeng asap, pemasaran produk, informasi kualitas dan produk bandeng asap tersebut. Ali, et al. (2011) mengemukakan bahwa kondisi kebersihan pada penanganan, pengolahan dan penyimpanan ikan merupakan parameter penting dalam pengasapan. Hal ini dikarenakan kebersihan dapat berdampak pada nilai gizi dan keamanan olahan ikan. Informasi kualitas yang terdapat pada kemasan produk bandeng asap juga akan mempengaruhi hygiene karena jika terdapat informasi bahwa produk bandeng asap ini telah terdaftar di BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), maka produk tersebut sudah bersih dan aman untuk dikonsumsi.

Hubungan atribut warna dengan atribut pemilihan bahan baku bandeng adalah penting. Jika bahan baku bandeng yang digunakan mempunyai warna kulit yang suram dan pucat, maka ikan bandeng tersebut dapat dikatakan sudah mulai membusuk. Yuwanti (2005) menambahkan bahwa warna bandeng asap berkisar dari sedikit coklat sampai agak coklat. Atribut aroma juga berhubungan penting dengan pemasaran produk bandeng asap karena jika proses

(8)

pemasaran produk dilakukan pada lingkungan yang terkontaminasi bau tidak sedap maka dapat mengkontaminasi produk bandeng asap yang dipasarkan.

Atribut keamanan konsumsi juga mempunyai hubungan penting dengan atribut pemilihan kemasan bandeng asap. Jika kemasan mempunyai karakteristik yang dapat mengubah mutu dari produk, maka hal tersebut akan mempengaruhi kualitas produk. Abolagba and Nuntah (2011) menjelaskan bahwa kerusakan ikan dapat disebabkan karena jenis bahan kemasan yang digunakan. Atribut ukuran berhubungan cukup penting dengan pemilihan kemasan untuk produk bandeng asap. Jika menggunakan kemasan plastik vakum, maka terjadi proses pemvakuman produk yang mengakibatkan produk mengalami penyusutan sehingga ukuran bandeng mengalami perubahan menjadi lebih kecil. Saparinto (2006) mengemukakan bahwa pada proses pengemasan vakum, akan mengakibatkan produk mengalami penyusutan bobot sekitar 10%.

Penentuan Hubungan antar-Atribut Hows Penentuan hubungan antar atribut dilakukan dengan tujuan agar dapat mengetahui apakah proses yang terdapat dalam atribut hows tersebut saling mendukung atau sebaliknya. Pada penelitian ini, hubungan antar-atribut terangkum pada Gambar 2.

Atribut pemilihan bahan baku bandeng berhubungan kuat positif dengan pemilihan bahan baku pendukung, pengolahan bandeng asap, pemasaran produk bandeng asap dan produk bandeng asap tersebut. Hal tersebut dikarenakan dengan pemilihan bahan baku bandeng yang baik dan pemilihan bahan baku pendukung yang baik maka produk bandeng asap yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang baik pula. Pemilihan bahan baku bandeng merupakan faktor yang sangat berhubungan dengan beberapa atribut yang ada. Hal tersebut dikarenakan atribut pemilihan bahan baku bandeng merupakan dasar dari proses pengolahan bandeng asap sehingga jika bahan baku bandeng yang akan diolah mengalami masalah sedikit saja, maka produk bandeng asap yang dihasilkan akan memiliki masalah dengan kualitas produk tersebut. Swastawati (2011) menjelaskan

bahwa apapun jenis ikan yang digunakan sebagai bahan baku ikan asap, harus dipilih ikan yang betul-betul segar agar dapat menghasilkan ikan asap yang berkualitas baik. Atribut pemilihan bahan baku pendukung berhubungan kuat positif dengan pemasaran produk, pengolahan bandeng asap dan produk bandeng asap tersebut karena juga akan mempengaruhi produk bandeng asap yang dihasilkan. Atribut pemilihan kemasan produk bandeng asap mempunyai hubungan kuat positif dengan pemasaran produk bandeng asap, informasi kualitas dan produk bandeng asap karena kemasan produk mempengaruhi proses pemasaran produk tersebut. Jika kemasan produk didesain dengan menarik, maka pelanggan akan tertarik untuk membeli produk tersebut. Irawan (2008) menjelaskan bahwa kemasan secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kualitas dari suatu produk. Pengaruh faktor kemasan bisa mencapai 50% hingga 80% dalam proses pemilihan suatu produk.

Atribut pengolahan bandeng asap mempunyai hubungan kuat positif dengan atribut pemasaran produk bandeng asap karena proses pemasaran akan lancar jika pengolahan produk dilakukan dengan tepat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sehingga produk yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang baik dan proses pemasaran akan berjalan dengan lancar.

Atribut pengolahan bandeng asap juga mempunyai hubungan kuat positif dengan tenaga kerja dan produk bandeng asap karena jika tenaga kerja tidak menjaga kebersihan dalam pengolahan bandeng asap, maka produk bandeng asap yang dihasilkan menjadi terkontaminasi dan tidak aman untuk dikonsumsi. Atribut pemasaran produk berhubungan kuat positif dengan atribut informasi kualitas dan produk bandeng asap. Proses pemasaran sangat berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Fuad, dkk. (2006) menjelaskan bahwa pembuatan produk akan lebih baik diorientasikan pada keinginan pasar atau selera konsumen. Hal tersebut terkait dengan mutu produk, kemasan dan lain-lain sehingga pemasaran akan menyesuaikan kemampuan perusahaan dan keinginan pasar. Atribut tenaga kerja berhubungan kuat positif dengan atribut produk bandeng asap. Apabila tenaga

(9)

kerja tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka produk bandeng asap yang dihasilkan akan mempunyai kualitas produk yang baik.

Prioritas

Chen (2007) menjelaskan bahwa untuk dapat melayani pelanggan secara lebih efektif, harus memprioritaskan sesuai dengan urutan prioritas dari respon teknis. Urutan prioritas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 11. Prioritas respon teknis yang paling tinggi adalah pengolahan ikan bandeng dan produk bandeng asap. Adriantantri (2008) menambahkan bahwa nilai prioritas tertinggi akan memberikan kontribusi terbesar dalam memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut. Jadi, atribut pengolahan ikan bandeng dan produk bandeng berkontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan pelanggan sehingga perlu dipertahankan dan jika perlu ditingkatkan sehingga pelanggan dapat lebih merasa puas.

Tabel 11. Urutan Prioritas

Atribut BRT Prioritas Pemilihan BB Bandeng 221,79 2 Pemilihan BB Pendukung 141,78 3 Pengolahan 246,87 1 Pemasaran 56,79 7 Informasi Kualitas 128,16 4 Tenaga Kerja 87,3 5

Kritik dan Saran 0 8

Produk Bandeng

Asap 246,87 1

Pemilihan Kemasan 62,8 6 Sumber: Data Primer Diolah (2013) Benchmarking

Pada penelitian ini nilai benchmarking

dapat dilihat pada Tabel 12. Dapat diketahui bahwa nilai benchmarking antara kedua UKM tersebut tidak berbeda jauh. Hal ini mengartikan bahwa kinerja UKM Bu Ahmadi dapat dikatakan hampir sama dengan kinerja UKM Tanjung. Jadi, kualitas dari bandeng asap UKM Bu Ahmadi hampir sama dengan kualitas bandeng asap UKM Tanjung.

Target

Nilai target pada penelitian ini diambil dari nilai benchmarking terbesar dari kedua UKM tersebut. Nilai target dapat dilihat pada Tabel

13. UKM Bu Ahmadi harus mempertahankan proses pemilihan bahan baku bandeng, pemilihan bahan baku pendukung, pemilihan kemasan, pengolahan bandeng asap yang telah didapatkan. Atribut yang harus ditingkatkan adalah pemilihan kemasan produk bandeng asap, informasi kualitas, tenaga kerja dan proses pemasaran produk.

Tabel 12. Nilai Benchmarking

Atribut Bandeng Tanjung Bandeng Bu Ahmadi Pemilihan BB Bandeng 4,07 4,12 Pemilihan BB Pendukung 4,29 4,25 Pengolahan 4,02 4,09 Pemasaran 4,46 4,26 Informasi Kualitas 4,27 4,26 Tenaga Kerja 4,48 4,37 Kritik dan Saran 0 0 Produk Bandeng

Asap 4,02 4,09

Pemilihan Kemasan 4,42 4,36 Sumber: Data Primer Diolah (2013) Tabel 13. Nilai Target

Atribut Target Pemilihan BB Bandeng 4,12 Pemilihan BB Pendukung 4,29 Pengolahan 4,09 Pemasaran 4,46 Informasi Kualitas 4,27 Tenaga Kerja 4,48

Kritik dan Saran 0 Produk Bandeng Asap 4,09 Pemilihan Kemasan 4,42 Sumber: Data Primer Diolah (2013) Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Faktor yang sangat mempengaruhi kualitas produk bandeng asap adalah atribut

Process Management dan Product Design.

2. Faktor yang perlu untuk diperbaiki adalah

Supplier Involvement, Supplier

Involvement, Process Management,

Quality Information dan Workforce

Management. Saran yang dapat diberikan

kepada UKM Bu Ahmadi adalah memperbaiki atribut tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2007. 22 Peluang Bisnis Makanan untuk Home Industry. PT AgroMedia Pustaka, Jakarta

(10)

Abolagba, O.J. and Emanuel, I.E. 2010. Microbial Load of Fresh and Smoked Fish Marketed in Benin Metropolis, Nigeria. Research Journal of Fisheries and Hydrobiology 5(2):99-104.

Adriantantri, E. 2008. Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dalam Usaha Memenuhi Kepuasan pelanggan terhadap Produk Aqua Gelas 240 ml pada PT Tirta Investama Pandaan. Prosiding Seminar Nasional Teknoin:37-44.

Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 2011. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Ali, A., Ahmadou, D. and Mohamadou, B.A. 2011. Influence of Traditional Drying and Smoke-Drying on the Quality of Three Fish Species (Tilapia nilotica, Silurus glanis and Arius parkii) from Lagdo lake, Cameroon. Journal of Animal and Veterinary Advances 10(3):301-306. Anwar, Y. 2010. 38 Inspirasi Usaha

Makanan Minuman untuk Home Industry. PT AgroMedia Pustaka, Jakarta Büyüközkan, G. and Güleryüz, S. 2012. QFD

Based Information Technology Planning Approach for Collaborative Product Development. Proceedings of the World Congress on Engineering 3:1-6.

Chen, S. 2007. Using Quality Function Deployment to Plan Curricula in Higher Education. The Journal of Human Resource and Adult learning 3(2):39-49. Gonzalez, M. E., Quesada, G., and Bahill, A.

T. 2003. Improving Product Design Using Quality Function Deployment:The School Furniture Case in Developing Countries. Journal og Quality Engineering 16(1):47-58.

Hamza, R.M.A. 2011. Enhancing Quality of Vocational Training Outcome to Satisfy the Labor Market Demands in Kuwait by Using Quality Function Deployment (QFD). Journal of Industrial Engineering and Management 4(2):387-402.

Hidayat, A. 2007. Strategi Six Sigma:Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja Bisnis. PT Elex Media Komputindo, Jakarta

Holshbach, E. dan Hofmann, E. 2010. Exploring Quality Management for

Business Services from a buyer’s perspective Using Multiple Case Study Evidence. International Journal of Operation and Production Management 31(6):648-685.

Ikenweiwe, N.B., Bolaji, B.O. and Bolaji, G.A. 2010. Fabrication and Performance Assessment of a Locally Developed Fish Smoking Kiln. Ozean Journal of Applied Sciences 3(4):363-369.

Irawan, H. 2007. Smarter Marketing Moves:Membangung Keunggulan Melalui Informasi, Komunikasi dan Produk. PT Elex Media Komputindo, Jakarta

Miguel, P.A.C. 2005. Evidence of QFD Best Practices for product Development: a multiple case study. The International Journal of Quality and Reliability Management 22(1):72-82.

Mustafid dan Gunawan, A. 2008. Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Kripik Pisang ‘Kenali’ pada PD Asa Wira Perkasa di Bandar Lampung. Jurnal Bisnis dan Manajemen 4(2):123-140.

Saidani, B. dan Arifin, S. 2012. Pengaruh Kualitas Produk dan Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Konsumen dan Minat Beli pada Ranch Market. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia 3(1):1-22.

Saparinto, C., Purnomowati, I. dan Hidayati, D. 2006. Bandeng Duri Lunak. Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Hal 103. Tambunan, K. dan Widiyanto, I. 2012.

Analisis Pengaruh Citra Merek, Persepsi Kualitas, dan Harga terhadap Keputusan Pembelian Bandeng Presto. Diponegoro Journal of Management 1(2):58-66.

Tawari, C.C. and Abowei, J.F.N. 2011. Traditional Fish Handling and Preservation in Nigeria. Asian Journal of Agricultural Sciences 3(6):427-436. Yuwanti, S. 2005. Potensi Asap Cair sebagai Antioksidan pada Bandeng Presto. Jurnal Teknologi Pertanian 6(2):81-8.

(11)

Gambar

Gambar 1. Prosedur Penelitian  Batasan Masalah
Tabel 4 Simbol Hubungan
Tabel 2. Atribut Hows

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini diharapkan limbah cangkang kerang bulu dapat dimanfaatkan sebagai adsorben alternatif dalam pengolahan limbah fenol. Untuk itu perlu dilakukan

Program bantuan benih ikan dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Terlaksananya pemberian bantuan benih ikan kepada kelompuk usaha bersama masyarakat maupun usaha

Peran Masyarakat Pesisir dalam Meningkatkan Hasil Rumput Laut di Pinrang Sulawesi

Responden dalam penelitian ini paling ttinggi adalah berpendidikan SMA 10 orang (33,3%), tidak diperolehnya dukungan informasi dari keluarga maka pasien akan

To determine the effect of timing on absorption of antacid and levofloxacin administered of single 23 mg / kg BW dose of levofloxacin to 12 healthy rabbits in two-way

[r]

Bersumber pada tabel 7 diperoleh hasil tingkat signifikanyang dihasilkan sebesar 0,031 < 0,05 dengan arah positif.Berarti hipotesa 4 yang menyebutkan konflik

Wajib pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas akan cenderung menjadi wajib pajak yang tidak patuh (Hardiningsih, 2011). Demikian pula sebaliknya, semakin