• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Pasien Pasca Seksio Sesarea Di RSUD. Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Pasien Pasca Seksio Sesarea Di RSUD. Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN PASIEN PASCA SEKSIO SESAREA DI RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2010

KHAIRUL BARIAH 095102019

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKUTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Khairul Bariah

Efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan

viii + 45 hal + 6 tabel + 2 skema + 8 lampiran

Abstrak

Persalinan di Indonesia dengan operasi seksio sesarea terjadi sekitar 22,8% atau 921.000 dari 4.039.000 persalinan. Ibu yang mengalami seksio sesarea dengan adanya luka di abdomen harus dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi. Dewasa ini banyak dokter menganjurkan pasien yang baru melahirkan dengan operasi agar segera menggerakkan tubuhnya atau yang disebut dengan mobilisasi dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen yang bersifat post test only dengan jumlah sampel sebanyak 64 dan metode pengambilan sampel accidental

sampling. Penelitian dilakukan pada tanggal 25 Pebruari sampai 24 April 2010. Hasil

penelitian diperoleh rata – rata volume buang air kecil yaitu 339 ml, rata – rata frekuensi buang air besar yaitu 1 x/hari, rata – rata jumlah lokia yaitu 2x ganti doek/hari, rata – rata tinggi fundus uteri yaitu 5 cm, rata – rata penyembuhan luka operasi yaitu tujuh hari. Dari uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaaan signifikan dari volume buang air kecil setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol(p = 0,179), tidak ada perbedaaan signifikan dari frekuensi buang air besar setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,089), tidak ada perbedaaan signifikan dari jumlah lokia setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,570), ada perbedaaan signifikan dari tinggi fundus uteri setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,007), ada perbedaaan signifikan dari penyembuhan luka operasi setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,002). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea khususnya pada penurunan tinggi fundus uteri dan penyembuhan luka operasi, sehingga bidan dapat menerapkan mobilisasi dini sebagai intervensi dalam mempercepat penyembuhan pasien pasca seksio sesarea.

Daftar Pustaka : 21 ( 1998-2008)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

rahmat dan Karunia – Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan karya

tulis ilmiah dengan judul “Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Pasien

Pasca Bedah Seksio Caesaria Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010.

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

baik dari isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya

masukan dan sara untuk perbaikan di masa yang akan dating.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini yaitu :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan USU.

3. Nur Asnah Sitohang, S. Kep.Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing dalam

penyusunan

karya tulis ilmiah hingga karya tulis ilmiah ini selesai.

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik

(4)

5. Kedua orang tua tercinta dan adik – adik tersayang yang telah memberikan kasih

sayang, doa, serta dukungan berupa moril dan materil serta semangat kepada

peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan,

semoga mendapat anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin Ya Robbal A’lamin.

Medan, Juni 2010

Peneliti,

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .... ... ... i

DAFTAR ISI ... ... ... iii

DAFTAR TABEL ... ... ... v

DAFTAR SKEMA ... ... ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ... ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... ... 3

C. Tujuan Penelitian ... ... 4

1. Tujuan Umum ... ... 4

2. Tujuan Khusus ... ... 4

D. Manfaat Peneitian ... ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 6

A. Seksio Sesarea ... ... 6

1. Definisi ... ... 6

2. Keuntungan Seksio Sesarea ... ... 6

3. Kerugian Seksio Sesarea ... ... 6

(6)

5. Kontra Indikasi Seksio Sesarea ... ... 9

B. Anestesi ... ... ... 10

1. Anestesi General ... ... 10

2. Anastesi Spinal ... ... 11

C. Mobilisasi ... ... 11

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi ... 12

2. Indikator Pemulihan Pasca Seksio Sesarea dengan Mobilisasi ... ... 13

3. Tujuan Mobilisasi ... ... 13

4. Prosedur Mobilisasi... ... 14

5. Manfaat Mobilisasi ... ... 18

6. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi ... 19

BAB III KERANGKA KONSEP ... ... 20

A. Kerangka Konsep ... ... 20

B. Hipotesis .. ... ... 21

C. Definisi Operasional ... ... 21

BAB IV METODE PENELITIAN ... ... 23

A. Desain Penelitian ... ... 23

(7)

C. Tempat Penelitian ... ... 25

D. Waktu Penelitian... ... 25

E. Pertimbangan Etik Penelitian ... ... 25

F. Instrumen Penelitian ... ... 26

G. Prosedur Pengumpulan Data ... ... 26

H. Analisa Data ... ... 28

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 29

A. Hasil ... ... ... 29

1. Analisis Univariat ... ... 29

2. Analisis Bevariat ... ... 31

B. Pembahasan ... ... 34

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 40

A. Kesimpulan... ... 40

B. Saran ... ... ... 42

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi penyembuhan pasien pasca seksio sesarea setelah mobilisasi dini

pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di ruang kebidanan

RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.………. ………...30

Tabel 5.2 Pengaruh mobilisasi dini terhadap volume buang air kecil pasien pasca

seksio sesarea pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol diruang

kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010………...31

Tabel 5.3 Pengaruh mobilisasi dini terhadap frekuensi buang air besar pasien pasca

seksio sesarea pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol diruang

kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 ... 32

Tabel 5.4 Pengaruh mobilisasi dini terhadap jumlah lokia pasien pasca seksio sesarea

pada kelompok intervensi dan kelompok control diruang kebidanan RSUD

Dr. Pirngadi Medan tahun 2010………32

Tabel 5.5 Pengaruh mobilisasi dini terhadap tinggi fundus uteri pasien pasca seksio

sesarea pada kelompok intervensi dan kelompok control diruang

kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010………...33

Tabel 5.6 Pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka operasi pasien pasca

seksio sesarea pada kelompok intervensi dan kelompok control diruang

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka konsep penelitian………...20

Skema 2. Desain penelitian efektifitas mobilisasi dini terhadap penyenbuhan pasien

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar persetujuan menjadi responden

Lampiran 2 Prosedur pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien pasca seksio sesarea

Lampiran 3 Lembar observasi penyembuhan pasien pasca seksio sesarea setelah

mobilisasi dini

Lampiran 4 Protap penelitian efektifitas mobilisai dini terhadap penyembuhan

pasien pasca seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Lampiran 5 Surat izin pengambilan data penelitian

Lampiran 6 Surat izin penelitian

Lampiran 7 Balasan surat izin penelitian

Lampiran 8 Lembar konsultasi

(11)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Khairul Bariah

Efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan

viii + 45 hal + 6 tabel + 2 skema + 8 lampiran

Abstrak

Persalinan di Indonesia dengan operasi seksio sesarea terjadi sekitar 22,8% atau 921.000 dari 4.039.000 persalinan. Ibu yang mengalami seksio sesarea dengan adanya luka di abdomen harus dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi. Dewasa ini banyak dokter menganjurkan pasien yang baru melahirkan dengan operasi agar segera menggerakkan tubuhnya atau yang disebut dengan mobilisasi dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen yang bersifat post test only dengan jumlah sampel sebanyak 64 dan metode pengambilan sampel accidental

sampling. Penelitian dilakukan pada tanggal 25 Pebruari sampai 24 April 2010. Hasil

penelitian diperoleh rata – rata volume buang air kecil yaitu 339 ml, rata – rata frekuensi buang air besar yaitu 1 x/hari, rata – rata jumlah lokia yaitu 2x ganti doek/hari, rata – rata tinggi fundus uteri yaitu 5 cm, rata – rata penyembuhan luka operasi yaitu tujuh hari. Dari uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaaan signifikan dari volume buang air kecil setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol(p = 0,179), tidak ada perbedaaan signifikan dari frekuensi buang air besar setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,089), tidak ada perbedaaan signifikan dari jumlah lokia setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,570), ada perbedaaan signifikan dari tinggi fundus uteri setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,007), ada perbedaaan signifikan dari penyembuhan luka operasi setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,002). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea khususnya pada penurunan tinggi fundus uteri dan penyembuhan luka operasi, sehingga bidan dapat menerapkan mobilisasi dini sebagai intervensi dalam mempercepat penyembuhan pasien pasca seksio sesarea.

Daftar Pustaka : 21 ( 1998-2008)

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Operasi caesar telah menjadi bagian kebudayaan manusia sejak zaman dahulu,

namun operasi caesar selalu dipandang sebagai usaha terakhir untuk menyelmatkan

sang bayi dan mempertahankan hidup sang ibu (Gallagher,C, 2004, hlm 3). Angka

kejadian seksio sesaria di Indonesia menurut data survey nasional tahun 2007 adalah

921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8 %

(http://www.idi.seksio.com.20%.sesaria).

Ibu yang mengalami seksio sesarea dengan adanya luka di perut sehingga harus

dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi. Ibu juga akan

membatasi pergerakan tubuhnya karena adanya luka operasi sehingga proses

penyembuhan luka dan pengeluaran cairan atau bekuan darah kotor dari rahim ibu

ikut terpengaruh (Bobak,L.J, 2004, hlm 52)

Dewasa ini semakin banyak dokter dan tenaga medis yang menganjurkan pasien

yang baru melahirkan dengan operasi agar segera menggerakkan tubuhnya. Dokter

kandungan menganjurkan pasien yang mengalami operasi caesar untuk tidak berdiam

diri di tempat tidur tetapi harus menggerakkan badan atau mobilisasi.

(Kasdu, 2003, hlm1).

Mobilisasi merupakan faktor yang utama dalam mempercepat pemulihan dan

(13)

bisa diraih dari latihan di tempat tidur dan berjalan pada periode dini pasca bedah.

Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko karena

tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot – otot

di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernafasan terganggu, juga adanya gangguan

peristaltik maupun berkemih. (Carpenito, 2000, ¶

diperoleh tanggal 25 September 2009).

Mobilisasi segera secara bertahap sangat berguna untuk proses penyembuhan

luka dan mencegah terjadinya infeksi serta trombosis vena. Bila terlalu dini

melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi

mobilisasi secara teratur dan bertahap yang didikuti dengan latihan adalah hal yang

paling dianjurkan (Roper, 2002, ¶ 3,http://www.postseksio.com diperoleh tanggal 25

September 2009)

Setelah dari ruang operasi, pasien akan dibawa ke ruang pemulihan. Di ruang

ini, berbagai pemeriksaan akan dilakukan, meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran,

sirkulasi pernafasan, tekanan darah, suhu tubuh, jumlah urin yang tertampung di

kantong urin, jumlah darah dalam tubuh, serta jumlah dan bentuk cairan lokia. Hal ini

untuk memastikan tidak di temukan gumpalan darah yang abnormal atau perdarahan

yang berlebihan. (Kasdu, 2003, hlm 2).

Dalam membantu jalannya penyembuhan ibu pasca seksio sesarea, disarankan

untuk melakukan mobilisasi dini. Tetapi, pada ibu yang mengalami seksio sesarea

rasanya sulit untuk melaksanakan mobilisasi karena ibu merasa letih dan sakit. Salah

(14)

diperlukan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini pasca operasi seksio sesarea

sehingga pelaks anaan mobilisasi dini lebih maksimal dilakukan. Sebenarnya ibu

yang mengalami seksio caesaria mengerti dalam pelaksanaan mobilisasi dini, namun

ibu tidak mengerti apa manfaat dilakukan mobilisasi dini (Surininah, 2004,

¶ 1,http://www.ayahbunda-online.co.id diperoleh tanggal 1 Oktober 2009)

Tanggung jawab atas kesehatan diri sendiri, termasuk juga harus dapat

mencapai tingkat kemandirian maksimal, dalam hal ini adalah melakukan mobilisasi

yang sesuai dengan kondisi pasien. Mobilisasi dini bermanfaat untuk

mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal, maka system saraf, otot dan skeletal

harus tetap utuh dan berfungsi dengan baik (Potter., Perry, 2006, hlm 31).

Dari survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Dr. Pirngadi

Medan pada tanggal 26 Oktober 2009 peneliti mendapatkan informasi dari sepuluh

orang ibu yang bersalin dengan operasi seksio sesarea mengatakan bahwa sangat

takut untuk melakukan mobilisasi pasca seksio sesaria. Hal ini disebabkan karena ibu

merasa sangat kesakitan saat efek dari anestesi telah hilang sehingga tidak mampu

untuk melakukan mobilisasi dini dan khawatir jahitan luka bekas operasi akan

meregang atau terbuka, sehingga menyebabkan terjadinya ruam atau lecet pada

bagian punggung bagian bawah, kekakuan atau penegangan otot – otot di seluruh

tubuh, pusing dan susah bernafas, juga susah buang air besar maupun berkemih serta

bengkak pada tungkai kaki.

Berdasarkan data di atas, diperlukan upaya terhadap penyembuhan pasien

(15)

untuk meneliti efektifitas mobilisasi dini terhadap peneyembuhan pasien pasca seksio

sesarea.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah adakah pengaruh mobilisasi dini terhadap

penyembuhan pasien pasca seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien

pasca seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi volume BAK setelah dilakukan mobilisasi dini pada

kelompok intervensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

b. Mengidentifikasi frekuensi BAB setelah dilakukan mobilisasi dini pada

kelompok intervensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

c. Mengidentifikasi jumlah lokia setelah dilakukan mobilisasi dini pada

kelompok intervensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

d. Mengidentifikasi tinggi fundus uteri setelah dilakukan mobilisasi dini pada

(16)

e. Mengidentifikasi penyembuhan luka operasi setelah dilakukan mobilisasi dini

pada kelompok intervensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

f. Mengidentifikasi volume BAK pada kelompok kontrol

g. Mengidentifikasi frekuensi BAB pada kelompok kontrol

h. Mengidentifikasi jumlah lokia pada kelompok kontrol

i. Mengidentifikasi tinggi fundus uteri pada kelompok kontrol

j. Mengidentifikasi penyembuhan luka operasi pada kelompok kontrol

k. Membandingkan efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien

pasca seksio sesarea antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi bidan tentang

penatalaksanaan mobilisasi dini dan manfaat mobilisasi dini terhadap

penyembuhan pasien pasca seksio sesarea.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi pengetahuan

tentang mobilisasi sebagai intervensi bagi penelitian selanjutnya yang sejenis.

3. Bagi Pendidikan Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan pada

institusi kebidanan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Seksio Sesaria 1. Definisi

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan

pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio sesarea

adalah suatu histerektomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim; seksio adalah

pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding

uterus (Llewelyn, D, 2001, hlm 189).

2. Keuntungan seksio sesarea

Operasi caesar lebih aman dipilih dalam menjalani proses persalinan karena

telah banyak menyelamatkan jiwa ibu yang mengalami kesulitan melahirkan. Jalan

lahir tidak teruji dengan dilakukannya seksio sesarea, yaitu bilamana didiagnosis

panggul sempit atau fetal distress didukung data pelvimetri. Bagi ibu yang paranoid

terhadap rasa sakit, maka seksio seasria adalah pilihan yang tepat dalam menjalani

proses persalinan, karena diberi anastesi atau penghilang rasa sakit (Fauzi, D.A, 2007,

hlm 8)

3. Kerugian seksio sesarea

Operasi seksio sesarea merupakan prosedur medis yang mahal. Prosedur

anastesi pada operasi bisa membuat anak ikut terbius, sehingga anak tidak spontan

(18)

mengurangi apgar score. Ibu akan mendapat luka baru di perut dan kemungkinan

timbulnya infeksi bila luka operasi tidak dirawat dengan baik. Gerak tubuh ibu

menjadi sangat terbatas sehinga proses penyembuhan luka akan semakin lama.

Tindakan seksio sesaria biasanya dianggap sebagai suatu penyiksaan bagi yang tidak

memiliki kebiasaan beristirahat lama di rumah sakit setelah melahirkan (Fauzi, D.A,

2007, hlm 11).

4. Indikasi seksio sesarea a. indikasi medis

Dalam prose persalnan terdapat tiga faktor penentu yaitu power

( tenaga mengejan dan kontraksi dinding otot perut dan dinding rahim ), passageway

( keadaan jalan lahir ), dan passanger ( janin yang dilahirkan ).

Mula – mula indikasi seksio sesaria hanya karena ada kelainan passageway,

misalnya sempitnya panggul, dugaan akan terjadinya trauma persalina serius pada

jalan lahir atau pada anak, dan adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa

menular kepada anak, sehingga kelahiran tidak bisa melalui jalan yang benar yaitu

melalui vagina. Namun, akhirnya merambat ke faktor power dan passanger. Kelainan

power yang memungkinkan dilakukannya seksio sesaria, misalnya mengejan lemah,

ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga.

Sedangkan kelainan passanger diantaranya anak terlalu besar, anaka dengan kelainan

letak jantung, primigravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan

terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrom

(19)

Secara terperinci ada tujuh indikasi medis seorang ibu yang harus menjualani

seksio sesarea, yaitu :

1. Jika panggul sempit, sehingga besar anak tidak proporsional dengan ukuran

panggul ibu ( disporsi ). Oleh karena itu, penting untuk melakukan

pengukuran panggul pada waktu pemeriksaan kehamilan awal dengan tujuan

dapat memperkirakan apakah panggul ibu masih dalam batas normal atau

tergolong sempit untuk dilalui bayi nantinya.

2. Pada kasus sudah terjadi gawat janin akibat terinfeksi, misalnya, kasus

ketuban pecah dini ( KPD ) sehingga bayi terendam cairan ketuban yang

busuk, atau bayi ikut memikul demam tinggi. Bisa juga akibat ibu mengalami

eklamsia (keracunan kehamilan), sehingga bayi ikut terpengaruh akibat

penderitaan ibu. Kondisi bayi – bayi seperti ini termasuk gawat biasanya jika

dokter menilai denyut jantung bayi lebih cepat dari biasa termasuk jika terjadi

lilitan tali pusat pada leher bayi.

3. Pada kasus plasenta terletak di bawah ( plasenta previa ). Biasanya plasenta

melekat di bagian tengah rahim. Akan tetapi pada kasus plasenta previa letak

plasma dibagian bawah sehingga menutupi liang rahim dan akhirnya bayi

tidak bisa keluar normal melalui liang rahim ibu.

4. Pada kasus kalainan letak. Jika posisi anak dalam kandungan letaknya

melintang dan terlambat dikoreksi selagi kehamilan belum tua ( letak lintang

kasep ). Dalam situasi ini, persalinan normal sudah tidak mungkin dilakukan

(20)

5. Jika terjadi kontraksi yang lemah dan tidak terkoordinasi. Hal ini

menyebabkan tidak ada lagi kekuatan untuk mendorong bayi keluar dari

rahim ( incoordinate uterine – action ).

6. Jika ibu menderita preeklamsia, yaitu jika selama kehamilan muncul gejala

darah tinggi, ada protein dalam air seni, penglihatan kabur dan juga melihat

bayangan ganda. Pada eklamsia timbul gejala yang lebih berat lagi, yakni

selain gejala preeklamsia tersebut ibu mulai kejang – kejang tak sadarkan diri.

7. Jika yang pernah di seksio sesarea sebelumnya maka pada persalinan berikut

umumnya juga harus di seksio karena takut terjadi robekan rahim. Namun

sekarang, teknik seksio adalah dilakukan sayatan dibagian bawah rahim

sehingga potongan pada otot rahim tidak membujur lagi. Dengan demikian

bahaya rahim robek akan lebih kecil dibandingkan teknik seksio dulu yang

sayatannya dibagian tengah rahim dengan potongan yang bukan melintang.

Persalinan lewat vagina pada ibu yang pernah di seksio dapat dilakukan

dengan catatan : persalianan harus dilakukan di rumah sakit ibu sudah dirawat

beberapa hari sebelum hari persalinan ( harapan partus ), persalinan kala II,

yakni setelah mulas – mules timbul, yang berarti otot rahim berkonsentrasi

dan tidak boleh berlangsung lama (Llewellyn, D, 2001, hlm 189).

b. Indikasi sosial

Selain indikasi medis terdapat indikasi non medis untuk melakukan seksio

(21)

karena adanya permintaan pasien walaupun tidak ada masalah atau kesulitan untuk

melakukan persalinan normal.

Indikasi sosial biasanya sudah direncanakan terlebih dahulu untuk dilakukan

tindakan seksio caesaria atau disebut dengan seksio sesarea elektif

(Kasdu, 2003, hlm 14).

5. Kontra indikasi seksio sesarea

Mengenai kontra indikasi, perlu diketahui bahwa seksio sesaria dilakukan baik

untuk kepentingan ibu maupun untuk kepentingan anak, oleh sebab itu, seksio sesarea

tidak dilakukan kecuali dalam keadaan terpaksa. Seksio sesaria tidak boleh dilakukan

pada kasus – kasus seperti di bawah ini :

Anak sudah mati dalam kandungan. Dalam hal ini, dokter menilai apabila denyut

jantung anak sudah tidak ada, ibu sudah tidak merasakan adanya gerakan anak dan

pencitraan ultrasonografi ( USG ), atau Doppler, dan tidak ada lagi tanda – tanda

kehidupan dari anak tersebut.

1. Jika anak terlalu kecil untuk mampu hidup diluar rahim ibu.

2. Jika anak dikandungan ibu terbukti cacat, misalnya kepala anak besar

( hydrocepalus ), atau anak tanpa kepala ( anencepalus ).

(22)

B. Anestesi

Ada beberapa anestesi atau penghilang rasa sakit yang bisa dipilih untuk

operasi caesar, baik spinal maupun general. Pada anestesi spinal atau epidural yang

lebih umum digunakan, sang ibu tetap sadar kala operasi. Anestesi general bekerja

secara jau lebih cepat, dan mungkin diberikan jika diperlukan proses persalinan yang

cepat (Gallagher, C.M, 2004, hlm 20 ).

a. Anestesi general

Anestesi general biasanya diberikan jika anestesi spinal atau epidural tidak

mungkin diberikan, baik karena alasan tekis maupun karena dianggap tidak aman.

Pada prosedur pemberian anestesi ini akan menghirup oksigen melalui masker wajah

selama tiga sampai empat menit sebelum obat diberikan melalui penetesan intravena.

Dalam waktu 20 sampai 30 detik, maka pasien akan terlelap. Saat pasien tidak sadar,

akan disisipkan sebuah selang ke dalam tenggorokkan pasien untuk membantu pasien

bernafas dan mencegah muntah. Jika digunakan anestesi total, pasien akan dimonitor

secara konstan oleh seorang ahli anestesi. Dan biasanya pasangan tidak boleh

mendampingi pasien kala persalinan dengan anestesi general.

b. Anestesi spinal

Dalam operasi caesar elektif, pasien diberi penawaran untuk menggunakan

spinal anestesi. Kedua pilihan itu dapat membuat pertengahan ke bawah tubuh pasien

mati rasa, tetapi pasien akan tetap terjaga dan menyadari apa yang sedang terjadi. Hal

ini berarti pasien bisa merasakan kelahiran bayi tanpa merasakan sakit, dan pasangan

(23)

c. Komplikasi – komplikasi yang mungkin terjadi

Komplikasi yang umum terjadi saat anestesi spinal adalah turunnya tekanan

darah. Beberapa wanita merasakan sakit kepala yang parah setelah operasi caesar

dengan anestesi spinal, sementara ada pula yang merasakan sakit pada daerah

punggung.

Anestesi general mungkin membuat pasien merasa pusing ; kerongkongan

terasa kering dan sakit. Selain itu, pasien mungkin juga akan mengalami rasa mual

yang hebat dan muntah. Jika obat bius yang diberikan mengandung morfin, mungkin

akan merasa gatal di sekujur tubuh. Efek – efek samping itu dapat hilang dalam

waktu 24 sampai 48 jam setelah persalinan (Gallagher, C.M, 2004, hlm 21 ).

C. Mobilisasi

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas

dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemuihan pasca bedah;

mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena

hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan demikian mobilisasi

dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara

membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi

( Carpenito, 2000 hlm 6 ).

Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk berjalan, bangkit,

berdiri dan kembali ketempat tidur, kursi, kloset, duduk dan sebagainya. Disamping

(24)

terhadap aktivitas kehidupan sehari – hari pasien untuk menyusun rencana askeb yang

bersifat individual (Suchinchliff, 1999 hlm 7).

Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat

tidur dengan melatih bagian – bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar

berjalan (Soelaiman, 2000, hlm 17).

Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada

pasien post operasi seksio sesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segera

menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah

menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari – jarinya agar kerja organ pencernaan

segera kembali normal ( Kasdu, 2003, hlm 71 ).

Konsep mobilisasi mula – mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan

pengembalian secara berangsur – angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk

mecegah komplikasi (Ancheta, R.,S, 2005, hlm 31).

1. Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi

a). Faktor fisiologis; frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe

penyakit, status kardiopulmonar, status musculskletal, pola tidur, keberadaan nyeri,

frekuensi aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. b).faktor emosional; faktor

emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati, depresi, cemas,

motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. c). faktor perkembangan;

faktor perkembangan yang mempengaruhi moilisasi adalah usia, jenis kelamin,

kehamilan, perubahan masa otot karena perubahan perkembangan, perubahan sistem

(25)

2. Indikator pemulihan pasca seksio sesaria dengan mobilisasi

Pada hari ketiga sampai kelima setelah operasi ibu diperbolehkan pulang ke

rumah apabila tidak terjadi komplikasi. Perkembangan kesembuhan ibu pasca seksio

sesaria dapat dilihat dari hari kehari. Hari kedua setelah operasi ibu berusaha buang

air kecil sendiri tanpa bantuan kateter, dan melakukannya di kamar mandi dengan

dibantu suami atau keluarga. Hari ketiga umumnya ibu baru akan buang air besar,

dimana saat awal setelah persalinan ibu mengalami sembelit. Pada hari keempat lokia

pada ibu pasca seksio sesarea normalnya 2 x ganti doek/ hari, perubahan ini

menunjukkan bahwa rahim berkontraksi yaitu mengalami proses untuk kembali ke

kondisi dan ukuran yang normal. Pada hari kelima fundus uteri berada pada

pertengahan pusat simfisis dan hari ketujuh setelah operasi luka bekas sayatan

mengering (Kasdu, 2003, hlm 69).

3. Tujuan mobilisasi pada ibu pasca bedah seksio sesaria

Tujuan mobilisasi dini yaitu membantu proses penyembuhan ibu yang telah

melahirkan, untuk menghindari terjadinya infeksi pada bekas luka sayatan setelah

operasi seksio sesarea, mengurangi resiko terjadinya konstipasi, mengurangi

terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot – otot di seluruh tubuh,

mengatasi terjadinya gangguan sirkulasi darah, pernafasan, peristaltik maupun

(26)

4. Prosedur mobilisasi

1. Hari 1 – 4

a. Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak kaki

Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak lingkaran dengan

telapak kaki satu demi satu. Gerakan itu seperti sedang menggambar

sebuah lingkaran dengan ibu jari kaki ibu ke satu arah, lalu ke arah lainnya.

Kemudian regangkan masing – masing telapak kaki dengan cara menarik

jari – jari kaki ibu ke arah betis, lalu balikkan ujung telapak kaki ke arah

sebaliknya sehingga ibu merasakan otot betisnya berkontraksi. Lakukan

gerakan ini dua atau tiga kali sehari.

b. Bernafas dalam – dalam

- Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan kedua tangan ibu di bagian

dada atas dan tarik nafas. Arahkan nafas itu ke arah tangan ibu, lalu tekanlah

dada saat ibu menghembuskan nafas.

- Kemudian tarik nafas sedikit lebih dalam. Tempatkan kedua tangan di atas

tulang rusuk, sehingga ibu dapat merasakan paru – paru mrngembang, lalu

hembuskan nafas seperti sebelumnya.

- Cobalah untuk bernafas lebih dalam sehingga mencapai perut. Hal ini akan

merangsang jaringan – jaringan di sekitar bekas luka. Sangga insisi ibu

dengan cara menempatkan kedua tangan secara lembut di atas daerah

tersebut. Kemudian, tarik dan hembuskan nafas yang lebih dalam lagi

(27)

c. Duduk tegak

- Tekuk lutut dan miring ke samping.

- Putar kapala ibu dan gunakan tangan – tangan ibu untuk membantu dirinya

ke posisi duduk. Saat melakukan gerakan yang pertama, luka akan tertarik

dan terasa sangat tidak nyaman, namun teruslah berusaha dengan bantuan

lengan sampai ibu berhasil duduk. Pertahankan posisi itu selama beberapa

saat.

- Kemudian, mulailah memeindahkan berat tubuh ke tangan , sehingga ibu

dapat menggoyangkan pinggul ke arah belakang. Duduk setegak mungkin

dan tarik nafas dalam – dalam beberapa kali, luruskan tulang punggung

dengan cara mengangkat tulang – tulang rusuk. Gunakan tangan ibu untuk

menyangga insisi. Cobalah batuk 2 atau 3 kali.

d. Bangkit dari tempat tidur

- Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan kaki pelan – pelan ke

sisi tempat tidur. Gunakan tangan ibu untuk mendorong ke depan dan

perlahan turunkan telapak – telapak kaki ibu ke lantai.

- Tekanlah sebuah bantal dengan ketat di atas bekas luka ibu untuk

menyangga. Kemudian, cobalah bagian atas tubuh ibu. Cobalah meluruskan

(28)

e. Berjalan

Dengan bantal tetap tertekan di atas bekas luka, berjalanlah ke depan. Saat

berjalan usahakan kepala tetap tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah

berjalan selama beberapa menit sebelum kembali ke tempat tidur.

f. Berdiri dan meraih

Duduklah di bagian tepi tempat tidur, angkat tubuh hingga berdiri.

Pertimbangkanlah untuk mengontraksikan otot – otot punggung agar dada

mengembang dang meregang. Cobalah untuk mengangkat tubuh, mulai dari

pinggang perlahan – lahan, melawan dorongan alamiah untuk membungkuk,

lemaskan tubuh ke depan selama satu menit.

g. Menarik perut

- Berbaringlah di tempat tidur dan kontraksikan otot – otot dasar pelvis, dan

cobalah untuk menarik perut.

- Perlahan – lahan letakkan kedua tangan di atas bekas luka dan

berkontraksilah untuk menarik perut menjauhi tangan ibu. Lakukan 5 kali

tarikan, dan lakukan 2 kali sehari.

h. Saat menyusui

Tarik perut semabari menyusui. Kontraksikan otot – otot perut selama

beberapa detik lalu lemaskan.lakukan 5 sampai 10 kali setiap kali ibu

(29)

2. Hari 4 – 7

a. Menekuk pelvis

Kontraksikan abdomen dan tekan punggung bagian bawah ke tempat

tidur. Jika dilakukan dengan benar pelvis akan menekuk. Lakukan 4

hingga 8 tekukan selama 2 detik.

b. Meluncurkan kaki

Berbaring dengan lutut tertekuk dan bernafaslah secara normal, lalu

luncurkan kaki di atas tempat tidur, menjauhi tubuh. Seraya mendorong

tumit, ulurkan kaki, sehingga ibu akan merasakan sedikit denyutan di

sekitar insisi. Lakukan 4 kali dorongan untuk satu kaki.

c. Sentakan pinggul

- Berbaringlah di atas tempat tidur, tekukkan kaki ke atat dan remtangkan

kaki yang satu lagi. Lakukan gerakan menunjuk ke arah jari – jari kaki.

- Dorong pinggul pada sisi yang sama dengan kaki yang tertekuk ke arah

bahu, lalu lemaskan. Dorong kaki menjauhi tubuh dengan lurus. Lakukan

6 hingga 8 pengulangan untuk masing – masing tubuh.

d. Menggulingkan lutut

- Berbaring di tempat tidur , kemudian letakkan tangan di samping tubuh

untuk menjaga keseimbangan

- Perlahan – lahan gerakkan kedua lutut ke satu sisi. Gerakkan lutut hingga

bisa merasakan tubuh ikut berputar. Lakukan 3 kali ayunan lutut ke

(30)

e. Posisi jembatan

Berbaringlah di atas tempat tidur dengan kedua lutut tertekuk. Bentangkan

kedua tangan ke bagian samping untuk keseimbangan. Tekan telapak kaki

ke bawah dan perlahan – lahan angkat pinggul dari tempat tidur. Rasakan

tulang tungging terangkat. Lakukan gerakan ini 5 kali sehari.

f. Posisi merangkak

- Perlahan – lahan angkat tubuh dengan bertopang kedua tangan dan kaki di

atas tempat tidur. Saat ibu dapat mempertahankan posisi merangkak tanpa

merasa tak nyaman sedikitpun, ibu dapat menambah beberapa gerakan

dalam rangkaian ini.

- Tekan tangan dan kaki di tempat tidur, dan cobalah untuk melakukan

gerakan yang sama dengan sentakan pinggul, sehingga pinggul terdorong

ke arah bahu. Jika melakukan gerakan ini dengan benar, ibu akan merasa

seolah – olah menggoyang- goyangkan ekor. Lakukan gerakan ini 5 kali

sehari.

- Tekan bagian tengah punggung ke arah bawah, saat melengkung tubuh ke

bawa, ibu bisa merasakan perut meregang. Kemudian, saat meluruskan

punggung, berkonsentrasilah menarik abdomen (Gallagher, C.M, 2004,

hlm 38).

5. Manfaat mobilisasi

Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung, memperbaiki

(31)

darah, memperbaiki aliran balik vena; pada sistem respiratori meningkatkan frekuensi

dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja

pernafasan, meningkatkan pengembangan diafragma; pada sistem metabolik dapat

meningkatkan laju metabolisme basal, meningkatkan penggunaan glukosa dan asam

lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilitas lambung,

meningkatkan produksi panas tubuh; pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus

otot, meningkatkan mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan,

mungkin meningkatkan masa otot; pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi,

mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik,

dan berkurangnya penyakit (Potter., Perry, 2006, hlm 24).

6. Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi

Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik

sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu

dari gejala infeksi adalah peningkatan suhu tubuh; perdarahan yang abnormal, dengan

mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko

perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk

penyempitan pembuluh darah yang terbuka; involusi uterus yang tidak baik, tidak

dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa

plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus (Fauzi, C.M, 2007,

(32)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian yang berjudul efektifitas mobilisasi dini pada pasien pasca seksio sesarea terdiri dari variabel independen dan variabel

dependen. Variabel independen merupakan variabel yang bila dirubah akan

mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel dependen adalah variabel yang

berubah akibat perubahan dari variabel independen. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah efektifitas mobilisasi dini dan variabel dependen adalah

penyembuhan pasien pasca seksio sesarea.

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema. 1. Skema kerangka konsep Kelompok intervensi

Dilakukan mobilisasi dini

Penyembuhan pasien pasca seksio sesarea :

1. Volume BAK 2. Frekuensi BAB 3. Jumlah lokia

4. Tinggi fundus uteri 5. Penyembuhan luka pasien pasca

seksio sesarea

Kelompok kontrol

(33)

B. Hipotesis

Ada pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio

sesarea.

C. Definisi Operasional

No

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur 1 Independen :

Mobilisasi Dini

Pergerakan yang dilakukan ibu-ibu 24 jam pasca seksio sesarea di RSUD Dr.Pirngadi Medan dengan tujuan untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi pasca seksio sesarea.

- - 1= Dilakukan

0= Tidak Dilakukan

Nominal

2 Dependen : Penyembuhan pasien pasca seksio sesarea

Penyembuhan ibu-ibu pasca seksio sesarea setelah dilakukan

mobilisasi dini di RSUD Dr.Pirngadi Medan Lembar observasi Observasi Wawancara Observasi 1= volume BAK....ml/ hari 2= frekuensi BAB....x/hari 3= jumlah lokia ....doek/ hari 4= perubahan tinggi fundus uteri...cm 5= penyembuhan luka operasi mengering ....hari Rasio

3 Paritas Jumlah anak yang

dilahirkan ibu pasca

Kuesioner Wawancara 1 = Primipara 2 = Multipara

(34)

seksio sesarea di RSUD Dr.Pirngadi Medan baik lahir mati maupun lahir hidup

4 Anestesi Obat penghilang

rasa sakit yang diberikan pada ibu di

RSUD Dr.Pirngadi Medan yang akan menjalani operasi seksio sesarea

(35)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen

yaitu rancangan yang berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan

cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen (Nursalam,

2003, hlm 89) dengan rancangan post test only.

Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelompok Perlakuan Post – test

K-A

K-B

Diberikan

Tidak diberikan

Test X

Test Y

Skema 2. Desain penelitian

Keterangan :

K-A : subjek (pasca seksio sesarea) perlakuan

K-B : subjek (pasca seksio sesarea) kontrol

Penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok intervensi yang

diberikan mobilisasi dini, dan kelompok kontrol yang tidak diberikan mobilisasi dini.

(36)

post-test. Kemudian membandingkan kedua kelompok antara kelompok intervensi

dengan kelompok kontrol.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu yang melahirkan dengan

seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Data dari kunjungan bulan Oktober

2009 sebanyak 78 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi. Untuk

menentukan besar sampel peneliti menggunakan rumus :

Keterangan :

N = Jumlah populasi

n = Jumlah sampel

d = ketetapan relatif (0,05)

Dari rumus di atas dapat kita lihat jumlah sampel yang dijadikan responden

pada penelitian ini, yaitu : 2

) (

1 N d

N n

(37)

n = ) 05 , 0 ( 78 1 78 +

n = 73

Dengan demikian jumlah sampel yang akan diteliti adalah 73 orang. Namun

karena keterbatasan waktu penelitian di RSUD Dr. Pirngadi Medan sehingga jumlah

sampel tidak mencapai hasil dari jumlah penghitungan populasi seluruhnya, sampel

yang didapatkan yaitu sebanyak 32 responden. Dimana 32 responden pada kelompok

intervensi dan 32 responden pada kelompok kontrol. Tekhnik pengambilan sampel

dalam penelitian ini dengan menggunakan accidental sampling sesuai dengan

kriteria:

a. ibu yang melahirkan anak pertama sampai dengan anak ketiga dengan

seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan

b. Ibu dengan seksio sesarea tanpa komplikasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan

c. Ibu dengan seksio sesarea yang menggunakan anestesi spinal di RSUD Dr.

Pirngadi Medan, dan

d. Ibu bersedia menjadi responden penelitian.

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan di Ruang Kebidanan

(38)

pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut dengan persalinan seksio sesarea serta

belum diterapkannya program intervensi mobilisasi dini bagi pasien pasca seksio

sesarea.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari – Juni 2010 di RSUD Dr. Pirngadi

Medan.

E. Pertimbangan Etik Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan

permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian

tentang tujuan penelitian dan prosedur peleksanaan penelitian. Apabila calon

responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed

consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon responden berhak

untuk menolak atau mengundurkan diri selama proses pengumpulan data

berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi

responden, baik secara fisik maupun psikologis. Kerahasiaan catatan mengenai data

responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen dan

menuliskan nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi

yang diberikan dan peneliti akan memusnahkan instrumen penelitian setelah proses

analisa data selesai. Data – data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan

(39)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Pengisian

lembar observasi dilakukan langsung oleh peneliti dengan melihat dan melakukan

wawancara kepada responden terhadap volume BAK, wawancara terhadap responden

terhadap frekuensi BAB, melihat jumlah lokia, mengukur tinggi fundus uteri, serta

melihat luka bekas operasi pada kelompok intevensi yang dilakukan mobilisasi dini

dan pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan mobilisasi dini.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan kepada

Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas keperawatan Universitas Sumatera

Utara untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan,

peneliti memberikan surat izin penelitian kepada Direktur RSUD Dr. Pirngadi

Medan. Setelah mendapat persetujuan dari Direktur, peneliti melaksanakan penelitian

di ruangan Kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan. Dalam melaksanakan

pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri, menjelaskan

prosedur, manfaat penelitian dan memperoleh persetujuan dari responden. Calon

responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar persetujuan

(Informed consent). Kemudian peneliti memberikan pengarahan tentang pelaksanaan

prosedur mobilisasi dini pada kelompok intervensi. Namun dalam penelitian ini tidak

semua responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti

(40)

informed consent yang diberikan oleh peneliti, disamping itu ada yang beranggapan

bahwa penelitian ini merugikan mereka atau mencederai mereka. Mobilisasi yang

diberikan seharusnya pada pasien yang 6 jam pasca seksio sesarea, namun ada pasien

yang sudah 12 sampai 24 jam pasca seksio sesarea. Responden dibagi menjadi dua

kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Dimana kelompok

intervensi dilakukan mobilisasi dini selama 15 menit setiap hari selama tujuh hari,

sedangkan kelompok kontrol tidak dilakukan mobilisasi dini. Pada hari ke tujuh

peneliti melakukan observasi dan wawancara langsung kepada pasien selama 10

menit terhadap voluma BAK, frekuensi BAB, jumlah lokia dari banyaknya doek yang

diganti, mengukur tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita cm, dan melihat luka

bekas operasi mengering atau tidak pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

untuk mengetahui perbedaan lamanya penyembuhan pasien pasca seksio sesarea yang

dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Pada umunya

pasien akan kembali ke rumah masing – masing pada hari ke empat atau ke lima,

sehingga peneliti harus melaksanakan penelitian dengan mendatangi rumah –

rumah pasien. Setelah selesai selanjutnya seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa.

H. Analisa data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data melalui

beberapa tahap, pertama editing yaitu memeriksa kelengkapan data responden serta

memastikan semua jawaban sudah diisi. Tahap kedua koding yaitu memberikan kode

(41)

data ke dalam komputer (entry). Setelah itu melakukan tabulasi dan analisa data

dengan menggunakan bantuan program yang disesuaikan dengan langkah – langkah

sebagai berikut :

1. Univariat

Data responden yang bersifat numerik yaitu data demografi dan penyembuhan

pasien pasca seksio sesarea dicari mean dan standar deviasinya dan disajikan dalam

bentuk tabel.

2. Bivariat

Dalam menganalisa data secara bivariat pengujian data dilakukan dengan

menggunakan uji statistik yaitu uji t-independent yakni membandingkan

penyembuhan pasien pasca seksio sesarea setelah 7 hari pada kelompok kontrol dan

kelompok intervensi. Taraf signifikan 95% (α = 0,05). Pedoman dalam menerima

hipotesis : apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 maka Ho ditolak, apabila (p) > 0,05

(42)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang efektifitas mobilisasi dini

terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea yang dilakukan di RSUD. Dr.

Pirngadi Medan. Jumlah responden adalah 73 orang. Namun, dalam penelitian ada

keterbatasan sampel dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Yang

memenuhi kriteria yaitu 32 orang. Dimana 32 orang kelompok intervensi dan 32

orang kelompok kontrol. Responden diberikan mobilisasi dini 15 menit setiap hari

selama tujuh hari berturut – turut dan dilakukan pada pagi hari atau sore hari.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat ini bertujuan mendeskripsikan data yang bersifat numerik

dicari mean dan standar deviasinya. Data responden yaitu volume buang air kecil,

frekuensi buang air besar, jumlah lokia, tinggi fundus uteri dan penyembuhan luka

(43)
[image:43.612.111.537.196.367.2]

Table . 5.1

Distribusi Penyembuhan Pasien Pasca Seksio Sesarea Setelah Mobilisasi Dini pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Kebidanan

RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=64)

No Variabel Kelompok intervensi Kelompok kontrol

Mean SD Mean SD

1 Volume buang air kecil

setelah mobilisasi dini

339 ml 60.55 361 ml 68.07

2 Frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini

1 x/hari 0.36 1 x/hari 0.17

3 Jumlah lokia setelah

mobilisasi dini

2x ganti doek/hari

0.25 2x ganti

doek /hari

0.17

4 Tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini

5 cm 0.88 6 cm 0.98

5 Penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini

7 hari 0.42 7 hari 0.24

Berdasarkan table 5.1 rata – rata volume buang air kecil setelah mobilisasi

dini pada kelompok intervensi adalah 339 ml dengan standar deviasi 60.55,

sedangkan rata – rata volume buang air kecil pada kelompok kontrol setelah

mobilisasi dini adalah 361 ml dengan standar deviasi 68.07.

Rata – rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok

intervensi adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.36, sedangkan rata – rata frekuensi

buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 1 x/hari dengan

standar deviasi 0.17.

Rata – rata jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi

(44)

lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 2x ganti doek/hari dengan

standar deviasi 0.17.

Rata – rata tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok

intervensi adalah 5 cm dengan standar deviasi 0.88, sedangkan rata – rata tinggi

fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 6 cm dengan

standar deviasi 0.98.

Rata – rata penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok

intervensi adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.42, sedangkan rata – rata

penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 7

hari dengan standar deviasi 0.24.

2. Analisa Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji efektifitas mobilisasi dini terhadap

penyembuhan pasien pasca seksio sesarea. Dalam menganalisa data secara bivariat,

dilakukan dengan menggunakan uji statistik uji t-independent pada tabel di bawah

(45)
[image:45.612.108.570.196.270.2]

Tabel. 5.2

Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Volume Buang Air Kecil Pasien Pasca Seksio Sesarea pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Kebidanan

RSUD Dr. Pirngadi Medan (n= 64)

No Variabel Mean SD SE P value

1 Volume buang air kecil setelah

mobilisasi dini pada kelompok intervensi 339 ml 60.55

16.10 0.179 Volume buang air kecil setelah

mobilisasi dini pada kelompok control 361 ml 68.07

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat rata – rata volume buang air kecil setelah

mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 339 ml dengan standar deviasi

60.55, sedangkan pada kelompok kontrol rata – rata volume buang air kecil setelah

mobilisasi dini adalah 361 ml dengan standar deviasi 68.07. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p = 0.179, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan volume buang air kecil yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak

(46)
[image:46.612.109.565.196.270.2]

Tabel. 5.3

Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Frekuensi Buang Air Besar Pasien Pasca Seksio Sesarea pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Kebidanan

RSUD Dr. Pirngadi Medan (n= 64)

No Variabel Mean SD SE P value

2 Frekuensi buang air besar setelah

mobilisasi dini pada kelompok intervensi 1 x/hari 0.36

0.07 0.089

Frekuensi buang air besar setelah

mobilisasi dini pada kelompok control 1 x/hari 0.17

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat rata – rata frekuensi buang air besar pada

kelompok intervensi setelah mobilisasi dini adalah 1 x/hari dengan standar deviasi

0.36, sedangkan pada kelompok control rata – rata frekuensi buang air besar setelah

mobilisasi dini adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.17. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p = 0.089, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan frekuensi buang air besar yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak

(47)
[image:47.612.108.569.195.269.2]

Tabel. 5.4

Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Jumlah Lokia Pasien Pasca Seksio Sesarea pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Kebidanan

RSUD Dr. Pirngadi Medan (n= 64)

No Variabel Mean SD SE P value

3 Jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi

2x ganti

doek/hari 0.25

0.05 0.570

Jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol

2x ganti

doek/hari 0.17

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat rata – rata jumlah lokia pada kelompok

intervensi setelah mobilisasi dini adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi

0.25, sedangkan pada kelompok kontrol rata - rata jumlah lokia setelah mobilisasi

dini adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.17. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p = 0.570, maka dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan

yang siginifikan jumlah lokia yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak

(48)
[image:48.612.109.563.196.270.2]

Tabel. 5.5

Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Tinggi Fundus Uteri Pasien Pasca Seksio Sesarea pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Kebidanan

RSUD Dr. Pirngadi Medan (n= 64)

No Variabel Mean SD SE P value

4 Tinggi fundus uteri setelah mobilisasi

dini pada kelompok intervensi 5 cm 0.88

0.23 0.007

Tinggi fundus uteri setelah mobilisasi

dini pada kelompok control 6 cm 0.98

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat rata – rata tinggi fundus uteri pada

kelompok intervensi setelah mobilisasi dini adalah 5 cm dengan standar deviasi 0.88,

sedangkan pada kelompok kontrol rata – rata tinggi fundus uteri setelah mobilisasi

dini adalah 6 cm dengan standar deviasi 0.98. Hasil uji statistik didapatkan nilai p =

0.007, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tinggi fundus

(49)
[image:49.612.109.563.196.270.2]

Tabel. 5.6

Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Penyembuhan Luka Operasi Pasien Pasca Seksio Sesarea pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang

Kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=64)

No Variabel Mean SD SE P value

5 Penyembuhan luka operasi setelah

mobilisasi dini pada kelompok intervensi 7 hari 0.42

0.86 0.002

Penyembuhan luka operasi setelah

mobilisasi dini pada kelompok kontrol 7 hari 0.24

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat rata – rata penyembuhan luka operasi pada

kelompok intervensi setelah mobilisasi dini adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.42,

sedangkan pada kelompok kontrol rata – rata penyembuhan luka operasi setelah

mobilisasi dini adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.24. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p = 0.002, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang

signifikan penyembuhan luka operasi yang dilakukan mobilisasi dini dan yang

dilakukan mobilisasi dini.

B. PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian akan diuraikan pembahasan tentang membandingkan

hasil penelitian ini dengan literatur yang berhubungan. Yakni efektifitas mobilisasi

(50)

1. Interpretasi dan diskusi hasil

Dari hasil penelitian didapatkan rata – rata volume buang air kecil setelah

mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 339 ml dengan standar deviasi

60.55, sedangkan rata – rata volume buang air kecil pada kelompok kontrol setelah

mobilisasi dini adalah 361 ml dengan standar deviasi 68.07.

Rata – rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok

intervensi adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.36, sedangkan rata – rata frekuensi

buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 1 x/hari dengan

standar deviasi 0.17.

Rata – rata jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi

adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.25, sedangkan rata – rata jumlah

lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 2x ganti doek/hari dengan

standar deviasi 0.17.

Rata – rata tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok

intervensi adalah 5 cm dengan standar deviasi 0.88, sedangkan rata – rata tinggi

fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 6 cm dengan

standar deviasi 0.98.

Rata – rata penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok

intervensi adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.42, sedangkan rata – rata

penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 7

(51)

Dari hasil uji statistik t-independent dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan pada volume buang air kecil yang dilakukan mobilisasi

dini pada kelompok intervensi dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini pada

kelompok kontrol dengan taraf signifikan 0.179 (P>0.05).

Pada frekuensi buang air besar tidak ada perbedaan signifikan antara yang

dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan yang tidak dilakukan

mobilisasi dini pada kelompok kontrol dengan taraf signifikan 0.089 (P>0.05).

Pada jumlah lokia tidak ada perbedaan signifikan antara yang dilakukan

mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini

pada kelompok kontrol dengan taraf siginifikan 0.570 (P>0.05).

Sedangkan pada tinggi fundus uteri dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

yang signifikan yang dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan yang

tidak dilakukan mobilisasi dini pada kelompok kontrol dengan taraf signifikan 0.007

(P<0.05).

Ada perbedaan yang signifikan pada penyembuhan luka operasi yang

dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan yang tidak dilakukan

mobilisasi dini pada kelompok kontrol dengan taraf signifikan 0.002 (P<0.05).

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan bahwa mobilisasi dini dapat

membantu proses penyembuhan ibu yang telah melahirkan, untuk menghindari

terjadinya infeksi pada bekas luka sayatan setelah operasi seksio sesarea, mengurangi

resiko terjadinya konstipasi, mengurangi terjadinya dekubitus, kekakuan atau

(52)

darah, pernafasan, peristaltik maupun berkemih (Mckinder, 2003 dalam Hick, 2007,

hlm. 47).

Hasil penelitian tentang pengaruh mobilisasi dini terhadap buang air kecil

tidak memiliki pengaruh yang signifikan antara kelompok yang dilakukan mobilisasi

dini dengan yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Hal ini tidak sesuai dengan teori

yang menyatakan bahwa penghancuran jaringan otot – otot uterus yang tumbuh

karena adanya hiperplasi dan jaringan otot membesar menjadi lebih panjang sepuluh

kali dari waktu masa kehamilan. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh

darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu akan sering buang air

kecil.

Buang air besar harus terjadi pada hari kedua sampai ketiga post partum. Pada

hasil penelitian didapatkan bahwa rata – rata ibu buang air besar pada hari kedua

pasca operasi baik pada kelompok intervensi dengan mobilisasi maupun pada

kelompok kontrol.

Pada hari keempat lokia pada ibu pasca seksio sesarea normalnya 2 x ganti

doek/ hari. Lokia yang keluar biasanya lebih banyak daripada darah yang keluar saat

menstruasi. Pada hasil penelitian umumnya ibu mengganti doeknya 2 – 3 kali dalam

sehari yaitu pada pagi dan sore setelah personal hygiene. Hal ini tidak berpengaruh

pada kelompok dengan mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini dan

sesuai dengan teori.

Penyembuhan luka operasi dan involusi uterus yang baik karena melakukan

(53)

atau gejala infeksi seperti peningkatan suhu tubuh; perdarahan yang abnormal,

dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka

resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk

penyempitan pembuluh darah yang terbuka; involusi uterus yang tidak baik, tidak

dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa

plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus (Fauzi, C.M, 2007).

Pada penelitian bahwa mobilisasi sangat berpengaruh pada involusio uteri dan

penyembuhan luka operasi, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok

yang dilakukan mobilisasi dini dengan yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Hala

tersebut berkaitan pula dengan teori yang telah diapaparkan sebelumnya.

Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung, memperbaiki

kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan

darah, memperbaiki aliran balik vena; pada sistem respiratori meningkatkan frekuensi

dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja

pernafasan, meningkatkan pengembangan diafragma; pada sistem metabolik dapat

meningkatkan laju metabolisme basal, meningkatkan penggunaan glukosa dan asam

lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilitas lambing,

meningkatkan produksi panas tubuh; pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus

otot, meningkatkan mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan,

mungkin meningkatkan masa otot; pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi,

mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik,

(54)

2. Keterbatasan penelitian

1. Sampel

Pemilihan responden yakni ibu pasca seksio sesarea hari pertama dan tanpa

komplikasi tidak terpenuhi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Namun, jika

jumlah sampel sedikit akan mempengaruhi kekuatan analisis (power analisys).

Responden pada penelitian ini diperoleh 32 orang dan dianalisis dengan uji

statistik t-independent. Jumlah responden pada penelitian seharusnya 55 orang,

namun responden yang ditemukan hanya 32 orang, karena tidak memenuhi kriteria

yakni sudah hari ke – 2 bahkan hari ke – 3 pasca seksio sesarea, pasien pasca seksio

sesarea maksimal lima hari dirawat di rumah sakit, sementara penelitian dilakukan

selama tujuh hari berturut – turut. Oleh sebab itu peneliti harus mendatangi ke rumah

– rumah pasien untuk memenuhi prosedur penelitian. Namun hal ini juga merupakan

kendala yang besar, dimana peneliti tidak mampu menjangkau rumah pasien yang

jaraknya cukup jauh.

2. Desain penelitian

Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen yang bersifat post test only.

Yakni hanya menguji efektifitas setelah mobilisasi dini terhadap kelompok intervensi

dan kelompok kontrol, dilihat perbedaanya antara kelompok intervensi dengan

perlakuan dengan kelompok kontrol tanpa perlakuan. Sebaiknya pada penelitian

(55)

pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, agar efektifitas mobilisasi dini yang

diteliti lebih terlihat perbedaannya dan hasilnya lebih bermakna.

3. Implikasi untuk asuhan kebidanan

Dari hasil penelitian ini telah diketahui bahwa mobilisasi dini efektif terhadap

penyembuhan pasien pasca seksio sesarea. Jadi, mobilisasi dapat digunakan juga

sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan pada ibu paska melahirkan spontan.

Namun perlu diperhatikan lagi prosedur pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu

sesuai dengan hari paska melahirkan, berapa kali dilakukan mobilisasi dini, dan

berapa lama dilakukan mobilisasi dini setiap hari, karena jika tidak sesuai dengan

prosedur pelaksanaan, baik gerakan, frekuensi latihan dan lamanya waktu yang

digunaka untuk melakukan mobilisasi dini maka akan berakibat sebaliknya yaitu

(56)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang efektifitas mobilisasi dini

terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea di Ruang Kebidanan RSUD. Dr.

Pirngadi Medan ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Distribusi penyembuhan pasien pasca seksio sesarea dapat digambarkan

sebagai berikut : rata – rata volume buang air kecil setelah mobilisasi dini pada

kelompok intervensi adalah 339 ml dengan standar deviasi 60.55, sedangkan rata

– rata volume buang air kecil pada kelompok kontrol setelah mobilisasi dini

adalah 361 ml dengan standar deviasi 68.07.

Rata – rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini pada

kelompok intervensi adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.36, sedangkan rata –

rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol

adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.17.

Rata – rata jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi

adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.25, sedangkan rata – rata

jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 2x ganti

doek/hari dengan standar deviasi 0.17.

Rata – rata tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok

(57)

fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 6 cm dengan

standar deviasi 0.98.

Rata – rata penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada

kelompok intervensi adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.42, sedangkan rata –

rata penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol

adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.24.

2. fektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio

sesarea dapat diketahui dari rata – rata volume buang air kecil setelah mobilisasi

dini pada kelompok intervensi adalah 339 ml dengan standar deviasi 60.55,

sedangkan pada kelompok kontrol rata – rata volume buang air kecil setelah

mobilisasi dini adalah 361 ml dengan standar deviasi 68.07. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p = 0.179 (P>0.05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan volume buang air kecil yang dilakukan mobilisasi dini

dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Hal ini tidak berkaitan dengan teori

yang ada bahwa dengan latihan atau bergerak sesering mungkin akan ada

penghancuran jaringan yang akan diserap oleh darah dan kemudian diserap oleh

ginjal yang menyebabkan ibu akan sering buang air kecil.

Rata – rata frekuensi buang air besar pada kelompok intervensi setelah

mobilisasi dini adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.36, sedangkan pada

kelompok kontrol rata – rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini

adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.17. Hasil uji statistik didapatkan nilai p =

(58)

signifikan frekuensi buang air besar yang dilakukan mobilisasi dini dan yang

tidak dilakukan mobilisasi dini. Hal ini berkaitan dengan teori bahwa pada

umumnya ibu buang air besar 1 – 2 kali dalam sehari.

Rata – rata jumlah lokia pada kelompok intervensi setelah mobilisasi dini

adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.25, sedangkan pada kelompok

kontrol rata - rata jumlah lokia setelah mobilisasi dini adalah 2x ganti doek/hari

dengan standar deviasi 0.17. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.570

(P>0.05), maka dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan yang

siginifikan jumlah lokia yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan

mobilisasi dini. Hal ini tidak berkaitan dengan teori bahwa lokia yang keluar

akan lebih banyak daripada darah saat menstruasi, jadi dengan demikian ibu akan

lebih sering

Gambar

Table . 5.1
Tabel. 5.2
Tabel. 5.3
Tabel. 5.4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Teori-teori tersebut meliputi persamaan diferensial, persamaan diferensial biasa linier dan nonlinier, sistem persamaan diferensial biasa linier dan nonlinier, persamaan

keseluruhan akte jual beli hak atas tanah yang dibuat oleh Camat selaku PPAT. Sementara itu 50% lebih sudah memenuhi prosedur, maka Camat selaku

Berdasarkan nilai absorbansi isolat uji yang diperoleh menunjukkan isolat-isolat rizobakteri mampu memproduksi IAA dengan produksi tertinggi dihasilkan oleh isolat

bahwa berdasarkan Pasal I angka 2 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada fraksi etil asetat dari daun tanaman kamboja (Plumeria acuminate Ait.) memiliki kekuatan menghambat pertumbuhan bakteri

Konsep- konsep yang ada yang menjadi faktor penerimaan game online dapat digunakan untuk mendukung sarana pembelajaran mahasiswa, sehingga mahasiswa dapat dengan

Memperkuat atau memperlemah hasil dari ketiga aspek CSR (ekonomi, lingkungan dan sosial) dapat memberikan informasi bagi manajemen perusahaan, untuk meningkatkan pelaksanaan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan beserta hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka didapatkan kesimpulan sebagai