• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. internasional bukan lagi lokal atau nasional (Permadi, 2007). Untuk menjawab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. internasional bukan lagi lokal atau nasional (Permadi, 2007). Untuk menjawab"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dampak globalisasi telah memasuki berbagai aspek kehidupan. Disadari atau tidak semua kalangan perlu menyiapkan diri dan menyikapinya dengan baik. Pada era ini ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Gudmund Hernes dalam Fattah (2012: 28) menyatakan bahwa:

Sedikitnya ada tujuh tantangan global yang dihadapi oleh pendidikan yaitu : 1)mengurangi kesenjangan dalam pemerataan pendidikan, kemiskinan marginalisasi, dan eksklusivitas pendidikan; 2) mengukuhkan hubungan yang lebih baik antara pendidikan dan ekonomi setempat (lokal), dan antara pendidikan dan dunia kerja yang mengglobal; 3) mencegah berkembangnya peran riset dan pendidikan yang dikendalikan oleh pasar dan melebarnya kesenjangan teknologi dan ilmu pengetahuan di antara negara industri dan negara berkembang; 4) menjamin bahwa persyaratan riset negara berkembang menerima perhatian dan ditunjukkan oleh ilmuwan dan sarjananya; 5) mengurangi dampak negatif dari brain drain dari negara miskin ke negara kaya, dan dari wilayah tertinggal ke wilayah maju, sebagai pasar untuk siswa yang juga mengglobal; 6) mengarahkan dampak dari prinsip-prinsip pemasaran dan perubahan peran dari negara terhadap pendidikan dan membantu perencanaan serta manajemen pendidikan; 7) menggunakan sistem pendidikan tidak hanya untuk memindahkan batang tubuh keilmuan secara umum, tetapi melestarikan berbagai warisan budaya dunia, bahasa seni, gaya hidup di dunia yang semakin homogen.

Era globalisasi cenderung pada adanya sistem mutu yang berskala internasional bukan lagi lokal atau nasional (Permadi, 2007). Untuk menjawab tantangan tersebut wajar jika setiap pendidik dan tenaga kependidikan terdorong untuk meningkatkan kemampuan profesional dalam bidangnya masing-masing.

Upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) terus dilakukan. Khususnya guru, kualitasnya perlu terus dikembangkan agar dapat melaksanakan fungsinya secara profesional. Peningkatan kualitas guru ini terus dilakukan baik melalui program-program pendidikan, prajabatan maupun dalam

(2)

2 jabatan. Kegiatan peningkatan profesionalisme guru dilakukan melalui berbagai bentuk baik yang bersifat individual maupun kelompok.

Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan guru untuk: (i) memiliki kualifikasi akademik minimum S1/D4;, (ii); memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional; dan (iii) memiliki sertifikat pendidik. Selain itu, sesuai perkembangan ilmu penegetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS), guru harus meningkatkan kompetensinya secara berkelanjutan.

Guru harus berupaya dapat memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran sebagaimana yang diamanatkan pada UU tersebut. Untuk dapat meningkatkan kompetensinya, guru bisa melakukannya melalui berbagai upaya antara lain: melalui pelatihan, penulisan karya tulis ilmiah, dan berbagai pertemuan di kelompok kerja atau forum (Kelompok Kerja Guru (KKG), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS), Forum Kelompok Kerja Guru (FKKG), Forum Kelompok Kerja Kepala Sekolah (FKKKS), Forum Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (FKKPS).

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan wadah atau forum kegiatan guru matapelajaran sejenis yang memiliki peranan penting dalam memberikan kontribusi berbagai hal yang menunjang peningkatan profesionalitas guru. MGMP adalah organisasi yang merupakan gabungan tiga (3) sistem, yaitu sistem sosial, sistem fungsional dan sistem komunikasi. MGMP sebagai sistem sosial merupakan sistem tata hubungan antar sesama manusia, dalam hal ini

(3)

3 sesama guru mata pelajaran sejenis. Sedangkan sebagai sistem fungsional MGMP merupakan sistem atau jaringan antar fungsi-fungsi yang dikaitkan satu sama lain secara tertentu dan integral secara bersama-sama yang merupakan fungsi organisasi secara keseluruhan yang akan membawa pada tercapainya tujuan utama organisasi. Sedangkan sebagai sistem komunikasi MGMP adalah suatu jaringan atau sistem tata saluran peredaran atau arus informasi sehingga organisasi itu hidup dan berjiwa (Anwar, 2004).

Lebih spesifik lagi, Zamroni (2004) menyebutkan bahwa MGMP merupakan sarana yang tepat bagi guru untuk mengembangkan profesi, saling berkomunikasi, konsultasi dan bertukar pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai ujung tombak terjadinya perubahan dan reorientasi pembelajaran yang bermutu di kelas-kelas.

Namun dalam pelaksanaannya, keberadaan kelompok kerja atau forum tersebut belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kompetensi guru. Berbagai kendala yang dihadapi oleh guru, kepala sekolah, dan pengawas saat ini dalam usaha menciptakan kelompok kegiatan yang aktif dan efektif adalah sebagai berikut: 1) Manajemen kelompok kerja masih perlu ditingkatkan kualitasnya dalam upaya optimalisasi intensifikasi pembinaan kegiatan kelompok kerja; 2) Program-program kegiatan kelompok kerja masih kurang sesuai dengan kebutuhan pengembangan profesionalitas guru, kepala sekolah, dan pengawas; 3) Dana pendukung operasional belum memadai dan kurang dimanfaatkan secara tepat; 4) Bervariasinya perhatian dan kontribusi pemerintah daerah melalui dinas pendidikan terhadap program dan kegiatan kelompok kerja.

(4)

4 Oleh karena itu, perlu upaya untuk merevitalisasi kelompok kerja tersebut agar aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh kelompok kerja atau forum tersebut dapat memberikan manfaat dalam upaya peningkatan kompetensi guru. Hal tersebut di atas diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk menumbuhkembangkan budaya pembelajaran yang berpusat pada sistem instruksional yang prima, sehingga berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran yang berujung pada peningkatan kualitas pendidikan nasional.

Salah satu bentuk komitmen pemerintah terhadap peningkatan kualitas guru pada jenjang pendidikan dasar dan menengah diluncurkanlah program

BERMUTU, yang merupakan suatu strategi dalam meningkatkan kualifikasi dan

menerapkan sertifikasi guru. Program BERMUTU ini lahir untuk mengatasi implikasi dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang di dalamnya menyatakan tentang upaya-upaya untuk peningkatan kualifikasi pendidikan, peningkatan kompetensi, dan penyelenggaraan uji sertifikasi bagi guru. Program ini ditekankan untuk menjangkau seluruh guru di satuan pendidikan tingkat dasar. Pilihan ini didasarkan atas program Wajar Diknas 9 tahun.

BERMUTU adalah singkatan Better Education Through Reformed

Management and Universal Teachers Upgrading yaitu upaya peningkatan mutu

pendidikan melalui peningkatan kompetensi dan kinerja guru. Program ini ditangani secara komprehensif mulai dari lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan (LPTK), lembaga penjaminan mutu pendidikan (LPMP), balitbang Diknas dan Direktorat Pendidik dan lembaga-lembaga yang terkait dengan dunia pendidikan.

(5)

5 Kegiatan MGMP BERMUTU ini baru tiga tahun berjalan sejak tahun 2009, namun dalam pengamatan penulis ada banyak fenomena yang muncul selama kegiatan ini berlangsung. Sebagai contoh masih banyak peserta yang mangkir dari kegiatan ini, padahal mereka sudah ditunjuk oleh sekolah untuk mengikuti kegiatan, kurang antusiasnya peserta mengikuti kegiatan yang dapat diamati dari macetnya diskusi, atau peserta lebih banyak melakukan aktivitas di luar rencana kegiatan pada hari tersebut, banyak tugas yang semestinya diselesaikan sebagai bukti kegiatan tidak terselesaikan, sementara itu peserta juga menjumpai kurangnya modul atau sumber belajar.

Kegiatan MGMP BERMUTU ini di mata sebagian peserta cenderung bersifat monoton, kurang variatif dan cenderung hanya mengejar target akhir yang berupa penyelesaian tagihan dengan mengabaikan substansi dari tagihan-tagihan tersebut. Mereka juga menilai kurangnya narasumber yang berkualitas yang dapat memotivasi mereka mengikuti kegiatan ini.

Keadaan di atas menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Seharusnya program BERMUTU ini membawa kebaikan bagi eferktivitas kegiatan peningkatan mutu guru melalui MGMP, namun pada kenyataannya kegiatan ini belum berjalan seperti yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah perencanaan program BERMUTU di MGMP Bahasa Indonesia SMP Cluster 1 Kabupaten Gresik?

2. Bagaimanakah pelaksanaan program BERMUTU di MGMP Bahasa Indonesia SMP Cluster 1 Kabupaten Gresik?

(6)

6 3. Bagaimanakah evaluasi program BERMUTU di MGMP Bahasa Indonesia

SMP Cluster 1 Kabupaten Gresik? C. Batasan Masalah

1. Program BERMUTU

Program BERMUTU adalah singkatan dari Better Education Through

Reformed Management and Universal Teacher Upgrading. Program yang dibahas

dalam penelitian ini hanya mencakup pada MGMP Bahasa Indonesia SMP cluster satu Kabupaten Gresik.

Penelitian ini lebih membatasi pada kegiatan menilai bagaimana perencanaaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan program BERMUTU di MGMP Bahasa Indonesia SMP Cluster 1 Kabupaten Gresik. Kegiatan yang dinilai adalah kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun pelajaran 2011-2012 yaitu pada tahun kedua MGMP ini melaksanakan program BERMUTU. Penilaiannya lebih difokuskan kepada kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan, serta permasalahan yang mungkin timbul dalam pelaksanaannya.

2. MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)

MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) adalah wadah kegiatan professional bagi para guru mata pelajaran yang sama pada jenjang SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK di tingkat kabupaten/kota yang terdiri dari sejumlah guru dari sejumlah sekolah.

Hasil yang diharapkan dari kegiatan MGMP ini adalah: 1) memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal; 2) memberikan kesempatan kepada guru untuk berbagi pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik; 3) meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta

(7)

7 mengadopsi pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif bagi guru; 4) memberdayakan dan membantu guru dalam melaksanakan tugas-tugas guru di sekolah; 5) mengubah budaya kerja dan mengembangkan profesionalisme guru dalam upaya menjamin mutu pendidikan; 6) meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran; 7) mengembangkan kegiatan mentoring dari guru senior kepada guru yunior; dan 8) meningkatkan kesadaran guru terhadap permasalahan pembelajaran di kelas.

Dalam penelitian ini MGMP yang dijadikan objek penelitian adalah MGMP bahasa Indonesia SMP cluster 1 Kabupaten Gresik, yang terdiri dari 20 guru bahasa Indonesia yang berasal dari 10 SMP.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan perencanaan program BERMUTU di MGMP Bahasa Indonesia SMP Cluster 1 Kabupaten Gresik

2. Untuk menjelaskan pelaksanaan program BERMUTU di MGMP Bahasa Indonesia SMP Cluster 1 Kabupaten Gresik.

3. Untuk menjelaskan evaluasi pelaksanaan program BERMUTU di MGMP Bahasa Indonesia SMP Cluster 1 Kabupaten Gresik

E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teori

Secara teori penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah pengetahuan tentang pelaksanaan ke-MGMP-an dan program pengembangan profesi guru lainnya serta dapat dijadikan landasan bagi penelitian selanjutnya.

(8)

8 Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat:

a. Sebagai evaluasi bagi pengurus maupun anggota MGMP dalam pengelolaan kegiatan MGMP.

b. Sebagai bahan rujukan dalam merumuskan kegiatan-kegiatan dalam program BERMUTU atau program-program peningkatan mutu guru yang lainnya.

F. Penegasan Istilah

Agar tidak menimbulkan persepsi berbeda, maka konsep masing- masing kata yang digunakan memiliki arti dengan kesepakatan sebagai berikut:

1. Perencanaan adalah kegiatan pendahuluan yang dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan. Perencanaan dalam penelitian ini dilakukan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan.

2. Pelaksanaan adalah tindak lanjut dari perencanaan yang sudah dibuat. Pelaksanaan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam pelaksanaan program BERMUTU di MGMP bahasa Indonesia Cluster 1 Kabupaten Gresik ini sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

3. Evaluasi adalah penilaian pelaksanaan kegiatan. Evaluasi dalaam penelitian ini untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan program BERMUTU di MGMP bahasa Indonesia cluster 1 Kabupaten Gresik sekaligus untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaannya.

Referensi

Dokumen terkait

Hambatan belajar peserta didik pada materi Hukum Fluida Statis berdasarkan rangkaian penelitian yang ada yakni: (a) tidak kuat dalam materi tekanan; (b) kesulitan menentukan

- Belum pernah mengikuti diklat yang sejenis - Membawa surat perintah dari instansi

Ada beberapa masalah yang dihadapi dalam kegiatan penilaian seperti Siswa sering terlambat mengumpulkan tugas, kurang peduli terhadap nilai yang diperoleh, kurang bisa

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, nanopartikel perak (Ag) dapat disintesis mengunakan matriks nata-de-coco dengan metode reduksi kimia

8 Yang berisi tentang pelaksanaan metode Jadi, Penelitian ini merupakan penelaahan kembali terhadap penelitian yang sudah ada, yaitu sama-sama membahas tentang

Fasal 72 bertujuan untuk mengadakan peruntukan bahawa mana-mana orang yang telah didapati bersalah melakukan mana-mana kesalahan di bawah seksyen 71 dan menyebabkan apa-apa

Apabila terjadi kondisi fuel filter block sehingga terjadi perbedaan pressure yang di deteksi oleh fuel filter, maka defferential switch akan bekerja pada 10-11,5 psi

Tabel 4.62 Rata-Rata Bobot Perhitungan Alternatif Lokasi Jauh Dari Pesaing Seluruh Responden