EFEKTIFITAS MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN PASIEN PASCA SEKSIO SESAREA DI RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2010
KHAIRUL BARIAH 095102019
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKUTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Khairul Bariah
Efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan
viii + 45 hal + 6 tabel + 2 skema + 8 lampiran
Abstrak
Persalinan di Indonesia dengan operasi seksio sesarea terjadi sekitar 22,8% atau 921.000 dari 4.039.000 persalinan. Ibu yang mengalami seksio sesarea dengan adanya luka di abdomen harus dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi. Dewasa ini banyak dokter menganjurkan pasien yang baru melahirkan dengan operasi agar segera menggerakkan tubuhnya atau yang disebut dengan mobilisasi dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen yang bersifat post test only dengan jumlah sampel sebanyak 64 dan metode pengambilan sampel accidental
sampling. Penelitian dilakukan pada tanggal 25 Pebruari sampai 24 April 2010. Hasil
penelitian diperoleh rata – rata volume buang air kecil yaitu 339 ml, rata – rata frekuensi buang air besar yaitu 1 x/hari, rata – rata jumlah lokia yaitu 2x ganti doek/hari, rata – rata tinggi fundus uteri yaitu 5 cm, rata – rata penyembuhan luka operasi yaitu tujuh hari. Dari uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaaan signifikan dari volume buang air kecil setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol(p = 0,179), tidak ada perbedaaan signifikan dari frekuensi buang air besar setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,089), tidak ada perbedaaan signifikan dari jumlah lokia setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,570), ada perbedaaan signifikan dari tinggi fundus uteri setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,007), ada perbedaaan signifikan dari penyembuhan luka operasi setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,002). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea khususnya pada penurunan tinggi fundus uteri dan penyembuhan luka operasi, sehingga bidan dapat menerapkan mobilisasi dini sebagai intervensi dalam mempercepat penyembuhan pasien pasca seksio sesarea.
Daftar Pustaka : 21 ( 1998-2008)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan Karunia – Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan karya
tulis ilmiah dengan judul “Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Pasien
Pasca Bedah Seksio Caesaria Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010.
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna
baik dari isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya
masukan dan sara untuk perbaikan di masa yang akan dating.
Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini yaitu :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.
2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan USU.
3. Nur Asnah Sitohang, S. Kep.Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing dalam
penyusunan
karya tulis ilmiah hingga karya tulis ilmiah ini selesai.
4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik
5. Kedua orang tua tercinta dan adik – adik tersayang yang telah memberikan kasih
sayang, doa, serta dukungan berupa moril dan materil serta semangat kepada
peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan,
semoga mendapat anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin Ya Robbal A’lamin.
Medan, Juni 2010
Peneliti,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .... ... ... i
DAFTAR ISI ... ... ... iii
DAFTAR TABEL ... ... ... v
DAFTAR SKEMA ... ... ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... ... ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... ... 3
C. Tujuan Penelitian ... ... 4
1. Tujuan Umum ... ... 4
2. Tujuan Khusus ... ... 4
D. Manfaat Peneitian ... ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 6
A. Seksio Sesarea ... ... 6
1. Definisi ... ... 6
2. Keuntungan Seksio Sesarea ... ... 6
3. Kerugian Seksio Sesarea ... ... 6
5. Kontra Indikasi Seksio Sesarea ... ... 9
B. Anestesi ... ... ... 10
1. Anestesi General ... ... 10
2. Anastesi Spinal ... ... 11
C. Mobilisasi ... ... 11
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi ... 12
2. Indikator Pemulihan Pasca Seksio Sesarea dengan Mobilisasi ... ... 13
3. Tujuan Mobilisasi ... ... 13
4. Prosedur Mobilisasi... ... 14
5. Manfaat Mobilisasi ... ... 18
6. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi ... 19
BAB III KERANGKA KONSEP ... ... 20
A. Kerangka Konsep ... ... 20
B. Hipotesis .. ... ... 21
C. Definisi Operasional ... ... 21
BAB IV METODE PENELITIAN ... ... 23
A. Desain Penelitian ... ... 23
C. Tempat Penelitian ... ... 25
D. Waktu Penelitian... ... 25
E. Pertimbangan Etik Penelitian ... ... 25
F. Instrumen Penelitian ... ... 26
G. Prosedur Pengumpulan Data ... ... 26
H. Analisa Data ... ... 28
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 29
A. Hasil ... ... ... 29
1. Analisis Univariat ... ... 29
2. Analisis Bevariat ... ... 31
B. Pembahasan ... ... 34
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 40
A. Kesimpulan... ... 40
B. Saran ... ... ... 42
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi penyembuhan pasien pasca seksio sesarea setelah mobilisasi dini
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di ruang kebidanan
RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.………. ………...30
Tabel 5.2 Pengaruh mobilisasi dini terhadap volume buang air kecil pasien pasca
seksio sesarea pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol diruang
kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010………...31
Tabel 5.3 Pengaruh mobilisasi dini terhadap frekuensi buang air besar pasien pasca
seksio sesarea pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol diruang
kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 ... 32
Tabel 5.4 Pengaruh mobilisasi dini terhadap jumlah lokia pasien pasca seksio sesarea
pada kelompok intervensi dan kelompok control diruang kebidanan RSUD
Dr. Pirngadi Medan tahun 2010………32
Tabel 5.5 Pengaruh mobilisasi dini terhadap tinggi fundus uteri pasien pasca seksio
sesarea pada kelompok intervensi dan kelompok control diruang
kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010………...33
Tabel 5.6 Pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka operasi pasien pasca
seksio sesarea pada kelompok intervensi dan kelompok control diruang
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka konsep penelitian………...20
Skema 2. Desain penelitian efektifitas mobilisasi dini terhadap penyenbuhan pasien
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar persetujuan menjadi responden
Lampiran 2 Prosedur pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien pasca seksio sesarea
Lampiran 3 Lembar observasi penyembuhan pasien pasca seksio sesarea setelah
mobilisasi dini
Lampiran 4 Protap penelitian efektifitas mobilisai dini terhadap penyembuhan
pasien pasca seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Lampiran 5 Surat izin pengambilan data penelitian
Lampiran 6 Surat izin penelitian
Lampiran 7 Balasan surat izin penelitian
Lampiran 8 Lembar konsultasi
PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Khairul Bariah
Efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan
viii + 45 hal + 6 tabel + 2 skema + 8 lampiran
Abstrak
Persalinan di Indonesia dengan operasi seksio sesarea terjadi sekitar 22,8% atau 921.000 dari 4.039.000 persalinan. Ibu yang mengalami seksio sesarea dengan adanya luka di abdomen harus dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi. Dewasa ini banyak dokter menganjurkan pasien yang baru melahirkan dengan operasi agar segera menggerakkan tubuhnya atau yang disebut dengan mobilisasi dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen yang bersifat post test only dengan jumlah sampel sebanyak 64 dan metode pengambilan sampel accidental
sampling. Penelitian dilakukan pada tanggal 25 Pebruari sampai 24 April 2010. Hasil
penelitian diperoleh rata – rata volume buang air kecil yaitu 339 ml, rata – rata frekuensi buang air besar yaitu 1 x/hari, rata – rata jumlah lokia yaitu 2x ganti doek/hari, rata – rata tinggi fundus uteri yaitu 5 cm, rata – rata penyembuhan luka operasi yaitu tujuh hari. Dari uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaaan signifikan dari volume buang air kecil setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol(p = 0,179), tidak ada perbedaaan signifikan dari frekuensi buang air besar setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,089), tidak ada perbedaaan signifikan dari jumlah lokia setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,570), ada perbedaaan signifikan dari tinggi fundus uteri setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,007), ada perbedaaan signifikan dari penyembuhan luka operasi setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,002). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea khususnya pada penurunan tinggi fundus uteri dan penyembuhan luka operasi, sehingga bidan dapat menerapkan mobilisasi dini sebagai intervensi dalam mempercepat penyembuhan pasien pasca seksio sesarea.
Daftar Pustaka : 21 ( 1998-2008)
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Operasi caesar telah menjadi bagian kebudayaan manusia sejak zaman dahulu,
namun operasi caesar selalu dipandang sebagai usaha terakhir untuk menyelmatkan
sang bayi dan mempertahankan hidup sang ibu (Gallagher,C, 2004, hlm 3). Angka
kejadian seksio sesaria di Indonesia menurut data survey nasional tahun 2007 adalah
921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8 %
(http://www.idi.seksio.com.20%.sesaria).
Ibu yang mengalami seksio sesarea dengan adanya luka di perut sehingga harus
dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi. Ibu juga akan
membatasi pergerakan tubuhnya karena adanya luka operasi sehingga proses
penyembuhan luka dan pengeluaran cairan atau bekuan darah kotor dari rahim ibu
ikut terpengaruh (Bobak,L.J, 2004, hlm 52)
Dewasa ini semakin banyak dokter dan tenaga medis yang menganjurkan pasien
yang baru melahirkan dengan operasi agar segera menggerakkan tubuhnya. Dokter
kandungan menganjurkan pasien yang mengalami operasi caesar untuk tidak berdiam
diri di tempat tidur tetapi harus menggerakkan badan atau mobilisasi.
(Kasdu, 2003, hlm1).
Mobilisasi merupakan faktor yang utama dalam mempercepat pemulihan dan
bisa diraih dari latihan di tempat tidur dan berjalan pada periode dini pasca bedah.
Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko karena
tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot – otot
di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernafasan terganggu, juga adanya gangguan
peristaltik maupun berkemih. (Carpenito, 2000, ¶
diperoleh tanggal 25 September 2009).
Mobilisasi segera secara bertahap sangat berguna untuk proses penyembuhan
luka dan mencegah terjadinya infeksi serta trombosis vena. Bila terlalu dini
melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi
mobilisasi secara teratur dan bertahap yang didikuti dengan latihan adalah hal yang
paling dianjurkan (Roper, 2002, ¶ 3,http://www.postseksio.com diperoleh tanggal 25
September 2009)
Setelah dari ruang operasi, pasien akan dibawa ke ruang pemulihan. Di ruang
ini, berbagai pemeriksaan akan dilakukan, meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran,
sirkulasi pernafasan, tekanan darah, suhu tubuh, jumlah urin yang tertampung di
kantong urin, jumlah darah dalam tubuh, serta jumlah dan bentuk cairan lokia. Hal ini
untuk memastikan tidak di temukan gumpalan darah yang abnormal atau perdarahan
yang berlebihan. (Kasdu, 2003, hlm 2).
Dalam membantu jalannya penyembuhan ibu pasca seksio sesarea, disarankan
untuk melakukan mobilisasi dini. Tetapi, pada ibu yang mengalami seksio sesarea
rasanya sulit untuk melaksanakan mobilisasi karena ibu merasa letih dan sakit. Salah
diperlukan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini pasca operasi seksio sesarea
sehingga pelaks anaan mobilisasi dini lebih maksimal dilakukan. Sebenarnya ibu
yang mengalami seksio caesaria mengerti dalam pelaksanaan mobilisasi dini, namun
ibu tidak mengerti apa manfaat dilakukan mobilisasi dini (Surininah, 2004,
¶ 1,http://www.ayahbunda-online.co.id diperoleh tanggal 1 Oktober 2009)
Tanggung jawab atas kesehatan diri sendiri, termasuk juga harus dapat
mencapai tingkat kemandirian maksimal, dalam hal ini adalah melakukan mobilisasi
yang sesuai dengan kondisi pasien. Mobilisasi dini bermanfaat untuk
mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal, maka system saraf, otot dan skeletal
harus tetap utuh dan berfungsi dengan baik (Potter., Perry, 2006, hlm 31).
Dari survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Dr. Pirngadi
Medan pada tanggal 26 Oktober 2009 peneliti mendapatkan informasi dari sepuluh
orang ibu yang bersalin dengan operasi seksio sesarea mengatakan bahwa sangat
takut untuk melakukan mobilisasi pasca seksio sesaria. Hal ini disebabkan karena ibu
merasa sangat kesakitan saat efek dari anestesi telah hilang sehingga tidak mampu
untuk melakukan mobilisasi dini dan khawatir jahitan luka bekas operasi akan
meregang atau terbuka, sehingga menyebabkan terjadinya ruam atau lecet pada
bagian punggung bagian bawah, kekakuan atau penegangan otot – otot di seluruh
tubuh, pusing dan susah bernafas, juga susah buang air besar maupun berkemih serta
bengkak pada tungkai kaki.
Berdasarkan data di atas, diperlukan upaya terhadap penyembuhan pasien
untuk meneliti efektifitas mobilisasi dini terhadap peneyembuhan pasien pasca seksio
sesarea.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan di atas, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah adakah pengaruh mobilisasi dini terhadap
penyembuhan pasien pasca seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien
pasca seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi volume BAK setelah dilakukan mobilisasi dini pada
kelompok intervensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
b. Mengidentifikasi frekuensi BAB setelah dilakukan mobilisasi dini pada
kelompok intervensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
c. Mengidentifikasi jumlah lokia setelah dilakukan mobilisasi dini pada
kelompok intervensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
d. Mengidentifikasi tinggi fundus uteri setelah dilakukan mobilisasi dini pada
e. Mengidentifikasi penyembuhan luka operasi setelah dilakukan mobilisasi dini
pada kelompok intervensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
f. Mengidentifikasi volume BAK pada kelompok kontrol
g. Mengidentifikasi frekuensi BAB pada kelompok kontrol
h. Mengidentifikasi jumlah lokia pada kelompok kontrol
i. Mengidentifikasi tinggi fundus uteri pada kelompok kontrol
j. Mengidentifikasi penyembuhan luka operasi pada kelompok kontrol
k. Membandingkan efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien
pasca seksio sesarea antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Kebidanan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi bidan tentang
penatalaksanaan mobilisasi dini dan manfaat mobilisasi dini terhadap
penyembuhan pasien pasca seksio sesarea.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi pengetahuan
tentang mobilisasi sebagai intervensi bagi penelitian selanjutnya yang sejenis.
3. Bagi Pendidikan Kebidanan
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan pada
institusi kebidanan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Seksio Sesaria 1. Definisi
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio sesarea
adalah suatu histerektomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim; seksio adalah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus (Llewelyn, D, 2001, hlm 189).
2. Keuntungan seksio sesarea
Operasi caesar lebih aman dipilih dalam menjalani proses persalinan karena
telah banyak menyelamatkan jiwa ibu yang mengalami kesulitan melahirkan. Jalan
lahir tidak teruji dengan dilakukannya seksio sesarea, yaitu bilamana didiagnosis
panggul sempit atau fetal distress didukung data pelvimetri. Bagi ibu yang paranoid
terhadap rasa sakit, maka seksio seasria adalah pilihan yang tepat dalam menjalani
proses persalinan, karena diberi anastesi atau penghilang rasa sakit (Fauzi, D.A, 2007,
hlm 8)
3. Kerugian seksio sesarea
Operasi seksio sesarea merupakan prosedur medis yang mahal. Prosedur
anastesi pada operasi bisa membuat anak ikut terbius, sehingga anak tidak spontan
mengurangi apgar score. Ibu akan mendapat luka baru di perut dan kemungkinan
timbulnya infeksi bila luka operasi tidak dirawat dengan baik. Gerak tubuh ibu
menjadi sangat terbatas sehinga proses penyembuhan luka akan semakin lama.
Tindakan seksio sesaria biasanya dianggap sebagai suatu penyiksaan bagi yang tidak
memiliki kebiasaan beristirahat lama di rumah sakit setelah melahirkan (Fauzi, D.A,
2007, hlm 11).
4. Indikasi seksio sesarea a. indikasi medis
Dalam prose persalnan terdapat tiga faktor penentu yaitu power
( tenaga mengejan dan kontraksi dinding otot perut dan dinding rahim ), passageway
( keadaan jalan lahir ), dan passanger ( janin yang dilahirkan ).
Mula – mula indikasi seksio sesaria hanya karena ada kelainan passageway,
misalnya sempitnya panggul, dugaan akan terjadinya trauma persalina serius pada
jalan lahir atau pada anak, dan adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa
menular kepada anak, sehingga kelahiran tidak bisa melalui jalan yang benar yaitu
melalui vagina. Namun, akhirnya merambat ke faktor power dan passanger. Kelainan
power yang memungkinkan dilakukannya seksio sesaria, misalnya mengejan lemah,
ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga.
Sedangkan kelainan passanger diantaranya anak terlalu besar, anaka dengan kelainan
letak jantung, primigravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan
terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrom
Secara terperinci ada tujuh indikasi medis seorang ibu yang harus menjualani
seksio sesarea, yaitu :
1. Jika panggul sempit, sehingga besar anak tidak proporsional dengan ukuran
panggul ibu ( disporsi ). Oleh karena itu, penting untuk melakukan
pengukuran panggul pada waktu pemeriksaan kehamilan awal dengan tujuan
dapat memperkirakan apakah panggul ibu masih dalam batas normal atau
tergolong sempit untuk dilalui bayi nantinya.
2. Pada kasus sudah terjadi gawat janin akibat terinfeksi, misalnya, kasus
ketuban pecah dini ( KPD ) sehingga bayi terendam cairan ketuban yang
busuk, atau bayi ikut memikul demam tinggi. Bisa juga akibat ibu mengalami
eklamsia (keracunan kehamilan), sehingga bayi ikut terpengaruh akibat
penderitaan ibu. Kondisi bayi – bayi seperti ini termasuk gawat biasanya jika
dokter menilai denyut jantung bayi lebih cepat dari biasa termasuk jika terjadi
lilitan tali pusat pada leher bayi.
3. Pada kasus plasenta terletak di bawah ( plasenta previa ). Biasanya plasenta
melekat di bagian tengah rahim. Akan tetapi pada kasus plasenta previa letak
plasma dibagian bawah sehingga menutupi liang rahim dan akhirnya bayi
tidak bisa keluar normal melalui liang rahim ibu.
4. Pada kasus kalainan letak. Jika posisi anak dalam kandungan letaknya
melintang dan terlambat dikoreksi selagi kehamilan belum tua ( letak lintang
kasep ). Dalam situasi ini, persalinan normal sudah tidak mungkin dilakukan
5. Jika terjadi kontraksi yang lemah dan tidak terkoordinasi. Hal ini
menyebabkan tidak ada lagi kekuatan untuk mendorong bayi keluar dari
rahim ( incoordinate uterine – action ).
6. Jika ibu menderita preeklamsia, yaitu jika selama kehamilan muncul gejala
darah tinggi, ada protein dalam air seni, penglihatan kabur dan juga melihat
bayangan ganda. Pada eklamsia timbul gejala yang lebih berat lagi, yakni
selain gejala preeklamsia tersebut ibu mulai kejang – kejang tak sadarkan diri.
7. Jika yang pernah di seksio sesarea sebelumnya maka pada persalinan berikut
umumnya juga harus di seksio karena takut terjadi robekan rahim. Namun
sekarang, teknik seksio adalah dilakukan sayatan dibagian bawah rahim
sehingga potongan pada otot rahim tidak membujur lagi. Dengan demikian
bahaya rahim robek akan lebih kecil dibandingkan teknik seksio dulu yang
sayatannya dibagian tengah rahim dengan potongan yang bukan melintang.
Persalinan lewat vagina pada ibu yang pernah di seksio dapat dilakukan
dengan catatan : persalianan harus dilakukan di rumah sakit ibu sudah dirawat
beberapa hari sebelum hari persalinan ( harapan partus ), persalinan kala II,
yakni setelah mulas – mules timbul, yang berarti otot rahim berkonsentrasi
dan tidak boleh berlangsung lama (Llewellyn, D, 2001, hlm 189).
b. Indikasi sosial
Selain indikasi medis terdapat indikasi non medis untuk melakukan seksio
karena adanya permintaan pasien walaupun tidak ada masalah atau kesulitan untuk
melakukan persalinan normal.
Indikasi sosial biasanya sudah direncanakan terlebih dahulu untuk dilakukan
tindakan seksio caesaria atau disebut dengan seksio sesarea elektif
(Kasdu, 2003, hlm 14).
5. Kontra indikasi seksio sesarea
Mengenai kontra indikasi, perlu diketahui bahwa seksio sesaria dilakukan baik
untuk kepentingan ibu maupun untuk kepentingan anak, oleh sebab itu, seksio sesarea
tidak dilakukan kecuali dalam keadaan terpaksa. Seksio sesaria tidak boleh dilakukan
pada kasus – kasus seperti di bawah ini :
Anak sudah mati dalam kandungan. Dalam hal ini, dokter menilai apabila denyut
jantung anak sudah tidak ada, ibu sudah tidak merasakan adanya gerakan anak dan
pencitraan ultrasonografi ( USG ), atau Doppler, dan tidak ada lagi tanda – tanda
kehidupan dari anak tersebut.
1. Jika anak terlalu kecil untuk mampu hidup diluar rahim ibu.
2. Jika anak dikandungan ibu terbukti cacat, misalnya kepala anak besar
( hydrocepalus ), atau anak tanpa kepala ( anencepalus ).
B. Anestesi
Ada beberapa anestesi atau penghilang rasa sakit yang bisa dipilih untuk
operasi caesar, baik spinal maupun general. Pada anestesi spinal atau epidural yang
lebih umum digunakan, sang ibu tetap sadar kala operasi. Anestesi general bekerja
secara jau lebih cepat, dan mungkin diberikan jika diperlukan proses persalinan yang
cepat (Gallagher, C.M, 2004, hlm 20 ).
a. Anestesi general
Anestesi general biasanya diberikan jika anestesi spinal atau epidural tidak
mungkin diberikan, baik karena alasan tekis maupun karena dianggap tidak aman.
Pada prosedur pemberian anestesi ini akan menghirup oksigen melalui masker wajah
selama tiga sampai empat menit sebelum obat diberikan melalui penetesan intravena.
Dalam waktu 20 sampai 30 detik, maka pasien akan terlelap. Saat pasien tidak sadar,
akan disisipkan sebuah selang ke dalam tenggorokkan pasien untuk membantu pasien
bernafas dan mencegah muntah. Jika digunakan anestesi total, pasien akan dimonitor
secara konstan oleh seorang ahli anestesi. Dan biasanya pasangan tidak boleh
mendampingi pasien kala persalinan dengan anestesi general.
b. Anestesi spinal
Dalam operasi caesar elektif, pasien diberi penawaran untuk menggunakan
spinal anestesi. Kedua pilihan itu dapat membuat pertengahan ke bawah tubuh pasien
mati rasa, tetapi pasien akan tetap terjaga dan menyadari apa yang sedang terjadi. Hal
ini berarti pasien bisa merasakan kelahiran bayi tanpa merasakan sakit, dan pasangan
c. Komplikasi – komplikasi yang mungkin terjadi
Komplikasi yang umum terjadi saat anestesi spinal adalah turunnya tekanan
darah. Beberapa wanita merasakan sakit kepala yang parah setelah operasi caesar
dengan anestesi spinal, sementara ada pula yang merasakan sakit pada daerah
punggung.
Anestesi general mungkin membuat pasien merasa pusing ; kerongkongan
terasa kering dan sakit. Selain itu, pasien mungkin juga akan mengalami rasa mual
yang hebat dan muntah. Jika obat bius yang diberikan mengandung morfin, mungkin
akan merasa gatal di sekujur tubuh. Efek – efek samping itu dapat hilang dalam
waktu 24 sampai 48 jam setelah persalinan (Gallagher, C.M, 2004, hlm 21 ).
C. Mobilisasi
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas
dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemuihan pasca bedah;
mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena
hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan demikian mobilisasi
dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi
( Carpenito, 2000 hlm 6 ).
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk berjalan, bangkit,
berdiri dan kembali ketempat tidur, kursi, kloset, duduk dan sebagainya. Disamping
terhadap aktivitas kehidupan sehari – hari pasien untuk menyusun rencana askeb yang
bersifat individual (Suchinchliff, 1999 hlm 7).
Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat
tidur dengan melatih bagian – bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar
berjalan (Soelaiman, 2000, hlm 17).
Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada
pasien post operasi seksio sesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segera
menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah
menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari – jarinya agar kerja organ pencernaan
segera kembali normal ( Kasdu, 2003, hlm 71 ).
Konsep mobilisasi mula – mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan
pengembalian secara berangsur – angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk
mecegah komplikasi (Ancheta, R.,S, 2005, hlm 31).
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi
a). Faktor fisiologis; frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe
penyakit, status kardiopulmonar, status musculskletal, pola tidur, keberadaan nyeri,
frekuensi aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. b).faktor emosional; faktor
emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati, depresi, cemas,
motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. c). faktor perkembangan;
faktor perkembangan yang mempengaruhi moilisasi adalah usia, jenis kelamin,
kehamilan, perubahan masa otot karena perubahan perkembangan, perubahan sistem
2. Indikator pemulihan pasca seksio sesaria dengan mobilisasi
Pada hari ketiga sampai kelima setelah operasi ibu diperbolehkan pulang ke
rumah apabila tidak terjadi komplikasi. Perkembangan kesembuhan ibu pasca seksio
sesaria dapat dilihat dari hari kehari. Hari kedua setelah operasi ibu berusaha buang
air kecil sendiri tanpa bantuan kateter, dan melakukannya di kamar mandi dengan
dibantu suami atau keluarga. Hari ketiga umumnya ibu baru akan buang air besar,
dimana saat awal setelah persalinan ibu mengalami sembelit. Pada hari keempat lokia
pada ibu pasca seksio sesarea normalnya 2 x ganti doek/ hari, perubahan ini
menunjukkan bahwa rahim berkontraksi yaitu mengalami proses untuk kembali ke
kondisi dan ukuran yang normal. Pada hari kelima fundus uteri berada pada
pertengahan pusat simfisis dan hari ketujuh setelah operasi luka bekas sayatan
mengering (Kasdu, 2003, hlm 69).
3. Tujuan mobilisasi pada ibu pasca bedah seksio sesaria
Tujuan mobilisasi dini yaitu membantu proses penyembuhan ibu yang telah
melahirkan, untuk menghindari terjadinya infeksi pada bekas luka sayatan setelah
operasi seksio sesarea, mengurangi resiko terjadinya konstipasi, mengurangi
terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot – otot di seluruh tubuh,
mengatasi terjadinya gangguan sirkulasi darah, pernafasan, peristaltik maupun
4. Prosedur mobilisasi
1. Hari 1 – 4
a. Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak kaki
Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak lingkaran dengan
telapak kaki satu demi satu. Gerakan itu seperti sedang menggambar
sebuah lingkaran dengan ibu jari kaki ibu ke satu arah, lalu ke arah lainnya.
Kemudian regangkan masing – masing telapak kaki dengan cara menarik
jari – jari kaki ibu ke arah betis, lalu balikkan ujung telapak kaki ke arah
sebaliknya sehingga ibu merasakan otot betisnya berkontraksi. Lakukan
gerakan ini dua atau tiga kali sehari.
b. Bernafas dalam – dalam
- Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan kedua tangan ibu di bagian
dada atas dan tarik nafas. Arahkan nafas itu ke arah tangan ibu, lalu tekanlah
dada saat ibu menghembuskan nafas.
- Kemudian tarik nafas sedikit lebih dalam. Tempatkan kedua tangan di atas
tulang rusuk, sehingga ibu dapat merasakan paru – paru mrngembang, lalu
hembuskan nafas seperti sebelumnya.
- Cobalah untuk bernafas lebih dalam sehingga mencapai perut. Hal ini akan
merangsang jaringan – jaringan di sekitar bekas luka. Sangga insisi ibu
dengan cara menempatkan kedua tangan secara lembut di atas daerah
tersebut. Kemudian, tarik dan hembuskan nafas yang lebih dalam lagi
c. Duduk tegak
- Tekuk lutut dan miring ke samping.
- Putar kapala ibu dan gunakan tangan – tangan ibu untuk membantu dirinya
ke posisi duduk. Saat melakukan gerakan yang pertama, luka akan tertarik
dan terasa sangat tidak nyaman, namun teruslah berusaha dengan bantuan
lengan sampai ibu berhasil duduk. Pertahankan posisi itu selama beberapa
saat.
- Kemudian, mulailah memeindahkan berat tubuh ke tangan , sehingga ibu
dapat menggoyangkan pinggul ke arah belakang. Duduk setegak mungkin
dan tarik nafas dalam – dalam beberapa kali, luruskan tulang punggung
dengan cara mengangkat tulang – tulang rusuk. Gunakan tangan ibu untuk
menyangga insisi. Cobalah batuk 2 atau 3 kali.
d. Bangkit dari tempat tidur
- Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan kaki pelan – pelan ke
sisi tempat tidur. Gunakan tangan ibu untuk mendorong ke depan dan
perlahan turunkan telapak – telapak kaki ibu ke lantai.
- Tekanlah sebuah bantal dengan ketat di atas bekas luka ibu untuk
menyangga. Kemudian, cobalah bagian atas tubuh ibu. Cobalah meluruskan
e. Berjalan
Dengan bantal tetap tertekan di atas bekas luka, berjalanlah ke depan. Saat
berjalan usahakan kepala tetap tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah
berjalan selama beberapa menit sebelum kembali ke tempat tidur.
f. Berdiri dan meraih
Duduklah di bagian tepi tempat tidur, angkat tubuh hingga berdiri.
Pertimbangkanlah untuk mengontraksikan otot – otot punggung agar dada
mengembang dang meregang. Cobalah untuk mengangkat tubuh, mulai dari
pinggang perlahan – lahan, melawan dorongan alamiah untuk membungkuk,
lemaskan tubuh ke depan selama satu menit.
g. Menarik perut
- Berbaringlah di tempat tidur dan kontraksikan otot – otot dasar pelvis, dan
cobalah untuk menarik perut.
- Perlahan – lahan letakkan kedua tangan di atas bekas luka dan
berkontraksilah untuk menarik perut menjauhi tangan ibu. Lakukan 5 kali
tarikan, dan lakukan 2 kali sehari.
h. Saat menyusui
Tarik perut semabari menyusui. Kontraksikan otot – otot perut selama
beberapa detik lalu lemaskan.lakukan 5 sampai 10 kali setiap kali ibu
2. Hari 4 – 7
a. Menekuk pelvis
Kontraksikan abdomen dan tekan punggung bagian bawah ke tempat
tidur. Jika dilakukan dengan benar pelvis akan menekuk. Lakukan 4
hingga 8 tekukan selama 2 detik.
b. Meluncurkan kaki
Berbaring dengan lutut tertekuk dan bernafaslah secara normal, lalu
luncurkan kaki di atas tempat tidur, menjauhi tubuh. Seraya mendorong
tumit, ulurkan kaki, sehingga ibu akan merasakan sedikit denyutan di
sekitar insisi. Lakukan 4 kali dorongan untuk satu kaki.
c. Sentakan pinggul
- Berbaringlah di atas tempat tidur, tekukkan kaki ke atat dan remtangkan
kaki yang satu lagi. Lakukan gerakan menunjuk ke arah jari – jari kaki.
- Dorong pinggul pada sisi yang sama dengan kaki yang tertekuk ke arah
bahu, lalu lemaskan. Dorong kaki menjauhi tubuh dengan lurus. Lakukan
6 hingga 8 pengulangan untuk masing – masing tubuh.
d. Menggulingkan lutut
- Berbaring di tempat tidur , kemudian letakkan tangan di samping tubuh
untuk menjaga keseimbangan
- Perlahan – lahan gerakkan kedua lutut ke satu sisi. Gerakkan lutut hingga
bisa merasakan tubuh ikut berputar. Lakukan 3 kali ayunan lutut ke
e. Posisi jembatan
Berbaringlah di atas tempat tidur dengan kedua lutut tertekuk. Bentangkan
kedua tangan ke bagian samping untuk keseimbangan. Tekan telapak kaki
ke bawah dan perlahan – lahan angkat pinggul dari tempat tidur. Rasakan
tulang tungging terangkat. Lakukan gerakan ini 5 kali sehari.
f. Posisi merangkak
- Perlahan – lahan angkat tubuh dengan bertopang kedua tangan dan kaki di
atas tempat tidur. Saat ibu dapat mempertahankan posisi merangkak tanpa
merasa tak nyaman sedikitpun, ibu dapat menambah beberapa gerakan
dalam rangkaian ini.
- Tekan tangan dan kaki di tempat tidur, dan cobalah untuk melakukan
gerakan yang sama dengan sentakan pinggul, sehingga pinggul terdorong
ke arah bahu. Jika melakukan gerakan ini dengan benar, ibu akan merasa
seolah – olah menggoyang- goyangkan ekor. Lakukan gerakan ini 5 kali
sehari.
- Tekan bagian tengah punggung ke arah bawah, saat melengkung tubuh ke
bawa, ibu bisa merasakan perut meregang. Kemudian, saat meluruskan
punggung, berkonsentrasilah menarik abdomen (Gallagher, C.M, 2004,
hlm 38).
5. Manfaat mobilisasi
Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung, memperbaiki
darah, memperbaiki aliran balik vena; pada sistem respiratori meningkatkan frekuensi
dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja
pernafasan, meningkatkan pengembangan diafragma; pada sistem metabolik dapat
meningkatkan laju metabolisme basal, meningkatkan penggunaan glukosa dan asam
lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilitas lambung,
meningkatkan produksi panas tubuh; pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus
otot, meningkatkan mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan,
mungkin meningkatkan masa otot; pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi,
mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik,
dan berkurangnya penyakit (Potter., Perry, 2006, hlm 24).
6. Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi
Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik
sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu
dari gejala infeksi adalah peningkatan suhu tubuh; perdarahan yang abnormal, dengan
mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko
perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk
penyempitan pembuluh darah yang terbuka; involusi uterus yang tidak baik, tidak
dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa
plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus (Fauzi, C.M, 2007,
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian yang berjudul efektifitas mobilisasi dini pada pasien pasca seksio sesarea terdiri dari variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independen merupakan variabel yang bila dirubah akan
mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel dependen adalah variabel yang
berubah akibat perubahan dari variabel independen. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah efektifitas mobilisasi dini dan variabel dependen adalah
penyembuhan pasien pasca seksio sesarea.
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema. 1. Skema kerangka konsep Kelompok intervensi
Dilakukan mobilisasi dini
Penyembuhan pasien pasca seksio sesarea :
1. Volume BAK 2. Frekuensi BAB 3. Jumlah lokia
4. Tinggi fundus uteri 5. Penyembuhan luka pasien pasca
seksio sesarea
Kelompok kontrol
B. Hipotesis
Ada pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio
sesarea.
C. Definisi Operasional
No
Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur 1 Independen :
Mobilisasi Dini
Pergerakan yang dilakukan ibu-ibu 24 jam pasca seksio sesarea di RSUD Dr.Pirngadi Medan dengan tujuan untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi pasca seksio sesarea.
- - 1= Dilakukan
0= Tidak Dilakukan
Nominal
2 Dependen : Penyembuhan pasien pasca seksio sesarea
Penyembuhan ibu-ibu pasca seksio sesarea setelah dilakukan
mobilisasi dini di RSUD Dr.Pirngadi Medan Lembar observasi Observasi Wawancara Observasi 1= volume BAK....ml/ hari 2= frekuensi BAB....x/hari 3= jumlah lokia ....doek/ hari 4= perubahan tinggi fundus uteri...cm 5= penyembuhan luka operasi mengering ....hari Rasio
3 Paritas Jumlah anak yang
dilahirkan ibu pasca
Kuesioner Wawancara 1 = Primipara 2 = Multipara
seksio sesarea di RSUD Dr.Pirngadi Medan baik lahir mati maupun lahir hidup
4 Anestesi Obat penghilang
rasa sakit yang diberikan pada ibu di
RSUD Dr.Pirngadi Medan yang akan menjalani operasi seksio sesarea
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen
yaitu rancangan yang berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen (Nursalam,
2003, hlm 89) dengan rancangan post test only.
Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Kelompok Perlakuan Post – test
K-A
K-B
Diberikan
Tidak diberikan
Test X
Test Y
Skema 2. Desain penelitian
Keterangan :
K-A : subjek (pasca seksio sesarea) perlakuan
K-B : subjek (pasca seksio sesarea) kontrol
Penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok intervensi yang
diberikan mobilisasi dini, dan kelompok kontrol yang tidak diberikan mobilisasi dini.
post-test. Kemudian membandingkan kedua kelompok antara kelompok intervensi
dengan kelompok kontrol.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu yang melahirkan dengan
seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Data dari kunjungan bulan Oktober
2009 sebanyak 78 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi. Untuk
menentukan besar sampel peneliti menggunakan rumus :
Keterangan :
N = Jumlah populasi
n = Jumlah sampel
d = ketetapan relatif (0,05)
Dari rumus di atas dapat kita lihat jumlah sampel yang dijadikan responden
pada penelitian ini, yaitu : 2
) (
1 N d
N n
n = ) 05 , 0 ( 78 1 78 +
n = 73
Dengan demikian jumlah sampel yang akan diteliti adalah 73 orang. Namun
karena keterbatasan waktu penelitian di RSUD Dr. Pirngadi Medan sehingga jumlah
sampel tidak mencapai hasil dari jumlah penghitungan populasi seluruhnya, sampel
yang didapatkan yaitu sebanyak 32 responden. Dimana 32 responden pada kelompok
intervensi dan 32 responden pada kelompok kontrol. Tekhnik pengambilan sampel
dalam penelitian ini dengan menggunakan accidental sampling sesuai dengan
kriteria:
a. ibu yang melahirkan anak pertama sampai dengan anak ketiga dengan
seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan
b. Ibu dengan seksio sesarea tanpa komplikasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan
c. Ibu dengan seksio sesarea yang menggunakan anestesi spinal di RSUD Dr.
Pirngadi Medan, dan
d. Ibu bersedia menjadi responden penelitian.
C. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan di Ruang Kebidanan
pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut dengan persalinan seksio sesarea serta
belum diterapkannya program intervensi mobilisasi dini bagi pasien pasca seksio
sesarea.
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari – Juni 2010 di RSUD Dr. Pirngadi
Medan.
E. Pertimbangan Etik Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan
permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian
tentang tujuan penelitian dan prosedur peleksanaan penelitian. Apabila calon
responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed
consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon responden berhak
untuk menolak atau mengundurkan diri selama proses pengumpulan data
berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi
responden, baik secara fisik maupun psikologis. Kerahasiaan catatan mengenai data
responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen dan
menuliskan nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi
yang diberikan dan peneliti akan memusnahkan instrumen penelitian setelah proses
analisa data selesai. Data – data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan
F. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Pengisian
lembar observasi dilakukan langsung oleh peneliti dengan melihat dan melakukan
wawancara kepada responden terhadap volume BAK, wawancara terhadap responden
terhadap frekuensi BAB, melihat jumlah lokia, mengukur tinggi fundus uteri, serta
melihat luka bekas operasi pada kelompok intevensi yang dilakukan mobilisasi dini
dan pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan mobilisasi dini.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan kepada
Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas keperawatan Universitas Sumatera
Utara untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan,
peneliti memberikan surat izin penelitian kepada Direktur RSUD Dr. Pirngadi
Medan. Setelah mendapat persetujuan dari Direktur, peneliti melaksanakan penelitian
di ruangan Kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan. Dalam melaksanakan
pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri, menjelaskan
prosedur, manfaat penelitian dan memperoleh persetujuan dari responden. Calon
responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
(Informed consent). Kemudian peneliti memberikan pengarahan tentang pelaksanaan
prosedur mobilisasi dini pada kelompok intervensi. Namun dalam penelitian ini tidak
semua responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti
informed consent yang diberikan oleh peneliti, disamping itu ada yang beranggapan
bahwa penelitian ini merugikan mereka atau mencederai mereka. Mobilisasi yang
diberikan seharusnya pada pasien yang 6 jam pasca seksio sesarea, namun ada pasien
yang sudah 12 sampai 24 jam pasca seksio sesarea. Responden dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Dimana kelompok
intervensi dilakukan mobilisasi dini selama 15 menit setiap hari selama tujuh hari,
sedangkan kelompok kontrol tidak dilakukan mobilisasi dini. Pada hari ke tujuh
peneliti melakukan observasi dan wawancara langsung kepada pasien selama 10
menit terhadap voluma BAK, frekuensi BAB, jumlah lokia dari banyaknya doek yang
diganti, mengukur tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita cm, dan melihat luka
bekas operasi mengering atau tidak pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
untuk mengetahui perbedaan lamanya penyembuhan pasien pasca seksio sesarea yang
dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Pada umunya
pasien akan kembali ke rumah masing – masing pada hari ke empat atau ke lima,
sehingga peneliti harus melaksanakan penelitian dengan mendatangi rumah –
rumah pasien. Setelah selesai selanjutnya seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa.
H. Analisa data
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data melalui
beberapa tahap, pertama editing yaitu memeriksa kelengkapan data responden serta
memastikan semua jawaban sudah diisi. Tahap kedua koding yaitu memberikan kode
data ke dalam komputer (entry). Setelah itu melakukan tabulasi dan analisa data
dengan menggunakan bantuan program yang disesuaikan dengan langkah – langkah
sebagai berikut :
1. Univariat
Data responden yang bersifat numerik yaitu data demografi dan penyembuhan
pasien pasca seksio sesarea dicari mean dan standar deviasinya dan disajikan dalam
bentuk tabel.
2. Bivariat
Dalam menganalisa data secara bivariat pengujian data dilakukan dengan
menggunakan uji statistik yaitu uji t-independent yakni membandingkan
penyembuhan pasien pasca seksio sesarea setelah 7 hari pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi. Taraf signifikan 95% (α = 0,05). Pedoman dalam menerima
hipotesis : apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 maka Ho ditolak, apabila (p) > 0,05
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang efektifitas mobilisasi dini
terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea yang dilakukan di RSUD. Dr.
Pirngadi Medan. Jumlah responden adalah 73 orang. Namun, dalam penelitian ada
keterbatasan sampel dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Yang
memenuhi kriteria yaitu 32 orang. Dimana 32 orang kelompok intervensi dan 32
orang kelompok kontrol. Responden diberikan mobilisasi dini 15 menit setiap hari
selama tujuh hari berturut – turut dan dilakukan pada pagi hari atau sore hari.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat ini bertujuan mendeskripsikan data yang bersifat numerik
dicari mean dan standar deviasinya. Data responden yaitu volume buang air kecil,
frekuensi buang air besar, jumlah lokia, tinggi fundus uteri dan penyembuhan luka
Table . 5.1
Distribusi Penyembuhan Pasien Pasca Seksio Sesarea Setelah Mobilisasi Dini pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Kebidanan
RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=64)
No Variabel Kelompok intervensi Kelompok kontrol
Mean SD Mean SD
1 Volume buang air kecil
setelah mobilisasi dini
339 ml 60.55 361 ml 68.07
2 Frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini
1 x/hari 0.36 1 x/hari 0.17
3 Jumlah lokia setelah
mobilisasi dini
2x ganti doek/hari
0.25 2x ganti
doek /hari
0.17
4 Tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini
5 cm 0.88 6 cm 0.98
5 Penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini
7 hari 0.42 7 hari 0.24
Berdasarkan table 5.1 rata – rata volume buang air kecil setelah mobilisasi
dini pada kelompok intervensi adalah 339 ml dengan standar deviasi 60.55,
sedangkan rata – rata volume buang air kecil pada kelompok kontrol setelah
mobilisasi dini adalah 361 ml dengan standar deviasi 68.07.
Rata – rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok
intervensi adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.36, sedangkan rata – rata frekuensi
buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 1 x/hari dengan
standar deviasi 0.17.
Rata – rata jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi
lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 2x ganti doek/hari dengan
standar deviasi 0.17.
Rata – rata tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok
intervensi adalah 5 cm dengan standar deviasi 0.88, sedangkan rata – rata tinggi
fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 6 cm dengan
standar deviasi 0.98.
Rata – rata penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok
intervensi adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.42, sedangkan rata – rata
penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 7
hari dengan standar deviasi 0.24.
2. Analisa Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menguji efektifitas mobilisasi dini terhadap
penyembuhan pasien pasca seksio sesarea. Dalam menganalisa data secara bivariat,
dilakukan dengan menggunakan uji statistik uji t-independent pada tabel di bawah
Tabel. 5.2
Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Volume Buang Air Kecil Pasien Pasca Seksio Sesarea pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Kebidanan
RSUD Dr. Pirngadi Medan (n= 64)
No Variabel Mean SD SE P value
1 Volume buang air kecil setelah
mobilisasi dini pada kelompok intervensi 339 ml 60.55
16.10 0.179 Volume buang air kecil setelah
mobilisasi dini pada kelompok control 361 ml 68.07
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat rata – rata volume buang air kecil setelah
mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 339 ml dengan standar deviasi
60.55, sedangkan pada kelompok kontrol rata – rata volume buang air kecil setelah
mobilisasi dini adalah 361 ml dengan standar deviasi 68.07. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p = 0.179, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan volume buang air kecil yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak
Tabel. 5.3
Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Frekuensi Buang Air Besar Pasien Pasca Seksio Sesarea pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Kebidanan
RSUD Dr. Pirngadi Medan (n= 64)
No Variabel Mean SD SE P value
2 Frekuensi buang air besar setelah
mobilisasi dini pada kelompok intervensi 1 x/hari 0.36
0.07 0.089
Frekuensi buang air besar setelah
mobilisasi dini pada kelompok control 1 x/hari 0.17
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat rata – rata frekuensi buang air besar pada
kelompok intervensi setelah mobilisasi dini adalah 1 x/hari dengan standar deviasi
0.36, sedangkan pada kelompok control rata – rata frekuensi buang air besar setelah
mobilisasi dini adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.17. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p = 0.089, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan frekuensi buang air besar yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak
Tabel. 5.4
Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Jumlah Lokia Pasien Pasca Seksio Sesarea pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Kebidanan
RSUD Dr. Pirngadi Medan (n= 64)
No Variabel Mean SD SE P value
3 Jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi
2x ganti
doek/hari 0.25
0.05 0.570
Jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol
2x ganti
doek/hari 0.17
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat rata – rata jumlah lokia pada kelompok
intervensi setelah mobilisasi dini adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi
0.25, sedangkan pada kelompok kontrol rata - rata jumlah lokia setelah mobilisasi
dini adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.17. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p = 0.570, maka dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan
yang siginifikan jumlah lokia yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak
Tabel. 5.5
Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Tinggi Fundus Uteri Pasien Pasca Seksio Sesarea pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Kebidanan
RSUD Dr. Pirngadi Medan (n= 64)
No Variabel Mean SD SE P value
4 Tinggi fundus uteri setelah mobilisasi
dini pada kelompok intervensi 5 cm 0.88
0.23 0.007
Tinggi fundus uteri setelah mobilisasi
dini pada kelompok control 6 cm 0.98
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat rata – rata tinggi fundus uteri pada
kelompok intervensi setelah mobilisasi dini adalah 5 cm dengan standar deviasi 0.88,
sedangkan pada kelompok kontrol rata – rata tinggi fundus uteri setelah mobilisasi
dini adalah 6 cm dengan standar deviasi 0.98. Hasil uji statistik didapatkan nilai p =
0.007, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tinggi fundus
Tabel. 5.6
Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Penyembuhan Luka Operasi Pasien Pasca Seksio Sesarea pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang
Kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=64)
No Variabel Mean SD SE P value
5 Penyembuhan luka operasi setelah
mobilisasi dini pada kelompok intervensi 7 hari 0.42
0.86 0.002
Penyembuhan luka operasi setelah
mobilisasi dini pada kelompok kontrol 7 hari 0.24
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat rata – rata penyembuhan luka operasi pada
kelompok intervensi setelah mobilisasi dini adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.42,
sedangkan pada kelompok kontrol rata – rata penyembuhan luka operasi setelah
mobilisasi dini adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.24. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p = 0.002, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan penyembuhan luka operasi yang dilakukan mobilisasi dini dan yang
dilakukan mobilisasi dini.
B. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian akan diuraikan pembahasan tentang membandingkan
hasil penelitian ini dengan literatur yang berhubungan. Yakni efektifitas mobilisasi
1. Interpretasi dan diskusi hasil
Dari hasil penelitian didapatkan rata – rata volume buang air kecil setelah
mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 339 ml dengan standar deviasi
60.55, sedangkan rata – rata volume buang air kecil pada kelompok kontrol setelah
mobilisasi dini adalah 361 ml dengan standar deviasi 68.07.
Rata – rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok
intervensi adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.36, sedangkan rata – rata frekuensi
buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 1 x/hari dengan
standar deviasi 0.17.
Rata – rata jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi
adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.25, sedangkan rata – rata jumlah
lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 2x ganti doek/hari dengan
standar deviasi 0.17.
Rata – rata tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok
intervensi adalah 5 cm dengan standar deviasi 0.88, sedangkan rata – rata tinggi
fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 6 cm dengan
standar deviasi 0.98.
Rata – rata penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok
intervensi adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.42, sedangkan rata – rata
penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 7
Dari hasil uji statistik t-independent dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan pada volume buang air kecil yang dilakukan mobilisasi
dini pada kelompok intervensi dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini pada
kelompok kontrol dengan taraf signifikan 0.179 (P>0.05).
Pada frekuensi buang air besar tidak ada perbedaan signifikan antara yang
dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan yang tidak dilakukan
mobilisasi dini pada kelompok kontrol dengan taraf signifikan 0.089 (P>0.05).
Pada jumlah lokia tidak ada perbedaan signifikan antara yang dilakukan
mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini
pada kelompok kontrol dengan taraf siginifikan 0.570 (P>0.05).
Sedangkan pada tinggi fundus uteri dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan yang dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan yang
tidak dilakukan mobilisasi dini pada kelompok kontrol dengan taraf signifikan 0.007
(P<0.05).
Ada perbedaan yang signifikan pada penyembuhan luka operasi yang
dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan yang tidak dilakukan
mobilisasi dini pada kelompok kontrol dengan taraf signifikan 0.002 (P<0.05).
Penelitian ini sesuai dengan pernyataan bahwa mobilisasi dini dapat
membantu proses penyembuhan ibu yang telah melahirkan, untuk menghindari
terjadinya infeksi pada bekas luka sayatan setelah operasi seksio sesarea, mengurangi
resiko terjadinya konstipasi, mengurangi terjadinya dekubitus, kekakuan atau
darah, pernafasan, peristaltik maupun berkemih (Mckinder, 2003 dalam Hick, 2007,
hlm. 47).
Hasil penelitian tentang pengaruh mobilisasi dini terhadap buang air kecil
tidak memiliki pengaruh yang signifikan antara kelompok yang dilakukan mobilisasi
dini dengan yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa penghancuran jaringan otot – otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi dan jaringan otot membesar menjadi lebih panjang sepuluh
kali dari waktu masa kehamilan. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh
darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu akan sering buang air
kecil.
Buang air besar harus terjadi pada hari kedua sampai ketiga post partum. Pada
hasil penelitian didapatkan bahwa rata – rata ibu buang air besar pada hari kedua
pasca operasi baik pada kelompok intervensi dengan mobilisasi maupun pada
kelompok kontrol.
Pada hari keempat lokia pada ibu pasca seksio sesarea normalnya 2 x ganti
doek/ hari. Lokia yang keluar biasanya lebih banyak daripada darah yang keluar saat
menstruasi. Pada hasil penelitian umumnya ibu mengganti doeknya 2 – 3 kali dalam
sehari yaitu pada pagi dan sore setelah personal hygiene. Hal ini tidak berpengaruh
pada kelompok dengan mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini dan
sesuai dengan teori.
Penyembuhan luka operasi dan involusi uterus yang baik karena melakukan
atau gejala infeksi seperti peningkatan suhu tubuh; perdarahan yang abnormal,
dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka
resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk
penyempitan pembuluh darah yang terbuka; involusi uterus yang tidak baik, tidak
dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa
plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus (Fauzi, C.M, 2007).
Pada penelitian bahwa mobilisasi sangat berpengaruh pada involusio uteri dan
penyembuhan luka operasi, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok
yang dilakukan mobilisasi dini dengan yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Hala
tersebut berkaitan pula dengan teori yang telah diapaparkan sebelumnya.
Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung, memperbaiki
kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan
darah, memperbaiki aliran balik vena; pada sistem respiratori meningkatkan frekuensi
dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja
pernafasan, meningkatkan pengembangan diafragma; pada sistem metabolik dapat
meningkatkan laju metabolisme basal, meningkatkan penggunaan glukosa dan asam
lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilitas lambing,
meningkatkan produksi panas tubuh; pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus
otot, meningkatkan mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan,
mungkin meningkatkan masa otot; pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi,
mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik,
2. Keterbatasan penelitian
1. Sampel
Pemilihan responden yakni ibu pasca seksio sesarea hari pertama dan tanpa
komplikasi tidak terpenuhi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Namun, jika
jumlah sampel sedikit akan mempengaruhi kekuatan analisis (power analisys).
Responden pada penelitian ini diperoleh 32 orang dan dianalisis dengan uji
statistik t-independent. Jumlah responden pada penelitian seharusnya 55 orang,
namun responden yang ditemukan hanya 32 orang, karena tidak memenuhi kriteria
yakni sudah hari ke – 2 bahkan hari ke – 3 pasca seksio sesarea, pasien pasca seksio
sesarea maksimal lima hari dirawat di rumah sakit, sementara penelitian dilakukan
selama tujuh hari berturut – turut. Oleh sebab itu peneliti harus mendatangi ke rumah
– rumah pasien untuk memenuhi prosedur penelitian. Namun hal ini juga merupakan
kendala yang besar, dimana peneliti tidak mampu menjangkau rumah pasien yang
jaraknya cukup jauh.
2. Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen yang bersifat post test only.
Yakni hanya menguji efektifitas setelah mobilisasi dini terhadap kelompok intervensi
dan kelompok kontrol, dilihat perbedaanya antara kelompok intervensi dengan
perlakuan dengan kelompok kontrol tanpa perlakuan. Sebaiknya pada penelitian
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, agar efektifitas mobilisasi dini yang
diteliti lebih terlihat perbedaannya dan hasilnya lebih bermakna.
3. Implikasi untuk asuhan kebidanan
Dari hasil penelitian ini telah diketahui bahwa mobilisasi dini efektif terhadap
penyembuhan pasien pasca seksio sesarea. Jadi, mobilisasi dapat digunakan juga
sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan pada ibu paska melahirkan spontan.
Namun perlu diperhatikan lagi prosedur pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu
sesuai dengan hari paska melahirkan, berapa kali dilakukan mobilisasi dini, dan
berapa lama dilakukan mobilisasi dini setiap hari, karena jika tidak sesuai dengan
prosedur pelaksanaan, baik gerakan, frekuensi latihan dan lamanya waktu yang
digunaka untuk melakukan mobilisasi dini maka akan berakibat sebaliknya yaitu
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang efektifitas mobilisasi dini
terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea di Ruang Kebidanan RSUD. Dr.
Pirngadi Medan ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Distribusi penyembuhan pasien pasca seksio sesarea dapat digambarkan
sebagai berikut : rata – rata volume buang air kecil setelah mobilisasi dini pada
kelompok intervensi adalah 339 ml dengan standar deviasi 60.55, sedangkan rata
– rata volume buang air kecil pada kelompok kontrol setelah mobilisasi dini
adalah 361 ml dengan standar deviasi 68.07.
Rata – rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini pada
kelompok intervensi adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.36, sedangkan rata –
rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol
adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.17.
Rata – rata jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi
adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.25, sedangkan rata – rata
jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 2x ganti
doek/hari dengan standar deviasi 0.17.
Rata – rata tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok
fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 6 cm dengan
standar deviasi 0.98.
Rata – rata penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada
kelompok intervensi adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.42, sedangkan rata –
rata penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol
adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.24.
2. fektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio
sesarea dapat diketahui dari rata – rata volume buang air kecil setelah mobilisasi
dini pada kelompok intervensi adalah 339 ml dengan standar deviasi 60.55,
sedangkan pada kelompok kontrol rata – rata volume buang air kecil setelah
mobilisasi dini adalah 361 ml dengan standar deviasi 68.07. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p = 0.179 (P>0.05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan volume buang air kecil yang dilakukan mobilisasi dini
dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Hal ini tidak berkaitan dengan teori
yang ada bahwa dengan latihan atau bergerak sesering mungkin akan ada
penghancuran jaringan yang akan diserap oleh darah dan kemudian diserap oleh
ginjal yang menyebabkan ibu akan sering buang air kecil.
Rata – rata frekuensi buang air besar pada kelompok intervensi setelah
mobilisasi dini adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.36, sedangkan pada
kelompok kontrol rata – rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini
adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.17. Hasil uji statistik didapatkan nilai p =
signifikan frekuensi buang air besar yang dilakukan mobilisasi dini dan yang
tidak dilakukan mobilisasi dini. Hal ini berkaitan dengan teori bahwa pada
umumnya ibu buang air besar 1 – 2 kali dalam sehari.
Rata – rata jumlah lokia pada kelompok intervensi setelah mobilisasi dini
adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.25, sedangkan pada kelompok
kontrol rata - rata jumlah lokia setelah mobilisasi dini adalah 2x ganti doek/hari
dengan standar deviasi 0.17. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.570
(P>0.05), maka dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan yang
siginifikan jumlah lokia yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan
mobilisasi dini. Hal ini tidak berkaitan dengan teori bahwa lokia yang keluar
akan lebih banyak daripada darah saat menstruasi, jadi dengan demikian ibu akan
lebih sering