MANFAAT EKSTRAKURIKULER DRAMA
TERHADAP PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA MENURUT PENDAPAT PESERTA EKSTRAKURIKULER DRAMA
SMA SWASTA SEKOTAMADYA YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh:
Natalia Dessy Wulaningrum
NIM : 031224003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
Karya ini aku persembahkan untuk
Ibukku,
Puji syukur tak terhingga penulis panjatkan kepada Allah Yang Esa karea
berkat bimbingan serta penyertaan-Nya, penulis akhirnya mampu menyelesaikan
skripsi ini. Penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan banyak pihak. Karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. Drs. J. Prapta Diharja S.J., M.Hum. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah yang telah memberikan
dukungan atas terselesaikannya skripsi ini.
2. Drs. P. Hariyanto, selaku dosen pembimbing tunggal yang dengan tangan
terbuka selalu menemani proses penulisan skripsi ini. Segala saran dan
kritik menjadi semangat terbesar bagi penulis untuk selalu menjadi lebih
baik lagi.
3. Drs. Nur Iswantara, M.Hum., selaku dosen pembimbing spiritual, yang telah meminjamkan puluhan bukunya untuk penulis. Pengetahuan dari
bapak merupakan inspirasi tersendiri bagi penulisan skripsi ini.
4. L. Rishe Purnama Dewi, S.Pd, selaku sekretaris prodi PBSID, yang telah
meminjamkan laptop dan viewer, untuk presentasi skripsi penulis.
5. F.X Sudadi, selaku karyawan secretariat prodi PBSID yang telah
membantu penulis dalam mepersiapkan administrasi prodi.
tangisan anaknya, meskipun dari mimpi saja.
7. Ibu, C.H. Nuryanti, yang selalu mengajarkan arti perjuangan hidup
kepada anak-anaknya, termasuk penulis. Yang telah mengalirkan doanya,
sehingga penulisan skripsi ini menjadi lancar.
8. Kakakku : Mbak Diah dan Mas Bowo, yang selalu memberikan dukungan
terbaiknya, demi terselesaikannya skripsi ini.
9. Keponakanku : Darren-Dustin-Cempluk, yang selalu memberikan
keceriaan saat penulis menyusun skripsi ini.
10. Andhi Mahatma, atas pinjaman komputer, printer dan doanya. Penulisan
skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukunganmu.
11. Temanku, Pepen Dega Praditya, Esti Wahyuningtyas Utami, Angelina
Moccacino, yang telah memberikan cahaya dan warna dalam menjalani
proses hidup penulis, termasuk saat penulis menyusun skripsi ini.
12. Seluruh peserta ekstrakurikuler drama, guru bahasa Indonesia, guru
pengajar drama dari SMA Muhammadiyah 2, SMA Muhammadiyah 3,
SMA, Muhammadiyah 4, SMA Bopkri 2, SMA Stella Duce 2, SMA
Taman Madya Jetis, dan SMA Taman Madya IP, atas bantuan
data-datanya.
13. Teman-teman Prodi PBSID, Angkatan 2003, yang sempat mengisi hari
bersama. Buat Mufli, MM, Eva, Pipin terimakasih atas bantuannya dalam
melakukan penyusunan skripsi ini.
berdoa dan mendukung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Dengan segenap kerendahan hati, penulis harapkan, karya sederhana ini dapat
membuka mata, bahwa drama memiliki banyak aspek, yang dapat digunakan untuk
menunjang pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, bahkan banyak hal lainnya.
Penulis juga membuka diri untuk saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini, semoga
skripsi ini memberi manfaat bagi banyak pihak.
Yogyakarta, 10 Oktober 2007
Natalia Dessy Wulaningrum
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... ix
ABSTRAK ... xiii
ABSTRAC... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat penelitian... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian... 6
F. Batasan Istilah ... 6
BAB II. LANDASAN TEORI ... 9
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 9
B. Drama... 11
D. Ekstrakurikuler Drama di SMA ... 15
E. Manfaat Ekstrakurikuler Drama terhadap Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19
A. Jenis Penelitian ... 19
B. Data dan Sumber Data ... 20
1. Data ... 20
2. Sumber Data... 21
C. Teknik Pengumpulan Data... 21
1. Kuesioner ... 22
2. Pengamatan atau Observasi... 23
3. Wawancara... 25
D. Instrumen Pengumpulan Data ... 25
E. Teknik Analisis Data... 26
F. Pengecekan Keabsahan Temuan ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 29
A. Deskripsi Data ... 29
1. Karakteristik SMA Taman Madya Jetis... 29
a. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA TM Jetis 30
b. Ekstrakurikuler Drama di SMA Taman Madya Jetis... 30
c. Pendapat Peserta Ekstrakurikuler Drama SMA TM Jetis .. 31
2. Karakteristik SMA Taman Madya IP ... 39
b. Ekstrakurikuler Drama di SMA Taman Madya IP ... 40
c. Pendapat Peserta Ekstrakurikuler Drama di SMA TM IP.. 40
3. Karakteristik SMA Stella Duce 2... 43
a. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA SD 2 ... 43
b. Ekstrakurikuler Drama di SMA Stella Duce 2... 44
c. Pendapat Peserta Ekstrakurikuler Drama di SMA SD 2 .... 44
4. Karakteristik SMA Muhammadiyah 2 ... 54
a. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Muh. 2 . 54
b. Ekstrakurikuler Drama di SMA Muhammadiyah. 2 ... 55
c. Pendapat Peserta Ekstrakurikuler Drama SMA Muh. 2 . 55
5. Karakteristik SMA Muhammadiyah 3 ... 67
a. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Muh. 3 .... 67
b. Ekstrakurikuler Drama di SMA Muhammadiyah 3 ... 68
c. Pendapat Peserta Ekstrakurikuler Drama SMA Muh. 3.... 68
6. Karakteristik SMA Muhammadiyah 4 ... 79
a. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Muh. 4 .... 79
b. Ekstrakurikuler Drama di SMA Muhammadiyah 4 ... 79
c. Pendapat Peserta Ekstrakurikuler Drama SMA Muh. 4... 80
7. Karakteristik SMA Bopkri 2 ... 91
a. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Bopkri 2.. 91
b. Ekstrakurikuler Drama di SMA Bopkri 2 ... 91
c. Pendapat Peserta Ekstrakurikuler Drama SMA Bopkri 2 .. 92
1. Hasil Kuesioner... 96
2. Hasil Observasi ... 108
3. Hasil Wawancara ... 110
C. Hasil Penelitian ... 112
D. Pembahasan... 116
BAB V PENUTUP... 118
A. Kesimpulan ... 118
B. Implikasi... 121
C. Saran... 121
DAFTAR PUSTAKA ... 125
BIODATA ... 128
LAMPIRAN... 129
Wulaningrum, Natalia Dessy. 2007. Manfaat Ekstrakurikuler Drama terhadap Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menurut Pendapat Peserta
Ekstrakurikuler Drama SMA Swasta Sekotamadya Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta : Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Skripsi ini merupakan penelitian kualitatif. Ada empat alas an mengapa penelitian ini dibuat. Pertama, kegiatan ekstrakurikuler drama merupakan bagian penting dari penunjang pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kedua kegiatan ektrakurikuler drama dapat membantu guru Bahasa dan Sastra Indonesia untuk menyampaikan materi-materi pelajaran drama. Ketiga, keprihatinan penulis terhadap minimya sekolah yang memiliki kegiatan ekstrakurikuler drama, dan keempat, penulis memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian ini.
SMA Swasta yang memiliki ekstrakurikuler drama adalah SMA Muhammadiyah 2, SMA Muhammadiyah 3, SMA Muhammadiya 4, SMA Bopkri 2, SMA Stella Duce 2, SMA Taman Madya Jetis, dan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Jumlah peserta ekstrakurikuler drama adalah 71 siswa. Mayoritas peserta drama mengikuti ekstrakurikuler ini karena ingin melatih kepercayaan diri (51 siswa), semua berpendapat bahwa ada materi pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, yang penguasaan ilmunya, didukung dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler drama. Mayoritas pendapat yang dikeluarkan untuk setiap aspek kebahasaan adalah: aspek mendengar, yakni memahami pementasan drama (41 siswa), aspek membaca, yakni mengungkapkan secara lisan informasi hasil membaca dan wawancara (29 siswa), aspek berbicara, yakni memerankan tokoh dalam pementasan drama (37 siswa), dan dalam aspek menulis, yakni menulis naskah drama (37 siswa). Nilai rapor pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, peserta ekstrakurikuler drama cukup baik, yakni nilai tujuh (33 siswa) dan nilai delapan (26 siswa).
Hasil penelitian ini adalah ekstrakurikuler drama memiliki manfaat terhadap empat aspek kebahasaan dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain itu, ekstrakurikuler drama juga bermanfaat dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa untuk mengekspresikan dirinya baik secara lisan maupun tulisan. Penelitian ini mampu menepis anggapan bahwa ekstrakurikuler drama menghasilkan output yang tidak baik, sehingga dinas pendidikan, pihak sekolah dan guru Bahasa dan Sastra Indonesia tidak perlu ragu untuk mempertahankan dan mengembangkan ekstrakurikuler drama.
Wulaningrum, Natalia Dessy. 2007. The Advantages of Drama Extracurricular Towards Indonesian Language and Literature Subject According to the Participants of Drama Extracurricular at Private Senior High schools in Yogyakarta Municipality. Skripsi. PBSID. FKIP. Yogyakarta. USD.
The backgrounds of this qualitative result are (1) drama extracurricular activity is an important part which supports Indonesian Language and Literature Subject, (2) drama extracurricular activity can help the teacher of Indonesian Language and Literature Subject to deliver drama materials which are impossible to be carried out in classroom activity, (3) the researcher concern towards the least of schools which have drama extracurricular, and (4) the researcher is capable of carrying out this study because of the skill that she obtained during her study at FKIP, PBSID. Private Senior High Schools which have drama extracurricular activity are SMA Muhammadiyah 2, SMA Muhammadiyah 3, SMA MUhammadiyah 4, SMA Bopkri 2, SMA Stella Duce 2, SMA Taman Madya Jetis, dan SMA Taman Madya IP.
The number of drama extracurricular activity is 71. The motivation of the majority is that they want to train their confidence (51 students). All of them say that drama extracurricular activity supports the mastery of some Indonesian Language and Literature materials. The majority say that it support some language aspects. The aspect are listening- understanding drama show (41 students), reading- orally express the information as a result of reading and interviewing (29 students), speaking playing the role of a character in drama show (37 students), writing- writing drama script (37 students). The role of drama extracurricular activity which can support the achievement on Indonesian Language and Literature Subject is proven by their mark in semester 1 which is good in majority, i.e. seven (33 students) and eight ( 26 students).
The result of this research is the drama extracurricular has benefits toward the fourth aspects of languages in Indonesian lesson. The fourth aspects are reading aspects, writing aspects, writing aspects and listening aspects. Besides the drama extracurricular also functions to grow the students self confidence to express themselves orally or even in written. This research is able to contrast the perspective in which the drama extracurricular is able to product a bad output, so the education department, schools, and Indonesian Language and Literature teachers do not have to doubt to defence and develop the drama extracurricular.
TABEL I. Waktu Pengenalan Drama... 96
TABEL II. Motivasi Peserta Ekstrakurikuler Drama ... 97
TABEL III. Waktu Mengikuti Ekstrakurikuler Drama... 98
TABEL IV. Perasaan Siswa dalam Mengikuti Ekstrakurikuler Drama... 99
TABEL V. Alasan Siswa Menyenangi Ekstrakurikuler Drama ... 100
TABEL VI. Alasan Siswa Tidak Menyenangi Ekstrakurikuler Drama ... 101
TABEL VII. Pengalaman Pementasan Drama... 102
TABEL VIII. Peranan Ekstrakurikuler Drama ... 103
TABEL IX. Manfaat Ekstrakurikuler Drama (Aspek Mendengar) ... 104
TABEL X. Manfaat Ekstrakurikuler Drama (Aspek Membaca) ... 105
TABEL XI. Manfaat Ekstrakurikuler Drama (Aspek Berbicara) ... 106
TABEL XI. Manfaat Ekstrakurikuler Drama (Aspek Menulis)... 107
TABEL XII. Nilai Rapor Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ... 108
LAMPIRAN I. Surat Keterangan Izin Penelitian ... 129
LAMPIRAN II. Kuesioner Penelitian... 139
LAMPIRAN III. Rekapitulasi Wawancara ... 154
LAMPIRAN IV. Rekapitulasi Observasi... 161
LAMPIRAN V. Dokumentasi Foto Ekstrakurikuler Drama... 163
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mengungkapkan bahwa bahasa
memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, social, dan emosional
peserta didik dan menunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum, www.puskur.net: 2006).
Tujuan pembelajaran ini untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kurikulum, www.puskur.net: 2006).
Pada dasarnya, pengajaran sastra dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis,
yakni pengajaran puisi, prosa, dan drama. Drama sendiri adalah bentuk sastra
yang dapat merangsang gairah dan mengasyikkan para pemain dan penonton.
Tokoh-tokoh pendidikan melihat bentuk sastra ini sebagai suatu wadah bagi
generasi muda yang perlu dipahami dengan benar. Dengan menghayati berbagai
macam peran, para pemuda akan memiliki wawasan yang lebih luas tentang hidup
dan kehidupan yang dihadapinya (Moody, 1988:40).
Menurut Ki Hadjar Dewantara, drama merupakan alat pendidikan yang
amat baik. Di dalam drama terdapat dasar-dasar pendidikan yang bersifat
mengajarkan kemasyarakatan). Pengajaran drama juga membantu
bermacam-macam kepandaian dan pengetahuan, seperti kesusastraan, bercakap dengan
irama, menyesuaikan kata dengan pikiran, perasaan, kemauan serta kemampuan.
Bahkan, dalam pengajaran drama dapat juga dimasukkan unsur tari dan suara, asal
tidak bertentangan dengan isi cerita. Dengan demikian drama dapat dijadikan alat
pendidikan yang mencakup hampir keseluruhan kebutuhan pendidikan (Brahim,
1968:4 ).
Berdasarkan penelitian Yus Rusyana, disimpulkan bahwa minat siswa
dalam membaca karya sastra yang terbanyak adalah prosa, menyusul puisi, baru
kemudian drama. Perbandingannya adalah 6:3:1. Hal tersebut disebabkan karena
penghayatan naskah drama lebih sulit daripada penghayatan naskah prosa dan
puisi (Waluyo, 2001:2). Berbeda lagi dengan keadaan yang dialami oleh guru
Bahasa Indonesia, melalui penelitian yang dilakukan oleh FKIP Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, didapatkan hasil yang cukup mengejutkan, dari
kuesioner yang diberikan kepada 42 orang guru SD, 39 % menyatakan tidak
menyukai mengajar materi drama, 42 % belum atau tidak mengajarkan materi
drama, dan hanya 19 % yang sudah mau mengajarkan materi drama, itupun
dengan cara seadanya, dengan alasan tidak menguasai teknik bermain drama
(Rahmanto, 2003:194). Akibatnya, guru cenderung memilih materi yang akan
diberikan kepada murid. Biasanya yang menjadi pertimbangan adalah pokok
bahasan apa yang sering muncul dalam ujian akhir atau pokok bahasan apa yang
semua pokok bahasan secara sepintas, dengan risiko siswa kurang memahami
pokok bahasan yang diberikan. Dalam situasi seperti itulah tampaknya kegiatan
ekstrakurikuler perlu dihadirkan (Widjayanto, 2007:5).
Melalui ulasan di atas, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian
mengenai manfaat ekstrakurikuler drama terhadap pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia menurut pendapat peserta ekstrakurikuler drama SMA Swasta
Se-Kotamadya Yogyakarta. Peneliti berkeinginan untuk mencari informasi mengenai
manfaat ekstrakurikuler drama dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
menurut pendapat peserta ekstrakurikuler drama karena: pertama, menurut Tirto
Suwondo (2003:iv) drama dianggap sebagai jenis karya sastra yang sulit
dipelajari, sehingga sering dianaktirikan. Kesulitannya terletak pada teknik
penulisannya, pemeranannya dan produksinya. Hal-hal seperti itulah yang sering
menjadi kendala dalam pengembangan apresiasi drama di sekolah, karena tidak
semua guru Bahasa Indonesia menguasainya. Melalui ungkapan Tirto Suwondo
tersebut, peneliti beranggapan bahwa kegiatan ekstrakurikuler drama merupakan
bagian penting dari penunjang pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Kedua, kegiatan ektrakurikuler drama dapat membantu guru Bahasa dan Sastra Indonesia untuk menyampaikan materi-materi pelajaran drama yang dari
segi waktu dan kemampuan tidak dapat disampaikan saat kegiatan
belajar-mengajar di kelas. Ketiga, keprihatinan peneliti terhadap sedikitnya sekolah yang
memiliki kegiatan ekstrakurikuler drama. Menurut Bapak Suwandi, KABID
memiliki ekstrakurikuler drama berjumlah 12 sekolah, namun pada tahun 2007,
SMA Swasta yang memiliki ekstrakurikuler berjumlah tujuh sekolah (wawancara,
12 Juni 2007). Beberapa sekolah mengatakan bahwa ekstrakurikuler drama
menghasilkan siswa-siswa yang urakan (Sunarta, 2007:4), disamping dari segi
minimnya siswa yang tertarik mengikuti ekstrakurikuler drama, minimnya tenaga
pengajar drama dan dari segi pendanaan. Keempat, peneliti memiliki kemampuan
untuk melakukan penelitian ini, karena bekal ilmu yang peneliti dapatkan selama
menjadi mahasiswa FKIP, PBSID seperti mata kuliah drama, mata kuliah
kurikulum dan buku teks, dan mata kuliah penelitian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah yang akan
dipecahkan dalam penelitian ini adalah ”Bagaimanakah manfaat
ekstrakurikuler drama terhadap pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
menurut pendapat peserta ekstrakurikuler drama SMA Swasta Se-Kotamadya
Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu cara untuk mendeskripsikan secara
singkat dan jelas tentang apa yang diharapkan terhadap masalah yang akan
dipecahkan (Widharyanto, dkk, 2002:62). Berdasarkan rumusan masalah di
ekstrakurikuler drama terhadap pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
menurut pendapat peserta ekstrakurikuler drama SMA Swasta Se-Kotamadya
Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah uraian tentang kegunaan yang dapat diperoleh dari
pemecahan suatu masalah penelitian (Widharyanto, dkk, 2002:62). Penelitian
ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Kepala Sekolah dan Guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA
Guru dapat melihat pentingnya ekstrakurikuler drama dalam
menunjang pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA.
2. Mahasiswa PBSID Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mahasiswa tentang manfaat ekstrakurikuler drama dalam
menunjang pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bagi siswa SMA.
3. Peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan data dan
informasi bagi peneliti, untuk dapat melakukan penelitian yang
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian terhadap SMA Swasta
Se-Kotamadya Yogyakarta yang memiliki ekstrakurikuler drama. Melalui data yang
didapatkan dari Dinas Pendidikan, SMA yang memiliki ekstrakurikuler drama
adalah SMA Muhammadiyah 2, SMA Muhammadiyah 3, SMA, Muhammadiyah
4, SMA Bopkri 2, SMA Stella Duce 2, SMA Taman Madya Jetis, dan SMA
Taman Madya IP. Sedangkan peserta drama yang akan dijadikan narasumber
adalah siswa yang duduk di kelas sebelas. Siswa kelas dua belas tidak masuk
dalam ruang lingkup penelitian dikarenakan sudah tidak diperkenankan mengikuti
ekstrakurikuler (untuk persiapan ujian). Sedangkan siswa kelas sepuluh tidak
masuk dalam narasumber penelitian karena pada awal ekstrakurikuler
drama/teater, materi yang diberikan masih dasar/basic, sehingga untuk
mendapatkan data mengenai manfaat ekstrakurikuler drama/teater dirasa belum
tepat sasaran.
F. Batasan Istilah
Batasan istilah adalah pengertian-pengertian khusus yang perlu untuk
didefinisikan secara operasional untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan
gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti (Widharyanto, dkk, 2002:62).
Batasan istilah dalam skripsi ini adalah :
1. Ekstrakurikuler
2. Drama
Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk
dialog, yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan
dipentaskan (Waluyo, 2001:2).
3. Manfaat ekstrakurikuler drama terhadap pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia
Manfaat ekstrakurikuler drama terhadap pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia adalah segala sesuatu yang didapatkan dari ekstrakurikuler
drama yang dapat digunakan untuk menunjang prestasi belajar dalam
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI semester pertama.
4. Peserta Ekstrakurikuler Drama
Peserta ekstrakurikuler drama adalah semua siswa kelas XI yang
mengikuti ekstrakurikuler drama.
5. SMA Swasta Se-Kotamadya Yogyakarta
SMA Swasta Kotamadya Yogyakarta adalah SMA Swasta
Se-Kotamadya Yogyakarta yang memiliki ekstrakurikuler drama,
jumlahnya ada tujuh yakni SMA Muhammadiyah 2, SMA
Muhammadiyah 3, SMA Muhammadiyah 4, SMA Bopkri 2, SMA
Stella Duce 2, SMA Taman Madya Jetis, dan SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan.
6. Manfaat ekstrakurikuler drama terhadap pelajaran Bahasa dan Sastra
Se-Kotamadya Yogyakarta adalah suatu penelitian yang berusaha
mendapatkan informasi mengenai manfaat ekstrakurikuler drama terhadap
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia semeseter pertama, dari semua
peserta ekstrakurikuler drama kelas XI SMA Swasta Se-Kotamadya
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Peneliti memperoleh dua penelitian yang relevan, yaitu (1) makalah
Nur Iswantara (2005), dan (2) penelitian Sulanjani (1990).
1. Makalah Nur Iswantara (2005), dengan judul Pembelajaran Drama di
Sekolah yang disampaikan dalam Temu Alumni Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan pada hari Kamis, 5 Mei 2005.
Hal-hal yang dapat disimpulkan dari makalah tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Pada dasarnya penyelenggaraan drama di sekolah tidak dapat berdiri
sendiri, karena aktivitas penyelenggaran drama diselenggarakan di
sekolah sedikitnya ada dua sebab, pertama, drama merupakan bagian
dari pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Kedua, drama menjadi
salah satu kegiatan pilihan (ekstrakurikuler).
b. Terdapat empat prinsip pembelajaran drama. Prinsip-prinsip tersebuit
adalah (1) Mengajarkan drama secara utuh, (2) Dunia drama bukan
sekedar objek pembelajaran, melainkan wahana kreatifitas guru-siswa,
berbagai ragam bahasa sesuai dengan konteksnya, (4) Drama berkaitan
erat dengan dunia kepribadian.
c. Pembelajaran drama dapat dilakukan dengan pendekatan CTL
(Contextual Teaching and Learning) yang merupakan konsep belajar
yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan
dan dunia nyata siswa. CTL juga membantu mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.
2. Penelitian Sulanjani (1996) menyusun skripsi dengan judul
Aspek-Aspek Kependidikan dalam Unsur Gerak dan Tema Cerita Dramatari
Langen Carita. Penelitian ini merupakan upaya dalam mengkaji
aspek-aspek kependidikan dalam dramatari ‘Langen Carita’.
Daramatari Langen Carita adalah dramatari yang dilakukan oleh
anak-anak, dengan unsur pokok gerak tari dan tembang sebagai
dialognya. Kemasan dramatari ini diperuntukkan bagi anak-anak,
sehingga kemanfaatan dari dramatari dapat dipetik oleh anak-anak,
baik sebagai pelaku maupun sebagai penonton. Secara implisit,
gabungan antara seni drama dan seni tari ini, memuat banyak
pesan-pesan pendidikan. Aspek kependidikan yang ada dalam unsur
dramatari Langen Carita adalah aspek pendidikan estetika dan
Aspek pendidikan estetika terletak pada olahan gerak dramatari
Langen Carita yang akan memberikan pengalaman estetika, sedangkan
aspek pendidikan etika di dalam gerakan Langen Carita terletak pada
motif-motif gerak yang bersifat etis. Motif-motif tersebut
menggambarkan tata karma, religiusitas dan budi pekerti anak. Aspek
kependidikan dramatari Langen Carita antara lain aspek pendidikan
kepahlawanan, kebangsaan, kepemimpinan, kesusilaan dan aspek
kependidikan sejarah.
Makalah dan penelitian tersebut secara umum memiliki persamaan dengan
penelitian ini, yakni meneliti tentang drama dalam kerangka pendidikan.
Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu penelitian mengenai
manfaat ekstrakurikuler drama terhadap pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
B. Drama
Drama diartikan sebagai a literary composition that tell a story, ussualyof
human conflict, by means of dialoque and action, to be performed by actors atau
“suatu karangan yang mengisahkan suatu cerita yang mengandung konflik yang
disajikan dalam bentuk dialog atau laga, dan dipertunjukkan oleh para actor di
atas pentas” ( Webster’s New Dictionary, 1989: 413). Drama dapat diapresiasikan
dengan cara tulis dan lisan.
Ekspresi tulis drama memiliki unsur pokok teks drama yakni alur,
komplikasi dan resolusi. Eksposisi adalah bagian awal yang memberikan
informasi kepada penonton yang diperlukan tentang peristiwa sebelumnya atau
memperkenalkan siapa saja tokoh-tokohnya yang akan dikembangkan dalam
bagian utama dari lakon, dan memberikan suatu indikasi mengenai resolusi.
Komplikasi sendiri berisi konflik-konflik dan pengembangannya.
Gangguan-gangguan, halangan-halangan dalam mencapai tujuan, atau kekeliruan-kekeliruan
yang dialami tokoh utamanya. Dalam komplikasi inilah dapat diketahui
bagaimana watak tokoh utama (yang menyangkut protagonis dan antagonisnya).
Menurut Ferdinand Brunetiere (dalam Harymawan : 1993), konflik adalah dasar
drama, sehingga lakon harus menghidupkan pernyataan kehendak manusia dalam
menghadapi dua kekuatan yang saling beroposisi. Resolusi adalah bagian klimaks
drama. Resolusi haruslah berlangsung secara logis dan memiliki kaitan yang wajar
dengan yang terjadi sebelumnya. Sedangkan karakter adalah sumber konflik dan
percakapan antartokoh. Dalam sebuah drama harus ada tokoh yang kontra dengan
tokoh lain. Karena drama baru akan muncul apabila terdapat karakter tokoh yang
saling berbenturan. Dialog adalah unsur vital dalam sebuah drama. Dialog
haruslah wajar, menarik, mencerminkan pikiran dan perasaan tokoh (Rahmanto,
2003: 196). Dialog merupakan bentuk penyajian kata-kata yang akan diucapkan
oleh pemeran karakter, sebagai gambaran logika berpikir, latar belakang, serta
interaksi tokoh dengan tokoh lain. Dialog juga menghantarkan alur cerita
Sedangkan ekspresi lisan drama memiliki unsur-unsur pementasan drama,
yakni naskah drama, sutradara, pemeran, panggung, cahaya (lighting), bunyi
(sound effect), pakaian (costume), rias (make up) dan penonton. (Rahmanto, 2003:
196). Padmadarmaya mengungkapkan bahwa sutradara diharapkan memiliki
pengetahuan dibidang (1) kultural (pengetahuan yang luas di seputar
permasalahan kebudayaan), (2) artistik (cita rasa, peka, terbuka, dan kreatif), (3)
teatral (pengetahuan tentang pementasan), (4) literer (pengetahuan tentang sastra
dan drama khususnya), (5)pedagogi (ilmu pendidikan) dan (6) kepemimpinan dan
kepribadian (mampu memimpin, sehat jasmani dan rohani) (Padmadarmaya,
1980).
C. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA
Dalam keterampilan berbahasa terdapat empat aspek keterampilan, yaitu
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan
menyimak dan berbicara diperoleh secara alami oleh anak sejak ia masih bayi,
misalnya perkembangan fonologis. Pada usia satu tahun, bayi mulai dapat
mengucapkan beberapa kata, misalnya kata mama, papa, maem, dan mimik.
Keterampilan membaca dan menulis diperoleh melalui proses belajar di sekolah.
Membaca dan menulis merupakan dua keterampilan berbahasa yang saling
berkaitan. Pada waktu guru mengajarkan menulis, siswa tentu akan membaca
tulisannya. Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan keterampilan
Menurut Moody (via Rahmanto, 1993:35) menyatakan bahwa
pembelajaran sastra tidak dimaksudkan untuk membina aktifitas mekanis ataupun
otomatis tanpa membawa peserta didik/pembelajar terlibat masuk ke dalam karya
sastra yang sedang dipelajari. Melalui pembelajaran sastra, siswa mampu
mengenal berbagai ragam karya sastra yang berupa novel, cerpen, puisi, roman,
dan drama sehingga siswa bisa menikmati keindahan karya sastra. Melalui
pembelajaran sastra, siswa dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam
karya sastra yang berguna untuk meningkatkan kepribadian mereka. Pembelajaran
sastra juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa siswa melalui tugas
membaca, menyimak dan menulis karya sastra.
Pemilihan bahan pengajaran sastra harus memperhatikan tiga aspek, yaitu
bahasa, psikologi dan latar belakang budaya siswa. Dari segi bahasa, pemilihan
bahan haris berdasarkan wawasan ilmiah, kosakata baru, ketatabahasaan, dan
keseluruhan isi wacana. Selain itu, penguasaan bahasa siswa juga perlu
diperhatikan karena hal itu sangat berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap
bahan yang disajikan. Siswa akan merasa kesulitan jika diberikan bahan yang
menggunakan bahasa diluar jangkauan pengetahuannya (Moody, 1988:27).
Pemilihan bahan pembelajaran sastra perlu memperhatikan aspek tahapan
psikologis, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap minat siswa dalam hal
kemauan mengerjakan tugas, kesiapan kerja sama, daya ingat, dan pemecahan
sesuai dengan tahapan psikologis yang sama, tetapi guru hendaknya menyajikan
karya sastra yang secara psikologis dapat menarik perhatian sebagian siswa.
Dalam mencapai tujuan pembelajaran sastra, guru dapat menggunakan
berbagai variasi metode pembelajaran sastra. Metode pembelajaran sastra
tergantung dengan jenis sastra yang akan diajarkan. Metode pembelajaran sastra
berbeda-beda, karena setiap jenis sastra mempunyai tujuan yang berbeda-beda
(Rusyana, 1982:6).
D. Ekstrakurikuler Drama di SMA
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam pelajaran biasa, yang
dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah, dengan tujuan memperluas
pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran,
menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia
seutuhnya (Piet, 1994:132). Sedangkan menurut Moh. Uzar Usman,
ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka,
baik dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah dengan maksud untuk lebih
memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah
dimilikinya di berbagai studi (Usman, 1990:63).
Ekstrakurikuler drama diharapkan dapat menumbuhkan karakter dan
watak yang berguna bagi masyarakat, melalui proses pendidikan budi pekerti,
simpati dan empati terhadap penderitaan atau kebahagiaan sesama manusia.
(biasanya dari guru Bahasa Indonesia) yang memiliki kecintaan terhadap
sastra/drama. Bahkan, ada kepala sekolah yang menganggap ekstrakurikuler
sastra/drama adalah sejenis kegiatan kelas kambing, tidak bergengsi, sarang
anak-anak bandel yang suka melawan sekolah. Drama menjadi ekstrakurikuler anak-anak tiri
di sekolah itu. Ada pula kepala sekolah dan orang tua siswa yang terlalu
mementingkan ilmu-ilmu eksakta (fisika, biologi, kimia, matematika), dan
memandang remeh ilmu humaniora yang membentuk budi pekerti, seperti
sastra/drama itu (Sunarta, 2007:3).
Namun saat ini, banyak pendidik yang mulai menyadari bahwa
teknik-teknik serta metode yang ada dalam kegiatan ekstrakurikuler ternyata sangat
bermanfaat didalam mengembangkan pribadi secara menyeluruh. Dramatika,
andaikan dimanfaatkan dengan tepat, merupakan motivator dalam berbagai segi
(Taylor, 1981:16). Drama sekolah masih relatif bertahan karena telah menjadi
salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang formal dan birokratis. Sesungguhnya
tujuan mulia drama sekolah adalah wadah penumbuhan dan pemeliharaan
jiwa-jiwa kreatif di bidang sastra dan drama (Taylor, 1981:19).
E. Manfaat Ekstrakurikuler terhadap Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA
Tujuan kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk memperluas pengetahuan
murid, menambah keterampilan, mengenal hubungan antara berbagai materi
kurikuler, serta melengkapi usaha siswa. Sedangkan menurut Moh. Uzar Usman
dan Lilis Setiowati, manfaat ekstrakurikuler drama adalah untuk (1) meningkatkan
pengetahuan siswa dalam aspek kognitif maupun afektif, (2) mengembangkan
bakat serta minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju manusia
seutuhnya, dan (3) mengetahui, mengenal serta mengadakan hubungan antara satu
mata pelajaran dengan yang lainnya (Usman, 1993:41).
Kegiatan ekstarkurikuler (Widjayanto, 2007:5) bermanfaat untuk
penunjang mata pelajaran utama. Jika siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler,
siswa akan memperoleh tambahan pengetahuan yang lebih dalam dari mata
pelajaran pokok. Sebagai contoh, dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
terdapat pokok bahasan drama yang menyangkut banyak aspek. Misalnya
membuat naskah, melatih dialog dan akting, busana, tata rias, latar panggung, tata
musik sampai dengan organisasi pementasan. Sehingga siswa mampu
mementaskan drama tersebut minimal di kelas atau lebih jauh lagi di gedung
pementasan yang representatif. Tapi tidak semua aspek tersebut bisa diberikan
oleh guru Bahasa Indonesia dalam kegiatan belajar di kelas mengingat waktu yang
terbatas. Mungkin, guru hanya memberikan sekilas teori tentang aspek tersebut.
Dengan demikian siswa dituntut aktif mencari dan memperdalam aspek-aspek lain
dengan bertanya pada kawan, guru, atau lebih jauh lagi siswa perlu mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler drama atau apresiasi sastra. Dengan mengikuti kegiatan
sampai mementaskannya di atas panggung. Melalui ulasan tersebut, tampak sekali
bahwa ekstrakurikuler dapat digunakan sebagai penunjang mata pelajaran utama.
Pengajaran drama sebagai penunjang pemahaman bahasa dapat digunakan
untuk melatih keterampilan membaca (teks drama) dan menyimak/mendengarkan
(dialog pertunjukkan drama, mendengarkan drama radio/televisi), sementara
sebagai penunjang latihan penggunaan bahasa, artinya melatih keterampilan
menulis (teks drama sederhana, resensi drama, resensi pementasan) dan berbicara
(melakukan pementasan drama). Sebagai sarana latihan pemahaman dan
penggunaan bahasa, drama relatif lebih lengkap, karena dengan bermain drama,
siswa terlibat aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Oleh karena itu, prinsip
dramatisasi (dalam arti drama pentas) banyak digunakan untuk diaplikasikan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini dipaparkan mengenai: (1) jenis penelitian, (2) data dan
sumber data, (3) pengumpulan data, (4) instrumen pengumpulan data, (6) teknik
analisis data, dan (7) pengecekan keabsahan data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Bagdan dan Taylor (melalui Moleong, 1989:3) pendekatan kualitatif
adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Oleh karena itu, hasil penelitian dipaparkan dalam bentuk deskripsi data-data
yang sudah dibatasi dalam rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Arikunto
(1990:309) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan
keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian
deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan
hanya menggambarkan dengan apa adanya mengenai suatu variabel, gejala,
atau suatu keadaan.
Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
ini, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Untuk
ditemukan bobot yang lebih tinggi pada metode ini, maka fakta yang
ditemukan harus diolah dan ditafsirkan. Dengan kata lain, metode ini tidak
terbatas sampai pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi juga
analisis dan interpretasi tentang arti data itu (Nawawi, 1990:73).
Demikian juga dalam penelitian ini, direncanakan untuk
mendeskripsikan manfaat ekstrakurikuler drama terhadap pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia menurut pendapat peserta ekstrakurikuler drama SMA
Swasta Se-Kotamadya Yogyakarta.
B. Data dan Sumber Data 1. Data
Data penelitian dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data
sekunder (Azwar, 2001:36). Data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukur atau
alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi
yang dicari. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,
tidak langsung diperoleh oleh peneliti dan subjek penelitian.
Data dalam penelitian ini berupa data primer, karena peneliti
memperoleh data penelitian secara langung dari subjek penelitian. Data
diperoleh dari hasil kuesioner terhadap peserta drama kelas XI di SMA
SMA Bopkri 2, SMA Stella Duce 2, SMA Taman Madya Jetis, dan SMA
Taman Madya IP, hasil wawancara dengan guru Bahasa dan Sastra
Indonesia, wawancara dengan guru ekstrakurikuler drama, dan hasil
pengamatan langsung saat kegiatan ekstrakurikuler drama terjadi
(observasi lapangan).
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh (Arikunto, 2003:107). Sumber data diperoleh dari guru Bahasa
dan Sastra Indonesia, guru ekstrakurikuler drama, peserta ekstrakurikuler
drama kelas XI di SMA Muhammadiyah 1, SMA Muhammadiyah 2, SMA
Muhammadiyah 3, SMA Muhammadiyah 4, SMA Bopkri 2, SMA Stella
Duce 2, SMA Taman Madya Jetis, dan SMA Taman Madya IP.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah langkah dan cara memperoleh data
(Widharyanto,dkk, 2002:64). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
berupa data primer. Data tersebut berupa data kuesioner/angket, hasil
pengamatan langsung saat kegiatan ekstrakurikuler drama terjadi, dan
wawancara dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia, guru ekstrakurikuler
drama, peserta ekstrakurikuler drama kelas XI di SMA Muhammadiyah 1,
SMA Bopkri 2, SMA Stella Duce 2, SMA Taman Madya Jetis, dan SMA
Taman Madya IP.
1. Kuesioner
Kuesioner ini bersifat setengah terbuka, sehingga memberikan
keleluasaan kepada responden untuk menuangkan gagasan dan pikirannya
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti. Berikut
adalah bentuk angket yang telah disusun berdasarkan kebutuhan
penelitian.
Melalui kuesioner ini, saya memohon bantuan Anda untuk melakukan pengisian kuesioner dengan data yang sebenar-benarnya. Data dari kuesioner ini akan menjadi materi skripsi dengan judul Manfaat Ekstrakurikuler Drama terhadap Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Menurut Pendapat Peserta Ekstrakurikuler Drama SMA Swasta Se-Kotamadya Yogyakarta. Atas bantuan yang diberikan saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
A. Identitas Pribadi
Nama :
Bagian A merupakan bagian pertanyaan mengenai identitas
responden yang dapat digunakan untuk mengecek keaslian data dan dapat
digunakan apabila terdapat keragu-raguan peneliti terhadap jawaban
responden.
B. Pertanyaan dengan pilihan dan isian jawaban
1. Kapan Anda mulai mengenal drama/teater?
a. Sebelum SD
b. SD
c. SMP
d. SMA
2. Apa alasan Anda untuk mengikuti ekstrakurikuler drama/teater?
a. Berminat
b. Ingin jadi sutradara, aktor, penulis skenario
c. Ikut-ikutan teman
d. ...
3. Kapan Anda mulai mengikuti ektrakurikuler drama/teater di SMA?
a. Kelas 10
b. Kelas 11
4. Apakah Anda senang mengikuti ekstrakurikuler drama/teater?
a. Tidak(Lanjut ke nomor 5)
b. Ya (Lanjut ke nomor 6)
5. Mengapa Anda tidak senang mengikuti ekstrakurikuler
drama/teater?
a. Membosankan
b. Tidak ada manfaatnya
c. Sulit dilakukan
d. ...
6. Mengapa Anda senang mengikuti ekstrakurikuler drama/teater?
a. Menarik Pengajarannya
b. Melatih kepercayaan diri
c. Melatih olah vocal
d. Melatih olah tubuh
e. ...
7. Apakah Anda pernah melakukan suatu pementasan drama/teater?
a. Ya pernah, sebagai...
b. Tidak pernah.
8. Apakah ekstrakurikuler drama/teater dapat menunjang prestasi
Anda dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia?
a. Ya
b. Tidak (Lanjut ke nomor 10)
9. Berikut adalah daftar materi pelajaran Bahasa Indonesia semester
pertama kelas sebelas. Lingkarilah materi pelajaran yang menurut Anda dapat didukung penguasaanya melalui ekstrakurikuler drama/teater.
Mendengar Membaca Berbicara Menulis
a. Memahami
berbagai
informasi dari
a. Mengungkapkan
secara lisan informasi hasil
a. Mengungkapkan
ragam wacana tulis dengan membaca
a. Mengungkapkan
sambutan/khotbah dalam diskisi atau seminar
ragam wacana tulis dengan membaca cepat dan membaca intensif
d. Membaca
Memahami buku biografi, novel dan hikayat
c. Menyampaikan
laporan hasil penelitian dalam diskusi atau seminar
d. Mengungkapkan
wacana sastra dalam bentuk pementasan drama
surat dagang, karangan ilmiah
b. Mengungkapkan
informasi melalui penulisan resensi
c. Mengungkapkan
informasi dalam bentuk
rangkuman/ringkas an, notulen rapat, dan karya ilmiah.
d. Menulis naskah
drama
(Tabel diatas diambil dari materi pelajan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI, semester pertama, versi KTSP)
10. Berapakah nilai rapor (yang terakhir) dalam pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia?
11. Apa sajakah manfaat dari ekstrakurikuler drama/teater dalam
kaitannya dengan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia?
... ... ...
Bagian kedua merupakan bagian pertanyaan, yang bentuk
pertanyaannya dibuat berdasarkan kebutuhan penelitian, yakni mengenai
manfaat ekstrakurikuler drama terhadap pelajaran Bahasa dan Sastra
2. Pengamatan dan observasi
Merupakan kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2002:133).
Pengamatan ini diadakan langsung oleh peneliti pada saat proses
ekstrakurikuler drama berlangsung. Pengamatan langsung dilakukan untuk
memperoleh berbagai data yang diperlukan. Data-data tersebut berupa data
tentang proses ekstrakurikuler drama yang sedang terjadi, baik dari metode
pengajaran, antusiasme peserta dalam mengikuti ekstrakurikuler drama
maupun sarana penunjang ekstrakurikuler drama.
3. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan antara pewawancara
untuk menilai keadaan seseorang (Arikunto, 2002:132). Wawancara
dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia, guru ekstrakurikuler drama dan
peserta ekstrakurikuler dara kelas sebelas dilakukan untuk memperoleh
data mengenai manfaat ekstrakurikuler drama dalam pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data (Arikunto, 2003:177). Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ialah lembar kuesioner, lembar pengamatan dan
perekam data yang berupa tape recorder, dan kamera untuk mengambil
dokumentasi foto kegiatan ekstrakurikuler drama sebagai dokumen pendukung
dalam penelitian ini.
Pelaksanaan observasi dibagi menjadi beberapa langkah.
Langkah-langkah observasi dalam penelitian ini, yaitu (1) peneliti mengamati kegiatan
ekstrakurikuler drama yang sedang berlangsung, (2) peneliti mengatasi lembar
observasi, dan (3) peneliti mendokumentasikan proses kegiatan
ekstrakurikuler drama di sekolah. Wawancara dengan guru Bahasa dan Sastra
Indonesia, guru ekstrakurikuler drama dan peserta ekstrakurikuler drama
dilakukan secara lisan dan tertulis melalui media kuesioner (khusus untuk
peserta ekstrakurikuler drama).
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Tujuan analisis data adalah memberikan arti, makna pada data,
memperlihatkan hubungan-hubungan fenomena dalam penelitian, memberi
jawaban terhadap hipotesis, dan bahan untuk membuat kesimpulan serta
implikasi-implikasi dan saran-saran yang berguna untuk penelitian berikutnya
Analisis kualitatif adalah analisis yang tidak menggunakan
rumus-rumus, dan angka-angka. Data penelitian kualitatif berupa kata-kata, tindakan
(Soewandi, 2004). Kata-kata dan tindakan diperoleh dengan berbagai cara
seperti pengamatan, wawancara, melalui rekaman. Data dapat juga diperoleh
melalui sumber tertulis seperti arsip, dokumen pribadi, dokumen resmi, data
statistik.
Hasil yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah manfaat
ekstrakurikuler drama terhadap pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
menurut pendapat peserta ekstrakurikuler drama SMA Swasta Se-Kotamadya
Yogyakarta. Data-data hasil kuesioner, wawancara, dan hasil pengamatan
langsung berupa kata-kata. Hasil kuesioner, wawancara, dan pengamatan
langsung dikelompokkan atau digolongkan berdasarkan persamaan yang sama
dan kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Berdasarkan jenis penelitianmya, maka hasil analisis data kualitatif
disajikan dalam bentuk kata-kata. Proses analisis data untuk mengolah hasil
temuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mentranskrip data yang berupa hasil rekaman wawancara dan kuesioner
2. Mengolah data hasil kuesioner observasi, dan wawancara
3. Mengklasifikasikan seluruh data sesuai dengan rumusan tujuan penelitian.
4. Membuat tabel data hasil kuesioner
5. Membuat tabel data hasil observasi
7. Mendeskripsikan data manfaat ekstrakurikuler drama
F. Pengecekan Keabsahan
Pengecekan keabsahan temuan dalam penelitian ini menggunakan cara
trianggulasi. Moleong (1989:195) mengemukakan bahwa trianggulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data untuk keperluan pengecekan atau pembading terhadap data itu.
Untuk mengecek keabsahan penelitian ini peneliti melakukan
trianggulasi dengan cara berkonsultasi kepada guru Bahasa dan Sastra
Indonesia dan tenaga pengajar ekstrakurikuler drama. Selain itu peneliti juga
berkonsultasi dengan dosen pembimbing. Dosen pembimbing nantinya akan
melihat segala proses dari instrumen pengumpulan data, proses penelitian
serta mengecekan terhadap hasil penelitian.
Untuk mendapatkan validitas hasil data yang baik, triangulasi
dalam penelitian ini juga dilakukan dengan cara analis atau pengkajian silang
hasil observasi, hasil wawancara dan hasil pengisian angket (Sulanjani, 1996).
Responden dari penelitian ini adalah guru ekstrakurikuler drama, guru Bahasa
dan Sastra Indonesia dan peserta ekstrakurikuler drama SMA Swasta
Se-Kotamadya Yogyakarta. Dalam rangka triangulasi data ini, peneliti melakukan
validitas eksternal, yakni mencari derajad kesamaan informasi yang diperoleh
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Arikunto
(1990:309) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksud yaitu
keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian
deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan hanya
menggambarkan dengan apa adanya mengenai suatu variabel, gejala, atau suatu
keadaan. Nawawi juga menambahkan bahwa metode deskriptif adalah prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan objek penelitian pada saat ini, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya. (Nawawi, 1990:73).
Dalam deskripsi data, akan dipaparkan keadaan lapangan secara apa
adanya untuk mendapatkan hasil penelitian mengenai manfaat ekstrakurikuler
drama terhadap Bahasa dan Sastra Indonesia menurut pendapat peserta
ekstrakurikuler drama SMA Swasta Se-Kotamadya Yogyakarta
1 Karakteristik SMA Taman Madya Jetis
Peneliti melakukan penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi pada
hari Kamis, tanggal 17 Mei 2007. SMA Taman Madya Jetis memiliki program
ekstrakurikuler dramanya adalah bapak Gunawan, yang juga menjabat sebagai
guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Berikut adalah karakteristik SMA Taman
Madya Jetis.
a. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Taman Madya Jetis Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Taman Madya Jetis
masih menggunakan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi, namun
sudah dimodifikasi dengan sistem KTSP. Alokasi waktu untuk pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia adalah 5 jam pertemuan. Dalam mengelola
kelas, Bapak Gunawan sering menggunakan metode ceramah, hal itu
dikarenakan metode itu cenderung efektif untuk memberikan teori-teori
kebahasaan.
b. Ekstrakurikuler Drama di SMA Taman Madya Jetis
Berdasarkan observasi lapangan yang peneliti lakukan, kegiatan
ekstrakurikuler drama di sekolah ini cenderung monoton, karena
pengelolaannya sama seperti pengajaran di dalam kelas. Saat peneliti
melakukan kunjungan lapangan dan mengikuti pengajaran drama di
sekolah tersebut, aktifitas yang dilakukan adalah membahas mengenai
sejarah drama dunia.
Menurut Bapak Gunawan, kegiatan ekstrakurikuler drama di SMA
Taman Madya Jetis tidak seperti biasa karena siswa sedang diarahkan
untuk menempuh ujian akhir semester dua, sehingga materi
Bahasa Indonesia. Dalam hal ini, peneliti melihat bahwa apabila guru
ekstrakurikuler drama merangkap sebagai guru bahasa Indonesia, maka
kegiatan dan materi ekstrakurikuler dan pelajaran di dalam kelas dapat
lebih terpadu. Ekstrakurikuler drama di sekolah ini dilakukan seminggu
satu kali dan meiliki target pementasan, minimal dua kali.
c. Pendapat Peserta Ekstrakurikuler Drama di SMA Taman Madya Jetis
Peserta ekstrakurikuler drama kelas XI yang ada berjumlah 10 orang.
Berikut hasil data kuesioner peserta drama SMA Taman Madya Jetis :
1. Fifi Ayu Ratnaningrum (16 tahun) mulai mengenal drama sejak SD,
dia berminat mengikuti ekstrakurikuler drama karena ingin melatih
kepercayaan diri. Fifi belum pernah melakukan suatu pementasan
drama. Menurutnya ekstrakurikuler drama dapat menunjang
prestasinya dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dari aspek
mendengar, dia merasa terbantu dalam memahami pementasan drama,
dari aspek membaca dia merasa terbantu dalam memahami ragam
wacana tulis dengan membaca cepat dan membaca intensif, dari aspek
berbicara dia merasa terbantu untuk memerankan tokoh dalam
pementasan drama, sedangkan dari aspek menulis dapat terbantu saat
pelajaran menulis naskah drama. Nilai rapor Bahasa dan Sastra
ekstrakurikuler drama adalah dapat mempelajari lebih jauh mengenai
sastra.
2. Bayu Kusuma (16 tahun) mulai mengenal drama sejak SD, mengikuti
ekstrakurikuler drama karena ingin menjadi sutradara, aktor atau
penulis skenario dan menurutnya pola pengajarannya menarik. Bayu
mulai mengikuti ekstrakurikuler drama sejak kelas 10 dan pernah
mengikuti pementasan drama. Menurutnya ekstrakurikuler drama
dapat menunjang prestasi pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Nilai
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia semester pertama adalah tujuh.
Menurutnya manfaat dari ekstrakurikuler drama dalam kaitannya
dengan pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah dapat melatih
berbahasa Indonesia dengan lebih baik.
3. Yugo Tri Septi Handayani (16 tahun) mulai mengenal drama sejak SD,
dia berminat mengikuti ekstrakurikuler ini karena menarik
pengajarannya, melatih kepercayaan diri, melatih olah tubuh dan ingin
menambah pengalaman. Dia pernah memerankan suatu pementasan
drama, sebagai salah satu aktornya. Menurutnya, ekstrakurikuler
drama dapat menunjang prestasinya dalam pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Seperti dalam aspek mendengar dia merasa terbantu untuk
memahami pementasan drama, aspek membaca terbantu dalam
mengungkapkan secara lisan informasi hasil membaca dan wawancara.
pementasan drama dan dari aspek menulis terbantu dalam menulis
naskah drama. Nilai rapor Bahasa dan Sastra Indonesia semester
pertama adalah tujuh. Menurutnya, manfaat ekstrakurikuler drama
dalam kaitannya dengan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
adalah dapat mengetahui unsur-unsur drama, dapat menghayati tokoh
dalam drama dan melatih kepercayaan diri untuk tampil di muka
umum.
4. Wandri Summarani (17) mulai mengenal drama sejak SD, dia
mengikuti ekstrakurikuler drama karena ingin menjadi sutradara, aktor
atau penulis skenario. Dia senang mengikuti ekstrakurikuler ini karena
dapat melatih kepercayaan diri meskipun dia juga mengungkapkan
bahwa kelompok ekstrakurikuler drama kurang kompak. Dia pernah
melakukan pementasan drama sebagai aktor, dan menurutnya
ekstrakurikuler ini dapat menunjang prestasinya dalam pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia. Seperti dalam aspek mendengar, dia
merasa terbantu dalam memahami pementasan drama, dari aspek
membaca dapat memahami berbagai hikayat novel Indonesia/novel
terjemahan, dari aspek berbicara dapat terbantu untuk memerankan
tokoh dalam pementasan drama sedangkan dari aspek menulis dapat
terbantu dalam menulis naskah drama. Nilai rapor Bahasa dan Sastra
Indonesia semester pertama adalah delapan. Menurutnya, manfaat
dan Sastra Indonesia adalah sebagai penunjang dan penambah
wawasam tentang sastra Indonesia, dapat memahami materi drama
dalam sastra Indonesia dan dapat mempelajari karakter drama dalam
sastra Indonesia.
5. Septy Marlinda Sari (16 tahun) mulai mengenal drama sejak SD dan
mengikuti ekstrakurikuler drama karena ingin menjadi sutradara, aktor
atau penulis skenario. Dia merasa senag mengikuti ekstrakurikuler
drama karena dapat melatih kepercayaan dirinya. Selama mengikuti
ekstrakurikuler drama, dia pernah mengikuti suatu pementasan drama,
sebagai salah satu aktornya. Menurutnya, kegiatan ini dapat
menunjang prestasinya dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,
seperti dalam aspek mendengar, da terbantu dalam memahami
pementasan drama, aspek membaca dapat terbantu dalam memahami
buku biografi, novel dan hikayat, dari aspek berbicara dapat terbantu
dalam memerankan tokoh dalam pementasan drama dan dari aspek
menulis dapat terbantu dalam menulis naskah drama. Nilai rapor
semester pertamanya adalah delapan. Menurutnya, manfaat dari
ekstrakurikuler drama adalah sebagai penunjang wawasan dan
pengetahuan di pelajaran bahasa indonesia, dapat mengetahui
karakter/sifat drama dan dapat menguasai cara bermain drama yang
6. Ria Sartika (17 tahun) baru mengenal drama saat duduk di bangku
SMA dan mengikuti ekstrakurikuler drama karena ingin melatih
melatih kepercayaan dirinya. Dia merasa senang mengikuti
ekstrakurikuler drama dan menurutnya dapat menunjang prestasimya
dalam pelajaran Bahasa dan Sastra indonesia. Seperti dalam aspek
mendengar dia merasa terbantu dalam memahami pementasan drama,
aspek membaca dapat terbantu dalam mengungkapkan secara lisan
informasi hasil membaca dan wawancara, dari aspek berbicara dapat
terbantu dalam memerankan tokoh dalam pementasan drama dan
mengungkapkan wacana sastra dalam bentuk pementasan drama,
sedangkan dalam aspek menulis dapat terbantu untuk menulis naskah
drama. Nilai rapor pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia semester
pertama adalah delapan. Menurutnya, manfaat eksrakurikuler drama
dalam kaitannya dengan pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah
untuk melatih percaya diri untuk tampil di muka umum dan membantu
memahami pementasan drama.
7. Nana Riana (18 tahun), mulai mengenal drama sejak SMP dan
mengikuti ekstrakurikuler drama karena ingin menjadi sutradara,
pemulis skenario,altor dan menambah pengalaman, Dia mengikuti
ekstrakurikuler ini sejak kelas sepuluh dan merasa senagn mengikutri
ekstrakurikuler karenba dapat melatih kepercayaan diri dan mentalnya.
utama dalam cerita Nawang Wulan, dengan pengalamannya tersebut ia
mengatakan bahwa ekstrakurikuler drama dapat menunjang
prestasinya dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Seperti dari
aspek mendengar dapat membantunya untuk memahami berbagai
informasi dari sambutan/khotbah dan wawancara, memahami
pementasan drama, memahami pendapat dari berbagai informasi dari
berbagai sumber dalam diskusi atau seminar, dan memahami
pembacaan cerpen. Dari aspek membaca, dia merasa terbantu dalam
mengungkapkan secara lisan informasi hasil membaca dan wawancara,
memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan
memahami buku biografi, novel, dan hikayat. Dari aspek berbicara,
dapat terbantu dalam memerankan tokoh dalam pementasan drama,
sedangkan dari aspek menulis dapat terbantu dalam menulis naskah
drama. Nilai rapor pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia semester
pertamanya adalah delapan, dan menurutnya manfaat ekstrakurikuler
drama dalam kaitannya dengan pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
adalah dapat menunjang prestasi dalam pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia, dapat lebih memahami dan mendalami bacaan yang ada
dalam sebuah bacaan.
8. Inung Susilowati (17 tahun), mengenal drama sejak SD dan berminat
mengikuti ekstrakurikuler drama karena senang berakting, ingin
mengikuti ekstrakurikuler ini dia memiliki pengalaman mementaskan
drama sebagai salah satu aktornya, menurutnya ekstrakurikuler drama
dapat menunjang prestasi belajarnya dalam pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia. Seperti dalam aspek mendengar, dia merasa terbantu
dalam memahami pementasan drama, dari aspek membaca, dia merasa
terbantu dalam memahami berbagai hikayat novel Indonesia/novel
terjemahan dan dari aspek menulis dia terbantu dalam melakukan
penulisan naskah drama. Nilai rapor pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia semester pertamanya adalah tujuh, dan menurutnya manfaat
mengikuti ekstrakurikuler drama dalam kaitannya dengan pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia adalah dapat mengerti unsur-unsur drama,
dapat melatih kepercayaan diri dan dapat menghayati peran, tokoh
dalam suatu drama.
9. Erni Puspitasari (17 tahun), mulai mengenal drama sejak duduk di
bangku SD, dan mengikuti ekstrakurikuler drama karena ingin
menambah pengalaman. Dia mengikuti ekstrakurikuler ini sejak kelas
sepuluh dan merasa senang dalam mengikuti ekstrakurikuler drama
karena dapat melatih kepercayaan dirionya. Dia juga pernah memiliki
pengalaman dalam melakukan pementasan drama sebagai salah satu
aktornya. Menurutnya, ekstrakurikuler drama dapat menunjang
prestasinya dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, dari aspek
sambutan/khotbah dan wawancara, dari aspek membaca dia merasa
terbantu dalam memahami berbagai hikayat novel Indonesia/novel
terjemahan, dan dari aspek menulis dia merasa terbantu dalam menulis
naskah drama. Ironisnya, dengan mengikuti ekstrakurikuler drama, dia
merasa belum terbantu, karena dia merasa ekstrakurikuler drama di
sekolahnya tidak begitu sering melakukan pementasan sehingga
terkesan bersifat teoritis saja. Nilai pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesianya adalah tujuh, dan menurutnya manfaat ekstrakurikuler
drama dalam kaitannya dengan pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
adalah dapat memahami drama dengan baik dan dapat menghayati
pelaku dalam drama.
10. Christian Yanuar (18 tahun), mengenal drama sejak di bangku SMP,
berminat mengikuti drama karena dapat melatih kepercayaan diri. Dia
pernah bermain dalam suatu pementasan drama sebagai peran
pembantu utama, dan menurutnya ekstrakurikuler ini dapat menunjang
prestasinya dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, seperti
dalam aspek mendengar, dia merasa terbantu dalam memahami
pementasan drama, dari aspek membaca dia merasa terbantu dalam
memahami hikayat novel Indonesia/novel terjemahan, dari aspek
berbicara dia merasa terbantu dalam memerankan tokoh dalam
pementasan drama, dan dari aspek menulis dia merasa terbantu dalam
Indonesia semester pertamanya adalah tujuh dan menurutnya manfaat
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah dapat melatih
kepercayaan diri dan melatih pembuatan naskah drama.
2. Karakteristik SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
Peneliti melakukan penyebaran kuesioner, wawancara dan
observasi pada hari Sabtu, tanggal 19 Mei 2007. SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan memiliki program ekstrakurikuler drama sejak tahun 2003,
dalam hal ini tenaga pengajar ekstrakurikuler dramanya adalah Ipang,
yang merupakan alumni dari SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Ipang
saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa Universitas Wangsa Manggala,
Fakultas Psikologi.
a. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Taman Ibu Pawiyatan
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Taman Madya Jetis
masih menggunakan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi, namun
sudah dimodifikasi dengan sistem KTSP. Alokasi waktu untuk pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia adalah 4 jam pertemuan. Dalam mengelola
kelas, Ibu Septi Tasmiyati sering menggunakan metode penugasan dan
ceramah, hal itu dikarenakan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
b. Ekstrakurikuler Drama di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
Sebagai alumni dari SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan, Ipang
mengetahui betul mengenai seluk beluk ekstrakurikuler drama di
sekolahnya. Menurutnya, kegiatan ekstrakurikuler drama di SMA Taman
Madya Ibu Pawiyatan tidak pernah diperhatikan secara serius oleh pihak
sekolah, seperti ketersediaan dana untuk pementasan. Dari pengamatan
peneliti, antusias peserta drama tampak bagus, hal tersebut tampak dari
keseriusan mereka dalam menjalani latihan drama, seperti saat melakukan
olah tubuh dan olah vocal. Bahkan mereka melakukan latihan dari siang
sampai malam hari. Hal tersebut mereka lakukan dalam rangka persiapan
pementasan dalam rangka lustrum SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan.
Ekstrakurikuler drama di sekolah ini dilakukan seminggu satu kali dan
meiliki target pementasan, minimal satu kali.
c. Pendapat Peserta Ekstrakurikuler Drama di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
Peserta ekstrakurikuler drama di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
berjumlah 14 orang, sedangkan peserta ekstrakurikuler drama kelas XI berjumlah
3 orang. Berikut hasil data kuesioner peserta drama SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan :
1. Novi Budi Raharja (15 tahun) dari sebelum SDpun dia sudah mengenal
drama, dia mengikuti ekstrakurikuler drama karena ingin menjadi
ini sejak kelas sepuluh dan dia merasa senang mengikuti
ekstrakurikuler drama karena dapat melatih kepercayaan dirinya.
Selama mengikuti ekstrakurikuler ini, dia pernah memiliki pengalaman
dalam mementaskan suatu drama sebagai salah satu aktor. Menurutnya
ekstrakurikuler drama dapat menunjang prestasinya dalam pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia. Dari aspek mendengar, dia merasa
terbantu dalam memahami pembacaan cerpen, dari aspek membaca dia
merasa terbantu dalam mengungkapkan secara lisan informasi hasil
membaca dan wawancara, dari aspek berbicara dia merasa terbantu
untuk memerankan tokoh dalam pementasan drama, sedangkan dari
aspek menulis dapat terbantu saat pelajaran mengungkapkan informasi
dalam bentuk rangkuman/ringkasan, notulen rapat, dan karya ilmiah.
Nilai rapor Bahasa dan Sastra Indonesia semester pertama adalah
delapan. Menurutnya materi ekstrakurikuler drama memiliki banyak
kesamaan dalam pelajaran sastra Indonesia, sehingga mempermudah
memahami pelajaran bahasa Indonesia, khususnya sastranya.
2. Ratna Dwi A. (18 tahun) dari sebelum SDpun dia sudah mengenal
drama, dia mengikuti ekstrakurikuler drama karena ingin menjadi
sutradara, aktor atau penulis skenario dan menurutnya dapat melatih
kepercayaan dirinya. Ratna mulai mengikuti ekstrakurikuler drama
sejak kelas 10 dan pernah mengikuti pementasan drama ssebagai salah
prestasi pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Seperti dalam aspek
mendengar dia merasa terbantu untuk memahami pementasan pendapat
dan informasi dari berbagai sumber dalam diskusi atau seminar, aspek
membaca terbantu dalam memahami ragam wacana tulis dengan
membaca cepat dan membaca intensif. Aspek berbicara, terbantu
dalam mengungkapkan wacana sastra dalam bentuk pementasan drama
dan dari aspek menulis terbantu dalam menulis naskah drama. Nilai
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia semester pertama adalah
delapan. Menurutnya dengan mengikuti ekstrakurikuler drama dia
dapat lebih memahami materi pelajaran bahasa Indonesia, karena
terdapat keterkaitan yang erat antara materi pelajaran Bahasa dan
Sastra indonesia dengan materi yang ada dalam ekstrakurikuler drama.
3. Fitria Yustisia (16 tahun) dari sebelum SDpun dia sudah mengenal
drama, dia mengikuti ekstrakurikuler drama karena ingin menjadi
sutradara, aktor atau penulis skenario dan menurutnya dapat melatih
olah tubuhnya. Dia pernah memerankan suatu pementasan drama,
sebagai salah satu aktornya. Menurutnya, ekstrakurikuler drama dapat
menunjang prestasinya dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Seperti dalam aspek mendengar dia merasa terbantu untuk memahami
drama, dari aspek membaca, dia terbantu dalam memahami ragam
wacana tulis dengan membaca cepat dan membaca intensif. Aspek