PERBEDAAN SIFAT FISIKA SEDIAAN TABLET SUBLINGUAL EKSTRAK DAUN TEMBAKAU DENGAN VARIASI AC-DI-SOL®
SEBAGAISUPERDISINTEGRANTDAN MAGNESIUM STEARAT
SEBAGAILUBRICANT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh: Silvia Natalia NIM : 088114099
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PERBEDAAN SIFAT FISIKA SEDIAAN TABLET SUBLINGUAL EKSTRAK DAUN TEMBAKAU DENGAN VARIASI AC-DI-SOL®
SEBAGAISUPERDISINTEGRANTDAN MAGNESIUM STEARAT
SEBAGAILUBRICANT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh: Silvia Natalia NIM : 088114099
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
Persetujuan Pembimbing
PERBEDAAN SIFAT FISIKA SEDIAAN TABLET SUBLINGUAL EKSTRAK DAUN TEMBAKAU DENGAN VARIASI AC-DI-SOL®
SEBAGAISUPERDISINTEGRANTDAN MAGNESIUM STEARAT
SEBAGAILUBRICANT
Skripsi yang diajukan oleh:
Silvia Natalia
NIM : 088114099
iv
Jesus Christ, my Lord, my Father, my All in all;
Mama dan Papa;
Jesus Christ, my Lord, my Father, my All in all;
Mama dan Papa;
Jesus Christ, my Lord, my Father, my All in all;
Mama dan Papa;
Koko dan adikku;
Sahabat-sahabatku;
Teman-teman farmasi;
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 10 Januari 2012 Penulis
vi
Yang bertanda tangan dibawaj ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Silvia Natalia
Nomor mahasiswa : 088114099
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERBEDAAN SIFAT FISIKA SEDIAAN TABLET SUBLINGUAL
EKSTRAK DAUN TEMBAKAU DENGAN VARIASI AC-DI-SOL®
SEBAGAI SUPERDISINTEGRANT DAN MAGNESIUM STEARAT
SEBAGAILUBRICANT
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 10 Januari 2012 Yang Menyatakan
(Silvia Natalia)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
vii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaanNya yang
luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul
“Perbedaan Sifat Fisika Sediaan Tablet Sublingual Ekstrak Daun Tembakau
dengan Variasi Ac-Di-Sol® sebagai Superdisintegrant dan Magnesium Stearat sebagaiLubricant”.
Penulis menyadari selama penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapat
bantuan doa, dukungan, semangat, saran, dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak sehingga penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan motivasi selama penelitian dan
penyusunan skripsi.
3. Bapak Prof. Dr.C.J.Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Penguji atas semua
masukan, motivasi, dan arahan kepada penulis.
4. Ibu Agatha Budi Susiana L., M.Si., Apt., selaku Dosen Penguji atas semua
masukan, motivasi, dan arahan kepada penulis.
5. Segenap dosen Fakultas Farmasi Sanata Dharma atas segala bimbingan,
dukungan, dan arahan kepada penuls dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak Musrifin, Mas Agung, Mas Otok, Bapak Iswandi, Mas Kunto atas
viii
7. Ibu Dewi Setyaningsih M.Sc., Apt., Bapak Drs. Mufrod S.Si., M.Sc., Apt.,
dan Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt., untuk bantuan, motivasi,
dan arahan selama penelitian dan penyusunan skripsi.
8. Eddie Hindrianto, rekan kerja selama penelitian dan penyusunan skripsi.
Terima kasih untuk semangat, dukungan, dan kerja samanya.
9. Curephoria Helena Angelina, yang bersedia bekerja sama dalam penelitian ini.
10. Linardi, yang selalu mendukung penulis melalui doa, bantuan, dan semangat
kepada penulis dalam melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi.
11. Novi Chairio dan Roy Syahputra, atas dukungan, bantuan, dan semangat yang
diberikan kepada penulis
12. Ko Wiliams Andrian, ko Arie Wongso, dan mas Andreas Amun Andropo, atas
dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis.
13. Teman-teman seperjuangan penelitian di Laboratorium Formulasi Teknologi
Sediaan Solid, terima kasih atas kebersamaannya.
14. Witha Helvira, Lusiana Dwi Aryanti, Anindita Reningtyas, Kiki Veriani, dan
Suriadi atas dukungan, semangat, dan arahan yang diberikan kepada penulis
dalam penelitian dan penyusunan skripsi.
15. Teman-teman FKK-A 2008, atas dukungan dan kebersamaan selama ini.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, untuk dukungan dan
ix
Penulis menyadari terdapat berbagai kekurangan dalam naskah skripsi ini
mengingat segala keterbatasan pengetahuan, wawasan, dan kemampuan penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perkembangan selanjutnya.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL...xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
INTISARI ... xviii
ABSTRACT ... xix
BAB I PENGANTAR ...1
A. Latar Belakang ...1
1. Permasalahan... 2
2. Keaslian penelitian ... 2
3. Manfaat penelitian... 3
B. Tujuan Penelitian ...3
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA...4
A. Tanaman Tembakau ...4
xi
2. Deskripsi tanaman tembakau... 4
3. Kandungan kimia tanaman tembakau ... 5
4. Kegunaan tanaman tembakau... 6
B. Tinjauan tentang Ekstrak ...6
1. Ekstrak... 6
2. Ekstrak kering ... 6
3. Proses ekstraksi ... 7
4. Metode ekstraksi ... 7
5. Ekstrak tembakau ... 8
C. Tablet Sublingual ...8
D. Metode Kempa Langsung (Direct Compression) ...9
E. Bahan Pelicin (Lubricant)...9
F. Bahan Penghancur (DisintegrantdanSuperdisintegrant) ...10
G. Monografi...13
1. Magnesium stearat (Mg stearat) ... 13
2. Croscarmellose Natrium (Croscarmellose Na)... 14
3. Aerosil® ... 15
4. Amprotab®... 15
5. Asam sitrat... 16
6. Sorbitol ... 16
H. Uji Sifat Fisika Tablet Sublingual...17
1. Keseragaman bobot ... 17
xii
3. Kekerasan tablet ... 17
4. Kerapuhan tablet ... 17
5. Waktu hancur tablet ... 18
6. Waktu pembasahan (wetting time) ... 18
I. Uji T Tidak Berpasangan ...18
J. Landasan Teori...19
K. Hipotesis...20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...21
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...21
B. Variabel dalam Penelitian ...21
C. Definisi Operasional ...21
D. Alat dan Bahan Penelitian...23
1. Alat ... 23
2. Bahan... 23
E. Tata Cara Penelitian ...23
1. Pembuatan tablet ... 23
2. Uji sifat alir campuran tablet ... 24
3. Uji sifat fisika tablet ... 25
F. Analisis Hasil ...27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...28
A. Pembuatan Ekstrak Kental Daun Tembakau ...28
B. Pembuatan Campuran Serbuk pada Formula Tablet Sublingual ...30
xiii
D. Pengaruh Ac-Di-Sol® dan Magnesium Stearat Terhadap Sifat Fisika
Sediaan Tablet Sublingual Ekstrak Daun Tembakau...45
1. Respon keseragaman bobot ... 46
2. Respon kekerasan tablet ... 48
3. Respon kerapuhan tablet ... 50
4. Respon waktu hancur tablet ... 52
5. Respon waktu pembasahan (wetting time) ... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...56
A. Kesimpulan ...56
B. Saran...56
DAFTAR PUSTAKA ...57
LAMPIRAN ...60
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman tembakau (Anonim, 2004) ...4
Gambar 2. Struktur Magnesium stearat (Rowe, Sheskey, and Owen, 2006) ...14
Gambar 3. Struktur dasar Croscamellose Na (Mohanachandran, Sindhumol,
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Formula Acuan ...23
Tabel II. Formula modifikasi ...24
Tabel III. Hasil Evaluasi Serbuk Campuran pada Formula Tablet
Sublingual...36
Tabel IV. Uji Normalitas Shapiro-Wilk pada Evaluasi Kecepatan Alir
Serbuk untuk Formula a dan b...39
Tabel V. Uji Levene pada Evaluasi Kecepatan Alir Serbuk ...39
Tabel VI. Uji T tidak berpasangan pada Evaluasi Kecepatan Alir Serbuk
Formula a dan b ...40
Tabel VII. Sudut Diam dan Deskripsi Sifat Alir (United States
Pharmacopeial Convention, 2006) ...41
Tabel VIII. Uji Normalitas Shapiro-Wilk pada Evaluasi Kecepatan Alir
Serbuk...41
Tabel IX. Uji Wilcoxon untuk Kelompok Tidak Berpasangan pada
Evaluasi Sudut Diam Serbuk Formula a dan b...42
Tabel X. Range Persentase Indeks Pengetapan dan Deskripsi Sifat Alir
(Aulton, 2002) ...43
Tabel XI. Uji Normalitas Shapiro-Wilk pada Evaluasi Pengetapan...43
Tabel XII. Uji Levene pada Evaluasi Pengetapan ...44
Tabel XIII. Uji T-tidak berpasangan pada Evaluasi Pengetapan Formula a
xvi
Tabel XIV. Hasil Evaluasi Sifat Fisika Tablet Sublingual Ekstrak Daun
Tembakau pada Formula a dan Formula b ...46
Tabel XV. Keseragaman Bobot Tablet Sublingual Formula a dan Formula b 47
Tabel XVI. Uji Normalitas Shapiro-Wilk untuk Respon Bobot Rata-rata
Tablet pada Formula a dan Formula b...47
Tabel XVII. Uji Levene untuk Respon Bobot Rata-rata Tablet ...48
Tabel XVIII. Uji T tidak berpasangan untuk Respon Bobot Rata-rata Tablet
pada Formula a dan Formula b ...48
Tabel XIX. Uji Normalitas Shapiro-Wilk untuk Respon Kekerasan Tablet
pada Formula a dan b ...49
Tabel XX. Uji Levene untuk Respon Kekerasan Tablet ...50
Tabel XXI. Uji T tidak berpasangan untuk Respon Kekerasan Tablet pada
Formula a dan Formula b ...50
Tabel XXII. Uji Normalitas Shapiro-Wilk untuk Respon Kerapuhan Tablet
pada Formula a dan b ...51
Tabel XXIII. Uji Levene untuk Respon Kerapuhan Tablet ...51
Tabel XXIV. Uji T tidak berpasangan untuk Respon Kerapuhan Tablet pada
Formula a dan Formula b ...52
Tabel XXV. Uji Normalitas Shapiro-Wilk untuk Respon Waktu Hancur
Tablet pada Formula a dan b ...53
Tabel XXVI. Uji Levene untuk Respon Waktu Hancur...54
Tabel XXVII. Uji T tidak berpasangan pada Respon Waktu Hancur Formula a
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat keterangan informasi jenis tembakau NO ...61
Lampiran 2. Perhitungan jumlah ekstrak daun tembakau dalam tablet ...63
Lampiran 3. Hasil evaluasi sifat alir serbuk campuran ...64
Lampiran 4. Hasil organoleptis tablet ...65
Lampiran 5. Hasil evaluasi sifat fisika tablet ...66
Lampiran 6. Hasil olahan data denganSoftware R2.14.1...69
Lampiran 7. Lembar kerja uji ekstraksi di LPPT-UGM ...74
Lampiran 8. Certificate of Analysisdari sorbitol...76
Lampiran 9. Dokumentasi alat yang digunakan...78
xviii
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sifat fisika sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau meliputi bobot rata-rata tablet, keseragaman bobot tablet, kekerasan tablet, kerapuhan tablet, waktu hancur tablet danwetting timetablet dengan variasi Ac-Di-Sol®sebagaisuperdisintergrantdan magnesium stearat sebagailubricant.
Rancangan penelitian dibuat kedalam dua jenis formula dengan Ac-Di-Sol® dan magnesium stearat sebagai faktor dan terdapat dua level konsentrasi untuk masing-masing faktor yaitu level rendah dan level tinggi. Evaluasi formula dilakukan dengan uji T tidak berpasangan untuk data yang diasumsikan berdistribusi normal dan uji Wilcoxon untuk data yang diasumsikan berdistribusi tidak normal. Data dianalisis menggunakansoftware R 2.14.1.
Hasil penelitian menunjukkan formula a (Ac-Di-Sol® level rendah dan magnesium stearat tinggi) dan formula b (Ac-Di-Sol® level ringgi dan magnesium stearat rendah) berbeda signifikan pada respon kekerasan tablet dan respon waktu hancur sedangkan untuk respon bobot rata-rata dan kerapuhan tablet tidak berbeda signifikan.
Kata kunci: tablet sublingual, tablet ekstrak tembakau, lubricant,
xix
ABSTRACT
This study aims to know the difference of physical properties of extracts of tobacco leaf of sublingual tablets, which includes the tablet weight average, the weight uniformity, hardness, friability, disintegration time and wetting time of tablets with variation of Ac-Di-Sol®as superdisintegrant and magnesium stearate as lubricant.
The study was designed into two types of formulas with Ac-Di-Sol® and magnesium stearate as factors and there were two concentration levels for each factor which were low level and high level. Evalution of formula were performed with unpaired T-test for normal distribution assumed data and Wilcoxon test for normal distribution not assumed data. Data were analyzed using the R.2.14.1 software.
The results showed that formula a (low level Ac-Di-Sol® and high level magnesium stearat) and formula b (high level Ac-Di-Sol® and low level magnesium stearat) significantly different for hardness response and disintegration time response while for the weight average response and friability response were not significantly different.
1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Tembakau tergolong dalam famili Solanaceae dengan nama ilmiah
Nicotiana tabacum L. memiliki variasi kandungan kimia dengan zat terbanyak yang terkandung adalah nikotina dari golongan alkaloida. Efek farmakologis yang
dihasilkan oleh tembakau berdasarkan dari data-data yang diperoleh yaitu sebagai
diuretik, antispasmodik, emetik, ekspektoran, iritan, homeopati, sedatif dan
pestisida. Menurut penelitian Hutchinson, Emley, Augusta, dan Mich (1988),
nikotina dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi. Namun nikotina pada
saat dimetabolisme oleh hati akan menghasilkan 80% zat kotinin sedangkan efek
antihipertensi terdapat pada nikotina sehingga untuk menghindari first pass effect metabolismmaka dapat dirancang dalam sediaan tablet sublingual.
Formula sediaan tablet sublingual terdiri dari zat aktif dan bahan tambahan
berupa bahan pelicin, bahan penghancur, dan bahan pengisi. Bahan tambahan ini
dalam suatu sediaan tablet berguna untuk meningkatkan stabilitas sifat fisika
sediaan agar efek yang optimal dapat dicapai. Saat ini formulasi yang tepat untuk
sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau masih belum diketahui apalagi
adanya sifat higroskopis dari kandungan nikotina dalam ekstrak dapat
memperburuk sifat alir campuran, maka perlu diketahui adanya pengaruh dari
bahan tambahan yang digunakan sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau
Bahan pelicin (lubricant) membantu mempertahankan nilai estetika sediaan tablet serta mengurangi gesekan antara tablet dengan dinding punch dan
diedi mesin tablet sehingga mudah dikempa. Bahan penghancur (disintegrantdan
superdisintegrant) berguna untuk mempercepat hancurnya tablet sublingual saat diaplikasikan dibawah lidah sehingga efek yang diinginkan dapat berlangsung
cepat. Penambahan bahan pelicin dapat meningkatkan waktu hancur karena
sebagian besar bahan pelicin bersifat hidrofobik (Aulton, 2002).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan sifat fisika
sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau dengan variasi Ac-Di-Sol®
sebagai superdisintegrant dan magnesium stearat sebagai lubricant sehingga dapat menjadi acuan dalam pembuatan tablet sublingual ekstrak daun tembakau
yang memenuhi sifat fisika yang baik meliputi keseragaman bobot, kekerasan
tablet, kerapuhan tablet, waktu hancur dan waktu pembasahan.
1. Permasalahan
Berdasar dari latar belakang yang telah diuraikan, maka didapatkan
permasalahan sebagai berikut: Adakah perbedaan yang signifikan antara
Ac-Di-Sol® level rendah dan magnesium stearat level tinggi dengan Ac-Di-Sol®level tinggi dan magnesium stearat level rendah terhadap sifat fisika sediaan tablet
sublingual ekstrak daun tembakau?
2. Keaslian penelitian
Penelitian terdahulu oleh Hutchinson et al (1988) mengenai dosis nikotina sebagai antihipertensi pada manusia yang sudah dipatenkan di Amerika
mahasiswa Sanata Dharma, yakni Angelina (2012) mengenai kadar nikotina di 1
gram dalam ekstrak yaitu 0,02 gram. Sejauh penelusuran peneliti, penelitian
mengenai “Perbedaan Sifat Fisika Sediaan Tablet Sublingual Ekstrak Daun
Tembakau dengan Variasi Ac-Di-Sol®sebagaiSuperdisintegrantdan Magnesium Stearat sebagaiLubricant” belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi
tentang perbedaan sifat fisika sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau
dengan variasi Ac-Di-Sol® sebagai superdisintegrant dan magnesium stearat sebagailubricant.
b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan memberi gambaran sifat
fisika sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau yang baik kepada
masyarakat melalui parameter keseragaman bobot, kekerasan tablet sublingual,
kerapuhan tablet sublingual, waktu hancur, dan waktu pembasahan tablet (wetting time).
B. Tujuan Penelitian
Mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara Ac-Di-Sol® level rendah dan magnesium stearat level tinggi dengan Ac-Di-Sol® level tinggi dan magnesium stearat level rendah terhadap sifat fisika sediaan tablet sublingual
4
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tanaman Tembakau 1. Susunan taksonomi tanaman tembakau
Susunan taksonomi tanaman tembakau, yaitu sebagai berikut.
Famili : Solanaceae
Sub Famili : Nicotianae
Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotiana tabacum L. (Direktorat Jenderal Perkebunan dan Departeman Kehutanan Republik Indonesia, 2010).
Gambar 1. Tanaman tembakau (Anonim, 2004)
2. Deskripsi tanaman tembakau
Tanaman tembakau berwarna hijau, berbulu halus, batang, dan daun
diliputi oleh zat perekat. Pohonnya berbatang tegak dengan ketinggian rata–rata
mencapai 250 cm, akan tetapi kadang–kadang dapat mencapai tinggi sampai 4
1 tahun. Daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah,
mahkota bunga berbentuk terompet panjang, daunnya berbentuk lonjong pada
ujung runcing, dan kedudukan daun pada batang tegak (Abdullah dan
Soedarmanto, 1982).
Berbagai jenis tembakau dengan berbagai kegunaannya diusahakan di
Indonesia. Secara garis besar, tembakau yang diproduksi di Indonesia dibagi
berdasarkan iklim, yaitu:
a) Tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO), yaitu bahan untuk membuat rokok putih dan rokok kretek;
b) Tembakau musim penghujan/Na-Oogst (NO), yaitu jenis tembakau yang dipakai untuk bahan dasar membuat cerutu, tembakau hisap, dan tembakau
kunyah (Direktorat Jenderal Perkebunan dan Departeman Kehutanan Republik
Indonesia, 2010).
3. Kandungan kimia tanaman tembakau
Keseluruhan kandungan di dalam daun Nicotiana tabacum adalah alkaloida, flavonoida, dan polifenol (Abdullah dan Soedarmanto, 1982). Alkaloid
merupakan senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen
dan berupa sistem siklis. Sifat-sifat alkaloid, yaitu:
a. Umumnya kristal tak berwarna, tidak mudah menguap, tidak larut air.
Beberapa alkaloid berwujud cair dan larut air (misalnya nikotina).
b. Bersifat basa (pahit, racun).
Kandungan alkaloid terbanyak dalam tanaman tembakau adalah nikotina
(Abdullah dan Soedarmanto, 1982). Nicotiana tabacum L mengandung kadar nikotina yang rendah (min n=0,6%) (Direktorat Jenderal Perkebunan dan
Departeman Kehutanan Republik Indonesia, 2010).
4. Kegunaan tanaman tembakau
Tembakau merupakan tanaman musiman yang tergolong dalam tanaman
perkebunan. Tembakau di Indonesia umumnya digunakan sebagai bahan baku
pembuatan rokok. (Direktorat Jenderal Perkebunan dan Departeman Kehutanan
Republik Indonesia, 2010). Nikotina dapat digunakan untuk menurunkan tekanan
darah manusia dengan range dosis 0,00007-0,02 mg/kg BB per jam (Hutchinson,
Emley, Augusta, dan Mich, 1988).
B. Tinjauan tentang Ekstrak 1. Ekstrak
Ekstrak merupakan sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok di luar pengaruh
cahaya matahari langsung yang mengandung banyak unsur (Ansel, 1989).
2. Ekstrak kering
Ekstrak kering adalah ekstrak tumbuhan yang melalui penguapan cairan
pengekstraksi kemudian pengeringan sisanya akan terbentuk suatu produk, yang
sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%. Ekstrak kering
digerus menjadi serbuk (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia, 1979).
3. Proses ekstraksi
Proses ekstraksi merupakan penarikan zat utama yang diinginkan dari
bahan mentah obat menggunakan bahan pelarut yang dapat melarutkan zat yang
diinginkan (Voigt, 1994).
4. Metode ekstraksi
Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan, yaitu maserasi,
perkolasi, dan sokhletasi. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan sifat dari bahan
mentah obat, daya penyesuaian dengan berbagai macam metode ekstraksi untuk
memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989).
a. Maserasi. Maserasi merupakan proses perendaman sampel
menggunakan pelarut organik pada suhu ruangan saat perendaman sampel maka
akan terjadi pemecahan dinding dan membrane sel akibat perbedaan tekanan
antara di dalam dan diluar sel sehingga membrane sel yang ada dalam sitoplasma
akan terlarut dalam pelarut organic dan ekstraksi senyawa akan sempurna (Ansel,
1989)
b. Perkolasi. Perkolasi merupakan proses saat obat yang sudah halus,
diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai dengan cara dilewatkan secara
perlahan pada suatu kolom. Obat dimampatkan dalam suatu alat ekstraksi khusus
yang disebutpercolator(Ansel, 1989).
c. Penyarian dengan alat Soxhlet. Penyarian dengan alat Soxhlet
dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Keuntungannya adalah cairan
penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh hasil yang
lebih pekat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986).
5. Ekstrak tembakau
Ekstrak tembakau merupakan sediaan pekat yang diperoleh dari hasil
ekstraksi daun kering tanaman tembakau. Proses ekstraksi zat aktif dari tanaman
tembakau menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan. Massa yang tersisa yang didapatkan diperlakukan sedmikian
sehingga memenuhi baku yang ditetapkan. Ekstrak pekat tembakau umumnya
memiliki kadar air 5-30% (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia, 1995).
C. Tablet Sublingual
Tablet sublingual merupakan tablet dengan penggunaan per oral yang
disisipkan di bawah lidah biasanya berbentuk datar yang dirancang untuk larut di
bawah lidah dan diabsorpsi melalui mukosa oral sehingga berguna untuk
penyerapan obat yang dirusak oleh cairan lambung dan atau sedikit sekali
diabsorbsi oleh saluran pencernaan (Ansel, 1989).
Tablet sublingual dituntut memiliki absorpsi dan respon farmakologi
cepat. Hal ini dapat dicapai dengan desain formulasi tablet agar mengalami
disintegrasi cepat sehingga zat aktifnya cepat larut di saliva. Zat aktifnya ini dapat
terdiri dari material selulosik, lubrikan, glidant, perasa dan zat penstabil. Efek
farmakalogik yang negatif dihasilkan akibat dari selulosa yang tidak larut di
dalam mulut. Metode evaluasi tablet kempa sublingual sama dengan metode tablet
sublingual cetak (Lieberman, 1989)
D. Metode Kempa Langsung (Direct Compression)
Metode kempa langsung (direct compression) dilakukan pada bahan-bahan yang memiliki sifat kohesifitas tinggi dan memiliki sifat yang mudah
mengalir sehingga memungkinkan untuk langsung dicetak dalam mesin tablet
tanpa memerlukan pembasahan (Ansel, 1989).
Keuntungan utama dari metode kempa langsung yaitu dapat dijadikan
tablet untuk bahan-bahan obat memiliki sifat yang peka lembab dan panas serta
bahan obat yang stabilitasnya dapat terganggu akibat proses granulasi (Voigt,
1994). Kelebihan direct compression yang lain yaitu tahapan produksi yang singkat dimana hanya pencampuran dan pengempaan, peralatan yang digunakan
tidak banyak, ruangan yang diperlukan kecil, dapat meningkatkan stabilitas
produk dengan adanya proses singkat dalam pengempaan (Sulaiman, 2007).
E. Bahan Pelicin (Lubricant)
Bahan pelicin (lubricant) memiliki sejumlah fungsi dalam pembuatan tablet. Lubrikan dapat mencegah adhesi dari bahan tablet terhadap permukaan
tablet (Rudnic dan Schwartz, 2006). Lubrikan juga berfungsi mengurangi gesekan
selama proses pengempaan tablet dan mencegah massa tablet melekat pada
cetakan. Umumnya lubrikan bersifat hidrofobik yang dapat menurunkan
kecepatan desintegrasi dan disolusi tablet sehingga kadar lubrikan yang berlebih
harus dihindari (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik
Indonesia, 1995).
Secara umum, lubrikan yang digunakan yaitu talc, magnesium stearat,
kalsium stearat, asam stearat, polietilen glisil (PEG). Jumlah lubrikan yang
digunakan bervariasi, dapat juga digunakan sangat rendah, yaitu 0,1% dan
beberapa kasus dapat digunakan dalam konsentrasi tinggi, yaitu 5%. Kebanyakan
lubrikan, kecuali talk, digunakan pada konsentrasi dibawah 1%. Talk memerlukan
konsentrasi 5% jika digunakan secara tunggal. Kebanyakan lubrikan merupakan
bahan hidrofobik. Pemilihan yang kurang tepat atau jumlah yang berlebihan dapat
menghasilkan tablet yang tahan terhadap air sehingga pecahnya tablet dapat
menjadi lama dan/atau disolusi obat menjadi tertunda (Rudnic dan Schwartz,
2006).
F. Bahan Penghancur (DisintegrantdanSuperdisintegrant)
Bahan penghancur atau disintegrant merupakan bahan atau campuran bahan yang ditambahkan ke dalam tablet untuk membantu pecahnya atau
disintegrasinya tablet setelah diadministrasikan. Zat aktif harus dilepaskan dari
yang termasuk dalam disintegrant dapat dikelompokkan menjadi pati/amilum, selulosa, gum, dan polimercross-linked(Rudnic dan Schwartz, 2006).
Disintegrant yang paling lama dan masih banyak digunakan adalah amilum kentang dan jangung yang telah dikeringkan dan dibuat kedalam bentuk
serbuk. Amilum memiliki afinitas yang bagus didalam air dan mengembang
ketika terbasahi. Bagaimanapun juga, disarankan agar aksi disintegrasi dalam
tablet terjadi aksi kapiler (capillary action) daripada pengembangan (swelling); bentuk bulat (sferis) dari amilum meningkatkan porositas tablet sehingga dapat
meningkatkan terjadinya aksi kapiler. Penggunaan amilum disarankan 5%, jika
diinginkan disintegrasi yang lebih cepat, jumlah ini dapat ditingkatkan menjadi
10% atau 15% (Rudnic dan Schwartz, 2006).
Ada pula kelompok bahan yang dikenal sebagai superdisintegrant yang memiliki disintegrasi yang lebih baik karena waktu disintegrasi yang sangat cepat
dibandingkan dengan kelompok disintegrant. Croscarmellose, crospovidone, dan
sodium starch glycolate mewakili contoh dari selulosa cross-linked, polimer
cross-linked, dan amilum (starch)cross-linked. Perkembangan dari disintegran ini memunculkan teori baru tentang berbagai mekanisme aksi disintegrasi oleh
disintegrant(Rudnic dan Schwartz, 2006).
Ada empat aksi superdisintegran dalam proses hancurnya tablet, yaitu:
1. Pengembangan (Swelling)
Meskipun tidak semua disintegran efektif mengembang saat kontak
partikel menjadi terpisah. (Mohanachandran, Sindhumol, Kiran, 2011).
Mekanisme ini dapat dipengaruhi oleh struktur pori-pori tablet dimana
semakin kecil pori-pori yang ada didalam tablet maka semakin besar tenaga
untuk menghancurkan tablet (Sulaiman, 2007).
2. Porositas dan aksi kaplier (wicking)
Disintegran yang efektif tidak mengembang diyakini memberikan aksi
disintegrasi melalui porositas dan aksi kapiler. Porositas tablet menyediakan
jalur untuk penetrasi cairan ke dalam tablet. Partikel disintegran (dengan
kekompakan dan kompresibilitas rendah) bertindak untuk meningkatkan
porositas dan menyediakan jalur ke tablet. Cairan akan masuk kedalam jalur
ini melalui aksi kapiler dan memutuskan ikatan interpartikel sehingga tablet
akan pecah (Mohanachandran, Sindhumol, dan Kiran, 2011).
3. Perubahan bentuk (Deformation)
Pada saat proses pengempaan, partikel yang ada didalam tablet akan
berubah bentuknya sehingga bila tablet kontak dengan air maka partikel akan
membantuk kembali ke bentuk asalnya. Dengan demikian, partikel tablet akan
berdesakan sehingga tablet dapat hancur (Mohanachandran, Sindhumol, dan
Kiran, 2011).
4. Berkaitan dengan disintegrasi partikel atau gaya tolak partikel
Mekanisme lain dari disintegrasi untuk menjelaskan pengembangan
(swelling) dari tablet yang terbuat dari disintegran ‘nonswellable’ (yang tidak dapat mengembang). Guyot-Hermann mengajukan teori tolakan partikel
nonswellingdapat menyebabkan pecahnya tablet. Gaya tolakan elektrik antara partikel merupakan mekanisme disintegrasi dan air diperlukan untuk
terjadinya mekanisme ini. Para peneliti menemukan bahwa tolakan tersebut
merupakan mekanisme sekunder dari wicking (Mohanachandran, Sindhumol, dan Kiran, 2011).
Superdisintegrant bertujuan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet saat kontak dengan air sehingga luas permukaan dari
fragmen-fragmen tablet akan meningkat. Dengan demikian, zat aktif dari tablet akan
mudah untuk lepas dan dihantarkan ke tempat aksi (Mohanachandran, Sindhumol,
dan Kiran, 2011). Superdisintegrant memiliki daya mengembang yang sangat cepat dan sangat tinggi yang dapat mendesak isi tablet ke arah luar, akibatnya
tablet cepat hancur. Penggunaan superdisintegrant hanya diperlukan dalam konsentrasi yang kecil. Namun superdisintegrant memiliki sifat sangat higroskopis sehingga tidak dapat digunakan untuk obat-obat yang sensitive
terhadap kelembapan (Sulaiman, 2007).
G. Monografi 1. Magnesium stearat (Mg stearat)
Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran
asam-asam organic padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari
magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan
Magnesium stearat sangat halus, putih berkilau, berbau lemah asam
stearat dan rasa khas, bubuk berminyak saat dipegang, mudah melekat pada kulit,
digunakan sebagai lubrikan tablet dan kapsul (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006).
Magnesium stearat tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter.
Magnesium stearat mengandung setara dengan tidak kurang dari 6.8% dan tidak
lebih ari 8.3% MgO, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan (Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).
CH3(CH2)16COO 2Mg
Gambar 2. Struktur Magnesium stearat (Rowe, Sheskey, and Owen, 2006)
2. Croscarmellose Natrium (Croscarmellose Na)
Croscarmellose Na merupakan polimer crosslinked dari natrium karboksimetilselulosa (CMC Na). Croscarmellose Na digunakan dalam formulasi
bentuk sediaan oral sebagai disintegrant untuk kapsul, tablet, dan granul. Pada formulasi tablet, Croscarmellose Na dapat dilakukan proses kempa langsung
dan proses granulasi basah. Croscarmellose Na dengan konsentrasi sampai 5%
w/w dapat digunakan sebagai disintegrant tablet, walaupun biasanya 2% w/w
digunakan dalam tablet yang disiapkan oleh kompresi langsung dan 3% w/w
dalam tablet yang dibuat dengan proses granulasi basah (Rowe, Sheskey, dan
Gambar 3. Struktur dasar Croscamellose Na (Mohanachandran, Sindhumol, Kiran, 2011)
3. Aerosil®
Aerosil® adalah silium dioksida yang terdispersi tinggi, memiliki luas
permukaan spesifik yang tinggi, dan sangat bagus digunakan sebagai bahan
pengatur aliran. Aerosil® dapat mengurangi lengketnya partikel satu sama lain
sehingga gesekan antar partikel sangat kurang. Adanya gugus silamol
memampukan Aerosil® mengikat lembap (menyerap air 40% dari massanya).
Selain itu, aerosil masih mampu mempertahankan daya alirnya yang baik dalam
bentuk serbuk. Aerosil® biasa lazim digunakan dalam kadar 2% dari bobot tablet
(Voigt, 1994).
4. Amprotab®
Amprotab® terbuat dari Manihot ultilissima Pohl atau biasanya disebut amilum manihot. Amprotab® merupakan amilum pro tablet yang dikhususkan
untuk bahan tambahan pembuatan tablet dan sering digunakan sebagai alternative
kering, tanpa pemanasan, dan terlindung dari kelembapan tinggi. Kekuatan
amprotab® terjadi pada aksi kapiler (Yuliani, Fudholi, dan Wahyuono, 2003).
5. Asam sitrat
Asam sitrat adalah serbuk hablur bening, tidak berwarna, granul sampai
halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam (Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Kelarutan asam sitrat, yaitu satu
gram asam sitrat larut didalam 0,5 mL air, 2 mL alcohol, atau sekitar 30 mL eter;
larut bebas didalam metanol (Reilly, 2006).
Asam sitrat dapat berfungsi sebagai antioksidan, agen bufer, agen
pengkelat. Asam sitrat monohidrat dapat melepaskan airnya pada suhu 40oC
(Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006).
6. Sorbitol
Sorbitol merupakan D-glucitol yang adalah alcohol heksahidrik terkait
dengan manosa dan isometric manitol. Sorbitol tidak berbau, putih atau hampir
tidak berwarna, bubuk kristal, dan higroskopis. Sorbitol memiliki sensasi dingin,
dan rasa manis 50-60% dari kemanisan sukrosa (Rowe, Sheskey, dan Owen,
2006). Satu gram sorbitol larut dalam 0,45 ml air, sedikit larut dalam alcohol,
methanol, atau asam asetat (Reilly, 2006). Sorbitol sangat tidak larut dalam
pelarut organic, bersifat inert, dan dapat bercampur dengan bahan tambahan
H. Uji Sifat Fisika Tablet Sublingual 1. Keseragaman bobot
Menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979), keseragaman bobot
dinyatakan sebagai tidak ada 2 tablet atau lebih yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-rata tablet sebesar 5% dan tidak ada satu tablet pun yang menyimpang
dari bobot ratarata sebesar 10%.
2. Bobot rata-rata
Penyimpangan massa menyatakan seberapa tepat takaran kandungan
bahan aktif pada setiap tabletnya. Seluruh farmakope modern mengijinkan
penyimpangan yang ditentukan oleh sejumlah tertentu tablet dari suatu kelompok,
dimana besar penyimpangan yang diijinkan dalam kaitannya dengan berat masa
rata-rata diperbolehkan sampai sebesar 5-15% (Voigt, 1994).
3. Kekerasan tablet
Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet
melawan tekanan mekanik berupa kerusakan dan keretakan tablet yang mungkin
terjadi selama proses pengemasan, penyimpanan, dan distribusi. Tablet sublingual
memiliki kekerasan 4-8 KP (Ansel, 1989).
4. Kerapuhan tablet
Kerapuhan merupakan massa seluruh partikel yang dilepaskan dari tablet
sebagai akibat adanya beban penguji mekanis. Kerapuhan dinyatakan sebagai
persentase dari kehilangan berat setelah pengujian (Voigt, 1994). Secara umum,
tambahan, tablet yang sudah diuji tidak mengalami capping atau cracking
(Aulton, 2002).
5. Waktu hancur tablet
Waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur dalam medium hingga tidak
ada bagian tablet tersisa di kasa penguji. Faktor yang mempengaruhi waktu
hancur tablet yaitu sifat kimia granul, kekerasan, dan porositas tablet (Parrot,
1971). Batas waktu hancur yang diperbolehkan pada tablet sublingual yaitu dua
menit (Rawas-Qalaji, Simons, dan Simons, 2006).
6. Waktu pembasahan (wetting time)
Uji ini berguna sebagai kontrol kualitas dan mendukung evaluasi tablet
sublingual. Uji ini menggunakan sedikit air yang mewakili kuantitas air yang
tersedia dibawah lidah. Air yang digunakan dapat diganti dengan saliva buatan
(Rawas-Qalaji, Simons, dan Simons, 2006).
I. Uji T Tidak Berpasangan
Uji T tidak berpasangan mengevaluasi perbedaan antara rerata dari dua
kelompok yang tidak saling berhubungan atau berkaitan. Uji T tidak berpasangan
memeriksa adanya perbedaan yang signifikan pada satu faktor (variabel
tergantung) diantara rerata dari dua kelompok bebas. Uji T tidak berpasangan
dapat digunakan pada jenis penelitian deskriptif maupun eksperimental (Yount,
2006). Penggunaan uji T termasuk dalam uji parametric sehingga menganut pada
asumsi-asumsi data berdistribusi normal, sebaran data homogen, dan sampel
pengujian rancangan eksperimen dengan tujuan untuk membandingkan rerata dua
perlakuan yang ada. Data yang digunakan dalam pengujian T adalah data interval
atau data rasio (Riwidikdo, 2010).
J. Landasan Teori
Kandungan ekstrak daun tembakau yaitu alkaloid, flavonoid dan
polivenol. Alkaloid yang terkandung dalam ekstrak daun tembakau sebagian besar
adalah nikotina. Menurut penelitian Hutchinson et al (1988), nikotina dapat menurun tekanan darah dan dosis terapi yang dapat digunakan sebagai
antihipertensi, yaitu 0,00007-0,02 mg/kg/jam. Sekitar 80% nikotina diubah
menjadi kotinin saat di metabolisme di hati sedangkan efek antihipertensi terdapat
pada nikotina maka untuk menghindari first pass effect metabolism, ekstrak daun tembakau dibuat ke dalam bentuk sediaan tablet sublingual.
Formulasi tablet sublingual dibutuhkan zat tambahan lubricant untuk mempertahankan nilai estetika tablet sublingual ekstrak daun tembakau yang
dibuat sehingga tablet lebih stabil dan mempermudahkan pengempaan oleh alat
pengempa dengan salah satu sifat lubricant yaitu dapat mengurangi gesekan antara tablet dengan stempel cetakan tablet sehingga memudahkan pengeluaran
tablet dari mesin cetak. Lubricant yang digunakan dalam formulasi ini yaitu magnesium stearat.
Disintegrant dan superdisintegrant ditambahkan sebagai agen swelling
pada tablet sublingual sehingga pada saat diaplikasikan di bawah lidah dapat
sublingual ekstrak daun tembakau dengan tujuan untuk mempercepat waktu
hancurnya tablet sublingual pada saat diaplikasikan sehingga seluruh tablet akan
cepat terdispersi. Disintegrant yang digunakan dalam formulasi ini adalah Amprotab® sedangkan superdisintegrant yang digunakan yaitu Ac-Di-Sol®. Selain itu, adanya sifat nikotina yang mudah teroksidasi dapat dicegah dengan
penambahan asam sitrat pada formula yang berguna sebagai antioksidan.
Evaluasi sifat fisika pada tablet sublingual terdiri dari uji keseragaman
bobot, uji kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet, uji waktu hancur, dan uji
pembasahan tablet (wetting time). Hasil evaluasi ini dilakukan uji beda menggunakan uji T tidak berpasangan sehingga dapat diketahui ada tidaknya
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok bebas terhadap respon evaluasi
pada penelitian eksperimental.
K. Hipotesis
Adanya perbedaan yang signifikan antara Ac-Di-Sol® level rendah dan magnesium stearat level tinggi dengan Ac-Di-Sol® level tinggi dan magnesium stearat level rendah terhadap sifat fisika sediaan tablet sublingual ekstrak daun
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni.
B. Variabel dalam Penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi Ac-Di-Sol® sebagai
superdisintegrant dan magnesium stearat sebagai lubricant dalam formula sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau.
2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisika sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau yang meliputi keseragaman bobot,
kekerasan tablet, kerapuhan tablet, waktu hancur danwetting time.
3. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah umur tanaman, asal tanaman, waktu panen tanaman, waktu pencampuran, dan kedalaman
lubangdie.
4. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan kelembaban ruangan.
C. Definisi Operasional
2. Superdisintegrant merupakan bahan tambahan pada tablet yang membantu pecahnya tablet secara sangat cepat saat kontak dengan air atau saliva.
3. Lubricant merupakan bahan tambahan pada tablet sebagai pelicin saat proses pembuatan tablet.
4. Keseragaman bobot yang diperbolehkan sesuai dengan acuan Farmakope Indonesia edisi III (1979)
5. Bobot rata-ratayang diperbolehkan penyimpangannya sebesar 5-15%. 6. Kerapuhan tablet yang diperbolehkan untuk sediaan tablet, yaitu tidak lebih
dari 1%.
7. Waktu hancur yang diperbolehkan untuk sediaan tablet sublingual, yaitu tidak lebih dari 2 menit.
8. Wetting time merupakan waktu pembasahan tablet yang digunakan sebagai parameter untuk evaluasi tablet sublingual.
9. Waktu alir merupakan parameter sifat alir serbuk dimana tidak lebih dari 10 detik menunjukkan serbuk memiliki sifat alir yang baik.
10.Pengetapan merupakan paramater sifat alir serbuk dimana serbuk memiliki sifat alir bagus bila indeks tapnya tidak lebih dari 20%.
11.Sudut diam merupakan paramater sifat alir serbuk dimana sudut diam antara 2842menunjukkan sifat alir yang bagus.
D. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat
Beaker glass, kaca arloji, spatula, mortir, stemper, statif, kelem, corong
pengukur kecepatan alir, silinder tetap dengan penyangga, alat pengukur sudut
diam, attrition tester(ATMI Surakarta), volumenometer, hardness tester(Pharmatest® PTB 302),disintegration tester(ATMI Surakarta), cawan petri (9 cm), kertas saring, hair dryer, timbangan analitik (Mettler AE 260 DeltaRange),heater(ALKMAAR Cenco Instrumen b.v., Netherlands), dan mesin kempa tablet (DELTA model VFD007521A, Shanghai).
2. Bahan
Ekstrak kental etanol daun tembakau dari Lembaga Pusat Penelitian
Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM), aquadest, Aerosil® (kualitas farmasetis), sorbitol (kualitas farmasetis), Ac-Di-Sol® (kualitas farmasetis), magnesium stearat (kualitas farmasetis), Amprotab® (kualitas farmasetis), asam sitrat (kualitas farmasetis).
E. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan tablet
a. Formula acuan
b. Formula modifikasi
Tabel II. Formula modifikasi
Bahan Formula a (mg) Formula b (mg)
Aerosil® 3 3
Ekstrak kental daun tembakau 1,75 1,75 Sorbitol 112,75 112,75
c. Persiapan bahan-bahan. Semua bahan ditimbang untuk
masing-masing formula. Campuran I, yaitu ¾ bagian Aerosil®, asam sitrat, dan ekstrak
kental daun tembakau di campur hingga membentuk serbuk kering yang dapat di
kempa. Campuran II, yaitu Ac-Di-Sol®, Amprotab®, dan sorbitol dicampur
didalam mortir hingga homogen. Campuran III, yaitu ¼ bagian Aerosil®
dicampur dengan magnesium stearat hingga homogen. Campuran I dan II
dicampur terlebih dahulu. Setelah homogen, campuran III ditambahkan dan
dicampur hingga homogen. Campuran dimasukkan tersebut ke dalam hopperdan kemudian di tablet dengan berat satu tablet ditimbang sebesar 150 mg dengan
kedalamandie0,59 cm.
2. Uji sifat alir campuran tablet
a. Uji waktu alir. Seratus gram serbuk campuran ditimbang, kemudian
dimasukkan kedalam corong yang ujung tangkainya ditutup. Penutup corong
dibuka dan serbuk dibiarkan mengalir sampai habis. Waktu alir serbuk dicatat.
b. Uji pengetapan. Serbuk dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan
volume 250 mL secara perlahan-lahan kemudian dicatat volumenya. Gelas ukur
setelah pengetapan. Pengetapan diteruskan sampai permukaan serbuk konstan.
Pengurangan volume campuran akibat pengetapan dinyatakan dengan harga tap
(T%).
T% =( )× 100%... (1)
dimana:
Vo = volume sebelum pengetapan (mL)
Vt = volume sesudah pengetapan (mL)
c. Uji sudut diam. Seratus gram serbuk dimasukkan secara perlahan
melalui lubang bagian atas sementara bagian bawah ditutup. Setelah semua serbuk
masuk, penutup dibuka dan serbuk dibiarkan keluar, kemudian diukur tinggi
kerucut yang terbentuk dan diameternya. Sudut diam yang terbentuk dihitung
dengan menggunakan rumus:
Tan ɵ = h / r…………. (2)
dimana:
h = tinggi kerucut (cm)
r = radius permukaan (cm)
3. Uji sifat fisika tablet
a. Uji kekerasan tablet. Tablet diletakkan di alas pada posisi vertikal.
Tombol start pada mesin ditekan dan dicatat hasil tekanan diberikan yang dapat
memecahkan tablet. Percobaan ini dilakukan pada dua puluh tablet. Harga
puratanya dihitung.
suhu 37oC. Alat dijalankan sampai semua fraksi pecahan tablet lewat ayakan dan
dicatat waktu yang diperlukan sebagai waktu hancur.
c. Uji keseragaman bobot. Dua puluh tablet diambil dari
masing-masing formula. Satu per satu tablet tersebut ditimbang. Rata-rata tiap tablet
dihitung untuk mengetahui bobot rata-rata.
d. Uji kerapuhan. Dua puluh tablet ditimbang sebagai bobot awal
kemudian dimasukkan ke dalam drum pleksiglass dan menghidupkan tombol dengan kecepatan putar 29 putaran/menit. Tablet dibersihkan dari debu kemudian
ditimbang kembali. Selisih dari penimbangan awal dengan penimbangan akhir
dihitung dan persen kerapuhan dihitung dengan menggunakan rumus:
% kerapuhan =( )× 100%... (3)
dimana:
W1 = bobot tablet sebelum pengujian kerapuhan
W2 = bobot tablet sesudah pengujian kerapuhan
e. Uji waktu pembasahan (Wetting Time). Dua lembar kertas saring diletakkan kedalam cawan petri yang telah berisi 9 mL larutan bufer saliva
simulasi dengan pH 6.8. Larutan bufer saliva simulasi dibuat dengan komposisi
NaCl (0.126 g), KCl (0.964 g), KSCN (0.189 g), KH2PO4 (0.655 g), dan urea
(0.200 g) ke dalam 1 liter aquadest. Tiga tablet diletakkan di atas kertas dan
mencatat waktu yang digunakan untuk membasahi tablet dengan sempurna.
F. Analisis Hasil
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah bobot rata-rata tablet,
kekerasan tablet, kerapuhan tablet, dan waktu hancur yang dianalisis
menggunakan uji hipotesis komparatif variabel numerik dua kelompok yang
terbagi kedalam dua uji berdasarkan normal tidaknya distribusi data respon. Jika
data respon memenuhi distribusi normal, maka data dianalisis dengan uji hipotesis
komparatif variabel numerik berdistribusi normal dua kelompok tidak
berpasangan (Uji T Tidak Berpasangan). Sebaliknya jika data respon tidak
memenuhi distribusi normal, maka data dianalisis dengan uji hipotesis komparatif
variabel numerik distribusi tidak normal, dua kelompok tidak berpasangan (Uji
Mann-whitney atau Uji Wilcoxon untuk kelompok tidak berpasangan).
Uji hipotesis komparatif variabel numerik dua kelompok dapat
membandingkan dua formula sehingga dapat diketahui adanya perbedaan
pengaruh yang signifikan antara Ac-Di-Sol®level rendah dan magnesium stearat level tinggi (pada formula a) dengan Ac-Di-Sol® level tinggi dan magnesium stearat level rendah (pada formula b) terhadap sifat fisika sediaan tablet sublingual
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Ekstrak Kental Daun Tembakau
Daun tembakau kering yang diperoleh dari PT.Perkebunan Nusantara X
Klaten dikeringkan di dalam almari pengering selama dua hari dengan tujuan
untuk mendapatkan simplisia daun tembakau yang benar-benar kering sehingga
lebih mudah untuk dilakukan penyerbukan. Hal ini terlihat saat simplisia mudah
hancur saat diremas. Simplisia daun tembakau yang benar-benar kering dilakukan
penyerbukan dengan mesin penyerbuk. Serbuk daun tembakau kemudian diayak
dengan pengayak berdiameter 1 mm. Tujuannya untuk mendapatkan ukuran
partikel serbuk yang seragam dan halus agar dapat diperoleh kandungan nikotina
dari daun tembakau dengan jumlah yang lebih banyak saat dilakukan penyarian
dimana semakin halus serbuk maka luas permukaan spesifik serbuk yang kontak
dengan pelarut semakin besar.
Metode ekstraksi yang dilakukan adalah penyarian dengan alat Soxhlet.
Pemanasan pada metode ekstraksi ini dilakukan selama enam jam secara terus
menerus dengan tiga kali sirkulasi. Prinsip penyarian dengan alat Soxhlet adalah
ekstraksi menggunakan pelarut cara panas yang selalu baru yang dilakukan
dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Metode ekstraksi ini dipilih
diperoleh hasil yang lebih pekat, dan zat aktif yang akan diisolasi tahan terhadap
panas.
Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi ini adalah etanol 96%. Adapun
pelarut ini memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih selektif, kapang dan kuman
sukar tumbuh pada etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, etanol dapat
bercampur dengan air dalam berbagai perbandingan, panas yang diperlukan untuk
pemekatan lebih sedikit, dan etanol dapat melarutkan basa alkaloid (Anonim,
1986). Pada penelitian ini, basa alkaloid yang diinginkan adalah nikotina.
Setelah didapatkan ekstrak pekat yang terlarut dalam pelarut etanol,
maka dilakukan penguapan menggunakan vacuum rotary evaporator yang
dilanjutkan dengan penguapan diatas waterbath pada suhu 80-90C. Tujuan
penguapan ini adalah untuk menghilangkan pelarut yang dimungkinkan
terkandung dalam ekstrak sehingga ekstrak yang dihasilkan benar-benar hanya
ekstrak saja tanpa adanya kontaminasi pelarut. Suhu yang digunakan padavacuum
rotary evaporator adalah 60C. Prinsip dari vacuum rotary evaporator adalah dengan adanya vakum, tekanan dalam sistem dapat diturunkan sehingga suhu
untuk menguapkan pelarut dapat dikontrol. Adanya penurunan tekanan maka titik
didih suatu senyawa dalam sistem akan menurun. Dengan demikian senyawa yang
terkandung dalam ekstrak pekat tidak rusak. Selain itu, adanya rotary meratakan pemanasan sehingga pelarut dapat menguap sempurna. Setelah penguapan dengan
vacuum rotary evaporator, kemudian dilanjutkan penguapan diatas waterbath
dengan suhu dan pemanasan pada bagian ekstrak sama. Penguapan diatas
didalam ekstrak. Suhu pemanasan pada waterbath dijaga antara 80C-90C
dimana suhu ini berada di atas titik didih etanol, yaitu 78C dan dibawah titik
didih nikotina, yaitu 247C. Adapun hasil dari ekstraksi ini, yaitu berupa ekstrak
kental daun tembakau.
Ekstrak kental yang diperoleh dimasukkan lagi ke dalam oven dengan suhu 50C. Tujuannya untuk mendapatkan ekstrak yang benar-benar terbebas dari
pelarut. Setelah itu, ekstrak diletakkan dalam wadah kaca yang ditutupi dengan
aluminium foildan disimpan kedalam almari pendingin.
Proses ektraksi tidak dilakukan oleh peneliti tetapi dilakukan di Lembaga
Pusat Penelitian Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM).
B. Pembuatan Campuran Serbuk pada Formula Tablet Sublingual
Secara umum, sediaan tablet sublingual terdiri dari zat aktif dengan
bahan tambahan berupa superdisintegrant, bahan penghancur (disintegrant), perasa, pemanis, surfaktan, bahan pengikat (binder), pewarna (color), bahan pelicin (lubricant), bahan pengisi (filler), dan bahan pengawet. Pada penelitian ini, formula tablet sublingual ekstrak daun tembakau terdiri zat aktif dengan bahan
tambahan berupa superdisintegrant,disintegrant, pemanis sekaligus filler-binder,
lubricant, dan pengawet.
Superdisintegrant dan disintegrant berfungsi untuk mendapat aksi disintegrasi tablet dalam waktu yang cepat saat diaplikasikan dibawah lidah.
karboksimetilselulosa. Ac-Di-Sol® memiliki dua mekanisme aksi disintegrasi yaitu swelling dan wicking dengan waktu pengembangan kurang dari 10 detik. Selain itu, Ac-Di-Sol® merupakan superdisintegrant dalam tablet yang dapat dilakukan dengan metode kempa langsung. Disintegrant yang digunakan adalah
amylum for tablet dengan nama paten Amprotab®. Disintegrant ini ditambahkan dengan tujuan membantu meningkatkan waktu hancur tablet selain
superdisintegran. Adanya kombinasi superdisintegrant dan disintegrant
diharapkan tablet sublingual dapat mempercepatkan disintegrasi tablet sehingga
zat aktif dapat keluar dari tablet dan segera diabsorpsi.
Pemanis berfungsi sebagai pemberi rasa manis untuk mengurangi rasa
pahit dari zat aktif yang digunakan, yaitu ekstrak daun tembakau. Sorbitol padat
dipilih sebagai pemanis dalam tablet sublingual. Sorbitol merupakan gula alkohol
yang memiliki rasa manis 50-60% dari kemanisan sukrosa dan dapat memberikan
sensasi dingin sehingga sorbitol biasanya digunakan untuk sediaan-sediaan yang
memerlukan mouthfeel yang nyaman. Sorbitol kebanyakan digunakan sebagai
filler-binder dalam formulasi tablet dengan metode kempa langsung dengan konsentrasi 25%-90% (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006). Dengan demikian,
sorbitol dipilih sebagai pemanis sekaligus filler-binder didalam tablet sublingual ekstrak daun tembakau.
Lubricant dalam formulasi tablet sublingual ekstrak kering daun tembakau digunakan untuk mencegah terjadi penempelan serbuk campuran pada
punch dan die. Lubricant yang digunakan adalah magnesium stearat yang sering digunakan sebagai bahan pelicin dalam formulasi tablet. Lubricant memudahkan pengeluaran tablet keluar dari ruang cetak dengan mencegah dan mengurangi
gesekan antara logam punch atas dengan logam punch bawah dan pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan permukaan sisi tablet
(Voigt, 1994).
Pengawet didalam formula ini berguna untuk menjaga kestabilan zat aktif
didalam tablet. Jenis pengawet yang dipilih adalah antioksidan, yaitu asam sitrat.
Adapun nikotina memiliki sifat yang mudah teroksidasi (Gorrod dan Jacob, 1998)
maka asam sitrat sebagai antioksidan akan menjaga senyawa nikotina didalam
ekstrak daun tembakau agar tidak mengalami oksidasi menjadi radikal bebas
sehingga efek nikotina sebagai antihipertensi yang diinginkan dari tablet
sublingual ekstrak daun tembakau tidak berkurang.
Ekstrak daun tembakau yang digunakan sebagai zat aktif didalam tablet
sublingual merupakan ekstrak kental daun tembakau. Kandungan terbanyak dalam
daun tembakau adalah nikotina dan menurut penelitian hutchinson et al (1988), nikotina dapat menurunkan tekanan darah manusia pada dosis 0,00007-0,02
mg/kg/jam. Adanya data penelitian kandungan nikotina dalam 1 gram ekstrak oleh
Angelina (2012) yaitu 0,02 gram nikotina. Maka, dengan mengkonversi dosis
untuk berat badan manusia 50 kg dan kandungan ekstrak daun tembakau ini
didapatkan untuk jumlah ekstrak daun tembakau untuk formula 1 tablet, yaitu
Proses pencampuran terdiri dari tiga campuran yang berbeda-beda
terlebih dahulu kemudian baru disatukan. Campuran I, yaitu Aerosil, ekstrak
kental daun tembakau, dan asam sitrat. Campuran dilakukan dengan menggerus ¾
Aerosil®, ekstrak kental daun tembakau, dan asam sitrat sehingga membentuk
serbuk ekstrak yang dapat dikempa langsung menjadi bentuk sediaan tablet.
Aerosil® didalam campuran ini berfungsi untuk mengikat lembab yang
terkandung dalam ekstrak kental. Aerosil® mampu mengikat lembab melalui
gugus silanolnya dan dapat mempertahankan daya alirnya yang baik sebagai
serbuk (Voigt, 1994). Asam sitrat berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah
kandungan nikotina didalam ekstrak mengalami oksidasi yang dapat mengurangi
efek yang diinginkan dari nikotina. Campuran II, yaitu Ac-Di-Sol®, Amprotab®,
dan sorbitol. Ketiga bahan ini dicampur sampai homogen didalam mortir.
Campuran III, yaitu pencampuran magnesium stearat dan ¼ Aerosil®.
Pencampuran ini bertujuan untuk memperbaiki sifat glidan yang ada pada
magnesium stearat karena magnesium stearat memiliki sifat glidan yang kurang
baik. Aerosil® memiliki luas permukaan spesifik tinggi dan terbukti sangat
menguntungkan sebagai glidan (bahan pengatur aliran) dengan melalui aglomerat
Aerosil® yang berbentuk bundar dan tidak bersifat adhesi. Aerosil® juga dapat
mengatasi lengketnya partikel satu sama lain sehingga mengurangi gesekan antar
partikel (Voigt, 1994). Ketiga campuran dicampur menjadi satu dengan urutan
campuran I dan campuran II dicampur terlebih dahulu baru campuran III
ditambahkan terakhir. Campuran ini dicampuran dengan waktu pencampuran 3
C. Hasil Evaluasi Serbuk Campuran pada Formula Tablet Subulingual
Tablet sublingual diletakkan dibawah lidah dan difasilitasi dengan waktu
hancur yang cepat, dengan tujuan mendapatkan efek sistemik secara cepat
(Aulton, 2002) dengan pertimbangan adanya saliva yang banyak dibawah lidah
dapat menyebabkan tertelannya tablet sedangkan tablet sublingual dirancang tidak
untuk ditelan tetapi diabsorpsi oleh mukosa dibawah lidah. Oleh karena itu,
adanya tuntutan waktu hancur yang lebih cepat maka jumlah bahan penghancur
yang ditambahkan lebih banyak dibandingkan dengan tablet kempa konvensional.
Alternatif lain dapat digunakan bahan penghancur super (superdisintegrant) yang memiliki mekanisme pengembangan (swelling) yang lebih cepat. Dengan demikian, superdisintegrantdipilih sebagai salah satu faktor dalam penelitian ini, yaitu croscarmellose natrium dengan nama paten Ac-Di-Sol®.
Lubricant juga dipilih sebagai faktor dalam rancangan penelitian ini karena umumnyalubricant bersifat hidrofobik (Aulton, 2002). Pada penelitian ini digunakan magnesium stearat sebagai lubricant. Magnesium stearat ini bersifat hidrofobik sehingga waktu hancur pada tablet sublingual lebih lama padahal tablet
sublingual diharapkan memiliki waktu hancur yang cepat. Namun, dalam
formulasi tablet sublingual, lubricant diperlukan untuk mencegah adanya adhesi serbuk denganpunchataudiepada mesin tablet. Dengan demikian, ada dua faktor pada penelitian ini, yaitu superdisintegrant (Ac-Di-Sol®) dan lubricant
(magnesium stearat) yang digunakan dalam formulasi tablet sublingual ekstrak
Setiap faktor yang dipilih dalam penelitian ini dirancang kedalam dua
level yaitu level rendah dan level tinggi. Pemilihan nilai level rendah dan level
tinggi diacu berdasarkan Handbook of Pharmaceutical Excipient edisi kelima. Untuk faktor superdisintegrant (Ac-Di-Sol®), nilai level rendah, yaitu 0,5% sedangkan nilai level tinggi, yaitu 5%. Untuk faktor lubricant (magnesium stearat), nilai level rendah, yaitu 0.25% sedangkan nilai level tinggi, yaitu 5%
(Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006). Nilai ini dihitung terhadap bobot tablet yang
diinginkan. Namun berdasarkan hasil orientasi diperoleh untuk faktor
superdisintegrantdan faktorlubricantpada level rendah, yaitu 1% dan pada level tinggi 5%.
Penelitian dirancang kedalam dua formula dengan level faktor yang
berbeda. Pada formula a merupakan formula dengan Ac-Di-Sol®level rendah dan magnesium stearat level tinggi sedangkan formula b merupakan formula dengan
Ac-Di-Sol® level tinggi dan magnesium stearat level rendah. Masing-masing formula yang sudah dicampur homogen kemudian dilakukan pengempaan tablet
dan pengujian respon bobot rata-rata, kekerasan tablet, kerapuhan tablet, waktu
hancur, dan waktu pembasahan (wetting time). Namun sebelum dilakukan pengempaan tablet, terlebih dahulu dilakukan evaluasi terhadap serbuk campuran
formula yang akan dikempa. Evaluasi tersebut meliputi uji waktu alir, uji sudut
diam, dan uji pengetapan. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kualitas serbuk
yang dihasilkan karena metode pengempaan yang dilakukan pada penelitian ini
adalah metode kempa langsung sehingga diharapkan serbuk campuran dari
dengan metode pengempaan yang dilakukan agar tablet yang dibuat menghasilkan
mutu yang baik.
Tabel III. Hasil Evaluasi Serbuk Campuran pada Formula Tablet Sublingual
Formula dan replikasi
Evaluasi sifat alir
Kecepatan alir (g/s) Sudut diam() Pengetapan (%) Formula
Formula a : Ac-Di-Sol®level rendah dan magnesium stearat level tinggi Formula b : Ac-Di-Sol®level tinggi dan magnesium stearat level rendah
Data serbuk campuran dievaluasi menggunakan uji T tidak berpasangan.
Evaluasi sifat alir serbuk campuran menggunakan Uji T tidak berpasangan
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan signifikan pada hasil evaluasi
sifat alir antara formula a dan formula b.
Penggunaan uji T termasuk dalam uji parametrik sehingga menganut
pada asumsi-asumsi data berdistribusi normal, sebaran data homogen, dan sampel
diambil secara acak (Riwidikdo, 2010). Dengan demikian, sebelum dilakukan uji
T tidak berpasangan, terlebih dulu dilakukan uji normalitas dan uji sebaran data
homogen.
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji normalitas
Shapiro-Wilk. Uji normalitas Shapiro-Wilk dipilih karena data pada penelitian ini dalam
jumlah yang sedikit (kurang dari 50 sampel). Uji normalitas Shapiro-Wilk
dipertimbangkan lebih baik untuk sampel dalam ukuran kecil (Marqus de Sá,
2007). Bila nilai signifikansi pada uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan nilai
Sebaliknya, bila nilai signifikansi pada uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan
nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka data tersebut diasumsikan berdistribusi
tidak normal (Yount, 2006). Data yang diasumsikan berdistribusi tidak normal
tidak dapat dievaluasi dengan uji T karena syarat uji T adalah data yang akan diuji
diasumsikan berdistribusi normal. Alternatif uji yang dapat digunakan sebagai
pengganti uji T adalah uji non parametrik. Uji non parametrik yang dapat
digunakan menurut rancangan penelitian ini adalah uji Wilcoxon untuk kelompok
tidak berpasangan. Hipotesis null ditolak bila nilai signifikansi dari hasil uji
Wilcoxon lebih dari 0,05 (Karp, 2010).
Bila didapatkan data yang diasumsikan distribusi normal, maka data
tersebut dilakukan uji Levene untuk mengetahui sebaran data homogen (kesamaan
varians). Hipotesis null dari kesamaan varians ditolak bila level signifikansi lebih
dari 5% (Marqus de Sá, 2007). Dengan demikian, bila nilai signifikansi pada uji
Levene lebih dari 0,05 maka data diasumsikan memiliki kesamaan varians.
Sebaliknya, bila nilai signifikansi uji Levene kurang dari 0,05 maka data tidak
diasumsikan memiliki kesamaan varians. Uji Levene ini menentukan uji T tidak
berpasangan yang akan digunakan. Bila hasil uji Levene menunjukkan data
diasumsikan memiliki kesamaan varians, maka data penelitian dapat dievaluasi
dengan uji T tidak berpasangan. Namun bila hasil uji Levene menunjukkan data
tidak diasumsikan memiliki kesamaan varians, maka data penelitian dievaluasi