• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERTANAM UBIKAYU SISTEM SAMBUNGAN (MUKIBAT) ANTARA BATANG ATAS KETELA KARET DAN UBIKAYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERTANAM UBIKAYU SISTEM SAMBUNGAN (MUKIBAT) ANTARA BATANG ATAS KETELA KARET DAN UBIKAYU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BERTANAM UBIKAYU SISTEM SAMBUNGAN (MUKIBAT) ANTARA BATANG ATAS KETELA KARET DAN UBIKAYU

Ubikayu sebagai penghasil karbohidrat mempunyai peran strategis untuk substitusi dan pemenuhan bahan pangan non-beras, sebagai bahan pakan serta sebagai bahan baku berbagai industri pangan maupun non-pangan. Meskipun produksi ubikayu dalam negeri telah mencapai 21,9 juta ton per tahun, namun belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Lebih-lebih dengan kebijakan pemerintah untuk menggunakan ubikayu sebagai bahan etanol untuk mensubstitusi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang semakin meningkat dapat dipastikan kebutuhan ubikayu pada tahun-tahun mendatang akan terus meningkat. Pada beberapa tahun terakhir ini usaha tani ubikayu Mukibat banyak dikembangkan lagi, baik untuk keperluan bahan pangan maupun untuk keperluan industri etanol. Meskipun ubikayu Mukibat sudah ditemukan sejak tahun 1900 an, namun sejauh ini belum berkembang secara luas, tapi hanya sebatas pada lahan-lahan pekarangan.

SEJARAH UBIKAYU MUKIBAT

Ubikayu Mukibat pada dasarnya adalah ubikayu hasil sambungan dari batang bawah ubikayu (Manihot esculenta) dengan ubikayu karet (Manihot glaziovii). Nama Mukibat diambikan dari penemu teknologi tersebut Bapak Mukibat, seorang petani yang hidup dan tinggal di daerah Ngadiloyo, kabupaten Kediri pada periode 1903-1966. Menurut penduduk setempat, bpk. Mukibat mendapatkan ide menyambung ubi karet ke ubikayu biasa setelah mengikuti kursus yang diberikan Petugas Penyuluh Pertanian dimana kepada setiap partisipan ditugasi secara individual menyambung tanaman. Pada waktu itu kondisi perekonomian sangat sulit sehingga banyak petani yang memanfaatkan ubikayu sebagai bahan makanan pokok. Namun kerena desakan keadaan banyak terjadi pencurian ubikayu di ladang-ladang. Untuk mengantisipasi hal tersebut ubikayu biasa disambung dengan batang atas ubi karet yang dikenal sebagai telo Gendruwo yang berumbi pahit dan beracun. Ternyata dari hasil penyambungan tersebut diperoleh hasil umbi yang sangat tinggi, hampir 3-6 kali lipat hasil ubikayu biasa. Meskipun pada awalnya Mukibat sistem tempelan tunas ubikayu karet ke batang ubikayu biasa, namun pada akhirnya sistem grafting (penyambungan) menjadi lebih populer. Selama 20 tahun pertama sejak penemuan teknologi Mukibat, terdapat variasi dan modifikasi yang dilakukan oleh petani lain antara lain sistem Kurur, dimana stek ubikayu biasa dan ubikayu

(2)

karet ditanam terpisah, dan setelah berumur 45 hari tunas muda ubi karet disambungkan ke tunas muda ubi kayu biasa. Dengan pertimbangan bahwa pertumbuhan kanopi ubi kayu karet yang terlalu besar dan berat ditopang oleh batang bawah ubikayu biasa, Satrawi menyambung batang atas ubi karet pada tiga batang bawah ubi kayu biasa. Dengan teknologi ini dimungkinkan menyambung 3-4 bahkan tujuh batang bawah varietas ubikayu yang berbeda dengan batang atas ubi karet. Beberapa petani di Jawa Timur mengklaim bahwa dengan teknologi yang lebih sederhana yaitu dengan membuat perforasi pada bagian gabus stek ubi kayu biasa dengan sebilah bambu, tanpa harus disambung dengan batang atas ubi karet hasil umbinya akan meningkat. Teknologi ini disebut dengan sistem Masduki, namun tidak diketahui kebenaran teknologi tersebut. Meskipun ubikayu sistem mukibat ini memberikan hasil yang tinggi, tetapi dalam pengembangannya sangat lambat. Hal ini disebabkan oleh beberapa hambatan yaitu: (1) membutuhkan ketrampilan dalam pembuatan bibit, (2) tanaman ubi karet sebagai batang atas tidak selalu tersedia di setiap daerah, (3) dibutuhkan lubang tanam yang dalam dan besar, (4) pada daerah yang anginnya cukup kencang diperlukan penyangga agar tidak patah sambunganya, dan (5) kesulitan panen karena bentuk umbi yang besar dan panjang.

Penelitian tentang ubikayu sistim mukibat masih belum banyak dilakukan karena pada saat itu belum mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Dari hasil pengamatan di lapang ternyata cara bertanam ubikayu sistem mukibat masih cukup beragam. Pada tahun 1974 sistem Mukibat telah diteliti oleh Unibraw, yang menyimpulkan bahwa source potential dari batang atas mampu memasok sink capacity dari batang bawah, sehingga produktivitas ubikayu mampu ditingkatkan menjadi >70 t/ha. Bahkan dengan pemeliharaan intensif dan diumurkan > 1,5 tahun hasil ubikayu sistem Mukibat dapat mencapai >100 kg/tanaman. Lembaga Penelitian Internasional IITA di Ibadan Nigeria, dan CIAT di Cali Columbia juga telah mencoba menerapkan sistem Mukibat yang berkesimpulan bahwa source-sink relationship meningkat seirama, sehingga mampu meningkatkan produktivitas >100%.

TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU 1. Penyiapan bibit

a. Bibit sambungan baru.

(3)

terlalu muda maupun tua. Bahan untuk bibit yang sudah dipersiapkan hendaknya ditaruh di tempat yang teduh agar getahnya tidak mengering. Waktu yang tepat untuk penyambungan adalah bulan Agustus – September karena getahnya kental sehingga memudahkan proses penyambungan dan tingkat keberhasilannya tinggi. Bila penyambungan dilakukan pada musim hujan, getahnya encer sehingga menghambat proses penyambungan.

Stek batang bawah dipotong sepanjang 25 cm – 30 cm sedangkan batang atas (ketela karet) sepanjang 20 cm. Bagian ujungnya dipotong dengan pisau yang tajam dengan kemiringan kurang lebih 45o . Kemudian pada bagian empulur dimasuki stik bambu yang berdiameter 0,5 cm dengan panjang kurang lebih 15 cm yang berfungsi untuk memperkuat sambungan. Penyambungan harus dilakukan dengan cermat untuk memperoleh sambungan yang baik (Gambar 1a). Kemudian pada bagian sambungan dibungkus dengan plastik secukupnya agar tidak goyah dan kuat. Setelah penyambungan selesai, bibit ditaruh di tempat teduh secara terbalik yaitu bagian ketela karetnya di bawah (Gambar 1b). Setelah kurang lebih dua minggu yang ditandai dengan tunas yang akan tumbuh (belum muncul daun) dapat ditanam ke lapang (Gambar 1c).

Selain sambungan batang, masih terdapat dua tipe sambungan lagi yaitu: tempel mata tunas (okulasi) dan sambung pucuk, tetapi cara ini dinilai kurang efektif oleh petani karena mudah patah dan memerlukan ketrampilan yang lebih baik dibandingkan sambung batang.

Gambar 1: (a) Proses penyambungan batang atas dan batang bawah

(b) Penampungan setelah penyambungan (ubikayu karet di bagian bawah)

(4)

b. Bibit randan.

Setelah bibit sambungan ditanam kemudian dipanen pada umur 12 bulan, maka bibit tersebut masih dapat digunakan lagi yang disebut bibit randan. Penggunaan bibit randan dapat diulang 4 – 5 kali sehingga disebut randan-1 (pengulangan pertama) randan 2 (pengulangan kedua) begitu seterusnya (Gambar 2). Atas dasar pengalaman petani hasil umbi yang terbaik adalah dari bibit randan-1 dan randan-2. Cara penyiapannya adalah dengan cara memotong sedikit bagian pangkal batang tempat kedudukan umbi dan memotong batang atas yang disisakan 4 – 5 mata tunas. Keuntungan penggunaan bibit randan adalah:

1. Sambungan sudah kuat, tidak mudah patah 2. Cepat bertunas

3. Produksi lebih tinggi daripada sambungan baru 4. Pertumbuhannya lebih kokoh

5. Tidak memerlukan biaya penyambungan

Untuk mendapatkan bibit randan yang baik diperlukan kehatian-hatian pada saat pencabutan (panen) agar tidak rusak dan pelaksanaan panen dilakukan pada saat masih turun hujan, sehingga memungkinkan bibit randan untuk segera ditanam. Bila panen dilakukan pada musim kemarau dikawatirkan bibit randan mengalami kekeringan sehingga tidak mampu tumbuh bila ditanam. Menurut keterangan petani bahwa harga bibit randan lebih tinggi dibandingkan bibit sambungan baru karena bila ditanam langsung tumbuh dan tidak pernah mengalami gagal tumbuh

.

Gambar 2. Bibit sambungan baru (kiri), bibit randan 1, tahun ke 2 (tengah), dan bibit randan 2, tahun ke 3 (kanan)

(5)

2. Penyiapan lahan

Sebagaimana ubikayu bisa, penyiapan lahan untuk bertanam ubikayu mukibat adalah dengan pengolahan tanah sempurna dengan dua kali bajak dan sekali garu , kemudian membuat kenongan (guludan per individu tanaman) dengan ukuran 50-60 cm x 50-60 cm dan tinggi 40-50 cm (Gambar 3 a).

3. Jarak tanam (populasi tanaman)

Penanaman stek ubikayu mukibat dilakukan di puncak kenongan dengan menancapkan stek secara tegak sedalam 4-6 cm kemudian memadatkan tanah di sekitar stek. Jarak tanam masih bervariasi yaitu : jarak dalam baris 1,5 m dan jarak antar baris berkisar antara 1,5 m sampai 1,7 m (Populasi berkisar 4.000-4.500 tanaman/ha).

Gambar 3. Penanaman stek ubikayu mukibat pada kenongan (kiri) dan Pembumbunan tanah di antara kenongan sehingga membentuk guludan (kanan).

3. Pemupukan

Untuk menghasilkan secara optimal, ubikayu sistem mukibat memerlukan hara dan struktur tanah yang remah. Oleh karena itu pada pemupukan dasar yang diberikan pada saat tanam, selain pupuk anorganik 200kg Urea, 100 kg TSP-36 dan 300kg KCl/ha juga diberikan pupuk kandang yang bervariasi

(6)

sebanyak 1-3 kg/kenong atau ada yang memberikan sekitar 5 t/ha. Beberapa pengusaha perkebunan juga menambahkan pupuk organik cair sebanyak 3 l/ha. 4. Pembubunan

Pembubunan dilakukan dilakukan dengan maksud untuk menggemburkan tanah di sekitar tanaman, dilakuan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan, bersamaan dengan waktu penyiangan untuk menghemat biaya. Selain pembubunan tanah di sekitar tanaman, tanah di antara kenongan-kenongan juga dibumbun sehingga akhirnya membentuk guludan (3 b).

5. Penyulaman

Seringkali hasil sambungan meskipun pada saat ditanam sudah menunjukkan bahwa sambungan berhasil hidup dan bertunas namun dalam perkembangannya mati dimakan rayap atau patah sehingga perlu dilakukan penyulaman dengan bibit sambungan baru. Penyulaman dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat cuaca tidak terlalu panas. Penyulaman paling lambat harus sudah dilakukan pada umur tiga minggu. Penyulaman yang terlambat akan mengakibatkan tanaman sulam kalah bersaing dengan tanaman di dekatnya sehingga pertumbuhannya terhambat.

6. Pemangkasan

Kanopi ubi karet pada umumnya tumbuh lebat dan rimbun sehingga seringkali mengakibatkan sambungan patah, terutama pada daerah dengan tiupan angin yang kencang. Oleh karena itu dilakukan pemangkasan cabang dan ranting yang tumbuh pada batang atas.

7. Pengendalian hama, penyakit dan gulma

Selama ini hama yang dianggap sering menyerang tanaman ubikayu mukibat adalah hama tungau merah dari spesies Tetranychus urticae, kutu kebul, Bemisia tabaci. dan rayap (Odontotermes spp.) Sedangkan penyakit yang penting adalah bercak daun, bakteri hawar, serta penyakit layu dan busuk perakaran dan umbi yang disebabkan beberapa jenis jamur tanah.

(7)

8. Saat dan cara panen

Ubikayu mukibat pada umumnya dipanen pada umur 11-12 bulan. Panen dilakukan dengan mencabut batang secara hati-hati dengan sebelumnya memotong cabang-cabang tanaman dan sedikit menggoyang batang ubikayu yang akan dicabut. Panen pada umumnya dilakukan pada waktu masih ada hujan sehingga tanah tidak keras dan umbi mudah dicabut. Setelah dicabut umbi dipotong dari batang, dibersihkan dari tanah yang melekat dan di kumpulkan untuk ditimbang.

Gambar 4. Panen dilakukan dengan mencabut umbi secara hati-hati (kiri) dan hasil panen dikumpulkan dan ditimbang (kanan)

Kelayakan usahatani ubikayu Mukibat

Kelayakan usahatani ubikayu sistem mukibat menunjukkan keragaman tergantung produktivitas yang dicapai dan biaya tenaga kerja dan biaya masukan yang dilakukan petani. Kanto (1984) berdasarkan hasil penelitian usahatani ubikayu Mukibat di Jawa Timur pada musim tanam 1977/1978 menyimpulkan bahwa pendapatan petani melalui budidaya ubikayu Mukibat lebih tinggi dibanding ubikayu biasa. De Bruyn dan Guritno (1990) melalui penelitian yang cukup intensif juga menyimpulkan bahwa pada kondisi tertentu sistem Mukibat memberi keuntungan yang cukup besar pada petani. Hal serupa juga telah dilaporkan oleh Poespodarsono (1976) yang menyimpulkan bahwa keuntungan bertanam ubikayu sistem Mukibat tidak terlalu banyak berbeda dibandingkan

(8)

dengan cara tanam biasa, meskipun dengan hasil yang bervariasi daerah satu daerah ke daerah lainnya. Sitompul et al. (1982) melaporkan bahwa pada kondisi yang seimbang hasil umbi ubikayu sistem Mukibat sekitar 30% lebih tinggi dibanding cara tanam biasa.

Tabel 1. Analisis usahatani ubikayu sistem Mukibat di Jawa Timur dan Lampung

Lokasi Trenggalek Banyuwangi Lampung

Timur

Lampung Tengah

Biaya input (Rp.000) 2.147 2.249 1.753 7.433

Biaya tenaga kerja (Rp.000)

3.300 5.868 3.950 5.345

Total biaya produksi (Rp,000)

5.471 8.116 5.703 12.776

Hasil ubi (ton) 43,2 59,0 28,0 79,2

Penerimaan (Rp.000) 28.080 32.450 11.760 32.472

Keuntungan (Rp.000) 22.609 24.334 6.057 19.694

B/C rasio 4.13 3,0 1,06 1,54

Pada tahun 2008 Balitkabi melakukan survei usahatani ubikayu Mukibat di kabupaten Banyuwangi, Trenggalek dan Pacitan (propinsi Jawa Timur) dan kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur (propinsi Lampung) menunjukkan bahwa produktivitas yang dicapai sangat bervariasi mulaiu 28-80 t/ha tergantung masukan (input) dan tingkat pengelolaan tanaman. Namun demikian secara umum usahatani ubikayu sistem sambung (Mukibat) memberi hasil dan nilai keuntungan (B/C) yang lebih tinggi dibanding ubi kayu sistem biasa (Tabel 1). Beberapa kendala yang dihadapi petani untuk mengadopsi teknologi ubikayu sistem Mukibat antara lain: memerlukan biaya produksi (biaya input dan biaya tenaga kerja) yang tinggi, keterbatasan modal, dan resiko kegagalan sambungan (terutama pada tanaman sambung I). Bantuan modal usaha diperlukan petani untuk mengadopsi teknologi budidaya ubi kayu sistem sambung tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran variabel dalam penelitian ini variabel X 1 (motivasi kerja), variabel X 2 (keadilan organisasi), variabel Y (kepuasan kerja), dan variabel Z

Implikasi praktis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Paparan merek ditemukan tidak memberi pengaruh yang besar dalam meningkatkan kemampuan konsumen untuk

Besarnya efisiensi Electrostatic Precipitator (ESP) di PT PJB UBJOM PLTU PAITON saat terjadi gangguan dan kerusakan bervariasi tergantung besarnya arus

Secara statistik jumlah hujan pada musim hujan (Oktober hingga Maret untuk wilayah Jawa) adalah 80 persen dari jumlah hujan tahunan. Perubahan pola musim terjadi dengan

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kemampuan

Jenis kesalahan sintaksis yang ditemukan terdiri atas kesalahan pada pilihan kata/diksi sebanyak 64 kalimat atau 24,33%, kalimat yang berstruktur tidak baku sebanyak 62

Penelitian yang dilakukan oleh Yudianta (2012) dan Nurillah (2014) juga membuktikan bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kualitas laporan

Mendukung semua Information Object Definitions (IODs) standar DICOM 3.0 yang memungkinkan aplikasi untuk melakukan pertukaran informasi digital multi-vendor peralatan