MEMBANGUN KONSEP PERAMBATAN BUNYI, TEGANGAN PERMUKAAN, DAN PUTARAN KESEIMBANGAN
MELALUI TANYA JAWAB TERSTRUKTUR DENGAN BANTUAN PERMAINAN FISIKA DI TAMAN PINTAR
UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR
(Studi Kasus Terhadap 3 Siswa Sekolah Dasar Kanisius Wirobrajan)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
CHRISTINA ENDAR KUMALADEWI NIM : 031424006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Aku berdiri di kakiku….
Yakin…
Percaya…
dan apapun yang terjadi
Adalah anugerah dari yang Empunya Kerajaan Surga
Dan…
Aku dapat tersenyum melihat keindahan surga di dalam kehidupanku
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk :
My Almighty…Jesus Christ… (You are so Amazing!)
Saint Yudas Tadeus…Thanks that you have helped me
Santa Christina…
The universe gives me the answers about my quetions
Father ‘n Mother
My sis’ and bro
Angga, Dewa, Audy, Irma, Joy, and Ray…you’re my inspiration
Genta Rakyat dan Mahagenta
Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Endar Kumaladewi, Christina. Membangun Konsep Perambatan Bunyi, Tegangan Permukaan, Dan Putaran Keseimbangan Melalui Tanya Jawab Terstruktur dengan bantuan Permainan Fisika Di Taman Pintar Untuk Siswa Sekolah Dasar, 2007. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui : (1). konsep awal siswa Sekolah Dasar tentang bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan, (2). pembangunan konsep tentang bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan dalam proses pembelajaran di Taman Pintar melalui tanya jawab terstruktur dengan bantuan permainan, (3). konsep akhir siswa Sekolah Dasar yang diperoleh dari proses pembangunan konsep melalui permainan fisika.
Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Wirobrajan dan Taman Pintar Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2007. Partisipan penelitian adalah siswa kelas 5 SD Kanisius Wirobrajan yang berjumlah 3 orang. Penelitian ini bersifat studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu pretes, pengalaman konkret, wawancara, dan postes. Soal pretes dan postes berupa tes esai, pengalaman konkret dan wawancara yang dilakukan adalah terstruktur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep awal yang dimiliki siswa berkaitan dengan konsep bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan masih kurang. Proses pembangunan konsep yang dilakukan oleh siswa Sekolah Dasar berlandaskan pada hal-hal yang secara nyata dapat dilihat, diamati, maupun diraba dengan menggunakan alat indera. Konsep akhir menjadi bekal untuk mempelajari konsep-konsep lain yang terkait dalam kehidupan sehari-hari terutama konsep dalam bidang fisika. Konsep akhir setelah proses mengalami peningkatan bahkan siswa dapat menjelaskan konsep bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan secara lebih baik dibandingkan dengan sebelum proses pembangunan konsep.
ABSTRACT
Endar Kumaladewi, Christina. Developing the Concepts of Sound Spreading, Surface Tension, and Equilibrium Rotation by Question and Answer Structure with Help Physics Games in Taman Pintar for Students of the Elementary School, 2007. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The goals of the research were to find out : (1). Students’ pre-concept of the Elementary School about sound spreading, surface tension, and equilibrium rotation, (2). Developing concepts about sound spreading, surface tension, and equilibrium rotationthrough the learning process in Taman Pintar by question and answer structure with help games, (3). Students’ post-concept the Elementary Shcool that comes from developing concepts process through physics games.
The research was held in Kanisius Elementary School, Wirobrajan and Taman Pintar Yogyakarta on May-June 2007. Participant of this research are fifth grade students of Kanisius Elementary School Wirobrajan which consisted of 3 students. The research has the characteristic of study case. Collecting data for this research was done in four steps, there are pretest, first interview, second interview, and postest. Pretest and postest are essay, characteristics of first and second interview are free and structured.
Result of the research indicated that student’ pre-concept about sound spreading, surface tension, and equilibrium rotation are less. The developing concepts process done by Elementary Shcool students based on visible, observable, and touchable things using the senses. Post-concept becomes basic knowledge to learn other concepts that is related to daily life, expecially concepts in physics. Students’ post-concept after process has increased, even student can explain the concept of sound spreading, surface tension, and equilibrium rotation better than before the previous concept.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang lebih indah ketika kata-kata terangkai menjadi untaian
kalimat, tiada ungkapan yang lebih mengesankan selain ucapan syukur, dan tiada
kekaguman yang tersampaikan ketika semuanya selesai pada waktunya.
Syukur kepada Yesus Kristus atas karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir dengan judul “MEMBANGUN KONSEP
PERAMBATAN BUNYI, TEGANGAN PERMUKAAN, DAN PUTARAN
KESEIMBANGAN MELALUI TANYA JAWAB TERSTRUKTUR DENGAN
BANTUAN PERMAINAN FISIKA DI TAMAN PINTAR UNTUK SISWA
SEKOLAH DASAR” dengan baik. Kerelaan pikiran, perasaan, waktu, dan
terutama hati sangat berperan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Dukungan
psikis maupun fisik tidak lepas dari banyak orang. Maka dari itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini :
1. Bapak Drs. Severinus Domi, M.Si. selaku dosen pembimbing.
2. Bapak Agustinus Tukijo, selaku kepala sekolah SD Kanisius Wirobrajan, yang memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
3. Taman Pintar Yogyakarta, atas tempat yang selalu memberikan inspirasi dalam pembelajaran.
4. Seluruh siswa kelas 5 SD Kanisius Wirobrajan (especially for Gemma, Brian, dan Venta), you’re my imagination.
5. Seluruh tim penguji tugas akhir.
6. Bapak Sunarjo, Bapak Sugeng dan Mas Agus, terima kasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak F.X. Sugimin dan Ibu M.M. Sutini serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan dukungan baik materi
maupun doa dalam menyelesaikan seluruh rangkaian studiku.
8. My sis’ and bro,”Yustina Budi Wijayanti, F. A Yudi Herawanta, Lucia Susi Ernawati”, akhirnya selesai juga ya …!!!
9. Teman-teman sekaligus keluargaku di Genta Rakyat dan Mahagenta (M’ Biru, M’ Jian, Paman Karl Moel, M’ Yogo, Sie, Linda, Rita, Dini, Eka, Ticus, Cipta, ‘Gondhes’ Bayu, Leo, Sigit, Vincent, Bayu ‘Blandonk’, dan K’Elizh), thanks to make my life so meaningful. Aku bersyukur dan sangat bersyukur bertemu dengan kalian…sahabat dan keluarga yang setia.
10. ‘Pakdhe’ Mujiono Pmat ’03, yang selalu memberikan tenaga dan semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir ini (‘pakdhe selalu yess kok!’).
11.Elysabet ‘Rie’ Dian Lestari…I’m glad to share with you,girl (^_^)!
12. Luce, Dias, Dimas, Oche, Jaja’, Ervan… thanks for all, guys…kalian adalah kata-kata yang terangkai menjadi kalimat yang indah. Do the best,
guys!
13.Teman-teman ‘Green House’ yang selalu memberikan seruan-seruan semangat untukku (Elly, Lucy, Joo, Tassa, Nita, Eny, Prapti, Ciecil) I always miss you, guys!
14.Albertus Dashry Christian ‘n Ketty Virginia, I’m so proud with you!
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15.Seluruh teman Pendidikan Fisika ’03 seperjuangan, kalian membuat
hidupku begitu menyenangkan.
16.Sahabat yang selalu menghiburku dalam kepenatan…Paulinus, Andrianto, dan Theo...aku bisa bilang apa lagi sama kalian??? Terima kasih telah membuat hidupku lebih berwarna.
17.Maya, Meta, Andi, Umar, Arif ‘Aa’, dan ‘dek Lia…atas omelan-omelan kecil yang selalu mengingatkanku untuk tidak berhenti berjuang ☺.
18.Semua pihak yang telah membantu tetapi tidak bisa disebutkan satu
persatu. Kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan tulisan ini
menjadi lebih baik sangat diharapkan. Akhir kata, semoga tulisan ini
bermanfaat untuk seluruh pembaca.
Yogyakarta, 8 November 2007
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
ABSTRAK... vi
ABSTRACT... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Perumusan Masalah... 2
C. Pembatasan Masalah... 3
D. Tujuan Penelitian... 4
E. Manfaat Penelitian... 4
BAB II DASAR TEORI... 5
A. Hakikat Sains... 5
1. Aspek Produk... 6
2. Aspek Proses... 6
3. Aspek Sikap... 7
B. Apakah Belajar itu?... 7
C. Pengertian Pembelajaran... 10
D. Konsep... 13
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Perubahan Konsep Siswa... 14
F. Pemahaman Konsep... 17
G. Media Pembelajaran... 19
H. Karakteristik Anak Sekolah Dasar... 21
I. Materi yang Terkait dengan Penelitian... 24
1. Bunyi... 24
2. Tegangan Permukaan... 28
3. Putaran Keseimbangan... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 37
A. Jenis Penelitian... 37
B. Partisipan... 37
C. Waktu dan Tempat Penelitian... 38
D. Metode Pengumpulan Data... 38
D.1. Data... 38
D.2. Instrumen Penelitian... 39
D.3. Proses Pembangunan Konsep... 42
D.4. Pengelompokkan Data... 43
E. Metode Analisis Data... 46
BAB IV DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN... 54
A. Data dan Analisis Pretes... 54
B. Data dan Analisis Pengalaman Konkret di Taman Pintar Yogyakarta... 72
C. Data dan Analisis Tanya Jawab... 89
D. Data dan Analisis Postes... 108
E. Analisis Secara Keseluruhan... 126
BAB V PENUTUP... 129
A. Kesimpulan... 129
B. Saran... 130
DAFTAR PUSTAKA... 132
LAMPIRAN... 134
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Pengelompokkan data pretes………... 43
Tabel 2 Pengelompokkan data postes………. 45
Tabel 3 Perhitungan pretes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan……… 48 Tabel 4 Tingkat Penguasaan pretes……… 49
Tabel 5 Sudut pandang Pengalaman Konkret………. 50
Tabel 6 Pembagian konsep yang diamati peneliti………... 50
Tabel 7 Penguasaan konsep………... 51
Tabel 8 Perhitungan postes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan……… 52 Tabel 9 Tingkat Penguasaan postes……… 53
Tabel 10 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi partisipan 1………... 54
Tabel 11 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan tegangan permukaan partisipan 1………. 54
Tabel 12 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan putaran keseimbangan partisipan 1………... 55
Tabel 13 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi partisipan 2……….. 55
Tabel 14 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan tegangan permukaan partisipan 2………. 56
Tabel 15 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan putaran keseimbangan partisipan 2………. 56
Tabel 16 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi partisipan 3……… 56 Tabel 17 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan 57
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tegangan permukaan partisipan 3………. Tabel 18 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan
putaran keseimbangan partisipan 1………. 57
Tabel 19 Perhitungan prosentase pretes masing-masing partisipan. 58 Tabel 20 Tingkat penguasaan pretes masing-masing partisipan... 58
Tabel 21 Analisis Pengalaman Konkret di Taman Pintar... 74
Tabel 22 Analisis Pembagian konsep yang diamati peneliti... 89
Tabel 23 Analisis penguasaan konsep masing-masing partisipan... 92
Tabel 24 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi partisipan 1……….. 108
Tabel 25 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan tegangan permukaan partisipan 1………. 108
Tabel 26 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan putaran keseimbangan partisipan 1……… 109
Tabel 27 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi partisipan 2………. 109
Tabel 28 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan tegangan permukaan partisipan 2……… 110
Tabel 29 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan putaran keseimbangan partisipan 2………... 110
Tabel 30 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi partisipan 3………. 110
Tabel 31 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan tegangan permukaan partisipan 3……… 111
Tabel 32 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan putaran keseimbangan partisipan 3………..……… 111
Tabel 33 Perhitungan prosentase postes masing-masing partisipan. 112 Tabel 34 Tingkat penguasaan postes masing-masing partisipan... 112
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Pemantulan bunyi……….. 28
Gambar 2 Bola gelembung………. 28
Gambar 3 Air pada permukaan daun talas dan piring... 29
Gambar 4 Pembentuk gelembung... 30
Gambar 5 Udara yang ditiup dalam gelembung………. 31
Gambar 6 Permainan putaran keseimbangan 1... 32
Gambar 7 Permainan putaran keseimbangan 2... 33
Gambar 8 Putaran keseimbangan dengan jari-jari berbeda……… 35
Gambar 9 Pengalaman konkret untuk tegangan permukaan... 73
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Panduan pretes... 133
Lampiran 2 Panduan postes……… 138
Lampiran 3 Soal pretes………... 143
Lampiran 4 Soal postes………... 146
Lampiran 5 Pertanyaan acuan tanya jawab terstruktur………… 149
Lampiran 6 Jawaban pretes partisipan………... 154
Partisipan 1………. 154
Partisipan 2………. 156
Partisipan 3……… 158
Lampiran 7 Pengalaman konkret………. 161
Lampiran 8 Tanya Jawab Terstruktur……… 167
Lampiran 9 Jawaban postes partisipan………... 199
Partisipan 1………. 199
Partisipan 2………. 201
Partisipan 3………. 203
Lampiran 10 Skor maksimal untuk setiap soal………. 206
Lampiran 11 Petunjuk permainan parabola berbisik………... 208
Gambar permainan parabola berbisik……….... 209
Gambar permainan tegangan permukaan………….. 210
Petunjuk permainan putaran keseimbangan………... 211
Gambar permainan putaran keseimbangan………… 212
Lampiran 12 Surat keterangan penelitian……… 213
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, telah banyak alat modern yang mulai menjamur.
Mulai dari bidang ekonomi, politik, sosial, budaya sampai bidang pendidikan.
Berkembangnya alat-alat modern bertujuan untuk peningkatan mutu dalam
membekali sumber daya manusia Indonesia supaya tidak tertinggal dalam
kemajuan dunia. Contoh konkret yang dapat diambil adalah bidang pendidikan.
Dalam bidang pendidikan, banyak alat pembelajaran yang digunakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Alat-alat pembelajaran yang digunakan juga
semakin bervariasi. Untuk selanjutnya, alat-alat pembelajaran yang digunakan
disebut sebagai media pembelajaran. Media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan siswa
dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna (John D. Latuheru; 1988 :
14).
Sasaran dari penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar. Tujuan pemilihan
siswa Sekolah Dasar dalam penelitian ini adalah memperkenalkan konsep-konsep
fisika sedini mungkin dengan menggunakan media pembelajaran yang sederhana.
Semakin dini seorang individu diperkenalkan dalam pemakaian media
pembelajaran, maka segi kognitifnya akan berkembang pula. Ketika siswa
Sekolah Dasar mulai belajar sains, maka siswa bukan hanya memahami
konsep-1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, melainkan juga untuk
mengembangkan berbagai nilai (Cross 1996 dalam Rohandi 1998). Nilai afektif,
kognitif, dan psikomotorik dapat dikembangkan melalui penelitian ini. Dalam
penelitian ini, media pembelajaran yang menurut penulis dirasa paling dekat
dengan dunia anak-anak adalah permainan. Permainan yang digunakan bukan
hanya sekedar permainan umum, tetapi permainan yang dapat membangun konsep
tentang suatu materi pembelajaran. Dari pernyataan di atas, penulis ingin
mengangkat suatu pembangunan konsep dengan menggunakan media permainan
anak.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis
memilih judul “MEMBANGUN KONSEP PERAMBATAN BUNYI, TEGANGAN PERMUKAAN, DAN PUTARAN KESEIMBANGAN MELALUI TANYA JAWAB TERSTRUKTUR DENGAN BANTUAN PERMAINAN FISIKA DI TAMAN PINTAR UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, permasalahan yang
dikemukakan dibatasi sebagai berikut.
1. Bagaimana konsep awal siswa Sekolah Dasar tentang bunyi, tegangan
3
2. Bagaimana siswa Sekolah Dasar membangun konsep bunyi, tegangan
permukaan, dan putaran keseimbangan dalam proses pembelajaran di Taman
Pintar melalui permainan dengan bantuan peneliti sebagai guru?
3. Bagaimana konsep akhir siswa Sekolah Dasar yang diperoleh dari proses
pembangunan konsep melalui permainan fisika?
C. Pembatasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi untuk beberapa hal : (1) Berkaitan
dengan konsep. Konsep dibatasi untuk tiga pokok bahasan, yaitu bunyi, tegangan
permukaan, dan putaran keseimbangan. (2) Berkaitan dengan permainan yang
digunakan. Permainan yang digunakan adalah permainan yang ada di Taman
Pintar. Taman Pintar adalah tempat bermain anak-anak setingkat dengan Play
Group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, bahkan untuk umum. Taman Pintar
dibangun bukan hanya sekedar untuk wahana permainan tetapi berbagai
permainan yang disajikan benar-benar berdasarkan konsep sains. Sarana yang ada
di Taman Pintar dapat digunakan dalam pembelajaran. Peneliti menggunakan
permainan di Taman Pintar sebagai sarana untuk mendukung penelitian ini. Selain
untuk mendukung, permainan di Taman Pintar juga sebagai media untuk
pengambilan data. Permainan yang digunakan di Taman Pintar adalah parabola
berbisik, gelembung busa, dan putaran keseimbangan. (3) Berkaitan dengan
peranan peneliti. Peneliti dalam penelitian ini memberikan bantuan hanya dengan
pertanyaan terstruktur. (4). Berkaitan dengan jumlah subyek yang diteliti. Subyek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang diteliti berjumlah 3 orang agar penelitian tentang pembangunan konsep ini
lebih mendalam.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui konsep awal siswa Sekolah Dasar tentang bunyi, tegangan
permukaan, dan putaran keseimbangan.
2. Mengetahui pembangunan konsep tentang bunyi, tegangan permukaan, dan
putaran keseimbangan dalam proses pembelajaran di Taman Pintar melalui
permainan dengan bantuan peneliti sebagai guru oleh siswa Sekolah Dasar.
3. Mengetahui konsep akhir siswa Sekolah Dasar yang diperoleh dari proses
pembangunan konsep melalui permainan fisika.
E. Manfaat Penelitian
Bagi pengajar
Untuk membuka gambaran pengetahuan tentang cara mengajar pendidik,
selain dengan menggunakan metode ceramah. Memunculkan situasi yang
menyenangkan dapat membantu anak untuk mengungkapkan ide dan gagasan.
Bagi pembaca
Membuka wawasan tentang pengajaran dengan menggunakan media
permainan. Pengajaran tidak harus selalu di dalam kelas tetapi juga dapat
BAB II DASAR TEORI
A. Hakikat Sains
Pemahaman para pendidik tentang hakikat sains sangat mempengaruhi
cara mereka mengajarkan sains dan pemilihan pokok bahasan yang diajarkan.
Oleh karena itu, pendidik perlu memahami definisi-definisi tentang sains.
Ada banyak definisi tentang sains yang dikemukakan oleh para ilmuwan.
Definisi-definisi sains tersebut antara lain sebagai berikut (Kartika Budi dalam
Sumaji dkk, 1998 : 161) :
a. Menurut Dawson, sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia
yang termotivasi oleh keingintahuan akan alam di sekelilingnya dan
keingintahuan untuk memahami, menguasai serta mengolahnya demi
memenuhi kebutuhan.
b. Menurut Fisher, sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode berdasarkan observasi.
c. Menurut Kemany, sains adalah semua pengetahuan yang dibangun melalui
metode keilmuan.
d. Menurut Zen, sains adalah suatu eksplorasi ke alam materi berdasarkan
observasi dan mencari hubungan-hubungan ilmiah yang teratur mengenai
fenomena yang diamati serta bersifat mampu menguji diri sendiri.
Apabila kita memahami definisi tentang hakikat sains, kita akan
menemukan komponen-komponen sains yaitu aspek produk, aspek proses, dan
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
aspek sikap. Dengan kata lain dapat dipandang sebagai kesatuan dari proses,
sikap, dan hasil (Kartika Budi, 1997 : 162).
1. Aspek Produk
Fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori di dalam sains merupakan hasil
rekaan atau buatan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam
bersama dengan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya.
Fakta adalah suatu yang telah atau sedang terjadi yang dapat berupa
keadaan, sifat, atau peristiwa. Konsep adalah suatu ide yang merupakan
generalisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman khusus yang dinyatakan
dengan istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima sesuai dengan budaya
setempat (Kartika Budi, 1997 : 162). Prinsip dan hukum adalah hubungan
sebab akibat antara dua konsep atau lebih yang merupakan generalisasi dari
beberapa kejadian khusus. Hal yang membedakan hukum adalah memiliki ciri
khas, antara lain ditemukan secara khusus, berguna untuk pengembangan ilmu
selanjutnya dan untuk memecahkan berbagai masalah sains dan sering diberi
nama khusus sebagai apresiasi pada penemunya yang pertama kali
mensosialisasikan atau orang berjasa dalam bidangnya (Kartika Budi, 1997 :
164). Sedangkan teori membantu kita menjelaskan dan meramalkan berbagai
peristiwa alamiah yang berkaitan satu sama lain.
2. Aspek Proses
Proses sains merupakan salah satu cara yang digunakan para pengembang
sains untuk mengembangkan dan memajukan sains. Proses sains terdiri dari
7
perumusan hipotesis, merancang percobaan, melakukan pengukuran,
menganalisis data dan menarik kesimpulan.
Dalam pengajaran sains aspek proses ini muncul dalam kegiatan belajar
mengajar. Ada tidaknya aspek proses di dalam pengajaran sains sangatlah
tergantung pada guru sebagai pendidik. Peran guru sangat penting untuk
membantu siswa dalam belajar sehingga siswa dapat membentuk pengetahuan
bagi dirinya.
3. Aspek Sikap
Aspek sikap adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus
dipertahankan oleh seseorang khususnya ketika mencari atau mengembangkan
pengetahuan baru, diantaranya tanggung jawab, rasa ingin tahu, disiplin,
tekun, jujur dan terbuka terhadap pendekatan orang lain. Dalam pembelajaran
sains, aspek sikap dapat terlibat apabila guru secara sadar dapat terus menerus
memperhatikan, mengarahkan, menegur, dan menunjukkan sikap-sikap pada
siswa.
B. Apakah belajar itu?
Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang
sebenarnya merupakan “gejala belajar”, meskipun dalam melakukan kegiatan itu,
tidak kita maksudkan sebagai belajar. Misalnya, kita mengenakan pakaian, kita
makan dengan menggunakan alat-alat makan, kita berkomunikasi satu sama lain
dalam bahasa nasional, kita bertindak sopan, kita menghormati bendera Sang
Merah Putih, kita mengemudikan kendaraan bermotor, dan lain sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gejala-gejala belajar semacam itu terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu,
karena jumlahnya ribuan, namun mengisi kehidupan sehari-hari.
Apa yang menjadikan semua kegiatan itu menjadi suatu “gejala belajar”?
Kemampuan untuk melakukan itu semua diperoleh, dan mula-mula kemampuan
itu belum ada. Maka, terjadilah proses perubahan dari belum mampu ke arah
sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi
belajar. Makin banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi milik pribadi,
makin banyak pula perubahan yang telah dialami. Demi mudahnya,
kemampuan-kemampuan itu digolongkan menjadi kemampuan-kemampuan kognitif yang meliputi
pengetahuan dan pemahaman; kemampuan sensorik-psikomotorik yang meliputi
ketrampilan melakukan rangkaian gerak-gerik dalam urutan tertentu; kemampuan
dinamik-afektif yang meliputi sikap dan nilai, yang meresapi perilaku dan
tindakan. Penggolongan ini sepadan dengan penggolongan atas bidang belajar
kognitif, belajar sensorik-psikomotorik dan belajar dinamik-afektif. Semua
perubahan di bidang-bidang itu merupakan suatu hasil belajar dan mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama, bahkan sampai taraf
tertentu tidak menghilang lagi. Kemampuan yang telah diperoleh, menjadi milik
pribadi yang tidak akan hilang begitu saja. Maka para ahli merumuskan : hasil
belajar secara relatif bersifat konstan dan berbekas. Dikatakan “secara relatif”,
karena ada kemungkinan suatu hasil belajar ditiadakan atau dihapus dan diganti
9
seorang anak yang telah belajar merasa senang bila menyiksa seekor anjing
dengan menarik-narik ekornya. Tindakan anak tersebut tidak tepat. Sikap tersebut
akan cenderung bertahan terus, kecuali bila ada usaha dari pihak pendidik untuk
menggantikan sikap negatif tersebut dengan sikap sayang terhadap binatang
peliharaan. Perubahan semacam itu mungkin saja diusahakan, biarpun dalam
kenyataan cukup sukar. Kalau berhasil, berarti sikap yang lama ditiadakan atau
dihapus dan diganti dengan sikap yang baru, melalui suatu proses belajar yang
baru; hasil yang baru itu kemudian menetap dan menjadi milik pribadi anak itu.
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar.
Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat
diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Bahkan, hasil
belajar orang itu tidak langsung dapat terlihat, tanpa orang itu melakukan sesuatu
yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Maka,
berdasarkan perilaku yang disaksikan dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang
telah belajar. Sikap adalah kemampuan internal yang bersifat mental/psikis.
Karena itu, tidak mungkin mengetahui secara pasti apakah kemampuan internal
itu ada, kecuali bila orang bertindak/berbicara.
Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan; dalam bergaul dengan
orang, dalam memegang benda dan dalam menghadapi peristiwa belajar. Namun,
tidak sembarang berada di tengah-tengah lingkungan, menjamin adanya proses
belajar. Orangnya harus aktif sendiri, melibatkan diri dengan segala pemikiran,
kemauan, dan perasaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “belajar” pada manusia boleh
dirumuskan sebagai berikut : “Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung
dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu
bersifat secara relatif konstan dan berbekas (Winkel;1987 : 34-36).
C. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara
anak sebagai pelajar dengan guru sebagai pengajar (Muhibin, 1995 : 239). Dalam
penelitian ini, anak diajak untuk memunculkan ide-ide yang terpendam dalam
kognitif anak, sehingga peneliti dan subyek yang diteliti dapat melakukan
pembelajaran secara bersama. Dengan kata lain, belajar dan mengajar tidak dapat
dipisahkan dan menjadi suatu kesatuan yang utuh. Belajar menunjuk pada apa
yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran (sasaran
didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan guru
sebagai pengajar (Sudjana, 1989, : 28). Sewaktu melakukan proses dalam
memunculkan suatu konsep dalam diri anak melalui permainan, dua konsep yaitu
belajar dan mengajar dapat menjadi suatu interaksi antara peneliti dan partisipan.
Belajar merupakan suatu perkembangan pemikiran dengan membuat
kerangka pengertian yang berbeda. Siswa harus punya pengalaman dengan
membuat hipotesis, mengetes hipotesis, memanipulasi obyek, memecahkan
11
refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan, dan lain-lain
untuk konstruksi yang baru (Suparno, 1997 : 62).
Bagi kaum konstruktivistik, mengajar bukanlah memindahkan
pengetahuan dari guru ke anak, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan
anak membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti berpartisipasi dengan
siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan,
bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi, mengajar menurut Bettencourt
adalah suatu belajar mandiri (Suparno, 1997 : 65).
Dalam proses pembelajaran, seorang pendidik hanya bersifat sebagai
fasilitator. Ketika siswa mendapatkan kesulitan selama menjalankan
pembelajaran, pendidik yang sebagai fasilitator dapat membantu siswa
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Tanggung jawab sepenuhnya
diberikan kepada siswa yang melakukan pembelajaran, bukan diberikan kepada
pendidik. Fungsi fasilitator dapat diuraikan sesuai dengan tugasnya, yaitu sebagai
berikut :
1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan anak bertanggung
jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.
2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang
keingintahuan anak dan membantu mereka untuk mengekspresikan
gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka serta menyediakan
sarana yang merangsang anak berpikir secara produktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran anak
berkembang atau tidak. Pendidik menunjukkan dan mempertanyakan apakah
pengetahuan anak berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik ketika siswa
mengalami stagnasi atau kemajuan dalam membangun gagasan-gagasan siswa
(Suparno, 2000 : 17-18):
a. Guru perlu belajar mengerti cara berpikir anak, sehingga dapat membantu
mereka lebih tepat.
b. Guru perlu membiarkan anak menemukan cara yang paling menyenangkan
dalam memecahkan persoalan.
c. Guru tidak mengajukan jawaban satu-satunya sebagai yang benar, terlebih
dalam persoalan yang berdasarkan suatu pengalaman.
d. Guru perlu menerima kesalahan anak, karena kesalahan adalah suatu bagian
dari konsruksi pengetahuan yang tidak bisa dihindarkan. Kesalahan dalam
sains kerapkali menunjukkan penalaran anak yang digunakan untuk
memecahkan persoalan. Guru perlu melihat kesalahan sebagai sumber
informasi tentang penalaran anak.
e. Guru konstruktivistik dituntut menguasai bahan yang luas dan mendalam.
Pengetahuan yang luas dan mendalam akan memungkinkan seorang guru
menerima pandangan dan gagasan anak yang berbeda dan juga
memungkinkan untuk menunjukkan gagasan anak berkembang atau tidak.
Kecuali itu juga akan membantu guru untuk tidak hanya terpaku pada satu
13
f. Guru perlu mengerti konteks dari bahan yang diajarkan. Guru IPA kecuali
mengerti isi, juga mengerti konteks dan sejarah bahan tersebut. Pemahaman
historis ini akan meletakkan suatu pengetahuan dalam konteks yang mudah
dipahami, daripada terlepas begitu saja.
D. Konsep
Piaget mengungkapkan bahwa belajar merupakan proses perubahan
konsep (Suparno, 1997). Dalam melakukan proses pembelajaran, siswa
mengalami proses pembentukkan konsep sesuai dengan skema yang ada dalam
kognitif siswa. Skema dapat dipikirkan sebagai suatu konsep atau kategori. Skema
adalah suatu struktur mental seseorang di mana ia secara intelektual beradaptsi
dengan lingkungan sekitarnya (Suparno, 2002 : 21). Melalui kontak dengan
pengalaman baru, skema dapat dikembangkan dan diubah (Suparno, 1997 : 33).
Dalam fisika konsep dapat berupa obyek, prinsip, hukum, dan teori.
Sedangkan konsep sendiri adalah gambaran mental seseorang tentang sesuatu
(Kartika Budi, 1987 : 234). Hasil aktivitas manusia baik fisik maupun psikis dapat
membentuk konsep sebagai gambaran mental seseorang. Sedangkan konsep
sendiri merupakan hasil akhir dari persepsi seorang individu. Hakikat atau ciri
khusus dapat diungkapkan untuk membedakan konsep yang satu dengan konsep
yang lain.
Konsep dapat dibedakan menjadi konsep spontan dan konsep ilmiah.
Pernyataan tersebut didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan Vygotsky
(Suparno, 1997 : 52). Konsep spontan diperoleh anak dari kehidupan sehari-hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan konsep ilmiah diperoleh dari pelajaran di sekolah. Kedua konsep tersebut
berlangsung secara berkesinambungan dan berjalan terus menerus. Segala hal
yang dipelajari anak di rumah akan berpengaruh di sekolah dan sebaliknya.
Konsep spontan tidak merupakan bagian yang berhubungan dengan pemikiran
secara logis. Sedangkan konsep ilmiah disajikan dalam suatu bagian dari sistem
logika.
Sesuai dengan tingkatannya, konsep digolongkan menjadi empat bagian
yaitu : konsep konkret, konsep generalisasi, konsep abstrak, dan konsep
sintesis-analisis (Kartika Budi, 1987, 236). Konsep konkret adalah konsep yang dibentuk
dari pengalaman langsung indera. Konsep konkret tersebut merupakan konsep
dasar dari pembentukan konsep-konsep lain yang lebih tinggi. Konsep
generalisasi adalah konsep yang disimpulkan dari pengalaman-pengalaman konkret melalui konsep-konsep nyata. Konsep konkret diperluas oleh konsep
generalisasi. Konsep abstrak adalah konsep yang terbentuk melalui
pengalaman-pengalaman konsep generalisasi. Konsep-konsep abstrak pada umumnya tersusun
atas beberapa konsep. Konsep yang demikian disebut konsep sintesis. Sebaliknya,
konsep yang merupakan bagian dari konsep sintesis dinamakan konsep analitis.
E. Perubahan Konsep Siswa
Inti belajar fisika adalah terjadinya perubahan konsep pada diri seseorang
yang sedang belajar. Proses belajar yang baik harus bisa membantu terjadinya
perubahan konsep pada diri siswa. Perubahan itu secara umum dapat terjadi dalam
15
tahu, (2). Pengembangan konsep seseorang dari belum sempurna atau belum
lengkap menjadi lebih lengkap, (3). Pembentukan konsep dari konsep yang tidak
tepat atau salah menjadi konsep yang benar atau yang sesuai dengan konsep yang
disepakati para ahli fisika. Dengan dua perubahan terakhir diatas, seseorang yang
belajar akan mempunyai pengetahuan fisika yang lebih lengkap dan benar
(Suparno, 2000).
Proses pembelajaran fisika yang benar haruslah bisa mengembangkan
perubahan konsep. Perubahan yang terbuka adalah perubahan dalam arti siswa
memperluas konsep dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari
belum sempurna menjadi lebih sempurna. Perubahan yang lainnya adalah
mengubah konsep yang salah menjadi benar atau sesuai dengan konsep para ahli
fisika.
1. Membantu proses perluasan konsep.
Ada beberapa cara membantu siswa menambah konsep atau pengetahuan
mereka tentang bahan fisika.
a. Memberikan informasi baru yang belum pernah diketahui siswa.
b. Siswa diberi bahan baru dan diajak untuk mempelajari sendiri bahan itu
sehingga konsepnya berubah. Disini diperlukan bantuan pengarahan dari
guru.
c. Siswa diberi kesempatan untuk mencari bahan-bahan baru yang telah
disediakan baik dari buku maupun sumber lain.
Pembelajaran untuk mengubah konsep diatas juga dapat
mengakibatkan bertambahnya salah konsep, maka guru perlu jeli mengamati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
apakah siswa dengan bertambahnya konsep baru juga bertambah salah
pengertian mereka. Bila hal ini terjadi maka guru perlu menggunakan model
pembelajaran yang dapat menghilangkan salah konsep sebagai salah satu
alternatif pembelajaran.
2. Membetulkan konsep yang salah.
Proses yang kedua, yaitu proses membetulkan konsep yang salah.
Perlu menggunakan strategi pembelajaran yang menyediakan pengamatan
bagi siswa. Suatu pengamatan yang hasilnya berlainan dengan konsep awal
siswa akan membuat siswa tertantang untuk memikirkan kembali konsep
awalnya. Dengan demikian siswa terbantu untuk mengubah konsep awal
mereka.
Percobaan ataupun pengalaman lapangan adalah cara yang baik untuk
mengkontraskan pengertian siswa dengan kenyataan. Percobaan dan
pengamatan dapat menghilangkan salah pengertian siswa (Suparno, 2000).
Perubahan konsep adalah proses yang sangat penting. Hal ini perlu
mendapat tekanan dari pihak guru. Meskipun proses perubahan konsep itu tidak
mudah, terlebih perubahan dari konsep yang salah menjadi konsep yang sesuai
dengan konsep ilmiah, tetapi bagi guru yang ingin memajukan siswanya tetap
perlu mengusahakan metode-metode yang secara efisien membantu perubahan
17
F. Pemahaman Konsep
Menurut Kartika Budi (1987 : 233), pemahaman merupakan salah satu
aspek kognitif dalam pelaksanaan kegiatan belajar. Aspek ini merupakan aspek
yang penting dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar karena menjadi aspek
yang menonjol atau yang paling ditonjolkan. Memahami dan mengerti dari apa
yang dipelajari menjadi sangat penting.
Indikator dan kriteria yang diperlukan seorang anak untuk memahami
suatu konsep adalah (Kartika Budi, 1992 : 113) :
1. Dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi dengan
menggunakan kalimat sendiri.
2. Dapat menjelaskan makna dari konsep yang berkaitan kepada orang lain.
3. Dapat menganalisis hubungan antarkonsep dalam suatu hukum.
4. Dapat menerapkan konsep untuk menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala
alam, untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara
praktis, memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada suatu
sistem jika kondisi tertentu terpenuhi atau tidak terpenuhi.
5. Dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat.
6. Dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang
berkaitan.
7. Dapat membedakan konsepsi yang salah dan dapat membuat peta konsep dari
konsep yang sedang dipelajari.
Yang digunakan dalam penelitian untuk mengungkap kriteria seorang anak dalam
memahami konsep adalah poin 1, 2, 4, 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengklasifikasian Bloom dari hasil belajar, secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Pemahaman termasuk dalam ranah kognitif karena berkaitan dengan hasil belajar
intelegensi, yaitu pengetahuan tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip, pemahaman
terhadap ide-ide dan fakta-fakta, penerapan fakta dan ide pada situasi yang baru,
analisa untuk memecahkan konsep sesuai bagian-bagiannya kemudian melihat
hubungannya, sintesa dalam mengumpulkan fakta-fakta dan ide-ide, evaluasi
untuk menentukan nilai dari fakta-fakta dan ide-ide (Iskandar, 1997 : 96).
Menurut Sudjana (1989 : 24), pemahaman dibedakan menjadi tiga kategori yaitu
tingkat terendah, tingkat kedua, dan tingkat tertinggi atau ketiga. Penggolongan
yang diungkapkan Sudjana sama seperti yang diungkapkan Bloom.
Belajar menghasilkan suatu perubahan pada siswa, perubahan yang berupa
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap. Perubahan itu merupakan hasil
dari usaha belajar yang tersimpan dalam ingatan (Winkel 1987 : 13).
Menurut Posner dkk (Suparno, 2005 : 87), dalam proses pembelajaran ada
dua proses yang analog dengan dua fase perubahan konsep. Kedua proses tersebut
yaitu proses yang disebut asimilasi dan akomodasi. Dalam asimilasi, siswa
menggunakan konsep-konsep yang sudah ada untuk menghadapi gejala baru
dengan suatu perubahan kecil yang berupa penyesuaian (Suparno, 2005).
Sedangkan dalam akomodasi (Suparno, 2005) berpendapat bahwa siswa harus
mengganti atau mengubah konsep-konsep pokok mereka yang lama karena tidak
cocok lagi dengan persoalan yang baru. Dalam akomodasi, siswa
19
siswa mempunyai konsep yang tidak cocok dengan konsep ilmiah.
Masing-masing siswa membawa struktur pengetahuan awal (skema) sebelum mereka
mengikuti pembelajaran yang berperan sebagai suatu filter dan fasilitator terhadap
ide-ide dan pengalaman-pengalaman yang baru. Skema dapat dikembangkan dan
diubah dalam proses asimilasi dan akomodasi melalui kontak dengan pengalaman
baru. Bila skema masih sesuai dengan pengalaman baru, maka skema hanya
dikembangkan melalui proses asimilasi. Sedangkan bila skema berlawanan
dengan pengalaman baru, maka skema diubah melalui proses akomodasi. Dengan
demikian skema seseorang selalu dikembangkan, diperbarui, bahkan diubah untuk
dapat memahami tantangan pemikiran dari luar (Suparno, 2005).
Dari proses adaptasi dengan asimilasi dan akomodasi, tampak jelas bagi
Piaget bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh seseorang secara terus menerus
dengan setiap kali mengembangkan atau mengubah skema yang dimilikinya
(Suparno, 2005). Namun dalam pembentukan pengetahuan tersebut diperlukan
tindakan/keaktifan seseorang terhadap lingkungannya. Ini hanya mungkin terjadi
bila seseorang bertindak terhadap lingkungannya, bergerak dalam ruang,
berinteraksi dengan objek, mengamati, meneliti, dan berpikir, maka ia
berasimilasi dan berakomodasi dengan alam (Suparno, 2005).
G. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode atau teknik yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi
komunikasi edukatif antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan berdaya guna (John D. Latuheru, 1988 : 14). Sesuatu bisa disebut sebagai
media pembelajaran jika dapat digunakan untuk menyampaikan pesan untuk
tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (1982 : 22), media pembelajaran mempunyai
ciri-ciri umum, yaitu :
1. Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal
dari kata “raga”, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar dan
dapat diamati melalui panca indera kita.
2. Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat dan
didengar.
3. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam
pengajaran antara guru dan siswa.
4. Media pendidikan adalah alat bantu mengajar, baik dalam kelas maupun di
luar kelas.
5. Media pendidikan merupakan suatu perantara (medium, media) dan digunakan
dalam rangka pembelajaran.
6. Media pendidikan mengandung aspek-aspek sebagai alat dan teknis yang
sangat erat hubungannya dengan metode mengajar.
Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan media pembelajaran adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam
rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa
21
Manfaat dari penggunaan media pembelajaran dalam suatu Kegiatan
Belajar Mengajar adalah (John D. Latuheru) : (1) media pembelajaran menarik
dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pembelajaran yang
disajikan, (2) media pembelajaran mengurangi bahkan dapat menghilangkan
adanya verbalisme, (3) media pembelajaran membantu memberikan pengalaman
belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain, (4) media pembelajaran dapat
membantu perkembangan pikiran anak didik secara teratur tentang hal yang
mereka alami, (5) media pembelajaran dapat menumbuhkan kemampuan berusaha
sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan, (6) media pembelajaran
mengatasi perbedaan pengalaman belajar berdasarkan latar belakang sosial
ekonomi dari anak didik.
H. Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Dalam penelitian ini subyek yang dipakai adalah siswa Sekolah Dasar
dengan alasan adalah bahwa siswa Sekolah Dasar adalah masa akhir dari
kanak-kanak dan masa sekolah dimulai. Masa seorang anak memasuki Sekolah Dasar
yang akan diperlihatkan adalah anak mulai belajar belajar dan bermain dengan
teman-teman dan lingkungannya. Dalam usia ini kecakapan untuk memperoleh
sesuatu yang baru dan kesiapan mempelajari lingkungannya mulai dibutuhkan.
Keserasian bersekolah dapat diungkapkan pada masa ini juga, karena pada masa
ini anak mudah dididik jika dibandingkan dengan masa sebelumnya (Nasution,
1993 : 43).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Masa keserasian sekolah dibagi menjadi dua tahap, yaitu masa kelas
rendah Sekolah Dasar dan masa kelas tinggi Sekolah Dasar. Berdasarkan
penelitian para ahli, ciri-ciri dari pembagian kelas tersebut sebagai berikut
(Nasution, 1993 : 44) :
1. Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar, kira-kira berumur 6 atau 7 tahun
sampai 9 atau 10 tahun.
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain : (1). Adanya korelasi
positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan
prestasi sekolah, (2). Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi
peraturan-peraturan permainan yang tradisional, (3). Adanya kecenderungan
memuji diri sendiri, (4). Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak
lain, jika hal itu dirasa menguntungkan untuk meremehkan anak lain, (5). Jika
tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal maka soal itu dianggapnya tidak
penting, (6). Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak menghindari
nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya pantas
diberi nilai baik atau tidak.
2. Masa-kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, kira-kira berumur 9 atau 10 tahun
sampai kira-kira berumur 12-13 tahun.
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain : (a). Adanya minat
terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan
adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang
praktis, (b). Anak realistik, ingin tahu dan ingin belajar, (c). Menjelang masa
23
Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa
lain untuk menyelesaikan tugasnya, setelah itu pada umumnya anak akan
menghadapi tugasnya dengan bebas dan berusaha mandiri, (e). Pada masa ini
anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat terhadap
prestasi sekolah, (f). Anak-anak pada masa ini tidak terikat pada aturan
tradisional dan mereka membuat aturan sendiri.
Dengan demikian, anak selalu mengalami perkembangan. Secara umum
perkembangan anak Sekolah Dasar meliputi : perkembangan fisik, perkembangan
emosi, perkembangan bahasa, perkembangan intelektual, dan perkembangan
kognitif. Perkembangan fisik sangat berhubungan dan mempengaruhi terhadap
apa yang dilakukan anak dan apa yang diarasakan anak. Siklus pertumbuhan fisik
anak berlangsung menurut irama. Pertumbuhan bagian-bagian tubuh mengikuti
hukum arah perkembangan pada masa anak (Nasution, 1993 : 63).
Gizi dan kesehatan (Hurlock, 1994 : 148) merupakan faktor penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam uraiannya dijelaskan bahwa
pertumbuhan anak yang kesehatan dan gizinya baik, cenderung lebih cepat
kognitifnya dibandingkan dengan anak yang kesehatan dan gizinya kurang
terpenuhi. Anak yang gizi dan perawatan kesehatan memadai maka
kecerdasannya akan berkembang.
Jenis-jenis emosi yang umum pada masa kanak-kanak adalah : takut,
cemas, marah, cemburu, kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, kasih sayang, dan
ingin tahu. Semakin anak bertambah usia, tingkat ketegangan emosi semakin
tinggi karena adanya faktor kebosanan. Menurut Nasution (1993 : 67), akibat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bosan adalah frustasi, sedangkan frustasi adalah perasaan ketidakberdayaan,
kekecewaan, ketidakmampuan, atau kecemasan yang kuat yang terjadi bila suatu
keinginan atau dorongan terhambat. Ketika seorang anak menginjak usia Sekolah
Dasar, dorongan atau keinginan dari anak dinyatakan dengan melihat keadaan
lingkungan sekitarnya.
Perkembangan dalam diri anak juga sudah mulai diperhatikan. Kesukaran
atau hambatan bahkan kegagalan dalam perkembangan bahasa anak sangat
berpengaruh terhadap penyesuaiannya (Nasution, 1993 : 60-61). Bahasa anak
berkembang karena ada dorongan dari dirinya ketika ingin menyatakan pendapat,
memerlukan informasi, keinginan untuk memerintah, dan ingin bergaul dengan
orang lain. Unsur penting yang berpengaruh dalam perkembangan bahasa adalah
belajar, penggunaan ingatan, penanaman kebiasaan dalam pendidikan, dan
pembelajaran.
I. Materi yang terkait dengan penelitian 1. Bunyi
Sumber Bunyi
Suatu benda dapat mengeluarkan bunyi bila dipukul, digesek, ditiup,
digoyang, dipetik, dan lain sebagainya. Misalnya recorder ditiup dapat
mengeluarkan bunyi, angklung digoyang juga dapat mengeluarkan bunyi.
25
Bunyi yang Dihasilkan Oleh Benda yang Bergetar
Berbagai macam bunyi yang bisa didengar dihasilkan oleh benda
yang bergetar. Pada saat benda bergetar, udara di sekeliling juga ikut bergetar.
Getaran yang dihasilkan ini akan merambat ke segala arah. Saat getaran
masuk ke telinga, otak manusia akan menerjemahkan bunyi yang dihasilkan
tersebut. Getaran lebih mudah dirasakan daripada diamati karena getaran
berlangsung sangat cepat. Banyaknya getaran yang terjadi dalam satu detik
disebut frekuensi. Satuan frekuensi adalah Hertz (Hz). Tidak semua bunyi
dapat didengar oleh telinga manusia. Pada umumnya, manusia biasa
mendengar bunyi dengan frekuensi antara 20 Hertz – 20.000 Hertz. Bunyi
dengan frekuensi kurang dari 20 Hertz yang tidak dapat didengar oleh manusia
disebut infrasonik. Manusia juga tidak dapat mendengar bunyi dengan
frekuensi lebih dari 20.000 Hertz, bunyi tersebut ultrasonik dan hanya dapat
didengar oleh kelelawar.
Perambatan Bunyi Pada Benda Padat, Cair, dan Gas (Udara) 1. Bunyi merambat melalui benda padat
Bunyi dapat merambat melalui benda padat misalnya kayu, benang, kawat,
pintu, dan dinding. Berdasarkan penelitian para ahli, bunyi yang merambat
melalui benda padat lebih cepat terdengar daripada melalui benda cair atau benda
gas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Bunyi merambat melalui benda cair
Bunyi dapat merambat melalui benda cair. Suatu hal yang bermanfaat bagi
manusia adalah dalam bidang kelautan. Manfaatnya adalah bagi penyelam dan
mencari kapal yang tenggelam di dasar laut.
3. Bunyi merambat melalui benda gas
Benda gas yang dimaksud adalah udara. Jika udara tidak ada, maka bunyi
tidak dapat merambat dan tidak dapat didengar. Gelombang bunyi merambat dari
sumber ke segala penjuru sehingga bunyi dapat terdengar dari berbagai arah.
Pemantulan dan Penyerapan Bunyi
Sebuah bola yang dilemparkan ke dinding yang keras mengalami
pemantulan. Demikian juga dengan bunyi. Bunyi juga dapat memantul.
Pemantulan bunyi terjadi apabila bunyi tersebut dalam perambatannya dihalangi
oleh permukaan yang keras. Berdasarkan jarak antara dinding pemantul dan
sumber bunyi, bunyi pantul dapat dibagi menjadi 3 kelompok :
a. Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli
Bunyi pantul dapat memperkuat bunyi asli. Hal ini terjadi jika jarak antara
sumber bunyi dan dinding pemantul sangat dekat. Akibatnya bunyi pantul yang
terdengar hampir bersamaan dengan bunyi asli misalnya pada saat kita berbicara
dalam ruang kosong dan tertutup.
b. Gaung
Gaung disebut juga kerdam yang terjadi jika jarak antara sumber bunyi
27
sebagian bersamaan dengan bunyi asli sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas.
Contohnya adalah pada saat berada dalam gedung bioskop, gedung pertemuan
atau ruangan yang besar.
c. Gema
Gema terjadi jika jarak antara sumber bunyi dan dinding pemantul sangat
jauh, misalnya jika kita berteriak di lereng gunung atau gua. Pada saat terjadi
gema, bunyi pantul akan jelas terdengar setelah bunyi asli selesai diucapkan. Jadi
antarbunyi asli dengan bunyi pantul pantul tidak bercampur.
Bunyi dapat diserap oleh benda yang memilliki permukaan lunak.
Benda-benda yang dapat menyerap bunyi disebut peredam bunyi. Contohnya : kain,
kertas, busa, karet, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut digunakan untuk
menghilangkan gaung yang terjadi dalam ruang yang besar.
Perambatan Bunyi
Gelombang bunyi adalah gelombang mekanis longitudinal. Gelombang
bunyi dapat dijalarkan di dalam benda padat, benda cair, dan gas. Partikel-partikel
bahan yang mentransmisikan sebuah gelombang seperti itu berosilasi di dalam
arah penjalaran gelombang itu sendiri. Ada suatu jangkauan frekuensi yang besar
dimana dapat dihasilkan gelombang mekanis longitudinal, dan gelombang bunyi
adalah dibatasi oleh jangkauan frekuensi yang dapat merangsang telinga dan otak
manusia kepada sensasi pendengaran. Jangkauan ini adalah dari kira-kira 20
siklus/detik (atau 20 Hz) sampai kira-kira 20.000 Hz dan dinamakan jangkauan
suara yang dapat didengar (audible range). Sebuah gelombang mekanis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
longitudinal yang frekuensinya berada di bawah jangkauan yang terdengar
tersebut sehingga dinamakan sebuah gelombang infrasonik (infrasonic wave), dan
gelombang yang frekuensinya berada di atas jangkauan yang terdengar dinamakan
gelombang untrasonik (untrasonic wave).
Gelombang bunyi juga memenuhi hukum pemantulan sebagai berikut :
Gambar 1. Pemantulan bunyi
2. Tegangan Permukaan
Gambar 2. Bola gelembung
Tegangan permukaan merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk
menegang sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastik.
Sebagai contoh, jarum dapat diapungkan di permukaan air walaupun massa
29
talas yang membentuk kelompok-kelompok, seperti yang terlihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 3. Air pada permukaan daun talas dan piring
Satuan SI untuk tegangan permukaan adalah N/m atau N m-1.
Tekanan gaya yang bekerja tegak lurus pada suatu bidang dibagi dengan luas bidang itu.
⇒
Tekanan tidak memiliki arah tertentu seperti gaya sehingga tekanan termasuk
besaran skalar. Satuan SI untuk tekanan adalah pascal (disingkat Pa).
Bagaimana gelembung sabun bisa terbentuk ?
Gelembung-gelembung sabun terbentuk karena ada suatu gaya tarik
menarik yang disebut tegangan permukaan yang menarik molekul-molekul air
sekuat mungkin untuk membentuk kelompok-kelompok.
Mengapa gelembung sabun berbentuk bulat ?
Dari berbagai macam bentuk kerangka kawat (alat pembuat gelembung)
seperti pada gambar berikut, gelembung-gelembung yang dihasilkan tetap
berbentuk bulat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4. Pembentuk gelembung
Di antara semua bentuk yang mungkin, misalnya : kubus, piramida,
bongkahan tak beraturan, bola memiliki luas sebelah luar yang paling kecil.
Segera setelah sebuah gelembung terlepas dari pipa tiup atau dari salah satu
peralatan yang lebih modern, tegangan permukaan membuat lapisan tipis air
sabun mencari luas permukaan yang sekecil mungkin. Maka terjadilah sebuah
bola.
Bilamana gelembung sabun bisa mengecil atau membesar ?
Andai kata secara tidak sengaja gelembung sabun memerangkap udara di
dalamnya, maka air sabun akan terus menyusut membentuk sebuah titik bola
padat, seperti yang terjadi pada air hujan.
Udara di dalam mendorong ke arah luar, menahan selaput air. Semua gas
memberikan tekanan kepada wadah penyimpanan mereka karena mereka terdiri
atas molekul-molekul terbang bebas yang terus membentur apa pun yang
menghalangi. Dalam sebuah gelembung, gaya-gaya tegangan permukaan ke arah
31
oleh udara dari dalam. Jika ada perbedaan sedikit saja, gelembung entah akan
mengecil atau mengembang sampai keduanya sama besar.
Bagaimana gelembung sabun bisa meletus ?
Bila gelembung mengenai benda lain, kemungkinan besar gelembung itu
akan meletus karena selaput air yang tipis. Tetapi bisa jadi gelembung akan
menempel pada benda lain. Hal ini bisa terjadi apabila saat mengenai benda lain,
gelembung mendarat perlahan dan selaput air masih memiliki cadangan air
sehingga gelembung yang terbentuk memiliki elastisitas yang tinggi.
Gambar 5. Udara yang ditiup dalam gelembung
Cobalah meniupkan udara lebih banyak untuk membuat gelembung lebih
besar. Itu sama dengan menambah tekanan udara di sebelah dalam. Yang dapat
diperbuat oleh selaput air untuk mengimbangi kenaikan tekanan ke luar adalah
memperluas permukaannya. Ini menyebabkan bertambah besarnya gaya-gaya
tegangan permukaan ke arah dalam. Maka gelembung secara serentak
memperbesar ukurannya. Namun dalam proses tersebut selaput air semakin tipis,
pasalnya persediaan air memang terbatas. Apabila udara terus ditambahkan ke
dalamnya, akhirnya selaput tadi tidak memiliki cadangan air lagi untuk
memperluas permukaan. Akibatnya mudah ditebak : Gelembung itu akan meletus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mengapa air tanpa sabun tidak bisa membentuk gelembung sedangkan air sabun bisa ?
Air hanya bisa membentuk buih-buih saat mengucur dari kran atau
tertuang ke dalam satu wadah. Air memiliki tegangan permukaan yang lebih
tinggi daripada air sabun. Hal ini bisa dibuktikan dengan cara meletakkan jarum di
atas permukaan air, setelah air ditaburi sabun maka jarum akan tenggelam.
Ketika sabun ditambahkan pada air, ion-ion sodium di dalam sabun akan
meluruh. Muatan negatifnya membentuk rantai micelles. Rantai ini juga melapisi
permukaan molekul air dan mengakibatkan berkurangnya tegangan permukaan
air. Maka permukaan air menjadi lebih fleksibel sehingga saat air sabun ditiup
bisa membentuk gelembung.
3. Putaran Keseimbangan
Gambar 6. Permainan putaran keseimbangan 1
Gerak melingkar dari benda tegar seperti putaran keseimbangan memiliki
kesamaan dengan : rotasi bumi, gerak memutar pada pemain ski es, dan
33
menjelaskan apa yang terjadi dalam gerak melingkar, sama halnya pada gerak
lurus, di mana sebuah benda bergerak dari satu titik ke titik lainnya.
Apakah Gerak Melingkar itu?
Seorang anak mulai memutar putaran keseimbangan dengan berpegangan
pada tepi pipa besi saat berdiri di samping pipa tersebut. Anak itu mulai
mendorong putaran keseimbangan, mempercepat gerakannya, sampai akhirnya ia
berlari dan putaran keseimbangan berputar cukup cepat.
Gambar 7. Permainan putaran keseimbangan 2
Perpindahan Rotasi dan Kecepatan Rotasi
Bagaimana kita akan mengukur seberapa cepat putaran keseimbangan
berputar? Jika kita berdiri di salah satu sisi dan mengamati anak melewati posisi
kita, kita bisa menghitung berapa kali anak berputar pada waktu yang telah kita
tetapkan. Jumlah putaran dibagi dengan waktu dalam menit menghasilkan
kecepatan putar rata-rata yang disebut dengan ”rotation per minute” (rpm), satuan
yang umum digunakan untuk menjelaskan rata-rata putaran motor, baling-baling
kapal dan putaran benda lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jika kita katakan bahwa putaran keseimbangan berputar pada waktu 15
rpm, kita telah menjelaskan seberapa cepat sebuah benda berputar. Waktu tersebut
bisa dianalogikan dengan kecepatan, kuantitas yang digunakan untuk menjelaskan
seberapa cepat sebuah benda bergerak dalam gerak lurus.
Dalam mengukur kecepatan rotasi putaran keseimbangan, kita
menjelaskan seberapa jauh putaran keseimbangan melingkar dalam putaran atau
peredaran. Kira-kira sebuah objek bergerak melingkar lebih lambat dari satu
putaran penuh. Kemudian kita bisa menggunakan pecahan dari putaran untuk
menjelaskan seberapa jauh putaran keseimbangan telah melingkar, tetapi bisa juga
menggunakan sebuah sudut yang diukur dalam derajat. Bila sudah 360 derajat
dalam satu putaran penuh atau lingkaran, putaran-putaran bisa diubah ke derajat
dengan mengalikan 360°/putaran.
Perpindahan rotasi dapat disamakan dengan jarak tempuh sebuah objek
pada gerak lurus. Bila memasukkan arah perjalanan, jarak tersebut disebut
perpindahan linear.
Simbol-simbol yang digunakan untuk menjelaskan kuantitas putaran,
kebanyakan diambil dari abjad Yunani. Huruf Yunani digunakan untuk
menghindari kebingungan dengan lambang kuantitas yang biasanya ditulis dengan
abjad Roma. Huruf Yunani theta (θ) sering digunakan untuk melambangkan sudut
(perpindahan rotasi), dan huruf Yunani omega (ω) digunakan untuk
35
Kuantitas yang baru saja dibahas digunakan untuk menjelaskan gerak
benda semacam putaran keseimbangan, dapat dibuat ringkasannya sebagai berikut
: Perpindahan rotasi θ adalah sebuah sudut yang menunjukkan sejauh mana
sebuah objek telah berotasi dan kecepatan rotasi ω adalah perubahan rata-rata atau
perpindahan rotasi. Dalam menjelaskan kecepatan rotasi, kita sering
menggunakan salah satu dari putaran-putaran atau radian-radian saat mengukur
perpindahan rotasi. Derajat pada umumnya jarang digunakan.
Apakah Percepatan Rotasi itu?
Dalam penjelasan sederhana pada anak yang mendorong putaran
keseimbangan, pada dasarnya gerak rotasi meningkat saat anak memutarnya dari
samping. Hal ini mengakibatkan peningkatan pada kecepatan rotasi, yang terkait
dengan konsep percepatan rotasi. Huruf Yunani alpha (α) adalah simbol yang
digunakan untuk percepatan rotasi. Alpha adalah huruf pertama pada abjad
Yunani dan identik dengan huruf a yang digunakan untuk melambangkan
percepatan linear.
Bagaimana kecepatan linear dan kecepatan rotasi direlasikan?
Gambar 8. Putaran keseimbangan dengan jari-jari berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar di atas menunjukkan dua buah lingkaran pada putaran
keseimbangan dengan jari-jari berbeda yang mewakili perbedaan posisi pemain.
Pemain yang berada pada jarak yang lebih jauh dari pusat lingkaran, menempuh
jarak yang lebih jauh dalam satu putaran dibandingkan dengan pemain yang dekat
dengan pusat, karena keliling lingkarannya lebih besar. Pemain yang berada di
tepi bergerak dengan kelajuan linear yang lebih besar daripada pemain yang
berada di dekat pusat lingkaran. Lebih jauh pemain berada dari pusat lingkaran,
maka akan lebih jauh pula perjalanan yang ditempuh dalam satu putaran, dan
lebih cepat ia bergerak. Keliling lingkaran di mana pemain melintas mengalami
peningkatan pada bagian jari-jari lingkaran, yang merupakan jarak pemain dari
pusat lingkaran.
Pada dasarnya, permainan putaran keseimbangan atau pada benda lain
yang berputar akan mempengaruhi seberapa cepat satu titik pada benda yang
berputar akan bergerak, dengan kata lain hal ini disebut kelajuan linear. Kelajuan
linear akan bergantung pada jarak dari poros rotasi. Saat bermain, seorang anak
yang berada di tepi akan mendapatkan guncangan yang lebih besar daripada anak
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian yang mendalami
suatu kasus pada satu individu atau sekelompok individu. Hasil penelitian ini
hanya terbatas pada siswa-siswa yang diteliti saja.
B. Partisipan
Partisipan dari penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar Kanisius
Wirobrajan. Partisipan berjumlah 3 orang. Pengambilan partisipan diambil secara
acak, hanya mempertimbangkan faktor teknis seperti tempat tinggal yang saling
berdekatan antara ketiga partisipan dan jarak rumah dengan lokasi penelitian yang
tidak jauh.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih siswa kelas 5 Sekolah Dasar dengan
alasan bahwa kelas 5 adalah masa kelas tinggi yang mempunyai sifat khas untuk
mulai bisa diajak berpikir kritis terhadap fenomena kehidupan sehari-hari yang
konkret, dorongan ingin tahu dan ingin belajar, ada minat terhadap sesuatu hal,
dapat menghadapi tugasnya dengan bebas dan berusaha mandiri, dan tidak terikat
pada aturan tradisional dan cenderung membuat aturan sendiri. Pemilihan materi
untuk penelitian dipilih berdasarkan permainan-permainan yang ada di Taman
pintar. Konsep yang dibangun oleh partisipan dapat diamati secara langsung
dengan bantuan media permainan yang ada di Taman Pintar.
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Waktu Dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei-Juni 2007.
2. Tempat
Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Wirobrajan, Yogyakarta dan di Taman
Pintar, Jalan Panembahan Senopati, Yogyakarta.
D. Metode Pengumpulan Data D.1. Data
1. Konsep awal
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini
diperlukan data tentang konsep awal siswa. Konsep awal yang dimiliki siswa
sebelum penelitian ini dilakukan sangat mendukung untuk siswa dalam
melakukan proses-proses selanjutnya dalam penelitian. Konsep awal tersebut
diungkapkan melalui instrumen pertama yang digunakan dalam penelitian
yaitu pretes.
2. Proses Pembangunan Konsep
Proses pembangunan konsep menjadi data kedua yang dipakai peneliti
untuk penelitian. Dalam proses pembangunan konsep ini, siswa diajak untuk
mendalami konsep-konsep yang berkaitan dengan materi penelitian d