• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEDY IRAWAN BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DEDY IRAWAN BAB II"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

A.Landasan Teori

1. Pengetahuan Diabetes Mellitus

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia guna menjaga eksistensi hidupnya dan mengembangkan peradaban ke arah yang lebih baik. Pengertian pengetahuan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

1) Menurut Notoatmodjo seorang peneliti kesehatan.

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya. Pengetahuan mempunyai sasaran yang tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara universal (Notoatmodjo, 2005).

2) Menurut Poerwadarminta seorang ahli bahasa.

Pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan suatu hal (Poerwadarminta, 2006).

3) Menurut Soekanto seorang sosiolog.

(2)

dengan kepercayaan, takhayul, dan penerangan-penerangan yang keliru (Soekanto, 2003).

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005) ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

(3)

aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysys)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.

5) Sintesa (Syntesis)

Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

(4)

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responder kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita lithat sesuai dengan tingkatan-tingkatan diatas.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005), adalah :

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

2) Informasi

Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi ini dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain TV, radio, koran, seminar, pelatihan, bidan, puskesmas, majalah.

3) Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kebudayaan

4) Pengalaman

(5)

d. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2005).

Arikunto (2006) menjelaskan tentang hasil pengukuran yang diperoleh dari angket sebagai berikut.

1) Baik, jika persentase jawaban : > 75 % 2) Cukup, jika persentase jawaban : 55 % - 75% 3) Kurang, jika persentase jawaban : <55 %

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dan perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Allport (1954), bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:

(6)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:

a. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama perkembangan hidupnya.

b. Sikap itu tidak semata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan suatu objek. Pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan satu objek saja, melainkan juga dapat berkenaan dengan deretan-deretan objek yang serupa.

c. Sikap pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi sedangkan kecakapan dan pengetahuan hal ini tidak ada (Ahmadi, 2002).

3. Praktek

Praktek atau tindakan akan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan apa yang diketahuinya Suatu sikap belum terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap pada suatu tindakan yang konsisten diperlukan faktor pendukung yaitu suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2005). Tindakan mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:

a.Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama. b.Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan

(7)

c.Mekanisme, apabila seseorang lebih bisa melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan suatu kebiasaan. d.Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

4. Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Menurut Katz (dalam Notoatmodjo, 2005), perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu. Seseorang dapat berperilaku baik terhadap obyek demi pemenuhan kebutuhan.

Perilaku adalah respon seseorang terhadap rangsang dari luar subyek dan memiliki dua macam bentuk respon yaitu bentuk aktif dan bentuk pasif. Bentuk aktif adalah respon yang secara langsung dapat diobservasi, perilaku ini sudah termasuk tindakan nyata (overt behavior). Bentuk pasif terjadi dalam diri manusia dan tidak diamati secara lansung oleh orang lain, seperti pikiran, tanggapan, sikap batin dan pengetahuan. Perilaku semacam ini masih terselubung (covert behavior) (Suliha, 2002).

(8)

yaitu perilaku dalam bentuk pengetahuan, sikap dan bentuk tindakan nyata atau perbuatan (Suliha, 2002).

b. Proses Pembentukan Perilaku

Penelitian Rogers (Notoatmodjo, 2005) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

2) Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Adoption di mana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2005).

(9)

1) Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama.

2) Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai.

3) Mekanisme, apabila seseorang lebih bisa melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan suatu kebiasaan.

4) Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik (Notoatmodjo, 2005).

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut L. Green (dalam Notoatmodjo, 2003) perilaku seseorang atau masyarakat dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (nonbehavior causes). Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu:

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, pendidikan, dan sebagainya.

(10)

sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

5. Diabetes Mellitus

a. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes mellitus dan penyakit lain yang dikenal sebagai non-communicable disease mulai menonjol sebagai salah satu sebab morbiditas dan mortalitas di negara-negara yang sedang berkembang. Penyakit-penyakit tersebut dapat menimbulkan suatu beban bagi pelayanan kesehatan dan perekonomian negara tersebut pada saat sekarang dan dikemudian hari, baik secara lngsung maupun tidak langsung (Sukaton, 1987).

Sejak deskripsi yang pertama, istilah diabetes dipergunakan untuk menggambarkan adanya kencing yang terasa manis yang merupakan tanda khas penyakit. Perkembangan ilmu kedokteran makin meningkat dalam berbagai aspek, yaitu etiologi, patogenesis, diagnosis pengobatan, dan upaya pencegahan (Darmono, 1996).

(11)

dalam tubuh, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan gejala klinik acut (poliuria, polidipsia, penurunan berat badan ) dan gejala kronik atau kadang-kadang tanpa gejala, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat dan sekunder pada metabolisme lemak dan protein (Tjokroprawiro, 1999).

Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal, suatu resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan adanya peningkatan komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen diatas telah digunakan untuk mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan diabetes (Mogensen, 2007).

b. Klasifikasi Diabetes mellitus

Menurut Tjokroprawiro (1999) bahwa, klasifikasi Diabetes Mellitus sebagai berikut :

1) Diabetes Mellitus Tipe 1

5% - 10% penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.

2) Diabetes Mellitus Tipe 2

(12)

insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.

Klasifikasi penyakit diabetes mellitus menurut Perkeni 2006 yaitu:

1) Diabetes mellitus tipe 1

Defisiensi insulin absolute akibat destruksi sel beta, penyebabnya adalah autoimun dan idiopatik.

2) Diabetes mellitus tipe 2

Defisiensi insulin relative yang terdiri dari:

a) Defek sekresi insulin lebih dominan daripada resistensi insulin. b) Resistensi insulin lebih dominan dari defek sekresi insulin. 3) Diabetes mellitus tipe lain, yaitu:

a) Defek genetik fungsi sel beta. b) Defek genetic kerja insulin. c) Penyakit eksokrin pancreas. d) Endokrinopati.

e) Karena obat atau zat kimia. f) Infeksi.

(13)

h) Sindroma genetik lain.

4) Diabetes mellitus Kehamilan (Gestasional) (Depkes RI, 2008).

c. Patofisiologi Diabetes Mellitus

Sebagian besar gambaran patologik dari Diabetes Mellitus dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:

1) Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.

2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.

3) Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Seperti suara mesin, badan memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi supaya sel badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari bahan bakar yaitu bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam lemak) (Waspadji, dkk, 2002).

d. Faktor-faktor resiko tinggi untuk Diabetes Mellitus

(14)

kegemukan, tekanan darah tinggi ( > 140 / 90 mmHg ), riwayat keluarga Diabetes Mellitus, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi > 4000 gram, riwayat Diabetes Mellitus pada kehamilan, dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl ) dan pernah TGT atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT).

Menurut Depkes RI (2008) faktor risiko diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. a) Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus.

b) Umur, risiko untuk menderita prediabetes meningkat seiring meningkatnya usia.

c) Riwayat pernah menderita diabetes gestasional.

d) Riwayat berat badan lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2500 gram.

2) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

a) Berat badan lebih (BB > 120% BB idama atau IMT > 23 kg/m2) dan Ratio lingkar pinggang pinggul untuk laki-laki 0,9 dan perempuan 0,8 lingkar pinggang pria sama dengan wanita 90 cm. b) Kurang aktifitas fisik.

c) Hipertensi, tekanan darah di atas 140/90 mmHg.

d) Dislipidemia, kadar lipid (kolesterol HDL = 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dl).

(15)

f) Diet tidak sehat, dengan tinggi gula dan rendah serat.

e. Gejala klinik Diabetes mellitus

Diagnostik gejala diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi 2, yaitu keluhan klasik dan keluhan lainnya.

1) Keluhan klasik

Sering kencing, cepat lapar, sering haus, berat badan menurut cepat tanpa sebab yang jelas.

2) Keluhan lainnya

Kesemutan, gatal di daerah kelamin, keputihan, infeksi sulit sembuh, bisul yang hilang timbul, penglihatan kabur, cepat lelah, dan mudah mengantuk (Depkes RI, 2008).

(16)

Sedangkan gejala diabetes tipe II muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti gejala diabetes tipe I, yaitu : cepat lelah, kehilangan tenaga dan merasa tidak fit, sering buang air kecil, terus menerus lapar dan haus, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit yang berkepanjangan, biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 40 tahun, tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja. Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan akibat kerja. Gejala lain yang biasanya muncul adalah: penglihatan kabur, luka yang lama sembuh, Kaki terasa kebas, geli, atau merasa terbakar, infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita dan impotensi pada pria (Tjokroprawiro, 1999).

(17)

f. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dasar terapi Diabetes Mellitus “Pentalogi Terapi Diabetes Mellitus” menurut Tjokroprawiro, A (1999) sebagai berikut: diet dan mengatur pola makan, latihan fisik (olah raga), pengontrolan kadar gula darah, obat hipoglikemia ( OHO dan Insulin ) contoh : glibenclamid, daonil, regular insulin dan cangkok pancreas. Sedangkan menurut Nurhasan (2002) penyakit diabetes mellitus dapat dikendalikan tanpa obat dan menjalani terapi berupa: pengaturan makan yang baik, tidak boleh makan gula atau makanan bergula, mengkonsumsi makanan dengan kadar tinggi protein misalnya: daging tanpa lemak, telur, ikan, sayur hijau dan harus menjauhi makanan dengan kandungan tinggi karbohidrat serta melakukan latihan fisik (olah raga secara teratur).

6. Pendidikan Kesehatan Diet Diabetes Mellitus

a. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik (Notoatmodjo, 2003).

(18)

dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bias melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 1996).

Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial. Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain: dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan,dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

b. Diet Diabetes Mellitus

1) PengertianDiet Diabetes Mellitus

(19)

terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.

Diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau organisme tertentu. Diet adalah pengaturan pola, jumlah dan atau cara tertentu. Karena penting bagi pasien untuk pemeliharaan pola makan yang teratur, maka penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perencanaan makanan (diet) (Waspadji, dkk, 2002).

(20)

2) TujuanDiet Diabetes Mellitus

Tujuan perencanaan makanan dan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut :

a) Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal

b) Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil dan janinnya

c) Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman (Waspadji, dkk, 2002).

Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini:

a) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan mineral).

b) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai. c) Memenuhi kebutuhan energi.

d) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis

(21)

3) JenisDiet Diabetes Mellitus

Pengelolaan makanan pada DM adalah untuk membantu diabetisi memperbaiki kebiasaan gizi untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, yaitu ditujukan pada pengendalian glukosa, lipid, dan tekanan darah. Dalam melakukan perencanaan makanan yang penting adalah kebutuhan kalori dengan prinsip tidak ada diet khusus diabetes dan tidak ada bahan makanan yang tidak boleh dikonsumsi (Depkes RI, 2008).

Tjokroprawiro (1999) menggolongkan dua jenis diet DM yaitu diet A dan diet B sebagai berikut:

Tabel 2.1 Jenis Diet DM Menurut Tjokroprawiro (1999)

Diet A (All DM) Diet B (NIDDM)

40-50 % karbohidrat

30-35 % lemak

20-25 % protein

68 % karbohidrat

20 % lemak

12 % protein

Almatsier (2009) membagi jenis diet bagi pasien DM sebagai berikut:

Tabel 2.2 Jenis Diet DM Menurut Almatsier (2009)

Jenis diet Energi kkal Protein g Lemak g Karbohidrat g I

(22)

b) Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes normal tanpa komplikasi.

c) Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja (juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi.

4) Syarat-syarat Diet Diabetes Mellitus

Menurut Almatsier (2009), syarat-syarat diet diabetes mellitus adalah sebagai berikut:

a) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus. Makanan dibagi dalam tiga porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan.

b) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total. Protein dapat diperoleh dari berbagai macam sereal (roti, sereal, nasi, pasta, tepung terigu) atau yang berasal dari hewani (daging, ikan, telur, dan hasil peternakan). Protein hewani relatif cenderung kaya akan lemak dan kalori serta tidak mengandung karbohidrat, sehingga hal ini perlu diperhitungkan saat merencanakan makan.

(23)

lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤ 300 mg hari. Lemak jenuh (hewani) antara lain

terdapat dalam daging berlemak, susu full cream, mentega, dan lemak babi. Jenis makanan tersebut dapat menyebabkan masalah dalam sirkulasi darah. Sangat penting mengkonsumsi jenis makanan tersebut bagi setiap orang. Lemak tak jenuh agak lebih baik dibandingkan lemak jenuh, yang terdapat dalam dua bentuk, yakni Lemak tak jenuh ganda, ditemukan dalam beberapa produk, seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran murni, minyak jagung, dan margarin bunga matahari, dan lemak tak jenuh tunggal, antara lain ditemukan dalam minyak zaitun dan minyak lokal. Jenis lemak ini dapat dipakai sebagai pengganti lemak jenuh maupun lemak tak jenuh.

d) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-70%. Contohnya adalah roti, kentang, pasta, nasi, sereal, dan buah. Kandungan gula makanan tersebut sangat rendah dan merupakan sumber energi yang baik. Karena itu pilihlah makanan tersebut sebagai menu harian.

(24)

gula, permen dan coklat, bolu manis, biskuit manis dan puding, minuman soda. Makanan tersebut harus dihindari karena kadar gula akan masuk ke dalam aliran darah dengan cepat, sehingga dapat menyebabkan kenaikan gula darah secara tiba-tiba. Untuk itu, dapat menggunakan pemanis buatan, seperti sakarin, aspartame, dan acelsufame, ke dalam makanan dan minuman sebagai pengganti gula. Boleh saja memakai sedikit gula dalam adonan bolu, tetapi jangan dalam makan utama.

f) Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah bahan pemanis selain sukrosa. Ada dua jenis gula alternatif yaitu yang bergizii dan yang tidak bergizi. Gula alternatiff adalah fruktosa, gula alkohol berupa sorbitol, manitol dan silitol, sedangkan gula alternatif tak bergizi berupa aspartam dan sakarin. Penggunaann gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan LDL.

(25)

agar normal dan menjaga tingkat kolesterol darah agar turun. Makanan, seperti buncis matang, bubur kacang hijau, bubur gandum, sereal gandum lainnya, maupun kue gandum semuanya kaya akan serat dapat larut. Sedangkan sereal berkadar serat tinggi, roti, sayuran dan buah-buahan tanpa kulit, pasta, tepung terigu, dan beras merupakan makanan dengan serat yang tak dapat larut.

h) Asupan Garam. Pasien diabetes mellitus dengan tekanan normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur, yaitu 3000 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi. Terlalu banyak garam tidak bagi bagi siapa pun dan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Cobalah untuk memakai hanya sedikit garam saat memasak dan jangan tambahkan sedikit pun saat makan. Berbagai bumbu, rempah-rempah, dan lada dapat digunakan secukupnya untuk menambah rasa dalam makanan.

(26)

makanan yang bervariasi untuk menjamin kecukupan vitamin dan mineral serta gizi lainnya.

5) Pengaturan Diet Diabetes Mellitus

Pengaturan diet diabetes mellitus, perlu mengetahui kebutuhan kalori sehari. Selain membantu dalam kebutuhan kalori, ahli gizi / diet juga menyarankan variasi makanan sesuai dengan daftar bahan makanan penukar. Porsi makanan hendaknya tersebar sepanjang hari, yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam serta kudapan di antara waktu makan. Menurut Almatsier (2009), jumlah dan jenis makanan yang dianjurkan makan 3 kali sehari yang terdiri dari komposisi yang berimbang.

Tabel 2.3 Contoh menu diet diebetes mellitus (kkal)

Waktu Bahan Makanan Takaran Menu

Pagi Nasi Lalapan kacang + kol Nanas

Ayam bakar bb kecap Tahu bacem

Sup buncis + wortel Pepaya

(27)

7. Media Leaflet

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara (wasaail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Adapun Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2004) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pengajaran banyak bentuknya, salah satunya adalah leaflet. Leaflet merupakan media cetak yang biasanya berisi himbauan tentang masalah tertentu, biasanya yang berhubungan dengan kesehatan (Rahadi, 2003). Adapun menurut Rosan (2012) leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu. Leaflet juga diartikan sebagai salah satu media yang menggunakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khusus untuk sasaran yang dapat membaca dan biasanyan di sajikan dalam bentuk lipatan yang dipergunakan untuk penyampaian informasi atau penguat pesan yang disampaikan.

Ciri-ciri leaflet adalah sebagai berikut (Rosan, 2012):

a. Tulisan terdiri dari 200 ± 400 huruf dengan tulisan cetak biasanya juga diselingi gambar-gambar.

(28)

Media leaflet memiliki kelebihan sebagai berikut (Rosan, 2012): a. Leaflet menarik untuk dilihat.

b. Mudah untuk dimengerti.

c. Merangsang imajinasi dalam pemahaman isi leaflet. d. Lebih ringkas dalam penyampaian isi informasi.

Disamping kelebihan, media leaflet juga memiliki kelemahan, yaitu (Rosan, 2012):

a. Salah dalam desain tidak akan menarik pembaca.

(29)

B.Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori

Sumber: Diadopsi dari Tjokroprawiro (1999), Rahadi, (2003) dan Notoatmodjo (2005)

C.Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang mempengaruhi: 1) Tingkat pendidikan

2) Informasi 3) Budaya 4) Pengalaman

Pendidikan Kesehatan Tentang Diet Diabetes Mellitus Menggunakan Media Leaflet

Peningkatan Pengetahuan Pasien

Diabetes Mellitus Pasien Diabetes Mellitus Pengetahuan Diabetes

Mellitus

Pendidikan Kesehatan

(30)

D.Hipotesis

Hipotesis yang diuji yaitu :

Hi : Pendidikan kesehatan tentang diet diabetes mellitus efektif meningkatkan pengetahuan pasien diabetes mellitus di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Gambar

Tabel 2.1 Jenis Diet DM Menurut Tjokroprawiro (1999)
Gambar 1. Kerangka Teori

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Permasalahan yang tidak kalah pentingnya selain terkait papan nama kepemilikan tanah yang belum ada adalah terkait pemberian tanda batas tanah yang diindikasikan belum

Dari hasil pengujian kinerja alat uji kompresor torak satu tingkat ini diperoleh hasil bahwa massa actual kompresor sebesar 0.023879 kg/s, volume actual kompresor sebesar 6,63 x 10

(2005).Pemanfaatan Telur Ayam Sebagai Pabrik Biologis: Produksi Yolk Immunoglobulin (IgY) anti plaque dan diare dengan Titik Berat pada anti Strptococcus Mutan,

Bencana banjir mengakibatkan pengalaman traumatis yang mana kondisi psikologis (ketakutan, panik, kehilangan berduka stress ) yang dialami seseorang yang dapat

Uji hipotesis yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh perlakuan menggunakan anava (Analisis Varians) atau disebut uji-F. Hal ini berarti rata-rata hasil

Setelah penelitian dilakukan menggunakan metode jigsaw , rata-rata kemampuan siswa dalam pembelajaran sistem pengapian menjadi 74,7 atau 56% termasuk masih katgori

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif Dengan menggunakan metode ini, maka dapat diperoleh deskripsi mengenai bagaimana promosi yang

Fotokopi Tanda Registrasi Usaha Perbenihan (TRUP) dan Izin Usaha Produksi Benih (IUPB) yang dilampirkan tidak diparaf dan distempel Penangkar;