• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arleni 1, Tri Yunis Miko Wahyono 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Arleni 1, Tri Yunis Miko Wahyono 2"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Campak Pada

Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak di Desa Segarjaya Kecamatan

Batujaya Kabupaten Karawang Tahun 2014

Arleni1, Tri Yunis Miko Wahyono2

Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia1, Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia2

Email : aarleni@gmail.com

ABSTRAK

Campak merupakan penyakit yang sangat menular dan sebagai penyebab utama kematian anak di negara berkembang termasuk di Indonesia. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat mempunyai cakupan imunisasi campak yang cukup tinggi dari tahun 2009-2013. Namun demikian masih terjadi KLB penyakit campak yang terjadi pada periode Desember 2013 sampai dengan Februari 2014 di Desa Segarjaya Kecamatan Batujaya.

Desain penelitian ini adalah desain kasus kontrol. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian campak pada Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di Desa Segarjaya Wilayah Puskesmas Batujaya Kabupaten Karawang Tahun 2014. Kasus adalah anak usia 0-14 tahun yang didiagnosa menderita campak berdasarkan gejala klinis dan tercatat dalam laporan C1 Dinas Kesehatan dan didiagnosa campak pada saat investigasi KLB, kontrol adalah anak yang tidak menderita gejala klinis campak, tetangga kasus yang rumahnya berdekatan dengan perbandingan jumlah kasus dan kontrol 1:2. Sebanyak 57 kasus dan 117 kontrol yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor utama yang berpengaruh terhadap kejadian campak pada KLB campak adalah jenis kelamin lak-laki OR=1,9 (CI 95%: 1,00-3,6), status anak yang tidak imunisasi memiliki OR= 2,5 (CI 95%: 1,20-5,2), anak yang mempunyai riwayat kontak OR=15,4 (CI 95%: 6,9-33,9). Sedangkan faktor yang bersifat protektif adalah faktor ibu yang tidak bekerja OR=0,4 (CI95%: 0,20-0,91). Dari hasil penelitian disarankan agar meningkatkan peran serta masyarakat dalam program imunisasi dan melaporkan segera jika ada kasus dengan gejala campak pada tenaga kesehatan, penguatan program imunisasi dan penguatan surveilans epidemiologi campak.

Kata kunci : Faktor risiko campak; KLB Campak; studi kasus kontrol ABSTRACT

Measles is a highly contagious disease and a major cause of child mortality in developing countries, including in Indonesia. Karawang regency is one of regencies in West Java has the measles immunization coverage is high enough from the years 2009 to 2013. However, there are measles outbreaks occurred in the period December 2013 to February 2014 in the Segarjaya Village District of Batujaya.

This study design is case-control design. The purpose of this study to describe the factors that influence the incidence of measles in Extraordinary Events (KLB) in the Segarjaya Village of measles Regional Health Center Batujaya Karawang of district in 2014. Cases were children aged 0-14 years who were diagnosed with measles based on clinical symptoms and recorded the Department of Health and C1 reports diagnosed measles outbreaks during the investigation, control is a child who does not suffer from clinical symptoms of measles, a neighbor whose house is adjacent to the case of a comparison of cases and controls 1:2. A total of 57 cases and 117 controls who met the inclusion criteria. The results showed that the main factors that influence the incidence of measles in measles outbreaks are lacquer-male gender OR=1.9 (CI 95%: 1,00-3,6)), the immunization status of children who do not have OR=2.5 (CI 95%: 1,20-5,2), children who have a history of contact OR = 15.4 (CI 95%: 6,9-33,9). While the protective factor is a factor that is not working mothers OR=0.4 (CI95%: 0,20-0,91). From the results of the study suggested that increase community participation in immunization programs and report immediately if there is a case with symptoms of measles on health workers, strengthening immunization programs and the strengthening of epidemiological surveillance of measle

(2)

Pendahuluan

Campak merupakan penyakit yang sangat menular dan sebagai penyebab utama kematian anak di negara berkembang termasuk di Indonesia. Diperkirakan 1,7 juta kematian anak akibat penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) dan 5% penyebab kematian anak dibawah 5 (lima) tahun (Kemenkes RI, 2012). Penyakit Campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya host atau reservoir Campak hanya pada manusia, serta tersedia vaksin yang cukup tinggi yang effikasi vaksin 85% 12.

Penyakit campak termasuk penyakit yang dapat di cegah melalui tindakan imunisasi. Dampak keberhasilan imunisasi campak di Indonesia dapat dilihat dari meningkatnya UCI desa tahun 2008-2012, namun pada tahun 2012 masih timbulnya KLB Campak dengan total KLB 160 kejadian 16

Wilayah Propinsi Jawa Barat seringkali mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit ataupun keracunan makanan. Salah satu penyakit potensial yang menimbulkan KLB adalah penyakit campak. Pada tahun 2012 frekwensi kejadian KLB Campak sebanyak 21 kejadian dengan 315 kasus 16. Jika melihat cakupan imunisasi pada tahun 2013 Propinsi Jawa Barat berhasil mencapai target cakupan imunisasi campak sebesar 103,9% (target cakupan 90%) 4. Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat mempunyai cakupan imunisasi campak yang cukup tinggi sejak tahun 2009-20138. Cakupan yang tinggi ini seharusnya mampu memberikan efek perlindungan terhadap kelompok anak, sehingga mampu mencegah timbulnya KLB campak. Namun demikian masih terjadi KLB penyakit campak yang terjadi pada periode Desember 2013 sampai dengan Februari 2014 di Desa Segarjaya Kecamatan Batujaya sebanyak 67 kasus9. Tujuan umum dari penelitian adalah untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian campak pada Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di Desa Segarjaya Wilayah Puskesmas Batujaya Kabupaten Karawang Propinsi Jawa Barat. Tujuan Khusus mengetahui gambaran faktor anak, faktor ibu, faktor ayah dan faktor kepadatan rumah pada kasus dan kontrol. Serta mengetahui hubungan faktor anak, faktor ibu, faktor ayah dan faktor kepadatan hunian pada kelompok kasus dan kontrol dengan kejadian campak

(3)

Tinjauan Kepustakaan

Penyakit campak merupakan suatu penyakit akut yang mudah menular lewat udara melalui sistem pernafasan, terutama percikan ludah (atau cairan yang keluar ketika seseorang bersin, batuk atau berbicara) dan disebakan oleh virus yang masuk dalm genus morbillivirus dan keluarga parayxoviridae yang mudah mati karena panas dan cahaya3. Penularan dari orang ke orang melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara terutama batuk, bersin atau sekresi. Masa penularan 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah timbul rash, puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodormal), yaitu pada 1-3 hari pertama sakit3. Orang yang rentan terhadap penyakit campak adalah semua orang yang belum pernah terserang penyakit dan orang yang belum pernah mendapatkan imunisasi. Imunitas yang didapat setelah sakit bertahan seumur hidup. Bayi yang baru lahir dari ibu yang pernah menderita campak akan terlindunggi selama 6-9 bulan pertama atau lebih lama tergantung dari titer antibodi yang tersisa pada saat kehamilan dan tergantung titer maternal yang tersisa pada saat kehamilan dan tergantung pada kecepatan degradasi antibodi tersebut3

Faktor yang berhubungan dengan penyakit Campak

Status Gizi

Anak dengan status gizi baik akan lebih bertahan terhadap penyakit infeksi. Sedangkan anak dengan keadaan gizi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun. Setiap bentuk gangguan gizi dengan gejala defiensi yang ringan merupakan pertanda awal dari terganggunya kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi, dimana produksi antibodi terganggu sehingga penurunan antibodi tertentu yang akan mengakibatkan mudahnya bibit penyakit masuk ke dalam tubuh

Kurang Energi Protein (KEP) pada anak merupakan keadaan yang rentan terhadap penyakit infeksi, termasuk penyakit campak. Pada anak-anak dengan kondisi kurang gizi jika menderita campak seringkali sebagai pencetus terjadinya kwasiorkor akut3

Status Vitamin A

Anak-anak dengan defisiensi vitamin A subklinis atau klinis berisiko tinggi menderita campak dengan komplikasi seperti pendarahan, dehidrasi, otitis media, sariawan, kebutaan dan infeksi kulit yang berat1

(4)

Status imunisasi

Penyakit campak termasuk penyakit yang dapat dicegah melalui tindakan imunisasi. Imunisasi yang dilaksanakan di Indonesia saat ini adalah imunisasi rutin untuk bayi usia 9-12 bulan, imunisasi tambahan untuk anak SD/MI kelas 1 pada saat pelaksanaan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yang dilaksanakan setiap bulan Agustus15. Vaksin campak mempunyai efek yang penting pada epidemiologi penyakit yang berhubungan dengan herd immunity yang ditimbulkannya yaitu imunisasi mengubah distribusi relatif umur kasus dan menyebabkan terjadinya pergeseran ke umur yang lebih tua, ada kecendrungan terjadi wabah setelah beberapa tahun bebas penyakit 15

Efektivitas vaksin

Pemberian vaksin atau vaksinasi bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif dimana tubuh menjadi aktif untuk membuat antibody, sehingga dapat melindungi seseorang dari penyakit tertentu sesuai dengan vaksin yang diberikan. Kebanyakan vaksin (antigen) yang diberikan melalui imunisasi rutin mempunyai daya lindung (vaccine efficacy) 95%. Anak yang sudah diimunisasi maupun yang belum diimunisasi secara tidak langsung akan terlindung juga terhadap serangan penyakit melalui apa yang disebut dengan kekebalan kelompok (herd immunity) 20.

Riwayat Kontak

Penularan campak dari orang ke orang melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara terutama batuk, bersin atau sekresi, sehingga campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat menular, jika ditemukan kasus campak, maka wajib dilaporkan dalam waktu 24 jam untuk mencegah penularan yang lebih luas dan penanggulangan KLB3.

Pendidikan, Pengetahuan dan sikap ibu

Anak yang mempunyai ibu dengan pendidikan rendah akan menderita campak sebesar 2,7 kali dibanding anak yang mempunyai ibu pendidikan tinggi. Anak yang mempunyai ibu dengan pengetahuan kurang terhadap campak akan berpeluang untuk menderita campak dibanding dengan anak yang mempunyai ibu pengetahuan cukup22.

Dari hasil penelitian Komaria (2003) didapatkan ibu yang mempunyai pengetahuan kurang mempunyai risiko 2,03 kali anaknya terkena campak dibandingkan dengan ibu dengan pengetahuan baik. Anak yang mempunyai ibu dengan sikap buruk terhadap imunisas

(5)

campak berpeluang untuk menderita campak dibanding anak yang mempunyai ibu dengan sikap baik2.

Lingkungan

Penularan penyakit campak akan dipermudah dengan kondisi lingkungan yang kurang baik yang dapat dilihat dari kepadatan hunian rumah Ada hubungan kepadatan hunian dengan kejadian campak dan secara statistik bermakna, dimana anak yang tinggal dengan rumah padat 2,5 kali lebih besar untuk menderita campak dibandingkan dengan anak yang tinggal dengan rumah tidak padat10

Pelayanan program imunisasi

Tingginya status imunisasi disuatu wilayah akan terjadi jika pengelolaan program imunisasi dilaksanakan secara optimal dan dukungan lintas sektoral, partisipasi masyarakat serta penerima vaksin sendiri15.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kasus kontrol dengan jenis data kuantitatif. Data sekunder bersumber dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas Batujaya, data primer dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan wawancara tertutup kepada subjek/ibu. Populasi adalah semua anak usia 0-14 tahun yang berdomisili di Desa Segarjaya Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang saat terjadi KLB Campak. Kasus adalah semua anak usia 0-14 tahun saat KLB Campak yang mempunyai gejala klinis campak disebut suspek campak yaitu panas dan rash, konjungtivitis/mata merah yang terjadi pada periode Desember 2013 sampai dengan Februari 2014, yang dinyatakan positif oleh petugas kesehatan, sebanyak 57 ibu kasus memenuhi kriteria inklusi. Kontrol adalah semua anak yang tidak menderita campak yang berdomisili dekat dengan anak yang tidak mempunyai gejala panas dan rash, konjungtivitis/mata merah pada periode Desember 2013 sampai dengan Februari 2014 yang tidak terdaftar pada laporan C1 Campak Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang dan bersedia untuk diwawancarai Di verifikasi atas dasar pernyataan petugas kesehatan dan hasil wawancara dengan responden, sebanyak 117 ibu kontrol memenuhi kriteria. Pemilihan sampel kasus berdasarkan laporan C1 Dinas Kesehatan dan didignosa campak oleh petugas kesehatan pada saat investigasi, kontrol merupakan tetangga kasus yang diambil langsung yang berdekatan atau jarak rumah dengan pintu rumah kontrol dekat dengan kasus, jika kontrol ditemukan lebih dari satu orang maka dilakukan pemilihan secara random/acak.

(6)

Analisis dilakukan pada hasil penyelidikan epidemiologi KLB campak Dinas Kesehatan dalam bentuk kuesioner dan data sekunder dilakukan verifikasi kelengkapan data, kejelasan dan konsistensi data.. Analisis univariat dilakukan bertujuan untuk mendiskripkan data yang diperoleh dengan cara membuat tabel distribusi frekwensi, yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel independen tanpa memperhitungkan variabel-variabel lainnya sehingga bersifat kasar (crude). Pada tahap ini dihasilkan ukuran asosiasi berupa odds ratio (OR). Analisis bivariat juga digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antara faktor risiko anak, faktor ibu, faktor ayah, dan lingkungan dengan kejadian campak pada balita/anak

19 .

Hasil

Lokasi KLB campak berada di Desa Segarjaya Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang berada pada dataran rendah wilayah utara Puskesmas Batujaya. Jarak lokasi KLB dari Puskesmas Batujaya, yaitu ± 5-8 km, dengan akses jalan yang sulit dilalui oleh kendaraan roda 4. Desa Segarjaya terdiri atas 3 RW dan 11 RT

Hasil penyelidikan epidemiologi KLB campak di Desa Segarjaya menunjukkan kasus campak pertama kali terjadi pada tanggal 1 Desember 2013 yang berlokasi di RT 07/02. Sedangkan kasus terakhir terjadi pada tanggal 6 Februari 2014 yang berlokasi di RT 05/01. yang dibuktikan dengan 3 spesimen hasil pemeriksaan IgM positif campak 9.

Tabel 5.1

Distribusi Karakteristik kasus dan kontrol anak usia 0-14 tahun pada KLB Campak di Desa Segarjaya Kabupaten Karawang Tahun 2014

(7)

n % n %

Umur Balita 38 66,6 86 73,5

5-14 tahun 19 33,4 31 26,4

Total 57 100 117 100

Jenis Kelamin Laki-laki 34 59,6 51 43,6

Perempuan 23 40,4 66 56,4

Total 57 100 117 100

Tidak Imunisasi 45 78,9 70 59,8 Imunisasi Campak 12 21,1 47 40,2

Total 57 100 117 100

Status Gizi Gizi Kurang 12 19,4 26 23,2

Gizi Baik 50 80,6 86 76,8 Total 57 100 117 100 Riwayat Kontak Ya 46 80,7 25 21,4 Tidak 11 19,3 92 78,6 Total 57 100 117 100 Status Imunisasi Variabel Kategori Kasus n=57 Kontrol n=117

Pada kelompok kasus, umur terkecil adalah 5 (lima) bulan dan terbesar berusia 14 tahun. Pada kelompok kasus proporsi usia balita lebih besar dibandingkan usia 5-14 tahun. Pada kelompok kontrol umur terkecil adalah 2 (dua) bulan dan terbesar berusia 13 tahun. proporsi usia balita lebih besar dibandingkan usia 5-14 tahun. Proporsi jenis kelamin laki-laki lebih besar pada kelompok kasus. Pada kelompok kontrol proporsi jenis kelamin perempuan lebih besar dibandingkan jenis kelamin laki-laki. Pada kelompok kasus proporsi anak dengan status tidak imunisasi campak lebih besar dibandingkan dengan proporsi kelompok kontrol. Pada kelompok kasus proporsi gizi kurang lebih kecil dibandingkan pada kelompok kontrol. Proporsi dengan riwayat kontak pada kelompok kasus lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Tabel 5.2

Distribusi karakteristik ibu kelompok kasus dan kontrol pada KLB Campak di Desa Segarjaya Puskesmas Batujaya Tahun 2014.

(8)

n % n %

Umur Ibu <35 tahun 51 89,5 101 86,3

>35 tahun 6 10,5 16 13,7 Total 57 100 117 100 Rendah <SLTP 44 77,2 92 78,6 Tinggi >SLTP 13 22,8 25 21,4 Total 57 100 117 100 Tidak Bekerja 40 70,2 99 84.6 Bekerja 17 29,8 18 15,4 Total 57 100 117 100 Pekerjaan Ibu Pendidikan Ibu Variabel Kategori Kasus Kontrol n=57 n=117

Umur responden/ibu terkecil berusia 19 tahun dan paling tua berusia 50 tahun.Proporsi umur ibu kurang dari 35 tahun pada kelompok kasus lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Proporsi pendidikan rendah (< SLTP) pada kelompok kasus lebih kecil dibandingkan dengan proporsi kelompok kontrol. Proporsi ibu yang tidak bekerja pada kelompok kasus lebih kecil dibandingkan dengan proporsi tidak bekerja pada kelompok kontrol (tabel 5.2)

Tabel 5.3

Distribusi Pengetahuan ibu tentang Penyakit Campak kelompok kasus dan kontrol pada KLB Campak di Desa Segarjaya Puskesmas Batujaya

Kabupaten Karawang Tahun 2014

n % n %

Tahu Penyakit Tidak 36 63,2 73 62,4

Ya 21 36,8 44 37,6 Total 57 100 117 100 Tidak 29 50,9 76 65 Ya 28 49,1 41 35 Total 57 100 117 100 Tidak 41 71,9 95 81,2 Ya 16 28,1 22 18,8 Total 57 100 117 100 Tidak 49 86 80 68,4 Ya 8 14 37 31,6 Total 57 100 117 100 Tahu Gejala Campak Campak Dapat Menular Pertanyaan Campak Bisa dicegah Kasus Kontrol n=57 n=117

(9)

Proporsi ibu yang tidak tahu penyakit campak pada kelompok kasus lebih besar dibandingkan ibu yang tidak tahu pada kelompok kontrol. bu yang tidak tahu gejala campak pada kelompok kasus lebih kecil dibandingkan ibu yang tidak tahu gejala gejala campak pada kelompok kontrol. Proporsi ibu yang tidak tahu campak dapat menular pada kelompok kasus lebih kecil dibandingkan dengan ibu yang tidak tahu campak menular pada kelompok kontrol. Proporsi ibu yang tidak tahu campat dapat dicegah pada kelompok kasus lebih besar dibandingkan ibu pada kelompok kontrol.

Distribusi sikap ibu terhadap campak pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4

Distribusi sikap ibu terhadap Imunisasi Campak kelompok kasus dan kontrol pada KLB Campak di Desa Segarjaya Puskesmas Batujaya

Kabupaten Karawang Tahun 2014

n % n %

Imunisasi mencegah Sikap Negatif 39 68,4 55 47

Sikap Positif 18 31,6 62 53 Total 57 100 117 100 Sikap Negatif 45 78,9 67 57,3 Sikap Positif 12 21,1 50 42,7 Total 57 100 117 100 Sikap Negatif 41 71,9 57 48,7 Sikap Positif 16 28,1 60 51,3 Total 57 100 117 100 Sikap Negatif 36 63,2 73 62,4 Sikap Positif 21 36,8 44 37,6 Total 57 100 117 100 Sikap Negatif 35 61,4 69 59 Sikap Positif 22 38,6 48 41 Total 57 100 117 100 Anak dengan Penyakit Campak diisolasi

Anak sehat tidak boleh dekat dengan anak sakit Pertanyaan Kasus Kontrol n=57 n=117 Anak diimunisasi Campak Anak diberikan Imunisasi Rutin

Sikap ibu terhadap program imunisasi campak yakni imunisasi mencegah campak pada kelompok kasus proporsi ibu bersikap negatif lebih besar dibandingkan dengan bersikap positif, pada kelompok kontrol proporsi ibu bersikap positif lebih besar dibandingkan sikap negatif. Sikap ibu terhadap anak diimunisasi campak proporsi ibu bersikap negatif pada

(10)

kelompok kasus lebih besar dibandingkan pada kelompok kontrol. Sikap Ibu anaknya diberikan imunisasi secara rutin proporsi ibu bersikap negatif pada kelompok kasus lebih besar dibandingkan kelompok kontrol.

Sikap ibu terhadap anak dengan penyakit campak diisolasi pada kelompok kasus lebih besar dibandingkan kelompok kontrol.

Sikap ibu terhadap anak sehat tidak boleh dekat dengan anak sakit proporsi ibu bersikap negatif pada kelompok kasus lebih besar dibandingkan kelompok kontrol.

Tabel : 5.5

Pengetahuan dan Sikap ibu terhadap Campak kelompok kasus dan kontrol pada KLB Campak di Desa Segarjaya Puskesmas Batujaya

Kabupaten Karawang Tahun 2014

n % n % Pengetahuan Kurang 27 47,4 64 54,7 Cukup 30 52,6 53 45,3 Total 57 100 117 100 Negatif 21 36,8 29 24,8 Positif 36 63,2 88 75,2 Total 57 100 117 100 Sikap Variabel Kategori Kasus Kontrol n=57 n=117

Berdasarkan kategori pengetahuan kurang dan cukup, proporsi ibu pengetahuan kurang pada kelompok kasus lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kategori sikap ibu terhadap imunisasi campak pada penelitian proporsi ibu sikap negatif pada kelompok kasus lebih besar dibandingka dengan kelompok kontrol (Tabel 5.5).

Karakteristik ayah pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel berikut :

(11)

Tabel 5.6

Distribusi karakteristik ayah kelompok kasus dan kontrol pada KLB Campak di Desa Segarjaya Puskesmas Batujaya Kabupaten Karawang Tahun 2014

n % n %

Pendidikan ayah Rendah < SLTP 46 80,7 89 76,1

Tinggi >SLTP 11 19,3 28 23,9 Total 57 100 117 100 Non Formal 55 96,5 107 91,5 Formal 2 3,5 10 12 Total 57 100 117 100 Pekerjaan ayah Variabel Kategori Kasus Kontrol n=57 n=117

Proposi pendidikan ayah berpendidikan rendah <SLTP pada kelompok kasus lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (tabel 5.6). Pada penelitian ini sebagian besar ayah bekerja pada sektor non formal, Proporsi ayah yang bekerja pada sektor informal pada kelompok kasus lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (tabel 5.6).

Penelitian ini juga meliputi kepadatan hunian rumah pada kelompok kasus dan kontrol. Tabel 5.7

Kepadatan Hunian Rumah kelompok kasus dan kontrol pada KLB Campak di Desa Segarjaya Puskesmas Batujaya Kabupaten Karawang Tahun 2014

n % n %

Rumah Padat 7 12,3 14 12

Rumah Tidak Padat 50 87,7 103 88

Total 57 100 117 100 Kepadatan Hunian Rumah Variabel Kategori Kasus Kontrol n=57 n=117

Kategori kepadatan hunian rumah yakni <10 m2/jiwa. Proporsi responden yang tinggal pada hunian rumah padat pada kelompok kasus dan kelompok kontrol hampir sama besar (tabel 5.7).

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap faktor risiko kejadian campak dengan tujuan utuk mengidentifikasi variabel yang berpengaruh terhadap kejadian campak dapat dilihat pada tabel berikut :

(12)

Tabel 5.8

Analisa Bivariat kelompok kasus dan kontrol pada KLB Campak di Desa Segarjaya Puskesmas Batujaya Kabupaten

Karawang Tahun 2014 Variabel OR 95% CI P.value Umur anak - Balita 0,7 0,36-1,43 0,375 - 5-14 tahuan Jenis Kelamin -Laki-laki 1,9 1,00-3,6 0,054* -Perempuan Status Imunisasi -Tidak Imunisasi 2,5 1,20-5,2 0,016* -Imunisasi Campak Status Gizi -Gizi Kurang 0,9 0,43-2,01 1,000 -Gizi Baik Riwayat Kontak -Ya 15,4 6,9-33,9 0,000* -Tidak Usia Ibu <35 tahun 1,3 0,5-3,69 0,634 >35 tahun Pendidikan Ibu 0,9 0,43-1,96 0,847 Rendah <SLTP Tinggi >SLTP Pekerjaan Ibu 0,4 0,20-0,91 0,043* Tidak Bekerja Bekerja Pengetahuan ibu Kurang 0,7 0,39-1,406 0,420 Cukup Sikap Ibu Negatif 1,3 0,68-2,45 0,512 Positif Pendidikan Ayah < SLTP 1,3 0,601-2,8 0,564 >SLTP Pekerjaan Ayah 0,4 0,82-1,838 0,341 - Non Formal -Formal 1,0 0,391-2,7 1,00

Kepadatan Hunian Rumah Rumah Tidak Padat

(13)

Hasil bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik adalah anak yang tidak mendapatkan imunisasi campak memiliki resiko sebesar 2,5 kali terkena campak dibandingkan dengan anak yang mendapatkan imunisasi campak.. Anak laki-laki memiliki resiko untuk menderita campak pada KLB campak sebesar 1,9 kali dibandingkan dengan anak perempuan. Anak yang mempunyai riwayat kontak beresiko 15,4 kali terkena campak dibandingkan dengan anak yang tidak kontak.

Ibu yang tidak bekerja memiliki resiko protektif sebesar 0,4 , artinya ibu yang tidak bekerja anaknya terlindungi campak sebesar 0,4 kali dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hasil analisis bivariat ini menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik.

Pembahasan

Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Campak

Hasil penelitian menunjukan kelompok usia balita mempunyai risiko protektif sebesar 0,7 kali terkena campak dibandingkan anak berusia diatas 5 tahun, hasil analisis statistik menunjukan hubungan tidak bermakna. Pada penelitian Komara (2003) menunjukan bahwa usia dibawah 5 tahun merupakan usia yang rawan terhadap penyakit infeksi dihasilkan OR 0,49 dimana anak lebih tua yang belum mendapatkan imunisasi campak kecendrungan lebih mudah terserang campak dibandingkan dengan umur muda.

Penelitian ini menunjukkan anak yang berjenis kelamin laki-laki memiliki resiko terkena campak sebesar 1,9 kali dibandingkan dengan anak perempuan terkena campak. Penelitian ini memperkuat penelitian terdahulu yang juga menemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara jenis kelamin dengan kejadian campak, hasil ini diungkapkan oleh Budi (2012) hasil penelitian menunjukan anak dengan jenis kelamin laki-laki beriko 1,5 kali .

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi campak memiliki resiko untuk terjadinya campak yaitu sebesar: 2,5 kali. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Budi, D.A.S (2012) dimana menunjukan hubungan yang bermakna antara status imunisasi terhadap kejadian campak. Pada penelitian lainnya Duski OZ (2000) menunjukan anak yang tidak diimunisasi campak berisiko 2,71 kali lebih besar untuk menderita campak dibandingkan dengan anak yang diimunisasi. Begitu juga dengan penelitian Komaris S (2003) menunjukkan pengaruh yang bermakna antara status imunisasi dengan kejadian campak dimana anak yang tidak

(14)

mendapatkan imunisasi campak akan terserang campak sebesar 46,02 kali dibandingkan dengan anak sudah mendapatkan imunisasi campak.

Dari hasil penelitian ini juga dihasilkan anak yang kontak dengan penderita campak akan berisiko 15,4 kali untuk terkena campak dibandingan dengan anak yang tidak kontak secara statistik hubungan ini bermakna. Hal ini menunjukan bahwa penularan kasus campak terjadi dari orang ke orang, yang mudah menularkan melalui udara melalui pernafasan. Dimana di lapangan dapat dilihat jarak antara rumah satu dan lainnya di desa ini berdekatan/padat. Sehingga penderita campak akan kontak dengan tetangga/teman bermain yang tinggal berdekatan dan memudahkan penularan penyakit.

Faktor ibu

Pada penelitian ini menunjukan ibu yang memiliki pendidikan rendah <SLTP mempunyai risiko protektif 0,9 kali lebih besar anaknya terkena campak dibandingkan dengan ibu berpendidikan tinggi >SLTP. Menurut Budi (2012) semakin rendah pendidikan ibu, maka semakin tinggi kemungkinan anaknya terkena campak. Menurut Purnomo (1996) menyatakan jika pendidikan ibu rendah maka anaknya mempunyai resiko untuk terkena campak sebesar 2,70 kali dibandingkan dengan ibu berpendidikan tinggi. Ibu dengan pendidikan baik cenderung memberikan perhatian yang baik terhadap anaknya termasuk perhatian terhadap pelayanan kesehatannya anaknya termasuk dalam upaya pencegahan penyakit dan kesadaran terhadap masalah-masalah kesehatan.

Kesimpulan

Faktor risiko yang terbukti secara statistik paling berpengaruh pada peristiwa KLB Campak periode Desember 2013-Februari 2014 adalah jenis kelamin, status imunisasi dan riwayat kontak. Faktor resiko yang menggurangi terkena campak adalaha ibu yang tidak bekerja

(15)

Saran

Berdasarkan temuan-temuan yang dihasilkan pada penelitian ini, maka dapat disarankan kepada :

1. Masyarakat : melihat masih banyak anak tidak imunisasi campak di Desa Segarjaya, diharapkan peran lintas sektor, tokoh masyarakat dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan imunisasi khususnya imunisasi campak

2. Dinas Kesehatan : agar melakukan penguatan program imunisasi, dan penguatan surveilans epidemiologi penyakit campak.

3. Untuk Peneliti : Perlunya penelitian lebih lanjut tentang variabel yang ada dalam hasil penelitian ini seperti, pengetahuan dan sikap ibu terhadap campak/imunisasi campak, dan penelitian tentang status gizi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adriani, Merryana, & Wirjadmadi, Bambang (2012). Pengantar Gizi Masyarakat, Katalog Dalam Terbitan, Jakarta, 2012

2. Budi, Dwi Agus Setia (2012). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian campak pada peristiwa KLB Campak anak 0-59 bln di Kota Banjarmasin Prop.Kalimantan Selatan tahun 2011, Tesis, Universitas Indonesia, Depok

3. Chin, James, (2000). Manual Pemberantasan Penyakit Menular, (Editor Penterjemah: I Nyoman Kandun). Edisi 17. Jakarta.

4. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat (2014) Umpan Balik Pencapaian Cakupan Imunisasi Januari s/d Desember Tahun 2013, Bandung.

5. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat (2014). Evaluasi Program Surveilans Januari s/d Desember Tahun 2013, Bandung.

6. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat (2014). Evaluasi Program Imunisasi Januari s/d Desember Tahun 2013, Bandung.

7. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat (2009). Kumpulan Pedoman/Petunjuk Teknis Kegiatan Surveilans Epidemiologi, Bandung.

8. Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang (2014) Laporan Kegiatan Program Imunisasi Januari s/d Desember Tahun 2013, Karawang.

9. Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang (2014) Laporan Invetigasi KLB Campak Di Desa Segarjaya Puskesmas Batujaya Kabupaten Karawang 2014, Karawang

(16)

10.Duski, Zulkifli (2000), Hubungan status imunisasi campak dengan kejadian campak pada anak usia dibwah 5 tahun saat peristiwa KLB Campak di desa Pagerageung Kec, Pagerageung Kab.Tasimalaya, Tahun 2000, Tesis, Universitas Indonesia, Depok

11.Dibley. (1987). Risk Faktor severe meales dalam laporan semiloka unit penelitian Kelangsungan hidup anak, Universitas Indonesia, Jakarta

12.Gestman, B Burt, (2003). Epidemiology Kept Simple : Am Introduction to Traditional and Modern Epidemiology (2nd Ed), New Jersey : wiley-Liss

13.Irawan, R, (2003). Faktor-faktor yang Berpengaruh Dengan Kepatuhan Petugas terhadap Cara Pemberian Imunisasi Campak Sesuai Dengan SOP Imunisasi di Kabupaten Majalengka Tahun 2002, Tesis, Universitas Indonesia, Depok

14.Kementrian Kesehatan RI (2012). Petunjuk Teknis Surveilans Campak. Jakarta, 2012

15.Kementrian Kesehatan RI (2014). Petunjuk Teknis Program Imunisasi. Jakarta, 2014

16. Kementrian Kesehatan RI (2013). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012, Jakarta

17. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1995/Menkes/SK/ XII/2010 tentang Klasifikasi Status Gizi, Jakarta 2010

18.Komaria. S (2003). Faktor Risiko kejadian penyakit campak pada anak umur 9 bln -6 tahun pada saat kejadian KLB di Kab. Bogor tahun 2002, Tesis, Universitas Indonesia, Depok

19.Lameshow, S (1997). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan, Gadjah Mada University Press, Jogyakarta

20.Michael B. Gregg, (1995) Epidemiologi Lapangan , Jakarta

21.Morton, F Richard, Hesel J. Richard, (1986). Bimbingan Studi Tentang Epidemiologi & Biostatika, Djambatan, Jakarta, 1986

22. Notoadmodjo, Sukidjo, (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta, 2007

23.Noor, Nur Nasry, (2006). Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Rineka Cipta, Jakarta, 2006

24.Nugrahaeni, Dyan Kunthi, (2011). Konsep Dasar Epidemiologi, EGC, Jakarta, 2011

25.Permenkes RI no 1077/Per/V/2011 TentangPenyehatan Udara dalam Rumah, Jakarta

26.Purnomo, Herbagyanto, (1996) Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Campak Pada Anak Usia 12 - 24 Bulan di Kota Madya Jakarta Selatan tahun 1996 ,

(17)

27.Puskesmas Batujaya (2014), Data Kegiatan Puskesmas Batujaya, Karawang

28.Undang- Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1984, Wabah Penyakit Menular. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan komunikasi yang dilakukan oleh pemimpin kepada anggotanya maka akan terjadi pertukaran informasi, sehingga akan memudahkan pemimpin untuk menciptakan kondisi yang

menyelengggarakan fast food restaurant dengan merek “Masaji Fried Chicken” dengan cara menghidangkan makanan dan minuman yang disiapkan dan diolah sesuai dengan

Perbedaan tersebut menunjukkan, bahwa masing-masing perlakuan memiliki pengaruh yang berbeda dari eksplan yang ditanam pada media MS yang dimodifikasi dengan pemberian

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas disimpulkan bahwa program kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini memberikan dampak positif bagi masyarakat pesisir

1 DUDUNG DURAHMAN BATUTUMPANG 2 ENING FITRIYANI BATUTUMPANG 3 NANA SUHANA BATUTUMPANG 4 ACEP MUMIN MUNAWIJAYA BATUTUMPANG 5 DEMI AHMAD SARIP CADAS MEKAR 6 AAN ANWARUDIN

Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan Pembangunan Kawasan Kebun Bibit Rumput Laut Tahun 2016 dilakukan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi. H asil

Sedangkan penggunaan darah donor sebanyak 6%,7% dan 8% tidak disarankan untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus karena zona hemolisa dan warna koloni berbeda dengan

Selanjutnya kondisi kedua beberapa karakter memiliki pengaruh dominansi (H1) yang lebih besar dari nilai pengaruh aditif (D), karakter tersebut ialah umur berbunga, umur