• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERAMPILAN KOMUNIKASI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KETERAMPILAN KOMUNIKASI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

KETERAMPILAN KOMUNIKASI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

(S.I.Kom)

Oleh:

Mochamad Rosy Ilhamsyah NIM. B06212022

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Mochamad Rosy Ilhamsyah, B06212022, 2016. Keterampilan Komunikasi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya

Kata Kunci : Keterampilan Komunikasi, Mahasiswa

Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat dua fokus penelitian, yaitu: (1) keterampilan komunikasi yang dimiliki mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya?, (2) bagaimana cara memanfaatkan keterampilan komunikasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya?

Untuk menjawab fokus penelitian tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakanlah metode penelitian deskriptif kualitatif yang berguna untuk memberikan fakta dan data mengenai aktifitas keterampilan komunikasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Teori Pendekatan Rasional sehingga diperoleh beberapa kegiatan ketika berkomunikasi.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) Keterampilan komunikasi yang dmiliki mahasiswa Fakultas Dakwah dan komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

yakni retorika, penulis, presentasi, design grafis, trainer, penyiar, bahasa asing,

public speaking, hijamah, bekam, hypnotherapy, pendidik, pidato, orasi, MC,

konsultan, online marketing, blogger, strategi memahami komunikan, presentasi,

public relation, menulis karya ilmah, press release, design grafis baik editing video,

power point, management, public speaking, penulis karya bebas (cerpen, puisi, dll),

menulis berita, dan essay. (2) cara memanfaatkan keterampilan komunikasi

mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yakni; berceramah, berbagi ilmu, menulis, menambah intelektualitas, meningkatkan

prestasi akademik, training, mainmap, hypnotherapy, konseling, bersosialisasi

dengan teman, public speaking ketika berbicara di khalayak umum, menambah

keilmuan, mencapai keinginan, mencerdaskan kehidupan, mengubah mindset,

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK... ... viii

DAFTAR ISI... DAFTAR BAGAN... DAFTAR TABLE... ix xi xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Hasil Penelitian... 4

E. Penelitian Terdahulu... 4

F. Definisi Konsep Penelitian... 5

G. Kerangka Pikir Penelitian... 8

H. Metode Penelitian... 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian... 3. Jenis dan Sumber Data... 4. Tahap-tahap Penelitian... 5. Teknik Pengumpulan Data... 6. Teknik Analisis Data... 7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data... 9 9 10 10 12 13 15 17 I. Sitematika Pembahasan... 19

BAB II KAJIAN TEORITIS A. KAJIAN PUSTAKA... 21

1. Keterampilan Komunikasi... a. Pengertian Keterampilan Komunikasi... b. Tujuan Komunikasi... c. Jenis-Jenis Keterampilan Komunikasi... d. Peranan Hard Skill dan Soft Skill dalam Komunikasi... 21 21 24 27 30 2. Komunikasi Mahasiswa... a. Pengertian Mahasiswa... b. Prestasi Mahasiswa... 34 34 36 B. Teori Pendekatan Rasional... 38

BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN

A. Profil Data...

1. Sejarah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya...

(8)

2. Profil Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel Surabaya...

3. Profil Informan... 50 52

B. Deskripsi Hasil...

1. Keterampilan komunikasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Sunan Ampel Surabaya...

2. Cara memanfaatkan keterampilan komunikasi mahasiswa Fakultas

Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya... 57

58

68

BAB IV ANALISIS DATA

1. Analisis Data... 79 2. Konfirmasi dengan teori... 87

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan... 2. Rekomendasi...

90 90 92

(9)

DAFTAR BAGAN

(10)

[image:10.595.136.482.223.564.2]

DAFTAR TABLE

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan bagian dari interaksi sosial. Dalam kehidupan

sehari-hari setiap orang tidak terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Terlebih

pada model komunikasi intrapribadi pertamakali yang dikemukakan oleh Dean

C. Barnlund.1 Komunikasi intrapribadi merupakan proses pengolahan dan

penyusunan informasi melalui sistem syaraf yang ada didalam otak kita, yang

disebabkan oleh stimulus yang ditangkap oleh panca indera. Proses berpikir

adalah bagian dari proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu.

Individu mengalami berbagai isyarat yang memiliki valensi positif, netral atau

negatif.

Pengembangan keterampilan komunikasi seseorang harus mengetahui

keterampilan dirinya masing-masing, jika seorang individu tidak dapat

mengetahui keterampilan dari dirinya maka tidak akan pernah bisa individu

tersebut memperoleh prestasi yang sesuai dengan minatnya. Keterampilan

dibagi menjadi dua yaitu hard skill dan soft skill. Keterampilan hard skill

merupakan keterampilan yang mengacu pada teknis seperti ketrampilan

menggunakan komputer, kamera, alat musik dan lain-lain. Sedangkan soft skill

merupakan keterampilan kemampuan non teknis yang tentunya memiliki peran

tidak kalah pentingnya dengan kemampuan teknis.

(12)

2

Pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi, diajarkan keterampilan

komunikasi yakni soft skill dan hard skill. Berbagai terobosan dalam

mengembangkan keterampilan komunikasi pun disusun untuk menghadirkan

nuansa modern dalam setiap performa, salah satunya public speaking.

Public speaking bersifat kontekstual. Maka, kita harus memahami

kembali konsep dasar public speaking. Berbagai seminar, training, mata kuliah

dengan tema berbicara di depan umum telah dilakukan.2 Menurut Lasswell

Banyak orang menyebut public speaking sebagai “presentasi”. Setiap metode

pembelajaran tidak lepas dari presentasi terutama dalam ranah perkuliahan.

Mahasiswa dituntut untuk bisa menerapkan public speaking tidak hanya teori

namun practice juga perlu dilakukan. Penerapan public speaking mempunyai

peran yang sangat penting dalam keterampilan komunikasi mahasiswa.

Berbicara atau public speaking tidak jauh dari retorika atau seni

berbicara. Diperlukan suatu seni atau gaya bahasa, cara atau metode berbicara

dalam komunikasi untuk menstimulus dan mendapat respond dari audience.

Akan tetapi ketika mahasiswa berhadapan dengan situasi presentasi maka

dibutuhkan juga pembelajaran mengenai teknik presentasi yang baik.

Keseharian proses belajar mengajar di Fakultas Dakwah dan

Komunikasi yakni berpresentasi, namun tidak hanya di Fakultas Dakwah dan

(13)

3

wawasan yang luas sehingga apa yang ia lakukan munculah sebuah alur

komunikasi yang sampai saat ini diperbincangkan. Dari fenomena tersebut,

bisa dilakukan penelitian tentang keterampilan komunikasi mahasiswa, berapa

macam keterampilan mereka yang dimiliki. Maka peneliti mengambil judul

“Keterampilan Komunikasi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Sunan Ampel Surabaya UIN Sunan Ampel Surabaya”.

B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian

Berpijak pada uraian diatas maka dapat menjadi fokus penelitian dalam

pembahasan penelitian ini yakni:

1. Apa saja keterampilan komunikasi yang dimiliki mahasiswa Fakultas

Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

2. Bagaimana cara memanfaatkan keterampilan komunikasi mahasiswa

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah dipaparkan maka yang menjadi

tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk memahami dan mendeskripsikan keterampilan komunikasi yang

dimiliki mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel

Surabaya.

2. Untuk mendeskripsikan mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi

(14)

4

D. Manfaat Hasil Penelitian

Sedangkan dari manfaat penelitian ini adalah sebegai berikut:

1. Segi Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan

wawasan mengenai keterampilan komunikasi mahasiswa UIN Sunan

Ampel Surabaya serta dapat dijadikan sebagai landasan untuk memperkaya

wawasan.

2. Segi Praktis

a. Bagi lembaga: Penelitian ini diharapkan memberikan wawasan

mengenai keterampilan komunikasi dalam meningkatkan kompetensi

mahasiswa dan memotivasi mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

untuk selalu berkembang.

b. Bagi penulis: Penelitian ini dapat memperluas pengetahuan serta

memberikan pembelajaran secara langsung tentang keterampilan

komunikasi.

c. Bagi kalangan akademisi: Penelitian ini diharapkan dapat menjadi

referensi, masukan dan menambah wacana keterampilan komunikasi.

E. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu mengenai keterampilan komunikasi yakni:

(15)

5

Dalam menjalin hubungan pasien dengan menggunakan metode penelitian

kualitatif.

F. Definisi Konsep Penilitian

Definisi konsep disini dimaksudkan untuk menyamakan maksud dan

persepsi agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam mempelajarinya.

Istilah-istilah yang perlu dijelaskan dari penelitian yang berjudul keterampilan

komunikasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel

Surabaya adalah sebagai berikut:

1. Keterampilan Komunikasi

Keterampilan atau skill adalah suatu kemampuan untuk

menerjemahkan pengetahuan ke dalam praktik sehingga tercapai hasil kerja

yang diinginkan. 3 Skill pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu hard skill

dan soft skill. Hard Skill adalah pekerjaan-pekerjaan teknis atau

kemampuan akademik. Dan soft skill adalah kemampuan seseorang (di luar

kemampuan teknis dan akademik) dalam memberdayakan diri, menjalin

hubungan secara konstruktif dengan orang lain, atau dalam menyiasati

realitas.

Keterampilan pada hakikatnya ialah cara seseorang untuk melakukan

sesuatu. Setiap komunikasi yang dilakukan, tentunya diharapkan

menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi siapa saja yang terlibat dalam

komunikasi tersebut.4 Komunikasi akan berjalan dengan dinamis, apabila

disertai adanya suatu reaksi dari pihak penerima pesan. Reaksi ini

3 Tommy Suprapto, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi (Yogyakarta: MedPress, 2009),

hlm 135.

(16)

6

menandakan bahwa pesan yang disampaikan mendapatkan tanggapan. Ada

beberapa jenis keterampilan komunikasi yang perlu dipahami oleh setiap

orang dalam menjalankan kehidupan sehari-hari yaitu meliputi

keterampilan komunikasi lisan, komunikasi tulisan, dan komunikasi

non-verbal.

Bernand Berelson dan Gary A. Steiner (1964:527) mendefinisikan

komunikasi, sebagai berikut: “Communication : the transmission of

information, ideas, emotions, skills,etc. by the uses of symbol...”.5 Artinya

komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan

sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya.

Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa

keterampilan komunikasi adalah kemampuan yang dimiliki komunikator

untuk mempengaruhi komunikan secara efektif. Jadi peran keterampilan

komunikasi dalam mahasiswa sangat penting. Dengan adanya keterampilan

komunikasi akan mempermudah pemahaman pesan yang disampaikan

komunikator, sehingga akan diperoleh keefektifan dalam berkomunikasi.

Ketika seorang dosen bermaksud mengajar atau menyampaikan materi

kuliah kepada para mahasiswa, dosen terlebih dahulu harus memiliki

(17)

7

penggunaan power point untuk menayangkan slide yang berisi materi, tentu

saja pengoperasiannya harus dikuasai dengan menerangkan materi dengan

alat bantu seperti papan tulis dan spidol juga harus tahu bagaimana

menggunakannya. Tanpa keterampilan dalam menggunakan LCD, power

point, papan tulis dan spidol serta lain-lain peralatan penunjang kegiatan

belajar mengajar, maka kualitas pengajaran akan berkurang.

Bisa disimpulkan yang dimaksud dalam penelitian ini mengenai

keterampilan komunikasi ialah ketika mahasiswa berkomunikasi terdapat

jenis-jenis keterampilan komunikasi yang dimiliki yakni keterampilan

kasar (hard skill) dan keterampilan halus/lunak (soft skill). Keterampilan

komunikasi tulisan termasuk dalam keterampilan kasar (hard skill),

sedangkan keterampilan komunikasi lisan dan komunikasi non-verbal

termasuk keterampilan halus/lunak (soft skill).

2. Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

UIN Sunan Ampel Surabaya merupakan salah satu perguruan Tinggi

negeri berbasis Islam pertama di Jawa Timur yang berada dibawah naungan

Kementrian Agama. Terdapat lima Prodi di Fakultas Dakwah dan

(18)

8

Kemampuan mahasiswa berprestasi

Teori Pendekatan Rasional

Keterampilan komunikasi mahasiswa G. Kerangka Pikir Penelitian

Ilustrasi kerangka pikir penelitian “Keterampilan komunikasi mahasiswa

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya” adalah

sebagai berikut:

Bagan 1.1 Kerangka Penelitian

Dari Kerangka penelitian di atas menggambarkan tentang alur berpikir

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Berawal dari kemampuan

mahasiswa yakni kemampuan dalam belajar dengan prestasi yang dimiliki.

Selanjutnya Agar terlaksana penerapan keterampilan mahasiswa maka perlu

mengetahui teori pendekatan rasional.7 Dalam teori pendekatan rasional, para

peserta percakapan harus memikirkan cara untuk mencapai tujuan percakapan.

Ketika teori berjalan sesuai dengan harapan, dan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya maka penerapan keterampilan komunikasi mahasiswa

menjadi tahap berikutnya oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi

(19)

9

H. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan

data dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang sedang

diselidiki atau diteliti.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

diamati.8 Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasil kan uraian

yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat

diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi

tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang

yang utuh, komprehensif, dan holistik. Sudarto, (1997).

Jenis penelitian ini ialah jenis deskriptif kualitatif, yaitu data yang

dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Adapun

tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah

tertentu. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui keterampilan

komunikasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan

Ampel.

(20)

10

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

a. Subyek Penelitian

Subyek penulisan penelitian ialah mahasiswa Fakultas Dakwah

dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

b. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah wilayah disiplin ilmu yang akan diteliti

dalam hal ini yakni disiplin ilmu komunikasi mengenai keterampilan

komunikasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan

Ampel Surabaya.

c. Lokasi Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini berlokasi di kampus UIN Sunan

Ampel Surabaya. Jl. Ahmad Yani no.117 Surabaya.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Data primer merupakan data pokok dari penelitian ini yakni data

yang diperoleh secara langsung dari penelitian perorangan, kelompok

dan organisasi. Pada penelitian ini data mengenai keterampilan

komunikasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan

(21)

11

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau

sumber sekunder.9 Ini merupakan data pendukung untuk memperkuat

data primer. Selain itu data sekunder ini berbentuk data yang sudah

tersedia misalnya profil mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Sunan Ampel Surabaya.

b. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Informan

Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar

penelitian.10 Adapun pemilihan informan ditentukan

berdasarkan teknik purposive yang mana informan dipilih

sesuai dengan kriteria tertentu sehingga data yang diperoleh

lebih mendalam dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh

penulis. Kriteria informan dalam penelitian ini adalah melihat

IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) mahasiswa Fakultas Dakwah

dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya antara 3,75

sampai 4,00.

b. Dokumen

Keterangan-keterangan berbentuk tertulis yang ada didalam

lembaga maupun organisasi.

9 Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2009), hlm. 42.

(22)

12

4. Tahap-tahap Penelitian

a. Tahap Pra Lapangan

a) Tahap pra lapangan terdiri atas:

Tahap ini merupakan tahapan persiapan sebelum penelitian

dilakukan ataupun langkah-langkahnya adalah :

1) Menyusun rancangan penelitian: Penelitian ini dimulai dengan

menentukan lapangan atau lokasi yang akan dijadikan tempat

penelitian. Membuat fokus penelitian yang akan diteliti dari

fenomena yang ada dilapangan. Kemudian mencari informan

yang terkait. Setelah itu segala hal yang diteliti dan

metodologinya dituangkan dalam proposal penelitian.

2) Mengurus surat perizinan: Setelah proposal penelitian

disetujui, dilanjutkan dengan mengurus surat ijin penelitian

untuk melakukan wawancara dan observasi data-data yang

dibutuhkan. Peneliti mengurus perizinan penelitian untuk

diajukan kepada pihak akademik Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya UIN Sunan Ampel

Surabaya.

3) Menyiapkan perlengkapan penelitian: Sebelum penelitian

(23)

13

b) Tahap Penelitian Lapangan

Sebelum melakukan wawancara lapangan, penulis melakukan

observasi lapangan terlebih dahulu. Melakukan pendekatan kepada

informan dalam penelitian serta melakukan pengamatan secara

langsung seputar data. Selanjutnya membuat pedoman wawancara

seputar hal-hal yang ingin diteliti. Selanjutnya mengumpulkan data

yang diperoleh untuk dikaji dan dianalisa lebih lanjut.

c) Tahap Penulisan Laporan

Setelah tahap lapangan selesai penulis membuat dan

menyusun laporan yang berisi kegiatan yang telah dilakukan dalam

bentuk tulisan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini juga termasuk penelitian lapangan (field research),

yakni penelitian yang langsung dilakukan atau pada responden untuk

memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa

metode penelitian, yaitu sebagai berikut:

a. Wawancara (interview)

Interview atau wawancara yaitu sebagai suatu proses tanya

jawab lisan, dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.

Yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan

suaranya dengan telinganya sendiri. Penulis menggunakan metode

ini dengan cara melakukan wawancara langsung dengan mahasiswa

(24)

14

b. Pengamatan (Observation)

Observation merupakan salah satu metode utama dalam

penelitian kualitatif. Secara umum observation berarti pengamatan

dan penglihatan. Dan dalam penelitian, metode observation

diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.11 Fungsi metode

observation ini adalah untuk mengamati kecakapan kualitas dan

keterampilan dari mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Sunan Ampel Surabaya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan pada subjek penelitian, maupun melalui

dokumentasi. Dalam melakukan dokumentasi peneliti menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen, notulen rapat,

catatan harian dan sebagainya.12

Dokumen ini digunakan untuk mengetahui data-data berupa

catatan atau dokumentasi dari proses keterampilan komunikasi

mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel

(25)

15

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber

dengan menggunakan berbagai macam teknik pengumpulan data dan

dilakukan secara terus-menerus tersebut maka akan menghasilkan data

yang banyak sekali. Oleh karena itu, supaya data-data yang banyak

tersebut dapat sesuai dengan data-data yang diperlukan dan dapat

dipahami, maka diperlukan analisis data.

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,

menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun

kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan

membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.13

Dalam aktivitas analisis data, penulis menggunakan model Miles

dan Hubberman, yang meliputi data reduction, data display dan

conclussion drawing/ verification.

a. Data reduction (reduksi data)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan

polanya. Seluruh data yang penulis peroleh di lapangan dirangkum

kemudian dipilih data yang sesuai dengan rumusan masalah. Disini

berarti data mengenai keterampilan komunikasi mahasiswa fakultas

dakwah dan komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yang diperoleh

(26)

16

dan terkumpul baik dari hasil penelitian lapangan/dokumentasi

kemudian dibuat rangkuman.

b. Data display (penyajian data)

Penyajian data adalah suatu cara merangkai data dalam suatu

organisasi yang memudahkan untuk membuat kesimpulan atau

tindakan yang diusulkan. Dengan mendisplaykan data, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.

Artinya data yang telah dirangkum tadi kemudian dipilih untuk

kemudian disajikan dalam kalimat-kalimat yang sekiranya akan

mudah untuk dipahami.

c. Conclussion drawing/ verification

Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan ini akan diikuti dengan bukti-bukti yang diperoleh

ketika penelitian di lapangan. Verifikasi data dimasudkan untuk

penentuan data akhir dari keseluruhan proses tahapan analisis,

sehingga keseluruhan permasalahan mengenai keterampilan

mahasiswa fakultas dakwah dan komunikasi UIN Sunan Ampel

Suabaya dapat terungkap dan dituangkanlam kalimat yang mudah di

(27)

17

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini pemeriksaan keabsahan data penelitian

dilakukan dengan cara:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti berada di lapangan

penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu

dilakukan maka akan membatasi :

1. Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada kontek,

2. Membatasi kekeliruan (blases) peneliti,

3. Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang

tidak baik atau pengaruh sosial

b. Ketekunan Pengamatan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan

secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut

maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara

pribadi dan sistematis.

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah

dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil

penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan

temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti

akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk

(28)

18

c. Triangulasi

Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber

data dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara

menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu

dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber

dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber

yang berbeda. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data

dilakukan dengan pada berbagai kesempatan, pagi, siang sore dan

malam hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut

maka dapat diketahui apakah narasumber memberikan data yang

sama atau tidak. Kalau narasumber memberikan data yang berbeda

maka belum akurat.

d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi

Diskusi teman sejawat dilakukan dengan melakukan hasil

penelitian yang masih sementara kepada sesame teman-teman

mahasiswa. Melalui diskusi ini banyak pertanyaan dan saran.

Pertanyaan yang berkaitan data yang belum bisa terjawab, maka

peneliti kembali ke lapangan untuk mencari jawabannya. Dengan

(29)

19

I. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian ini memiliki sistematika pembahasan, yang dapat

dipakai untuk memudahkan bagi peneliti untuk mengurutkan pembahasan

yang hendak dikajinya, serta meberikan gambaran yang lebih jelas pada

proposal ini, adapun sistematika pembahasan ini terdiri dari lima bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengontrol

dalam memahami pembahasan pada bab-bab

berikutnya. Pada bab ini terdiri dari Konteks

Penelitian, Fokus Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, Kajian Penelitian Terdahulu,

Definisi Konsep, Metode Penelitian dan

Sistematika Pembahasan.

BAB II : KAJIAN TEORITIS

Kajian Teoretis, adalah uraian tentang landasan

teori yang bersumber dari kepustakaan. Pada bab

ini terdiri dari Kajian Pustaka dan Kajian Teori

yang berkaitan dengan keterampilan komunikasi

mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Sunan Ampel Surabaya.

BAB III : PAPARAN DATA PENELITIAN

Paparan data penelitian, berisi tentang deskripsi

umum objek penelitian serta deskripsi hasil

(30)

20

BAB IV : INTERPRETASI HASIL PENELITIAN

Interpretasi Hasil Penelitian, yakni menganalisis

hasil temuan penelitian serta konfirmasi temuan

dengan teori.

BAB V : PENUTUP

(31)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka

1. Keterampilan Komunikasi

a. Pengertian Keterampilan Komunikasi

Keterampilan merupakan sebuah kemampuan dalam

mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan tepat. Sedangkan

komunikasi adalah aktivitas utama manusia dalam kehidupan sehari-hari,

komunikasi dengan tuhan, sesama manusia, dan makhluk lainnya.

Komunikasi merupakan modal dan kunci sukses dalam pergaulan dan

karir, karena hanya dengan komunikasi sebuah hubungan baik dapat

dibangun dan dibina. Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa

keterampilan komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki

untuk mampu membina hubungan yang sehat di mana saja dan dengan

siapa saja.

Keterampilan komunikasi seperti jurnalistik (menulis) dan public

speaking (berbicara di depan umum) banyak dibutuhkan dalam bidang

pekerjaan, bahkan menjadi karir tersendiri. Keterampilan komunikasi

juga dibutuhkan dalam pengembangan usaha, pengembangan dan

pemberdayaan diri. Komunikasi dalam bentuk yang paling sederhana

ialah transmisi pesan dari suatu sumber kepada penerima. Selama 60

(32)

22

tulisan ilmuwan politik Harold Lasswell (1948).1 Ia mengatakan bahwa

cara yang paling nyaman untuk menggambarkan komunikasi adalah

dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini:

a) Siapa?

b) Berkata apa?

c) Melalui saluran apa?

d) Kepada Siapa?

e) Dengan efek apa?

Peneliti komunikasi Wilbur Schramm menggunakan ide yang pada

awalnya dikembangkan oleh psikolog, Charles E. Osgood yang

mengembangkan suatu cara untuk menggambarkan sifat resiprokal

komunikasi secara grafis. Penggambaran komunikasi Interpersonal ini

komunikasi antara dua orang atau lebih menunjukkan tidak adanya

sumber atau penerima pesan yang dapat diidentifikasikan secara jelas.

Karena komunikasi merupakan proses yang berkelanjutan dan resiprokal,

semua partisipan atau interpreter berusaha menciptakan makna dengan

melalui encoding dan decodingpesan.

Suatu pesan terlebih dahulu diencode, yaitu ditransformasikan ke

(33)

23

dan simbol diinterpretasikan. Decoding terjadi melalui mendengarkan,

membaca, atau menonton acara televisi.

Model Osgood Schramm menunjukkan sifat proses komunikasi

yang berkelanjutan dan resiprokal. Oleh karena itu, tidak ada sumber,

penerima, dan umpan balik. Alasannya adalah ketika komunikasi terjadi,

kedua interpreter secara serentak menjadi sumber dan penerima pesan.

Tidak ada umpan balik karena semua pesan dianggap merupakan balasan

atas pesan yang lain. Bahkan ketika teman Anda memulai percakapan

dengan Anda, contohnya, dapat dikatakan bahwa pandangan ketertarikan

dari Anda dan kerelaan Anda yang berbicara kepada dia sehingga dia

mau berbicara. Dalam contoh ini, tidak terlalu tepat untuk memberikan

label kepada Anda atau teman Anda sebagai sumber. Siapa yang

sesungguhnya memulai percakapan ini?, dan karena itu tidak mungkin

mengidentifikasikan siapa yang menyediakan umpan balik kepada siapa.

Individu yang dapat berkomunikasi secara efektif dengan siapapun

atau dimanapun, akan membawa pertumbuhan kepribadian. Sebaliknya

individu tidak dapat berkomunikasi secara efektif, Ia akan mengalami

hambatan pertumbuhan kepribadian (Davis, 1940; Wasserman, 1924).2

Antropolog terkenal, Ashley Montago (1967: 450), dengan tegas

menulis: The most important agency throught which the child learns to

be human is communication, verbal also noverbal. Artinya: Perantara

(34)

24

yang paling penting ketika anak kecil belajar tentang komunikasi

manusia, baik verbal maupun non verbal.

Dengan demikian, agar komunikasi interpersonal berjalan lancar

dan mendatangkan hasil yang diterapkan, baik pemberi maupun penerima

pesan perlu memiliki kemampuan dan komunikasi interpersonal yang

diperlukan.3 Kompetensi komunikasi interpersonal adalah tingkat dimana

perilaku kita dalam komunikasi interpersonal sesuai dan cocok dengan

situasi dan membantu kita mencapai tujuan komunikasi interpersonal

yang kita lakukan dengan orang lain.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

keterampilan komunikasi adalah kemampuan seseorang untuk

menyampaikan atau mengirim pesan yang jelas dan mudah dipahami

oleh penerima pesan. Untuk itu, agar mampu melakukan komunikasi

yang baik, maka seseorang harus memiliki ide dan penuh daya kreativitas

yang tentunya dapat dikembangkan melalui berbagai latihan dengan

berbagai macam cara, salah satunya membiasakan diri dengan berdiskusi.

b. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi adalah menciptakan pemahaman bersama atau

(35)

25

Stanton (1982),4 mengatakan bahwa sekurang-kurangnya ada lima

tujuan komunikasi manusia, yaitu:

a) Mempengaruhi orang lain

b) Membangun atau mengelola relasi antarpersonal

c) Menemukan perbedaan jenis pengetahuan

d) Membantu orang lain

Diluar tujuan umum komunikasi ini, maka komunikasi bertumbuh

dari motivasi untuk menghasilkan sesuatu yang diharapkan dari

komunikasi. Artinya, tujuan komunikasi perlu memperhatikan rencana

komunikasi untuk berinteraksi ataukah komunikasi dapat dijalankan

secara alamiah saja. Dengan kata lain, tujuan komunikasi sedapat

mungkin memperhatikan elemen-elemen utama komunikasi, yaitu:

a) Pengirim: Orang yang mengirimkan pesan (encoder)

b) Penerima: Orang yang menginterpretasi pesan (decoder)

c) Saluran: Metode bagi seseorang untuk mengoptimalisasikan

daya guna sehingga kita dapat mengirimkan sebuah pesan

secara verbal, nonverbal, atau termediasi.

d) Pesan: Informasi yang sudah distimulasikan itu dikirim oleh

pengirim ke dalam alam pikiran penerima.

e) Umpan balik: Respons yang diberikan penerima kepada

pengirim.

(36)

26

f) Lingkungan: Dunia fisik dan nonfisik sebagai sebagai tempat

terjadinya interaksi.

g) Gangguan: Dari luar yang hanya dapat terlihat dan terasa dalam

peristiwa komunikasi.

Peristiwa komunikasi dapat terjadi dalam berbagai situasi,

diantaranya adalah situasi pendidikan.5 Di dalam situasi pendidikan

tersebut terdapat situasi yang khusus, yaitu situasi pengajaran atau

bimbingan. Sehingga akan terdapat komunikasi pendidikan, komunikasi

pengajaran, dan komunikasi bimbingan. Guna menciptakan dan

mengefektifkan komunikasi tersebut maka perlu mngetahui tentang

cara-cara atau teknik berkomunikasi secara-cara terampil. Namun demikian tetap

perlu dicatat, bahwa perilaku komunikasi diwarnai pula oleh sikap dan

pribadi orangnya.

Telah dikemukakan bahwa proses pemahaman diri (self

knowledge) bersifat interaktif, yaitu tergantung dari interaksi individu

yang satu dengan lainnya. Melalui interaksi dengan orang lain setiap

individu dapat mencapai kesadaran tentang dirinya, tentang identitasnya.

Kesadaran tentang diri meliputi kesadaran akan pikiran, perasaan dan

(37)

27

dosen ataupun pembimbing harus mempunyai suatu keterampilan

berkomunikasi.

Ketrampilan berkomunikasi yang diharapkan tersebut mencakup

beberapa kemampuan yakni:

a) Kemampuan dalam menciptakan kontak atau hubungan

interpersonal

b) Kemampuam dalam menangkap atau memahai informasi

c) Kemampuan dalam memberikan tanggapan atau upan balik

d) Kemampuan dalam mengarahkan orang lain untuk melakukan

sesuatu.

c. Jenis-Jenis Keterampilan Komunikasi

Keterampilan pada hakikatnya adalah cara seseorang untuk

melakukan sesuatu.6 Setiap komunikasi yang dilakukan, tentunya

diharapkan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi siapa saja yang

terlibat dalam komunikasi tersebut. Komunikasi akan berjalan dengan

dinamis, apabila disertai adanya suatu reaksi dari pihak penerima pesan.

Reaksi ini menandakan bahwa pesan yang disampaikan mendapatkan

tanggapan. Ada beberapa jenis keterampilan komunikasi yang perlu

dipahami oleh setiap orang dalam menjalankan kehidupan sehari-hari

yaitu meliputi keterampilan komunikasi lisan, komunikasi tulisan, dan

komunikasi non-verbal.

(38)

28

Keterampilan komunikasi lisan (oral communication) yaitu

kemampuan berbicara (speaking) sehingga mampu menjelaskan dan

mempresentasikan gagasan dengan jelas kepada bermacam-macam

orang (audiens). Kemampuan ini meliputi keahlian menyesuaikan cara

berbicara kepada komunikan yang berbeda, menggunakan pendekatan

dan gaya yang pas, dan memahami pentingnya isyarat non-verbal.

Komunikasi ini membutuhkan keterampilan latar belakang (background

skills) presentasi, pemahaman tentang audiens, mendengarkan secara

kritis, dan bahasa tubuh (body language).

Keterampilan komunikasi tulisan (written communication) yaitu

kemampuan menulis secara efektif dalam konteks dan untuk beragam

pembaca dan tujuan. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk

menulis dengan gaya dan pendekatan yang berbeda untuk pembaca atau

media yang berbeda. Kemampuan komunikasi tulisan juga termasuk

keterampilan komunikasai elektronik seperti menulis sms, menulis dan

mengirimkan email, terlibat di “forum diskusi online” (discussion

boards), ruang chatting, dan pesan instan. Komunikasi ini memerlukan

background skills seperti penulisan akademis, keahlian revisi dan

penyuntingan (editing), membaca kritis, dan presentasi data.

(39)

29

simbol. Komunikasi ini memerlukan background skills seperti

pemahaman tentang audiens, presentasi personal, dan bahasa tubuh.

Dengan demikian, jenis-jenis keterampilan berkomunikasi tersebut

dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu keterampilan kasar (hard

skill) dan keterampilan halus/lunak (soft skill). Keterampilan komunikasi

tulisan termasuk dalam keterampilan kasar (hard skill), sedangkan

keterampilan komunikasi lisan dan komunikasi non-verbal termasuk

keterampilan halus/lunak (soft skill).

Keterampilan kasar atau Hard Skill cenderung lebih mudah

dikuasai karena sifatnya teknis, misalnya kemampuan berbahasa asing,

mengoperasikan mesin, memainkan alat musik tertentu, dan memasak.

Sementara itu, soft skill terlihat dari tindakanmu sehari-hari. Apa saja

yang termasuk di dalamnya? Banyak sekali, misalnya kemampuan

networking, berkolaborasi dengan banyak orang, berkomunikasi,

berinteraksi, memimpin, membaca situasi, berstrategi, dan sebagainya.

Kedua jenis skill tersebut bisa dipelajari dan dilatih sepanjang

waktu. Lebih jauh lagi, keduanya harus dipadukan agar dapat membawa

seseorang ke puncak kesuksesan. Bayangkan jika seseorang dikenal

sangat menguasai teknis pemrograman komputer tetapi tak pernah

dilibatkan dalam proyek-proyek penting. Bisa jadi, soft skill-nya dalam

hal interaksi, kolaborasi, dan komunikasi dengan orang lain harus

dipertanyakan. Sebaliknya, jika seseorang tampak pandai membawa diri

(40)

30

jawab yang membutuhkan hard skill ternyata seseorang itu

mengecewakan, reputasinya akan buruk di mata orang lain.

Perpaduan antara kumpulan keahlian di atas (baik hard skill

maupun soft skill), dilengkapi dengan pengetahuan dan pengalaman.

Atribut yang diperlukan untuk menampilkan kinerja yang bagus, disebut

kompetensi. Meskipun kompetensi bisa dibangun di dunia kerja,

unsur-unsur di dalamnya seperti yang disebut di atas, dipupuk sejak masa

sekolah. Semakin bagus kompetensi yang dimiliki, semakin besar pula

peluang untuk terus melejitkan karier.

Setiap orang di dunia pun pasti menginginkan demikian. Namun,

pada kenyataannya, ada yang telah berhasil meraihnya dan ada pula yang

belum berhasil tau bahkan telah merasa gagal dalam upaya meraih

target-target capaian penting dalam hidupnya. Faktor penting yang sering

terabaikan adalah tidak terolahnya keterampilan lunak (soft skill) dalam

dirinya. Soft skill berperan dalam dua per tiga dari serangkaian

kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan. Satu per tiga

lainnya adalah hard skill. Dari pembagian ini saja bisa dilihat secara

sederhana bahwa soft skill memiliki peran yang lebih banyak

dibandingkan dengan hard skill.

(41)

31

keterampilan teknis (hard skill) dan keterampilan mengelola diri dan

orang lain (soft skill).

Hard skill sangatlah penting untuk dikembangkan, karena

kemampuan seseorang untuk melakukan sebuah pekerjaan dengan baik

dan benar adalah tergantung bagaimana hard skill yang dia miliki. Tidak

mungkin seseorang bisa membuat sebuah alat yang berguna jika dia

tidak mengetahui cara pembuatan, tujuan, dan kegunaannya alat tersebut.

ataupun tidak mungkin seseorang mampu memperbaiki sesuatu jika dia

tidak tahu apa yang dia perbaiki.

Soft skill sering juga disebut keterampilan lunak adalah

keterampilan yang digunakan dalam berhubungan dan bekerjasama

dengan orang lain. Soft skill yang mumpuni mutlak harus dimiliki oleh

manusia sebagai modal untuk mengarungi berbagai bidang kehidupan

seperti pekerjaan, rumah tangga, organisasi masyarakat, dan lain-lain.

Sebagai contoh, di dunia kerja dalam proses perekrutan karyawan baru,

keterampilan teknis (hard skill) lebih mudah diseleksi berdasarkan daftar

riwayat hidup, indeks prestasi, pengalaman kerja dan berbagai

keterampilan yang dikuasai. Sedangkan soft skill dievaluasi berdasarkan

psikotest dan wawancara mendalam.

Dunia kerja saat ini membutuhkan sumber daya yang terampil,

sebagai seorang mahasiswa dituntut untuk mempunyai keahlian hard

skill yang tinggi. Hard skill merupakan keahlian bagaimana nilai akhir

kuliah mahasiswa/nilai akademis (IPK) mahasiswa ini sebagai

(42)

32

perusahaan, selain harus memiliki IPK yang tinggi di era persaingan

yang ketat ini mahasiswa juga dituntut memiliki soft skill yaitu

keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain

(interpersonal skill) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri

(intrapersonal skill). Hard skill maupun soft skill merupakan prasyarat

kesuksesan seorang sarjana dalam menempuh kehidupan setelah selesai

pendidikannya. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa hard skill

ditekankan pada aspek kognitif dan keahlian khusus menurut disiplin

keilmuan tertentu, sedangkan soft skill merupakan perilaku personal dan

interpersonal skill yang diperlukan untuk mengembangkan dan

mengoptimalkan kinerja seorang manusia.

Ketika seorang dosen bermaksud mengajar atau menyampaikan

materi kuliah kepada para mahasiswa, dosen terlebih dahulu harus

memiliki kemampuan untuk menguasai materi yang akan disampaikan.7

Menguasai cara untuk menyampaikan materi, menjaga agar para

mahasiswa bisa fokus pada materi yang diberikan, apakah dengan

bantuan alat seperti LCD dan penggunaan power point untuk

menayangkan slide yang berisi materi, tentu saja pengoperasiannya harus

dikuasai dengan menerangkan materi dengan alat bantu seperti papan

(43)

33

Para mahasiswa pun harus memiliki beberapa keterampilan ketika

mereka terlibat dalam proses perkuliahan yang menggunakan SKS

(Satuan Kredit Semester) yang terdiri dari kegiatan-kegiatan tertentu

yang harus terjadi dalam setiap minggunya, seperti mengikuti,

melakukan kegiatan terstruktur seperti responsi, membuat tugas,

mengikuti seminar, atau membuat makalah, kegiatan mandiri, seperti

baca pustaka, praktikum mandiri, dan lain-lain.

Paling tidak, mahasiswa harus memiliki keterampilan mengatur

waktu belajar mereka untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.

Sementara soft skill atau keterampilan halus adalah cara-cara yang

digunakan pada saat berhubungan dengan orang lain. Tujuannya adalah

untuk membangun sekaligus membina hubungan baik dengan orang lain.

Lebih jauh lagi untuk 'menjual' gagasan, ilmu pengetahuan yang dimiliki,

menawarkan hard skill, bahkan memengaruhi keyakinan orang lain,

sehingga orang lain bisa memahami bahwa kita memiliki kualitas

kompetensi diri yang baik.

Setelah itu, orang lain akan memberikan dukungan, melakukan

kerja sama, atau setuju dengan gagasan maupun pendapat yang kita

sampaikan. Karena yang kita ajak berinteraksi adalah manusia, maka

harus ada media komunikasi yang bisa menghubungkan antara kita dan

orang lain. Keberadaan bahasa terutama bahasa verbal, sangat

(44)

34

Oleh karena itu, soft skill yang paling umum dan harus dimiliki

oleh setiap orang adalah keterampilan berkomunikasi. Bagaimana

menyusun rangkaian kalimat verbal yang baik, bagaimana menggunakan

intonasi suara, bagaimana menyampaikan gagasan adalah beberapa

persoalan di antara sekian banyak persoalan dalam soft skill. Secara

teknis dan formal, komunikasi yang lebih khusus adalah presentasi, yaitu

bagaimana dalam forum resmi setiap orang bisa menyampaikan gagasan

atau pendapatnya dengan sukses.

Sehubungan dengan adanya korelasi pendidikan dengan dunia

kerja, maka perlu mindset yang sama dan pengembangan kepribadian

antara pendidikan dasar menengah sebagai penyedia bahan dasar yaitu

siswa kemudian berlanjut pada pendidikan tinggi untuk memberikan nilai

tambah bagi mahasiswa yang nantinya akan dipakai oleh dunia kerja.8

Jadi, mahasiswa dikatakan ideal apabila mahasiswa tersebut

mengupayakan dirinya untuk memiliki kompetensi hard skills dan soft

skills yang baik.

2. Komunikasi Mahasiswa

a. Pengertian Mahasiswa

(45)

35

mahasiswa tersebut. Mahasiswa yang telah selesai mengikuti segala

syarat untuk memperoleh gelar sarjana/sarjana muda, maka mereka

berhak mendapatkan ijazah dan gelar. Untuk pengakuan terhadap gelar

yang diperolehnya membutuhkan waktu yang lama, minimal tiga

setengah tahun belajar untuk menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi

serta melatih keterampilan sesuai bidangnya (hard skill) untuk gelar

sarjana (S-1) dan minimal tiga tahun untuk mendapat gelar sajana muda

(D-III).

Namun demikian, banyak mahasiswa yang hanya ingin

memperoleh ijazah saja dengan mengabaikan hard skill dan soft skill.

Hal ini terbukti bahwa mahasiswa mau memberikan sejumlah uang

kepada dosen atau dengan mendatangi kerumahnya untuk mendapatkan

nilai yang baik. Selain hal diatas, tidak rahasia lagi bagi mahasiswa

untuk memberikan uang kepada dosen pembimbing ataupun penguji

dalam mempertahankan skripsi demi kelancaran di meja hijau. Tetapi

hal ini bukan seluruhnya adalah kesalahan dosen, namun karena

mahasiswa tidak memiliki hard skill dan soft skill yang baik.

Mahasiswa seharusnya memiliki tujuan yang sama yaitu menjadi

mahasiswa yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara. Jika

mahasiswa telah memiliki penguasaan ilmu pengetahuan, memiliki

keterampilan dan memiliki soft skill yang baik maka tidak akan terdapat

lagi mahasiswa yang hanya sekedar mendapatkan gelar dan ijazah saja.

(46)

36

lebih baik. Maka dengan sendirinya kehidupan masyarakat, berbangsa

dan bernegara akan lebih baik.

Mahasiswa yang mempunyai soft skill yang baik tidak akan

menyianyiakan waktunya, menghabiskan hidupnya dengan

bersenang-senang, mabuk-mabukan, kawin di luar nikah. Akankah lebih baik jika

mahasiswa seperti yang disebutkan diatas mengikuti salah satu

organisasi baik organisasi di kampus maupun organisasi yang ada di

masyarakat sehingga mahasiswa ini akan menjadi contoh dimasyarakat

bahwa selain memiliki kemampuan juga bermoral, sopan santun, peduli

dengan masyarakat disekitarnya dan peduli dengan lingkungan. Dengan

demikian maka masyarakat akan dengan senang hati menerima

keberadaan mahasiswa di lingkungannya.

b. Prestasi Mahasiswa

Mahasiswa sebagai calon intelektual seharusnya bersikap sebagai

seorang calon intelektual yang harus terus melatih hard skill dan soft

skill-nya untuk menunjang kehidupan yang lebih baik dengan terus

belajar untuk mengembangkan intelligence quotient (IQ), emotional

quotient (EQ) dan spiritual quotient (SQ)nya. Dengan istilah life long

education (pendidikan seumur hidup) tidak selayaknya lagi ada

(47)

37

kerja dengan perguruan tinggi. Dunia kerja akan merasa puas dengan

lulusan yang memiliki hard skill dan soft skill yang baik. Nama baik

akan semakin meningkat dan akan menjadi perguruan tinggi yang

memiliki nilai lebih dari perguruan tinggi lainnya. Selain itu, maka akan

terjalin kerjasama yang baik antara perguruan tinggi dengan dunia kerja.

Dewasa ini banyak mahasiswa yang pintar sesuai dengan

bidangnya tetapi nilai dari soft skill-nya rendah. Bagaimanakah

mahasiswa ini nantinya setelah bekerja? Pejabat-pejabat di negara

indonesia ini adalah gambaran mahasiswa sebagai contoh orang-orang

yang pintar tetapi banyak diantaranya tidak memiliki moral, tidak

memiliki rasa peduli terhadap sesama atau lingkungannya. Mereka

hanya mementingkan dirinya sendiri. Darimanakah dimulai untuk

memberantas hal yang demikian? Bukankah mahasiswa-mahasiswa yang

akan menggantikan pejabat-pejabat itu nantinya? Intinya adalah sebagai

salah satu mahasiswa dari perguruan tinggi negeri harus mempersiapkan

(48)

38

B. Teori Pendekatan Rasional

Dalam penelitian mengenai keterampilan komunikasi mahasiswa,

peneliti mengacu pada teori pendekatan rasional.

Teori pendekatan rasional berorientasi pada prinsip bahwa pendekatan terhadap syarat terjadinya percakapan yang koheren didasari oleh pemikiran bahwa percakapan merupakan tindakan praktis untuk mencapai tujuan, dan karena alasan inilah pendekatan ini dinamakan

dengan pendekatan rasional.9

Dalam hal ini, para peserta percakapan harus memikirkan cara

untuk mencapai tujuan percakapan. Dengan demikian, terjadinya

percakapan yang koheren bergantung pada proses berpikir secara

hati-hati pada pihak komunikator untuk mencapai suatu tujuan.

Para komunikator harus membuat keputusan mengenai apa yang

ingin dikatakan dan bagaimana mencapai maksud atau tujuan mereka,

dan percakapan yang koheren betul-betul ditentukan oleh keseluruhan

proses berpikir untuk mencapai tujuan. Jika sequence atau urutan

tindakan terlihat rasional dalam hubungannya dengan tujuan yang

disepakati maka percakapan dapat dinilai koheren.

Bagi pendukung pendekatan rasional, pendekatan berdasarkan

(49)

39

dikaitkan dengan dua orang, yaitu Sally Jackson dan Scott Jacobs yang

keduanya dikenal menggunakan pendekatan global dalam menganalisis

percakapan.

Kedua sarjana ini menggunakan analogi permainan untuk

menjelaskan bagaimana percakapan bekerja. Permainan dikontrol oleh

seperangkat aturan yang harus diketahui oleh mereka yang bermain. Para

pemain memiliki tujuan dalam permainannya, dan mereka menggunakan

berbagai aturan permainan untuk mencapai tujuan itu.

Permainan itu sendiri adalah koheren karena pemilihan aturan yang

tepat akan dapat mencapai tujuan-tujuan yang rasional. Jadi pemain harus

memiliki dua jenis pengetahuan. Mereka harus mengetahui aturan

permainan dan mengetahui apa yang menyebabkan suatu permainan

adalah rasional di dalam batasan aturan.

Jackson dan Jacobs menetapkan dua macam aturan global yang

dibutukan untuk menghasilkan percakapan yang koheren yaitu “aturan

validitas” (validity rules) dan “aturan alasan” (reason rules). Aturan

validitas adalah aturan yang berfungsi untuk membangun kondisi yang

diperlukan agar suatu tindakan dinilai sebagai suatu tindakan yang jujur

atau benar dalam suatu rencana untuk mencapai tujuan. Aturan alasan

adalah aturan yang mengatur bagaimana seseorang menyesuaikan

pernyataannya sedemikian rupa agar logis dalam perspektif yang sesuai

(50)

40

Pada dasarnya, kedua aturan ini membantu komunikator

membangun suatu sistem yang logis sehingga percakapan akan terasa

koheren. Namun harap diingat bahwa aturan ini bisa saja dilanggar dan

percakapan yang koheren tidak selalu bisa dicapai. Komunikator bisa

pula tidak sepakat mengenai apakah suatu sequence memenuhi aturan

validitas dan aturan alasan, dan adanya ketidaksepakatan itu sering kali

menjadi dasar timbulnya konflik. Pada akhirnya, karena percakapan

bersifat praktis dan berorientasi pada tujuan maka komunikator harus

terus-menerus menilai apakah interaksi yang terjadi mengarah pada

tujuan yang diinginkan, jika tidak, penyesuaian seperti apakah yang harus

dibuat dalam percakapan. Kenyataan ini menjadikan percakapan menjadi

proses berpikir praktis bolak-balik yang dinamis.

Percakapan merupakan hal yang kompleks, karena sebagaimana

permainan harus dimainkan dengan orang lain. Tindakan seseorang harus

sesuai atau cocok dengan tindakan orang lain, dan hal ini membutuhkan

persetujuan dalam hal tujuan yang ingin dicapai dan juga sikap untuk

saling memberi. Perkataan atau ucapan memiliki kekuatan yang

mewajibkan pendengarnya untuk memahami maksud pembicara, dan

pembicara harus memenuhi kondisi tertentu agar terjadi suatu pengertian.

(51)

41

Donald Ellis mengajukan “teori makna koheren” (coherentist

theory meaning) untuk menjelaskan proses percakapan lebih jauh.

Menurut Ellis, memahami percakapan adalah suatu tindakan pragmatis,

dan komunikator menggunakan makna bersama agar percakapan menjadi

koheren. Komunikasi hanya dimungkinkan karena komunikator memiliki

makna bersama. Menurut Ellis terdapat tiga karakteristik percakapan

yang memungkinkan terjadinya pengertian yaitu kemudahan

pemahaman, organisasi, dan verifikasi.

Karakteristik pertama adalah “kemudahan pemahaman”

(intelligibility). Percakapan akan mudah dipahami jika memiliki atau

menunjuk pada bukti yang memungkinkan komunikator menarik

kesimpulan mengenai maknanya.

Karakteristik kedua adalah “organisasi”. Ucapan atau pernyataan

adalah bagian dari sistem struktur linguistik terorganisasi yang lebih

besar. Anda tidak dapat memberikan makna sesuka Anda terhadap suatu

kalimat; makna dari suatu pernyataan bersifat terbatas, dan komunikator

mengetahui kemungkinan cakupan (range) makna dari suatu pernyatan

atau ucapan. Adanya karakteristik semacam ini memungkinkan

terjadinya percakapan yang rasional.

Analogi permainan yang dikemukakan Jackson dan Jacob adalah

bermanfaat bagi kita, karena aturan permainan menjelaskan arti langkah

yang diambil dan bagaimana memberikan tanggapan secara rasional

(52)

42

mengemukakan perintah, sebagaimana contoh sebelumnya, maka

komunikator mengetahui pertanyaan yang diajukan dapat dipahami

sebagai perintah, maka pertanyaan si bapak dapat dipahami sebagai suatu

pernyataan mengenai apa yang harus dilakukan anak. Dalam situasi

seperti itu, pertanyaan itu memang harus dipahami itu.

Karakteristik percakapan ketiga yang dikemukakan Ellis adalah

“verifikasi”. Dalam arus percakapan, satu pernyataan dapat menjelaskan

atau menegaskan makna pernyataan lainnya. Ketika si anak pada contoh

tersebut menjawab, “Ya, saya akan mengambilnya” maka ia melakukan

verifikasi terhadap perintah yang disampaikan bapak. Jadi, peserta

percakapan menggunakan prinsip memberi dan menerima

(give-and-take) untuk menguji makna dan mereka memberikan pembenaran

terhadap kesimpulan yang disetujui.

Menggunakan prinsip-prinsip global tidak menghilangkan aturan

lokal. Dalam hal ini, ketentuan mengenai pasangan kalimat

berdampingan merupakan kasus khusus dari tindakan rasional. Melalui

serangkaian pernyataan, komunikator sesungguhnya melakukan

negosiasi terhadap rencana keberhasilan tujuan (goal-achievement plan).

(53)

43

koheren jika tercapai persetujuan dan tindakan yang diambil tampak

pantas untuk mencapai tujuan dimaksud.

Jackson dan Jacobs menyajikan daftar tipe ucapan yang dapat

dipahami sebagai permintaan, mulai dari ucapan yang langsung hingga

tidak relevan. Terdapat pula ucapan yang sering ditemukan pada

percakapan yang berfungsi sebagai pra-permintaan (prerequest).

Permintaan semacam ini berfungsi mempersiapkan pendengar menerima

(54)

BAB III

PAPARAN DATA PENELITIAN

A. Profil Data

1. Sejarah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Pada akhir dekade 1950, beberapa tokoh masyarakat Muslim Jawa

Timur mengajukan gagasan untuk mendirikan perguruan tinggi agama

Islam yang bernaung di bawah Departemen Agama.1 Untuk

mewujudkan gagasan tersebut, mereka menyelenggarakan pertemuan di

Jombang pada tahun 1961. Dalam pertemuan itu, Profesor Soenarjo,

Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, hadir sebagai

narasumber untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran yang

diperlukan sebagai landasan berdirinya Perguruan Tinggi Aagama

Islam dimaksud. Dalam sesi akhir pertemuan bersejarah tersebut, forum

mengesahkan beberapa keputusan penting yaitu: Membentuk panitia

pendirian IAIN, mendirikan Fakultas Syariah di Surabaya, dan

mendirikan Fakultas Tarbiyah di Malang. Selanjutnya, pada tanggal 9

Oktober 1961, dibentuk Yayasan Badan Wakaf Kesejahteraan Fakultas

(55)

45

(delapan) hektar yang terletak di Jalan A. Yani No. 117 Surabaya.

Menyediakan rumah dinas bagi para Guru Besar. Pada tanggal 28

Oktober 1961, Menteri Agama menerbitkan SK No. 17/1961, untuk

mengesahkan pendirian Fakultas Syariah di Surabaya dan Fakultas

Tarbiyah di Malang. Kemudian pada tanggal 01 Oktober 1964, Fakultas

Ushuluddin di Kediri diresmikan berdasarkan SK Menteri Agama No.

66/1964.

Berawal dari 3 (tiga) fakultas tersebut, Menteri Agama

memandang perlu untuk menerbitkan SK Nomor 20/1965 tentang

Pendirian IAIN Sunan Ampel yang berkedudukan di Surabaya, seperti

dijelaskan di atas. Sejarah mencatat bahwa tanpa membutuhkan waktu

yang panjang, IAIN Sunan Ampel ternyata mampu berkembang dengan

pesat. Dalam rentang waktu antara 1966-1970, IAIN Sunan Ampel

telah memiliki 18 (delapan belas) fakultas yang tersebar di 3 (tiga)

propinsi: Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Namun, ketika akreditasi fakultas di lingkungan IAIN diterapkan, 5

(lima) dari 18 (delapan belas) fakultas tersebut ditutup untuk

digabungkan ke fakultas lain yang terakreditasi dan berdekatan

lokasinya.

Selanjutnya dengan adanya peraturan pemerintah nomor 33 tahun

1985, Fakultas Tarbiyah Samarinda dilepas dan diserahkan

pengelolaannya ke IAIN Antasari Banjarmasin. Disamping itu, fakultas

Tarbiyah Bojonegoro dipindahkan ke Surabaya dan statusnya berubah

(56)

46

selanjutnya, IAIN Sunan Ampel memiliki 12 (dua belas) fakultas yang

tersebar di seluruh Jawa Timur dan 1 (satu) fakultas di Mataram,

Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Sejak pertengahan 1997, melalui Keputusan Presiden No. 11

Tahun 1997, seluruh fakultas yang berada di bawah naungan IAIN

Sunan Ampel yang berada di luar Surabaya lepas dari IAIN Sunan

Ampel menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) yang

otonom. IAIN Sunan Ampel sejak saat itu pula terkonsentrasi hanya

pada 5 (lima) fakultas yang semuanya berlokasi di kampus Jl. A. Yani

117 Surabaya.

Pada 28 Desember 2009, IAIN Sunan Ampel Surabaya melalui

Keputusan Menkeu No. 511/KMK.05/2009 resmi berstatus sebagai

Badan Layanan Umum (BLU). Dalam dokumen yang ditandasahkan

pada tanggal 28 Desember 2009 itu IAINSA Surabaya diberi

kewenangan untuk menjalankan fleksibilitas pengelolaan keuangan

sesuai dengan PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU).

Terhitung mulai tanggal 1 oktober 2013, IAIN Sunan Ampel

berubah menjadi UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya berdasarkan

(57)

47

d. Prof. Dr H. Bisri Affandi, MA (1987-1992)

e. Drs. KH. Abd. Jabbar Adlan (1992-2000)

f. Prof Dr HM. Ridlwan Nasir, MA (2000-2008)

g. Prof Dr H. Nur Syam, M.Si (2009-2012)

h. Prof Dr H. Abd A’la, M.Ag (2012-2018)

Saat ini UINSA Surabaya mempunyai 9 fakultas sarjana dan

pascasarjana, serta 44 program studi (33 program sarjana, 8 program

magister, dan 3 doktor) sebagai berikut:

a. Fakultas Adab dan Humaniora: Prodi Bahasa dan Sastra

Arab, Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam, dan Prodi

Sastra Inggris.

b. Fakultas Dakwah dan Komunikasi: Prodi Ilmu Komunikasi,

Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, Prodi Pengembangan

Masyarakat Islam, Prodi Bimbingan Konseling Islam, dan

Prodi Manajemen Dakwah.

c. Fakultas Syariah dan Hukum: Prodi Ahwal al-Syahshiyah

(Hukum Keluarga Islam), Prodi Siyasah Jinayah (Hukum

Tatanegara dan Hukum Pidana Islam), dan Prodi Muamalah

(Hukum Bisnis Islam).

d. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan: Prodi Pendidikan Agama

Islam, Prodi Pendidikan Bahasa Arab, Prodi Manajemen

Pendidikan Islam, Prodi Pendidikan Matematika, Prodi

(58)

48

Madrasah Ibtidaiyah, dan Prodi Pendidikan Raudhotul

Athfal.

e. Fakultas Ushuluddin dan Filsafat: Prodi Aqidah Filsafat,

Prodi Perbandingan Agama, Prodi Tafsir, dan Prodi Hadis.

f. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Prodi Ilmu Politik,

Prodi Hubungan Internasional, dan Prodi Sosiologi.

g. Fakultas Sain dan Teknologi: Prodi Ilmu Kelautan, Prodi

Matematika, Prodi Teknik Lingkungan, Prodi Biologi,

Prodi Teknik Arsitektur, Prodi Sistem Informasi, dan Prodi

Psikologi.

h. Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam: Prodi Ekonomi Syariah,

Prodi Ilmu Ekonomi, Prodi Akutansi, dan Prodi

Manajemen.

i. Pascasarjana (S2/Magister): Prodi Pendidikan Agama

Islam, Prodi Pendidikan Bahasa Arab, Prodi Ilmu

Al-Qur’an dan Tafsir, Prodi Studi Ilmu Hadis, Prodi Hukum

Tatanegara (Siyasah), Prodi Ekonomi Syari’ah, Prodi

Filsafat Agama, dan Prodi Komunikasi Penyiaran Islam.

j. S3 / Doktor: Prodi Pendidikan Agama Islam, Prodi Dirasah

(59)

49

Selain fakultas sebagai pelaksana pendidikan akademik, UIN Sunan

Ampel Surabaya juga memiliki lembaga penunjang pengembangan

Perguruan Tinggi, yaitu:

a. Lembaga Struktural: Satuan Pengawasan Internal (SPI),

Lembaga Penjaminan Mutu (LPM), Lembaga Penelitian

dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Pusat Studi

PAR, Pusat Layanan Internasional.

b. Lembaga non-Struktural: Lembaga Studi Agama dan Sosial

(eL-SaS), English Language Training for Islamic Schools,

National Center for Civic Education, Lembaga

Pengembangan Kewirausahaan dan Bisnis Islam, Centre for

Peace Building.

c. Institusi Kerjasama: Islamic Development Bank (IDB),

Supporting Islamic Leadership in Indonesia Project (SILE).

d. Unit Pelaksana Teknis: Perpustakaan, Pusat Sistem

Teknologi Informasi dan Pangkalan Data, Pusat

Pengembangan Bahasa, Pusat Pengembangan Bisnis, Pusat

Layanan Internasional, Ma'had al-Jami'ah dan percetakan

UIN Press.

Fakultas dalam sebuah universitas bertindak sebagai pelaksana

akademik: pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian

(60)

50

2. Profil Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri

Sunan Ampel Surabaya

Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) mengembangkan

keilmuan dakwah integrative-transformative dan pada saat yang sama,

juga memusatkan perhatiannya pada pengembangan ilmu Komunikasi.

Di Fakultas Dakwah dan Komunikasi model pembelajaran ini disebut

sebagai model Experiential Learning, yaitu ketika sebuah pembelajaran

dikelas diberikan, mahasiswa juga melakukan penelitian dan

pengabdian masyarakat berbasis matakuliah.

Fakultas Dakwah dan Komunikasi mengembangkan keilmuan

dakwah melalui dua Jurusan, yaitu Jurusan Dakwah dan Jurusan

Komunikasi. Jurusan adalah satuan pelaksana akademik pada Fakultas

yang mempunyai tugas menyelenggarakan program studi dalam 1 (satu)

disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Masing-masing jurusan

terdapat Program Studi, Jurusan Dakwah terdiri dari tiga (3) program

studi yaitu Program Studi Bimbingan dan Konseling

Gambar

Table 3.1 Profil Informan...........................................................................................
  Tabel 3.1 No NIM Nama

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengungkap persoalan secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi tokoh dengan pendekatan ilmu dakwah yang berguna untuk

Dalam pengambilan keputusan serta kebijakan dari seorang pemimpin, pemimpin selalu melibatkan anggota yang telah dipimpin guna untuk mencapai tujuan

Hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) Ada pengaruh antara kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi

mendapatkan data yang akurat peneliti melakukan wawancara lebih mendalam dan memperbanyak jumlah informan dari pelaku foto selfie dan membandingkan dengan dokumentasi

Temuan penelitian ini adalah bahwa cara penggunaan media komunikasi dalam peningkatan prestasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri

Poster jagalah kebersihan kalau pada dasarnya tidak ada kesadaran dan pembiasaan dalam keseharian individu Mahasiswa itu sendiri untuk menjaga lingkungan sekitar.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang sedalam-dalamnya. Dengan

Terapi dengan metode Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) bertujuan untuk merubah pola pikir (keyakinan) yang bersifat irrasional yang dimiliki klien menjadi