• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki angka perpindahan penduduk dari desa ke kota yang terus menerus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, tingkat urbanisasi nasional mencapai 66,7% pada tahun 2035. Terdapat empat provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat urbanisasi lebih dari 70%, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan Banten. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, urbanisasi dapat menimbulkan tantangan baru bagi pemerintahan, yaitu terwujudnya permukiman yang berkelanjutan dengan infrastruktur yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia. Ketidakmampuan pemerintah dalam pemenuhan permukiman berkelanjutan dengan infrastruktur yang layak khususnya bagi masyarakat miskin, mengakibatkan terciptanya permukiman kumuh.

Menurut Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, luas permukiman kumuh pada tahun 2014 adalah 38.431 hektar, 23.473 hektar diantaranya berada di wilayah perkotaan dan 11.957 hektar berada di wilayah perdesaan. Permukiman kumuh erat kaitannya dengan masalah kurangnya ketersediaan air bersih dan sanitasi yang buruk. Untuk mengurangi masalah-masalah tersebut diperlukan penyelenggaraan sarana dan prasarana akses air minum yang aman dan bersih. Selain itu, diperlukan juga pengaturan sarana dan prasarana sistem pengelolaan sanitasi yang terpadu, guna menjamin dan meningkatkan kesehatan lingkungan dalam suatu kawasan permukiman.

Keseluruhan upaya perwujudan permukiman yang berkelanjutan dengan infrastruktur yang layak diselenggarakan dalam suatu program yang terpadu oleh Pemerintah Pusat yaitu program 100-0-100. Program Pemerintah 100-0-100 merupakan program yang dibangun pada tingkat desa/kelurahan melalui prakarsa 100% akses ketersediaan air bersih, 0% kawasan permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi yang baik. Program 100-0-100 ini dilaksanakan melalui Kementrian Pekerjaan Umum dengan target keberhasilan program 100-0-100 pada tahun 2019.

(2)

Hingga tahun 2016 sekarang ini, kegiatan pendataan program 100-0-100 dilakukan secara manual menggunakan formulir kertas dan hasil pendataan program 100-0-100 hanya disajikan dalam bentuk tekstual dan tabel saja. Kegiatan tersebut menjadi kurang efektif dan efisien, serta hasil yang disajikan menjadi kurang informatif untuk diterapkan dalam kegiatan peningkatan kualitas permukiman menuju keberhasilan program 100-0-100. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem teknologi informasi yang lebih efektif dan efisien guna mendukung kegiatan program 100-0-100 tersebut.

Sistem penunjang berbasis teknologi informasi penunjang kegiatan program 100-0-100 diwujudkan dalam sebuah formulir pendataan terpadu berbasis Open Data Kit atau biasa disingkat dengan ODK. Formulir program 100-0-100 berbasis ODK

digunakan dalam kegiatan pendataan survei secara langsung terhadap lokasi-lokasi kawasan sasaran yang bertujuan untuk mengumpulkan data parameter kekumuhan. Kegiatan pengumpulan data dengan formulir berbasis ODK menggunakan piranti bergerak. Data yang dikumpulkan berupa data kekumuhan disertai dengan gambar dan koordinat lokasi objek pendataan. Data yang dikumpulkan dari formulir ODK

tersebut disimpan ke dalam sebuah server yang ditautkan pada Fusion Tables,

kemudian disusun menjadi sebuah peta interaktif berbasis web. Informasi yang tersedia dalam web ini tidak hanya berupa informasi tekstual saja, namun juga direpresentasikan secara spasial ke dalam suatu peta interaktif. Peta interaktif ini diharapkan dapat digunakan untuk menunjang kegiatan program 100-0-100 secara efektif dan efisien.

I.2 Cakupan Kegiatan

Kegiatan pembuatan peta interaktif penunjang kegiatan program 100-0-100 berbasis ODK dan Fusion Tables ini berlokasi di Kelurahan Bener, secara khusus dan di kelurahan-kelurahan yang terletak di daerah bantaran Sungai Winongo, Kota Yogyakarta yang terdiri atas Kelurahan Bumijo, Bener, Gedongetengen, Pringgokusuman, Patangpuluhan, Kricak, Notoprajan, Ngampilan, Pakuncen, Tegalrejo, dan Wirobrajan, secara umum. Pada pembuatan peta interaktif penunjang kegiatan program 100-0-100 berbasis ODK dan Fusion Tables ini, lingkup kegiatannya meliputi hal-hal sebagai berikut:

(3)

1. Pembuatan formulir berbasis Open Data Kit yang bertujuan untuk mengumpulkan data program 100-0-100 secara langsung di lapangan.

2. Pengumpulan data program 100-0-100 menggunakan formulir berbasis ODK

guna menguji coba penerapan sistem ODK.

3. Penyusunan dan penyimpanan data dari formulir program 100-0-100 berbasis

ODK ke dalam Fusion Tables.

4. Pembuatan dan peluncurkan peta interaktif ke dalam sebuah web yang dapat diakses oleh umum. Peta interaktif berbasis web tersebut menampilkan beberapa menu dan fungsi sebagai berikut:

a. Hasil survei pendataan program 100-0-100 berbasis rumah tangga menggunakan formulir berbasis ODK di Kelurahan Bener, Tegalrejo, Kota Yogyakarta.

b. Hasil survei pendataan program 100-0-100 berbasis wilayah (RT) menggunakan formulir berbasis ODK di Kelurahan Bener, Tegalrejo, Kota Yogyakarta.

c. Tingkat kekumuhan tiap RT pada Kelurahan Bener, Tegalrejo, Kota Yogyakarta.

d. Profil permukiman Kelurahan Bener, Tegalrejo, Kota Yogyakarta.

e. Tingkat kekumuhan tiap kelurahan di Kota Yogyakarta yang terletak di bantaran Sungai Winongo. Keseluruhan kelurahan tersebut berjumlah 11 kelurahan yang meliputi Bumijo, Bener, Gedongetengen, Pringgokusuman, Patangpuluhan, Kricak, Notoprajan, Ngampilan, Pakuncen, Tegalrejo, dan Wirobrajan.

f. Profil permukiman tiap kelurahan di Kota Yogyakarta yang terletak di bantaran Sungai Winongo. Keseluruhan kelurahan tersebut berjumlah 11 kelurahan yang meliputi Bumijo, Bener, Gedongetengen, Pringgokusuman, Patangpuluhan, Kricak, Notoprajan, Ngampilan, Pakuncen, Tegalrejo, dan Wirobrajan.

5. Pada web ini, masyarakat atau pengguna hanya dapat menampilkan data dan tidak dapat menambahkan atau mengunduh data.

(4)

I.3 Tujuan

Tujuan kegiatan aplikatif dengan judul “Pembuatan Peta Interaktif Penunjang Kegiatan Program 100-0-100 berbasis Open Data Kit dan Fusion Tables” antara lain: 1. Pembuatan formulir pendataan program 100-0-100 berbasis Open Data Kit yang

dijalankan oleh piranti bergerak, dan

2. Pembuatan peta interaktif yang dapat menunjang kegiatan program 100-0-100 menggunakan piranti lunak Open Data Kit dan Fusion Tables yang tersaji secara

online di atas Google Maps.

I.4 Manfaat

Manfaat yang didapat dari pembuatan skripsi aplikatif ini yaitu sebagai wahana informasi geografis tentang kondisi parameter kekumuhan tiap-tiap kelurahan pada daerah bantaran Sungai Winongo. Selain itu, peta interkatif ini juga dapat digunakan sebagai acuan pengambilan arah kebijakan yang bertujuan untuk tercapainya keberhasilan program 100-0-100.

I.5 Landasan Teori I.5.1. Pemetaan Permukiman Kumuh

Menurut Budiharjo (1997), kawasan permukiman kumuh adalah lingkungan hunian yang kualitasnya sangat tidak layak huni. Ciri-ciri permukiman kumuh antara lain berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan/tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, serta kualitas bangunan yang sangat rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuninya. Doxiadis (1968) menyebutkan bahwa terdapat dua faktor utama penyebab permukiman kumuh yang terdiri atas faktor pertumbuhan penduduk dan faktor urbanisasi.

Pemetaan permukiman kumuh bertujuan untuk memetakan wilayah kumuh agar karakteristik wilayah kumuh, termasuk perkembangan, perubahan kumuh serta dampak kependudukannya dapat terlihat secara spesifik. Hasil kegiatan ini digunakan sebagai salah satu bahan acuan program peningkatan kualitas permukiman.

(5)

Permukiman kumuh erat kaitannya dengan program 100-0-100. Menurut Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2014), program 100-0-100 merupakan solusi untuk menjawab tantangan kebutuhan masyarakat akan akses air bersih, ketersediaan rumah layak huni, serta lingkungan tempat tinggal yang bersih dan sehat. Program 100-0-100 merujuk pada target 100% kemudahan akses air bersih, 0% luasan kawasan kumuh, dan 100% lingkungan yang sanitasinya berkategori sehat. Dalam rangka mencapai keberhasilan program 100-0-100 diperlukan adanya kegiatan pendataan program 100-0-100. Pendataan program 100-0-100 diselenggarakan menggunakan formulir pendataan program 100-0-100. Menurut Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2014), terdapat dua formulir pendataan program 100-0-100, yaitu formulir rumah tangga pendataan program 100-0-100 dan formulir pendataan program 100-0-100 berbasis wilayah.

I.5.2. Sistem Informasi Geografi

Arranof (1989) menyatakan bahwa “Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang biasa disebut dengan SIG merupakan sitem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukkan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil akhir

(output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi”.

SIG berbeda dengan sistem informasi lainnya dikarenakan SIG mampu mengolah dan menampilkan data yang berorientasi geografis. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakannya, sehingga SIG mampu menjawab berbagai masalah terkait dengan lokasi, kondisi, trend, pola, dan pemodelan.

Menurut Hanon dan Anderson (2003), SIG dapat beroperasi dengan lima komponen sesuai dengan Gambar I.1 yang terdiri atas:

1. Manusia, merupakan orang yang mengoperasikan, menjalankan, mengembangkan bahkan memperoleh manfaat dari sistem.

(6)

2. Metode, berupa tahapan-tahapan atau cara yang digunakan dalam menjalankan sistem untuk menghasilkan atau mencapai tujuan tertentu

3. Data, dapat diartikan sebagai kumpulan dari fakta yang ada di lapangan. Dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) terdapat dua macam data yaitu data spasial dan data non-spasial/atribut. Data spasial merupakan data yang merepresentasikan fenomena-fenomena yang ada di permukaan bumi/keruangan yang memiliki referensi koordinat seperti peta, foto udara, citra satelit dan sebagainya. Data non-spasial atau yang biasa disebut dengan data atribut merupakan data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkannya.

4. Software, merupakan perangkat lunak dalam SIG berupa program aplikasi yang memiliki kemampuan untuk mengolah, menyimpan, memroses, menganalisis dan menyajikan data SIG. Contoh software SIG yaitu: ArcView, MapInfo, ILWIS dan lain sebagainya.

5. Hardware, merupakan perangkat keras yang diperlukan untuk menjalankan sistem agar dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Contoh hardware yang digunakan dalam SIG yaitu komputer, printer, scanner, digitizer, plotter dan lain sebagainya.

Gambar I.1 Komponen SIG

(Sumber : http://health.hawaii.gov/epo/file/2013/05/gis_graphic_gradient.jpg) Secara garis besar, SIG terdiri atas empat tahapan utama, yaitu: tahap input data, tahap pengolahan data, tahap analisis data dan tahap output.

(7)

a. Tahap input data

Tahap input atau pemasukkan data meliputi kegiatan pengumpulan, persiapan dan penyimpanan data, baik data spasial maupun data atribut yang akan digunakan dalam sistem informasi geografis.

b. Tahap pengolahan data

Tahap pengolahan data bertujuan untuk memroses dan mengolah data yang telah disiapkan agar dapat digunakan dalam kegiatan analisis data. Kegiatan yang terdapat pada tahapan pengolahan data meliputi transformasi atau konversi data, penyaringan data, pemrosesan data dan lain sebagainya.

c. Tahap analisis data

Tahap analisis data bertujuan untuk menghasilkan informasi-informasi yang sesuai dengan tujuan kegiatan SIG. Hasil dari tahapan ini akan digunakan sebagai referensi pengambilan keputusan tentang masalah atau pokok bahasan yang sedang dikaji. Analisis data dapat menggunakan fungsi-fungsi operator matematis maupun logika dengan pemodelan data agar menghasilkan informasi yang diinginkan.

d. Tahap output data

Tahap output data merupakan kegiatan menyajikan atau menampilkan hasil keluaran dari serangkaian proses SIG baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy

seperti tabel, grafik, peta dan lain sebagainya.

I.5.3. Web Map

Menurut Kraak dan Brown (2001), “Peta berbasis web dikategorikan menjadi dua model, yaitu peta statis dan peta dinamis. Masing-masing kategori tersebut dibagi lagi menjadi dua tipe yaitu peta hanya tampilan saja (view only map) dan peta interaktif

(interactive map)”.

1.5.3.1. Peta Statik

Menurut Jayantara (2014), peta statik adalah peta yang dihasilkan dari produk kartografi seperti pada peta umumnya. Kebanyakan dari jenis peta statik ini adalah berupa peta hanya tampilan saja. Peta statik paling banyak digunakan pada halaman web.

(8)

1.5.3.2. Peta Dinamis

Menurut Jayantara (2014), peta dinamis merupakan peta yang merepresentasikan perubahan-perubahan.. Peta dinamik yang ditampilkan pada halaman web, antara lain: peta dinamik perubahan pertumbuhan kota, peta jalur perjalanan dengan animasi jalurnya, peta tiga dimensi yang dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda.

Skema klasifikasi dari peta web ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar I.2 Klasifikasi Web Maps (Sumber: Kraak dan Brown, 2001) Penjelasan Gambar I.2 di atas sebagai berikut:

1. Static View Only Map: merupakan peta berbasis web yang peta dasarnya didapat dari hasil scan peta yang dibutuhkan, kemudian dimasukkan ke dalam web dalam bentuk bitmaps dan berformat raster.

2. Static Interactive Map: merupakan peta berbasis web yang peta dasarnya berasal dari hasil scan peta yang dibutuhkan, peta tersebut memiliki fungsi seperti zooming dan panning serta dapat memunculkan informasi pada peta. Peta ini berformat raster.

3. Dinamic View Only Map: merupakan peta berbasis web yang dibuat menggunakan script-script pembuat peta seperti JavaScript, VRML, QuicktimeVR, dan lain-lain. Namun peta ini tidak berisikan animasi-animasi pada petanya, hanya berupa fungsi zooming dan panning.

4. Dinamic Interactive Map: merupakan peta berbasis web yang dibuat menggunakan script-script pembuat peta seperti JavaScript, VRML, QuicktimeVR. Peta ini berisi fungsi-fungsi seperti zooming, panning, geocoding, geotagging, dan pencarian lokasi.

(9)

I.5.4. Pemrograman Web

Sebuah web atau biasa disebut juga dengan istilah World Wide Web (WWW)

adalah sebuah jaringan komputer yang terdiri atas kumpulan situs internet yang menawarkan teks, grafik, suara, dan bahkan sumber daya animasi melalui Hypertext Transfer Protocol (HTTP) yang dapat diakses melalui web browser. HTTP adalah sebuah protokol jaringan yang digunakan untuk mentransfer dokumen/halaman dalam

WWW.Web Browser merupakan sebuah program yang dipakai oleh client untuk bisa membaca web page. Web page merupakan sebuah tempat untuk menyimpan informasi pada sistem WWW.

Dalam pembuatan sebuah web dikenal dengan istilah HTML atau Hypertext Markup Language. Menurut W3C (1999), HTML merupakan sebuah bahasa markup

yang digunakan untuk membuat sebuah halaman web. Bahasa markup terdiri atas sekumpulan tag markup, seperti tag HTML. Tag HTML mendefinisikan dokumen

HTML, sehingga masing-masing dokumen HTML didefinisikan menggunakan tag

HTML yang berbeda. Selain HTML, terdapat JavaScript dan CSS yang digunakan dalam penyusunan halaman web.

Menurut Sunyoto (2007), JavaScript merupakan bahasa scripting yang berfungsi untuk membuat tampilan dokumen web lebih interaktif. Javascript berupa barisan kode yang dijalankan pada web browser. Javascript termasuk dalam bahasa interpreter, yang berarti setiap script dieksekusi tanpa proses kompilasi. Javascript

biasanya disisipkan pada dokumuen HTML.

Menurut Kun (2010), CSS (Cascading Style Sheet) merupakan sebuah teknologi yang direkomendasikan oleh World Wide Web Consortium atau disingkat dengan W3C

pada tahun 1996. CSS adalah bahasa stylesheet yang digunakan untuk memperindah dan mengatur gaya tampilan/layout halaman web agar lebih elegan dan menarik. Hal-hal yang dapat diatur dengan CSS antara lain memberi warna font, mengatur posisi, mengganti warna tulisan jika disentuh dengan mouse, dan lain sebagainya.

I.5.5. Pengumpulan Data dengan Piranti Bergerak

Pengumpulan data dengan piranti bergerakadalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan berbagai jenis informasi menggunakan piranti bergerakseperti

(10)

memiliki beberapa keuntungan, antara lain mudah, praktis, dapat dilakukan di semua tempat selama mempunyai piranti bergerak, waktu yang diperlukan lebih singkat, dan ekonomis. Salah satu contoh aplikasi dari mobile data collection adalah Open Data Kit atau disingkat dengan ODK.

Menurut Karani dan Muinde (2014), Open Data Kit adalah sekumpulan perangkatyang mempunyai kegunaan untuk membantu kegiatan pengumpulan data di lapangan menggunakan mobile devices secara gratis. ODK merupakan salah satu terobosan daam bidang teknologi yang mampu menggantikan peran kertas survei, kamera, perekam audio dan GPS dengan mobile devices atau handphone dalam kegiatan pengumpulan data.

I.5.6. Sistem Cloud

Menurut Antonopoulos dan Gillam (2010), sistem cloud merupakan sebuah model hasil terobosan teknologi yang menyimpan data pada suatu “cloud”. Secara umum, terdapat tiga model cloud yaitu.

1. Infrastructure as a Service (IaaS), model cloud ini menyediakan akses bagi web

ke ruang penyimpanan maupun ke tenaga komputasi. Pengguna tidak perlu mengatur atau mengontrol infrastruktur cloud secara mendasar, namun tetap mampu memiliki kontrol atas sistem operasi, ruang penyimpanan, dan aplikasi yang digunakan.

2. Platform as a Service (PaaS), model cloud ini memberikan layanan bagi pengembang untuk menerbitkan aplikasi berbasis webnya. Contohnya yaitu APPRIO, the Force.com, Amazon Web Service, dan lain sebagainya.

3. Software as a Service (SaaS), penyedia jasa cloud menyediakan dan mengoperasikan software pada cloud dan pengguna hanya perlu mengakses

software tersebut dari sisi client tanpa perlu mengatur infrastruktur dan platform cloud.

Gambar

Gambar I.1 Komponen SIG
Gambar I.2 Klasifikasi Web Maps (Sumber: Kraak dan Brown, 2001)  Penjelasan Gambar I.2 di atas sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

selaku ketua Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dilingkungan Sekretariat Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Tengah Sumber Dana APBD Tahun Anggaran 2014..

Since totalDrops starts at 0, we will frst create a new raindrop in the frst spot of the array.  Increment totalDrops (so that the next

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Tinea pedis adalah infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari kaki dan telapak kaki, dengan lesi terdiri dari beberapa tipe, bervariasi dari ringan, kronis

In terms of faculty driven by different motivations be- fore and after receiving tenure, our results indicate that, for pretenured faculty, research productivity is dominated by

Arkoba dari limbah kulit dan sludge yang dihasilkan memenuhi standar dan selanjutnya dapat dimanfaatkan kembali ke lahan-lahan hutan tanaman sebagai suplai

 Untuk Satker peserta uji coba pembayaran dengan Kartu Kredit Tahap I dan Tahap II yang telah diterbitkan Kartu Kredit dengan limit di atas ketentuan, agar segera