• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI PERSIAPAN

KEMERDEKAAN MELALUI PENDEKATAN CTL

PADA SISWA KELAS V SDN 02 KARANGREJO TULUNGAGUNG

SEMESTER I TAHUN 2011/2012

Oleh: Sulistyowati

SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

Abstrak. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah termasuk pendidikan sosial yang sangat dominan menen-tukan sikap siswa. Walaupun siswa memiliki nilai yang tinggi dari mata pelajaran selain IPS, tetapi dalam sikap dan perbuatannya ia tidak memahami, mengerti dan melaksanakan apa yang terkandung dalam ilmu IPS maka dia tidak akan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. Lokasi penelitian ini adalah SDN 02 Karangrejo Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung, dengan subyek penelitian siswa kelas V semester I Tahun 2011/2012 berjumlah 33 siswa. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Oktober sampai dengan Nopember 2011. Nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata 66,67, siklus I 70,00 dan siklus II 81,52, sedangkan ketuntasan yang dicapai pada sebelum siklus sebesar 54,55%, pada siklus I sebesar 78,79%, dan pada siklus II sebesar 100,00%. Aktivitas guru mendapatkan skor ketercapaian setiap siklusnya sebesar 45% pada sebelum siklus, 70% pada siklus I dan 95% pada saat siklus II. Aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan CTL mendapat skor ketercapaian sebesar 48% pada sebelum siklus, 72% pada siklus I dan pada siklus II sebesar 92%. Dengan menggunakan pendekatan CTL dapat meningkatkan moti-vasi belajar siswa kelas V SDN 02 Karangrejo Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung semester I Tahun 2011/2012 yang pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar siswa secara signifikan.

Kata kunci: prestasi belajar, persiapan kemerdekaan, pendekatan CTL

Pendidikan merupakan komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki kualitas lebih baik. Peningkatan kualitas ter-sebut tidak terlepas dari kualitas yang dimili-ki tenaga pendidik atau Sumber Daya Manu-sia (SDM). Oleh sebab itu, lembaga pendidikan juga harus mampu memenuhi kebutuhan SDM baik.

Peningkatan kualitas pembelajaran perlu menggunakan strategi-strategi tertentu. Strategi tersebut tidak lain adalah pemilihan model, metode dan penggunaan media pem-belajaran. Dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran tersebut, hendaknya tenaga pendidik memperhatikan kondisi sekolah juga lingkungan disekitar sekolah tersebut. Upaya ini dilakukan agar pemilihan

dan penggunaan metode pembelajaran tersebut lebih terarah, tepat dan efisien. Dalam segi jumlah maupun kualitas guna mengembangkan unsur-unsur pokok serta meningkatkan proses pendidikan setempat.

Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menegaskan bahwa melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi Warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab serta warga dunia yang cinta damai. Fenomena kehidupan global di masa mendatang yang penuh dengan tantangan, menuntut mata pelajaran IPS untuk dirancang bisa mengem-bangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan

(2)

bermasyarakat yang dinamis. Perkembangan kognitif Piaget pada umumnya untuk anak kelas V berada pada tahapan Concrete Operational (7–11 tahun) anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda, sehingga dalam proses pembelajaran guru harus bisa memberikan contoh-contoh konkret agar mudah dipahami oleh peserta didik.

Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar perlu disusun secara sistimatis, komprehen-sif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat. Pendekatan terse-but diharapkan mampu membina siswa agar menjadi warga negara Indonesia yang ber-tanggung jawab dan warga dunia yang efek-tif, dalam masyarakat global yang selalu mengalami perubahan setiap saat.

Pendidikan IPS mempunyai tujuan untuk mengembangkan kualitas peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental yang positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil me-ngatasi setiap masalah yang terjadi baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa kehidupan masyarakat. Selain itu pendidikan IPS juga berfungsi untuk pembangunan jati diri bangsa pada peserta didik yang menuju tercapainya integrasi bangsa (Supriya, 2009).

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengala-mannya sendiri dalam interaksi dengan ling-kungannya (Slameto, 2010). Sedangkan Gagne (Dimyati, 2010) menegaskan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah

belajar orang memiliki keterampilan, penge-tahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapa-bilitas itu adalah dari stimulus yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.

Sudjana (2005) menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada siswa. Pe-rubahan sebagai hasil belajar dapat ditu-njukkan dengan berbagai bentuk, seperti ber-ubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, serta kecakapan dan kemampuannya. Belajar a-dalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2001). Sehingga belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berupa pengetahuan, pemahaman, maupun sikap yang diperoleh melalui proses belajar, berdasarkan pengala-man tertentu sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Interaksi tersebut sa-lah satunya adasa-lah proses belajar yang di-peroleh di sekolah.

Menurut Mulyasa (2002: 101) kuali-tas pembelajaran dapat dilihat dari segi pro-ses dan dari segi hasil. Dari segi propro-ses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berku-alitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjuk-kan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata

(3)

menghasilkan output yang banyak dan ber-mutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pem-bangunan.

Pendekatan CTL yang telah dikem-bangkan di negara-negara maju, menjadi pi-lihan untuk menjawab problem inikarena pendekatan ini mengarahkan pembelajaran dan dapat meningkatkan motivasi belajar dan mendorong siswa aktif dalam pembelajaran. Kata kontekstual (Contextual) berasal dari kata context yang berarti hubungan, konteks, suasana, dan keadaan. Adapun pengertian dari CTL menurut Sujana (2005) adalah sebagai berikut: “Model CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pe-ngetahuan yang dimilikinya dengan pene-rapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni kons-truktivisme (constructivism), bertanya (ques-tioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modeling), penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Menurut Johnson (2008) yang men-definisikan model CTL sebagai sistem yang merupakan sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang me-reka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks pribadi, sosial, dan budaya mereka.

Ketika para guru membantu siswa untuk percaya pada diri mereka sendiri dan untuk menemukan jalan mereka, para guru menginspirasikan untuk mencapai standar

akademik. Guna meningkatkan belajar siswa dalam pelajaran IPS, guru perlu memperbaiki proses pembelajaran dengan memodifikasi pembelajaran yang hanya dengan ceramah menjadi pembelajaran yang memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Salah satunya menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). Pendekatan CTL dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini sesuai untuk mengajarkan IPS, Karena IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang dimulai dari ling-kungan terdekat hingga lingling-kungan terjauh siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat di-simpulkan bahwa Model CTL merupakan sebuah strategi pembelajaran yang dianggap tepat untuk saat ini karena materi yang di-ajarkan oleh guru selalu dikaitkan dengan ke-hidupan sehari-hari siswa. Dengan menggu-nakan Model CTL, materi yang disajikan guru akan lebih bermakna. Siswa akan men-jadi peserta aktif dan membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan mereka.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan ranca-ngan penelitian tindakan kelas (PTK) dan berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya tin-dakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan pe-mahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS. Penelitian dilakukan mulai dari (1) peren-canaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pemantauan (observasi), (4) refleksi pada setiap tindakan yang dilakukan, dan (5) evaluasi (Arikunto, 2009:16).

(4)

Pengumpulan data penelitian dilak-sanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Oktober-November 2011 dan mendapatkan responden 33 orang dari siswa kelas V SD Negeri 02 Karangrejo. Instrumen penelitian dilakukan dengan tes, observasi, angket dan catatan lapangan.

Penelitian terdiri dari 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Dalam penelitian guru bertindak sebagai penyampai materi pembelajaran dan dibantu oleh rekan guru sebagai pengamat/observer. Hal ini dilaku-kan untuk melihat ada tidaknya peningkatan belajar pada siswa kelas V dalam pembe-lajaran IPS melalui pendekatan CTL.

Dalam menentuan keberhasilan pro-ses yang dilakukan selama penelitian, diten-tukan dengan menggunakan lembar obser-vasi yang. Dimana penilaian menggunakan format skor. Arikunto (1997) membagi skor penilaian menjadi 4 kategori, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kategori Penilaian Lembar Observasi

Penilaian skor Kategori

4 Sangat baik

3 Baik

2 Cukup baik

1 Kurang baik

Untuk mencari persentase nilai rata-rata setelah dilakukan observasi dilakukan dengan menggunakan rumus:

𝑁𝑅 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑥 100%

NR adalah persentase nilai rata-rata setelah dilakukan observasi.

Data yang sudah didapat dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Langkah-langkah analisis yang dilakukan adala menelaah seluruh data

yang telah dikumpulkan dan mereduksi data yang melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklarifikasian di dalamnya.

Kegiatan diawali dengan diskusi ten-tang materi ajar, yaitu persiapan kemerdeka-an diikuti dengan latihan menerapkan stra-tegi pembelajaran menggunakan pendekatan CTL.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan penelitian dilaksanakan se-banyak 2 kali, yaitu siklus I dan siklus II. Da-lam penelitian dilakukan dengan meng-umpulkan data yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap siswa kelas V pada mata pelajaran IPS. Hasil observasi dapat dilihat dari hasil analisa data penilaian kinerja siswa. Perolehan hasil belajar siswa pada akhir siklus I disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Nilai siswa siklus I

No Inisial Skor T Ketuntasan TT

1 DW 75 T - 2 SW 75 T - 3 AAN 85 T - 4 A 70 T - 5 AWL 75 T - 6 CY 75 T - 7 DS 60 - TT 8 DA 60 - TT 9 EL 55 - TT 10 EF 75 T - 11 FI 70 T - 12 FM 75 T - 13 H 70 T - 14 IN 70 T - 15 PH 70 T - 16 MAS 70 T - 17 MT 70 T - 18 MR 70 T - 19 FR 80 T - 20 BR 70 T - 21 NB 70 T - 22 AM 75 T - 23 ML 60 - TT 24 FA 70 T - 25 K 65 - TT 26 P 60 - TT

(5)

No Inisial Skor T Ketuntasan TT 27 RA 70 T - 28 R 75 T - 29 SN 70 T - 30 SCL 70 T - 31 Y 70 T - 32 YI 65 - TT 33 H 70 T - Jumlah 2310 26 7 Rata-rata 70,00 78,79 21,21

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap aktivitas guru mendapatkan skor sebesar 70% dan terhadap aktivitas siswa sebesar 72%. Dari data di atas terlihat jelas bahwa kemampuan siswa untuk mem-prediksi, mengobservasi maupun menjelas-kan dengan kualifikasi baik masih sangat rendah. Tingkat ketuntasan mencapai 78,79 % atau 17 siswa dari 26 siswa yang diteliti yang berarti lebih rendah dari syarat ketun-tasan minimum yaitu 85% siswa dengan nilai minimum 70. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus II.

Hasil Observasi selama proses pem-belajaran pada siklus II adalah seperti ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai siswa siklus II

No Inisial Skor T Ketuntasan TT

1 DW 80 T - 2 SW 80 T - 3 AAN 85 T - 4 A 85 T - 5 AWL 90 T - 6 CY 80 T - 7 DS 85 T - 8 DA 85 T - 9 EL 70 T - 10 EF 85 T - 11 FI 80 T - 12 FM 95 T - 13 H 80 T - 14 IN 85 T - 15 PH 90 T - 16 MAS 75 T - 17 MT 75 T - 18 MR 75 T -

No Inisial Skor T Ketuntasan TT

19 FR 85 T - 20 BR 75 T - 21 NB 75 T - 22 AM 80 T - 23 ML 80 T - 24 FA 90 T - 25 K 75 T - 26 P 80 T - 27 RA 80 T - 28 R 90 T - 29 SN 80 T - 30 SCL 80 T - 31 Y 80 T - 32 YI 85 T - 33 H 75 T - Jumlah 2690 33 0 Rata-rata 81,52 100 0,00

Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I sudah diperbaiki dalam siklus II. Hasil observasi yang dilakukan terhadap aktivitas guru mendapatkan skor sebesar 95% sedangkan observasi terhadap aktivitas siswa sebesar 92%. Dari tabel diatas diketa-hui rata-rata prestasi belajar siswa adalah sebesar 81,52 dengan ketuntasan siswa men-capai 100,00% atau 33 siswa, sehingga penelitian ini telah berhasil dan tidak perlu dilanjutkan lagi.

Dari aktivitas guru mendapatkan skor ketercapaian setiap siklusnya sebesar 45% pada sebelum siklus, 70% pada siklus I dan 95% pada saat siklus II. Sedangkan aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan CTL mendapat skor ketercapaian sebesar 48% pada sebelum siklus, 72% pada siklus I dan pada siklus II sebesar 92%. Tindak lanjut terhadap hasil interpretasi ini berupa perencanaan tindakan siklus berikutnya, disertakan atas dasar evaluasi untuk perbaik-an kelemahperbaik-an yperbaik-ang terjadi dalam pelak-sanaan kegiatan siklus berikutnya.

Pada hasil nilai sebelum siklus diper-oleh nilai rata-rata 66,67, siklus pertama 70,00, dan siklus kedua 81,52. Sedangkan

(6)

ketuntasan yang dicapai pada sebelum siklus sebesar 54,55%, pada siklus I sebesar 78,79% dan pada siklus II sebesar 100%. Un-tuk lebih jelasnya perbandingan perolehan atau peningkatan nilai digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Grafik Peningkatan Belajar Dan Ketuntasan Siswa

Gambar 2 Grafik Peningkatan aktivitas guru dan siswa

Pembelajaran model CTL membantu guru dalam mengaitkan materi dengan dunia nyata, oleh karena itu seorang guru agar mudah dalam menyampaikan materi serta mengaitkannya ke dalam dunia nyata guru harus terlebih dahulu mempelajari penerapan CTL pada pelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan maksud agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih cepat.

Pendekatan CTL pada pembelajaran IPS sangat tepat untuk diterapkan karena ma-teri IPS berhubungan langsung dengan ling-kungan sekitar. Menggunakan metode CTL, materi yang disampaikan akan bermakna ka-rena siswa berinteraksi langsung dalam pem-belajaran. Dengan demikian pembelajaran IPS dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar.

Selain peningkatan hasil belajar, pe-nelitian menggunakan contextual teaching and learning juga meningkatan keaktifan sis-wa dan kreatifitas guru dalam pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa dengan

contextual teaching and learning pem-belajaran membuat siswa aktif yaitu melaksanakan pembelajaran yang bermakna. Kreatifitas guru terlihat dari digunakannya berbagai alat peraga, melakukan penguatan, memberikan motivasi.

Penerapan contextual teaching and learning dalam pembelajaran materi sejarah hindu menyediakan sumber belajar yang le-bih kontekstual bagi siswa. Diambil dari hidupan sehari-hari siswa memberikan ke-sempatan bagi siswa untuk lebih interaktif terhadap sumber belajar yang disediakan ser-ta memberikan pengalaman langsung bagi siswa sehingga hasil belajar lebih bermakna. Kerjasama antar siswa semakin meningkat. Guru tidak hanya menggunakan ceramah, melainkan bisa menggunakan metode-metode yang menarik sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan diterap-kannya proses pembelajaran dengan pende-katan CTL menjadikan pemahaman siswa terhadap materi kemerdekaan Indonesia mata

(7)

pelajaran IPS mengalami peningkatan. Motivasi belajar siswa untuk mempelajari bidang studi IPS semakin meningkat, hal ini didukung oleh peningkatan rata-rata prestasi belajar siswa dari siklus I 70 dengan persen-tase ketuntasan 78,79% menjadi 81,52 pada akhir siklus II dengan persentase 100%. Hal ini menunjukkan motivasi guru terhadap siswa juga meningkat, dominasi guru ter-hadap pembelajaran akan semakin berku-rang, dan suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif dan menyenangkan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dipaparkan dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut agar dalam

menerapkan pendekatan CTL dapat mencapai hasil yang memuaskan: (1) Dalam proses belajar mengajar guru perlu memberi-kan dorongan atau motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang terhadap bidang studi yang diajarkannya. (2) Hendaknya guru dalam mengajar menggunakan metode atau model belajar yang dapat mempermudah anak didiknya dalam memahami pokok bahasan. (3) Memaksimalkan persiapan pe-rangkat pembelajaran, khususnya LKS. (4) Memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan pendekatan CTL. (5) Untuk tim dalam penelitian, meningkatkan kualitas kolaborasi antar anggota sehingga masukan dari kolaborator bisa lebih meningkatkan kinerja.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian Su-atu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rine-ka Cipta.

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati. 2010. Belajar dan Pembelajaran.

Semarang: CV. IKIP Semarang

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Johnson, E.B. 2008. Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC

Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Seko-lah. Bandung: PT. Remaja Rosda-karya.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. Ri-neka Cipta

Supriya. 2009. Pendidikan Ilmu Penge-tahuan Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Ban-dung: Sinar Baru Algesindo.

Gambar

Tabel 1 Kategori Penilaian Lembar Observasi Penilaian skor  Kategori
Tabel 3 Nilai siswa siklus II
Gambar 1 Grafik Peningkatan Belajar Dan  Ketuntasan Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang Sibling Rivalry di Desa Sidorejo Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang. Pengetahuan f

Dunia bergerak sebagai suatu rangkaian pandangan manusia yang kian berubah. Porses-proses global telah membuka ruang bagi warga negara di daerah- daerah terpencil

Jumlah kalor yang diterima benda bersuhu rendah sama dengan jumlah kalor yang dilepas benda bersuhu tinggib. Jumlah kalor yang diterima benda bersuhu rendah tidak

Maksudnya, adalah bahwa dari sisi perusahaan, dana yang diperoleh melalui pasar modal haruslah tersedia untuk jangka waktu yang lama, misalnya lima sampai tiga puluh tahun

Tingkat Pendidikan bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan health literacy (pvalue: 0,705), namun menurut Denuwara, dkk menyatakan bahwa akses terhadap

menuju kehidupan yang lebih baik dan bermutu dan juga berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu negera. Ketidaktahuan tentang entrepreneur menyebabkan usaha atau bisnis

Sedangkan Sistem anti lock adalah sistem untuk menghentikan kendaraan dilakukan dengan cara mempertahankan roda tidak lock atau dalam keadaan slip tertentu dimana

3) Blok yang sudah disiapkan dipotong dengan ketebalan 5 mikron, lalu dimasukkan air panas ±60 o C. Setelah jaringan mengembang, jaringan diambil menggunakan kaca