BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausalitas (sebab-akibat), yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai kantor perwakilan BPKP Jawa Tengah. Total populasi berjumlah 227 pegawai yang tersebar pada 5 bidang dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jumlah pegawai BPKP Jawa Tengah
No Bidang Jumlah Pegawai
1 Tata Usaha 60 2 IPP 54 3 APD 43 4 Akuntan Negara 35 5 Investigasi 35 TOTAL 227
Sumber: LAKIP BPKP Jateng 2015
Batas minimal banyaknya sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin dengan menggunakan tingkat kesalahan 5% (Sekaran, 2013), sehingga jumlah ukuran sampel adalah sebanyak 145 pegawai. Jumlah ukuran sampel sebanyak 145 pegawai tersebut akan diambil secara acak (random) pada 5 bidang di kantor perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah menggunakan teknik proportionate stratified random sampling dengan proporsi (145/225 x 100 %) atau 63,87%. Adapun proporsi ukuran sampel pada tiap bidang pengawasan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Proporsi ukuran sampel pada 5 bidang pengawasan No Bidang Jumlah Ukuran sampel
Pegawai yang diambil 1 Tata Usaha 60 38 2 IPP 54 35 3 APD 43 28 4 Akuntan Negara 35 22 5 Investigasi 35 22 TOTAL 227 145
Sumber: LAKIP BPKP Jateng 2015 (diolah) 3.2 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data primer, yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, tidak melalui perantara. Data primer dalam penelitian ini berupa:
1. Identitas responden, berupa: nama, jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, jabatan, pangkat/golongan dan masa kerja;
2. Persepsi responden terhadap sistem pengendalian internal, gaya kepemimpinan, keadilan kompensasi, etika organisasi dan fraud di sektor pemerintah.
Sumber data adalah pegawai kantor kantor perwakilan BPKP provinsi Jawa Tengah. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode kuesioner. Data diperoleh dengan cara membagikan kuesioner secara acak kepada pegawai kantor perwakilan BPKP provinsi Jawa Tengah yang tersebar pada 5 bidang yaitu: bidang IPP, bidang TU, bidang APD, bidang AN, dan bidang investigasi. Kuesioner tersebut diisi oleh responden berdasarkan persepsi masing-masing sesuai dengan kondisi yang dialami di instansi responden.
Kuesioner penelitian ini disusun menggunakan skala Likert 1 sampai dengan 5. Jawaban responden diberi skor dengan menggunakan penilaian yaitu sebagai berikut:
Skala 1 : Sangat Tidak Setuju Skala 2 : Tidak Setuju
Skala 3 : Netral Skala 4 : Setuju
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah fraud di sektor pemerintah. Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi fraud ditinjau dari fraud triangle theory yang terdiri dari 3 unsur yaitu:
1. Opportunity (peluang), diproksikan dengan sistem pengendalian internal.
2. Pressure (tekanan), diproksikan dengan keadilan kompensasi dan gaya
kepemimpinan.
3. Rationalization (rasionalisasi), diproksikan dengan etika organisasi.
3.3.1 Fraud di sektor pemerintah
Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu fraud di sektor pemerintah. Definisi fraud menurut BPKP (2008) adalah aktivitas penyimpangan perilaku yang berkaitan dengan konsekuensi hukum, seperti penggelapan, pencurian dengan tipu muslihat, fraud pelaporan keuangan, korupsi, kolusi, nepotisme, penyuapan, penyalahgunaan wewenang, dan lain-lain. Definisi fraud tersebut dijabarkan dalam penelitian ini berupa persepsi pegawai atas pencatatan biaya yang lebih besar dari semestinya, pencatatan bukti transaksi tanpa otorisasi, markup harga peralatan/perlengkapan, memasukkan kebutuhan anggaran yang tidak sesuai, penggunaan kuitansi kosong untuk pembelian, pembelian tidak sesuai spesifikasi, bukti transaksi berganda, pengeluaran tanpa dokumen pendukung dan sisa anggaran yang dibagikan sebagai bonus. Instrumen pengukuran variabel ini terdiri dari 9 item pertanyaan yang dikembangkan dari jenis-jenis kecurangan menurut ACFE dalam penelitian Rudianto (2012, dalam Najahningrum, 2013). Pengukuran variabel ini menggunakan skala likert 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju). Semakin tinggi nilai yang ditunjukkan maka semakin tinggi frekuensi fraud yang terjadi.
3.3.2 Sistem pengendalian internal
Sistem pengendalian internal adalah suatu sistem dengan proses dan prosedur yang bertujuan khusus, dirancang, dan dilaksanakan untuk tujuan utama, kalau bukan satu-satunya tujuan, untuk mencegah dan menghalangi terjadinya fraud (Tuanakotta, 2010). Definsi tersebut dijabarkan dalam penelitian ini berupa persepsi pegawai atas pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas, adanya otorisasi transaksi dan bukti pendukung, adanya peraturan pemeriksaan fisik atas aset, pencatatan oleh sistem akuntansi, serta adanya pemantauan dan evaluasi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur sistem pengendalian ini terdiri dari 5 item pertanyaan mengacu pada PP nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah yang dikembangkan oleh Najahningrum (2013).
3.3.3 Keadilan kompensasi
Menurut Hasibuan (2007, dalam Sulastri & Simanjuntak, 2014) kompensasi merupakan semua pendapatan yang berbentuk uang atau barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Kompensasi yang diberikan secara adil dan sesuai menjadi bagian penting dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Definisi tersebut dijabarkan dalam penelitian ini berupa persepsi pegawai atas adanya kesesuaian kompensasi dengan prestasi kerja, bonus atas keberhasilan kerja, kenaikan jabatan, manajemen yang baik, serta pembagian kompensasi sesuai tupoksi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keadilan kompensasi dalam penelitian ini terdiri dari 5 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Wilopo (2006, dalam Pramudita, 2013). 3.3.4 Gaya kepemimpinan
Menurut Bass (1990, dalam Raharjo & Nafisah, 2006) gaya kepemimpinan merupakan peran kepemimpinan (leadership) seorang atasan dalam memberikan pengaruh pada karyawan untuk pencapaian kinerja optimal. Definisi gaya kepemimpinan tersebut dijabarkan
dalam penelitian ini berupa persepsi pegawai terhadap pimpinan yang memberikan penghargaan, penentuan tujuan yang realistis, penyampaian instruksi dengan jelas dan terarah serta pemberian inspirasi kepada pegawai. Instrumen yang digunakan untuk mengukur gaya kepemimpinan terdiri dari 5 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Stoner et al (1996, dalam Pramudita, 2013).
3.3.5 Etika organisasi
Etika organisasi menurut Najahningrum (2013) merupakan perilaku etis yang menjadi budaya dalam organisasi. Perilaku disini merupakan pola kebiasaan yang dapat diterima oleh moral dan dibenarkan menurut peraturan perundangan. Definisi tersebut dijabarkan dalam penelitian ini berupa persepsi pegawai terhadap perilaku pimpinan yang baik untuk dijadikan panutan, adanya kode etik dalam organisasi, diskusi/seminar mengenai standar etika dalam organisasi, sanksi terhadap perilaku tidak etis, serta adanya komite pengawas yang menangani perlindungan etika. Instrumen yang digunakan untuk mengukur etika organisasi dalam penelitian ini terdiri dari 5 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Robins (2008, dalam Najahningrum, 2013).
3.4 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini terdapat beberapa tahap metode analisis data yang terdiri dari statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
merupakan bagian dari statistik yang digunakan untuk menyimpulkan dan mempresentasikan data yang mempunyai tujuan menjelaskan atau menggambarkan karakteristik dari data yang digunakan (Ghozali, 2006). Statistik deskriptif terdiri dari jumlah sampel (N), nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan tingkat penyimpangan penyebaran data (standard deviation).
2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer dalam penelitian ini digunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan dalam penelitian ini karena merupakan salah satu syarat untuk bisa menggunakan persamaan regresi berganda adalah terpenuhinya uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.
4. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan pengujian analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Persamaan analisis regresi berganda sebagai berikut:
Fraud = α + β1Komp+ β2GKep + β3SPI + β4Etika є……… (i) Keterangan:
Fraud = Fraud di Sektor Pemerintah α = Konstanta
β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi Komp = Keadilan Kompensasi GKep = Gaya Kepemimpinan SPI = Sistem Pengendalian Internal Etika = Etika Organisasi
Untuk mengetahui hasil hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji statistik untuk mengetahui besarnya hubungan antar variabel yang diteliti. Uji statistik terdiri dari uji koefisien determinasi (R2), uji simultan (F/Anova), dan uji parsial (T).
Pengujian ini untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen.
b. Uji simultan (F/Anova)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% (0,05). Jika nilai signifikansi < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Namun, jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
c. Uji parsial (T)
Uji t digunakan untuk menguji secara sendiri-sendiri hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Menurut Ghozali (2006) pengujian ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual/parsial terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika tingkat signifikansi > 0,05, hipotesis ditolak atau dapat diartikan bahwa variabel independen tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen. Sebaliknya, ketika tingkat signifikansi berada < 0,05, hipotesis diterima atau dapat diartikan bahwa variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen