• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM DI KELAS IV SD NEGERI 1 LESMANA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM DI KELAS IV SD NEGERI 1 LESMANA - repository perpustakaan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Tanggung Jawab

a. Pengertian Tanggung Jawab

Siswa memiliki kewajiban untuk mengikuti perintah guru,

sehingga harus memiliki tanggung jawab atas perintah tersebut untuk

melaksanakannya. Menurut Fitri (2012:112) tanggung jawab

merupakan nilai moral yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Nilai moral tersebut merupakan nilai yang melibatkan sikap dan

perilaku seseorang. Menurut Daryanto (2013:71) tanggung jawab yaitu

merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas

dan kewajiban yang seharusnya dilakukan, terhadap dirinya sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan

Yang Maha Esa.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

tanggung jawab adalah sikap perilaku yang dimiliki oleh seseorang.

Tanggung jawab tersebut merupakan pertanggung jawaban terhadap

tindakan yang dilakukannya baik kepada guru, orang tua, dirinya

sendiri maupun masyarakat dan Tuhan Yang Maha Esa, yang

dilaksanakan secara sungguh-sungguh, berani menanggung

(2)

b. Indikator Tanggung Jawab

Fitri (2012:43) menyebutkan indikator tanggung jawab yaitu:

1) Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik. 2) Bertanggung jawab kepada setiap perbuatan.

3) Melakukan piket sesuai dengan jadwal yang telah diterapkan. 4) Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama.

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Slameto, 2010:2). Hamalik secara rinci merumuskan

pengertian belajar sebagai berikut:

Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modificator or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Pengertian lain mengenai belajar menurut Hilgard (Susanto,

2013:3) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan kegiatan

reaksi terhadap lingkungan. Perubahan yang dimaksud mencakup

pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui

latihan (pengalaman).

Berdasarkan beberapa pengertian tentang belajar dapat

disimpulkan bahwa belajar merupakan proses untuk mendapatkan

(3)

keseluruhan yang didapat melalui interaksi diri baik dengan

pengalaman sendiri maupun dengan lingkungannya, untuk mendapat

pengalaman dari belajar, siswa harus mengalami langsung artinya

belajar tidakan dapat diwakilkan oleh siapapun.

b. Prinsip-prinsip belajar

Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas dapat

secara efektif apabila guru mampu menerapkan prinsip-prinsip belajar

sebagaimana mestinya. Prinsip belajar juga memberikan arah tentang

apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar siswa berperan aktif

dalam pembelajaran.

Ada delapan prinsip yang dikemukakan oleh Aunurrahman

(2013: 114-127) yaitu:

1) Perhatian dan Motivasi

Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang untuk memiliki energi atau kekuatan bagi seseorang agar memiliki energi dan kekuatan untuk melakukan sesuatu dengan baik.

2) Retensi

Berkenaan dengan proses transfer dan retensi terdapat beberapa prinsip yaitu:

a) Tujuan belajar dan daya ingat dapat menguatkan retensi b) Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik c) Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik

dimana proses belajar itu terjadi.

d) Latihan-latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang lebih baik.

e) Penelaahan bahan-bahan faktual keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi.

(4)

g) Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu.

h) Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik.

i) Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas.

j) Tahap akhir belajar seyogyanya memasukan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada giliranya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.

3) Keaktifan

Keaktifan merupakan bagian dari aktivitas siswa dalam belajar. Dalam belajar keaktifan siswa nampak dalam kegiatan fisik yang mudah diamati dan bentuk psikis yang susah diamati. Bentuk kegiatan fisik dapat berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih, keterampilan-keterampilan dan sebagainya, sedangkan dalam bentuk psikis dapat berupa memecahkan permasalahan menggunakan ilmu pengetahuan yang dimiliki, membandingkan suatu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis lainnya. 4) Keterlibatan Langsung

Kegiatan langsung siswa dalam proses pembelajaran memiliki keaktifan yang tingg, dalam keadaan ini siswa tidak hanya sekedar mendengar, mengamati, dan mengikuti akan tetapi akan terlibat langsung dalam melaksanakan suatu percobaan, peragaan, atau mendemostrasikan sesuatu.

5) Pengulangan

Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip belajar pengulangan ini adalah teori psikolog daya. Berdasarkan teori ini belajar adalah melatih daya bepikir, mengingat, mengamati, menghapal, menanggapi dan sebagainya

6) Tantangan

Belajar memerlukan tantangan agar dapat

membangkitkan gairah siswa dalam belajar. Bahan belajar atau pelajaran yang didalamnya mengundang materi yang banyak

permasalahan membuat siswa untuk tertantang

menyelesaikannya. 7) Balikan dan Penguatan

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan ditekankan pada teori belajar Operant Conditioning

(5)

nilai jelek dan jika tidak naik kelas maka ia akan terdorong untuk belajar lebih giat lagi. Jika guru tepat dalam menerapkan metode belajar, mengajar dengan baik, memungkinkan siswa akan mendapat penguatan dan balikan dengan segera.

8) Perbedaan Individual

Siswa merupakan individu yang unik. Satu sama lain memiliki kekhasan tersendiri dalam belajar, maka dari itu hendaknya guru memperhatikan perbedaan-perbedaan tersebut sehingga dalam mengajar mampu memberikan porsi yang sesuai dengan masing-masing kemampuan siswa.

Prinsip belajar yang lain dikemukakan oleh Davies

(Aunurrahman, 2010:113) menjelaskan prinsip belajar sebagai berikut:

1) Semua hal apapun yang dipelajari oleh seorang siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa belajar merupakan keterlibatan siswa secara langsung untuk mengalaminya. 2) Setiap siswa memiliki tempo (kecepatan) sendiri dalam belajar.

Setiap kelompok umur, terdapat perbedaan dalam kecepatan belajar.

3) Seorang siswa lebih banyak apabila setiap langkah dalam belajar segera diberi penguatan. (reinforcement).

4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan siswa belajar secara lebih berarti atau biasa dikatakan belajar yang bermakna.

5) Apabila seorang siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia akan termotivasi untuk belajar dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.

Berdasarkan kedua pengertian mengenai prinsip-prinsip belajar

dapat disimpulkan bahwa belajar mempunyai prinsip yang jelas yaitu

(1) belajar adalah mengalami langsung, (2) adanya perbedaan

individual dalam kecepatan belajar, (3) belajar diperlukan adanya

sebuah penguatan, (4) adanya perhatian dan motivasi, (5) adanya

(6)

c. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan sebuah keberhasilan yang dicapai

oleh seseorang setelah mereka belajar. Menurut Arifin (2011:12) kata

“prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam

Bahasa Indonesia menjadi “prestasi”yang berarti “hasil usaha”. Istilah

prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar

(learningoutcome). Menurut Mulyasa (2014:189) prestasi belajar

adalah hasil yang diperoleh sesorang setelah menempuh kegiatan

belajar.

Berdasarkan pengertian prestasi belajar tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari usaha yang telah

ditempuh oleh siswa melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar

siswa dari proses belajar tersebut ditunjukkan melalui nilai atau

melalui raport. Nilai dan raport tersebut hanya dijadikan sebagai

simbol dari keberhasilan belajar siswa.

3. Matematika Sekolah Dasar a. Pengertian Matematika

Pengertian matematika menurut James and James (Suwangsih

dan Tiurlina, 2006:4) bahwa matematika adalah ilmu tentang logika,

mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang

berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematika terbagi dalam tiga

bagian yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Suwangsih dan Tiurlina

(7)

manusia dalam dunianya, kemudian pengalaman diproses dalam

bentuk rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur

kognitif sehingga terbentuk konsep-konsep matematika, kemudian

agar konsep-konsep matematika dapat dipahami orang lain maka

dimanipulasi menggunakan bahasa atau notasi matematika secara

universal.

Berdasarkan pengertian matematika diatas maka dapat

disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu tentang logika,

mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep lainnya.

Pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar) dan logika di

dapat dari pengalaman manusia dalam dunianya yang menekankan

pada kegiatan dalam bentuk rasio serta memiliki objek tujuan yang

abstrak.

b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Siswa sekolah dasar (SD) umumnya berkisar antara 6 atau 7

tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget (Susanto, 2013:184)

siswa berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak

pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk

mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan

objek yang bersifat konkret. Menurut Suwangsih & Triurlina

(2006:16) matematika yang dipelajari oleh siswa SD dapat digunakan

(8)

kepentingan lingkungannya, untuk membentuk pola pikir logis,

sistematis, kritis dan cermat dan akhirnya dapat digunakan untuk

mempelajari ilmu-ilmu yang lain.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan, matematika

di sekolah dasar dilaksanakan sekitar usia 6 atau 7 tahun, sampai 12

atau 13 tahun. Pembelajaran matematika yang diperoleh di sekolah

dasar dapat digunakan untuk kepentingan sehari-hari dalam

lingkungan.

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Menurut Depdiknas (2009:1) secara umum terdapat empat

tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi matematika di

dalam pembelajaran, yaitu:

1. Penanaman Konsep

Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Pada tahap ini pengajaran memerlukan penggunaan benda konkrit sebagai alat peraga.

2. Tahap Pemahaman Konsep

Tahap pemahaman konsep merupakan tahap lanjutan setelah konsep ditanamkan. Pada tahap ini penggunaan alat peraga mulai dikurangi dan bentuknya semi konkrit sampai pada akhirnya tidak diperlukan lagi.

3. Tahap Pembinaan Keterampilan

Tahap pembinaan keterampilan merupakan tahap yang tidak boleh dilupakan dalam rangka membina pengetahuan siap bagi siswa. Tahap ini diwarnai dengan latihan-latihan seperti mencongak dan berlomba. Pada tahap pengajaran ini alat peraga sudah tidak boleh digunakan lagi.

4. Tahap Penerapan Konsep

(9)

d. Materi Pecahan

Heruman (2007:43) berpendapat pecahan dapat diartikan

sebagai bagian sesuatu yang utuh.

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika Kelas IV

Standar Kopetensi Kopetensi Dasar

6. Menggunakan pecahan

dalam pemecahan

masalah

6.3 Menjumlahkan Pecahan

6.4Mengurangkan Pecahan

1) Menjumlahkan Pecahan

a) Penjumlahan dengan Penyebut yang sama

+

=

=

=

Penjumlahan Pecahan yang berpenyebut sama dilakukan

dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya, sedangkan

penyebutnya tidak dijumlahkan.

b) Penjumlahan Berpenyebut berbeda

+

=

+

=

=

2) Mengurangkan Pecahan

a) Melakukan pengurangan pecahan berpenyebut sama

Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama, dilakukan

(10)

penyebutnya tetap, kemudian tuliskan asilnya dalam bentuk

yang paling sederhana.

Contoh:

-

=

=

b) Melakukan pengurangan pecahan berpenyebut berbeda

Pengurangan pecahan yang berpenyebut berbeda dilakukan

dengan cara menyamakan penyebut dengan KPK kedua

bilangan tesebut.

-

=

-

=

=

3) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Contoh:

1) Ibu Ema membuat sebuah kue yang cukup besar. Kue tersebut

dipotong-potong menjadi menjadi 16 bagian yang sama besar.

Pulang sekolah Ema mengajak Menik main kerumahnya. Ema

dan Menik masing-masing makan 2 potong kue.

a) Berapa bagian kue yang dimakan Ema dan Menik?

b) Berapa bagian kue yang masih tersisa?

Penyelesaian:

a) Kue dibagi menjadi 16 potong, kemudian dimakan Ema 2

potong dan dimakan Menik 2 potong.

Ema makan

(11)

Menik makan

bagian kue

+

=

=

=

Jadi, kue yang dimakan Ema dan Menik bagian.

b) Kue yang dimakan Ema dan Menik bagian.

Sisa kue = 1 -

=

-

=

Jadi, kue yang masih tersisa ada bagian.

4. Model Pembelajaran Quantum

a. Pengertian Model Pembelajaran Quantum

Deporter dan Hernacki (2003:14) menyatakan, prinsip dari

Quantum Learing adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil

situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif

ataupun negative. Quantum Learning berakar dari upaya seorang

pendidik berkebangsaan Bulgaria yaitu Dr. Georgi Lozanov yang

bereksperimen dengan yang disebut “suggestology” atau

“suggestopedia”. Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti

menyimpulkan bahwa model Quantum Learning adalah metode

pembelajaran yang berfokus pada pemberian sugesti yang positif agar

(12)

b. Komponen Model Pembelajaran Quantum

Deporter, Readon and Singer-Nourie (2003:9-10) menyatakan,

Model pembelajaran Quantum Learning dikenal dengan adanya

konsep TANDUR yang merupakan singkatan dari Tumbuhkan

(menarik siswa untuk lebih menumbuhkan minat dan kemanfaatan

kehidupan siswa), Alami (menciptakan atau mendatangkan

pengalaman yang dapat dimengerti semua siswa), Namai

(menggunakan kata kunci, konsep, model, rumus, srategi, sebuah

“masukan”), Demonstrasikan (memberikan kesempatan bagi siswa

untuk menunjukkan bahwa mereka tahu), Ulangi (menunjukkan siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan “aku tahu bahwa aku

tahu ini”), Rayakan (merayakan hasil keberhasilan siswa dalam

penyelesain materi, partisipasi dan pemerolehan keterampilan dan ilmu

pengetahuan). Konsep tandur tersebut akan diterapkan dalam

pembelajaran matematika materi pecahan. Berdasarkan konsep

TANDUR tesebut dapat disimpulkan tahap dan langkah-langkah

pembelajaran Quantum Learning dengan menggunakan konsep

TANDUR yaitu:

Tahap siklus pembelajaran model pembelajaran Quantum pada

materi pecahan:

1) Tumbuhkan

Pada tahap ini menumbuhkan semangat belajar siswa, guru

(13)

2) Alami

Tahap alami yaitu siswa diberikan pengalaman awal terhadap

konsep pembelajaran melalui penjelasan umum dan tampilan

media yang akan digunakan.

3) Namai

Tahap namai yaitu guru akan menyebut penanaman yang ada

dalam media yang digunakan serta bagian-bagian dan

pengertiannya, sehingga siswa akan mengetahui penanaman dalam

konsep materi yang diajarkan.

4) Demonstrasi

Demonstrasi disini memberikan kebebasan siswa untuk

mengeluarkan pendapat ataupun ide yang berhubungan dengan

pembelajaran sehingga pendapat ataupun ide yang yang

berhubungan dengan pembelajaran dengan pembelajaran sehingga

dapat menimbulkan interaksi yang positif dan dapat menumbuhkan

keaktifan siswa dalam pembelajaran.

5) Ulangi

Konsep pembelajaran yang sudah ditanamkan dipahamkan dibina

kreatifitasnya harus diulangi dengan memberikan penguatan

kepada siswa dan mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap

materi yang diajarkan.

6) Rayakan

Tahap rayakan adalah tahap pemberian sugesti positif yang

(14)
(15)
(16)

kesia-4) Penggunaan blok pecahan untuk pengurangan pecahan

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelitian oleh Sri Winarti Durandt, Irwan Said, dan

Ratman yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Khususnya Materi

Energi dan Perubahannya melalui Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas

V SDN Inpres menunjukan peningkatan hasil analisis tes hasil belajar siswa

yang di peroleh pada sklus I, yakni siswa tuntas 15 dari 20 siswa atau

prsentase ketuntasan klasikal 75% dan daya serap klasikal 72,2%, serta

aktvitas siswa dalam kategori afektif. Pada siklus II siswa yang tuntas 20 dari

2 siswa atauketuntasan klasikal 100% dan daya serap klasikal sebesar 87,7%

serta aktivitas siswa dalam kategori efektif. Sejalan dengan penelitian tersebut

(17)

G A. Tri Agustiana yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Quantum

Teaching Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV di SD Gugus VI

Kecamatan Buleleng” hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang

signifikan prestasi belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan

model pembelajaran quantum teaching dan siswa yang diajarkan

menggunakan model pembelajaran konvensional. Pebedaan tersebut dilihat

dari hasil skor prestasi belajar IPA siswa diperoleh lebih besar dari (t

hitung =

20,6 > t

tabel= 2,021; ά=0,05) pada taraf signifikan 5%. Berdasakan hasil

penelitian-penelitan yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat

disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajan Quantum dapat

meningkatan prestasi belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Faktor yang terpenting untuk mendukung tercapainya tujuan belajar

dan prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, model, dan

metode pembelajaran. Banyak model yang diterapkan guru oleh guru akan

tetapi masih banyak dijumpai beberapa guru yang masih bingung dalam

memilih model yang sesuai dengan karakteristik siswa SD, khususnya pada

siswa kelas IV SD Negeri 1 Lesmana. Sikap tanggung jawab siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran juga merupakan faktor yang penting dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Memberikan ketertarikan dan suasana menyenangkan kepada siswa,

maka cara yang dapat ditempuh misalnya dengan mengaktifkan mereka dalam

kegiatan pembelajaran guru dapat menggunakan model yang dapat

(18)

sehingga siswa lebih tertarik dan temotivasi dalam pembelajaran, hal ini

menggunakan model Quantum diharapkan dapat menjadikan pembelajaran

menarik, tanggung jawab siswa dalam belajar meningkat dan prestasi belajar

matematika siswa juga dapat terus meningkat.

Gambar 2.2 Alur Kerangka Berpikir Kondisi Awal

Guru belum mengajarkan dengan model pembelajaran Quantum

Siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran, kurang bertanggung jawab dalam pembelajaran dan tugas.

Tindakan

Pembelajaran

menggunakan model

Quantum Siklus I Siklus II

Kondisi Akhir

(19)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, dapat penulis

kemukakan hipotesis tindakan atas penelitian terdiri dari:

1. Melalui penggunaan model Pembelajaran Quantum dapat meningkatkan

tanggung jawab siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan di

kelas IV SD Negeri 1 Lesmana.

2. Melalui penggunaan model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan di

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata
Gambar 2.2 Alur Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa permasalahan dalam optimalisasi pemanfaatan mineral golongan batuan di Kabupaten Kulon Progo adalah: kegiatan pertambangan memberikan kesan negatif (merusak)

Aplikasi pemetaan digital ini dapat menampilkan letak client hasil optimasi beserta data hasil pengukuran bit rate dan field strength dari program pengukur

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui p erbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari: tingkat pendidikan, status guru, dan masa kerja guru.. Data dikumpulkan dengan

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Pengantar tentang

Bahasa Daerah khususnya Bahasa Jawa sendiri saat ini semakin sedikit, oleh karena itu Bahasa Jawa sangat penting untuk dilestariakn, karena bahasa jawa sendiri memiliki

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas anugerah dan kasihNya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan skripsi yang berjudul

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan biaya relevan dalam pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak pesanan khusus sudah tepata. Penelitian ini

Dalam pengukuran RSDS pacta RSG-GAS digunakan 3 buah detektor neutron kanal keselamatan JKTO3 yang biasa digunakan dalam operasi normal. Oleh karena itu, posisi detektor tak