• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA MENONTON FILM DI TELEVISI YANG BERNUANSA KEKERASAN DAN PERILAKU AGRESIF FISIK SISWA KELAS IV SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009-2010 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA MENONTON FILM DI TELEVISI YANG BERNUANSA KEKERASAN DAN PERILAKU AGRESIF FISIK SISWA KELAS IV SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009-2010 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program S"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Beatrix Puspitasari NIM: 051114043

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

“Hidup ini indah dan seindah nama penciptanya...TUHAN...” “ Melihat dengan Hati “

“ Selalu berharap dan jangan pernah takut untuk gagal “

Penulis

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Kedua orang tua ku (Bp. RB. Teguh dan Ibu. R. Sarinah)dan kedua adekku (Jalu dan Aji), yang selalu mendoakan, mendukung, memberi semangat, memberi kepercayaan, dan kasih sayangnya kepadaku.

Kekasih dan sahabatku (Mas Advri) yang selalu memberi semangat, dukungan, dan memberi kasih sayang kepadaku, Alm. Mas. Robet yang pernah mendampingi dan sayang kepadaku, dan semua teman dan sahabatku selama kuliah di Prodi BK USD. Semua tenaga pengajar (dosen) Prodi BK USD, terutama dosen yang telah dengan sabar membimbingku dalam pengusunan skripsi ini.

(5)

v

Yogyakarta, 26 November 2010 Penulis

(6)

vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN KAMPUS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :

Nama : Beatrix Puspitasari NIM : 051114043

Demi kepentingan Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Karya Ilmiah saya yang berjudul “Pengaruh Harapan, Kualitas Produk dan Kepuasan konsumen terhadap Loyalitas konsumen” Studi Kasus pada Konsumen konsumen Circle K Demangan Baru Yogyakarta. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkodean data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta. Pada tanggal 5 Oktober 2010.

Yang menyatakan,

(7)

vii

TAHUN AJARAN 2009-2010 Beatrix Puspitasari

051114043

Penelitian ini menggambarkan hubungan antara menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan dan perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010. Masalah penelitian ini adalah “Seberapa seringkah siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010 menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan?”; “Seberapa seringkah siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010 berperilaku agresif fisik pada saat bermain di sekolah?”; dan “Apakah ada hubungan antara menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan dan perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010?”.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan korelasional. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010 yang berjumlah 155 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah “Kuesioner Film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan” dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,869 dan “Kuesioner Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV SD” dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,913. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan rumus prosentase, untuk mengetahui frekuensi menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan dan frekuensi perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD. Sedangkan, rumus korelasi Pearson Item Total digunakan untuk menganalisis hubungan antara kuesioner Menonton Film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan dan kuesioner Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV SD.

(8)

viii

THE CORRELATION BETWEEN WATCHING VIOLENCE FILM ON TELEVISION AND PHYSICALLY AGGRESSIVE ATTITUDE OF THE FOURTH

GRADE STUDENTS OF SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA IN ACADEMIC YEAR 2009 - 2010

Beatrix Puspitasari 051114043

This research describes the correlation between watching violence film on television and physically aggressive attitude of the fourth grade students of SD Pangudi Luhur Yogyakarta in academic year 2009 - 2010. The problems of this research are “How often do the fourth grade students of SD Pangudi Luhur Yogyakarta in academic year 2009 – 2010 watch violent film on television?”; “How often do the fourth grade students of SD Pangudi Luhur Yogyakarta in academic year 2009 - 2010 do physically aggressive attitude when playing in school?”; and “Is there any correlation between watching violence in film on television and physically aggressive attitude of the fourth grade students of SD Pangudi Luhur Yogyakarta

in academic year 2009 - 2010?”.

This research is descriptive and co-relational research The subject of fourth grade students of SD Pangudi Luhur Yogyakarta in2009 - 2010 that consist of 155 students. The instruments of the research are “Watching Violent Film on Television Questionnaire” with 0,869 reliability coefficient and “Physically Aggressive Attitude of the Fourth Grade Elementary School Students Questionnaire” with 0,913 reliability coefficient. This research is analyze by percentage formula to find the frequencies of watching violent film on television and frequencies of physically aggressive attitude of the fourth grade elementary school students. While the Pearson Item Total Correlation Formula is used to analyze the correlation between watching violent film on television questionnaire and the pysically aggressive attitude of the fourth grade elementary school students’ questionnaire.

(9)

ix

Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan dan memperolah gelar sarjana. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang mendukung keberhasilan dan kelancaran penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan kerelaan mereka, banyak hambatan yang akan ditemuai oleh peneliti. Oleh karena itu, dengan tulus hati, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. MM. Sri Hastuti, M. Si. Sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini dan sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing, mendampingi peneliti dengan penuh kesabaran selalu memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dan memotivasi peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

2. Segenap tenaga pengajar (dosen) dan karyawan Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah banyak mendukung studi peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi pada waktunya.

3. Kepala Sekolah SD Kanisius Demangan Baru Y. Hariyanta, S.Pd. yang telah mengijinkan peneliti mengadakan uji coba penelitian.

4. Kepala Sekolah SD Pangudi Luhur Yogyakarta Br. Bonifasius Kasmo Raharjo, S.Pd., FIC yang telah mengijinkan peneliti untuk mengadakan penelitian.

(10)

x

Yogyakarta yang telah menerima peneliti dengan sangat baik dan tangan terbuka.

7. Siswa-siswi SD Kanisius Demangan Baru dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta yang sudi bekerja sama dengan peneliti pada waktu pelaksanaan uji coba dan penelitian.

8. Bapak RB. Teguh dan Ibu R. Sarinah yang sangat mendukung dan sangat menyayangi peneliti....” Bp,Ibu....terima kasih banyak ya...”

Adek jalu dan adek Aji yang selalu mendukung dan memberi kebahagiaan karena cinta kalian...”Makasih ya adek-adek ku sayang...”

9. Mas Advriyanto Sutriadi yang dengan rela selalu membantu, sayang, sabar, dan mendampingi peneliti selama penyusunan skripsi, dan alm. Mas Robet terima kasih buat pendampingannya selama Beatrix di jogja.

10.Keluarga Simbah Pranan yang selalu mendukung, menyayangi dan menjaga peneliti selama peneliti mengalami masa-masa sulit di awal tahun 2010...”Terima Kasih Simbah, bulek, Om, dan Dina....selama ini sudah baik ma beatrix...”.

11.Teman-teman satu angkatan 2005 yang selama ini menawarkan kebersamaan dan keceriaan semasa kuliah.

12.Teman-teman KMPKS terima kasih untuk semua kebahagiaan yang telah kalian berikan selama ini, terima kasih banyak buat bantuan dan dukungannya.

13.Semua teman, sabahat terima kasih untuk semua hari-hari bahagia yang kalian berikan padaku, maaf jika Beatrix pernah salah atau membuat kalian terluka....”Terima Kasih banyak buat kebahagiaan yang pernah kalian berikan....”.

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 9

BAB II: LANDASAN TEORI A. Perilaku Agresif ... 10

1. Pengertian Perilaku Agresif ... 10

(13)

xiii

B. Film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan ... 22

C. Hubungan antara Menonton Film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan dan Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV SD ... 25

D. Hipotesis ... 27

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28

B. Populasi Penelitian ... 28

C. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 29

D. Prosedur Penelitian ... 32

E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 35

G. Uji Coba Kuesioner ... 36

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

B. Hubungan Antara Menonton Film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan dan Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2009-2010 ... 45

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 46

BAB V: PENUTUP A. Ringkasan ... 53

B. Kesimpulan ... 57

(14)

xiv

(15)

xv

Tabel 2.2 : Judul Film yang Bernuansa Kekerasan Fisik

yang Kerap Ditonton oleh Anak-anak ... 25 Tabel 3.1: Komposisi Populasi Penelitian ... 28 Tabel 3.2: Kisi-kisi Kuesioner Menonton Film di Televisi

yang Bernuansa Kekerasan ... 30 Tabel 3.3: Kisi-kisi Kuesioner Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV ... 31 Tabel 3.4: Hasil Uji Coba Kuesioner Perilaku Agresif Fisik Siswa

Kelas IV SD menggunakan rumus Cronbach’s Alpha……….36 Tabel 3.5: Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Perilaku Agresif Fisik

Siswa Kelas IV SD Menggunakan Rumus Product Moment

dari Pearson……….. ... 38 Tabel 4.1: Menonton Film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan

Siswa Kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2009-2010... 40 Tabel 4.2: Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV SD Pangudi Luhur

(16)

xvi

1. Reliability uji coba penelitian pada kuesioner Tayangan Televisi yang Bernuansa Kekerasan

2. Correlations uji coba penelitian pada kuesioner Tayangan Televisi yang Bernuansa Kekerasan

3. Reliability uji coba penelitian pada kuesioner Perilaku Agresif 4. Correlations uji coba penelitian pada kuesioner Perilaku Agresif 5. Kuesioner Tayangan Televisi yang Bernuansa Kekerasan 6. Kuesioner Perilaku Agresif

7. Reliability penelitian pada kuesioner Tayangan Televisi yang Bernuansa Kekerasan 8. Correlations penelitian pada kuesioner Tayangan Televisi yang Bernuansa Kekerasan 9. Reliability penelitian pada kuesioner Perilaku Agresif

10.Correlations penelitian pada penelitian Perilaku Agresif

11.Correlations kuesioner Antara Tayangan Televisi yang Bernuansa Kekerasan dan Perilaku Agresif

12.Frekuensi menonton tayangan televisi yang bernuansa kekerasan 13.Frekuensi perilaku agresif

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kreativitas manusia dalam memanfaatkan teknologi komunikasi untuk kepentingan hiburan maupun komersial memang luar biasa. Hal ini dapat ditemukan mulai dari pengembangan teknologi di bidang pertelevisian, video game, sampai pada penciptaan dunia maya melalui internet. Dari sekian banyak pengembangan teknologi informasi, media televisi merupakan salah satu sumber informasi dan hiburan bagi masyarakat luas. Film di televisi merupakan sarana atau media informasi yang sangat populer karena kesanggupannya menerima siaran dan pancaran yang membawa informasi audio dan visual.

(18)

film di televisi lebih dari 7 sampai 8 jam. Jika di rata-rata 4 jam sehari, berarti setahun sekitar 1.400 jam, atau 18.000 jam sampai seorang anak lulus SMA. Padahal waktu yang dilewatkan anak-anak mulai dari TK sampai SMA hanya 13.000 jam. Ini berarti anak-anak meluangkan lebih banyak waktu untuk menonton film di televisi daripada untuk kegiatan apa pun, kecuali tidur (Pikiran Rakyat, 29 April 2004).

Sementara itu Hearold, (1986, dalam Surbakti, 2008: 126) mengemukakan bahwa:

“ Tayangan kekerasan mendorong anak-anak menjadi anti sosial, melanggar peraturan, tidak mau menaati hukum, melakukan penyerangan, baik secara verbal maupun fisik. Mereka merasa dunia ini penuh dengan kekerasan dan senang menggunakan kekerasan. Berbagai macam perilaku yang ditunjukan anak-anak baik jenis maupun jumlahnya mengindikasikan betapa kuatnya hubungan tayangan kekerasan dan jumlah jam yang dihabiskan anak-anak untuk menonton tayangan televisi yang bersifat kekerasan dengan perilaku anak-anak (Hearold, 1986 ).

(19)

untuk tujuan melukai atau mencederai orang lain. Sementara itu Freud (1930, dalam Surbakti, 2008: 130), mengatakan bahwa kecenderuangn agresif manusia adalah bawaan dari lahir, bebas dan bersifat instingtif. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif bertujuan untuk melukai atau mencenderai orang lain baik itu secara fisik maupun psikis.

Di Indonesia pun fenomena kekerasan berkembang sangat pesat. Hal ini berhubungan dengan banyaknya film di televisi yang menampilkan nuansa kekerasan. Sebagai contoh film Smackdown yang sangat digemari oleh banyak anak. Kompas 16 Desember 2006, memberitakan seorang anak (Gusti Heria,3 tahun) kaki kirinya mengalami cidera setelah dibanting oleh 5 temannya. Hal ini terjadi karena mereka sering menonton Smackdown, dan meniru adegan-adegan yang ada di dalamnya. Peristiwa yang sama dialami oleh banyak keluarga, bahkan ada yang anaknya sampai meninggal dunia. Belum lagi mereka yang terluka parah sehingga mengganggu aktivitas keseharian anak-anak tersebut.

(20)

Contoh kekerasan fisik paling nyata dialami oleh Angga Irawan (12 tahun), siswa SDN Pintukisi 2 Kota Sukabumi Jawa Barat, yang terpaksa dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan dokter. Ia mendapat luka memar di pelipis setelah mendapatkan aksi SmackDown dari teman sekelasnya (Media Indonesia, 28 November 2006). Seketika itu juga berita tersebut memicu beberapa berita tentang kejadian kekerasan ala smackdown yang dilakukan juga oleh beberapa anak. Sebut saja Dika, siswa kelas 3 SD ini harus kehilangan nyawa setelah mendapat perlakuan kasar dari teman-temannya yang meniru gerakan-gerakan smackdown. Tak hanya Dika, banyak anak yang sudah menjadi korban bahkan ada pula yang masih dalam usia balita. Ada anak yang tangannya dipelintir dan lehernya dipiting, kemudian kepalanya dihantamkan ke papan tulis sampai berulang kali oleh teman yang menirukan aksi dari film smackdown hingga ia meninggal dunia. Jumlah korban kekerasan ini semakin hari semakin bertambah banyak (Syailendra Putra, 2009: 19). Dari beberapa contoh di atas dapat digambarkan dengan jelas bahwa terdapat hubungan yang erat antara menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan dan perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010.

(21)

gerakan cepat disertai oleh efek suara dahsyat. Semakin cepat gerakan-gerakan yang ditampilkan oleh film tersebut semakin tinggi tingkat respek anak-anak menontonnya. Itulah sebabnya mereka senang sekali menonton film-film kartun yang banyak menampilkan gerakan-gerakan dahsyat. Hal tersebut berhubungan dengan perilaku agresif pada anak. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk menjaga, memberi pengawasan dan pengarahan pada anak-anak agar jangan sampai mereka menjadi korban ekspansi film kekerasan di televisi.

(22)

Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan yang penting bagi para orang tua dan guru pembimbing mengenai bahaya menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan. Semakin dini para orang tua dan para guru pembimbing mengatasi masalah ini maka perilaku agresif anak pun dapat dikendalikan dan diarahkan kepada kegiatan yang lebih positif. Bagi anak sendiri pun akan mendapat manfaat yang berguna melalui bimbingan dan arahan dari para orang tua dan guru pembimbing, sehingga diharapkan anak semakin berprestasi dalam belajar dan dapat bersosialisasi dengan baik, baik itu dengan teman sejenis maupun lawan jenis, baik dengan teman sebaya maupun dengan teman yang lebih muda atau lebih dewasa.

B. Rumusan Masalah

Masalah utama yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa seringkah siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010 menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan?

2. Seberapa seringkah siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010 berperilaku agresif fisik pada saat bermain di sekolah?

(23)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui frekuensi siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010 menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan.

2. Untuk mengetahui frekuensi siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010 berperilaku agresif fisik pada saat bermain di sekolah.

3. Untuk mengetahui hubungan antara menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan dan perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

(24)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pendidik (orang tua dan guru )

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi tentang hubungan antara menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan dan perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010. Sehingga pendidik memahami perilaku peserta didik yang memiliki kecenderungan berperilaku agresif, serta membantu dan membina peserta didik agar mengembangkan perilaku yang lebih baik atau tidak berperilaku agresif fisik.

b. Bagi Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi mengenai salah satu penyebab perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010, misalnya film di televisi yang bernuansa kekerasan seperti film kartun Tom and Jerry. Sehingga guru pembimbing dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah dan mengatasi masalah ini. Tindakan yang dilakukan dapat berupa pengarahan, nasehat, bimbingan pribadi, bimbingan kelompok, atau pemberian informasi.

c. Bagi Peneliti

(25)

baik secara kelompok maupun individual, kepada peserta didik yang berperilaku agresif fisik.

E. Definisi Operasional

1. Film di televisi yang bernuasa kekerasan

Film di televisi yang bernuansa kekerasan adalah film yang saat ini kerap ditayangkan oleh televisi digemari oleh anak-anak dan bernuansa kekerasan. Adegan kekerasan yang kerap muncul dalam film di televisi, yaitu adegan memukul, menendang atau membanting. Adegan-adegan kekerasan tersebut dikemas sedemikian rupa sehingga menarik perhatian anak-anak, misalnya gerakan-gerakan yang cepat dan spektakuler disertai efek suara yang dahsyat. Film di televisi yang bernuansa kekerasan tersebut misalnya: Smack Down, Dragon Ball, dan Naruto.

2. Perilaku agresif fisik

Agresif fisik adalah tindak kekerasan secara fisik yang ditujukan pada orang lain sehingga orang lain terluka, seperti menendang, memukul, menampar, atau mencubit. Perilaku agresif fisik tersebut kerap terjadi pada saat siswa sedang bermain di sekolah.

3. Siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta

(26)

10

LANDASAN TEORI

A. Perilaku Agresif

1. Pengertian Perilaku Agresif

Pada dasarnya perilaku agresif pada manusia adalah tindakan yang bersifat kekerasan baik secara fisik maupun psikis, yang dilakukan oleh manusia terhadap sesamanya. Dalam perilaku agresif terkandung maksud untuk membahayakan atau mencederai orang lain, contohnya, memukul, menendang, memaki, menampar, atau mengejek (Tim Pustaka Familia, 2006: 63).

(27)

Tim Pustaka Familia (2006: 56), berpendapat bahwa perilaku agresif merupakan suatu perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal, secara fisik maupun psikis, langsung atau pun tak langsung. Perilaku agresif bukan hanya melekat pada kaum dewasa, tetapi bibit-bibit agresivitas itu telah dapat kita jumpai pada perilaku anak dalam kehidupan keseharian mereka.

Pendapat dari Tim Pustaka Familia tersebut memperkuat pendapat Baron dan Richarson (Barbara Krahe, 2005:16). Mereka menyusulkan penggunaan istilah agresif untuk mendeskripsikan “segala bentuk perilaku

yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perilaku itu“. Definisi tersebut mewakili konsensus minimal dalam penelitian psikologi sosial mengenai agresif dan memberikan ruang untuk berbagai macam dimensi lain, seperti yang dirangkum dalam tabel aspek-aspek tipologi perilaku agresif di bawah ini, untuk mengelompokkan karakter berbagai macam bentuk perilaku agresif

Tabel 2.1

Aspek-aspek Tipologi Perilaku Agresif Mobilitas respons Verbal vs. Fisik

Kualitas respon Bertindak vs. Kegagalan untuk bertindak Kesegeraan Langsung vs. Tidak langsung

Visibilitas Tampak vs. Tidak tampak Hasutan Tidak diprovokasi vs. Tindakan

balasan/retaliatif

Arah sasaran Permusuhan vs. Instrumental Tipe kerusakan Fisik vs. Psikologis

(28)

Scheneider,1955(http://www.a741k.web44.net/Perilaku%20Agresif %20Remaja.htm), mengatakan bahwa perilaku agresif merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan yang dialami oleh individu. Individu tersebut menampakkannya dalam bentuk pengrusakan terhadap orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku (non-verbal). Baron dalam Koeswara, 1988 (http://www.a741k.web44.net/Perilaku%20Agresif%20Remaja.htm) berpendapat bahwa tingkah laku agresif merupakan tingkah laku yang bertujuan untuk melukai dan mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Sementara itu, Abidin 2005,(http://www.a741k.web44.net/Perilaku%20Agresif%20Remaja.htm), mengungkapkan bahwa perilaku agresif mempunyai beberapa karakteristik,yaitu:

a. Agresif merupakan tingkah laku yang bersifat membahayakan, menyakitkan, dan melukai orang lain.

b. Agresif merupakan suatu tingkah laku yang dilakukan seseorang dengan maksud untuk melukai, menyakiti, dan membahayakan orang lain atau dengan kata lain dilakukan dengan sengaja.

c. Agresif tidak hanya dilakukan untuk melukai korban secara fisik, tetapi juga secara psikis, misalnya menghina atau menyalahkan

(29)

itu perilaku agresif tersebut bertujuan untuk melukai atau membahayakan orang lain yang berada disekitarnya.

2. Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Agresif

Ada beberapa faktor yang berpotensi memicu terbentuknya perilaku agresif. Peneliti menggolongkan perilaku agresif menjadi enam kelompok faktor berikut ini.

a. Faktor Psikologis, 1) Perilaku Naluriah

(30)

2) Perilaku yang dipelajari

(31)

b. Faktor Sosial, 1) Frustrasi

Tidak diragukan lagi frustrasi memiliki pengaruh dalam terbentuknya perilaku agresif, seperti yang diuraikan dalam hipotesis frustrasi-agresif dari John Dollard. Frustrasi dapat menjadi dasar terbentuknya perilaku agresif (Tim Pustaka Familia, 2006:65). Sebagai contoh yaitu: remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustasi yang berhubungan dengan banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan dan adanya kebutuhan yang harus segera terpenuhi tetapi sulit sekali tercapai. Akibatnya mereka mudah marah dan berperilaku agresif.

2) Provokasi langsung

(32)

dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk. Pengaruh buruk yang mungkin timbul, yaitu: anak pada saat di dalam rumah menjadi lebih mudah marah, berperilaku agresif seperti memukul meja atau membanting vas bunga, dan lain sebagainya.

c. Faktor Biologis

Para peneliti yang menyelidiki kaitan antara kepala dan perilaku kekerasan mengindikasikan betapa kombinasi pencederaan fisikal yang pernah dialami dan cedera kepala, merupakan salah satu akibat dari perilaku agresif (Tim Pustaka Familia, 2006:66).

d. Faktor Genetik

Seorang laki-laki yamg memiliki kromosom XYY memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan perilaku agresif, daripada yang hanya memiliki kromosom XY (Tim Pustaka Familia, 2006:66).

e. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi pengaruh polusi udara, kebisingan, dan kesesakan kondisi manusia yang terlalu berjejal. Kondisi-kondisi tersebut bisa menjadi salah satu penyebab perilaku agresif (Tim Pustaka Familia.2006:66). Faktor lingkungan dapat di uraikan menjadi beberapa bagian.

1) Kemiskinan

(33)

http://one.indoskripsi.com/content/faktor-penyebab-perilaku-agresif) berpendapat bahwa seorang anak dibesarkan dalam lingkungan miskin, maka perilaku agresif mereka secara alami mengalami penguatan. Hal ini dapat kita lihat dan alami dalam kehidupan sehari-hari di ibukota Jakarta, di perempatan jalan dalam antrian lampu merah (Traffic Light). Pengamen cilik biasanya akan berdatangan silih berganti dan jumlahnya lebih dari satu. Bila salah satu pengamen cilik diberi uang maka pengamen cilik yang lain akan datang untuk meminta uang dengan resiko mungkin dicaci maki karena jumlah uang yang diberi lebih kecil dari temannya. Mereka juga bahkan tidak segan-segan menyerang temannya yang diberi uang lebih banyak. Hal ini sudah menjadi pandangan yang seolah-olah biasa saja di lingkungan miskin. 2) Anonimitas.

(34)

diri). Jika seseorang merasa anonim ia cenderung berperilaku semuanya sendiri, karena ia merasa tidak terikat dengan norma masyarakat dan kurang bersimpati dengan orang lain (http://www.a741k.web44.net/Perilaku%20Agresif%20Remaja.htm). Berikut ini contoh individu yang anonim, yaitu: seorang anak yang suka meludah disembarang tempat atau seorang pemuda yang suka mencoret-coret dinding rumah atau pagar tetangga tanpa ijin dari pemilik rumah atau pagar. Hal tersebut di atas merupakan salah satu contoh bentuk perilaku agresif yang disebabkan oleh individu yang anonim.

3) Suhu Udara yang Panas.

(35)

f. Faktor Situasional

Penyebab perilaku agresif yaitu salah satunya faktor situasional. Faktor ini antara lain adalah rasa sakit atau rasa nyeri yang di alami seseorang, yang kemudian mendorong orang tersebut untuk berperilaku agresif dengan cara melukai atau mencederai orang lain (Tim Pustaka Familia, 2006:66).

3. Akibat Perilaku Agresif a. Bagi Pelaku

Jika seseorang menjadi pelaku tindakan agresif, maka akibat yang didapatkan adalah dijauhi/diabaikan oleh orang lain dan dikucilkan oleh masyarakat sekitarnya. Bahkan, jika perilaku agresif yang dilakukan oleh pelaku tersebut sudah mengarah pada tindakan kriminal, maka dapat dipastikan bahwa pelaku tindakan agresif ini mendapatkan hukuman dengan cara ditahan/masuk penjara. Apabila korban dari pelaku tindakan agresif membalas, pelaku juga dapat terluka, baik secara fisik maupun secara psikis (Majalah Femilia Edisi 5 Maret 2004).

b. Bagi Korban

Menurut Tim Pustaka Familia, ada beberapa dampak perilaku agresif bagi korban, antara lain:

1) Perasaan tidak berdaya.

(36)

4) Korban tidak dapat mempercayai orang lain, sehingga sulit menjalin relasi dengan orang lain

5) Korban sering mangalami perasaan takut dan curiga bahwa orang di sekitarnya akan menyakiti atau melukainya.

4. Proses Pembentukan Perilaku Agresif

Teori belajar Bandura menekankan perilaku agresif dihasilkan oleh pola asuh, yaitu diperoleh melalui proses belajar (Barbara Krahe, 2005:66). Mekanisme khusus yang menyebabkan diperolehnya berbagai sikap dan perilaku agresif telah diteliti dengan mengacu pada dua prinsip umum belajar (Barbara Krahe, 2005:66), yaitu:

a. Instrumental conditioning (pengkondisian instrumental) b. Modelling (meniru).

Pengkondisian instrumental, merupakan pembelajaran melalui hadiah atau hukuman, maupun meniru, yaitu belajar melalui observasi terhadap tokoh panutan, merupakan mekanisme yang kuat bagi perolehan dan performa perilaku agresif.

(37)

maka mereka yang telah menonton model agresif memperlihatkan perilaku yang lebih agresif terhadap boneka itu dibandingkan mereka yang menonton model non-agresif.

Dari penelitian Bandura (1963) tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar melalui observasi dapat terjadi hanya dengan menonton modelnya saja dan melalui observasi tersebut seorang anak dapat belajar berperilaku. Mungkin anak tidak langsung memberikan respon (perilaku) yang langsung dapat diobservasi, tetapi anak menyimpan apa yang diobservasi tersebut dalam bentuk kognitifnya (cognitive form) (Singgih, 2004:176). Perilaku model yang telah diobservasi oleh anak melalui televisi, film, video, atau video game dapat menjadi bahan cognitive form si anak. Model perilaku cognitive form tersebut menjadi bahan referensi bawah sadar, yang apabila anak bertemu dengan situasi serupa kelak akan memberikan respon seperti yang pernah anak lihat (Singgih, 2004:177). Demikian berpengaruhnya modeling ini, Carlo Nani (1990) mengatakan bahwa (dalam Singgih, 2004:177):

(38)

Sudah dapat diprediksi bahwa terdapat hubungan antara film di televisi bernuansa kekerasan yang disaksikan anak dan perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD yang mereka perlihatkan dalam kehidupan sehari-harinya. Perilaku model agresif fisik, seperti menendang, memukul atau membanting orang lain dapat menjadi model yang akan diendapkan anak dalam cognitive form-nya dan sewaktu-waktu akan dimunculkan dalam perilakunya.

5. Aspek Perilaku Agresif

Perilaku agresif kerap tampak dalam kehidupan kita sehari-hari. Salah satu aspek perilaku agresif yang kerap tampak di kehidupan sehari-hari siswa kelas IV SD, yaitu aspek fisik. Berikut ini indikator dari perilaku agresif fisik yang kerap tampak dan dilakukan oleh siswa kelas IV SD, yaitu: memukul, menendang, dan membanting.

B. Film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan

Televisi dan anak-anak merupakan fenomena hidup yang melanda seluruh dunia. Anak-anak merupakan salah satu konsumen media televisi yang populasinya sangat besar. Sebagai komunitas yang jumlahnya sangat banyak tentu saja anak-anak patut mendapat perhatian serius (Surbakti, 2008:43). Apalagi komunitas anak-anak bukanlah penonton yang pasif sehingga perlu adanya penyaringan terhadap film-film yang layak di tonton oleh anak-anak.

(39)

berbagai hal, misalnya: mengenai kebenaran budaya, hubungan antar bangsa, geografi, politik, ekonomi, sejarah, ras, etnik, kelas-kelas sosial, biografi, atau tentang dunia luar. Pilihan ini disebabkan oleh film di televisi yang menyajikan informasi jauh lebih cepat dan lebih menarik ketimbang sumber-sumber informasi yang lain, seperti buku, koran atau majalah. Meskipun demikian, film di televisi tidak hanya menyiarkan program hiburan dan informasi yang bermanfaat bagi komunitas anak-anak, melainkan juga berbagai hiburan, film, sinetron, konspirasi politik, pembunuhan, kejahatan, kekerasan, atau program lainnya yang tidak ada kaitannya dangan kehidupan anak-anak, bahkan berdampak negatif pada perkembangan anak (Surbakti, 2008:125).

Program yang ditayangkan oleh televisi sebagian besar mengandung film-film kekerasan. Film di televisi banyak yang berbau kekerasan, baik itu secara langsung maupun tidak langsung, misalnya lirik musik rock murahan dan film mengenai pelecehan seksual (Singgih, 2004:170).

Sementara itu film program anak pun banyak yang bernuansa kekerasan. Seperti halnya film kartun sering kali menonjolkan kekerasan, mistik, dan eksploitasi seksualitas (Mahoni, 2008:4). Berdasarkan ulasan beberapa buku yaitu: Anakku Diasuh Naruto(Imam Musbikin, 2008), Awas Tayangan Televisi (Surbakti, 2008), Menyikap Perilaku Agresif (Tim Pustaka familia, 2006), Anak vs Media (mahoni, 2008), Anakku Dididik dan Diasuh Naruto (Syailendra Putra, 2009) peneliti menyimpulkan bahwa beberapa jenis

(40)
(41)

Tabel 2.2

Judul film di televisi yang bernuansa kekerasan fisik yang kerap ditonton oleh siswa kelas IV SD

No Judul film di Televisi

Stasiun TV Adegan kekerasan fisik yang dilakukan

1 Tom and Jerry RCTI, TPI, TRANS 7

memukul dengan benda, membanting 2 Naruto INDOSIAR,

GLOBAL TV

Memukul dengan benda dan tangan, menendang. membanting 3 Popeye and Son ANTV Memukul dengan benda dan tangan,

membanting

4 Ultraman Cosmos GLOBAL TV Memukul, membanting, menendang

5 Crayon Sinchan RCTI memukul

6 Doraemon RCTI Memukul dengan benda 7 One-Piece GLOBAL TV Memukul dengan benda dan tangan,

membanting, menendang 8 Detective Conan INDOSIAR Memukul dengan benda 9 Dragon ball INDOSIAR Memukul dengan benda dan tangan,

membanting, menedang 10 Smack Down RCTI,TPI,

STAR SPORT

Memukul dengan benda dan tangan, membating, menendang

Membiarkan anak dengan bebas menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan adalah tindakan yang kurang bijakasana. Karena dapat menyebabkan mereka memiliki perilaku yang agresif secara fisik.

C. Hubungan Antara Menonton Film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan dan Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV SD

(42)

gerakan-gerakan tersebut, misalnya memukul atau membanting seperti tayangan film Smackdown dan film kartu Naruto. Perilaku anak, seperti membanting atau memukul tersebut merupakan salah satu contoh dari perilaku agresif fisik. Perilaku agresif itu sendiri bertujuan untuk melukai individu lain atau obyek-obyek lain baik secara fisiologis maupun psikologis.

Menurut teori belajar sosial dari Bandura, orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya. Dari berbagai penelitian terdapat hubungan antara menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan dan perilaku agresif fisik (Liebert dan Baron, 1972; Joy, 1977). Ada pun kesimpulan hubungan antara adegan kekerasan dengan perilaku agresif, yaitu:

1. Penonton mempelajari metode agresif setelah melihat contoh (observational learning).

2. Kemampuan penonton dalam mengendalikan dirinya berkurang (disinhibition).

3. Perasaan mereka menjadi tidak tersentuh walaupun melihat korban tindakan agresifnya (desensitization).

(http://wwwsuarapembaruan.com/ews/2008/06/30/index.html)

(43)

Nasional Amerika menemukan bahwa kekerasan dalam program televisi menimbulkan perilaku agresif fisik pada anak-anak dan remaja yang menonton program tersebut (Syailendra Putra, 2009:20).

Para ahli menyakini bahwa perilaku agresif fisik pada anak terbentuk dari stimulus yang diterima melalui pancaindra yang kemudian diartikan oleh anak berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan keyakinan yang dimilikinya. Jika anak belum memiliki sebuah pemahaman tentang benar atau salah, kemudian mereka melihat film di televisi yang penuh dengan adegan umpatan, ekploitasi seksualitas, dan kekerasan, hal itu akan mereka anggap sebagai sebuah kebenaran baru dan hal tersebut wajar jika dilakukan sehari-hari.

D. Hipotesis

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah diuraikan di atas maka peneliti memiliki hipotesis sebagai berikut:

(44)

28

METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan jenis penelitian, populasi, metode dan alat pengumpulan data (berupa kuesioner), uji coba kuesioner, teknik analisis data, prosedur penelitian, uji validitas, uji reliabilitas dan uji daya beda.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan korelasional dengan menggunakan metode survei. Penelitian ini hendak mendeskripsikan dan mengkorelasikan hubungan antara film di televisi yang bernuansa kekerasan dan perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010.

B. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Pangudi Luhur Yogyakarta 2009/2010 yang berjumlah 155 orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1. Komposisi populasi Penelitian Kelas Jumlah

PL 1 41

PL 2 38

PL 3 37

PL 4 39

Jumlah 155

(45)

Pemilihan kota besar berdasarkan artikel yang berjudul Hubungan Kekerasan Lewat Televisi yang mengungkapkan bahwa pada saat ini perilaku kekerasan kerap terjadi di berbagai tempat, terutama kota-kota besar (http://www.hupelita.com/cetakartikel.plp?id=5634). Alasan peneliti memilih siswa kelas IV karena mereka berusia 9-10 tahun. Menurut penelitian yang dilakukan Eron (1984, dalam Surbakti 2008: 126) dan diperkuat oleh pendapat Hearold (1984, dalam, Surbakti, 2008: 126), anak usia 9-10 tahun memiliki kecenderungan berperilaku agresif.

C. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang dipakai oleh peneliti untuk memperoleh data yang akan diselidiki (Hadi, 1987). Data penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner Menonton film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan dan kuesioner Perilaku Agresif fisik siswa kelas IV SD yang disusun oleh peneliti.

Kuesioner terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah kuesioner Menonton Film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan dan bagian yang kedua adalah Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV SD. Penjelasan secara terperinci mengenai kedua kuesioner tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner Film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan fisik

(46)

Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Menonton Film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan

No Judul Film di televisi

Stasiun TV Adegan Kekerasan Fisik yang

ANTV Memukul dengan benda dan tangan,

INDOSIAR Memukul dengan benda

Teman 08 1 9 Dragon ball INDOSIAR Memukul dengan

benda dan tangan,

(47)

sangat sering, sering, hampir tidak pernah atau jarang, dan tidak pernah menonton film tersebut.

Untuk skoring adalah sebagai berikut: sangat sering mendapat skor 4, sering mendapat skor 3, hampir tidak pernah atau jarang mendapat skor 2, dan tidak pernah mendapat skor 1.

2. Kuesioner Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV SD

Kuesioner perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD disusun berdasarkan kekerasan fisik yaitu: memukul, menendang, membanting. Perilaku agresif fisik sering kali terjadi pada saat anak bermain dengan teman di lingkungan sekolah. Berikut ini adalah kisi-kisi dari kuesioner perilaku agresif.

Tabel 3.3. Kisi-kisi Kuesioner Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV SD No Aspek

perilaku agresif fisik

Indikator Korban Item Jml

1 Memukul a. memukul dengan menggunakan benda yang ada di dekat mereka:

menggunakan penggaris 3 membanting Membanting dengan menggunakan

tangan

Teman 16-20 5

Jumlah total item 20

(48)

sebagai berikut: sangat sering mendapat skor 4, sering mendapat skor 3, hampir tidak pernah atau jarang mendapat skor 2, dan tidak pernah mendapat skor 1.

D. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur dan tahap-tahap yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Proses perijinan; dimulai dari pengurusan surat ijin penelitian dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kemudian di lanjutkan dengan pengurusan ijin di Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru Yogyakarta, untuk uji coba kuesioner dan pengurusan ijin di Sekolah Dasar Pangudi Luhur Yogyakarta sebagai tempat penelitian.

b. Mencatat jumlah siswa kelas IV SD Kanisius Demangan Baru yang akan dipakai untuk uji coba; berjumlah 80 orang. Sedangkan siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta yang akan dipakai sebagai tempat penelitian berjumlah 155 orang.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

(49)

ruang kelas IV yang telah disiapkan, kemudian peneliti menjelaskan maksud dari pengisian kuesioner tersebut serta penjelasan tatacara pengisian, sekaligus meminta kesungguhan dalam mengisi kuesioner tersebut (Norbetus M, 2001:56), kemudian peneliti membantu siswa menyelesaikan kuesioner dengan cara membaca item-item atau pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner tersebut agar siswa lebih mudah memahami maksud dari pertanyaan dalam kuesioner tersebut.

E. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Alat pengumpul data harus memenuhi persyaratan yaitu validitas dan reliabilitas (Azwar, 1997:176).

1. Kesahihan (validitas)

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu kuesioner dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu kuesioner dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila kuesioner tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Suatu kuesioner yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut (Azwar, 1997:6).

(50)

adalah Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validitas ini adalah “sejauhmana item-item dalam kuesioner mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur” atau

“sejauhmana isi kuesioner mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur”(Azwar, 1997: 45).

Pengertian “mencakup keseluruhan kawasan” isi tidak saja

menunjukkan bahwa kuesioner tersebut harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur. Walaupun isinya komprehensif tetapi bila suatu kuesioner mengikutsertakan pula item-item yang tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan ukurnya, maka validitas dalam kuesioner tersebut tidaklah dapat dikatakan memenuhi ciri validitas yang sesungguhnya (Azwar, 1997: 45).

2. Kehandalan (Reliabilitas)

Reliabilitas suatu alat ukur adalah derajat keajegan alat tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya. Sifat ini penting dalam segala jenis pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Rumus yang digunakan dalam penentuan taraf reliabilitas adalah menggunakan rumus Koefisien Alpha (Cronbach, 1951). Alasan peneliti menggunakan rumus koefisien alpha, yakni karena jenis data yang diperoleh adalah interval.

(51)

3. Uji Daya Beda Item

Pengujian daya beda item menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi item-total (rix) yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda item (Azwar, 1999:59).

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total, biasanya digunakan batasan rix≥0,30. semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Item yang memiliki harga rix atau ri(x-i) kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah. Batasan ini merupakan suatu konvensi (Azwar, 1999:65).

F. Teknik Analisis Data

Adapun teknik yang digunakan untuk menganalisis data uji coba kuesioner ini adalah Cronbach’s Alpha dan dibandingkan dengan korelasi Product Moment dari Pearson. Sedangkan untuk menganalisis data penelitian

(52)

G. Uji coba kuesioner

Uji coba kuesioner Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV SD menghasilkan tiga item yang gugur, yaitu item nomor 2 (Saya memukul teman yang mencoret buku saya dengan buku yang ada di dekat saya). dengan koefisien korelasi item-total 0,205, item nomor 3 (Saya memukul teman yang menjatuhkan kotak pensil saya dengan kotak pensil yang telah dia jatuhkan) dengan koefisien korelasi item-total 0,286, dan item nomor 11 (Saya menendang kaki teman yang menyenggol kaki saya) dengan koefisien korelasi item-total 0,173.

Uji coba kuesioner Menonton Film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan menghasilkan koefisien korelasi > 0,30 untuk semua item sehingga semua item dapat digunakan untuk penelitian.

Tabel 3.4

Hasil Uji Coba Kuesioner Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV SD No Aspek perilaku

agresif fisik

Indikator Korban Item Lolos Gugur 1 Memukul a. Memukul dengan

menggunakan benda yang ada di dekat mereka:  menggunakan

penggaris

 menggunakan buku  menggunakan kotak

pensil

Teman 1-5 3 2

b. Memukul dengan tangan Teman 6-10 5

2 Menendang Menendang dengan kaki Teman 11-15 4 1 3 Membanting Membanting dengan

menggunakan tangan

Teman 16-20 5

(53)

Setelah mengetahui koefisien korelasi berdasarkan rumus Cronbach’s Alpa. Peneliti membandingkan dengan koefisien korelasi yang dihitung

berdasarkan rumus Pearson Correlation. Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Pearson Correlation terdapat dua item yang gugur dalam kuesioner Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV SD, sedangkan pada kuesioner Menonton Film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan tidak terdapat item yang gugur. Adapun dua item yang gugur tersebut adalah: item no dua dengan Pearson Correlation 0,281 dan item no sebelas dengan Pearson Correlation 0,267.

(54)

Tabel 3.5

Hasil Analisis Uji Reliabilitas Kuesioner Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV SD menggunakan Rumus Product Moment dari Pearson

No Aspek perilaku agresif fisik

Indikator Korban Item Lolos Gugur 1 Memukul a. Memukul dengan

menggunakan benda yang ada di dekat mereka:  menggunakan

penggaris

 menggunakan buku  menggunakan kotak

pensil

Teman 1-5 4 1

b. Memukul dengan tangan

Teman 6-10 5

2 Menendang Menendang dengan kaki Teman 11-15 4 1 3 Membanting Membanting dengan

menggunakan tangan

Teman 16-20 5

Jumlah total item 18 2

(55)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

Pada bab ini akan diuraikan jawaban atas rumusan masalah yang terdapat pada bab I, yaitu “Seberapa seringkah siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010 menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan?”; “Seberapa seringkah siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010 berperilaku agresif fisik pada saat bermain di sekolah?”; dan “Apakah ada hubungan antara menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan dan perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010?”. Untuk menjawab masalah tersebut, peneliti menyajikan hasil penelitian disertai dengan pembahasan secukupnya.

A. Hasil Penelitian

(56)

Tabel 4.1

Menonton film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan bagi Siswa Kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2009-2010 Judul Film kartun Naruto 31

(20%) Film kartun Popeye and Son 31

(20%)

Film kartun Crayon Sinchan 52 (33,54%) Film kartun Doraemon 41

(26,45%) Film kartun One-Piece 31

(20%) Film kartun Detective Conan 31

(20%) Film kartun Dragon ball 41

(26,45%)

(57)

Dari hasil masing-masing item pada kuesioner Menonton Film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan ditemukan bahwa sebagian besar responden menjawab jarang menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan, yaitu pada item nomor 1(Tom and Jerry; 27,09%), 2(Naruto; 33,54%), 7(One-Piece; 32,90%) dan 8(Detektive Conan; 38,70%); bahkan responden menjawab tidak pernah menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan, yaitu pada item nomor 5(Crayon Shincan; 33,54%). Namun ditemukan pula responden yang menjawab sering menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan, yaitu pada item nomer 3(Popeye and Son; 33,54%), 9(Daragon Ball; 34,19%), dan 10(Smack Down; 40%); bahkan ditemukan pula responden yang menjawab sangat sering menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan, yaitu pada item nomor 4(Ultraman Cosmos; 27,09%), dan 6(Doraemon; 27,09%).

(58)

Tabel 4.2

Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2009-2010

Perilaku Agresif Fisik

Tidak

Pernah Jarang Sering

Sangat

Sering Jumlah Saya memukul teman yang

mengejek saya dengan penggaris (Item 1).

menjatuhkan kotak pensil saya dengan kotak pensil yang telah dia jatuhkan (Item 3).

30 mengganggu saya dengan benda yang ada di dekat saya (Item 4).

mematahkan penggaris saya dengan penggaris yang telah dia patahkan (Item 5).

menjitak kepala saya

(Item 8). Saya memukul teman karena

dia merusak mainan saya (Item 9)

(59)

Perilaku Agresif Fisik

Tidak

Pernah Jarang Sering

Sangat

Sering Jumlah Saya menendang kaki teman

saya karena dia memukul badan saya (Item 13). Saya menendang teman karena

dia menjatuhkan makanan yang baru saya beli (Item 14).

62 hampir terjatuh (Item 15).

37 Saya membanting badan teman

karena dia mengejek permainan saya (Item 16). sampai dia terbanting (Item 17).

39

yang berbadan kecil kemudian membantingnya supaya dia takut pada saya (Item 18).

32

yang menantang saya berkelahi kemudian mendorongnya

Saya mendorong teman sehingga dia terbanting ke belakang karena dia menendang kaki saya (Item 20).

(60)

agresif fisik. Prosentase di atas menunjukkan bahwa terdapat penyebaran yang merata pada presentase perilaku agresif anak usia SD.

(61)

B. Hubungan Antara Menonton Film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan dengan Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2009-2010

Analisa data tentang hubungan antara menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan dan perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010 dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson menunjukkan hasil korelasi sebesar 0,117. Setelah dibandingkan dengan nilai-nilai r Product-Moment dari Pearson dengan taraf signifikan 5% untuk N = 155 dituntut r tab = 0,087. ternyata r empiris tersebut signifikan pada taraf signifikansi 5% (r xy = 0,117 > 0,087) dan termasuk dalam kualifikasi derajat korelasi sangat rendah (0,01 – 0,20).

(62)

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Bertitik tolak dari fokus kajian berupa hubungan antara film di televisi yang bernuansa kekerasan dan perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010, dan berdasarkan temuan deskripsi data dan korelasi antara kuesioner menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan dan kuesioner perilaku agresif fisik, peneliti mencoba membahas hasil temuan penelitian sebagai berikut;

(63)

sering ditonton oleh responden, yaitu: Popeye and Son, Ultraman Cosmos, Doraemon, Dragon Ball dan Smack Down. Film-film yang sering dan sangat sering di tonton oleh responden tersebut menyajikan adegan-adegan kekerasan fisik, seperti: memukul dengan benda, memukul dengan tangan, menendang, dan membanting. Selain itu film-film bernuansa kekerasan yang kerap ditonton oleh responden, seperti Dragon Ball, Naruto, dan Smack Down lebih menonjolkan kekuatan fisik, perkelahian, dan ambisi untuk menjadi yang paling kuat. Perilaku yang tampak pada responden adalah perilaku agresif fisik yang ingin menonjolkan siapa aku; “aku adalah anak yang paling kuat”.

Menurut penelitian Bandura (1963) responden mengamati atau mengobservasi film-film yang mereka tonton. Responden tidak langsung memberikan respon (perilaku) yang langsung dapat diobservasi, tetapi responden menyimpan apa yang diobservasi tersebut dalam bentuk kognitif (cognitive form) (Singgih, 2004:1976). Perilaku model yang telah diobservasi

oleh responden melalui televisi, atau film dapat menjadi bahan cognitive form responden. Model perilaku cognitive form tersebut menjadi bahan referensi bawah sadar, dan apabila responden bertemu dengan situasi serupa kelak akan memberikan respon seperti yang pernah responden lihat (Singgih, 2004:177).

(64)
(65)

Perilaku agresif fisik yang sering bahkan sangat sering dilakukan oleh responden tampak dari hasil penelitian tentang perilaku agresif fisik dengan menendang dan membanting, daripada perilaku agresif fisik dengan memukul baik itu dengan benda maupun dengan tangan. Terdapat kemungkinan bahwa hal ini terjadi karena kebiasaan anak-anak menonton film-film yang bernuansa kekerasan, dimana perilaku agresif yang kerap tampak pada film-film tersebut adalah perilaku agresif dengan menendang dan membanting, misalnya film Smack Down dan Dragon Ball.

Menurut Busham dan Huesmann, 2001 (Syailendra Putra, 2009:20) menegaskan bahwa anak usia 7-10 tahun amat rawan menonton film kekerasan di televisi, karena mereka cenderung mengganggap fantasi dan kekerasan pada film kartun sebagai kenyataan. Selain itu hasil penelitian mengenai hubungan antara film di televisi yang bernuansa kekerasan dan perilaku agresif fisik anak yang dilakukan oleh Lembaga Kesehatan Mental Nasional Amerika menemukan bahwa kekerasan dalam program televisi menimbulkan perilaku agresif fisik pada anak-anak yang menonton program tersebut (Syailendra Putra, 2009:20).

(66)

televisi. Bagi orang dewasa, film di televisi memberikan dampak tertunda,

“Orang dewasa bisa melakukan hal yang sama seperti di televisi ketika ia

berada pada kondisi yang serupa seperti peristiwa di televisi itu,” kata Erlangga (Imam Musbikin, 2009:176-177).

Para ahli meyakini bahwa perilaku agresif fisik pada anak terbentuk dari stimulus yang diterima melalui pancaindra yang kemudian diartikan oleh anak berdasarkan pengetahuannya, pengalamannya, dan keyakinan yang dimilikinya. Jika anak belum memiliki sebuah pemahaman tentang benar atau salah, kemudian mereka melihat film di televisi yang penuh dengan umpatan, eksploitasi seksualitas, dan kekerasan; maka hal itu akan mereka anggap sebagai sebuah kebenaran baru dan hal tersebut wajar jika dilakukan sehari-hari.

(67)

agresif fisik tersebut walaupun tidak banyak anak yang mempraktekkan perilaku kekerasan fisik atau perilaku agresif tersebut fisik.

(68)

53 BAB V PENUTUP

Pada bab ini peneliti menyajikan ringkasan, kesimpulan, keterbatasan, dan saran. Bagian ringkasan terdiri atas latar belakang masalah, landasan teori, rumusan masalah, metodologi penelitian dan hasil penelitian. Dalam kesimpulan, disajikan hubungan positif yang signifikan antara perilaku agresif fisik yang kerap dilakukan oleh siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010 dan kebiasaan siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010 menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan. Pada bagian saran-saran, peneliti menguraikan saran-saran untuk SD Pangudi Luhur Yogyakarta dan untuk peneliti lain.

A. Ringkasan

(69)

yang dahsyat dan bahkan tidak jarang anak meniru gerakan-gerakan tersebut, misalnya memukul, membanting, dan menendang seperti tayangan film kartun Naruto dan Dragon Ball.

Beranjak dari latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui frekuensi siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010 menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan, mengetahui frekuensi siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010 berperilaku agresif fisik pada saat bermain di sekolah, dan mengetahui hubungan antara menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan dan perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010.

Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut: seberapa seringkah siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010 menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan?, seberapa seringkah siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010 berperilaku agresif fisik pada saat bermain di sekolah?, apakah ada hubungan antara menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan dan perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahuin ajaran 2009-2010?.

(70)

empat kelas, yaitu kelas IV PL1, kelas IV PL2, kelas IV PL3 dan kelas IV PL4 yang berjumlah 155 siswa. Pengumpulan data menggunakan dua

kuesioner, yaitu “Kuesioner Tayangan Televisi yang Bernuansa Kekerasan”

dengan jumlah item 10 dan “Kuesioner Perilaku Agresif” dengan jumlah item

18.

Validitas yang dipergunakan oleh peneliti adalah validitas isi dengan analisis rasional atau Professional Judgement dan telah diuji oleh Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si. Berdasarkan uji coba Kuesioner film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan, semua item dinyatakan lolos, sedangkan untuk Kuesioner Perilaku Agresif fisik siswa kelas IV SD, terdapat 2 item yang gugur dan 18 item yang dapat digunakan untuk penelitian. Taraf reliabilitas didapatkan dengan menggunakan rumus Koefisien Alpha (Cronbach Alpha) dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,801 pada uji coba kuesioner film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan, koefisien reliabilitas sebesar 0,836 pada uji coba kuesioner Perilaku Agresif fisik siswa kelas IV SD, dan koefisien reliabilitas sebesar 0,869 untuk kuesioner penelitian film di Televisi yang Bernuansa Kekerasan, koefisien reliabilitas sebesar 0,913 untuk kuesioner penelitian Perilaku Agresif fisik siswa kelas IV SD.

(71)

kekerasan dan perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2009-2010. Dan hasil korelasi yang diperoleh sebesar 0,117. Setelah dibandingkan dengan nilai-nilai r Product Moment dari Pearson dengan taraf signifikan 5% untuk N=155 dituntut r tab=0,087; ternyata r empiris tersebut signifikan pada taraf signifikan 5% (rxy=0,117 > 0,087) dan dalam kualifikasi derajat korelasi sangat rendah (0,01-0,20).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

1. Frekuensi siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan

a. Tidak pernah menonton film Crayon Sinchan (33,54%).

b. Jarang menonton film Tom and Jerry (27,09%), Naruto (33,54%), One-Piece (32,90%), dan Detective Conan (38,70%).

c. Sering menonton film Popeye and Son (33,54%), Dragon Ball (34,19%), dan Smack Down (40%).

d. Sangat sering menonton film Ultraman Cosmos (27,09%) dan Doraemon (27,09%).

2. Frekuensi perilaku agresif fisik siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Yogyakarta tampak pada sebagian besar siswa, sebagai berikut:

(72)

b. Jarang memukul dengan kotak pensil (30,31%), memukul dengan bolpoin (34,83%), memukul teman yang menjitak kepala (35,48%), dan merusak mainan (30,32%), menendang kaki teman (30,32%), mengangkat teman dan membantingnya (40,64%), menarik kerah baju teman dan mendorongnya supaya terbanting (35,48%), dan mendorong teman hingga terbanting (34,83%).

c. Sering memukul teman dengan penggaris (34,19%), memukul teman yang merebut makanan (30,32%), menendang kaki teman (36,77%), dan menarik teman dan mendorongnya sampai dia terbanting (29,67%).

d. Sangat sering memukul teman dengan benda yang ada di dekatnya (29,67%), membanting badan teman (36,12%), dan mendorong teman hingga dia terbanting kebelakang (34,83%).

B. Kesimpulan

(73)
(74)

C. Keterbatasan

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dalam alat ukur dan hasil penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Alat ukur ini tidak dapat mengungkapkan alasan responden dalam menjawab isi kuesioner tersebut. Hal ini mengakibatkan peneliti tidak mendapatkan hasil penelitian yang akurat, karena tidak disertai alasan dari responden dalam menjawab kuesioner tersebut.

Hasil penelitian ini juga dipengaruhi oleh pemahaman dan kejujuran responden dalam menjawab kuesioner tersebut. Jika responden dapat memahami dan jujur dalam menjawab kuesioner, hasil penelitian semakin mampu mencerminkan keadaan sebenarnya. Sebaliknya, jika responden sulit atau tidak memahami dan sulit atau tidak jujur dalam menjawab kuesioner, maka semakin jauh hasil penelitian dari keadaan sesungguhnya.

D. Saran

Mengingat kebiasaan menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan mempunyai hubungan positif terhadap perilaku agresif anak, maka disarankan:

(75)

bimbingan kelas, misalnya mendiskusikan pesan moral dari film yang mereka tonton bersama pada saat jam bimbingan kelas.

2. Para pembimbing hendaknya memiliki program yang melibatkan orang tua, misalnya pada saat pembagian rapot pembimbing mengumpulkan para orang tua untuk diberi pengarahan tentang betapa pentingnya mendampingi anak mereka pada saat anak sedang menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan. Para orang tua dapat menyampaikan pesan-pesan moral yang terkandung dalam film yang sedang ditonton anak mereka.

3. Para pembimbing hendaknya juga melibatkan wali kelas, misalnya pada saat rapat guru pembimbing menyampaikan kepada para wali kelas agar pada saat pertemuan antara wali kelas dan wali murid/orang tua siswa. Para wali kelas juga mengingatkan para orang tua agar mendampingi anak-anak mereka pada saat menonton film di televisi yang bernuansa kekerasan agar anak-anak mereka tidak meniru adegan kekerasan yang tampak pada film tersebut.

4. Kepada peneliti selanjutnya,

(76)
(77)

62

DAFTAR PUSTAKA

Artikel Kompas: Anak Ketagihan Nonton Televisi/ hal 20/ kol 11-9/ hari Selasa,16 Juli 2002.

Azwar, Saifuddin. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Furchan, Arief. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hadi, S. (1995). Metodologi Research Jilid I, II, III. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta.

Kompas, 16 Desember 2006.

Krahe, Barbara. (2005). Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mahayoni. (2008). Anak VS Media. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Kelompok Gramedia. Majalah Femilia Edisi, 5 Maret 2004.

Masidjo. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Media Indonesia, 28 November 2006.

Mujiyana, Norbertus. (2001). Skripsi: Hubungan Kecenderungan Pola Asuh Demokratis dengan Kemampuan Kreativitas Anak (Studi pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru Yogyakarta Tahun Ajaran 2000/2001). Yogyakarta: (tidak diterbitkan).

Musbikin, Imam. (2009). Anakku Diasuh Naruto. Yogyakarta: Diva Press. Nugraheni, Aprilia. (2004). Skripsi: Korelasi Antara Suasana Psikologis

Keluarga Disharmonis dengan Perilaku Agresif Siswa SMP Institut Indonesia Yogyakarta Tahun Ajaran 2003/2004. Yogyakarta: (tidak diterbitkan).

Pearce, John. (1990). Perkelahian, Olok-olok, dan Gerakan. Jakarta: Binarupa Angkasa.

(78)

Singgih, Gunarsa. (2004). Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Jakarta: DPK Gunung Mulia.

Surbakti. (2008). Awas Tayangan Televisi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Syailendra, Putra. (2009). Anakku Dididik dan Diasuh Naruto. Jawa Tengah: Pustaka Widyamara.

The Jakarta Post, Sunday 20 Juli 2008.

Tim Pustaka Familia. (2006). Menyikapi Perilaku Agresif Anak. Yogyakarta: Kanisius.

Internet:

http://one .indoskripsi.com/content/faktor-penyebab-perilaku-agresif. http://www.a741k.web44.net/perilaku%20agresif%20remaja.htm.

http://franadi.miltyly.com/journal/item/69.

http://wwwsuarapembaharu.com/ews/2008/06/30/index.html.

(79)

64

LAMPIRAN

RELIABILITY UJI COBA PENELITIAN KUESIONER FILM DI

TELEVISI YANG BERNUANSA KEKERASAN

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 80 100.0 Exclud

ed(a) 0 .0

Total 80 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

(80)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

satu 23.51 36.481 .505 .780

dua 23.51 37.139 .473 .784

tiga 23.50 36.051 .526 .778

empat 23.54 36.657 .498 .781

lima 23.31 37.762 .440 .788

enam 23.29 37.777 .442 .788

tujuh 23.34 37.923 .431 .789

delapan 23.36 37.424 .456 .786

sembilan 23.41 36.878 .483 .783

Gambar

Tabel 2.1 Aspek-aspek Tipologi Perilaku Agresif
Tabel 2.2
Tabel 3.1. Komposisi populasi Penelitian
Tabel 3.3. Kisi-kisi Kuesioner Perilaku Agresif Fisik Siswa Kelas IV SD
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan merujuk pada dua payung hukum tersebut Standar Operasional Prosedur Pengadilan Negeri Klas IA Pekanbaru telah diselesaikan dan selanjutnya dipergunakan oleh

Tiada usaha yang meluas diambil oleh Kerajaan Malaysia untuk mengenal pasti mangsa perdagangan manusia di kalangan kumpulan pendatang yang mudah terdedah pada bahaya seperti

Pada perkawinan poligami, perjanjian perkawinan ini merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap isteri dalam menjaga hak-haknya sebagai salah satu pihak dalam perkawinan

Kemampuan untuk menggunakan dan menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori dan informasi yang telah dipelajari ke dalam kondisi kerja atau konteks lain

Pemerintah desa juga berusaha untuk menunjukkan transparasi dan akuntabilitasnya kepada masyarakat untuk melakukan Pengelolaan Keuangan desa yang baik dan

Samsung pada mahasiswa di kota Semarang dan faktor apa saja yang paling. dominan dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian

Konsep diri merupakan hal yang penting dalam kehidupan sebab pemahaman seseorang mengenai konsep dirinya akan menentukan dan mengarahkan perilaku dalam berbagai situasi.Jika konsep

Berarti definisi yang paling tepat dalam kehidupan sehari-hari atau dalam praktik klinis ialah keadaan di mana penis tidak bisa mencapai ereksi yang cukup keras pada