KETERAMPILAN KOMUNIKASI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
(S.I.Kom)
Oleh:
Mochamad Rosy Ilhamsyah NIM. B06212022
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Mochamad Rosy Ilhamsyah, B06212022, 2016. Keterampilan Komunikasi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya
Kata Kunci : Keterampilan Komunikasi, Mahasiswa
Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat dua fokus penelitian, yaitu: (1) keterampilan komunikasi yang dimiliki mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya?, (2) bagaimana cara memanfaatkan keterampilan komunikasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya?
Untuk menjawab fokus penelitian tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakanlah metode penelitian deskriptif kualitatif yang berguna untuk memberikan fakta dan data mengenai aktifitas keterampilan komunikasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Teori Pendekatan Rasional sehingga diperoleh beberapa kegiatan ketika berkomunikasi.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) Keterampilan komunikasi yang dmiliki mahasiswa Fakultas Dakwah dan komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya
yakni retorika, penulis, presentasi, design grafis, trainer, penyiar, bahasa asing,
public speaking, hijamah, bekam, hypnotherapy, pendidik, pidato, orasi, MC,
konsultan, online marketing, blogger, strategi memahami komunikan, presentasi,
public relation, menulis karya ilmah, press release, design grafis baik editing video,
power point, management, public speaking, penulis karya bebas (cerpen, puisi, dll),
menulis berita, dan essay. (2) cara memanfaatkan keterampilan komunikasi
mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yakni; berceramah, berbagi ilmu, menulis, menambah intelektualitas, meningkatkan
prestasi akademik, training, mainmap, hypnotherapy, konseling, bersosialisasi
dengan teman, public speaking ketika berbicara di khalayak umum, menambah
keilmuan, mencapai keinginan, mencerdaskan kehidupan, mengubah mindset,
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR... vi
ABSTRAK... ... viii
DAFTAR ISI... DAFTAR BAGAN... DAFTAR TABLE... ix xi xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian... 3
C. Tujuan Penelitian... 3
D. Manfaat Hasil Penelitian... 4
E. Penelitian Terdahulu... 4
F. Definisi Konsep Penelitian... 5
G. Kerangka Pikir Penelitian... 8
H. Metode Penelitian... 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian... 3. Jenis dan Sumber Data... 4. Tahap-tahap Penelitian... 5. Teknik Pengumpulan Data... 6. Teknik Analisis Data... 7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data... 9 9 10 10 12 13 15 17 I. Sitematika Pembahasan... 19
BAB II KAJIAN TEORITIS A. KAJIAN PUSTAKA... 21
1. Keterampilan Komunikasi... a. Pengertian Keterampilan Komunikasi... b. Tujuan Komunikasi... c. Jenis-Jenis Keterampilan Komunikasi... d. Peranan Hard Skill dan Soft Skill dalam Komunikasi... 21 21 24 27 30 2. Komunikasi Mahasiswa... a. Pengertian Mahasiswa... b. Prestasi Mahasiswa... 34 34 36 B. Teori Pendekatan Rasional... 38
BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN
A. Profil Data...
1. Sejarah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya...
2. Profil Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya...
3. Profil Informan... 50 52
B. Deskripsi Hasil...
1. Keterampilan komunikasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Ampel Surabaya...
2. Cara memanfaatkan keterampilan komunikasi mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya... 57
58
68
BAB IV ANALISIS DATA
1. Analisis Data... 79 2. Konfirmasi dengan teori... 87
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan... 2. Rekomendasi...
90 90 92
DAFTAR BAGAN
[image:10.595.136.482.223.564.2]
DAFTAR TABLE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan bagian dari interaksi sosial. Dalam kehidupan
sehari-hari setiap orang tidak terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Terlebih
pada model komunikasi intrapribadi pertamakali yang dikemukakan oleh Dean
C. Barnlund.1 Komunikasi intrapribadi merupakan proses pengolahan dan
penyusunan informasi melalui sistem syaraf yang ada didalam otak kita, yang
disebabkan oleh stimulus yang ditangkap oleh panca indera. Proses berpikir
adalah bagian dari proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu.
Individu mengalami berbagai isyarat yang memiliki valensi positif, netral atau
negatif.
Pengembangan keterampilan komunikasi seseorang harus mengetahui
keterampilan dirinya masing-masing, jika seorang individu tidak dapat
mengetahui keterampilan dari dirinya maka tidak akan pernah bisa individu
tersebut memperoleh prestasi yang sesuai dengan minatnya. Keterampilan
dibagi menjadi dua yaitu hard skill dan soft skill. Keterampilan hard skill
merupakan keterampilan yang mengacu pada teknis seperti ketrampilan
menggunakan komputer, kamera, alat musik dan lain-lain. Sedangkan soft skill
merupakan keterampilan kemampuan non teknis yang tentunya memiliki peran
tidak kalah pentingnya dengan kemampuan teknis.
2
Pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi, diajarkan keterampilan
komunikasi yakni soft skill dan hard skill. Berbagai terobosan dalam
mengembangkan keterampilan komunikasi pun disusun untuk menghadirkan
nuansa modern dalam setiap performa, salah satunya public speaking.
Public speaking bersifat kontekstual. Maka, kita harus memahami
kembali konsep dasar public speaking. Berbagai seminar, training, mata kuliah
dengan tema berbicara di depan umum telah dilakukan.2 Menurut Lasswell
Banyak orang menyebut public speaking sebagai “presentasi”. Setiap metode
pembelajaran tidak lepas dari presentasi terutama dalam ranah perkuliahan.
Mahasiswa dituntut untuk bisa menerapkan public speaking tidak hanya teori
namun practice juga perlu dilakukan. Penerapan public speaking mempunyai
peran yang sangat penting dalam keterampilan komunikasi mahasiswa.
Berbicara atau public speaking tidak jauh dari retorika atau seni
berbicara. Diperlukan suatu seni atau gaya bahasa, cara atau metode berbicara
dalam komunikasi untuk menstimulus dan mendapat respond dari audience.
Akan tetapi ketika mahasiswa berhadapan dengan situasi presentasi maka
dibutuhkan juga pembelajaran mengenai teknik presentasi yang baik.
Keseharian proses belajar mengajar di Fakultas Dakwah dan
Komunikasi yakni berpresentasi, namun tidak hanya di Fakultas Dakwah dan
3
wawasan yang luas sehingga apa yang ia lakukan munculah sebuah alur
komunikasi yang sampai saat ini diperbincangkan. Dari fenomena tersebut,
bisa dilakukan penelitian tentang keterampilan komunikasi mahasiswa, berapa
macam keterampilan mereka yang dimiliki. Maka peneliti mengambil judul
“Keterampilan Komunikasi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Ampel Surabaya UIN Sunan Ampel Surabaya”.
B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian
Berpijak pada uraian diatas maka dapat menjadi fokus penelitian dalam
pembahasan penelitian ini yakni:
1. Apa saja keterampilan komunikasi yang dimiliki mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
2. Bagaimana cara memanfaatkan keterampilan komunikasi mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang telah dipaparkan maka yang menjadi
tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk memahami dan mendeskripsikan keterampilan komunikasi yang
dimiliki mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel
Surabaya.
2. Untuk mendeskripsikan mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi
4
D. Manfaat Hasil Penelitian
Sedangkan dari manfaat penelitian ini adalah sebegai berikut:
1. Segi Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan
wawasan mengenai keterampilan komunikasi mahasiswa UIN Sunan
Ampel Surabaya serta dapat dijadikan sebagai landasan untuk memperkaya
wawasan.
2. Segi Praktis
a. Bagi lembaga: Penelitian ini diharapkan memberikan wawasan
mengenai keterampilan komunikasi dalam meningkatkan kompetensi
mahasiswa dan memotivasi mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
untuk selalu berkembang.
b. Bagi penulis: Penelitian ini dapat memperluas pengetahuan serta
memberikan pembelajaran secara langsung tentang keterampilan
komunikasi.
c. Bagi kalangan akademisi: Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi, masukan dan menambah wacana keterampilan komunikasi.
E. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu mengenai keterampilan komunikasi yakni:
5
Dalam menjalin hubungan pasien dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif.
F. Definisi Konsep Penilitian
Definisi konsep disini dimaksudkan untuk menyamakan maksud dan
persepsi agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam mempelajarinya.
Istilah-istilah yang perlu dijelaskan dari penelitian yang berjudul keterampilan
komunikasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel
Surabaya adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan atau skill adalah suatu kemampuan untuk
menerjemahkan pengetahuan ke dalam praktik sehingga tercapai hasil kerja
yang diinginkan. 3 Skill pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu hard skill
dan soft skill. Hard Skill adalah pekerjaan-pekerjaan teknis atau
kemampuan akademik. Dan soft skill adalah kemampuan seseorang (di luar
kemampuan teknis dan akademik) dalam memberdayakan diri, menjalin
hubungan secara konstruktif dengan orang lain, atau dalam menyiasati
realitas.
Keterampilan pada hakikatnya ialah cara seseorang untuk melakukan
sesuatu. Setiap komunikasi yang dilakukan, tentunya diharapkan
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi siapa saja yang terlibat dalam
komunikasi tersebut.4 Komunikasi akan berjalan dengan dinamis, apabila
disertai adanya suatu reaksi dari pihak penerima pesan. Reaksi ini
3 Tommy Suprapto, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi (Yogyakarta: MedPress, 2009),
hlm 135.
6
menandakan bahwa pesan yang disampaikan mendapatkan tanggapan. Ada
beberapa jenis keterampilan komunikasi yang perlu dipahami oleh setiap
orang dalam menjalankan kehidupan sehari-hari yaitu meliputi
keterampilan komunikasi lisan, komunikasi tulisan, dan komunikasi
non-verbal.
Bernand Berelson dan Gary A. Steiner (1964:527) mendefinisikan
komunikasi, sebagai berikut: “Communication : the transmission of
information, ideas, emotions, skills,etc. by the uses of symbol...”.5 Artinya
komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan
sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya.
Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.
Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa
keterampilan komunikasi adalah kemampuan yang dimiliki komunikator
untuk mempengaruhi komunikan secara efektif. Jadi peran keterampilan
komunikasi dalam mahasiswa sangat penting. Dengan adanya keterampilan
komunikasi akan mempermudah pemahaman pesan yang disampaikan
komunikator, sehingga akan diperoleh keefektifan dalam berkomunikasi.
Ketika seorang dosen bermaksud mengajar atau menyampaikan materi
kuliah kepada para mahasiswa, dosen terlebih dahulu harus memiliki
7
penggunaan power point untuk menayangkan slide yang berisi materi, tentu
saja pengoperasiannya harus dikuasai dengan menerangkan materi dengan
alat bantu seperti papan tulis dan spidol juga harus tahu bagaimana
menggunakannya. Tanpa keterampilan dalam menggunakan LCD, power
point, papan tulis dan spidol serta lain-lain peralatan penunjang kegiatan
belajar mengajar, maka kualitas pengajaran akan berkurang.
Bisa disimpulkan yang dimaksud dalam penelitian ini mengenai
keterampilan komunikasi ialah ketika mahasiswa berkomunikasi terdapat
jenis-jenis keterampilan komunikasi yang dimiliki yakni keterampilan
kasar (hard skill) dan keterampilan halus/lunak (soft skill). Keterampilan
komunikasi tulisan termasuk dalam keterampilan kasar (hard skill),
sedangkan keterampilan komunikasi lisan dan komunikasi non-verbal
termasuk keterampilan halus/lunak (soft skill).
2. Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya
UIN Sunan Ampel Surabaya merupakan salah satu perguruan Tinggi
negeri berbasis Islam pertama di Jawa Timur yang berada dibawah naungan
Kementrian Agama. Terdapat lima Prodi di Fakultas Dakwah dan
8
Kemampuan mahasiswa berprestasi
Teori Pendekatan Rasional
Keterampilan komunikasi mahasiswa G. Kerangka Pikir Penelitian
Ilustrasi kerangka pikir penelitian “Keterampilan komunikasi mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya” adalah
sebagai berikut:
Bagan 1.1 Kerangka Penelitian
Dari Kerangka penelitian di atas menggambarkan tentang alur berpikir
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Berawal dari kemampuan
mahasiswa yakni kemampuan dalam belajar dengan prestasi yang dimiliki.
Selanjutnya Agar terlaksana penerapan keterampilan mahasiswa maka perlu
mengetahui teori pendekatan rasional.7 Dalam teori pendekatan rasional, para
peserta percakapan harus memikirkan cara untuk mencapai tujuan percakapan.
Ketika teori berjalan sesuai dengan harapan, dan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya maka penerapan keterampilan komunikasi mahasiswa
menjadi tahap berikutnya oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi
9
H. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan
data dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang sedang
diselidiki atau diteliti.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.8 Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasil kan uraian
yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat
diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi
tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang
yang utuh, komprehensif, dan holistik. Sudarto, (1997).
Jenis penelitian ini ialah jenis deskriptif kualitatif, yaitu data yang
dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Adapun
tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah
tertentu. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui keterampilan
komunikasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan
Ampel.
10
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian
a. Subyek Penelitian
Subyek penulisan penelitian ialah mahasiswa Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
b. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah wilayah disiplin ilmu yang akan diteliti
dalam hal ini yakni disiplin ilmu komunikasi mengenai keterampilan
komunikasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan
Ampel Surabaya.
c. Lokasi Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini berlokasi di kampus UIN Sunan
Ampel Surabaya. Jl. Ahmad Yani no.117 Surabaya.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data primer merupakan data pokok dari penelitian ini yakni data
yang diperoleh secara langsung dari penelitian perorangan, kelompok
dan organisasi. Pada penelitian ini data mengenai keterampilan
komunikasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan
11
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder.9 Ini merupakan data pendukung untuk memperkuat
data primer. Selain itu data sekunder ini berbentuk data yang sudah
tersedia misalnya profil mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Ampel Surabaya.
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Informan
Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian.10 Adapun pemilihan informan ditentukan
berdasarkan teknik purposive yang mana informan dipilih
sesuai dengan kriteria tertentu sehingga data yang diperoleh
lebih mendalam dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
penulis. Kriteria informan dalam penelitian ini adalah melihat
IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) mahasiswa Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya antara 3,75
sampai 4,00.
b. Dokumen
Keterangan-keterangan berbentuk tertulis yang ada didalam
lembaga maupun organisasi.
9 Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009), hlm. 42.
12
4. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap Pra Lapangan
a) Tahap pra lapangan terdiri atas:
Tahap ini merupakan tahapan persiapan sebelum penelitian
dilakukan ataupun langkah-langkahnya adalah :
1) Menyusun rancangan penelitian: Penelitian ini dimulai dengan
menentukan lapangan atau lokasi yang akan dijadikan tempat
penelitian. Membuat fokus penelitian yang akan diteliti dari
fenomena yang ada dilapangan. Kemudian mencari informan
yang terkait. Setelah itu segala hal yang diteliti dan
metodologinya dituangkan dalam proposal penelitian.
2) Mengurus surat perizinan: Setelah proposal penelitian
disetujui, dilanjutkan dengan mengurus surat ijin penelitian
untuk melakukan wawancara dan observasi data-data yang
dibutuhkan. Peneliti mengurus perizinan penelitian untuk
diajukan kepada pihak akademik Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya UIN Sunan Ampel
Surabaya.
3) Menyiapkan perlengkapan penelitian: Sebelum penelitian
13
b) Tahap Penelitian Lapangan
Sebelum melakukan wawancara lapangan, penulis melakukan
observasi lapangan terlebih dahulu. Melakukan pendekatan kepada
informan dalam penelitian serta melakukan pengamatan secara
langsung seputar data. Selanjutnya membuat pedoman wawancara
seputar hal-hal yang ingin diteliti. Selanjutnya mengumpulkan data
yang diperoleh untuk dikaji dan dianalisa lebih lanjut.
c) Tahap Penulisan Laporan
Setelah tahap lapangan selesai penulis membuat dan
menyusun laporan yang berisi kegiatan yang telah dilakukan dalam
bentuk tulisan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini juga termasuk penelitian lapangan (field research),
yakni penelitian yang langsung dilakukan atau pada responden untuk
memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa
metode penelitian, yaitu sebagai berikut:
a. Wawancara (interview)
Interview atau wawancara yaitu sebagai suatu proses tanya
jawab lisan, dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.
Yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan
suaranya dengan telinganya sendiri. Penulis menggunakan metode
ini dengan cara melakukan wawancara langsung dengan mahasiswa
14
b. Pengamatan (Observation)
Observation merupakan salah satu metode utama dalam
penelitian kualitatif. Secara umum observation berarti pengamatan
dan penglihatan. Dan dalam penelitian, metode observation
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.11 Fungsi metode
observation ini adalah untuk mengamati kecakapan kualitas dan
keterampilan dari mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Ampel Surabaya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan pada subjek penelitian, maupun melalui
dokumentasi. Dalam melakukan dokumentasi peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen, notulen rapat,
catatan harian dan sebagainya.12
Dokumen ini digunakan untuk mengetahui data-data berupa
catatan atau dokumentasi dari proses keterampilan komunikasi
mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel
15
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber
dengan menggunakan berbagai macam teknik pengumpulan data dan
dilakukan secara terus-menerus tersebut maka akan menghasilkan data
yang banyak sekali. Oleh karena itu, supaya data-data yang banyak
tersebut dapat sesuai dengan data-data yang diperlukan dan dapat
dipahami, maka diperlukan analisis data.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun
kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.13
Dalam aktivitas analisis data, penulis menggunakan model Miles
dan Hubberman, yang meliputi data reduction, data display dan
conclussion drawing/ verification.
a. Data reduction (reduksi data)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan
polanya. Seluruh data yang penulis peroleh di lapangan dirangkum
kemudian dipilih data yang sesuai dengan rumusan masalah. Disini
berarti data mengenai keterampilan komunikasi mahasiswa fakultas
dakwah dan komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yang diperoleh
16
dan terkumpul baik dari hasil penelitian lapangan/dokumentasi
kemudian dibuat rangkuman.
b. Data display (penyajian data)
Penyajian data adalah suatu cara merangkai data dalam suatu
organisasi yang memudahkan untuk membuat kesimpulan atau
tindakan yang diusulkan. Dengan mendisplaykan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.
Artinya data yang telah dirangkum tadi kemudian dipilih untuk
kemudian disajikan dalam kalimat-kalimat yang sekiranya akan
mudah untuk dipahami.
c. Conclussion drawing/ verification
Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan ini akan diikuti dengan bukti-bukti yang diperoleh
ketika penelitian di lapangan. Verifikasi data dimasudkan untuk
penentuan data akhir dari keseluruhan proses tahapan analisis,
sehingga keseluruhan permasalahan mengenai keterampilan
mahasiswa fakultas dakwah dan komunikasi UIN Sunan Ampel
Suabaya dapat terungkap dan dituangkanlam kalimat yang mudah di
17
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini pemeriksaan keabsahan data penelitian
dilakukan dengan cara:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti berada di lapangan
penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu
dilakukan maka akan membatasi :
1. Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada kontek,
2. Membatasi kekeliruan (blases) peneliti,
3. Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang
tidak baik atau pengaruh sosial
b. Ketekunan Pengamatan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut
maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara
pribadi dan sistematis.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah
dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil
penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan
temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti
akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk
18
c. Triangulasi
Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber
data dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara
menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu
dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber
dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber
yang berbeda. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data
dilakukan dengan pada berbagai kesempatan, pagi, siang sore dan
malam hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut
maka dapat diketahui apakah narasumber memberikan data yang
sama atau tidak. Kalau narasumber memberikan data yang berbeda
maka belum akurat.
d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
Diskusi teman sejawat dilakukan dengan melakukan hasil
penelitian yang masih sementara kepada sesame teman-teman
mahasiswa. Melalui diskusi ini banyak pertanyaan dan saran.
Pertanyaan yang berkaitan data yang belum bisa terjawab, maka
peneliti kembali ke lapangan untuk mencari jawabannya. Dengan
19
I. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini memiliki sistematika pembahasan, yang dapat
dipakai untuk memudahkan bagi peneliti untuk mengurutkan pembahasan
yang hendak dikajinya, serta meberikan gambaran yang lebih jelas pada
proposal ini, adapun sistematika pembahasan ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengontrol
dalam memahami pembahasan pada bab-bab
berikutnya. Pada bab ini terdiri dari Konteks
Penelitian, Fokus Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Kajian Penelitian Terdahulu,
Definisi Konsep, Metode Penelitian dan
Sistematika Pembahasan.
BAB II : KAJIAN TEORITIS
Kajian Teoretis, adalah uraian tentang landasan
teori yang bersumber dari kepustakaan. Pada bab
ini terdiri dari Kajian Pustaka dan Kajian Teori
yang berkaitan dengan keterampilan komunikasi
mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Sunan Ampel Surabaya.
BAB III : PAPARAN DATA PENELITIAN
Paparan data penelitian, berisi tentang deskripsi
umum objek penelitian serta deskripsi hasil
20
BAB IV : INTERPRETASI HASIL PENELITIAN
Interpretasi Hasil Penelitian, yakni menganalisis
hasil temuan penelitian serta konfirmasi temuan
dengan teori.
BAB V : PENUTUP
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Pustaka
1. Keterampilan Komunikasi
a. Pengertian Keterampilan Komunikasi
Keterampilan merupakan sebuah kemampuan dalam
mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan tepat. Sedangkan
komunikasi adalah aktivitas utama manusia dalam kehidupan sehari-hari,
komunikasi dengan tuhan, sesama manusia, dan makhluk lainnya.
Komunikasi merupakan modal dan kunci sukses dalam pergaulan dan
karir, karena hanya dengan komunikasi sebuah hubungan baik dapat
dibangun dan dibina. Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa
keterampilan komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki
untuk mampu membina hubungan yang sehat di mana saja dan dengan
siapa saja.
Keterampilan komunikasi seperti jurnalistik (menulis) dan public
speaking (berbicara di depan umum) banyak dibutuhkan dalam bidang
pekerjaan, bahkan menjadi karir tersendiri. Keterampilan komunikasi
juga dibutuhkan dalam pengembangan usaha, pengembangan dan
pemberdayaan diri. Komunikasi dalam bentuk yang paling sederhana
ialah transmisi pesan dari suatu sumber kepada penerima. Selama 60
22
tulisan ilmuwan politik Harold Lasswell (1948).1 Ia mengatakan bahwa
cara yang paling nyaman untuk menggambarkan komunikasi adalah
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini:
a) Siapa?
b) Berkata apa?
c) Melalui saluran apa?
d) Kepada Siapa?
e) Dengan efek apa?
Peneliti komunikasi Wilbur Schramm menggunakan ide yang pada
awalnya dikembangkan oleh psikolog, Charles E. Osgood yang
mengembangkan suatu cara untuk menggambarkan sifat resiprokal
komunikasi secara grafis. Penggambaran komunikasi Interpersonal ini
komunikasi antara dua orang atau lebih menunjukkan tidak adanya
sumber atau penerima pesan yang dapat diidentifikasikan secara jelas.
Karena komunikasi merupakan proses yang berkelanjutan dan resiprokal,
semua partisipan atau interpreter berusaha menciptakan makna dengan
melalui encoding dan decodingpesan.
Suatu pesan terlebih dahulu diencode, yaitu ditransformasikan ke
23
dan simbol diinterpretasikan. Decoding terjadi melalui mendengarkan,
membaca, atau menonton acara televisi.
Model Osgood Schramm menunjukkan sifat proses komunikasi
yang berkelanjutan dan resiprokal. Oleh karena itu, tidak ada sumber,
penerima, dan umpan balik. Alasannya adalah ketika komunikasi terjadi,
kedua interpreter secara serentak menjadi sumber dan penerima pesan.
Tidak ada umpan balik karena semua pesan dianggap merupakan balasan
atas pesan yang lain. Bahkan ketika teman Anda memulai percakapan
dengan Anda, contohnya, dapat dikatakan bahwa pandangan ketertarikan
dari Anda dan kerelaan Anda yang berbicara kepada dia sehingga dia
mau berbicara. Dalam contoh ini, tidak terlalu tepat untuk memberikan
label kepada Anda atau teman Anda sebagai sumber. Siapa yang
sesungguhnya memulai percakapan ini?, dan karena itu tidak mungkin
mengidentifikasikan siapa yang menyediakan umpan balik kepada siapa.
Individu yang dapat berkomunikasi secara efektif dengan siapapun
atau dimanapun, akan membawa pertumbuhan kepribadian. Sebaliknya
individu tidak dapat berkomunikasi secara efektif, Ia akan mengalami
hambatan pertumbuhan kepribadian (Davis, 1940; Wasserman, 1924).2
Antropolog terkenal, Ashley Montago (1967: 450), dengan tegas
menulis: The most important agency throught which the child learns to
be human is communication, verbal also noverbal. Artinya: Perantara
24
yang paling penting ketika anak kecil belajar tentang komunikasi
manusia, baik verbal maupun non verbal.
Dengan demikian, agar komunikasi interpersonal berjalan lancar
dan mendatangkan hasil yang diterapkan, baik pemberi maupun penerima
pesan perlu memiliki kemampuan dan komunikasi interpersonal yang
diperlukan.3 Kompetensi komunikasi interpersonal adalah tingkat dimana
perilaku kita dalam komunikasi interpersonal sesuai dan cocok dengan
situasi dan membantu kita mencapai tujuan komunikasi interpersonal
yang kita lakukan dengan orang lain.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan komunikasi adalah kemampuan seseorang untuk
menyampaikan atau mengirim pesan yang jelas dan mudah dipahami
oleh penerima pesan. Untuk itu, agar mampu melakukan komunikasi
yang baik, maka seseorang harus memiliki ide dan penuh daya kreativitas
yang tentunya dapat dikembangkan melalui berbagai latihan dengan
berbagai macam cara, salah satunya membiasakan diri dengan berdiskusi.
b. Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi adalah menciptakan pemahaman bersama atau
25
Stanton (1982),4 mengatakan bahwa sekurang-kurangnya ada lima
tujuan komunikasi manusia, yaitu:
a) Mempengaruhi orang lain
b) Membangun atau mengelola relasi antarpersonal
c) Menemukan perbedaan jenis pengetahuan
d) Membantu orang lain
Diluar tujuan umum komunikasi ini, maka komunikasi bertumbuh
dari motivasi untuk menghasilkan sesuatu yang diharapkan dari
komunikasi. Artinya, tujuan komunikasi perlu memperhatikan rencana
komunikasi untuk berinteraksi ataukah komunikasi dapat dijalankan
secara alamiah saja. Dengan kata lain, tujuan komunikasi sedapat
mungkin memperhatikan elemen-elemen utama komunikasi, yaitu:
a) Pengirim: Orang yang mengirimkan pesan (encoder)
b) Penerima: Orang yang menginterpretasi pesan (decoder)
c) Saluran: Metode bagi seseorang untuk mengoptimalisasikan
daya guna sehingga kita dapat mengirimkan sebuah pesan
secara verbal, nonverbal, atau termediasi.
d) Pesan: Informasi yang sudah distimulasikan itu dikirim oleh
pengirim ke dalam alam pikiran penerima.
e) Umpan balik: Respons yang diberikan penerima kepada
pengirim.
26
f) Lingkungan: Dunia fisik dan nonfisik sebagai sebagai tempat
terjadinya interaksi.
g) Gangguan: Dari luar yang hanya dapat terlihat dan terasa dalam
peristiwa komunikasi.
Peristiwa komunikasi dapat terjadi dalam berbagai situasi,
diantaranya adalah situasi pendidikan.5 Di dalam situasi pendidikan
tersebut terdapat situasi yang khusus, yaitu situasi pengajaran atau
bimbingan. Sehingga akan terdapat komunikasi pendidikan, komunikasi
pengajaran, dan komunikasi bimbingan. Guna menciptakan dan
mengefektifkan komunikasi tersebut maka perlu mngetahui tentang
cara-cara atau teknik berkomunikasi secara-cara terampil. Namun demikian tetap
perlu dicatat, bahwa perilaku komunikasi diwarnai pula oleh sikap dan
pribadi orangnya.
Telah dikemukakan bahwa proses pemahaman diri (self
knowledge) bersifat interaktif, yaitu tergantung dari interaksi individu
yang satu dengan lainnya. Melalui interaksi dengan orang lain setiap
individu dapat mencapai kesadaran tentang dirinya, tentang identitasnya.
Kesadaran tentang diri meliputi kesadaran akan pikiran, perasaan dan
27
dosen ataupun pembimbing harus mempunyai suatu keterampilan
berkomunikasi.
Ketrampilan berkomunikasi yang diharapkan tersebut mencakup
beberapa kemampuan yakni:
a) Kemampuan dalam menciptakan kontak atau hubungan
interpersonal
b) Kemampuam dalam menangkap atau memahai informasi
c) Kemampuan dalam memberikan tanggapan atau upan balik
d) Kemampuan dalam mengarahkan orang lain untuk melakukan
sesuatu.
c. Jenis-Jenis Keterampilan Komunikasi
Keterampilan pada hakikatnya adalah cara seseorang untuk
melakukan sesuatu.6 Setiap komunikasi yang dilakukan, tentunya
diharapkan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi siapa saja yang
terlibat dalam komunikasi tersebut. Komunikasi akan berjalan dengan
dinamis, apabila disertai adanya suatu reaksi dari pihak penerima pesan.
Reaksi ini menandakan bahwa pesan yang disampaikan mendapatkan
tanggapan. Ada beberapa jenis keterampilan komunikasi yang perlu
dipahami oleh setiap orang dalam menjalankan kehidupan sehari-hari
yaitu meliputi keterampilan komunikasi lisan, komunikasi tulisan, dan
komunikasi non-verbal.
28
Keterampilan komunikasi lisan (oral communication) yaitu
kemampuan berbicara (speaking) sehingga mampu menjelaskan dan
mempresentasikan gagasan dengan jelas kepada bermacam-macam
orang (audiens). Kemampuan ini meliputi keahlian menyesuaikan cara
berbicara kepada komunikan yang berbeda, menggunakan pendekatan
dan gaya yang pas, dan memahami pentingnya isyarat non-verbal.
Komunikasi ini membutuhkan keterampilan latar belakang (background
skills) presentasi, pemahaman tentang audiens, mendengarkan secara
kritis, dan bahasa tubuh (body language).
Keterampilan komunikasi tulisan (written communication) yaitu
kemampuan menulis secara efektif dalam konteks dan untuk beragam
pembaca dan tujuan. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk
menulis dengan gaya dan pendekatan yang berbeda untuk pembaca atau
media yang berbeda. Kemampuan komunikasi tulisan juga termasuk
keterampilan komunikasai elektronik seperti menulis sms, menulis dan
mengirimkan email, terlibat di “forum diskusi online” (discussion
boards), ruang chatting, dan pesan instan. Komunikasi ini memerlukan
background skills seperti penulisan akademis, keahlian revisi dan
penyuntingan (editing), membaca kritis, dan presentasi data.
29
simbol. Komunikasi ini memerlukan background skills seperti
pemahaman tentang audiens, presentasi personal, dan bahasa tubuh.
Dengan demikian, jenis-jenis keterampilan berkomunikasi tersebut
dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu keterampilan kasar (hard
skill) dan keterampilan halus/lunak (soft skill). Keterampilan komunikasi
tulisan termasuk dalam keterampilan kasar (hard skill), sedangkan
keterampilan komunikasi lisan dan komunikasi non-verbal termasuk
keterampilan halus/lunak (soft skill).
Keterampilan kasar atau Hard Skill cenderung lebih mudah
dikuasai karena sifatnya teknis, misalnya kemampuan berbahasa asing,
mengoperasikan mesin, memainkan alat musik tertentu, dan memasak.
Sementara itu, soft skill terlihat dari tindakanmu sehari-hari. Apa saja
yang termasuk di dalamnya? Banyak sekali, misalnya kemampuan
networking, berkolaborasi dengan banyak orang, berkomunikasi,
berinteraksi, memimpin, membaca situasi, berstrategi, dan sebagainya.
Kedua jenis skill tersebut bisa dipelajari dan dilatih sepanjang
waktu. Lebih jauh lagi, keduanya harus dipadukan agar dapat membawa
seseorang ke puncak kesuksesan. Bayangkan jika seseorang dikenal
sangat menguasai teknis pemrograman komputer tetapi tak pernah
dilibatkan dalam proyek-proyek penting. Bisa jadi, soft skill-nya dalam
hal interaksi, kolaborasi, dan komunikasi dengan orang lain harus
dipertanyakan. Sebaliknya, jika seseorang tampak pandai membawa diri
30
jawab yang membutuhkan hard skill ternyata seseorang itu
mengecewakan, reputasinya akan buruk di mata orang lain.
Perpaduan antara kumpulan keahlian di atas (baik hard skill
maupun soft skill), dilengkapi dengan pengetahuan dan pengalaman.
Atribut yang diperlukan untuk menampilkan kinerja yang bagus, disebut
kompetensi. Meskipun kompetensi bisa dibangun di dunia kerja,
unsur-unsur di dalamnya seperti yang disebut di atas, dipupuk sejak masa
sekolah. Semakin bagus kompetensi yang dimiliki, semakin besar pula
peluang untuk terus melejitkan karier.
Setiap orang di dunia pun pasti menginginkan demikian. Namun,
pada kenyataannya, ada yang telah berhasil meraihnya dan ada pula yang
belum berhasil tau bahkan telah merasa gagal dalam upaya meraih
target-target capaian penting dalam hidupnya. Faktor penting yang sering
terabaikan adalah tidak terolahnya keterampilan lunak (soft skill) dalam
dirinya. Soft skill berperan dalam dua per tiga dari serangkaian
kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan. Satu per tiga
lainnya adalah hard skill. Dari pembagian ini saja bisa dilihat secara
sederhana bahwa soft skill memiliki peran yang lebih banyak
dibandingkan dengan hard skill.
31
keterampilan teknis (hard skill) dan keterampilan mengelola diri dan
orang lain (soft skill).
Hard skill sangatlah penting untuk dikembangkan, karena
kemampuan seseorang untuk melakukan sebuah pekerjaan dengan baik
dan benar adalah tergantung bagaimana hard skill yang dia miliki. Tidak
mungkin seseorang bisa membuat sebuah alat yang berguna jika dia
tidak mengetahui cara pembuatan, tujuan, dan kegunaannya alat tersebut.
ataupun tidak mungkin seseorang mampu memperbaiki sesuatu jika dia
tidak tahu apa yang dia perbaiki.
Soft skill sering juga disebut keterampilan lunak adalah
keterampilan yang digunakan dalam berhubungan dan bekerjasama
dengan orang lain. Soft skill yang mumpuni mutlak harus dimiliki oleh
manusia sebagai modal untuk mengarungi berbagai bidang kehidupan
seperti pekerjaan, rumah tangga, organisasi masyarakat, dan lain-lain.
Sebagai contoh, di dunia kerja dalam proses perekrutan karyawan baru,
keterampilan teknis (hard skill) lebih mudah diseleksi berdasarkan daftar
riwayat hidup, indeks prestasi, pengalaman kerja dan berbagai
keterampilan yang dikuasai. Sedangkan soft skill dievaluasi berdasarkan
psikotest dan wawancara mendalam.
Dunia kerja saat ini membutuhkan sumber daya yang terampil,
sebagai seorang mahasiswa dituntut untuk mempunyai keahlian hard
skill yang tinggi. Hard skill merupakan keahlian bagaimana nilai akhir
kuliah mahasiswa/nilai akademis (IPK) mahasiswa ini sebagai
32
perusahaan, selain harus memiliki IPK yang tinggi di era persaingan
yang ketat ini mahasiswa juga dituntut memiliki soft skill yaitu
keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain
(interpersonal skill) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri
(intrapersonal skill). Hard skill maupun soft skill merupakan prasyarat
kesuksesan seorang sarjana dalam menempuh kehidupan setelah selesai
pendidikannya. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa hard skill
ditekankan pada aspek kognitif dan keahlian khusus menurut disiplin
keilmuan tertentu, sedangkan soft skill merupakan perilaku personal dan
interpersonal skill yang diperlukan untuk mengembangkan dan
mengoptimalkan kinerja seorang manusia.
Ketika seorang dosen bermaksud mengajar atau menyampaikan
materi kuliah kepada para mahasiswa, dosen terlebih dahulu harus
memiliki kemampuan untuk menguasai materi yang akan disampaikan.7
Menguasai cara untuk menyampaikan materi, menjaga agar para
mahasiswa bisa fokus pada materi yang diberikan, apakah dengan
bantuan alat seperti LCD dan penggunaan power point untuk
menayangkan slide yang berisi materi, tentu saja pengoperasiannya harus
dikuasai dengan menerangkan materi dengan alat bantu seperti papan
33
Para mahasiswa pun harus memiliki beberapa keterampilan ketika
mereka terlibat dalam proses perkuliahan yang menggunakan SKS
(Satuan Kredit Semester) yang terdiri dari kegiatan-kegiatan tertentu
yang harus terjadi dalam setiap minggunya, seperti mengikuti,
melakukan kegiatan terstruktur seperti responsi, membuat tugas,
mengikuti seminar, atau membuat makalah, kegiatan mandiri, seperti
baca pustaka, praktikum mandiri, dan lain-lain.
Paling tidak, mahasiswa harus memiliki keterampilan mengatur
waktu belajar mereka untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.
Sementara soft skill atau keterampilan halus adalah cara-cara yang
digunakan pada saat berhubungan dengan orang lain. Tujuannya adalah
untuk membangun sekaligus membina hubungan baik dengan orang lain.
Lebih jauh lagi untuk 'menjual' gagasan, ilmu pengetahuan yang dimiliki,
menawarkan hard skill, bahkan memengaruhi keyakinan orang lain,
sehingga orang lain bisa memahami bahwa kita memiliki kualitas
kompetensi diri yang baik.
Setelah itu, orang lain akan memberikan dukungan, melakukan
kerja sama, atau setuju dengan gagasan maupun pendapat yang kita
sampaikan. Karena yang kita ajak berinteraksi adalah manusia, maka
harus ada media komunikasi yang bisa menghubungkan antara kita dan
orang lain. Keberadaan bahasa terutama bahasa verbal, sangat
34
Oleh karena itu, soft skill yang paling umum dan harus dimiliki
oleh setiap orang adalah keterampilan berkomunikasi. Bagaimana
menyusun rangkaian kalimat verbal yang baik, bagaimana menggunakan
intonasi suara, bagaimana menyampaikan gagasan adalah beberapa
persoalan di antara sekian banyak persoalan dalam soft skill. Secara
teknis dan formal, komunikasi yang lebih khusus adalah presentasi, yaitu
bagaimana dalam forum resmi setiap orang bisa menyampaikan gagasan
atau pendapatnya dengan sukses.
Sehubungan dengan adanya korelasi pendidikan dengan dunia
kerja, maka perlu mindset yang sama dan pengembangan kepribadian
antara pendidikan dasar menengah sebagai penyedia bahan dasar yaitu
siswa kemudian berlanjut pada pendidikan tinggi untuk memberikan nilai
tambah bagi mahasiswa yang nantinya akan dipakai oleh dunia kerja.8
Jadi, mahasiswa dikatakan ideal apabila mahasiswa tersebut
mengupayakan dirinya untuk memiliki kompetensi hard skills dan soft
skills yang baik.
2. Komunikasi Mahasiswa
a. Pengertian Mahasiswa
35
mahasiswa tersebut. Mahasiswa yang telah selesai mengikuti segala
syarat untuk memperoleh gelar sarjana/sarjana muda, maka mereka
berhak mendapatkan ijazah dan gelar. Untuk pengakuan terhadap gelar
yang diperolehnya membutuhkan waktu yang lama, minimal tiga
setengah tahun belajar untuk menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi
serta melatih keterampilan sesuai bidangnya (hard skill) untuk gelar
sarjana (S-1) dan minimal tiga tahun untuk mendapat gelar sajana muda
(D-III).
Namun demikian, banyak mahasiswa yang hanya ingin
memperoleh ijazah saja dengan mengabaikan hard skill dan soft skill.
Hal ini terbukti bahwa mahasiswa mau memberikan sejumlah uang
kepada dosen atau dengan mendatangi kerumahnya untuk mendapatkan
nilai yang baik. Selain hal diatas, tidak rahasia lagi bagi mahasiswa
untuk memberikan uang kepada dosen pembimbing ataupun penguji
dalam mempertahankan skripsi demi kelancaran di meja hijau. Tetapi
hal ini bukan seluruhnya adalah kesalahan dosen, namun karena
mahasiswa tidak memiliki hard skill dan soft skill yang baik.
Mahasiswa seharusnya memiliki tujuan yang sama yaitu menjadi
mahasiswa yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara. Jika
mahasiswa telah memiliki penguasaan ilmu pengetahuan, memiliki
keterampilan dan memiliki soft skill yang baik maka tidak akan terdapat
lagi mahasiswa yang hanya sekedar mendapatkan gelar dan ijazah saja.
36
lebih baik. Maka dengan sendirinya kehidupan masyarakat, berbangsa
dan bernegara akan lebih baik.
Mahasiswa yang mempunyai soft skill yang baik tidak akan
menyianyiakan waktunya, menghabiskan hidupnya dengan
bersenang-senang, mabuk-mabukan, kawin di luar nikah. Akankah lebih baik jika
mahasiswa seperti yang disebutkan diatas mengikuti salah satu
organisasi baik organisasi di kampus maupun organisasi yang ada di
masyarakat sehingga mahasiswa ini akan menjadi contoh dimasyarakat
bahwa selain memiliki kemampuan juga bermoral, sopan santun, peduli
dengan masyarakat disekitarnya dan peduli dengan lingkungan. Dengan
demikian maka masyarakat akan dengan senang hati menerima
keberadaan mahasiswa di lingkungannya.
b. Prestasi Mahasiswa
Mahasiswa sebagai calon intelektual seharusnya bersikap sebagai
seorang calon intelektual yang harus terus melatih hard skill dan soft
skill-nya untuk menunjang kehidupan yang lebih baik dengan terus
belajar untuk mengembangkan intelligence quotient (IQ), emotional
quotient (EQ) dan spiritual quotient (SQ)nya. Dengan istilah life long
education (pendidikan seumur hidup) tidak selayaknya lagi ada
37
kerja dengan perguruan tinggi. Dunia kerja akan merasa puas dengan
lulusan yang memiliki hard skill dan soft skill yang baik. Nama baik
akan semakin meningkat dan akan menjadi perguruan tinggi yang
memiliki nilai lebih dari perguruan tinggi lainnya. Selain itu, maka akan
terjalin kerjasama yang baik antara perguruan tinggi dengan dunia kerja.
Dewasa ini banyak mahasiswa yang pintar sesuai dengan
bidangnya tetapi nilai dari soft skill-nya rendah. Bagaimanakah
mahasiswa ini nantinya setelah bekerja? Pejabat-pejabat di negara
indonesia ini adalah gambaran mahasiswa sebagai contoh orang-orang
yang pintar tetapi banyak diantaranya tidak memiliki moral, tidak
memiliki rasa peduli terhadap sesama atau lingkungannya. Mereka
hanya mementingkan dirinya sendiri. Darimanakah dimulai untuk
memberantas hal yang demikian? Bukankah mahasiswa-mahasiswa yang
akan menggantikan pejabat-pejabat itu nantinya? Intinya adalah sebagai
salah satu mahasiswa dari perguruan tinggi negeri harus mempersiapkan
38
B. Teori Pendekatan Rasional
Dalam penelitian mengenai keterampilan komunikasi mahasiswa,
peneliti mengacu pada teori pendekatan rasional.
Teori pendekatan rasional berorientasi pada prinsip bahwa pendekatan terhadap syarat terjadinya percakapan yang koheren didasari oleh pemikiran bahwa percakapan merupakan tindakan praktis untuk mencapai tujuan, dan karena alasan inilah pendekatan ini dinamakan
dengan pendekatan rasional.9
Dalam hal ini, para peserta percakapan harus memikirkan cara
untuk mencapai tujuan percakapan. Dengan demikian, terjadinya
percakapan yang koheren bergantung pada proses berpikir secara
hati-hati pada pihak komunikator untuk mencapai suatu tujuan.
Para komunikator harus membuat keputusan mengenai apa yang
ingin dikatakan dan bagaimana mencapai maksud atau tujuan mereka,
dan percakapan yang koheren betul-betul ditentukan oleh keseluruhan
proses berpikir untuk mencapai tujuan. Jika sequence atau urutan
tindakan terlihat rasional dalam hubungannya dengan tujuan yang
disepakati maka percakapan dapat dinilai koheren.
Bagi pendukung pendekatan rasional, pendekatan berdasarkan
39
dikaitkan dengan dua orang, yaitu Sally Jackson dan Scott Jacobs yang
keduanya dikenal menggunakan pendekatan global dalam menganalisis
percakapan.
Kedua sarjana ini menggunakan analogi permainan untuk
menjelaskan bagaimana percakapan bekerja. Permainan dikontrol oleh
seperangkat aturan yang harus diketahui oleh mereka yang bermain. Para
pemain memiliki tujuan dalam permainannya, dan mereka menggunakan
berbagai aturan permainan untuk mencapai tujuan itu.
Permainan itu sendiri adalah koheren karena pemilihan aturan yang
tepat akan dapat mencapai tujuan-tujuan yang rasional. Jadi pemain harus
memiliki dua jenis pengetahuan. Mereka harus mengetahui aturan
permainan dan mengetahui apa yang menyebabkan suatu permainan
adalah rasional di dalam batasan aturan.
Jackson dan Jacobs menetapkan dua macam aturan global yang
dibutukan untuk menghasilkan percakapan yang koheren yaitu “aturan
validitas” (validity rules) dan “aturan alasan” (reason rules). Aturan
validitas adalah aturan yang berfungsi untuk membangun kondisi yang
diperlukan agar suatu tindakan dinilai sebagai suatu tindakan yang jujur
atau benar dalam suatu rencana untuk mencapai tujuan. Aturan alasan
adalah aturan yang mengatur bagaimana seseorang menyesuaikan
pernyataannya sedemikian rupa agar logis dalam perspektif yang sesuai
40
Pada dasarnya, kedua aturan ini membantu komunikator
membangun suatu sistem yang logis sehingga percakapan akan terasa
koheren. Namun harap diingat bahwa aturan ini bisa saja dilanggar dan
percakapan yang koheren tidak selalu bisa dicapai. Komunikator bisa
pula tidak sepakat mengenai apakah suatu sequence memenuhi aturan
validitas dan aturan alasan, dan adanya ketidaksepakatan itu sering kali
menjadi dasar timbulnya konflik. Pada akhirnya, karena percakapan
bersifat praktis dan berorientasi pada tujuan maka komunikator harus
terus-menerus menilai apakah interaksi yang terjadi mengarah pada
tujuan yang diinginkan, jika tidak, penyesuaian seperti apakah yang harus
dibuat dalam percakapan. Kenyataan ini menjadikan percakapan menjadi
proses berpikir praktis bolak-balik yang dinamis.
Percakapan merupakan hal yang kompleks, karena sebagaimana
permainan harus dimainkan dengan orang lain. Tindakan seseorang harus
sesuai atau cocok dengan tindakan orang lain, dan hal ini membutuhkan
persetujuan dalam hal tujuan yang ingin dicapai dan juga sikap untuk
saling memberi. Perkataan atau ucapan memiliki kekuatan yang
mewajibkan pendengarnya untuk memahami maksud pembicara, dan
pembicara harus memenuhi kondisi tertentu agar terjadi suatu pengertian.
41
Donald Ellis mengajukan “teori makna koheren” (coherentist
theory meaning) untuk menjelaskan proses percakapan lebih jauh.
Menurut Ellis, memahami percakapan adalah suatu tindakan pragmatis,
dan komunikator menggunakan makna bersama agar percakapan menjadi
koheren. Komunikasi hanya dimungkinkan karena komunikator memiliki
makna bersama. Menurut Ellis terdapat tiga karakteristik percakapan
yang memungkinkan terjadinya pengertian yaitu kemudahan
pemahaman, organisasi, dan verifikasi.
Karakteristik pertama adalah “kemudahan pemahaman”
(intelligibility). Percakapan akan mudah dipahami jika memiliki atau
menunjuk pada bukti yang memungkinkan komunikator menarik
kesimpulan mengenai maknanya.
Karakteristik kedua adalah “organisasi”. Ucapan atau pernyataan
adalah bagian dari sistem struktur linguistik terorganisasi yang lebih
besar. Anda tidak dapat memberikan makna sesuka Anda terhadap suatu
kalimat; makna dari suatu pernyataan bersifat terbatas, dan komunikator
mengetahui kemungkinan cakupan (range) makna dari suatu pernyatan
atau ucapan. Adanya karakteristik semacam ini memungkinkan
terjadinya percakapan yang rasional.
Analogi permainan yang dikemukakan Jackson dan Jacob adalah
bermanfaat bagi kita, karena aturan permainan menjelaskan arti langkah
yang diambil dan bagaimana memberikan tanggapan secara rasional
42
mengemukakan perintah, sebagaimana contoh sebelumnya, maka
komunikator mengetahui pertanyaan yang diajukan dapat dipahami
sebagai perintah, maka pertanyaan si bapak dapat dipahami sebagai suatu
pernyataan mengenai apa yang harus dilakukan anak. Dalam situasi
seperti itu, pertanyaan itu memang harus dipahami itu.
Karakteristik percakapan ketiga yang dikemukakan Ellis adalah
“verifikasi”. Dalam arus percakapan, satu pernyataan dapat menjelaskan
atau menegaskan makna pernyataan lainnya. Ketika si anak pada contoh
tersebut menjawab, “Ya, saya akan mengambilnya” maka ia melakukan
verifikasi terhadap perintah yang disampaikan bapak. Jadi, peserta
percakapan menggunakan prinsip memberi dan menerima
(give-and-take) untuk menguji makna dan mereka memberikan pembenaran
terhadap kesimpulan yang disetujui.
Menggunakan prinsip-prinsip global tidak menghilangkan aturan
lokal. Dalam hal ini, ketentuan mengenai pasangan kalimat
berdampingan merupakan kasus khusus dari tindakan rasional. Melalui
serangkaian pernyataan, komunikator sesungguhnya melakukan
negosiasi terhadap rencana keberhasilan tujuan (goal-achievement plan).
43
koheren jika tercapai persetujuan dan tindakan yang diambil tampak
pantas untuk mencapai tujuan dimaksud.
Jackson dan Jacobs menyajikan daftar tipe ucapan yang dapat
dipahami sebagai permintaan, mulai dari ucapan yang langsung hingga
tidak relevan. Terdapat pula ucapan yang sering ditemukan pada
percakapan yang berfungsi sebagai pra-permintaan (prerequest).
Permintaan semacam ini berfungsi mempersiapkan pendengar menerima
BAB III
PAPARAN DATA PENELITIAN
A. Profil Data
1. Sejarah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Pada akhir dekade 1950, beberapa tokoh masyarakat Muslim Jawa
Timur mengajukan gagasan untuk mendirikan perguruan tinggi agama
Islam yang bernaung di bawah Departemen Agama.1 Untuk
mewujudkan gagasan tersebut, mereka menyelenggarakan pertemuan di
Jombang pada tahun 1961. Dalam pertemuan itu, Profesor Soenarjo,
Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, hadir sebagai
narasumber untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran yang
diperlukan sebagai landasan berdirinya Perguruan Tinggi Aagama
Islam dimaksud. Dalam sesi akhir pertemuan bersejarah tersebut, forum
mengesahkan beberapa keputusan penting yaitu: Membentuk panitia
pendirian IAIN, mendirikan Fakultas Syariah di Surabaya, dan
mendirikan Fakultas Tarbiyah di Malang. Selanjutnya, pada tanggal 9
Oktober 1961, dibentuk Yayasan Badan Wakaf Kesejahteraan Fakultas
45
(delapan) hektar yang terletak di Jalan A. Yani No. 117 Surabaya.
Menyediakan rumah dinas bagi para Guru Besar. Pada tanggal 28
Oktober 1961, Menteri Agama menerbitkan SK No. 17/1961, untuk
mengesahkan pendirian Fakultas Syariah di Surabaya dan Fakultas
Tarbiyah di Malang. Kemudian pada tanggal 01 Oktober 1964, Fakultas
Ushuluddin di Kediri diresmikan berdasarkan SK Menteri Agama No.
66/1964.
Berawal dari 3 (tiga) fakultas tersebut, Menteri Agama
memandang perlu untuk menerbitkan SK Nomor 20/1965 tentang
Pendirian IAIN Sunan Ampel yang berkedudukan di Surabaya, seperti
dijelaskan di atas. Sejarah mencatat bahwa tanpa membutuhkan waktu
yang panjang, IAIN Sunan Ampel ternyata mampu berkembang dengan
pesat. Dalam rentang waktu antara 1966-1970, IAIN Sunan Ampel
telah memiliki 18 (delapan belas) fakultas yang tersebar di 3 (tiga)
propinsi: Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Namun, ketika akreditasi fakultas di lingkungan IAIN diterapkan, 5
(lima) dari 18 (delapan belas) fakultas tersebut ditutup untuk
digabungkan ke fakultas lain yang terakreditasi dan berdekatan
lokasinya.
Selanjutnya dengan adanya peraturan pemerintah nomor 33 tahun
1985, Fakultas Tarbiyah Samarinda dilepas dan diserahkan
pengelolaannya ke IAIN Antasari Banjarmasin. Disamping itu, fakultas
Tarbiyah Bojonegoro dipindahkan ke Surabaya dan statusnya berubah
46
selanjutnya, IAIN Sunan Ampel memiliki 12 (dua belas) fakultas yang
tersebar di seluruh Jawa Timur dan 1 (satu) fakultas di Mataram,
Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Sejak pertengahan 1997, melalui Keputusan Presiden No. 11
Tahun 1997, seluruh fakultas yang berada di bawah naungan IAIN
Sunan Ampel yang berada di luar Surabaya lepas dari IAIN Sunan
Ampel menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) yang
otonom. IAIN Sunan Ampel sejak saat itu pula terkonsentrasi hanya
pada 5 (lima) fakultas yang semuanya berlokasi di kampus Jl. A. Yani
117 Surabaya.
Pada 28 Desember 2009, IAIN Sunan Ampel Surabaya melalui
Keputusan Menkeu No. 511/KMK.05/2009 resmi berstatus sebagai
Badan Layanan Umum (BLU). Dalam dokumen yang ditandasahkan
pada tanggal 28 Desember 2009 itu IAINSA Surabaya diberi
kewenangan untuk menjalankan fleksibilitas pengelolaan keuangan
sesuai dengan PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU).
Terhitung mulai tanggal 1 oktober 2013, IAIN Sunan Ampel
berubah menjadi UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya berdasarkan
47
d. Prof. Dr H. Bisri Affandi, MA (1987-1992)
e. Drs. KH. Abd. Jabbar Adlan (1992-2000)
f. Prof Dr HM. Ridlwan Nasir, MA (2000-2008)
g. Prof Dr H. Nur Syam, M.Si (2009-2012)
h. Prof Dr H. Abd A’la, M.Ag (2012-2018)
Saat ini UINSA Surabaya mempunyai 9 fakultas sarjana dan
pascasarjana, serta 44 program studi (33 program sarjana, 8 program
magister, dan 3 doktor) sebagai berikut:
a. Fakultas Adab dan Humaniora: Prodi Bahasa dan Sastra
Arab, Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam, dan Prodi
Sastra Inggris.
b. Fakultas Dakwah dan Komunikasi: Prodi Ilmu Komunikasi,
Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, Prodi Pengembangan
Masyarakat Islam, Prodi Bimbingan Konseling Islam, dan
Prodi Manajemen Dakwah.
c. Fakultas Syariah dan Hukum: Prodi Ahwal al-Syahshiyah
(Hukum Keluarga Islam), Prodi Siyasah Jinayah (Hukum
Tatanegara dan Hukum Pidana Islam), dan Prodi Muamalah
(Hukum Bisnis Islam).
d. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan: Prodi Pendidikan Agama
Islam, Prodi Pendidikan Bahasa Arab, Prodi Manajemen
Pendidikan Islam, Prodi Pendidikan Matematika, Prodi
48
Madrasah Ibtidaiyah, dan Prodi Pendidikan Raudhotul
Athfal.
e. Fakultas Ushuluddin dan Filsafat: Prodi Aqidah Filsafat,
Prodi Perbandingan Agama, Prodi Tafsir, dan Prodi Hadis.
f. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Prodi Ilmu Politik,
Prodi Hubungan Internasional, dan Prodi Sosiologi.
g. Fakultas Sain dan Teknologi: Prodi Ilmu Kelautan, Prodi
Matematika, Prodi Teknik Lingkungan, Prodi Biologi,
Prodi Teknik Arsitektur, Prodi Sistem Informasi, dan Prodi
Psikologi.
h. Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam: Prodi Ekonomi Syariah,
Prodi Ilmu Ekonomi, Prodi Akutansi, dan Prodi
Manajemen.
i. Pascasarjana (S2/Magister): Prodi Pendidikan Agama
Islam, Prodi Pendidikan Bahasa Arab, Prodi Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir, Prodi Studi Ilmu Hadis, Prodi Hukum
Tatanegara (Siyasah), Prodi Ekonomi Syari’ah, Prodi
Filsafat Agama, dan Prodi Komunikasi Penyiaran Islam.
j. S3 / Doktor: Prodi Pendidikan Agama Islam, Prodi Dirasah
49
Selain fakultas sebagai pelaksana pendidikan akademik, UIN Sunan
Ampel Surabaya juga memiliki lembaga penunjang pengembangan
Perguruan Tinggi, yaitu:
a. Lembaga Struktural: Satuan Pengawasan Internal (SPI),
Lembaga Penjaminan Mutu (LPM), Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Pusat Studi
PAR, Pusat Layanan Internasional.
b. Lembaga non-Struktural: Lembaga Studi Agama dan Sosial
(eL-SaS), English Language Training for Islamic Schools,
National Center for Civic Education, Lembaga
Pengembangan Kewirausahaan dan Bisnis Islam, Centre for
Peace Building.
c. Institusi Kerjasama: Islamic Development Bank (IDB),
Supporting Islamic Leadership in Indonesia Project (SILE).
d. Unit Pelaksana Teknis: Perpustakaan, Pusat Sistem
Teknologi Informasi dan Pangkalan Data, Pusat
Pengembangan Bahasa, Pusat Pengembangan Bisnis, Pusat
Layanan Internasional, Ma'had al-Jami'ah dan percetakan
UIN Press.
Fakultas dalam sebuah universitas bertindak sebagai pelaksana
akademik: pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian
50
2. Profil Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) mengembangkan
keilmuan dakwah integrative-transformative dan pada saat yang sama,
juga memusatkan perhatiannya pada pengembangan ilmu Komunikasi.
Di Fakultas Dakwah dan Komunikasi model pembelajaran ini disebut
sebagai model Experiential Learning, yaitu ketika sebuah pembelajaran
dikelas diberikan, mahasiswa juga melakukan penelitian dan
pengabdian masyarakat berbasis matakuliah.
Fakultas Dakwah dan Komunikasi mengembangkan keilmuan
dakwah melalui dua Jurusan, yaitu Jurusan Dakwah dan Jurusan
Komunikasi. Jurusan adalah satuan pelaksana akademik pada Fakultas
yang mempunyai tugas menyelenggarakan program studi dalam 1 (satu)
disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Masing-masing jurusan
terdapat Program Studi, Jurusan Dakwah terdiri dari tiga (3) program
studi yaitu Program Studi Bimbingan dan Konseling