• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR - FAKTOR YANG MENGHAMBAT PENYELENGGARAAN PROGRAM PAUD KELOMPOK BERMAIN TERATAI I DESA HUTADAA KABUPATEN GORONTALO - Tugas Akhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FAKTOR - FAKTOR YANG MENGHAMBAT PENYELENGGARAAN PROGRAM PAUD KELOMPOK BERMAIN TERATAI I DESA HUTADAA KABUPATEN GORONTALO - Tugas Akhir"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT PENYELENGGARAAN

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang menghambat penyelenggaraan program Kelompok Bermain Teratai I Desa Hutadaa Kabupaten Gorontalo. Sampel penelitian adalah orang tua anak-anak PAUD Kelompok Bermain Teratai I yang berjumlah 60 orang. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, angket dan studi dokumen. Analisis data hasil sebaran angket menggunakan analisis distribusi frekuensi relatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat faktor yang diduga menghambat penyelenggaraan program PAUD, yaitu faktor letak geografis, pemahaman terhadap pendidikan, kesadaran orang tua, dan faktor sarana dan prasarana, terdapat 2 (dua) faktor dominan yang ikut menghambat penyelenggaraan program PAUD Kelompok Bermain Teratai I Desa Hutadaa. Kedua faktor dominan dimaksud adalah faktor letak geografis dan faktor pemahaman orang tua terhadap pendidikan. Disarankan agar penyelenggara program PAUD terus mensosialisasikan kepada masyarakat terutama kepada orang tua yang memiliki anak balita tentang keberadaan PAUD KB di Desa Hutadaa Kabupaten Gorontalo. Dengan sosialisasi ini orang tua akan memahami program tersebut, serta mendorong mereka memanfaatkan program PAUD guna kepentingan pendidikan anaknya.

PENDAHULUAN

Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukanperkembangan anak selanjutnya. Dalam kaitan dengan hal ini tidaklah berlebihan apabila para ahlimenyebut periode pengembangan pada masa kanak-kanak sebagai masa emas (gold ages)yang hanya satu kali dan tidak bisa ditunda waktunya.

(2)

Pentingnya perkembangan anak sejak berusia dini menjadi perhatian pemerintah. Buktinya, pada tahun 2001 pemerintah membentuk sebuah Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU), dibawah Direktorat Jenderal PLSP Depdiknas. Tugas utama Direktorat PADU (sekarang PAUD) antara lain memberikan pembinaan teknis terhadap upaya pelayanan pendidikan anak usia dini (0-6 tahun) yang dilaksanakan melalui program Penitipan Anak, Kelompok Bermain dan satuan Pendidikan Anak Dini Usiasejenis. Sasarannya agar setiap anak tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai tahap tumbuh kembangdengan potensi masing-masing (Direktorat PAUD, 2002: 1).

Pendidikan anak usia dini atau disingkat PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.Hal ini sesuai dengan hak anak, sebagaimana diatur dalam Undang-undangNomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Salah satu implementasi dari hak anak pada undang-undang yang disebutkan di atas adalah bahwa setiap anak berhak untuk hidup,tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Salah satu implementasi dari hak ini adalah bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

(3)

pendidikan bagi anak usia dini merupakan bagian dari pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana diatur dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Layanan tersebut diberikan dalam bentuk program Tempat Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain, dan program PAUD sejenis.

Begitu tingginya perhatian pemerintah terhadap program PAUD, termasuk perhatian pemerintah terhadap program PAUD Kelompok Bermain bagi anak usia dini. Akan tetapi selama ini yang terjadi adalah belum optimalnya penyelenggaraan program PAUD Kelompok Bermain. Masih ada warga masyarakat yang beranggapan bahwa PAUD bukanlah tempat mendidik anak, melainkan tempat bermain. Kondisi ini menyebabkan ada warga masyarakat atau orang tua yang enggan mengikutsertakan anaknya pada program PAUD yang mengakibatkan kurangnya jumlah anak yang mengikuti program tersebut. Hal ini sebagaimana terjadi pada penyelenggaraan program PAUD Kelompok Bermain Teratai I Desa Hutadaa Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo.

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti dengan penyelenggara program menunjukkan bahwa pada awal tahun pelajaran 2012/2013, tepatnya pada bulan Juli tahun 2012 terdapat kurang lebih 60 anak yang berusia antara 3,5 sampai dengan 6 tahun dan dapat memanfaatkan program pendidikan anak usia dini yang terdapat di desa tersebut. Kenyataan, dari jumlah tersebut, hanya 24 anak yang terdaftar menjadi anak didik program pendidikan anak usia dini (PAUD) Kelompok Bermain dengan tingkat kehadiran setiap hari 60% sampai 75%. Hal ini menunjukkan bahwa penyelenggraan program PAUD Kelompok Bermain Teratai I di Desa Hutadaa Kabupaten Gorontalo masih mengalami hambatan jika ditinjau dari peserta program tersebut.

(4)

tua tentang arti dan pentingnya pendidikan bagi anaknya yang berusia dini dipandang dapat menghambat penyelenggaraan program PAUD Kelompok bermain. Orang tua masih beranggapan bahwa jenjang pendidikan yang paling dasar adalah Sekolah Dasar, sedangkan PAUD hanyalah tempat bermain. Faktor lain yang juga dapat dipandang dapat menghambat penyelenggaraan program PAUD Kelompok Bermain adalah letak geografis. Dengan alasan tempat tinggal yang jauh dari lokasi PAUD menyebabkan sebagian orang tua di Desa Hutadaa Kecamatan Talaga Jaya merasa khawatir mengikutkan anak-anaknya pada program PAUD KB di desa tersebut.

Permasalahan terhambatnya penyelenggaraan program PAUD Kelompok Bermain Teratai I Desa Hutadaa Kecamatan Talaga Jaya terutama berkaitan dengan pemanfaatan program tersebut oleh masyarakat terutama para orang tua sejak awal telah dicarikan upaya pemecahannya oleh penyelenggara PAUD. Upaya dimaksud antara lain melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat, baik menyangkut keberadaan program PAUD Kelompok Bermain maupun tujuan dan sasarannya. Dalam hal ini penyelenggara memberikan pengertian dan penyadaran tentang program tersebut, serta menghimbau kepada orang tua yang memiliki anak usia dini untuk memasukkan anaknya pada program PAUD Kelompok Bermain. Akan tetapi, upaya tersebut hingga kini belum menperoleh hasil yang optimal. Indikatornya antara lain, sebagian besar orang tua yang lebih memilih memasukkan anaknya di Taman Kanak-kanak, dari pada ke Lembaga PAUD Kelompok Bermain.

(5)

KAJIAN PUSTAKA

Pendidikan anak usia dini atau yang disingkat PAUD merupakan program pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional di mana warga belajarnya adalah anak-anak yang berusia antara 3 tahun sampai dengan 6 tahun. Program ini menurut Depdiknas, (2004: 2) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani sejak berusia dini. Uraian ini diperjelas dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14, pendidikan anak usia dini didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Program pendidikan anak usia dini merupakan program yang sangat esensial dalam upaya mengembangkan kepribadian anak. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Solehuddin dan Hatimah (2005:109) yang mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan hal yang sangat esensial bagi perkembangan anak. Kesimpulan ini di dasarkan pada alasan-alasan: (1) usia dini merupakan fase fundamental bagi perkembangan dan belajar anak; (2) belajar dan perkambangan merupakan suatu proses yang berkesinambungan; (3) tuntutan masa depan akan generasi unggul semakin kompetitif; dan (4) tuntutan non-edukatif lainnya (perubahan pola & sikap hidup serta struktur keluarga).

Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (PAUD) tidaklah semata-mata program pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melainkan merupakan komitmen dunia yang menjadi dasar pelaksanaanya. Dasar pelaksanaan program PAUD dimulai dari Komitmen Jomtien Thailand (1990) yang menyatakan “Pendidikan untuk semua orang, sejak lahir sampai menjelang ajal”,

(6)

pada penyediaan pendidikan yang berkualitas. Selain memiliki dasar pelaksanaan, program PAUD memiliki landasan yuridis. Depdiknas (2004) menyebutkan landasan yuridis penyelenggaraan program PAUD yaitu: (a) Pembukaan UUD 1945; ‘Salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa; (b) Amandemen UUD 1945 pasal 28 C,’Setiap anak berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia; (c) Undang-undang No. 23/2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 9 ayat (1), bahwa: Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadi dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat; (d) Undang-undang Sisdiknas No 20/2003 pasal 28 ayat (1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar; ayat (2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan/atau informal; ayat (3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat; ayat (4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat; ayat (5) Pendidikan anak usia dini pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Program PAUD Kelompok Bermain merupakan suatu kegiatan yang tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Azwar (2008: 24) menyebutkan beberapa faktor yang dapat dipandang sebagai faktor yang ikut mempengaruhi atau menghambat penyelenggaraan program PAUD Kelompok Bermain. Faktor-faktor dimaksud, antara lain yaitu: (1) Letak geografis; (2) Pemahaman terhadap pendidikan; (3) Kesadaran orang tua; (4) Sarana dan prasarana pada institusi penyelenggara.

(7)

ketersediaan layanan melalui bantuan dana rintisan, kemitraan dengan organisasi wanita, layanan PAUD daerah terpencil (Depdiknas, 2009).

Uraian di atas menunjukkan bahwa salah satu kebijakan pemerintah berkaitan dengan program PAUD, termasuk PAUD Kelompok Bermain adalah kemudahan jangkauan. Hal ini dapat dimaknai bahwa letak atau lokasi penyelenggaraan PAUD hendaknya mudah dijangkau, baik oleh pengelola maupun anak didiknya. Hal ini didasari pemikiran bahwa letak geografis merupakan salah satu faktor yang dipandang mempengaruhi penyelenggaraan program PAUD Kelompok Bermain. Misalnya, jarak antara tempat penyelenggaraan program dengan rumah anak didik. Bagi orang tua yang tinggal dekat dengan tempat penyelenggaraan program mungkin akan terpengaruh untuk memasukkan anaknya pada program tersebut. Sebaliknya bagi orang tua yang bertempat tinggal jauh dengan tempat penyelenggaraan program pendidikan PAUD Kelompok Bermain akan mempertimbangkan berbagai hal, bahkan akan berpikir panjang untuk memasukkan anaknya pada program PAUD tersebut.

Menurut ilmu psikologi, keberhasilan pendidikan yang dijalani seorang anak, tidak terlepas dari peran dan pemahaman orang tua terhadap pendidikan itu sendiri. Orang tua memiliki peranan yang penting dalam menentukan dan mengarahkan sekolah yang tepat buat anaknya. Dengan kata lain, pemahaman orang tua terhadap arti pendidikan memiliki andil yang besar apakah pendidikan yang dijalani anaknya berhasil atau tidak (Cahyadi, dalam Sudradjat, 2008).

Anak merupakan anugerah dari Allah SWT kepada semua orang tua. Setiap orang tua harus menyadari bahwa anak sebagai titipan harus dijaga dan dididik sebaik mungkin, dan hal itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan mengenalkan pendidikan sejak anak berusia dini (Sudradjat, 2008).

(8)

Kanak-kanak. Pandangan orang tua yang demikian tersebut timbul antara lain dikarenakan kurangnya kesadaran tentang program PAUD Kelompok Bermain.

Sarana dan prasarana bermain atau sering disebut media bermain bagi anak adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan peran. Rahadi, (2003:10) mengartikan media bermain sebagai jenis komponen lingkungan anak yang dapat merangsang mereka untuk dapat bermain..

Penggunaan media bermain bagi anak-anak program PAUD sangat mendapatkan perhatian sejalan dengan tuntutan dan dinamika program itu sendiri, khususnya dalam upaya membantu anak dalam mengembangkan potensinya secara maksimal. Menurut Rohani (2004) peranan media dalam kegiatan anak, antara lain adalah membangkitkan minat dan motivasi untuk mengetahui lebih jauh tentang media yang dimainkannya. Dengan demikian keberadaan dan ketersediaan media bermain sangat penting dalam menunjang kegiatan anak mengembangkan potensinya.

Sarana dan prasarana atau media yang tersedia pada Institusi atau lembaga penyelenggara program, misalnya lembaga pendidikan pada umumnya seperti halnya lembaga PAUD Kelompok Bermain mempunyai pengaruh dalam penyelenggaraan sebuah program. Anak biasanya akan tertarik untuk mengunjungi tempat-tempat tertentu bila di tempat tersebut tersedia seluruh fasilitas bermain yang memadai. Demikian halnya dengan orang tua, akan tumbuh minat dan motivasi mereka mengikutkan anaknya pada program tersebut, termasuk mengikutkan anaknya program PAUD Kelompok Bermain, bila seluruh sarana dan prasarana atau media yang dibutuhkan anaknya selama mengikuti program pendidikan pada lembaga PAUD Kelompok Bermain cukup tersedia.

METODE PENELITIAN

(9)

Anggota sampel penelitian berjumlah 60 orang. Anggota sampel dimaksud adalah seluruh orang tua yang memiliki anak berusia 3,5 hingga 6 tahun yang bertempat tinggal menetap di Desa Hutadaa Kabupaten Gorontalo. Guna mempermudah proses pengumpulan data penelitian, maka dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data, meliputi (1) teknik angket, (2) teknik observasi dan wawancara, dan (3) studi dokumen.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis distribusi frekuensi relatif, dengan rumus sebagai berikut.

f

P = x 100 % n

(Mahfoedz, 2004: 15)

Keterangan: P = persentase, f = frekuensi masing-masing alternatif jawaban, dan n = jumlah responden

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil penelitian

Aspek-aspek yang diukur pada indikator pertama adalah faktor letak geografis. Untuk indikator pertama ini disiapkan 7 butir pertanyaan yang diajukan kepada responden melalui instrumen angket. Ruang lingkup pertanyaan meliputi berbagai hal yang berkenaan dengan faktor letak geografis yang dihubungkan dengan penyelenggaraan program PAUD Kelompok Bermain Teratai I Desa Hutadaa Kecamatan Talaga Jaya.

Aspek-aspek yang diukur pada indikator kedua adalah faktor pemahaman terhadap pendidikan. Untuk indikator kedua ini disiapkan 8 butir pertanyaan yang berkenaan dengan pemahaman orang tua terhadap pendidikan yang dihubungkan dengan penyelenggaraan program PAUD Kelompok Bermain Teratai I Desa Hutadaa Kecamatan Talaga Jaya.

(10)

meliputi berbagai hal yang berkenaan dengan kesadaran orang tua terhadap pendidikan yang dihubungkan dengan program PAUD Kelompok Bermain Teratai I Desa Hutadaa.

Aspek-aspek yang diukur pada indikator keempat adalah faktor sarana dan prasarana belajar dan bermain pada lokasi PAUD. Untuk indikator kedua ini disiapkan 4 butir pertanyaan. Ruang lingkup pertanyaan meliputi berbagai hal yang berkenaan dengan sarana dan prasarana belajar dan bermain pada lokasi PAUD Kelompok Bermain Teratai I Desa Hutadaa Kabupaten Gorontalo.

Berdasarkan analisis data diperoleh data indikator pertama, yakni faktor letak geografis, rata-rata 26,9 jawaban responden atau 44,8% tergolong tidak menghambat, dan 33,1 jawaban responden atau 55,2% tergolong dalam kategori menghambat. Indikator kedua, faktor pemahaman terhadap pendidikan, rata-rata 28 jawaban responden atau 46,6% tergolong tidak menghambat dan 32 jawaban responden atau 53,4% tergolong menghambat. Indikator ketiga, yaitu faktor kesadaran orang tua, rata-rata 40 jawaban responden atau 66,7% tergolong tidak menghambat dan 20 jawaban responden atau 33,3% tergolong menghambat. Indikator keempat, yaitu faktor sarana dan prasarana, rata-rata 40 jawaban responden atau 66,7% tergolong tidak menghambat dan 20 jawaban responden atau 33,3% tergolong menghambat.

2. Pembahasan

Faktor pertama yang dibahas berkaitan dengan kajian tentang faktor-faktor yang menghambat penyelenggaraan program PAUD pada penelitian ini adalah faktor letak geografis. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor jarak antara rumah anak dengan lokasi PAUD yang cukup jauh atau lebih dari 500 meter merupakan penghambat bagi orang tua mengikutkan anaknya pada program PAUD. Sebagian besar orang tua menyatakan anaknya mengalami kesulitan, serta merasa kelelahan menjangkau lokasi PAUD dengan berjalan kaki atau tidak menggunakan kendaraan menuju lokasi PAUD.

(11)

PAUD. Jika orang tuanya sedang sibuk atau sedang ada urusan lain, maka mereka rela anaknya tidak ke lokasi sekolah hari itu (Wawancara dengan HT dan AG, orang tua dari IL dan IG, anak PAUD, KB Teratai I, 12 Juni 2013).

Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa letak geografis dipandang merupakan salah satu faktor yang menghambat penyelenggaraan program PAUD Kelompok Bermain Teratai I Desa Hutadaa Kabupaten Gorontalo.

Faktor kedua yang dibahas pada penelitian ini adalah faktor pemahaman orang tua terhadap pendidikan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemahaman orang tua terhadap pendidikan merupakan faktor yang menghambat penyelenggaraan program PAUD Kelompok Bermain Teratai I Desa Hutadaa Kabupaten Gorontalo.

Faktor ketiga yang dibahas adalah kesadaran orang tua terhadap kelangsungan pendidikan. Hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa kesadaran orang tua terhadap kelangsungan pendidikan sangat memadai. Hal ini oleh hasil wawancara dengan beberapa orang tua yang menyatakan cukup respon terhadap program PAUD, sering mengunjungi lokasi PAUD, rela mengantar dan menjemput, bahkan menunggui anaknya ketika belajar dan bermain di lokasi PAUD, menanyakan kemajuan prestasi anaknya, serta memberikan masukan kepada penyelenggara demi keberlangsungan program PAUD Kelompok Bermain Teratai I Desa Hutadaa Kabupaten Gorontalo. (Wawancara dengan IM dan AG, orang tua dari LM dan IG, anak PAUD, KB Teratai I, 12 Juni 2013). Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa kesadaran orang tua bukanlah faktor yang menghambat penyelenggaraan program PAUD Kelompok Bermain Teratai I Desa Hutadaa Kabupaten Gorontalo.

Faktor keempat yang dibahas berkaitan dengan kajian tentang faktor-faktor yang menghambat penyelenggaraan program PAUD Kelompok Bermain Teratai I Desa Hutadaa Kabupaten Gorontalo yang menjadi kajian pada penelitian ini adalah faktor sarana dan prasarana.

(12)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana belajar dan bermain bukan merupakan salah satu faktor yang menghambat penyelenggaraan program PAUD Kelompok Bermain Teratai I Desa Hutadaa Kabupaten Gorontalo.

PENUTUP 1. Simpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dari empat faktor kajian yang diduga menghambat penyelenggaraan program PAUD, yaitu faktor letak geografis, pemahaman terhadap pendidikan, kesadaran orang tua, dan faktor sarana dan prasarana, terdapat 2 (dua) faktor dominan yang ikut menghambat penyelenggaraan program PAUD Kelompok Bermain Teratai I Desa Hutadaa Kabupaten Gorontalo. Kedua faktor dominan dimaksud adalah faktor letak geografis dan faktor pemahaman orang tua terhadap pendidikan.

2. Saran

Berdasarkan simpulan sebagaimana diuraikan di atas, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut. (1) Guna mengoptimalkan penyelenggaraan program PAUD Kelompok Bermain di Desa Hutadaa Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo, maka disarankan pihak penyelenggara perlu memberikan motivasi kepada para orang tua yang memiliki anak usia PAUD. Melalui pemberian motivasi ini diharapkan orang tua terdorong memanfaatkan program PAUD bagi pendidikan dini anak-anaknya, walaupun lokasinya berjauhan dengan rumah tempat tinggalnya; (2) Hendaknya penyelenggara program PAUD terus mensosialisasikan kepada seluruh masyarakat terutama kepada orang tua yang memiliki anak balita tentang keberadaan PAUD Kelompok Bermain di Desa Hutadaa Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Dengan sosialisasi ini orang tua akan memahami program tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Alsa. 2004: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar. 2008: Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD): Problematika dan Kendala Pengembangannya.http://siti-m-s-fisip.web.unair.ac.id/artikelilmiah.

(13)

2004:Apa, Mengapa dan Siapa yang Bertanggung Jawab Terhadap Program Anak Usia Dini.Jakarta: Depdiknas.

2004.Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 0-6 Tahun. Jakarta: Ditjen PLSP.

2009. Pengembangan PAUD Berbasis Pendidikan Budaya Majemuk http://www.ugm.ac.id/artikel, online. 27 Mei 2013.

Direktorat PAUD, Ditjen PLS. 2006. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta : Depdiknas.

Jamaris. 2005:Makna dan Implikasi UU Sisdiknas Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini (Jurnal ilmiah anak dini usia. Agustus, 2005)

MPR RI. 2003: Amandemen Undang-Undang Dasar 1945.

Mahfoedz, Ircham. 2004.Statistik Deskriptif.Yokyakarta: Fitramaya.

Moleong, Lexy. (2004). Jurnal Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Program Pasca Sarjana UNJ.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2004: Bermain sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Yogyakarta: Direktorat Pembinaan PendidikanTenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Rahadi, Aristo. 2003.Media Pembelajaran.Jakarta: BA-PGB Depdiknas. Rohani, Ahmad. 2004: Media Instruksional Edukatif.Jakarta : Rineka Cipta.

Semiawan, Conny. 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini (Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar). Jakarta: Prenhallindo.

Sihombing Umberto. 2000:Pendidikan Luar Sekolah Manajemen Strategi.Jakarta: PD. Mahkota.

2001: Pendidikan Luar Sekolah Kini dan Masa Depan. Jakarta: PD. Mahkota. Siti Aisyah dkk. 2007.Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia

Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Solehuddin, M dan Hotimah. 2005:Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

Sriningsih. 2009:Belajar Sejak Dini. Sleman: Mumtaz Press.

(14)

Suyanto, S. 2005: Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.

______ 2005:Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.

(15)

FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT PENYELENGGARAAN PROGRAM PAUD KELOMPOK BERMAIN TERATAI I

DESA HUTADAA KABUPATEN GORONTALO

JURNAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikui Wisuda Sarjana Pendidikan

Oleh

MULYANI SUKARNO AMALI NIM. 121 410 036

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

(16)

Referensi

Dokumen terkait

menrmuskan beberapa persoalan penttng yang akan dibatus dalam hrlisan ini yaitu : apa saja program kerja 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu II.. tenrtama

Kenangan masa lalu yang dimiliki oleh masyarakat yang belum mengenal tulisan diwariskan kepada generasi baru melalui jalur keluarga dan masyarakat dengan proses

Penetapan kadar dalam sampel ini menggunakan kondisi KCKT tertentu yang telah dioptimasikan untuk mendapatkan basil yang · baik. Setelah dilakukan penelitian,

Fess, Pengantar Akuntansi, Edisi ke- 21, Buku 1, Cetakan Pertama, Terjemahan Aria Farahmita, Amanugrahani, Taufik Hendrawan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2005. Weygandt,

Eksplorasi Serbuk Kaca Pada Proses Pembuatan Keramik.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi adalah munculnya tindak peidana baru di bidang teknologi informasi dan komunikasi, baik berupa

Jadi prinsip utama Vygotsky adalah (1) menekankan pada hakikat sosiokultural dalam pembelajaran, (2) ZPD dan (3) Scafolding. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar. Setiap

SISTEM PENJAMINAN MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHAPAN PERENCANAAN PENDANAAN SISTEM SELEKSI PELAKSANAAN MONEV HASIL DAN TINDAKLANJUT RENSTRA