• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PEMAKAI PADA LAYANAN PERPUSTAKAAN TUNA NETRA YAYASAN MITRA NETRA JAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PEMAKAI PADA LAYANAN PERPUSTAKAAN TUNA NETRA YAYASAN MITRA NETRA JAKARTA SKRIPSI"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PEMAKAI

PADA LAYANAN PERPUSTAKAAN TUNA NETRA

YAYASAN MITRA NETRA JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan

Oleh :

Ricky Anshori

A2D009004

PROGRAM STUDI S1 ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)
(3)

Motto dan Persembahan

Motto

“Everything will be okay in the end, if it’s not okay it’s not the end”

(Unknown)

“Beranilah menunda kesenangan kecil untuk kesenangan yang lebih besar”

(Satria)

Iman itu telanjang, Pakaian adalah taqwa, Perhiasannya adalah rasa malu, dan Buahnya adalah ilmu.

Rasullah,SAW

Persembahan :

1. Semua tinta goresan ini adalah wujud dari keagungan dan kasih sayang

yang diberikan oleh Allah SWT kepada umatnya.

2. Setiap detik waktu menyelesaikan skripsi ini merupakan hasil getaran doa

orangtua, saudara, dan orang terkasih yang mengalir tiada henti.

3. Setiap pancaran semangat dalam penulisan ini merupakan dorongan dan

dukungan dari sahabat sahabatku tercinta.

4. Setiap makna pokok bahasan pada bab bab dalam skripsi ini merupakan

(4)
(5)

PRAKATA

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan jenjang akhir S1 pada Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro dengan menyusun skripsi yang berjudul “ PERILAKU PENCARIAN INFORMASI

PEMAKAI DI LAYANAN TUNA NETRA DI YAYASAN MITRA NETRA JAKARTA “.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Sudharto P. Hadi, MES. Ph.D selaku rektor Universitas Diponegoro Semarang.

2. Dr. Agus Maladi Irianto, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang.

3. Wiji Suwarno, S.IPI., M.Hum selaku ketua penguji skripsi. 4. Hariyani S.Sos., M.IP selaku anggota penguji skripsi.

5. Ibu Sri Ati M.Si selaku dosen pembimbing skripsi ini. Terima kasih atas arahan, bantuan dan masukkan yang diberikan kepada penulis.

6. Ibu Ngesti Lestari, M.Si selaku dosen wali dari peneliti. Terima kasih atas bimbingan dan motivasinya selama belajar di jurusan Ilmu Perpustakaan. 7. Seluruh staf dan dosen di civitas akademika Jurusan Ilmu Perpustakaan

Universitas Diponegoro.

(6)

10.Terimakasih kepada Yuniar Puspa Dewi yang menjadi semangat dalam mengerjakaan skripsi ini. Semoga langgeng buat kedepanya.

11.My Best friend Yugi Limantara, Ryan Nurdiansyah, Hasbi Rahcmat Bahtiar, terimakasih telah menjadi sahabat dari kecil sampe sekarang, semoga kita akan selalu menjadi sahabat dan saudara.

12.Teman teman KKN Takkan Tergantiku TIM I Januari 2013 di Desa Krasak Ageng Kab.Pekalongan.

13.Teman – teman SMA 3 Kuningan dan SMA 1 Cilimus. 14.Tidak akan lupa kelurga besar FORSMAKA

15.Teman terbaik di Ilmu Perpustakaan Dimas Hakim, Rohman Etris, Novrizal Rizamora, Seno Tri Bayu Aji. semoga kalian akan selalu menjadi sahabatku.

16.Semua sahabat, semua temen temen, semua keluarga yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam kelancaran skripsi ini. Terima kasih semua.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih atas kritik maupun koreksi serta saran saran yang positif bagi kepentingan semua pihak.

Penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca untuk dapat menambah perkembangan ilmu pengetahuan.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB.I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Tempat danWaktu Penelitian ... 6

1.6. Kerangka Berpikir ... 7

1.8. Batasan Istilah ... 8

(8)

2.1. Informasi... 9

2.1.1 Jenis Informasi... 9

2.1.2 Fungsi Informasi ... 11

2.1.3 Sumber Informasi ... 12

2.1.4 Layanan Informasi ... 12

2.1.5 Kebutuhan Informasi ... 13

2.1.6 Perilaku Pencarian Informasi ... 14

2.2. Pengertian Layanan ... 17

2.2.1. Tujuan Layanan Perpustakaan ... 17

2.2.2. Alat bantu khusus Tuna Netra ... 18

2.3. Pengertian Tuna Netra ... 20

2.4 Penelitian Terdahulu ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 23

3.2. Objek Penelitian ... 24

3.3. Informan ... 24

3.4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

3.5 Jenis dan Sumber data ... 25

3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.8. Teknik Analisis Data ... 26

3.9. Kredibilitas Penelitian ... 27

(9)

4.1. Sejarah Singkat Yayasan Mitra netra ... 30

4.2. Visi, Misi dan Fungsi ... 31

4.3. Struktur Organisasi Yayasan Mitra Netra ... 33

4.4. Jam Layanan Perpustakaan ... 34

4.5. Jenis Layanan Perpustakaan ... 34

4.6 Syarat Menjadi Anggota ... 35

4.7 Jumlah Koleksi di Perpustakaan ... 35

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Analisis Data ... 37

5.1.1 Pencarian Informasi ... 38

5.1.1.1 Tahap Awal ... 38

5.1.1.2 Tahapan Pelaksanaan... 43

5.1.1.3 Tahap Akhir ... 45

5.1.2 Jenis Informasi... 48

5.1.3 Sumber Informasi ... 54

5.1.4 Kendala ... 56

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 58

6.2. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Wawancara Lampiran 2 Lembar Konsultasi

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul perilaku pencarian informasi pemakai pada layanan perpustakaan tunanetra Yayasan Mitra Netra Jakarta. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perilaku pencarian informasi pada perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptip kualitatif jenis studi kasus. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang, dengan rincian 4 orang pemakai dan satu orang pemakai. Teknik Pengumpulan data dalam peneltian ini menggunakan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukan bahwa perilaku pencarian informasi pustakawaan di layanan perpustakaan tunanetra dilakukan dengan cara bertanya kepada puskawan. Dalam pencarian informasi pemakai sangat bergantung pada petugas layanan perpustakaan. Sumber informasi yang sering diakses pemakai untuk memenuhi kebutuhan informasi adalah koleksi DTB. Informasi yang didapatkan oleh pemakai sebagaian besar digunakan untuk kepentingan pemakai dalam pemenuhan informasi.

(13)

ABSTRAK

The Title of this research is Information Seeking Behavior of Library Services Blind Users at Yayasan Mitra Netra Jakarta. The purpose of this research was to determine the behavior of the information retrieval library Mitra Netra Foundation Jakarta. This research uses a qualitative descriptive with study type. Informants in this research are 5 people, who are 4 users and one librarian. The data collection techniques in this research are observation, in-depth interviews and documentation. The results of the study showed most of users information searching behavior in blind library services are done by asking librarian. In searching of information users rely heavily on library service personnel and most resource use are DTB collections . Most of information obtained by users is used by them to fullfill their information .

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perilaku pencarian informasi dimulai dari adanya kesenjangan antara pengetahuan dan kebutuhan informasi yang diperlukannya dalam mencari informasi. Sehingga terdapat kemudahan keakuratan dalam mengakses informasi yang dibutuhkan yaitu kepuasan dan kenyamanan atas layanan yang diberikan oleh perpustakaan. Perilaku pencarian informasi muncul karena adanya kebutuhan akan informasi, Sehingga semakin tinggi kebutuhan informasi maka semakin tinggi pula jumlah kegiatan mencari informasi. Perilaku pencarian informasi oleh pemakai memiliki pola tersendiri. Sebab setiap pemakai akan berbeda-beda mencari informasi yang dibutuhkan, oleh karena itu kebutuhan akan infromasi menjadi hal yang sangat penting, karena dengan adanya informasi maka kita dapat mengetahui berbagai hal yang terjadi di dunia.

Perpustakaan khusus bagi tunanetra biasanya dapat kita temui di lembaga atau sekolah yang memang mengkhususkan kegiatanya pada para tunanetra, dapat dihitung beberapa perpustakaan umum yang menyediakan layanan perpustakaan bagi tunanetra, padahal sebagai perpustakaan umum yang menyediakan kebutuhan informasi seharusnya menyediakan layanan tersebut, mengingat para tunanetra juga merupakan bagian dari masyarakat.

(15)

memiliki keterbatasan fisik berupa kebutaan, yang sering kali tidak dapat disembuhkan secara medis, para kaum tunanetra tetap berhak memperoleh haknya sebagai manusia, termasuk hak atas informasi.

Ditinjau dari sisi kuantitas, jumlah orang buta di Indonesia di perkirakaan 1.5% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 3 juta orang. Dengan jumlah yang signifikan tersebut, banyak media yang mencoba menfasilitasi mereka dengan informasi, diantaranya dengan penggunaan huruf braille, printer braille, software JAWS, speech synthesizer ( pembangkit suara), bahkan telepon seluler seri tertentu sudah dapat di-install program Talks sehingga dapat membacakan layanan pesan singkat (SMS) bagi tunanetra. Pada saat ini, para tunanetra dapat menggunakan komputer dengan beragam kebutuhan sampai penelusuran situs-situs internet.

Perkembangan teknologi bagi tunanetra saat ini sangat pesat, namun masih terdapat hambatan bagi tunanetra yaitu harganya yang masih sangat mahal dan minimnya informasi yang tersedia bagi mereka, misalnya, tidak adanya akses terhadap surat kabar dan buku bacaan. Sehingga diperlukan suatu perpustakaan yang dapat mengakomodasi kebutuhan para tunanetra dengan berbagai fasilitas pendukungya.

(16)

Menjadi sumber daya manusia yang handal dengan memiliki keahlian khusus bidang komputer adalah salah satu kunci sukses seseorang di era saat teknologi informasi dan komunikasi telah merambah berbagai ranah kehidupan manusia. Tuna netra yang melengkapi dirinya dengan keahlian tersebut mampu membuka peluang dan kesempatan yang lebih baik untuk bisa mengemabngkan diri .

Dengan komputer yang telah dilengkapi peragkat software pembaca layar (komputer berbicara), tuna netra mampu meningkatkan beberapa fungsi human life skill yang sebelumnya berkurang/hilang sebagai dampak ketunanetra yang dialami. Aktifitas mengetik lebih efektif karena tunanetra dapat membaca kembali, bahkan mengedit sendiri data yang telah diketikkan di dalam komputer secara mandiri dan efektif; sesuatu yang tidak mungkin dilakukan dengan mesin tik biasa (manual). Kegiatan komunikasi dan perolehan informasi juga menjadi lebih mudah dilakukan. Melalui internet, tunanetra dapat melakukan sendiri aktifitas web browsing. e-mail, chatting dan sebagainya tanpa harus dibantu atau dibacakan oleh orang yang berpenglihatan.

(17)

Menyadari kebermanfaatan komputer bicara bagi tunanetra, sejak tahun 1992 Yayasan Mitra Netra telah menyelenggarakan kursus komputer bicara. Hingga sekarang ini, lebih dari 300 tunanetra telah mengikuti kursus dimaksud. Mengingat semakin tingginya kesadaran dan kebutuhan tunanetra akan akses terhadap teknologi ini, pada tahun 2008, Yayasan Mitra Netra telah bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional RI untuk terus berkomitmen menyelenggarakan dan mengembangkan kursus komputer bicara serta memperbanyak jumlah tunanetra yang menjadi pesertanya.

Penelitian ini memfokuskan tentang perilaku pencarian informasi di layanan perpustakaan tunanetra Jakarata. Peneliti ingin mengetahui bagaimana pemakai tuna netra mencari informasi yang dibutuhkan, jenis informasi yang digunakan, sumber informasi yang sering di akses dan bagaiman tuna netra menggunakan informasi yang didapatkan.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana perilaku pencarian informasi pemakai Pada Layanan Perpustakaan Tuna Netra Yayasan Mitra Netra Jakarta. Secara rinci masalah yang akan dibahas yaitu:

1. Bagaimana cara pencarian informasi yang digunakan pemakai ? 2. Jenis informasi apa yang dibutuhkan oleh pemakai ?

(18)

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Perilaku Pencarian Informasi Pemakai pada Layanan Perpustakaan Tunan Netra Yayasan Mitra Netra Jakarta:

1. Untuk mengetahui cara pencarian informasi yang digunakan pemakai. 2. Untuk mengetahui jenis informasi yang dibutuhkan oleh pemakai. 3. Untuk mengetahui sumber informasi yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan informasi.

1.4. Manfaat a) Bagi Peneliti

Manfaat yang diperoleh penulis dari penelitian ini adalah agar penulis dapat mengetahui tentang pola perilaku pencarian informasi oleh pemakai tunanetra dan memberikan pengalaman dalam merancang dan melaksanakan sebuah penelitian.

b) Bagi Universitas

Manfaat bagi universitas antaralain untuk menyediakan informasi bagi para mahasiswa untuk mengetahui bagaimana perilaku pencarian informasi Pemakai di layanan perpustakaan tunanetra di Yayasan Mitra Netra Jakarta. Serta menyediakan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

c) Bagi Lembaga terkait

(19)

di layanan perpustakaan tunanetra di Yayasan Mitra Netra Jakarta serta sebagai bahan masukan bagi manajemen perpustakaan dalam kegiatan evaluasi.

d) Bagi Masyarakat

Manfaat bagi masyarakat adalah sebagai bahan informasi dalam upaya pendayagunaan perpustakaan sebagai suatu lembaga penyedia informasi.

1.5 Tempat dan Waktu Penelitian

(20)

1.6 Kerangka Pikiran

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Sumber: dikembangkan oleh penelitian 2013

Keterangan:

Pengetahuan yang dimiliki pemakai sangat terbatas karena kurangnya alat-alat untuk mengakses informasi, dan di samping ini juga harga alat tersebut belum terjangkau bagi pemakai khususnya tuna netra sehingga pemakai tersebut kurang mendapatkan informasi. Kebutuhan informasi yang di ingkan pemakai merupakan kesenjangan informasi yang ingin dipenuhi pemakai maka dari itu kesenjangan tersebut harus dipenuhi dengan informasi yang baru, agar pemenuhan yang

Pengetahuan yang di milki

Pengetahuan yang diinginkan

Kesenjangan Pengguna

Kebutuhan Informasi Pengguna

Alat Pencarian:  Huruf brallie  Printer brallie  Software JAWS  Speech syntheizer

Penggunaan Informasi Perilaku Pencarian

Informasi

(21)

terbatas tersebut dapat terpenuhi. Selanjutnya cara mereka memenuhi kebutuhan informasi disebut perilaku pencarian infromasi, para pencari informasi tersebut ( Pemakai tuna netra ) mencari informasi dengan menggunakan alat pencarian informasi Pada Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta yaitu: huruh brallie, printer brallie, software JAWS, speech synthesizer. Apabila pemenuhan kebutuhan infromasi telah tercapai maka kesenjangan informasi dari pemakai tersebut telah terpenuhi, sedangkan kebutuhan infromasi yang belum terpenuhi harus mengulangi perilaku pencarian informasi sehingga pemenuhan kebutuhan informasi dapat tercapai.

1.7 Batasan istilah

a) Pemakai adalah orang yang rusak atau luka matanya sehingga tidak dapat atau kurang dalam penglihatannya yang mencari informasi pada layanan tunanetra Yayasan Mitra netra Jakarta

b) Informasi adalah data yang sudah diolah, dibentuk atau dimanipulasikan sesuai dengan keperluan tertentu.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Informasi

Informasi adalah data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu dan keputusan mendatang (Sutabri, 2005:15). Dengan semakin meningkatnya kebutuhan informasi maka munculah informasi dengan begitu banyak ragam dan jenisnya.

Hamalik (Hamalik, 1993). dalam bukunya yang berjudul Pengelolaan Sistem Informasi, mengemukakan bahwa informasi adalah data yang diolah dan menjadi suatu pesan untuk dikomunikasikan kepada pihak lain.

Data adalah keadaan faktual yang terjadi, jika diolah sesuai dengan apa yang diinginkan, maka itu akan menjadi sebuah informasi yang bermanfaat. Informasi didapatkan dari sekumpulan data-data yang kita sajikan sesuai apa yang dibutuhkan.

2.1.1. Jenis-Jenis Informasi

(23)

yang dapat digali tentang informasi terekam ini banyak dibutuhkan oleh manusia dari berbagai kalangan untuk keperluan yang beragam. (Yusup. 2010:5)

(Soaetaminah, 1991:17) merumuskan bahwa ada beberapa jenis informasi menurut:

1. Informasi untuk Kegiatan Sosial

Pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat sehingga perlu melaksanakan kegiatan di bidang sosial.

2. Informasi untuk Individu

Sebagai individu, seseorang membutuhkan informasi yang sesuai dengan statusnya dalam masyarakat, pendidikan dan keterampilannya.

3. Informasi untuk Pelajar dan Mahasiswa

Sumber informasi utama bagi murid adalah guru, dan bagi mahasiswa adalah dosen.

Jenis informasi Shera (dalam Laloo, 2002: 6) membagi jenis informasi sebagai berikut:

1. Conceptual informasi

Informasi yang berhubungan dengan ide-ide, teori, dan hipotesis tentang hubungan antar variabel dalam sebuah bidang/subjek.

2. Emperical information

Berhubungan dengan data dan pengalaman dari suatu penelitian yang mungkin ada dalam pikiran seseorang atau yang dikomunikasikan ke orang lain.

(24)

Informasi yang berhubungan dengan menghasilkan, memanipulasi, dan menguji data.

4. Stimulatory information

Informasi yang termotivasi oleh seseorang atau lingkungan tersebut. 5. Policy information

Informasi yang berfokus pada proses pembuatan keputusan. 6. Directive information

Informasi yang digunakan untuk mengkoordinasi dan memungkinkan keefektifasan kegiatan kelompok.

Jadi, dapat disimpulkan informasi merupakan data yang dapat digunakan oleh siapapun yang tidak akan habis digunakan terus-menerus dan tumbuh tanpa ada akhirnya.

2.1.2. Fungsi Informasi

Menurut Yusuf (2010:10) dinyatakan bahwa: fungsi informasi dapat berkembang sesuai dengan bidang garapan yang disentuhnya. Namun setidaknya yang utama yaitu sebagian data dan fakta yang sanggup membuktikan adanya suatu kebenaran, sebagai penjelasam hal-hal yang sebelumnya masih meragukan, sebagai predikasi untuk peristiwa-peristiwa yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang. Informasi menjadi garapan utama pengelolaannya untuk kepentingan peningkatan kualitas manusia pada umunya.

Fungsi informasi terdiri dari 3 yaitu :

(25)

2. Untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan proses pengambil keputusan.

3. Menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari sesuatu hal. Andreyanto.(Minggu,30September2012).

2.1.3. Sumber Infomasi

Untuk memenuhi kebutuhan informasinya, setiap orang diharuskan untuk berinteraksi dengan sumber-sumber informasi. Sumber-sumber informasi tersebut ada banyak jenisnya, ada buku, majalah, surat kabar, radio, rekaman informasi lainya (Yusup, 2010:31).

Menurut Krikelas (dalam Budiyanto, 2002:23) pilihan sumber dapat dibagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Sumber internal dapat berupa memori, catatan pribadi atau hasil pengamatan. Sedangkan sumber eksternal dapat berupa hubungan antara personal langsung, informasi terekam atapun tertulis.

Dalam praktek, pemakai biasanya menggunakan lebih dari satu sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka.

2.1.4. Layanan Informasi

(26)

memang harus diperoleh dari pihak lain, atau memang harus diperoleh dari pihak lain karena berbagai keterbatasan kemampuan untuk menyediakan sendiri.

Ketika alat pemuas kebutuahn yang berupa barang atau jasa tidak dapat di sedikan sendiri, maka diperlukan jasa atau layanan ( service ) dari pihak lain yang mampu menyediakan alat-alat pemuas kebutuhan tersebut. Pihak lain yang mengambil kesempatan untuk menyediakan alat pemuas kebutuhan adalah penyedian ( Provider ) sedangkan pihak yang meminta dan menggunakanya disebut sebagai pengguna (user) atau kosumen ( consumer ) (Lutriani. 2009)

2.1.5. Kebutuhan Informasi

Salah satu teori terkenal tentang kebutuhan informasi adalah teori yang diungkap oleh Khultau (dalam Suwanto, 1997:9), menurut khultau adanya (kesenjangan informasi) antar infromasi yang dimiliki oleh seseorang dengan informasi yang seharusnya oleh orang tersebut untuk mendukung kegiatan sehari-hari memunculkan kebutah informasi. Menurut Line (dalam Laloo,2002:) kebutuhan informasi adalah sesuatu yang sebaiknya dimiliki oleh seseorang dalam melakukan pekerjaanya, penelitian, pendidikan, dan juga sebagai hiburan.

(27)

Di dalam masyarakat kita bisa melihat, bahwa kebutuhan informasi antar satu orang dengan orang lainnya pastilah berbeda. Menurut Wilson kebutuhan dipengaruhi oleh:

1. Kebutuhan individu (person)

2. Kebutuhan yang ada dalam diri individu 3. Peran sosial (social role)

4. Peran sosial meliputi peran kerja (performance level) 5. Lingkungan (environment)

6. Lingkungan sosial-budaya (social-cultural environment), dan lingkungan politik-ekonomi.

Jadi kebutuhan informasi adalah kebutuhan seseorang terhadap informasi yang akan digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang sedang dihadapi.

2.1.6. Perilaku Pencarian Informasi

perilaku pencarian informasi merupakan keseluruhan pola laku manusia terkait dengan keterlibatan informasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia merupakan komunikator, pencari informasi, pengguna sistem informasi, penerima jasa informasi ( Yusup,2010:101)

Kaitannya dengan hal ini, (Wilson dalam Yusup, 2010:100) memperjelas tentang pengertian perilaku informasi sebagai berikut:

(28)

perilaku pencarian dan penggunaan informasi baik secara aktif maupun pasif.

2. Perilaku penemuan informasi (informasi seeking beihavior) merupakan upaya menemukan dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu. Dalam upaya ini, seseorang dapat saja berinteraksi dengan sistem informasi hastawi ( misalnya, surat kabar, majalah, perpustakaan), atau berbasis komputer.

3. Perilaku pencarian informasi (Informasi searching bahavior) merupakan perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku pencarian yang ditunjukan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem, baik di tingkat interaksi dengan komputer, maupun di tingkat intelektual dan mental.

4. Perilaku penggunaan informasi (information user behavior), yakni terdiri atas tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan seseorang menggabungkan informasi yang ditemukan dengan pengetahun dasar yang telah di milki sebelumnya

Dari pengertiam diatas peneliti menyimpulkan bahwa perilaku pencarian informasi merupakan keseluruhan pola laku manusia terkait dengan ketertiban informasi. Sepanjang laku manusia memerlukan, memikirkan, memperlakukan, mencari, dan manfaatkan informasi dari beragam saluran, sumber, dan media penyimpan informasi lain, itu juga termasuk ke dalam pengertian pengertian informasi.

(29)

menggambarkan karakteristik dari penelitian social, science, dan engineering. Tahapan perilaku pencarian informasi yang dikemukakan Ellis sebagai berikut:

1. Strating: artinya individu mulai mencari informasi misalnya bertanya pada seseorang yang ahli di salah satu bidang keilmuan yang yang diamati oleh individu tersebut.

2. Chaining: menulis hal-hal yang dianggap penting dalam sebuah catatan kecil.

3. Browsing: suatu kegiatan mencari informasi yang tersuktur atau demi tersektur.

4. Diferentiating: pengembangaan atau reduksi data atau pemilihan data, mana yang akan digunakan dan mana yang tidak perlu.

5. Monitoring: selalu memantau atau mencari berita-berita / informasi-informasi yang terbaru ( up-to-date)

6. Extracting: Mengambil salah satu infromasi yang berguna dalam sebuah sumber informasi tertentu. Misalnya, mengambil salah satu FILE dari sebuah world wide web (www) dalam dunia internet.

7. Verifying: mengecek ukuran dari data yang telah diambil 8. Ending: akhir dari pencarian

(30)

1. Bahwa kebutuhan informasi bukan kebutuhan utama atau primer, namun merupakan kebutuhan sekunder yang timbul karena keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar.

2. Bahwa dalam usahanya menemukan informasi menghadapi hambatan (barriers) sebagai variable perantara (intervening variable), hambatan tersebut kemungkinan akan mempengaruhi perilakunya.

2.2. Pengertian Layanan

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang. Kep. MenPan No. 81/93 menyatakan bahwa pelayanan umum adalah segala bentuk pelayanan yang diberikan oleh pemerintah pusat /' daerah, BUMN / BUMD, dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat, dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Nur Hasyim : 2005 )

2.2.1. Tujuan Layanan Perpustakaan

Menurut Whitataker (1993:13) ada lima tujuan yang berkaitan dengan pelayanan-pelayanan kepada pengguna yang didasarkan pada perpustakaan, yaitu:

(31)

3. Memberikan Informasi ( Supplying Informasi );

4. Membantu Kegiatan–kegiatan rekreasi ( Supporting leisure acivities ); Khususnya membaca untuk rekreasi ( Recreation reading );

2.2.2. Alat Bantu Baca Khusus Tunanetra

Alat bantu baca khusus tunanetra yang dapat digunakan oleh para tunanetra saat ini menurut (Purwanto, 1998:50) adalah sebagai berikut:

1. Speech Sythesizer

Speech Syhesizer adalah perangkat keras tambahan yang digunakan untuk membantu layanan tuna netra untuk memudahkan dalam membaca layar monitor perdasarkan kualitas suara dan intonasi suara yang dihasilkan speech synthesizer

2. Scanner

Teknologi yang digunakan untuk mendigitalisasi teks buku awas kedalam komputer tanpa melalui pengetik teks buku awas secara manual kemudian ditransper ke dalam komputer, serta di rekam ke dalam hardisk dalam bentuk soft file

3. Keyboard Braille

(32)

4. Printer Braille

Pada dasarnya Printer braille bekerja seperti printer biasa mencetak data yang sudah diproses oleh CPU, perangkat ini menghasilkan huruf braille dengan kecepatan antara 40 sampai 600 huruf perdetik. Program yang mengubah hurufkan data dari tulisan biasa ke tulisan braille.

5. JAWS

Perangkat lunak yang memudahkan tunanetra untuk berinteraksi dengan komputer melalui data di layar komputer di ubah menjadi output suara 6. Huruf Braille

Huruf braille adalah huruf timbul yang digunakan para tunanetra untuk membaca abjad, angkat serta notasi dengan cara meraba huruf timbul yang ada dikertas dengan memanfaatkan sensifitas ujung carinya. Huruf Braille di ciptakan oleh Louis Braille pada tahun 1821, penemuan tulisan ini menjadi titik awal revolusiner pengembangaan informasi untuk tunanetra. 7. Talking Book ( Buku Baca )

Buku baca merupakan alat penyampaian informasi kepada tunanetra. Bentuk buku baca ada 2: dalam bentuk analog berupa kaset dan dalam bentuk digital berupa CD.

Ada 2 macam talking book, yaitu: a) Analog talking book ( kaset)

Sebuah gambaran/perwakilan dalam bentuk analog dari sebuah cetakan terbitan atau sebuah buku.

(33)

Untuk lebih mempermudah dalam penggunaanya, maka pada tahun 2002 diprogramkan pembuatan buku bisa dengan menggunakan teknologi digital, berbnetuk CD.

2.3. Pengertian Tunanetra

Pengertian tunanetra (Manunsong,1998:41-47) tidak saja mencakup mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam belajar, jadi, individu dengan kondisi penglihatan yang termasuk "setengah melihat", "low vision", atau rabun adalah bagian dari kelompok tunanetra.

Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang berpenglihatan normal.

Individu dengan gangguan penglihatan ini dapat diketahui dalam kondisi berikut:

1. Ketajaman penglihatann ya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang berpenglihatan normal

2. Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu 3. Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak

(34)

Seseorang dikatakan tunanetra bila ketajaman penglihatannya (visusnya) kurang dari 6/21. Artinya, berdasarkan tes, seseorang hanya mampu membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang berpenglihatan normal dapat dibaca pada jarak 21 meter. Berdasarkan acuan tersebut, tunanetra dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu (Somantri, 2005):

1. Buta

Dikatakan buta jika sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar (visusnya = 0)

2. Low Vision

Bila masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika hanya mampu membaca ‘headline’ pada

surat kabar.

Sedangkan arti tunanetra secara pendidikan menurut Surai dan Rizzo seperti dikutip oleh (Manunsong,1998:41-47) sebagai tunanetra menjadi 2 kelompok, mencakup siswa tunanetra yang tergolong buta akademis dan siswa tunanetra yang buta sebagian, yang dimaksud buta akamedis adalah buta secara keseluruhan, tidak dapat melihat sedikit pun.

2.4. Penelitian Terdahulu

(35)

tahun 2012, mahasiswi Universitas diponegoro. Secara umum penelitian ini pembahasanya di fokuskan terhadap perilaku pemakai dalam menggunakan software JAWS mencangkup kemudahaan dan jumlalh informasi yang didapat oleh pemaki di PERTUNI Semarang.

(36)
(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu jalan atau cara untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala masalah. (Subagyo, 2006:2). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Sebagai format penelitian untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data hasil penelitian. “metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati” (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2011:3)

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. “Penelitian deskriptif mencoba mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari

semua aktvifitas, objek, proses dan manusia” (Sulistyo-Basuki, 2006:110).

(38)

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Pemustaka yang berkunjung ke Yayasan Mitra Netra Jakarta sedangkan untuk objek dalam penelitian ini adalah perilaku pencarian informasi.

3.3. Informan

Informan dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Menurut Sutrisnohadi yang dikutip oleh hamidi (Hamidi, 2008:89). Pusposive sampling adalah pemilihan kelompok subjek didasarkan cirri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya, dengan menemui informan kunci yaitu Pustakawan Yayasan Mitra Netra Jakarta. Disamping informan kunci yaitu pemustaka Yayasan Mitra Netra ada 4 orang dan 1 pustakawan informan lain.

Informan dalam penelitian ini adalah pemakai layanan di Yayasan Mitra Netra yang sering berkunjung, sehingga bisa kita gali mengenai pemanfataan dan penggunaan informasi yang mereka dapatkan dari Yayasan Mitra Netra tersebut. Informan tidak dalam keadaan terpaksa pada saat wawancara.

(39)

akan membantu memudahkan kita dalam mengumpulkan data dari objek yang akan kita teliti.

3.4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Yayasan Mitra Netra, jalan. Gunung Balong II No. 58 Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2013. Lamanya waktu penelitian dari tanggal 28 Agustus sampai 9 September 2013.

3.5. Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informasi, yang termasuk data primer dalam penelitian ini antara lain adalah transkip hasil wawancara, rekaman, dan juga catatan hasil observasi. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah literasi yang relavan dengan penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi dan literature terkait

3.6. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

(40)

pemustaka. Selain itu, pemustaka yang jadi objek penelitian juga menyadari bahwa dirinya sedang diteliti. Asalkan memilih metode observasi adalah karena metode ini dianggap sesuai untuk menghasilkan informasi dari data yang berupa perilaku.

2. Wawancara mendalam

Untuk memperoleh informasi yang lebih lanjut dari informasi yang diperoleh dari hasil observasi maka langkah selanjutnya adalah melakukan wawancara mendalam pada pemustaka sebanyak 4 orang dan pustakawan 1 orang. Wawancara mendalam disini juga berfungsi untuk mengungkapkan hal-hal yang tidak bisa diamati, seperti motivasi pemenuhan kebutuhan informasi, dan kepuasan terhadap informasi yang diperoleh. Dengan menggunakan wawancara mendalam penulisan mampu mengenali lebih dalam informasi yang tersampaikan pada saat observasi.

3. Dokumentasi

Pengambilan rekaman saat wawancara cara dan observasi untuk melengkapi data yang sebelumnya sempat tercatat atau terlewatkan oleh penulis.

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

3.7.1 Reduksi Data

(41)

data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.

3.7.2 Penyajian Data

Kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memungkinkan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3.7.3 Penarikan Kesimpulan

Setelah keseluruhan informasi telah membentuk gambaran penelitian yang utuh, maka langkah selanjutnya adalah mengambil kesimpulan dari keseluruhan informasi tersebut.

3.8. Kredibilitas Penelitian

Kredibiltas penelitian adalah keberhasilan mencapai maksud mengeksplorisasi masalah yang majemuk atau keterpercayaan terhadap hasil dari penelitian untuk menjaga kredibilitas penelitian kualitatif, sesuai dengan pendapat sugiyono (2008:270) dilakukan melalui upaya-upaya sebagai berikut:

1. Perpanjangan pengamatan

(42)

2. Meningkatkan ketekunan

Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3. Triangulasi

Pengecakan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

4. Analisis kasus negative

Penelitian mencari data yang berbeda atau yang bertentangan dengan temuan data sebelumnya. Bila tidak ada lagi data yang berbeda dengan temuan maka data yang ditemuka dapat dipercaya.

5. Menggunakan bahan referensi

Bahan referensi yang dimaksud adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara.

6. Mengadakan member check

(43)
(44)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN YAYASAN MITRA NETRA JAKARTA

4.1. Profil Yayasan Mitra Netra

Yayasan Mitra Netra (YMN) adalah lembaga nirbala yang memutuskan program dalam upaya meningkatan kualitas dan partisipasi tunanetra dibidang pendidikan dan lapangan kerja. Sebagai lembaga yang berkecimpung di bidang ketunanetraan, dalam merencanakan dan melaksanakan program kerjanya, Yayasan Mitra Netra menggunakan pendekatan kemitraan yaitu kemitraan antara tunanetra dan saudara-saudara yang berpenglihatan,serta kemitraan antara Yayasan Mitra Netra dan lembaga-lembaga lain, sehingga tercipta sinergi. Hal ini tercermin dalam struktur organisasi yayasan, yang terdiri dari tunanetra dan mereka yang berpenglihatan,serta sebagai sebuah lembaga Yayasan Mitra Netra lebih memposisikan dirinya sebagai Impemeting Agent yang senantiyasa bekerja sama dengan Donor Agent.

4.1.1. Sejarah singkat

(45)

dengan terdaftar pada Tambahan Berita Negara tanggal 14/12 tahun 2001 nomor 100 Yayasan ini bersifat indepeden, karena tidak berafiliasi dengan organisasi sosial politik maupun organisasi keagamaan apapun. kemudian pada tahun 1995, Yayasan Mitra Netra belum menempati lokasi yang tetap. Sehingga, harus berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain. Pada tahun 1996-1997, Yayasan Mitra Netra oleh Mendiknas diizinkan untuk menempati SLB yang terletak di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Kemudian tahun 2002 hingga kini, Yayasan ini telah memiliki gedung sendiri yang terletak di Jl. Gunung Balok II.58 Lebak Bulus III, Jakarta Selatan.

4.2. Visi dan Misi, Fungsi

Visi

Dalam upaya memberikan perannya di bidang pemberdayaan tunanetra di Indonesia, Visi Yayasan Mitra Netra adalah “ Berfungsi sebagai

pengembangan dan penyedia layanan, guna terwujudnya kehidupan tunanetra yang mandiri, cerdas, dan bermakna dalam masyarakat yang inklusif.

Misi

Sebagai sebuah layanan dan pelatihan bagi tunanetra dan organisasi lain, Yayasan ini hadir di tengah-tengah masyarakat dengan misi untuk:

(46)

- Mengembangkan potensi tunanetra melalui pendidikan dan pelatihan;

- Memperluas peluang pekerja tunanetra melalui upaya difersifikasi dan penempatan kerja;

- Mengembangkan keahlian dan sarana khusus bagi tunanetra melalui penelitian;

- Meningkatkan kemampuan lembaga penyedia layanan bagi tunanetra yang lain menyebarluaskan keahlian serta produk yang dihasilkan;

- Melakukan advokasi guna mendorong terwujudnya masyarakat inklusi, yang mengakomodir berbagai jenis perbedaan.

Fungsi

Berpangkal pada visi dan misi tersebut, fungsi Yayasan Mitra Netra adalah:

- Sebagai pendorong terwujudnya layanan rehabilitas mental bagi tunanetra oleh konselor sesame tunanetra.

- Sebagai penunjang pendidikan bagi tunanetra, terutama sistem pendidikan terpadu.

- Sebagai pengembang sumber daya manusia dan peluang kerja tunanetra.

- Sebagai pengembang modal penanganan dan layanan ketunanetraan.

(47)

4.3. Sturuktur Organisasi Yayasan Mitra Netra Pembina

Ketua : Prof. dr.H. Sidarta Ilas, Sp.M Anggota : Hj. Imas Fatimah, S.H

Penasehat Marzuki Usman Pengawas

Drs. Wisnu Sambhoro, M.Si. Pengurus

Ketua : H.M.E. Kurnadi Sekretaris : H. Subarmat

Bendara : M. Nurizal, S. E., M. Si. Eksekutif

Direktur : Drs. Bambang Basuki Wakil Direktur : Drs. Irwan Dwi Kustanto Kepala Bagian

Kabag. Personalia dan Umum : Drs. Irwan Dwi Kustanto Kabag. Keuangan : Abdul Wahid, S.E.I,

Kabag. Humas: Aria Indrawati, S.H.

Kabag. Rehabilitas dan Diklat: Yani Matondang, S.Ag.

(48)

4.4. Jam Layanan Perpustakaan Waktu Layanan

Setiap hari Senin –Jum’at Jam 09.00 – 16.00 WIB 4.5.Jenis Layanan

 Layanan Sirkulasi :

a. Peminjaman buku dalam bentuk Braille maupun buku dalam bentuk digital kepada anggota.

b. Layanan pemesanan buku, baik pembuatan buku Braille mapun buku bicara digital.

 Layanan Penelusuran/Referensi a. Katalog Braille

b. Speech Syhtaesizeer c. JAWS

 Layanan Mini Leaming Center meliputi: a. English Lesson

b. English Conversation Club

c. Diskusi rutin dengan tema-tema menarik untuk memperluas wawasan dan mendukung kemandirian tunanetra.

 Layanan Pembaca a. Buku Braille

(49)

angkat serta notasi dengan cara meraba huruf timbul yang ada dikertas dengan memanfaatkan sensifitas ujung carinya

b. Buku DTB ( Buku bicara).

Buku bicara merupakan alat penyampaian informasi kepada tunanetra. Bentuk bicara baca ada 2: dalam bentuk analog berupa kaset dan dalam bentuk digital berupa CD.

Ada 2 macam talking book, yaitu: c) Analog talking book ( kaset)

Sebuah gambaran/perwakilan dalam bentuk analog dari sebuah cetakan terbitan atau sebuah buku.

d) Digital talking book (CD )

Untuk lebih mempermudah dalam penggunaanya, maka pada tahun 2002 diprogramkan pembuatan buku bisa dengan menggunakan teknologi digital, berbnetuk CD.

4.6. Syarat Menjadi Anggota - Mengisi Formulir

(50)

4.7. Jumlah Koleksi Di Perpustakaan

Jumlah koleksi ke seluruhan yang di miliki Yayasan Mitra Netra Jakarta s/d Agustus 2013 adalah 3.384 judul, berikut adalah rinciannya:

(51)

BAB V

ANALISIS HASIL PENELITIAN

Pada bab lima penulisan akan merupakan data-data primer yang telah diperoleh dari penelitian.Yang dimaksudkan dengan data primer dalam penelitian ini adalah hasil jawaban informan atas pertayaan yang ditanyakan oleh peneliti dalam wawacara dan juga hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti. Data-data primer tersebut digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan gambaran tentang Bagaimana perilaku Perilaku Pencarian Informasi Pemakai Pada Layanan Perpustakaan Tuna Netra Yayasan Mitra Netra Jakarta.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemustaka Yayasan mitra netra yang berjumlah 20 orang. Maka ditemukan bahwa jumlah sampel adalah 5 orang. Berikut ini adalah rincian data identittas pemustaka yang menjadi informasi dalam penelitian ini:

Tabel 5.1

Daftar Nama Informan

NO. Nama Inisial

1. Deniyen Martin Rahman DMR

2. Duita Maulida DM

3. Juanda Saputra JS

4. Rayhan Nhufaldi Hidayat RNH

(52)

Tabel 5.2

Tingkat Pendidikan Informan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Orang

1. S1 2

2. SMA 2

3. SMP 1

Total 5

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa banyaknya informan menurut tingkat pendidikan S1 sebanyak dua orang, SMA sebanyak dua orang dan SMP sebanyak satu orang.

5.1 Analisa Data

Dalam penelitian ini, penulis menganalisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Dengan membagi kedalam variabel pencarian informasi, jenis informasi dan sumber informasi.

5.1.1 Pencarian Informasi 5.1.1.1Tahapan Awal

(53)

Berikut ini adalah petikan wawancara dengan pemustaka di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra yang dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2013 tentang cara pemakai mengakses informasi di perpustakaan, sebagai berikut:

DM mengatakan “Lebih banyak bertanya ke penjaga

perpustakaan. Ada buku baru dan novel atau baca katalog.”, hal

yang sama juga disampaikan oleh DMR, “Bertanya ke petugas kemudian saya baca, kemudian petugas bilang buku apa aja yang

bisa kita pinjem katalognya dalam bentuk Braille.”, pendapat yang

berbeda disampaikan oleh JS, yang menyatakan “Membaca katalog

atau bertanya ke petugas perpustakaan.”, pendapat lain disampaikan oleh RNH, yaitu “Dengan cara meminjam CD(DTB). Buku Puisi atau pelajaran, Buku Braille.”

(54)

Dan berikut adalah petikan wawancara pada pemustaka untuk mengetahui kemudahan dalam pencarian informasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 28 Agustus, sebagai berikut:

DM berpendapat “Tidak susah, lebih gampang bertanya, ( tunanetra dewasa) mulai belajar Braille setelah masuk Yayasan

Mitra Netra Jakarta”, kemudian DMR berpendapat “Menurut

saya pribadi mudah cara menyampaikanya tidak sulit dan engga

ribet, karena saya menayakan buku saja yang disampakian dengan

baik atau kita pinjem buku tersebut. Dan tidak susah-susah kita

harus cari. Saya pinjem dalam bentuk DTB.”, kemudian RNH

juga memberikan pendapat yang hampir sama yaitu “Mudah, karena bagi saya sangat mudah diakses buat tunanetra., Contohnya: Peminjaman kita bertanya ke petugas perpustakaan.

kalau ada kita dikasih CD tersebut, lalu dikembalikan seperti biasa

di waktu yang tepat.”, dimikian pula JS berpendapat “Mudah,

Karena tinggal tanya sama petugas perpustakaan lalu dia

menjelaskan atau di kasih katalog atau di kasih katalog judul apa

yang diperlukan.”

Dari hasil wawancara menurut keempat responden menjawab mereka dapat dengan mudah mengakses informasi yang mereka butuhkan dengan bertanya pada petugas layanan.

(55)

pemustaka tuna netra yang diberikan oleh petugas di layanan tersebut.

Pernyataan dari pemakai diperkuat dengan pernyataan pustakawan, seperti yang terdapat pada petikan wawancara dengan pustakawan mengenai jenis layanan apa saja yang diberikan oleh perpustakaan untuk memudahkan seseorang pemustaka memperoleh informasi yang dibutuhkan,EDW mengatakan:

a.Kebanyakan buku-buku pelajaran dan buku-buku umum. Kadang

mereka suka bertanya buku-buku terbaru di Mitra Netra itu apa aja saya

mau baca. Kadang saya menginformasikan buku-buku yang baru

diproduksikan.

b. Katalog, Internet Center untuk mempermudah mengakses, DVD

Player.

Dari wawancara menurut EDW jenis layanan yang diberikan oleh perpustakaan adalah dengan membantu pemustaka untuk menemukan informasi atau koleksi yang dibutuhkan seperti buku pelajaran atau buku umum. Dan juga membantu dalam menggunkaan catalog, internet center dan juga dalam mengoperasikan DVD player.

(56)

Berikut ini adalah petikan wawancara kepada pustakawan mengenai sikap yang dilakukan oleh pemakai jika tidak menemukan informasi yang dibutuhkannya, yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Agustus 2013, sebagai berikut:

DMR berpendapat kalau buku yang saya cari tidak ada biasanya saya browsing di internet karena di dalam perpustakaan ini

dilengkapi fasilitas komputer internet”. JS juga mengatakan Mencari di internet, kalau di tunaenetra tuna netra masih tidak

ada, saya mencari ke toko buku beli”. Kemudian DM berpendapat

Buku yang ingin di pinjam masih keluar mungkin pesan. Jadi

ketika bukunya udah kembali. Kita di informasikan oleh petugas

tunanetra bahwa buku sudah ada. Kalau tidak ada akan mencari

alternatif lain yang hampir sama”. Pendapat yang lain disampaikan oleh RNH mengenai cara yang dilakukan jika tidak menemukan informasi yang dibutuhkan “Searching di internet”.

(57)

Kesimpulan yang peneliti ambil dari wawancara tersebut adalah sebagian besar pemustaka tuna netra jika informasi yang mereka cari tidak ada maka mereka akan mencari melalui internet, ada juga yang setelah mencari di internet kemudian membeli di toko buku, ada juga pemustaka yang mencari koleksi sejenis dengan yang dibutuhkannya.

5.1.1.2Tahapan Pelaksanaan

Dalam tahap ini dapat diketahui bagaimana tahap pelaksaan pencarian informasi yang digunakan oleh pemakai dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

Berikut ini adalah petikan wawancara kepada informan mengenai sikap pustakawan dalam membantu pemakai dalam mencari informasi yang dibutuhkannya, yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Agustus 2013 tentang bagiamana sikap pustakawan ketika pemakai kesulitan mengakses informasi, sebagai berikut:

DM berpendapat “Berusaha Membantu”. Pendapat yang hampir sama juga disampaikan oleh RNH Berusaha membantu pencarian informasi. dia akan memberi tahu caranya sehingga kita mengerti.

Dia akan menjelaskan secara detal apabila kita kesulitan

mencarinya baik dari caranya atau peminjamanya”. DMR

(58)

ada biasanya saya browsing di internet, karena di dalam

perpustakaan ini dilengkapi fasilitas komputer internet”. Tetapi JS

mengatakan Dibantu dalam mencari katalaog, di halaman ini, disini judulnya yang di jelaskan oleh petugas peprustakaan”.

Dari wawancara menurut DM dan RNH pustakawan berusaha membantu pemustaka dalam mengakses informasi, kemudian RNH menambahkan pustakawan membantu tentang bagaimana caranya sehingga kita mengerti. Dia akan menjelaskan secara menditail apabila kita kesulitan mencarinya baik dari caranya atau peminjamanya. Kemudian JS menyatakan pustakawan membantu melalui katalog, dan pustakawan juga menambahkan tentang bagaimana menggunakan katalog tersebut.

Kesimpulan yang dapat peneliti ambil adalah sebagian pemustaka merasa sangat di bantu oleh pustakawan dalam menemukan informasi yang dicarinya, ada yang melalui bertanya dan ada yang melalui catalog di perpustakaan tersebut.

Berikut ini adalah petikan wawancara kepada informan mengenai waktu yang digunakan dalam pencarian informasi yang dibutuhkan, yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Agustus 2013 tentang berapa lama mengakses informasi di perpustakaan, sebagai berikut:

(59)

mendengarkan buku Audio di perpustakaan”, dan RNH yang mengatakan “Relatif, kurang lebihnya 1 jam”.

Dari hasil wawancara DMR dan DM mengakses informasi selama 2 jam, sedangkan JS selama 3 jam dan RNH selama kurang lebih 1 jam.

Kesimpulan yang peneliti ambil adalah sebagaian besar pemustaka tuna netra mengakses informasi kurang lebih selama 2 jam, ada pula pemustaka yang lebih dari 2 jam dan ada yg kurang lebih 1 jam.

5.1.1.3Tahap Akhir

Tahap ini digunkan untuk mengetahui bagaimana tahap akhir yang berisikan kesimpulan dari cara pencarian informasi yang dilakukan dan penggunaan dari informasi yang didapatkan.

Tahap pencarian informasi pada tahap awal yang digunakan oleh pemakai di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra adalah bertanya kepada pustakawan. Terdapat pemakai yang mencari informasi yang dibutuhkan dengan mencari melalui katalog Braille. Dan jika tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan, pamakai mencari informasi yang dibutuhkan melalui fasilitas internet corner atau dengan mencari ke toko buku.

(60)

dibutuhkan, dengan cara mencarikan bahan informasi yang dibutuhkan atau membantu dalam menggunakan media informasi yang diinginkan oleh pemakai.

Berikut ini adalah petikan wawancara mengenai pemakai menggunakan informasi yang diperoleh di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 28 Agustus 2013 tentang bagaimana menggunakan informasi yang telah diperoleh diperpustakaan, adalah sebagai berikut:

DMR mengatakan Pustakawaan koopdratif, memberikan petunjuk ada apa tidak bukunya, cara mendapatkanya gimana kita

dinformasikan oleh petugas perpustakaan”. Pendapat yang lain

disampaikan oleh JS, “Paling buat belajar dan buat kepentingan sekolah.”. Kemudian DM berpendapat “Lebih banyak sharing sama temen-temen”, dan RNH memberikan pendapat yang berbeda

Menggunakan semaksimal mungkin sehingga saya mendapatkan

informasi yang saya inginkan.

(61)

Kesimpulan yang dapat peneliti ambil adalah pemustaka tuna netra menggunakan informasi yang didapatkannya untuk keperluan atau kepentingan mereka masing-masing. Sebagai contoh ada yang menggunakan untuk kepentingan belajar, bahan untu sharing dengan teman atau komunitas dan lain sebagainya.

Berikut ini adalah petikan wawancara mengenai kegunaan dari informasi yang didapatkan di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 28 Agustus 2013 mengenai Informasi yang didapat digunakan untuk apa , sebagai berikut:

DMR berpendapat Menambah wawasan mungkin sekedar apa yang saya tidak ketahui atau mengulang lagi materi yang saya

lupa”. JS memberikan pendapat yang berbeda, yaitu “Bantu temen-temen junior / adik-adik kelas.”. Kemudian DM berpendapat “Belajar buat kebutuhan mengajar temen-temen paket C. Buat

materi belajar atau buat belajar saya sendiri. Sedangkan kalau

buku novel lebih kaya hiburan atau hobby”. Demikian juga RNH

juga berpendapat “Digunakan untuk menuntut ilmu, sebagian hobby”.

(62)

temen-temen paket C, buat materi belajar, atau untuk kesenangan dan hobby. Sedangkan RNH untuk menuntut ilmu dan hobby.

Kesimpulan yang peneliti dapat ambil adalah pemustaka menggunakan informasi yang didapatkan untu keperluan atau kepentingan mereka sendiri, ada yang untuk menambah wawasan, ada yang untuk membantu adik kelas, ada yang menggunakan untuk mengajar paket C, ada yang hanya sekedar hobby.

5.1.2 Jenis Informasi

Jenis informasi yang sering dicari oleh pemakai adalah jenis koleksi elektronik. Alasana menggunkan jenis informasi elektronik adalah kemudahan dalam hal penggunaan dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan atau dicari.

Berikut ini adalah petikan wawancara mengenai kemudahan dalam mengakses informasi melalui media elektronik atau media cetak di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 28 Agustus 2013 mengenai, mana yang lebih mudah antara mengakses informasi melalu media elektronik atau dengan media cetak, sebagai berikut:

DM mengatakan Buku dalam bentuk DTB dan Buku Braille”, kemudian DMR mengatakan “Perbedaan Buku DTB dan

(63)

namanya Scorider, bisa didengarkan di laptop atau di DVD

player, sedangkan buku Braille 1 buku dicetak awas menjadi

1eksempar kalau di buku Braille bisa jadi 2 atau 3, 4 buku.”. Pendapat yang lain disampaikan oleh JS, “Iya elektronik karena kalau tidak di pake mau mencari informasi menggunakan apa”.

Namun pendapat lain juga disampaikan oleh DM, “ Kadang-kadang,tergantung kebutuhan. Kalau seumpama saya mengakses

mau meggunakan media elektronik saya baru menggunakan media

elektronik maupun sebaliknya”. Kemudian RNH berpendapat

Media elektronik. Karena sangat mudah baik dari cara

penggunaanya”.

Dari wawancara di atas JS dan RNH berpendapat mereka lebih mudah mengakses informasi melalui media elektronik, dan RNH beralasan memilih media elektronik karena kemudahan dalam cara menggunakannya. Sedangkan DMR berpendapat lebih mudah melalui buku dalam bentuk DTB dan buku Braille. Kemudian DM berpendapat kemudahan dalam akses tergantung dari kebutuhan, terkadang menggunakan media elektronik atau sebaliknya.

(64)

namun ada pemustaka yang lebih suka menggunakan media cetak atau buku DTB dan ada pemustaka yang menyesuaikan dengan kebutuhannya sendiri.

Berikut ini adalah petikan wawancara mengenai pemanfaatan koleksi cetak yang dimanfaatkan oleh pemakai Perpustakaan Yayasan Mitra Netra yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 28 Agustus 2013, sebagai berikut :

JS berpendapat Iya, Karena kalau tidak di pake mau mencari informasi menggunakan apa lagi”. Berbeda dengan jawaban JS, DM berpendapat Kadang-kadang”. Dan RNH berpendapat “Tidak mesti, karena dapat diganti dengan alat lain yang sudah tersedia, contohnya: Komputer, DVD player”. Pendapat yang berbeda disampaikan oleh DMR yang mengatakan Pustakawan kopratif. Memberikan petunjuk ada apa tidak bukunya cara

mendapatkanya gimana kita diinformasikan”.(DMR)

Dari wawancara di atas, JS berpendapat jika tidak menggunakan media cetak tidak ada media penunjang lainnya. Sedangkan DM secara kadang-kadang menggunakan media cetak dalam mengakses informasi, dan RNH tidak menggunakan koleksi cetak, karena bisa digantikan dengan media yang lain untuk mendapatkan informasi.

(65)

pula yang terkadang menggunakan layanan tersebut dan ada juga pemustaka yang tidak menggunakan koleksi tercetak karena sudah terdapat sumber informasi yang lainnya.

Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan pustakawan mengenai ketersediaan koleksi tercetak. Hal ini dapat diambil dari hasil wawancara atas pertanyaan saran apa agar informasi yang ada di perpustakaan dapat di manfaatkan dengan baik oleh pemustaka yang datang ke perpustakaan EDW berpendapat, “Koleksi Buku Braille lebih diperbanyak lagi. Karena kita kurang banget

perbandingan buku Awas ( Buku bicara) dan buku Nasional beda

banget perkembanganya buku-buku baik Audio maupun Braille.”

Dari wawancara di atas menurut EDW masih kurangnya koleksi buku Braille, hal ini dikarenakan adanya perbedaan antara jumlah buku awas (buku bicara) dengan buku nasional. Dan juga perbedaan perkembanganbuku audio maupun buku Braille.

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya koleksi buku Braille dan buku awas (buku bicara) dengan buku nasional. Dan masih kurangnya perkembangan buku Braille maupun buku audio.

(66)

perpustakaan untuk memudahkan seseorang pemustaka memperoleh informasi yang dibutuhkan,EDW mengatakan:

a.Kebanyakan buku-buku pelajaran dan buku-buku umum. Kadang

mereka suka bertanya buku-buku terbaru di Mitra Netra itu apa aja saya

mau baca. Kadang saya menginformasikan buku-buku yang baru

diproduksikan.

b. Katalog, Internet Center untuk mempermudah mengakses, DVD

Player.

Dari wawancara menurut EDW jenis layanan yang diberikan oleh perpustakaan adalah dengan membantu pemustaka untuk menemukan informasi atau koleksi yang dibutuhkan seperti buku pelajaran atau buku umum. Dan juga membantu dalam menggunkaan catalog, internet center dan juga dalam mengoperasikan DVD player.

Kesimpulan yang dapat peneliti ambil dari wawancara tersebut adalah pustakawan mempunyai peranan yang penting dalam memberikan layanan kepada pemustaka karena pemustaka yang dilayani adalah pemustaka khusus yaitu pemustaka tuna netra. Para pustakawan membantu dengan mencarikan koleksi yang mereka butuhkan, atau mengajari mereka menggunakan koleksi, alat telusur informasi atau layanan yang ada diperpustakaan.

5.1.3 Sumber Informasi

(67)

apa yang anda gunakan dalam mengakses informasi di perpustakaan, sebagai berikut: DM mengatakan Katalog Braille,

buku DTB.”, kemudian RNH berpendapat Apa bila saya ingin

mengakses dalam buku Braille lalu saya pinjam Braille, apabila

saya ingin meminjam buku DTB saya bisa menggunakan komputer

dalam mengakses. ”, kemudian JS berpendapat “DVD Player”. Yang terakhir DMR mengatakan “Disini masih dibilang semi manual. Maksud dari semi manual adalah belum ada komputer

informasi pada perpustakaan pada umumnya. Catalog dalam

bentuk Braille selain bertanya kepada petugas.”

Dari wawancara di atas alat telusur yang sering digunakan adalah buku DTB yang ini disampaikan oleh DM dan RNH. Namun ada perbedaan dengan JS dan DMR, alat telusur yang digunakan oleh JS adalah DVD Player sedangkan DMR lebih menggunakan catalog dalam bentuk Braille dan bertanya pada petugas.

Kesimpulan yang bisa diambil dari wawancara adalah sebagian besar pemustaka tuna netra menggunakan buku DTB sebagai alat telusur untuk mencari informasi, ada juga yang menggunakan catalog Braille sebagai alat telusur informasinya.

(68)

mengatakan; “Layanan peminjaman buku Braille, buku-buku Audio ( buku bicara ).”

Dari wawancara di atas menurut EDW fasilitas yang diberikan oleh perpustakaan yayasan mitra netra adalah peminjaman buku Braille dan buku audio (buku bicara).

Kesimpulan yang dapat peneliti ambil dari hasil wawancara adalah fasilitas yang diberikan oleh pihak perpustakaan untuk memudahkan pemustaka dalam memperoleh informasi adalah melalui layanan peminjaman buku Braille dan buku audio (buku bicara).

Berikut adalah petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti mengenai jenis informasi yang dicari oleh pemustaka di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra pada tanggal 28 Agustus 2013 tentang Informasi yang sering di akses di perpustakaan, sebagai berikut DMR mengatakan DTB. Karena sangat mudah menurut saya tinggal mendengarkan saja lalu saya sudah mendapatkan

informasi, sedangkan kalau buku Braille harus belajar terlebih

dahulu”, pendapat yang sama disampaikan oleh DM “Buku DTB”,

pendapat yang berbeda disampaikan oleh JS “Pelajaran sama Novel. Karena saya kuliah berhubungan dengan bahasa”, dan pendapat yang hampir sama juga disampaikan oleh RNH ” Buku

(69)

Hasil dari wawancara diatas adalah informasi yang sering di akses oleh DMR dan DM netra adalah buku DTB, DMR menambahkan alasan menggunakan buku DTB adalah kemudahan yang didapat karena hanya tinggal mendengarkan saja sudah mendapatkan informasi. Sedangkan JS dan RNH lebih mencari buku pelajaran dan JS menambahkan koleksi novel karena JS sedang menjalani perkuliahan yang berhubungan dengan bahasa.

Kesimpulan yang dapat diambil dari wawancara di atas adalah sebagian besar pemustaka tuna netra menggunakan buku DTB dengan alasan kemudahan dalam menggunakan dan dalam mendapatkan informasi tersebut. Namun ada juga pemustaka yang mengakses buku pelajaran dan novel.

Berikut petikan wawancara dengan pustakawan tentang informasi apa saja yang sering dibutuhkan/dicari pemustaka yang datang ke perpustakaan, EDW mengatakan “Selain perpustakaan ada juga Internet Center itu komputer. Kalau bisa Komputernya itu tambah

karena kalau pengunjung banyak yang akses infromasi di perpustakaan

banyak yang berebutan komputer. Komputer ada 4 yang berfungsi ada 2

pengadaan komputer Internet Center.”

(70)

Kesimpulan yang diambil dari wawancara di atas adalah pemustaka sering mengakses informasi dari perpustakaan dan juga informasi yang mereka peroleh dari internet center. Namun fasilitas dalam layanan internet center masih mengalami kekurangan dalam jumlah unit komputer.

5.1.6 Kendala

Dari hasil wawancara dengan informan mengenai kendala pada saat mencari informasi yang dibutuhkan terdapat beberapa kendala antara lain :

(71)

BAB VI

PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai Perilaku Pencarian Informasi Oleh Pemakai di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tersebut adalah:

1. Pencarian informasi yang dilakukan oleh pemakai di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra sangat dipengaruhi oleh petugas dilayanan tersebut. Petugas dalam hal ini membantu pemakai dalam mencari informasi yang dibutuhkan, mengajari atau membantu dalam menggunakan sumber informasi seperti DTB atau buku Braille.

2. Jenis informasi yang sering diakses oleh pemakai di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra adalah koleksi elektronik yaitu Kaset dan CD yang di akses melalui DTB (Digital Talking Book) dari pada koleksi cetak yaitu buku atau koleksi Braille. Yang menjadikan pemakai lebih menyukai DTB adalah kemudahan dalam menggunakannya, jika menggunakan DTB, pemakai hanya tinggal mendengarkan informasi yang diinginkannya.

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Tabel 5.1
Tabel 5.2

Referensi

Dokumen terkait

Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Tanjung Priok dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi dan kepuasan kerja yang dimoderasi gaya kepemimpinan terhadap

Dari hasil penelitian kuat tekan batako ringan styrofoam, perbandingan bahan yang paling baik dan menghasilkan kuat tekan yang paling tinggi yaitu pada perbandingan 1

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian pada tugas akhir ini dan mengaitkan pengujian tanah menggunakan alat DCP untuk mengetahui tingkat

Selanjutnya dalam penyajian aspek-aspek kelayakan pembukaan Kantor Capem baru di Pasar Aur Kuning Bukittinggi akan menggunakan metode Analisis Lingkungan Perusahaan,

Hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada Tn.N adalah keadaan umum pasien lemah, pasien mengalami penurunan kadar suplai oksigen (sesak nafas), mengalami

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra. © Dewi

BUMN Persero yang menyelenggarakan program jaminan sosial, menjadi BPJS.. Perubahan bentuk bermakna perubahan karakteristik badan

Gymnospermae kemungkinan merupakan keturunan dari progymnosperma yang pada mulanya tumbuhan tak berbiji. Akan tetapi pada akhir masa Devon, biji telah