• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun konsep perambatan bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan melalui tanya jawab terstruktur dengan bantuan permainan fisika di taman pintar untuk siswa sekolah dasar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Membangun konsep perambatan bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan melalui tanya jawab terstruktur dengan bantuan permainan fisika di taman pintar untuk siswa sekolah dasar - USD Repository"

Copied!
231
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBANGUN KONSEP PERAMBATAN BUNYI, TEGANGAN PERMUKAAN, DAN PUTARAN KESEIMBANGAN

MELALUI TANYA JAWAB TERSTRUKTUR DENGAN BANTUAN PERMAINAN FISIKA DI TAMAN PINTAR

UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

(Studi Kasus Terhadap 3 Siswa Sekolah Dasar Kanisius Wirobrajan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

CHRISTINA ENDAR KUMALADEWI NIM : 031424006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2007

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(2)
(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(4)

Aku berdiri di kakiku….

Yakin…

Percaya…

dan apapun yang terjadi

Adalah anugerah dari yang Empunya Kerajaan Surga

Dan…

Aku dapat tersenyum melihat keindahan surga di dalam kehidupanku

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk :

My Almighty…Jesus Christ… (You are so Amazing!)

Saint Yudas Tadeus…Thanks that you have helped me

Santa Christina…

The universe gives me the answers about my quetions

Father ‘n Mother

My sis’ and bro

Angga, Dewa, Audy, Irma, Joy, and Ray…you’re my inspiration

Genta Rakyat dan Mahagenta

Almamaterku

(5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(6)

ABSTRAK

Endar Kumaladewi, Christina. Membangun Konsep Perambatan Bunyi, Tegangan Permukaan, Dan Putaran Keseimbangan Melalui Tanya Jawab Terstruktur dengan bantuan Permainan Fisika Di Taman Pintar Untuk Siswa Sekolah Dasar, 2007. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui : (1). konsep awal siswa Sekolah Dasar tentang bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan, (2). pembangunan konsep tentang bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan dalam proses pembelajaran di Taman Pintar melalui tanya jawab terstruktur dengan bantuan permainan, (3). konsep akhir siswa Sekolah Dasar yang diperoleh dari proses pembangunan konsep melalui permainan fisika.

Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Wirobrajan dan Taman Pintar Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2007. Partisipan penelitian adalah siswa kelas 5 SD Kanisius Wirobrajan yang berjumlah 3 orang. Penelitian ini bersifat studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu pretes, pengalaman konkret, wawancara, dan postes. Soal pretes dan postes berupa tes esai, pengalaman konkret dan wawancara yang dilakukan adalah terstruktur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep awal yang dimiliki siswa berkaitan dengan konsep bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan masih kurang. Proses pembangunan konsep yang dilakukan oleh siswa Sekolah Dasar berlandaskan pada hal-hal yang secara nyata dapat dilihat, diamati, maupun diraba dengan menggunakan alat indera. Konsep akhir menjadi bekal untuk mempelajari konsep-konsep lain yang terkait dalam kehidupan sehari-hari terutama konsep dalam bidang fisika. Konsep akhir setelah proses mengalami peningkatan bahkan siswa dapat menjelaskan konsep bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan secara lebih baik dibandingkan dengan sebelum proses pembangunan konsep.

(7)

ABSTRACT

Endar Kumaladewi, Christina. Developing the Concepts of Sound Spreading, Surface Tension, and Equilibrium Rotation by Question and Answer Structure with Help Physics Games in Taman Pintar for Students of the Elementary School, 2007. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The goals of the research were to find out : (1). Students’ pre-concept of the Elementary School about sound spreading, surface tension, and equilibrium rotation, (2). Developing concepts about sound spreading, surface tension, and equilibrium rotationthrough the learning process in Taman Pintar by question and answer structure with help games, (3). Students’ post-concept the Elementary Shcool that comes from developing concepts process through physics games.

The research was held in Kanisius Elementary School, Wirobrajan and Taman Pintar Yogyakarta on May-June 2007. Participant of this research are fifth grade students of Kanisius Elementary School Wirobrajan which consisted of 3 students. The research has the characteristic of study case. Collecting data for this research was done in four steps, there are pretest, first interview, second interview, and postest. Pretest and postest are essay, characteristics of first and second interview are free and structured.

Result of the research indicated that student’ pre-concept about sound spreading, surface tension, and equilibrium rotation are less. The developing concepts process done by Elementary Shcool students based on visible, observable, and touchable things using the senses. Post-concept becomes basic knowledge to learn other concepts that is related to daily life, expecially concepts in physics. Students’ post-concept after process has increased, even student can explain the concept of sound spreading, surface tension, and equilibrium rotation better than before the previous concept.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(8)

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih indah ketika kata-kata terangkai menjadi untaian

kalimat, tiada ungkapan yang lebih mengesankan selain ucapan syukur, dan tiada

kekaguman yang tersampaikan ketika semuanya selesai pada waktunya.

Syukur kepada Yesus Kristus atas karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir dengan judul “MEMBANGUN KONSEP

PERAMBATAN BUNYI, TEGANGAN PERMUKAAN, DAN PUTARAN

KESEIMBANGAN MELALUI TANYA JAWAB TERSTRUKTUR DENGAN

BANTUAN PERMAINAN FISIKA DI TAMAN PINTAR UNTUK SISWA

SEKOLAH DASAR” dengan baik. Kerelaan pikiran, perasaan, waktu, dan

terutama hati sangat berperan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Dukungan

psikis maupun fisik tidak lepas dari banyak orang. Maka dari itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

menyelesaikan tugas ini :

1. Bapak Drs. Severinus Domi, M.Si. selaku dosen pembimbing.

2. Bapak Agustinus Tukijo, selaku kepala sekolah SD Kanisius Wirobrajan, yang memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

3. Taman Pintar Yogyakarta, atas tempat yang selalu memberikan inspirasi dalam pembelajaran.

4. Seluruh siswa kelas 5 SD Kanisius Wirobrajan (especially for Gemma, Brian, dan Venta), you’re my imagination.

5. Seluruh tim penguji tugas akhir.

(9)

6. Bapak Sunarjo, Bapak Sugeng dan Mas Agus, terima kasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak F.X. Sugimin dan Ibu M.M. Sutini serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan dukungan baik materi

maupun doa dalam menyelesaikan seluruh rangkaian studiku.

8. My sis’ and bro,”Yustina Budi Wijayanti, F. A Yudi Herawanta, Lucia Susi Ernawati”, akhirnya selesai juga ya …!!!

9. Teman-teman sekaligus keluargaku di Genta Rakyat dan Mahagenta (M’ Biru, M’ Jian, Paman Karl Moel, M’ Yogo, Sie, Linda, Rita, Dini, Eka, Ticus, Cipta, ‘Gondhes’ Bayu, Leo, Sigit, Vincent, Bayu ‘Blandonk’, dan K’Elizh), thanks to make my life so meaningful. Aku bersyukur dan sangat bersyukur bertemu dengan kalian…sahabat dan keluarga yang setia.

10. ‘Pakdhe’ Mujiono Pmat ’03, yang selalu memberikan tenaga dan semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir ini (‘pakdhe selalu yess kok!’).

11.Elysabet ‘Rie’ Dian Lestari…I’m glad to share with you,girl (^_^)!

12. Luce, Dias, Dimas, Oche, Jaja’, Ervan… thanks for all, guys…kalian adalah kata-kata yang terangkai menjadi kalimat yang indah. Do the best,

guys!

13.Teman-teman ‘Green House’ yang selalu memberikan seruan-seruan semangat untukku (Elly, Lucy, Joo, Tassa, Nita, Eny, Prapti, Ciecil) I always miss you, guys!

14.Albertus Dashry Christian ‘n Ketty Virginia, I’m so proud with you!

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(10)

15.Seluruh teman Pendidikan Fisika ’03 seperjuangan, kalian membuat

hidupku begitu menyenangkan.

16.Sahabat yang selalu menghiburku dalam kepenatan…Paulinus, Andrianto, dan Theo...aku bisa bilang apa lagi sama kalian??? Terima kasih telah membuat hidupku lebih berwarna.

17.Maya, Meta, Andi, Umar, Arif ‘Aa’, dan ‘dek Lia…atas omelan-omelan kecil yang selalu mengingatkanku untuk tidak berhenti berjuang ☺.

18.Semua pihak yang telah membantu tetapi tidak bisa disebutkan satu

persatu. Kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan tulisan ini

menjadi lebih baik sangat diharapkan. Akhir kata, semoga tulisan ini

bermanfaat untuk seluruh pembaca.

Yogyakarta, 8 November 2007

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 2

C. Pembatasan Masalah... 3

D. Tujuan Penelitian... 4

E. Manfaat Penelitian... 4

BAB II DASAR TEORI... 5

A. Hakikat Sains... 5

1. Aspek Produk... 6

2. Aspek Proses... 6

3. Aspek Sikap... 7

B. Apakah Belajar itu?... 7

C. Pengertian Pembelajaran... 10

D. Konsep... 13

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(12)

E. Perubahan Konsep Siswa... 14

F. Pemahaman Konsep... 17

G. Media Pembelajaran... 19

H. Karakteristik Anak Sekolah Dasar... 21

I. Materi yang Terkait dengan Penelitian... 24

1. Bunyi... 24

2. Tegangan Permukaan... 28

3. Putaran Keseimbangan... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 37

A. Jenis Penelitian... 37

B. Partisipan... 37

C. Waktu dan Tempat Penelitian... 38

D. Metode Pengumpulan Data... 38

D.1. Data... 38

D.2. Instrumen Penelitian... 39

D.3. Proses Pembangunan Konsep... 42

D.4. Pengelompokkan Data... 43

E. Metode Analisis Data... 46

BAB IV DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN... 54

A. Data dan Analisis Pretes... 54

B. Data dan Analisis Pengalaman Konkret di Taman Pintar Yogyakarta... 72

C. Data dan Analisis Tanya Jawab... 89

D. Data dan Analisis Postes... 108

E. Analisis Secara Keseluruhan... 126

BAB V PENUTUP... 129

A. Kesimpulan... 129

B. Saran... 130

DAFTAR PUSTAKA... 132

LAMPIRAN... 134

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Pengelompokkan data pretes………... 43

Tabel 2 Pengelompokkan data postes………. 45

Tabel 3 Perhitungan pretes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan……… 48 Tabel 4 Tingkat Penguasaan pretes……… 49

Tabel 5 Sudut pandang Pengalaman Konkret………. 50

Tabel 6 Pembagian konsep yang diamati peneliti………... 50

Tabel 7 Penguasaan konsep………... 51

Tabel 8 Perhitungan postes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan……… 52 Tabel 9 Tingkat Penguasaan postes……… 53

Tabel 10 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi partisipan 1………... 54

Tabel 11 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan tegangan permukaan partisipan 1………. 54

Tabel 12 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan putaran keseimbangan partisipan 1………... 55

Tabel 13 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi partisipan 2……….. 55

Tabel 14 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan tegangan permukaan partisipan 2………. 56

Tabel 15 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan putaran keseimbangan partisipan 2………. 56

Tabel 16 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi partisipan 3……… 56 Tabel 17 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan 57

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(14)

tegangan permukaan partisipan 3………. Tabel 18 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan

putaran keseimbangan partisipan 1………. 57

Tabel 19 Perhitungan prosentase pretes masing-masing partisipan. 58 Tabel 20 Tingkat penguasaan pretes masing-masing partisipan... 58

Tabel 21 Analisis Pengalaman Konkret di Taman Pintar... 74

Tabel 22 Analisis Pembagian konsep yang diamati peneliti... 89

Tabel 23 Analisis penguasaan konsep masing-masing partisipan... 92

Tabel 24 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi partisipan 1……….. 108

Tabel 25 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan tegangan permukaan partisipan 1………. 108

Tabel 26 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan putaran keseimbangan partisipan 1……… 109

Tabel 27 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi partisipan 2………. 109

Tabel 28 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan tegangan permukaan partisipan 2……… 110

Tabel 29 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan putaran keseimbangan partisipan 2………... 110

Tabel 30 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi partisipan 3………. 110

Tabel 31 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan tegangan permukaan partisipan 3……… 111

Tabel 32 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan putaran keseimbangan partisipan 3………..……… 111

Tabel 33 Perhitungan prosentase postes masing-masing partisipan. 112 Tabel 34 Tingkat penguasaan postes masing-masing partisipan... 112

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Pemantulan bunyi……….. 28

Gambar 2 Bola gelembung………. 28

Gambar 3 Air pada permukaan daun talas dan piring... 29

Gambar 4 Pembentuk gelembung... 30

Gambar 5 Udara yang ditiup dalam gelembung………. 31

Gambar 6 Permainan putaran keseimbangan 1... 32

Gambar 7 Permainan putaran keseimbangan 2... 33

Gambar 8 Putaran keseimbangan dengan jari-jari berbeda……… 35

Gambar 9 Pengalaman konkret untuk tegangan permukaan... 73

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Panduan pretes... 133

Lampiran 2 Panduan postes……… 138

Lampiran 3 Soal pretes………... 143

Lampiran 4 Soal postes………... 146

Lampiran 5 Pertanyaan acuan tanya jawab terstruktur………… 149

Lampiran 6 Jawaban pretes partisipan………... 154

Partisipan 1………. 154

Partisipan 2………. 156

Partisipan 3……… 158

Lampiran 7 Pengalaman konkret………. 161

Lampiran 8 Tanya Jawab Terstruktur……… 167

Lampiran 9 Jawaban postes partisipan………... 199

Partisipan 1………. 199

Partisipan 2………. 201

Partisipan 3………. 203

Lampiran 10 Skor maksimal untuk setiap soal………. 206

Lampiran 11 Petunjuk permainan parabola berbisik………... 208

Gambar permainan parabola berbisik……….... 209

Gambar permainan tegangan permukaan………….. 210

Petunjuk permainan putaran keseimbangan………... 211

Gambar permainan putaran keseimbangan………… 212

Lampiran 12 Surat keterangan penelitian……… 213

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi ini, telah banyak alat modern yang mulai menjamur.

Mulai dari bidang ekonomi, politik, sosial, budaya sampai bidang pendidikan.

Berkembangnya alat-alat modern bertujuan untuk peningkatan mutu dalam

membekali sumber daya manusia Indonesia supaya tidak tertinggal dalam

kemajuan dunia. Contoh konkret yang dapat diambil adalah bidang pendidikan.

Dalam bidang pendidikan, banyak alat pembelajaran yang digunakan untuk

meningkatkan mutu pendidikan. Alat-alat pembelajaran yang digunakan juga

semakin bervariasi. Untuk selanjutnya, alat-alat pembelajaran yang digunakan

disebut sebagai media pembelajaran. Media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar

dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan siswa

dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna (John D. Latuheru; 1988 :

14).

Sasaran dari penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar. Tujuan pemilihan

siswa Sekolah Dasar dalam penelitian ini adalah memperkenalkan konsep-konsep

fisika sedini mungkin dengan menggunakan media pembelajaran yang sederhana.

Semakin dini seorang individu diperkenalkan dalam pemakaian media

pembelajaran, maka segi kognitifnya akan berkembang pula. Ketika siswa

Sekolah Dasar mulai belajar sains, maka siswa bukan hanya memahami

konsep-1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(18)

konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, melainkan juga untuk

mengembangkan berbagai nilai (Cross 1996 dalam Rohandi 1998). Nilai afektif,

kognitif, dan psikomotorik dapat dikembangkan melalui penelitian ini. Dalam

penelitian ini, media pembelajaran yang menurut penulis dirasa paling dekat

dengan dunia anak-anak adalah permainan. Permainan yang digunakan bukan

hanya sekedar permainan umum, tetapi permainan yang dapat membangun konsep

tentang suatu materi pembelajaran. Dari pernyataan di atas, penulis ingin

mengangkat suatu pembangunan konsep dengan menggunakan media permainan

anak.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis

memilih judul “MEMBANGUN KONSEP PERAMBATAN BUNYI, TEGANGAN PERMUKAAN, DAN PUTARAN KESEIMBANGAN MELALUI TANYA JAWAB TERSTRUKTUR DENGAN BANTUAN PERMAINAN FISIKA DI TAMAN PINTAR UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, permasalahan yang

dikemukakan dibatasi sebagai berikut.

1. Bagaimana konsep awal siswa Sekolah Dasar tentang bunyi, tegangan

(19)

3

2. Bagaimana siswa Sekolah Dasar membangun konsep bunyi, tegangan

permukaan, dan putaran keseimbangan dalam proses pembelajaran di Taman

Pintar melalui permainan dengan bantuan peneliti sebagai guru?

3. Bagaimana konsep akhir siswa Sekolah Dasar yang diperoleh dari proses

pembangunan konsep melalui permainan fisika?

C. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi untuk beberapa hal : (1) Berkaitan

dengan konsep. Konsep dibatasi untuk tiga pokok bahasan, yaitu bunyi, tegangan

permukaan, dan putaran keseimbangan. (2) Berkaitan dengan permainan yang

digunakan. Permainan yang digunakan adalah permainan yang ada di Taman

Pintar. Taman Pintar adalah tempat bermain anak-anak setingkat dengan Play

Group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, bahkan untuk umum. Taman Pintar

dibangun bukan hanya sekedar untuk wahana permainan tetapi berbagai

permainan yang disajikan benar-benar berdasarkan konsep sains. Sarana yang ada

di Taman Pintar dapat digunakan dalam pembelajaran. Peneliti menggunakan

permainan di Taman Pintar sebagai sarana untuk mendukung penelitian ini. Selain

untuk mendukung, permainan di Taman Pintar juga sebagai media untuk

pengambilan data. Permainan yang digunakan di Taman Pintar adalah parabola

berbisik, gelembung busa, dan putaran keseimbangan. (3) Berkaitan dengan

peranan peneliti. Peneliti dalam penelitian ini memberikan bantuan hanya dengan

pertanyaan terstruktur. (4). Berkaitan dengan jumlah subyek yang diteliti. Subyek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(20)

yang diteliti berjumlah 3 orang agar penelitian tentang pembangunan konsep ini

lebih mendalam.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui konsep awal siswa Sekolah Dasar tentang bunyi, tegangan

permukaan, dan putaran keseimbangan.

2. Mengetahui pembangunan konsep tentang bunyi, tegangan permukaan, dan

putaran keseimbangan dalam proses pembelajaran di Taman Pintar melalui

permainan dengan bantuan peneliti sebagai guru oleh siswa Sekolah Dasar.

3. Mengetahui konsep akhir siswa Sekolah Dasar yang diperoleh dari proses

pembangunan konsep melalui permainan fisika.

E. Manfaat Penelitian

Bagi pengajar

Untuk membuka gambaran pengetahuan tentang cara mengajar pendidik,

selain dengan menggunakan metode ceramah. Memunculkan situasi yang

menyenangkan dapat membantu anak untuk mengungkapkan ide dan gagasan.

Bagi pembaca

Membuka wawasan tentang pengajaran dengan menggunakan media

permainan. Pengajaran tidak harus selalu di dalam kelas tetapi juga dapat

(21)

BAB II DASAR TEORI

A. Hakikat Sains

Pemahaman para pendidik tentang hakikat sains sangat mempengaruhi

cara mereka mengajarkan sains dan pemilihan pokok bahasan yang diajarkan.

Oleh karena itu, pendidik perlu memahami definisi-definisi tentang sains.

Ada banyak definisi tentang sains yang dikemukakan oleh para ilmuwan.

Definisi-definisi sains tersebut antara lain sebagai berikut (Kartika Budi dalam

Sumaji dkk, 1998 : 161) :

a. Menurut Dawson, sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia

yang termotivasi oleh keingintahuan akan alam di sekelilingnya dan

keingintahuan untuk memahami, menguasai serta mengolahnya demi

memenuhi kebutuhan.

b. Menurut Fisher, sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh dengan

menggunakan metode berdasarkan observasi.

c. Menurut Kemany, sains adalah semua pengetahuan yang dibangun melalui

metode keilmuan.

d. Menurut Zen, sains adalah suatu eksplorasi ke alam materi berdasarkan

observasi dan mencari hubungan-hubungan ilmiah yang teratur mengenai

fenomena yang diamati serta bersifat mampu menguji diri sendiri.

Apabila kita memahami definisi tentang hakikat sains, kita akan

menemukan komponen-komponen sains yaitu aspek produk, aspek proses, dan

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(22)

aspek sikap. Dengan kata lain dapat dipandang sebagai kesatuan dari proses,

sikap, dan hasil (Kartika Budi, 1997 : 162).

1. Aspek Produk

Fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori di dalam sains merupakan hasil

rekaan atau buatan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam

bersama dengan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya.

Fakta adalah suatu yang telah atau sedang terjadi yang dapat berupa

keadaan, sifat, atau peristiwa. Konsep adalah suatu ide yang merupakan

generalisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman khusus yang dinyatakan

dengan istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima sesuai dengan budaya

setempat (Kartika Budi, 1997 : 162). Prinsip dan hukum adalah hubungan

sebab akibat antara dua konsep atau lebih yang merupakan generalisasi dari

beberapa kejadian khusus. Hal yang membedakan hukum adalah memiliki ciri

khas, antara lain ditemukan secara khusus, berguna untuk pengembangan ilmu

selanjutnya dan untuk memecahkan berbagai masalah sains dan sering diberi

nama khusus sebagai apresiasi pada penemunya yang pertama kali

mensosialisasikan atau orang berjasa dalam bidangnya (Kartika Budi, 1997 :

164). Sedangkan teori membantu kita menjelaskan dan meramalkan berbagai

peristiwa alamiah yang berkaitan satu sama lain.

2. Aspek Proses

Proses sains merupakan salah satu cara yang digunakan para pengembang

sains untuk mengembangkan dan memajukan sains. Proses sains terdiri dari

(23)

7

perumusan hipotesis, merancang percobaan, melakukan pengukuran,

menganalisis data dan menarik kesimpulan.

Dalam pengajaran sains aspek proses ini muncul dalam kegiatan belajar

mengajar. Ada tidaknya aspek proses di dalam pengajaran sains sangatlah

tergantung pada guru sebagai pendidik. Peran guru sangat penting untuk

membantu siswa dalam belajar sehingga siswa dapat membentuk pengetahuan

bagi dirinya.

3. Aspek Sikap

Aspek sikap adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus

dipertahankan oleh seseorang khususnya ketika mencari atau mengembangkan

pengetahuan baru, diantaranya tanggung jawab, rasa ingin tahu, disiplin,

tekun, jujur dan terbuka terhadap pendekatan orang lain. Dalam pembelajaran

sains, aspek sikap dapat terlibat apabila guru secara sadar dapat terus menerus

memperhatikan, mengarahkan, menegur, dan menunjukkan sikap-sikap pada

siswa.

B. Apakah belajar itu?

Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang

sebenarnya merupakan “gejala belajar”, meskipun dalam melakukan kegiatan itu,

tidak kita maksudkan sebagai belajar. Misalnya, kita mengenakan pakaian, kita

makan dengan menggunakan alat-alat makan, kita berkomunikasi satu sama lain

dalam bahasa nasional, kita bertindak sopan, kita menghormati bendera Sang

Merah Putih, kita mengemudikan kendaraan bermotor, dan lain sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(24)

Gejala-gejala belajar semacam itu terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu,

karena jumlahnya ribuan, namun mengisi kehidupan sehari-hari.

Apa yang menjadikan semua kegiatan itu menjadi suatu “gejala belajar”?

Kemampuan untuk melakukan itu semua diperoleh, dan mula-mula kemampuan

itu belum ada. Maka, terjadilah proses perubahan dari belum mampu ke arah

sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi

belajar. Makin banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi milik pribadi,

makin banyak pula perubahan yang telah dialami. Demi mudahnya,

kemampuan-kemampuan itu digolongkan menjadi kemampuan-kemampuan kognitif yang meliputi

pengetahuan dan pemahaman; kemampuan sensorik-psikomotorik yang meliputi

ketrampilan melakukan rangkaian gerak-gerik dalam urutan tertentu; kemampuan

dinamik-afektif yang meliputi sikap dan nilai, yang meresapi perilaku dan

tindakan. Penggolongan ini sepadan dengan penggolongan atas bidang belajar

kognitif, belajar sensorik-psikomotorik dan belajar dinamik-afektif. Semua

perubahan di bidang-bidang itu merupakan suatu hasil belajar dan mengakibatkan

manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama, bahkan sampai taraf

tertentu tidak menghilang lagi. Kemampuan yang telah diperoleh, menjadi milik

pribadi yang tidak akan hilang begitu saja. Maka para ahli merumuskan : hasil

belajar secara relatif bersifat konstan dan berbekas. Dikatakan “secara relatif”,

karena ada kemungkinan suatu hasil belajar ditiadakan atau dihapus dan diganti

(25)

9

seorang anak yang telah belajar merasa senang bila menyiksa seekor anjing

dengan menarik-narik ekornya. Tindakan anak tersebut tidak tepat. Sikap tersebut

akan cenderung bertahan terus, kecuali bila ada usaha dari pihak pendidik untuk

menggantikan sikap negatif tersebut dengan sikap sayang terhadap binatang

peliharaan. Perubahan semacam itu mungkin saja diusahakan, biarpun dalam

kenyataan cukup sukar. Kalau berhasil, berarti sikap yang lama ditiadakan atau

dihapus dan diganti dengan sikap yang baru, melalui suatu proses belajar yang

baru; hasil yang baru itu kemudian menetap dan menjadi milik pribadi anak itu.

Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar.

Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat

diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Bahkan, hasil

belajar orang itu tidak langsung dapat terlihat, tanpa orang itu melakukan sesuatu

yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Maka,

berdasarkan perilaku yang disaksikan dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang

telah belajar. Sikap adalah kemampuan internal yang bersifat mental/psikis.

Karena itu, tidak mungkin mengetahui secara pasti apakah kemampuan internal

itu ada, kecuali bila orang bertindak/berbicara.

Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan; dalam bergaul dengan

orang, dalam memegang benda dan dalam menghadapi peristiwa belajar. Namun,

tidak sembarang berada di tengah-tengah lingkungan, menjamin adanya proses

belajar. Orangnya harus aktif sendiri, melibatkan diri dengan segala pemikiran,

kemauan, dan perasaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(26)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “belajar” pada manusia boleh

dirumuskan sebagai berikut : “Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung

dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu

bersifat secara relatif konstan dan berbekas (Winkel;1987 : 34-36).

C. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara

anak sebagai pelajar dengan guru sebagai pengajar (Muhibin, 1995 : 239). Dalam

penelitian ini, anak diajak untuk memunculkan ide-ide yang terpendam dalam

kognitif anak, sehingga peneliti dan subyek yang diteliti dapat melakukan

pembelajaran secara bersama. Dengan kata lain, belajar dan mengajar tidak dapat

dipisahkan dan menjadi suatu kesatuan yang utuh. Belajar menunjuk pada apa

yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran (sasaran

didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan guru

sebagai pengajar (Sudjana, 1989, : 28). Sewaktu melakukan proses dalam

memunculkan suatu konsep dalam diri anak melalui permainan, dua konsep yaitu

belajar dan mengajar dapat menjadi suatu interaksi antara peneliti dan partisipan.

Belajar merupakan suatu perkembangan pemikiran dengan membuat

kerangka pengertian yang berbeda. Siswa harus punya pengalaman dengan

membuat hipotesis, mengetes hipotesis, memanipulasi obyek, memecahkan

(27)

11

refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan, dan lain-lain

untuk konstruksi yang baru (Suparno, 1997 : 62).

Bagi kaum konstruktivistik, mengajar bukanlah memindahkan

pengetahuan dari guru ke anak, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan

anak membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti berpartisipasi dengan

siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan,

bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi, mengajar menurut Bettencourt

adalah suatu belajar mandiri (Suparno, 1997 : 65).

Dalam proses pembelajaran, seorang pendidik hanya bersifat sebagai

fasilitator. Ketika siswa mendapatkan kesulitan selama menjalankan

pembelajaran, pendidik yang sebagai fasilitator dapat membantu siswa

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Tanggung jawab sepenuhnya

diberikan kepada siswa yang melakukan pembelajaran, bukan diberikan kepada

pendidik. Fungsi fasilitator dapat diuraikan sesuai dengan tugasnya, yaitu sebagai

berikut :

1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan anak bertanggung

jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.

2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang

keingintahuan anak dan membantu mereka untuk mengekspresikan

gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka serta menyediakan

sarana yang merangsang anak berpikir secara produktif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(28)

3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran anak

berkembang atau tidak. Pendidik menunjukkan dan mempertanyakan apakah

pengetahuan anak berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik ketika siswa

mengalami stagnasi atau kemajuan dalam membangun gagasan-gagasan siswa

(Suparno, 2000 : 17-18):

a. Guru perlu belajar mengerti cara berpikir anak, sehingga dapat membantu

mereka lebih tepat.

b. Guru perlu membiarkan anak menemukan cara yang paling menyenangkan

dalam memecahkan persoalan.

c. Guru tidak mengajukan jawaban satu-satunya sebagai yang benar, terlebih

dalam persoalan yang berdasarkan suatu pengalaman.

d. Guru perlu menerima kesalahan anak, karena kesalahan adalah suatu bagian

dari konsruksi pengetahuan yang tidak bisa dihindarkan. Kesalahan dalam

sains kerapkali menunjukkan penalaran anak yang digunakan untuk

memecahkan persoalan. Guru perlu melihat kesalahan sebagai sumber

informasi tentang penalaran anak.

e. Guru konstruktivistik dituntut menguasai bahan yang luas dan mendalam.

Pengetahuan yang luas dan mendalam akan memungkinkan seorang guru

menerima pandangan dan gagasan anak yang berbeda dan juga

memungkinkan untuk menunjukkan gagasan anak berkembang atau tidak.

Kecuali itu juga akan membantu guru untuk tidak hanya terpaku pada satu

(29)

13

f. Guru perlu mengerti konteks dari bahan yang diajarkan. Guru IPA kecuali

mengerti isi, juga mengerti konteks dan sejarah bahan tersebut. Pemahaman

historis ini akan meletakkan suatu pengetahuan dalam konteks yang mudah

dipahami, daripada terlepas begitu saja.

D. Konsep

Piaget mengungkapkan bahwa belajar merupakan proses perubahan

konsep (Suparno, 1997). Dalam melakukan proses pembelajaran, siswa

mengalami proses pembentukkan konsep sesuai dengan skema yang ada dalam

kognitif siswa. Skema dapat dipikirkan sebagai suatu konsep atau kategori. Skema

adalah suatu struktur mental seseorang di mana ia secara intelektual beradaptsi

dengan lingkungan sekitarnya (Suparno, 2002 : 21). Melalui kontak dengan

pengalaman baru, skema dapat dikembangkan dan diubah (Suparno, 1997 : 33).

Dalam fisika konsep dapat berupa obyek, prinsip, hukum, dan teori.

Sedangkan konsep sendiri adalah gambaran mental seseorang tentang sesuatu

(Kartika Budi, 1987 : 234). Hasil aktivitas manusia baik fisik maupun psikis dapat

membentuk konsep sebagai gambaran mental seseorang. Sedangkan konsep

sendiri merupakan hasil akhir dari persepsi seorang individu. Hakikat atau ciri

khusus dapat diungkapkan untuk membedakan konsep yang satu dengan konsep

yang lain.

Konsep dapat dibedakan menjadi konsep spontan dan konsep ilmiah.

Pernyataan tersebut didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan Vygotsky

(Suparno, 1997 : 52). Konsep spontan diperoleh anak dari kehidupan sehari-hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(30)

dan konsep ilmiah diperoleh dari pelajaran di sekolah. Kedua konsep tersebut

berlangsung secara berkesinambungan dan berjalan terus menerus. Segala hal

yang dipelajari anak di rumah akan berpengaruh di sekolah dan sebaliknya.

Konsep spontan tidak merupakan bagian yang berhubungan dengan pemikiran

secara logis. Sedangkan konsep ilmiah disajikan dalam suatu bagian dari sistem

logika.

Sesuai dengan tingkatannya, konsep digolongkan menjadi empat bagian

yaitu : konsep konkret, konsep generalisasi, konsep abstrak, dan konsep

sintesis-analisis (Kartika Budi, 1987, 236). Konsep konkret adalah konsep yang dibentuk

dari pengalaman langsung indera. Konsep konkret tersebut merupakan konsep

dasar dari pembentukan konsep-konsep lain yang lebih tinggi. Konsep

generalisasi adalah konsep yang disimpulkan dari pengalaman-pengalaman konkret melalui konsep-konsep nyata. Konsep konkret diperluas oleh konsep

generalisasi. Konsep abstrak adalah konsep yang terbentuk melalui

pengalaman-pengalaman konsep generalisasi. Konsep-konsep abstrak pada umumnya tersusun

atas beberapa konsep. Konsep yang demikian disebut konsep sintesis. Sebaliknya,

konsep yang merupakan bagian dari konsep sintesis dinamakan konsep analitis.

E. Perubahan Konsep Siswa

Inti belajar fisika adalah terjadinya perubahan konsep pada diri seseorang

yang sedang belajar. Proses belajar yang baik harus bisa membantu terjadinya

perubahan konsep pada diri siswa. Perubahan itu secara umum dapat terjadi dalam

(31)

15

tahu, (2). Pengembangan konsep seseorang dari belum sempurna atau belum

lengkap menjadi lebih lengkap, (3). Pembentukan konsep dari konsep yang tidak

tepat atau salah menjadi konsep yang benar atau yang sesuai dengan konsep yang

disepakati para ahli fisika. Dengan dua perubahan terakhir diatas, seseorang yang

belajar akan mempunyai pengetahuan fisika yang lebih lengkap dan benar

(Suparno, 2000).

Proses pembelajaran fisika yang benar haruslah bisa mengembangkan

perubahan konsep. Perubahan yang terbuka adalah perubahan dalam arti siswa

memperluas konsep dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari

belum sempurna menjadi lebih sempurna. Perubahan yang lainnya adalah

mengubah konsep yang salah menjadi benar atau sesuai dengan konsep para ahli

fisika.

1. Membantu proses perluasan konsep.

Ada beberapa cara membantu siswa menambah konsep atau pengetahuan

mereka tentang bahan fisika.

a. Memberikan informasi baru yang belum pernah diketahui siswa.

b. Siswa diberi bahan baru dan diajak untuk mempelajari sendiri bahan itu

sehingga konsepnya berubah. Disini diperlukan bantuan pengarahan dari

guru.

c. Siswa diberi kesempatan untuk mencari bahan-bahan baru yang telah

disediakan baik dari buku maupun sumber lain.

Pembelajaran untuk mengubah konsep diatas juga dapat

mengakibatkan bertambahnya salah konsep, maka guru perlu jeli mengamati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(32)

apakah siswa dengan bertambahnya konsep baru juga bertambah salah

pengertian mereka. Bila hal ini terjadi maka guru perlu menggunakan model

pembelajaran yang dapat menghilangkan salah konsep sebagai salah satu

alternatif pembelajaran.

2. Membetulkan konsep yang salah.

Proses yang kedua, yaitu proses membetulkan konsep yang salah.

Perlu menggunakan strategi pembelajaran yang menyediakan pengamatan

bagi siswa. Suatu pengamatan yang hasilnya berlainan dengan konsep awal

siswa akan membuat siswa tertantang untuk memikirkan kembali konsep

awalnya. Dengan demikian siswa terbantu untuk mengubah konsep awal

mereka.

Percobaan ataupun pengalaman lapangan adalah cara yang baik untuk

mengkontraskan pengertian siswa dengan kenyataan. Percobaan dan

pengamatan dapat menghilangkan salah pengertian siswa (Suparno, 2000).

Perubahan konsep adalah proses yang sangat penting. Hal ini perlu

mendapat tekanan dari pihak guru. Meskipun proses perubahan konsep itu tidak

mudah, terlebih perubahan dari konsep yang salah menjadi konsep yang sesuai

dengan konsep ilmiah, tetapi bagi guru yang ingin memajukan siswanya tetap

perlu mengusahakan metode-metode yang secara efisien membantu perubahan

(33)

17

F. Pemahaman Konsep

Menurut Kartika Budi (1987 : 233), pemahaman merupakan salah satu

aspek kognitif dalam pelaksanaan kegiatan belajar. Aspek ini merupakan aspek

yang penting dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar karena menjadi aspek

yang menonjol atau yang paling ditonjolkan. Memahami dan mengerti dari apa

yang dipelajari menjadi sangat penting.

Indikator dan kriteria yang diperlukan seorang anak untuk memahami

suatu konsep adalah (Kartika Budi, 1992 : 113) :

1. Dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi dengan

menggunakan kalimat sendiri.

2. Dapat menjelaskan makna dari konsep yang berkaitan kepada orang lain.

3. Dapat menganalisis hubungan antarkonsep dalam suatu hukum.

4. Dapat menerapkan konsep untuk menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala

alam, untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara

praktis, memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada suatu

sistem jika kondisi tertentu terpenuhi atau tidak terpenuhi.

5. Dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat.

6. Dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang

berkaitan.

7. Dapat membedakan konsepsi yang salah dan dapat membuat peta konsep dari

konsep yang sedang dipelajari.

Yang digunakan dalam penelitian untuk mengungkap kriteria seorang anak dalam

memahami konsep adalah poin 1, 2, 4, 6.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(34)

Pengklasifikasian Bloom dari hasil belajar, secara garis besar dapat dibagi

menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Pemahaman termasuk dalam ranah kognitif karena berkaitan dengan hasil belajar

intelegensi, yaitu pengetahuan tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip, pemahaman

terhadap ide-ide dan fakta-fakta, penerapan fakta dan ide pada situasi yang baru,

analisa untuk memecahkan konsep sesuai bagian-bagiannya kemudian melihat

hubungannya, sintesa dalam mengumpulkan fakta-fakta dan ide-ide, evaluasi

untuk menentukan nilai dari fakta-fakta dan ide-ide (Iskandar, 1997 : 96).

Menurut Sudjana (1989 : 24), pemahaman dibedakan menjadi tiga kategori yaitu

tingkat terendah, tingkat kedua, dan tingkat tertinggi atau ketiga. Penggolongan

yang diungkapkan Sudjana sama seperti yang diungkapkan Bloom.

Belajar menghasilkan suatu perubahan pada siswa, perubahan yang berupa

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap. Perubahan itu merupakan hasil

dari usaha belajar yang tersimpan dalam ingatan (Winkel 1987 : 13).

Menurut Posner dkk (Suparno, 2005 : 87), dalam proses pembelajaran ada

dua proses yang analog dengan dua fase perubahan konsep. Kedua proses tersebut

yaitu proses yang disebut asimilasi dan akomodasi. Dalam asimilasi, siswa

menggunakan konsep-konsep yang sudah ada untuk menghadapi gejala baru

dengan suatu perubahan kecil yang berupa penyesuaian (Suparno, 2005).

Sedangkan dalam akomodasi (Suparno, 2005) berpendapat bahwa siswa harus

mengganti atau mengubah konsep-konsep pokok mereka yang lama karena tidak

cocok lagi dengan persoalan yang baru. Dalam akomodasi, siswa

(35)

19

siswa mempunyai konsep yang tidak cocok dengan konsep ilmiah.

Masing-masing siswa membawa struktur pengetahuan awal (skema) sebelum mereka

mengikuti pembelajaran yang berperan sebagai suatu filter dan fasilitator terhadap

ide-ide dan pengalaman-pengalaman yang baru. Skema dapat dikembangkan dan

diubah dalam proses asimilasi dan akomodasi melalui kontak dengan pengalaman

baru. Bila skema masih sesuai dengan pengalaman baru, maka skema hanya

dikembangkan melalui proses asimilasi. Sedangkan bila skema berlawanan

dengan pengalaman baru, maka skema diubah melalui proses akomodasi. Dengan

demikian skema seseorang selalu dikembangkan, diperbarui, bahkan diubah untuk

dapat memahami tantangan pemikiran dari luar (Suparno, 2005).

Dari proses adaptasi dengan asimilasi dan akomodasi, tampak jelas bagi

Piaget bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh seseorang secara terus menerus

dengan setiap kali mengembangkan atau mengubah skema yang dimilikinya

(Suparno, 2005). Namun dalam pembentukan pengetahuan tersebut diperlukan

tindakan/keaktifan seseorang terhadap lingkungannya. Ini hanya mungkin terjadi

bila seseorang bertindak terhadap lingkungannya, bergerak dalam ruang,

berinteraksi dengan objek, mengamati, meneliti, dan berpikir, maka ia

berasimilasi dan berakomodasi dengan alam (Suparno, 2005).

G. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode atau teknik yang

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi

komunikasi edukatif antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(36)

dan berdaya guna (John D. Latuheru, 1988 : 14). Sesuatu bisa disebut sebagai

media pembelajaran jika dapat digunakan untuk menyampaikan pesan untuk

tujuan pendidikan dan pembelajaran.

Menurut Oemar Hamalik (1982 : 22), media pembelajaran mempunyai

ciri-ciri umum, yaitu :

1. Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal

dari kata “raga”, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar dan

dapat diamati melalui panca indera kita.

2. Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat dan

didengar.

3. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam

pengajaran antara guru dan siswa.

4. Media pendidikan adalah alat bantu mengajar, baik dalam kelas maupun di

luar kelas.

5. Media pendidikan merupakan suatu perantara (medium, media) dan digunakan

dalam rangka pembelajaran.

6. Media pendidikan mengandung aspek-aspek sebagai alat dan teknis yang

sangat erat hubungannya dengan metode mengajar.

Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan media pembelajaran adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam

rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa

(37)

21

Manfaat dari penggunaan media pembelajaran dalam suatu Kegiatan

Belajar Mengajar adalah (John D. Latuheru) : (1) media pembelajaran menarik

dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pembelajaran yang

disajikan, (2) media pembelajaran mengurangi bahkan dapat menghilangkan

adanya verbalisme, (3) media pembelajaran membantu memberikan pengalaman

belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain, (4) media pembelajaran dapat

membantu perkembangan pikiran anak didik secara teratur tentang hal yang

mereka alami, (5) media pembelajaran dapat menumbuhkan kemampuan berusaha

sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan, (6) media pembelajaran

mengatasi perbedaan pengalaman belajar berdasarkan latar belakang sosial

ekonomi dari anak didik.

H. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Dalam penelitian ini subyek yang dipakai adalah siswa Sekolah Dasar

dengan alasan adalah bahwa siswa Sekolah Dasar adalah masa akhir dari

kanak-kanak dan masa sekolah dimulai. Masa seorang anak memasuki Sekolah Dasar

yang akan diperlihatkan adalah anak mulai belajar belajar dan bermain dengan

teman-teman dan lingkungannya. Dalam usia ini kecakapan untuk memperoleh

sesuatu yang baru dan kesiapan mempelajari lingkungannya mulai dibutuhkan.

Keserasian bersekolah dapat diungkapkan pada masa ini juga, karena pada masa

ini anak mudah dididik jika dibandingkan dengan masa sebelumnya (Nasution,

1993 : 43).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(38)

Masa keserasian sekolah dibagi menjadi dua tahap, yaitu masa kelas

rendah Sekolah Dasar dan masa kelas tinggi Sekolah Dasar. Berdasarkan

penelitian para ahli, ciri-ciri dari pembagian kelas tersebut sebagai berikut

(Nasution, 1993 : 44) :

1. Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar, kira-kira berumur 6 atau 7 tahun

sampai 9 atau 10 tahun.

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain : (1). Adanya korelasi

positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan

prestasi sekolah, (2). Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi

peraturan-peraturan permainan yang tradisional, (3). Adanya kecenderungan

memuji diri sendiri, (4). Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak

lain, jika hal itu dirasa menguntungkan untuk meremehkan anak lain, (5). Jika

tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal maka soal itu dianggapnya tidak

penting, (6). Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak menghindari

nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya pantas

diberi nilai baik atau tidak.

2. Masa-kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, kira-kira berumur 9 atau 10 tahun

sampai kira-kira berumur 12-13 tahun.

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain : (a). Adanya minat

terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan

adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang

praktis, (b). Anak realistik, ingin tahu dan ingin belajar, (c). Menjelang masa

(39)

23

Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa

lain untuk menyelesaikan tugasnya, setelah itu pada umumnya anak akan

menghadapi tugasnya dengan bebas dan berusaha mandiri, (e). Pada masa ini

anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat terhadap

prestasi sekolah, (f). Anak-anak pada masa ini tidak terikat pada aturan

tradisional dan mereka membuat aturan sendiri.

Dengan demikian, anak selalu mengalami perkembangan. Secara umum

perkembangan anak Sekolah Dasar meliputi : perkembangan fisik, perkembangan

emosi, perkembangan bahasa, perkembangan intelektual, dan perkembangan

kognitif. Perkembangan fisik sangat berhubungan dan mempengaruhi terhadap

apa yang dilakukan anak dan apa yang diarasakan anak. Siklus pertumbuhan fisik

anak berlangsung menurut irama. Pertumbuhan bagian-bagian tubuh mengikuti

hukum arah perkembangan pada masa anak (Nasution, 1993 : 63).

Gizi dan kesehatan (Hurlock, 1994 : 148) merupakan faktor penting dalam

pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam uraiannya dijelaskan bahwa

pertumbuhan anak yang kesehatan dan gizinya baik, cenderung lebih cepat

kognitifnya dibandingkan dengan anak yang kesehatan dan gizinya kurang

terpenuhi. Anak yang gizi dan perawatan kesehatan memadai maka

kecerdasannya akan berkembang.

Jenis-jenis emosi yang umum pada masa kanak-kanak adalah : takut,

cemas, marah, cemburu, kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, kasih sayang, dan

ingin tahu. Semakin anak bertambah usia, tingkat ketegangan emosi semakin

tinggi karena adanya faktor kebosanan. Menurut Nasution (1993 : 67), akibat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(40)

bosan adalah frustasi, sedangkan frustasi adalah perasaan ketidakberdayaan,

kekecewaan, ketidakmampuan, atau kecemasan yang kuat yang terjadi bila suatu

keinginan atau dorongan terhambat. Ketika seorang anak menginjak usia Sekolah

Dasar, dorongan atau keinginan dari anak dinyatakan dengan melihat keadaan

lingkungan sekitarnya.

Perkembangan dalam diri anak juga sudah mulai diperhatikan. Kesukaran

atau hambatan bahkan kegagalan dalam perkembangan bahasa anak sangat

berpengaruh terhadap penyesuaiannya (Nasution, 1993 : 60-61). Bahasa anak

berkembang karena ada dorongan dari dirinya ketika ingin menyatakan pendapat,

memerlukan informasi, keinginan untuk memerintah, dan ingin bergaul dengan

orang lain. Unsur penting yang berpengaruh dalam perkembangan bahasa adalah

belajar, penggunaan ingatan, penanaman kebiasaan dalam pendidikan, dan

pembelajaran.

I. Materi yang terkait dengan penelitian 1. Bunyi

Sumber Bunyi

Suatu benda dapat mengeluarkan bunyi bila dipukul, digesek, ditiup,

digoyang, dipetik, dan lain sebagainya. Misalnya recorder ditiup dapat

mengeluarkan bunyi, angklung digoyang juga dapat mengeluarkan bunyi.

(41)

25

Bunyi yang Dihasilkan Oleh Benda yang Bergetar

Berbagai macam bunyi yang bisa didengar dihasilkan oleh benda

yang bergetar. Pada saat benda bergetar, udara di sekeliling juga ikut bergetar.

Getaran yang dihasilkan ini akan merambat ke segala arah. Saat getaran

masuk ke telinga, otak manusia akan menerjemahkan bunyi yang dihasilkan

tersebut. Getaran lebih mudah dirasakan daripada diamati karena getaran

berlangsung sangat cepat. Banyaknya getaran yang terjadi dalam satu detik

disebut frekuensi. Satuan frekuensi adalah Hertz (Hz). Tidak semua bunyi

dapat didengar oleh telinga manusia. Pada umumnya, manusia biasa

mendengar bunyi dengan frekuensi antara 20 Hertz – 20.000 Hertz. Bunyi

dengan frekuensi kurang dari 20 Hertz yang tidak dapat didengar oleh manusia

disebut infrasonik. Manusia juga tidak dapat mendengar bunyi dengan

frekuensi lebih dari 20.000 Hertz, bunyi tersebut ultrasonik dan hanya dapat

didengar oleh kelelawar.

Perambatan Bunyi Pada Benda Padat, Cair, dan Gas (Udara) 1. Bunyi merambat melalui benda padat

Bunyi dapat merambat melalui benda padat misalnya kayu, benang, kawat,

pintu, dan dinding. Berdasarkan penelitian para ahli, bunyi yang merambat

melalui benda padat lebih cepat terdengar daripada melalui benda cair atau benda

gas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(42)

2. Bunyi merambat melalui benda cair

Bunyi dapat merambat melalui benda cair. Suatu hal yang bermanfaat bagi

manusia adalah dalam bidang kelautan. Manfaatnya adalah bagi penyelam dan

mencari kapal yang tenggelam di dasar laut.

3. Bunyi merambat melalui benda gas

Benda gas yang dimaksud adalah udara. Jika udara tidak ada, maka bunyi

tidak dapat merambat dan tidak dapat didengar. Gelombang bunyi merambat dari

sumber ke segala penjuru sehingga bunyi dapat terdengar dari berbagai arah.

Pemantulan dan Penyerapan Bunyi

Sebuah bola yang dilemparkan ke dinding yang keras mengalami

pemantulan. Demikian juga dengan bunyi. Bunyi juga dapat memantul.

Pemantulan bunyi terjadi apabila bunyi tersebut dalam perambatannya dihalangi

oleh permukaan yang keras. Berdasarkan jarak antara dinding pemantul dan

sumber bunyi, bunyi pantul dapat dibagi menjadi 3 kelompok :

a. Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli

Bunyi pantul dapat memperkuat bunyi asli. Hal ini terjadi jika jarak antara

sumber bunyi dan dinding pemantul sangat dekat. Akibatnya bunyi pantul yang

terdengar hampir bersamaan dengan bunyi asli misalnya pada saat kita berbicara

dalam ruang kosong dan tertutup.

b. Gaung

Gaung disebut juga kerdam yang terjadi jika jarak antara sumber bunyi

(43)

27

sebagian bersamaan dengan bunyi asli sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas.

Contohnya adalah pada saat berada dalam gedung bioskop, gedung pertemuan

atau ruangan yang besar.

c. Gema

Gema terjadi jika jarak antara sumber bunyi dan dinding pemantul sangat

jauh, misalnya jika kita berteriak di lereng gunung atau gua. Pada saat terjadi

gema, bunyi pantul akan jelas terdengar setelah bunyi asli selesai diucapkan. Jadi

antarbunyi asli dengan bunyi pantul pantul tidak bercampur.

Bunyi dapat diserap oleh benda yang memilliki permukaan lunak.

Benda-benda yang dapat menyerap bunyi disebut peredam bunyi. Contohnya : kain,

kertas, busa, karet, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut digunakan untuk

menghilangkan gaung yang terjadi dalam ruang yang besar.

Perambatan Bunyi

Gelombang bunyi adalah gelombang mekanis longitudinal. Gelombang

bunyi dapat dijalarkan di dalam benda padat, benda cair, dan gas. Partikel-partikel

bahan yang mentransmisikan sebuah gelombang seperti itu berosilasi di dalam

arah penjalaran gelombang itu sendiri. Ada suatu jangkauan frekuensi yang besar

dimana dapat dihasilkan gelombang mekanis longitudinal, dan gelombang bunyi

adalah dibatasi oleh jangkauan frekuensi yang dapat merangsang telinga dan otak

manusia kepada sensasi pendengaran. Jangkauan ini adalah dari kira-kira 20

siklus/detik (atau 20 Hz) sampai kira-kira 20.000 Hz dan dinamakan jangkauan

suara yang dapat didengar (audible range). Sebuah gelombang mekanis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(44)

longitudinal yang frekuensinya berada di bawah jangkauan yang terdengar

tersebut sehingga dinamakan sebuah gelombang infrasonik (infrasonic wave), dan

gelombang yang frekuensinya berada di atas jangkauan yang terdengar dinamakan

gelombang untrasonik (untrasonic wave).

Gelombang bunyi juga memenuhi hukum pemantulan sebagai berikut :

Gambar 1. Pemantulan bunyi

2. Tegangan Permukaan

Gambar 2. Bola gelembung

Tegangan permukaan merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk

menegang sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastik.

Sebagai contoh, jarum dapat diapungkan di permukaan air walaupun massa

(45)

29

talas yang membentuk kelompok-kelompok, seperti yang terlihat pada gambar di

bawah ini.

Gambar 3. Air pada permukaan daun talas dan piring

Satuan SI untuk tegangan permukaan adalah N/m atau N m-1.

Tekanan gaya yang bekerja tegak lurus pada suatu bidang dibagi dengan luas bidang itu.

Tekanan tidak memiliki arah tertentu seperti gaya sehingga tekanan termasuk

besaran skalar. Satuan SI untuk tekanan adalah pascal (disingkat Pa).

Bagaimana gelembung sabun bisa terbentuk ?

Gelembung-gelembung sabun terbentuk karena ada suatu gaya tarik

menarik yang disebut tegangan permukaan yang menarik molekul-molekul air

sekuat mungkin untuk membentuk kelompok-kelompok.

Mengapa gelembung sabun berbentuk bulat ?

Dari berbagai macam bentuk kerangka kawat (alat pembuat gelembung)

seperti pada gambar berikut, gelembung-gelembung yang dihasilkan tetap

berbentuk bulat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(46)

Gambar 4. Pembentuk gelembung

Di antara semua bentuk yang mungkin, misalnya : kubus, piramida,

bongkahan tak beraturan, bola memiliki luas sebelah luar yang paling kecil.

Segera setelah sebuah gelembung terlepas dari pipa tiup atau dari salah satu

peralatan yang lebih modern, tegangan permukaan membuat lapisan tipis air

sabun mencari luas permukaan yang sekecil mungkin. Maka terjadilah sebuah

bola.

Bilamana gelembung sabun bisa mengecil atau membesar ?

Andai kata secara tidak sengaja gelembung sabun memerangkap udara di

dalamnya, maka air sabun akan terus menyusut membentuk sebuah titik bola

padat, seperti yang terjadi pada air hujan.

Udara di dalam mendorong ke arah luar, menahan selaput air. Semua gas

memberikan tekanan kepada wadah penyimpanan mereka karena mereka terdiri

atas molekul-molekul terbang bebas yang terus membentur apa pun yang

menghalangi. Dalam sebuah gelembung, gaya-gaya tegangan permukaan ke arah

(47)

31

oleh udara dari dalam. Jika ada perbedaan sedikit saja, gelembung entah akan

mengecil atau mengembang sampai keduanya sama besar.

Bagaimana gelembung sabun bisa meletus ?

Bila gelembung mengenai benda lain, kemungkinan besar gelembung itu

akan meletus karena selaput air yang tipis. Tetapi bisa jadi gelembung akan

menempel pada benda lain. Hal ini bisa terjadi apabila saat mengenai benda lain,

gelembung mendarat perlahan dan selaput air masih memiliki cadangan air

sehingga gelembung yang terbentuk memiliki elastisitas yang tinggi.

Gambar 5. Udara yang ditiup dalam gelembung

Cobalah meniupkan udara lebih banyak untuk membuat gelembung lebih

besar. Itu sama dengan menambah tekanan udara di sebelah dalam. Yang dapat

diperbuat oleh selaput air untuk mengimbangi kenaikan tekanan ke luar adalah

memperluas permukaannya. Ini menyebabkan bertambah besarnya gaya-gaya

tegangan permukaan ke arah dalam. Maka gelembung secara serentak

memperbesar ukurannya. Namun dalam proses tersebut selaput air semakin tipis,

pasalnya persediaan air memang terbatas. Apabila udara terus ditambahkan ke

dalamnya, akhirnya selaput tadi tidak memiliki cadangan air lagi untuk

memperluas permukaan. Akibatnya mudah ditebak : Gelembung itu akan meletus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(48)

Mengapa air tanpa sabun tidak bisa membentuk gelembung sedangkan air sabun bisa ?

Air hanya bisa membentuk buih-buih saat mengucur dari kran atau

tertuang ke dalam satu wadah. Air memiliki tegangan permukaan yang lebih

tinggi daripada air sabun. Hal ini bisa dibuktikan dengan cara meletakkan jarum di

atas permukaan air, setelah air ditaburi sabun maka jarum akan tenggelam.

Ketika sabun ditambahkan pada air, ion-ion sodium di dalam sabun akan

meluruh. Muatan negatifnya membentuk rantai micelles. Rantai ini juga melapisi

permukaan molekul air dan mengakibatkan berkurangnya tegangan permukaan

air. Maka permukaan air menjadi lebih fleksibel sehingga saat air sabun ditiup

bisa membentuk gelembung.

3. Putaran Keseimbangan

Gambar 6. Permainan putaran keseimbangan 1

Gerak melingkar dari benda tegar seperti putaran keseimbangan memiliki

kesamaan dengan : rotasi bumi, gerak memutar pada pemain ski es, dan

(49)

33

menjelaskan apa yang terjadi dalam gerak melingkar, sama halnya pada gerak

lurus, di mana sebuah benda bergerak dari satu titik ke titik lainnya.

Apakah Gerak Melingkar itu?

Seorang anak mulai memutar putaran keseimbangan dengan berpegangan

pada tepi pipa besi saat berdiri di samping pipa tersebut. Anak itu mulai

mendorong putaran keseimbangan, mempercepat gerakannya, sampai akhirnya ia

berlari dan putaran keseimbangan berputar cukup cepat.

Gambar 7. Permainan putaran keseimbangan 2

Perpindahan Rotasi dan Kecepatan Rotasi

Bagaimana kita akan mengukur seberapa cepat putaran keseimbangan

berputar? Jika kita berdiri di salah satu sisi dan mengamati anak melewati posisi

kita, kita bisa menghitung berapa kali anak berputar pada waktu yang telah kita

tetapkan. Jumlah putaran dibagi dengan waktu dalam menit menghasilkan

kecepatan putar rata-rata yang disebut dengan ”rotation per minute” (rpm), satuan

yang umum digunakan untuk menjelaskan rata-rata putaran motor, baling-baling

kapal dan putaran benda lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(50)

Jika kita katakan bahwa putaran keseimbangan berputar pada waktu 15

rpm, kita telah menjelaskan seberapa cepat sebuah benda berputar. Waktu tersebut

bisa dianalogikan dengan kecepatan, kuantitas yang digunakan untuk menjelaskan

seberapa cepat sebuah benda bergerak dalam gerak lurus.

Dalam mengukur kecepatan rotasi putaran keseimbangan, kita

menjelaskan seberapa jauh putaran keseimbangan melingkar dalam putaran atau

peredaran. Kira-kira sebuah objek bergerak melingkar lebih lambat dari satu

putaran penuh. Kemudian kita bisa menggunakan pecahan dari putaran untuk

menjelaskan seberapa jauh putaran keseimbangan telah melingkar, tetapi bisa juga

menggunakan sebuah sudut yang diukur dalam derajat. Bila sudah 360 derajat

dalam satu putaran penuh atau lingkaran, putaran-putaran bisa diubah ke derajat

dengan mengalikan 360°/putaran.

Perpindahan rotasi dapat disamakan dengan jarak tempuh sebuah objek

pada gerak lurus. Bila memasukkan arah perjalanan, jarak tersebut disebut

perpindahan linear.

Simbol-simbol yang digunakan untuk menjelaskan kuantitas putaran,

kebanyakan diambil dari abjad Yunani. Huruf Yunani digunakan untuk

menghindari kebingungan dengan lambang kuantitas yang biasanya ditulis dengan

abjad Roma. Huruf Yunani theta (θ) sering digunakan untuk melambangkan sudut

(perpindahan rotasi), dan huruf Yunani omega (ω) digunakan untuk

(51)

35

Kuantitas yang baru saja dibahas digunakan untuk menjelaskan gerak

benda semacam putaran keseimbangan, dapat dibuat ringkasannya sebagai berikut

: Perpindahan rotasi θ adalah sebuah sudut yang menunjukkan sejauh mana

sebuah objek telah berotasi dan kecepatan rotasi ω adalah perubahan rata-rata atau

perpindahan rotasi. Dalam menjelaskan kecepatan rotasi, kita sering

menggunakan salah satu dari putaran-putaran atau radian-radian saat mengukur

perpindahan rotasi. Derajat pada umumnya jarang digunakan.

Apakah Percepatan Rotasi itu?

Dalam penjelasan sederhana pada anak yang mendorong putaran

keseimbangan, pada dasarnya gerak rotasi meningkat saat anak memutarnya dari

samping. Hal ini mengakibatkan peningkatan pada kecepatan rotasi, yang terkait

dengan konsep percepatan rotasi. Huruf Yunani alpha (α) adalah simbol yang

digunakan untuk percepatan rotasi. Alpha adalah huruf pertama pada abjad

Yunani dan identik dengan huruf a yang digunakan untuk melambangkan

percepatan linear.

Bagaimana kecepatan linear dan kecepatan rotasi direlasikan?

Gambar 8. Putaran keseimbangan dengan jari-jari berbeda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(52)

Gambar di atas menunjukkan dua buah lingkaran pada putaran

keseimbangan dengan jari-jari berbeda yang mewakili perbedaan posisi pemain.

Pemain yang berada pada jarak yang lebih jauh dari pusat lingkaran, menempuh

jarak yang lebih jauh dalam satu putaran dibandingkan dengan pemain yang dekat

dengan pusat, karena keliling lingkarannya lebih besar. Pemain yang berada di

tepi bergerak dengan kelajuan linear yang lebih besar daripada pemain yang

berada di dekat pusat lingkaran. Lebih jauh pemain berada dari pusat lingkaran,

maka akan lebih jauh pula perjalanan yang ditempuh dalam satu putaran, dan

lebih cepat ia bergerak. Keliling lingkaran di mana pemain melintas mengalami

peningkatan pada bagian jari-jari lingkaran, yang merupakan jarak pemain dari

pusat lingkaran.

Pada dasarnya, permainan putaran keseimbangan atau pada benda lain

yang berputar akan mempengaruhi seberapa cepat satu titik pada benda yang

berputar akan bergerak, dengan kata lain hal ini disebut kelajuan linear. Kelajuan

linear akan bergantung pada jarak dari poros rotasi. Saat bermain, seorang anak

yang berada di tepi akan mendapatkan guncangan yang lebih besar daripada anak

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian yang mendalami

suatu kasus pada satu individu atau sekelompok individu. Hasil penelitian ini

hanya terbatas pada siswa-siswa yang diteliti saja.

B. Partisipan

Partisipan dari penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar Kanisius

Wirobrajan. Partisipan berjumlah 3 orang. Pengambilan partisipan diambil secara

acak, hanya mempertimbangkan faktor teknis seperti tempat tinggal yang saling

berdekatan antara ketiga partisipan dan jarak rumah dengan lokasi penelitian yang

tidak jauh.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih siswa kelas 5 Sekolah Dasar dengan

alasan bahwa kelas 5 adalah masa kelas tinggi yang mempunyai sifat khas untuk

mulai bisa diajak berpikir kritis terhadap fenomena kehidupan sehari-hari yang

konkret, dorongan ingin tahu dan ingin belajar, ada minat terhadap sesuatu hal,

dapat menghadapi tugasnya dengan bebas dan berusaha mandiri, dan tidak terikat

pada aturan tradisional dan cenderung membuat aturan sendiri. Pemilihan materi

untuk penelitian dipilih berdasarkan permainan-permainan yang ada di Taman

pintar. Konsep yang dibangun oleh partisipan dapat diamati secara langsung

dengan bantuan media permainan yang ada di Taman Pintar.

37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(54)

C. Waktu Dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei-Juni 2007.

2. Tempat

Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Wirobrajan, Yogyakarta dan di Taman

Pintar, Jalan Panembahan Senopati, Yogyakarta.

D. Metode Pengumpulan Data D.1. Data

1. Konsep awal

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini

diperlukan data tentang konsep awal siswa. Konsep awal yang dimiliki siswa

sebelum penelitian ini dilakukan sangat mendukung untuk siswa dalam

melakukan proses-proses selanjutnya dalam penelitian. Konsep awal tersebut

diungkapkan melalui instrumen pertama yang digunakan dalam penelitian

yaitu pretes.

2. Proses Pembangunan Konsep

Proses pembangunan konsep menjadi data kedua yang dipakai peneliti

untuk penelitian. Dalam proses pembangunan konsep ini, siswa diajak untuk

mendalami konsep-konsep yang berkaitan dengan materi penelitian d

Gambar

Gambar 1  Pemantulan bunyi………………………………………..
Gambar permainan parabola berbisik……………....
Gambar 1. Pemantulan bunyi
Gambar 3. Air pada permukaan daun talas dan piring
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil regresi nilai-nilai budaya terhadap tingkat pengungkapan nilai-nilai Islam dapat dilihat pada tabel 4. Hasil uji regresi tersebut menunjukkan bahwa 1). Hipotesis 1 diterima

Pemerintah Kabupaten Sumbawa telah mengeluarkan terobosan atau kebijakan melalui Surat edaran dengan nomor 900/125/ BPBD/ V/ 2020 yang ditujukan kepada camat, Kepala desa,

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan Kasih dan Karunianya pada kita semua serta memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan, sehingga dapat

Besarnya PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk masa pajak terakhir adalah selisih antara Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh pengahasilan kena pajak

Total UMKM yang mengambil pembiayaan di BMT NU cabang Pasean Pamekasan berjumlah 1452. Sedangkan total UMKM didaerah Pamekasan sebagaimana di BMT NU cabang

Untuk dapat menggunakan fasilitas dalam Microsoft Visual Basic 2010 dengan baik dan benar, maka diperlukan penguasaan tentang IDE (Integratred Development

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka variabel yang dianalisis adalah pengaruh augmented product (X) terhadap peningkatan kepuasan tamu (Y) di Hotel Aston Primera

Universiti Press, 1975)... kehidupan masyarakat yang sudah maju. Pembentukan Sistem Pendidikan Nasional sampai saat ini masih belum selesai dan patut dipertanyakan