• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN KEPUASAN KONSUMEN APOTEK X DAN Y DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN KEPUASAN KONSUMEN APOTEK X DAN Y DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT - repository perpustakaan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan

kefarmasian, menyebutkan bahwa yang disebut dengan apotek adalah sarana

pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kerfarmasian oleh apoteker

dimana pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi

dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu hidup

pasien.

Apotek juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem

pelayanan kesehatan rumah sakit dan orientasi kepada pelayanan pasien yang

mengacu kepada pelayanan kefarmasian.

1. Fungsi dan Peran Apotek

a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan apoteker.

b. Sarana farmasi yang digunakan untuk melakukan pekerjaan

kefarmasian.

c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusi sediaan

farmasi, antara lain obat, bahan baku, obat tradisional, dan kosmetika.

d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan

obat tradisional (Bogadenta, 2012).

2. Pelaksanaan Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Kesehatan Republik Indonesia

No. 51 tahun 2009, pelaksanaan apotek adalah sebagai berikut:

a. Apoteker, adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan

(2)

b. Tenaga Teknis Kefarmasian, adalah tenaga yang membantu apoteker

dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana

Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analisis Farmasi, dan Tenaga

Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

c. Apoteker Pengelola Apotek, yaitu Apoteker yang telah diberi izin oleh

Menteri untuk mengelola apotek di tempat tertentu.

d. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek

disamping apoteker pengelola apotek dan atau menggantikannya pada

jam-jam tertentu pada hari buka apotek.

e. Apoteker Pengganti, yaitu pengganti apoteker pengelola apotek yang

berhalangan hadir lebih dari 3 bulan sampai dengan 2 tahun, yang

tidak dapat merangkap sebagai apoteker pengelola apotek atau sebagai

apoteker pendamping pada apotek lain.

f. Asisten Apoteker, yaitu mereka yang berdasarkan

perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian

sebagai asisten apoteker.

3. Kegiatan Dalam Lingkungan Apotek

Apotek merupakan sarana pelayanan yang melakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi (obat, bahan obat, obat

tradisional, bahan obat tradisional, alat kesehatan dan kosmetik) kepada

masyarakat. Apotek dipimpin oleh seorang apoteker pengelola apotek

(APA) yang telah diberi izin mengelola apotek.

Hal-hal yang termasuk Pengelolaan Apotek menurut Bogadenta,

2012 meliputi :

a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, penyimpanan dan penjualan obat atau bahan obat.

b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan

farmasi lainnya.

c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi

informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan kepada

(3)

pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan,

bahaya serta mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya.

B. Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Pemerintah telah menyusun standar pelayanan kefarmasian yang

tercantum dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No. 35 Tahun 2014.

Standar pelayanan ini dibentuk karena dunia kefarmasian sebagai pelayanan

kesehatan kepada masyarakat sudah sedemikian berkembang. Saat ini

orientasi pelayanan kefarmasian telah bergeser dari obat ke pasien yang

mengacu pada pharmaceutical care kegiatan pelayanan kefarmasian yang

semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi, kini berubah

menjadi pelayanan komprehensif, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

hidup dari pasien (Bogadenta, 2012).

Pelayanan ( service ) adalah suatu upaya penjual barang atau jasa untuk

memberi dan memenuhi unsur-unsur yang menjadi harapan (expectation)

kepuasan konsumen. Dasar pertimbangan kepuasan konsumen adalah

kesesuaian biaya yang dikeluarkan konsumen (cost costumer) terhadap nilai

barang atau jasa yang diperolehnya (customer delivered value). Berbeda

dengan pelayanan di apotek, apabila apotek tidak dapat memberikan

pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen atau tidak

sesuai dengan peraturan, maka konsumen tidak hanya mengalami kerugian

biaya, akan tetapi juga kerugian spiritual (psikhis), karena konsumen apotek

adalah rata-rata mereka yang sedang mengalami sakit, kerugian jauh lebih

berbahaya lagi adalah keselamatan jiwa konsumen ( Umar, 2005).

Keberadaan apotek sebagai sarana pelayanan obat-obatan dan bahan

farmasi lainnya diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Hal tersebut dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 yang

menetapkan distribusi dan pelayanan obat kepada masyarakat antara lain

melalui apotek.

Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.

(4)

1. Dalam melayani resep harus sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian

profesi apoteker dengan dilandasi kepentingan masyarakat.

2. Apoteker tidak boleh mengambil obat generik dalam resep dengan obat

paten. Bila pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep,

apoteker wajib konsultasi dengan dokter untuk memilih obat yang lebih

tepat.

3. Apoteker wajib memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan

obat yang diserahkan kepada pasien. Penggunaan obat yang tepat, aman,

rasional atas permintaan masyarakat.

4. Bila apoteker berpendapat ada kekeliruan dalam resep atau penulisan tidak

tepat, apoteker harus memberi tahu dokter penulis resep. Bila dokter

penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakan secara

tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim diatas resep (Anief,

2008).

1. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek

Berdasarkan Menteri Kesehatan RI No. 35 Tahun 2014 tentang

standar pelayanan kefarmasian di apotek dan tujuan standar pelayanan

kefarmasian di apotek meliputi:

a. Pelayanan Resep

Apoteker melakukan skrining resep meliputi:

1) Persyaratan administratif

a) Nama, SIP dan alamat dokter

b) Tanggal penulisan resep

c) Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep

d) Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien

e) Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta

f) Cara pemakaian yang jelas

g) Informasi lainnya

2) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

3) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi,

(5)

keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter

penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif

seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah

pemberitahuan.

b. Penyiapan Obat

1) Peracikan

Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,

mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam

melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap

dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan

etiket yang benar.

2) Etiket

Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

3) Kemasan obat yang diserahkan

Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang

cocok sehingga terjaga kualitasnya.

4) Informasi Obat

Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan

pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.

Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian

informasi dan konseling pada pasien dan tenaga kesehatan.

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan

mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini.

Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara

pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,

aktifitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama

terapi.

5) Konseling

Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan

farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga

(6)

terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah

sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.

Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular,

diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus

memberikan konseling secara berkelanjutan.

6) Monitoring Penggunaan Obat

Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus

melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutrama untuk

pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asthma dan

penyakit kronis lainnya.

7) Promosi dan Edukasi

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus

memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri

sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan

obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif

dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi

informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster,

penyuluhan, dan lain-lain.

8) Pelayanan Residental (Home Care)

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat

melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,

khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan

penyakit kronis lainnya. Untuk aktifitas ini, apoteker harus

membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

2. Tujuan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek

a. Sebagai pedoman praktik seorang apoteker dalam menjalankan profesi

b. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional

(7)

3. Pelayanan Disaat Penjualan ( Sales Service )

Sales service adalah : pelayanan yang diberikan oleh apotek kepada

konsumen pada saat konsumen sedang membeli obat di apotek. Jenis

pelayanan ini dapat berupa ( Kotler, 2005) :

a. Keramahan ( Friendliness )yaitu : sikap petugas apotek disaat

menyambut kedatangan konsumen.

b. Keamanan ( savetiness ) dan Kenyamanan ( confortness ) ruang tunggu

yaitu: petugas apotek selalu menjaga keamanan dan kenyamanan

fasilitas konsumen.

c. Kelengkapan ( avaibality ) perbekalan farmasi yaitu : petugas apotek

harus menjaga kelengkapan barang ( stock ), sehingga dapat

meringankan beban.

d. Kecepatan ( speediness ) pelayanan yaitu : petugas apotek harus selalu

bekerja teliti dan cepat agar waktu tunggu memperoleh obat tidak

terlalu lama, sehingga dapat mengurangi kegelisahan atau kecemasan

dan tingkat emosional konsumen yang labil.

e. Harga ( price ) yang sesuai dengan kualitas barang dan pelayanan

yaitu: petugas apotek harus dapat menjadi penasehat ( advisor )

terhadap setiap kelas konsumen yang datang, agar konsumen dapat

memperoleh obat dengan harga yang tidak mahal, sehingga dapat

meringankan biaya yang harus dikeluarkan. Karena tidak semua

konsumen berasal dari orang kaya yang mampu membayar biaya obat.

f. Kecekatan dan Ketrampilan ( emphaty ) yaitu : petugas apotek selalu

siap untuk membantu dan memberikan jalan keluar ( alternatif solusi)

bila ada hambatan dengan harga ketersediaan bahan obat yang

diperlukan konsumen.

g. Informasi ( informative ) yaitu : petugas apotek selalu memberikan

nomor telpon khusus apotek yang dapat dihubungi konsumen bila

terjadi sesuatu dengan obat yang dibeli.

h. Bertanggung jawab (responsible) yaitu: petugas apotek selalu

memberikan nomor telefon khusus apotek yang dapat dihubungi

(8)

4. Pelayanan Sesudah Penjualan (After Sales Service)

After Sales Service adalah: pelayanan yang diberikan oleh apotek

kepada konsumen setelah konsumen membeli dan menggunakan obat.

Jenis pelayanan ini antara lain berupa (Umar, 2005):

a. Penyediaan informasi data penggunaan obat konsumen (costumer

medication profile) yaitu: petugas apotek menyediakan data-data

konsumen pada waktu membeli obat, jenis obat yang dibeli, nama dan

alamat dokter penulis resep konsumen yang sewaktu-waktu

dibutuhkan oleh konsumen (kecuali setelah 3 tahun), sehingga dapat

membuat konsumen merasa nyaman terhadap keamanan dokumen

obat-obat yang pernah digunakan.

b. Peduli (Care )terhadap penggunaan obat oleh konsumen, yaitu: setelah

3-4 hari petugas apotek menanyakan: efek obat terhadap penyakitnya,

cara dan waktu penggunaan obat yang dilakukan, jumlah obat yang

digunakan dalam sehari, penyimpanan obat di rumah dan efek samping

yang dialami oleh konsumen.

c. Jaminan (Guarantee) yaitu: petugas apotek siap mengganti, menukar

obat yang rusak, kurang atau tidak sesuai dengan permintaan resepnya

dan mengantarkan ke rumah konsumen tanpa ada tambahan biaya yang

dibebankan pada konsumen.

d. Dapat diandalkan (Reliable) yaitu: petugas apotek cepat dalam

memberikan bantuan atau memberikan informasi jalan keluar terhadap

keluhan mengenai khasiat obat yang digunakan atau efek samping

yang dialami oleh konsumen.

C. Kepuasaan Pelanggan

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan

kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Tingkat

kepuasan adalah fungsi dari perbedaan kinerja yang dirasakan dengan

harapan. Ukuran pelayanan kesehatan bermutu mengacu pada penerapan

standar serta kode etik profesi yang baik saja, yang pada dasarnya mencakup

(9)

(doctor patient relationsip), kenyamanan pelayanan (amenities), kebebasan

memilih (choice), pengetahuan dan kompetensi teknik (scientific knowledge

and technical skill), efektifitas pelayanan (effectiveness) dan keamanan

tindakan (safety). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan

merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja berada di

bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan,

pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau

senang (Kotler, 2005).

Menurut Kotler (1997) yang dikutip oleh Wulandari (2008) Pelanggan

adalah orang yang menyampaikan keinginannya kepada perusahaan. Tugas

perusahaan adalah menanganinya supaya mendatangkan keuntungan. Dewasa

ini semakin banyak perusahaan yang mengakui pentingnya memuaskan dan

mempertahankan pelanggan yang ada. Para pelanggan yang puas biasanya

akan terkait dengan bertahannya pelanggan.

Kepuasan pasien dapat mempengaruhi minat untuk kembali ke apotek

yang sama. Kepuasan merupakan pengalaman yang akan mengendap di dalam

ingatan pasien sehingga mempengaruhi proses pengambilan keputusan

pembeli ulang produk yang sama (Rangkuti, 2006). Keinginan ini dipengaruhi

oleh latar belakang budaya dan karakteristik individu seseorang.

Ada lima faktor utama yang menentukan tingkat kepuasan konsumen

atau pasien, yaitu:

1. Kualitas produk farmasi, yaitu kemampuan menyembuhkan penyakit. Hal

ini menyangkut ketersediaan farmasi dan ketersediaan hayati, sehingga

tercapai tujuan efek terapi. Persepsi konsumen atau pasien terhadap

produk farmasi dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan sesungguhnya

kualitas produk dan komunikasi.

2. Kualitas pelayanan terhadap pasien. Pasien akan merasa puas bila mereka

mendapat pelayanan yang baik, ramah, sesuai dengan yang diharapkan.

3. Merupakan komponen emosional, yaitu pengaruh atau pertimbangan yang

bersifat emosional seperti : karena sugesti, angan-angan, gambaran yang

(10)

tersebut membuat konsumen merasa puas terhadap produk farmasi

tersebut.

4. Harga. Meskipun produk farmasi yang dipilih mempunyai kemajuan

khasiat yang sama dengan produk farmasi yang lain tetapi harganya relatif

lebih murah. Hal tersebut juga merupakan faktor penting untuk

menentukan tingkat kepuasan.

5. Faktor biaya untuk memperoleh produk farmasi tersebut. Konsumen tidak

perlu mengeluarkan biaya tambahan juga tidak perlu membuang waktu

untuk memperoleh obat tersebut(Anief, 2008).

Kepuasan konsumen dapat diukur berdasarkan :

1. Responsiveness ( ketanggapan )

Responsiveness (ketanggapan) merupakan kemampuan memberikan

pelayanan kepada pelanggan dengan cepat dan tepat. Dalam pelayanan

apotek adalah kecepatan pelayanan obat dan pelayanan kasir.

2. Reliability ( kehandalan )

Reliability (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang

memuaskan pelanggan. Dalam pelayanan apotek adalah pemberian

informasi obat oleh petugas apotek.

3. Assurance ( jaminan )

Assurance (jaminan) yaitu kemampuan memberikan kepercayaan dan

kebenaran atas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Dalam

pelayanan apotek adalah kelengkapan obat dan kemurahan harga obat.

4. Emphaty ( empati )

Emphaty (empati) yaitu kemampuan membina hubungan, perhatian, dan

memahami kebutuhan pelanggan. Dalam pelayanan apotek adalah

keramahan petugas apotek.

5. Tangibles ( bukti langsung )

Tangibles (bukti langsung) yaitu sarana dan fasilitas fisik yang dapat

langsung dirasakan oleh pelanggan. Dalam pelayanan apotek adalah

kecukupan tempat duduk diruang tunggu apotek, kebersihan ruang tunggu,

kenyamanan ruang tunggudengan kipas angin dan AC, serta ketersediaan

(11)

Kuesioner adalah salah satu instrumen dalam penelitian dimana

didalamnya berisi kumpulan pertanyaan (Riyanto, 2011). Penyusunan

kuesioner menggunakan skala Likert yang menunjukkan skor tingkat dari

sangat positif sampai dengan sangat negatif. Jawaban dari responden yang

bernilai positif, bernilai lebih tinggi dari jawaban responden yang sangat

negatif. Dalam penelitian ini model kuesioner mengacu pada skala Likert

dengan empat tingkat jawaban. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap

dan persepsi seseorang terhadap sesuatu. Skala Likert digunakan untuk

mempermudah dalam melakukan pengolahan data.

Kepuasan konsumen atau pelanggan dapat diukur dengan menggunakan

beberapa skala sikap yaitu :

1. Skala Likert

Skala likert merupakan skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur

sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang suatu gejala atau fenomena

tertentu. Ada dua bentuk skala likert yaitu pertanyaan positifyang diberi

skore 5, 4, 3, 2, dan 1. Sedangkan pertanyaan negatif diberi skore 1, 2, 3,

4, dan 5.

2. Skala Guttman

Skala guttman merupakan skala yang menginginkan tipe jawaban tegas,

seperti jawaban benar – salah, ya – tidak, pernah – tidak pernah, positif –

negatif, tinggi rendah, baik – buruk, dan seterusnya. Pada skala guttman

hanya ada dua interval jawaban.

3. Skala Differensial

Skala differensial merupakan skala untuk mengukur sikap, tetapi

bentuknya bukan pilihan ganda atau checklist tetapi tersusun dalam satu

garis kontinum dimana jawaban yang sangat positif terletak dibagian

kanan garis dan jawaban yang sangat negatif terletak di sebelah kiri garis,

atau sebaliknya. Datanya berupa data interval.

4. Rating Scale

Rating scale biasanya untuk mengukur persepsi yang berskala kontinum.

(12)

likert, tetapi pada rating scale data yang diperoleh berupa angka kemudian

ditafsirkan secara kualitatif (Riyanto, 2011).

D. Metode Analisis SWOT

Analisi SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman

(Threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan

pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan. Dengan demikian

perencana strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategi

perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang

ada saat ini.Hal ini disebut dengan Analisis Situasi (Rangkuti, 2006).

Menurut Rangkuti (2006) analisis SWOT adalah sebuah metode

perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan

(Strengths), peluang (Opportunities), kelemahan (Weaknesses), dan ancaman

(Threats) terlibat dalam suatu proyek dan mengidentifikasi faktor-faktor

internal dan eksternal yang baik dan menguntungkan untuk mencapai tujuan

tersebut.

Menurut Rangkuti (2006 ), SWOT adalah identitas berbagai faktor secara

sistemis untuk merumuskan strategi pelayanan. Analisis ini berdasarkan

logika yang dapat memaksimalkan peluang namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kekurangan dan ancaman. Analisis SWOT membandingkan

(13)

1. Mendukungstrategi 1.Mendukungstrategi

turn around agresif

2. Mendukungstrategi 2.Mendukungstrategi

defentif diversifikasi

Gambar 2.1. Diagram Analisis SWOT

(Rangkuti, 2006)

Keterangan

Kuadran I : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan

tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus

diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan

pertumbuhan yang agresif (Grow oriented strategy).

Kuadran II : Meskipun menghadapai baerbagai ancaman, perusahaan ini

masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus

diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi

diversifikasi ( produk atau pasar ).

Kuadran III : Perusahaan mengahadapi peluang yang sangat besar, tetapi di

lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan

internal. Kondisi pada kuadran 3 ini mirip dengan Question

Mark pada BCG matrik. Fokus strategi ini adalah

meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat

merebut peluang yang lebih baik.

Kuadran IV : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,

karena mengahdapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Untuk menentukan posisi kuadran pada diagram SWOT, maka

ditentukan terlebih dahulu Strenght posture dan Competitive posture. Strenght BERBAGAI PELUANG

KELEMAHANINT ERNAL

KEKUATAN INTERNAL

(14)

Keterpaduan kedua aspek tersebut akan menunjukan posisi perusahaan dalam

diagram SWOT (Rangkuti, 2006).

Pada tahap selanjutnya analisis strategi dapat menggunakan model

matriks SWOT yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang

dan ancaman eksternal yang dihadapi dan dapat disesuaikan dengan kekuatan

dan kelemahan yang dimiliki apotek. Terdapat empat kemungkinan alternatif

strategi menurut (Rangkuti, 2006) yaitu :

1. Strategi SO

Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut

dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST

Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki apotek untuk mengatasi

ancaman.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensit dan berusaha

Gambar

Gambar 2.1. Diagram Analisis SWOT

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai kemampuan menulis paragraf deskripsi siswa kelas X dan perbedaan kemampuan menulis karangan deskripsi antara siswa laki-laki dan

Sementara itu, konsep hak menguasai negara selain sebagaimana yang disebutkan dalam ketentuan Pasal 3 UU Nomor 11 Tahun 1974 juga secara konstitusional harus merujuk pada

Quenching akan mencegah adanya proses yang dapat terjadi pada pendinginan lambat seperti pertumbuhan butir Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kekerasan, kekuatan tarik

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “ TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI PADA REMAJA PUTRI Di Sekolah Menengah Kejuruan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun ceremai berpengaruh secara nyata terhadap mortalitas larva Aedes aegypti, baik pada 24, 48 maupun 72 jam

Hasil penelitian ini terbagi atas empat bagian : kuadran I menjadi prioritas utama Garuda Indonesia dan harus dilaksanakan sesuai dengan harapan konsumen,

[r]