• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori - Esti Apriliyani BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori - Esti Apriliyani BAB II"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin tahu

a. Pengertian Rasa Ingin Tahu

Kegiatan belajar mengajar yang efektif diperlukan adanya suatu sikap rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran. Sikap rasa ingin tahu merupakan salah satu sikap yang terdapat dalam nilai karakter. Rasa ingin tahu menurut Listyarti (2012: 6) adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.Hal ini berkaitan dengan kewajiban terhadap diri sendiri dan alam lingkungan.

(2)

Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu adalah landasan dasar dalam proses belajar, karena dilakukan melalui proses bertanya dan bertanya, mencari informasi baru, mengumpulkan fakta dari beberapa sumber, kemudian membentuk pendapat sendiri. Rasa ingin tahu adalah sikap atau perilaku seseorang yang selalu berusaha menyelidiki dan mencari pemahaman secara alamiah terhadap rahasia alam ataupun gejala sosial secara mendalam dan meluas atas apa yang telah dipelajari, dilihat dan didengar.

b. Indikator Rasa Ingin Tahu

Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan keterkaitan antara nilai, jenjang kelas dan indikator untuk nilai karakter rasa ingin tahu. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Keterkaitan Nilai dan Indikator Rasa Ingin Tahu untuk Sekolah Dasar

Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi.

Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi, politik, teknologi yang baru didengar.

Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan mata pelajaran tetapi di luar yang dibahas di kelas.

(3)

2. Pengertian Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendorong adanya peningkatan dalam prestasi belajar, sehingga belajar merupakan salah satu kegiatan yang menunjang dalam proses pembelajaran. Belajar menurut Djamarah (2008: 13) adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Sardiman (2011:20) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.

(4)

perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, belajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Perubahan yang dimaksud berkaitan dengan pengetahuan, sikap, perilaku, dan kinerja, sehingga perubahan tersebut dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang.

b. Prestasi Belajar

Berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Arifin (2013:12), kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti

“hasil usaha”. Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan

“hasil belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya

berkenaan dengan aspek pengetahuan. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

(5)

1. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.

2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. 3. Faktor kematangan fisik maupun psikis.

4. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan. d. Fungsi Prestasi Belajar

Fungsi utama prestasi belajar menurut Arifin (2013: 12-13), antara lain:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi

keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

(6)

relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat

dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik harus menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran. Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar diatas, maka penting bagi seorang guru untuk mengetahui dan memahami prestasi belajar siswa, baik secara individu maupun kelompok. Fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan.

(7)

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan belajar yang dicapai oleh seseorang dari proses belajar atau usaha-usaha belajar yang telah dilakukan dan dilalui yang dipengaruhi oleh faktor dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri. Hasil dari evaluasi memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar yang telah dicapai seseorang.

3. Ilmu Pengetahuan Alam a. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris

“science”. Kata “science” sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin

“scientia” yang berarti saya tahu. Menurut Susanto (2013: 167) sains

atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.

(8)

ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Menurut Wahyana dalam bukunya Trianto (2011: 136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Dari uraian IPA di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana.

b. Hakikat Pembelajaran IPA

(9)

sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam menentukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuwan. Adapun proses dalam memahami IPA disebut keterampilan proses sains (science process skills) adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan, seperti

mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan.Ketiga, ilmu pengetahuan alam sebagai sikap. Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitiannya. c. Tujuan Pembelajaran IPA

Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (Susanto, 2013: 171-172) dimaksudkan untuk:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

(10)

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

(11)

4. Model Pembelajaran Snowball Throwing a. Pengertian Snowball Throwing

Model Pembelajaran dapat diartikan sebagai salah satu pola yang di gunakan guru dalam pembelajaran dalam penyampaian materi dan mengorganisasikan siswa, dalam suatu kondisi pembelajaran. Model pembelajaran Snowball Throwing atau yang juga sering dikenal dengan Snowball Fightmenurut Huda (2013: 226-227) merupakan pembelajaran yang diadopsi pertama kali dari game fisik di mana segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul orang lain. Dalam konteks pembelajaran, Snowball Throwing diterapkan dengan melempar segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan menjawab soal dari guru. Strategi ini digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut.

Pada pembelajaran Snowball Throwing, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing kelompok diwakili seorang ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru. Kemudian, masing-masing siswa membuat pertanyaan di selembar kertas yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilembar ke sisiwa lain. Siswa yang mendapat lemparan kertas harus menjawab pertanyaan dalam kertas yang diperoleh.

(12)

kepada teman satu kelompoknya. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat sebagaimana pada strategi Talking Stick, tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat dola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaan di dalamnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Snowball Throwing akan menciptakan suasana yangmenyenangkan dalam proses belajar dan membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Siswa akan mudah memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih banyak dan lebih baik dengan adanya saling memberi informasi pengetahuan.

b. Langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing

Langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwingmenurut Uno dan Mohamad (2003: 79) adalah sebagai berikut :

a) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

b) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

(13)

d) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

e) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama lebih kurang5 menit.

f) Setelah satu siswa dapat satu bola atau satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

g) Guru memberikan kesimpulan. h) Evalusi.

i) Penutup.

c. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Snowball Throwing

Kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran Snowball Throwing menuru Miftahul Huda (2013: 227-228) adalah sebagai berikut:

(14)

5. Materi Sifat-Sifat Cahaya

Materi yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran IPA di Kelas V SD semester 2. Adapun rincian SK dan KD tertera pada tabel 2.2 di bawah ini:

Tabel 2.2 Rincian SK dan KD Materi Sifat-Sifat Cahaya

Standar Kompetensi 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/ model

Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya Sumber: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Cahaya sangat bermanfaat bagi kehidupan. Cahaya membuat dunia ini terang benderang. Cahaya membuat benda-benda yang ada di sekitar menjadi terlihat dan cahaya juga mempunyai sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat cahaya banyak manfaatnya bagi kehidupan, beberapa diantaranya telah dijelaskan oleh Azmiyawati, Omegawati dan Kusumawati (2008: 110-117) dalam bukunya IPA 5 Salingtemas, antara lain:

1) Cahaya merambat lurus

Sumber: Azmiyawati, Omegawati, dan Kusumawati (2008: 111)

(15)

Gambar 2.1 menunjukkan bahwa cahaya yang merambat kemudian mengenai telapak tangan merambat lurus. Berdasarkan dapat tidaknya memancarkan cahaya, benda dikelompokkan menjadi benda sumber cahaya dan benda gelap. Benda sumber cahaya dapat memancarkan cahaya, contohnya: matahari, lampu dan nyala api. Benda gelap tidak dapat memancarkan cahaya, contohnya: batu, kayu dan kertas. Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi benda tidak tembus cahaya dan benda tembus cahaya. Benda tidak tembus cahaya dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Benda yang dikenai cahaya akan membentuk bayangan, contohnya: kertas, karton, tripleks, kayu dan tembok. Benda tembus cahaya dapat meneruskan cahaya yang mengenainya, contohnya kaca jendela.

2) Cahaya dapat dipantulkan

Sumber: Azmiyawati, Omegawati dan Kusumawati (2008: 112)

(16)

baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata. Pemantulan ini, sinar pantul arahnya tidak beraturan. Pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata, licin dan mengilap. Permukaan yang mempunyai sifat seperti ini misalnya cermin. Pemantulan ini, sinar pantul memiliki arah yang teratur.

Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Bentuk permukaan cermin dibedakan menjadi dua, yaitu cermin datar dan cermin lengkung. Cermin lengkung ada dua macam, yaitu cermin cembung dan cermin cekung.

a. Cermin Datar

Sumber: Azmiyawati, Omegawatidan Kusumawati (2008: 112)

Gambar 2.3 Cermin Datar

Gambar 2.3 adalah gambar cermin datar, yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya datar. Cermin datar mempunyai sifat-sifat antara lain:

1. Ukuran (besar dan tinggi) bayangan sama dengan ukuran benda. 2. Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin. 3. Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda, tangan kiri akan

(17)

4. Bayangan tegak seperti bendanya.

5. Bayangan bersifat semu atau maya. Artinya, bayangan dapat dilihat dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar.

b. Cermin Lengkung 1. Cermin Cembung

Sumber: AzmiyawatiOmegawatidan Kusumawati (2008: 113)

Gambar 2.4 Cermin Cembung

Cermin cembung seperti yang ditunjukkan gambar 2.4 adalah cermin yang permukaan bidang pantulnya melengkung ke arah luar. Cermin cembung biasa digunakan untuk spion pada kendaraan bermotor. Bayangan pada cermin cembung bersifat maya, tegak dan diperkecil daripada benda yang sesungguhnya.

2. Cermin Cekung

Sumber:

Azmiyawati, OmegawatiDan Kusumawati (2008: 114)

(18)

Cermin cekung seperti yang ditunjukkan gambar 2.5 adalah cermin yang bidang pantulnya melengkung ke arah dalam. Cermin cekung biasanya digunakan sebagai reflektor pada lampu mobil dan lampu senter. Sifat bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung sangat bergantung pada letak benda terhadap cermin. Sifat cermin cekung antara lain: jika benda dekat dengan cermin cekung, bayangan benda bersifat tegak, lebih besar, semu (maya) dan jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda bersifat nyata dan terbalik.

3) Cahaya dapat dibiaskan

Cahaya yang merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda, maka cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda di sebut pembiasan.

Sumber: Azmiyawati, Omegawati dan Kusumawati (2008: 115)

Gambar 2.6 Skema Pembiasan Cahaya

(19)

mendekati garis normal, contohnya adalah cahaya merambat dari udara ke air. Apabila cahaya yang merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal.

Sumber: Azmiyawati,Omegawatidan Kusumawati (2008: 115)

Gambar 2.7 Pensil Tampak Patah

Pembiasan cahaya sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, contohnya adalah pensil yang dimasukkan kedalam gelas yang berisi air. Pensil tersebut akan tampak patah seperti pada gambar 2.7.

4) Cahaya dapat diuraikan

Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi). Dispersi merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna. Cahaya matahari diuraikan oleh titik-titik air di awan sehingga terbentuk warna-warna pelangi.

Sumber: Azmiyawati, Omegawati dan Kusumawati (2008: 117)

(20)

Gambar 2.8 memperlihatkan contoh nyata dari adanya penguraian cahaya, yaitu pada balon atau gelembung air yang bisa dibuat dari larutan air sabun. Air sabun yang menjadi gelembung udara akan memperlihatkan berbagai macam warna berkilau pada permukaannya.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Yuvita Mariani pada tahun 2013 dengan judul Upaya Meningkatkan Rasa Ingin Tahu dan Prestasi Belajar IPA Materi Sumber Daya Alam Melalui Pembelajaran Snowball Throwing kelas IV SD Negeri Tosaran dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dalam 1 siklus, dan 1 kali pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran Snowball Throwing pada materi sumber daya alam dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Tosaran. Peningkatan ditandai pada siklus 1 nilai rata-rata 74,07, dan pada siklus ke 2 nilai rata-rata meningkat sebesar 88,89.

Berdasarkan sumber diatas diketahui bahwa pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPA,

(21)

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ditemukan beberapa permasalahan terkait dengan pembelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 1 Kalitengah. Permasalahan-permasalahan yang terkait dengan pembelajaran IPA antara lain siswa kurang memperhatikan penjelasan materi dari guru, sehingga materi yang disampaikan guru hanya sekilas dalam pikiran siswa. Rendahnya rasa ingin tahu siswa, ditunjukkan dengan siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran, dari 20 siswa di kelas hanya satu atau dua siswa yang berani bertanya dan memberikan pendapatnya. Selain itu, siswa kurang antusias dalam mencari informasi dari sumber belajar lain terkait dengan pembelajaran dan penyelesaian tugas dari guru, sehingga berdampak pada prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Melihat kondisi demikian, perlu adanya inovasi dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaranSnowball Throwing.Model pembelajaranSnowball Throwing merupakan pembelajaran yang dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Snowball Throwing cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA. Melalui model

pembelajaranSnowball Throwing diharapkan dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar IPA materi sifat-sifat cahaya di Kelas V SD Negeri 1 Kalitengah.Berikut ini adalah kerangka berpikir model pembelajaran Snowball Throwing yang diterapkan pada pembelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 1

(22)

Gambar 2.9 Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa pada materi sifat-sifat cahaya di kelas V SD Negeri 1 Kalitengah.

2. Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada materi sifat-sifat cahaya di kelas V SD Negeri 1 Kalitengah.

- Rasa ingin tahu siswa rendah.

- Prestasi belajar IPA rendah.

Siklus I

Siklus II

1. Siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Gambar

Tabel 2.1 Keterkaitan Nilai dan Indikator Rasa Ingin Tahu untuk
Tabel 2.2 Rincian SK dan KD Materi Sifat-Sifat Cahaya
Gambar 2.2 Pemantulan Baur (Difus) dan Pemantulan Teratur
Gambar 2.3 adalah gambar cermin datar, yaitu cermin yang
+5

Referensi

Dokumen terkait

Mary Midgley is a moral philosopher and the author of many books including Wickedness, Evolution as a Religion, Beast and Man and Science and Poetry. All are published in

Penelitian ini adalah studi kasus pada Konsumen Carrefour Ambarukmo Plaza Yogyakarta. Pengumpulan data d iambil dari 100 responden dengan cara menyebarkan kuesioner. Teknik

1. Implantasi elemen reaktif Si pada paduan biner TiAl serta implantasi elemen reaktif Mo pada paduan biner TiAl dan terner TiAl-Si mampu meningkatkan ketahanan oksidasi

Surface plot persentase Respon Yield sebagai Fungsi dari jumlah nitrogen (N) dan jumlah sumber karbon, gula (C) berdasarkan hasil dari experiment central

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh kebiasaan sarapan terhadap tingkat pengetahuan, status gizi dan kemampuan daya ingat anak Sekolah Dasar Lamper

Selain terdapat pada objek penelitian, penelitian tersebut bertujuan untuk pembuatan aplikasi dan apakah dengan menggunakan software (dibuat dengan Microsoft Access 2000

Pendidikan Agama Islam (PAI) hendaknya terintegrasi dengan spirit pendidikan multikultural ini. Oleh karena itu, dalam pengembangan kurikulum PAI haruslah didasarkan pada

Berdasarkan pembahasan dan pengujian dan analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode Simple Additive