• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN AMPEL SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN AMPEL SURABAYA."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

GAYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI FAKULTAS DAKWAH DAN

KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN AMPEL

SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Disusun oleh :

MOH.MATHORI NIM. B04211018

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Moh. Mathori, 2016. Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya.

Dinamika kehidupan manusia selalu dinamis, perubahan zaman, perkembangan teknologi semakin canggih dan tidak dapat dibendung. Semakin hari perubahan itu semakin nyata seiring perubahan pola pikir manusia dan telah membuka gerak langkahnya bagi perempuan untuk berkiprah ke dunia publik (pemimpin). Hal demikian yang menjadi latar belakang bagi penulis untuk menyusun skripsi yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana gaya kepemimpinan seorang perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian data yang didapatkan di lapangan akan dianalisa dan digambarkan dalam bentuk narasi.

Selanjutnya hasil penelitian ini menggambarkan bahwa gaya kepemimpinan perempuan yaitu Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya Dr. H. Rr. Suhartini, M.Si menggunakan gaya kepemimpinan demokratis. Terlihat bagaimana seorang pemimpin dalam memberikan peran terhadap anggotanya yang selalu terbuka terhadap saran, pendapat, maupun kritik yang membangun untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih baik.

Selain saran, pendapat, dan kritik, musyawarah mufakat merupakan ciri dari kepemimpinan demokratis. Dalam pengambilan keputusan serta kebijakan dari seorang pemimpin, pemimpin selalu melibatkan anggota yang telah dipimpin guna untuk mencapai tujuan bersama-sama dalam mengembangkan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yang lebih baik sesuai dengan visi dan misi yang telah dirumuskan.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Definisi Konsep ... 12

F. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 15

B. Kerangka Teori ... 18

C. Pengertian Dekan ... 34

D. Pengertian Fakultas ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 38

B. Lokasi Penelitian ... 39

C. Jenis dan Sumber Data ... 39

D. Tahap-tahap Penelitian ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Teknik Validitas Data ... 48

G. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambar Umum Obyek Penelitian ... 53

1. Identitas Fakultas Dakwah dan Komunikasi ... 53

2. Sejarah Singkat ... 53

3. Letak Geografis ... 56

4. Profil Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi ... 58

5. Struktur Organisasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi ... 59

6. Visi, Misi, dan Tujuan ... 61

7. Program Studi ... 62

8. Tenaga Pendidik dan Kependidikan... 65

B. Penyajian Data ... 67

(8)

BAB V PENUTUP

A. Kesempulan ... 87

B. Saran dan Rekomendasi ... 88

C. Keterbatasan Penelitian ... 89

D. Peliti Selanjutnya ... 89

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesuksesan maupun kegagalan dari berbagai organisasi umumnya

tergantung pada perilaku para pemimpinnya. Pada umumnya motivasi

bawahan, antusiasme, harapan masa depan dan bahkan kemampuan

bawahan untuk menunjukkan usahanya akan tergantung pada bagaimana

baiknya para pemimpin melakukan tugas dan kewajibannya sebagai

pemimpin. Belakangan ini banyak seorang ahli sosial, kaum akademisi

(mahasiswa) atau pun yang lainnya memusatkan dan membicarakan

tentang kepemimpinan seorang perempuan.

Dari perbincangan atau diskusi, ada pula yang menilai terhadap

perempuan tidak di perbolehkan untuk menjadi seorang pemimpin.

Peranan seorang perempuan dimata masyarakat kerap kali menjadi sebuah

persoalan, dimana masyarakat menilai bahwa perempuan hanya

diperbolehkan untuk beraktivitas didalam rumah untuk menjadi ibu rumah

tangga, mengurus suami beserta anak-anaknya dan tidak diperbolehkan

beraktivitas diluar rumah (publik). Persoalan perempuan merupakan hal

yang sangat menarik untuk di perbincangkan dan perspektif manusia

berbeda-beda dalam memberikan pengertian sekaligus menganalisa terkait

perempuan dalam hal ini tentang kepemimpinan seorang perempuan.

Didalam pandangan Islam, seorang perempuan menjadi pemimpin

(10)

2

tidak memperbolehkan bagi seroang perempuan untuk menjadi seorang

pemimpin. Pada kenyataannya sebagian masyarakat berpendapat bahwa

perempuan itu tidak boleh menjadi seorang pemimpin dan ada juga

sebagian beranggapan bahwa pemimpin itu harus laki-laki karena laki-laki

lebih unggul dibandingkan perempuan. Sesuai dengan Firman Allah SWT

yang berbunyi sebagai berikut ;









































































































Artinya : kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,

oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas

sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah

menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang

saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri, ketika suaminya

tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita

yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan

pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.

(11)

3

jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi

Maha besar. ( QS : An Nisa’ : 34)1

Dari uraian diatas, ayat diatas dijadikan sebagai referensi atau

rujukan oleh masyarakat yang tidak memperbolehkan bahkan melarang

bagi seorang perempuan untuk menjadi seorang pemimpin karena seorang

laki-laki adalah sebagai pemimpin bagi seorang perempuan.

Seiring dengan perkembangan zaman dan modernitas dimana

seorang individu bebas bergerak dengan kemampuan maupun kreatifitas

yang dimilikinya. Kemajuan dan perkembangan zaman sangat cepat

dimana pola pikir maupun pradigma masyarakat mengalami perubahan

dimana sebelumnya perempuan hanya beraktivitas didalam rumah menjadi

ibu rumah tangga, melayani suami dan menjaga anaknya. Pernyataan

seorang perempuan hanya boleh beraktivitas didalam rumah semakin hari

semakin memudar karena sudah bermunculan seorang perempuan yang

mempunyai jabatan dan kedudukan yang sejajar dengan laki-laki baik itu

dalam pemerintahan maupun kemasyarakatan.

Kepemimpinan perempuan di Indonesia sendiri terjadi sebuah

perdebatan yang sangat kuat ketika sosok Megawati Soekarno Putri

terpilih menjadi seorang Presiden Indonesia menggantikan Presiden

Abdurrahman Wahid melalui sidang MPR pada pemilu 1999. Tampil

seorang Megawati Soekarno Putri (Seorang Prempuan) sebagai pemimpin

perempuan pertama kali dalam sejarah berdirinya Negara Kesatuan

1

(12)

4

Republik Indonesia yang di usung oleh Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDI-P) mendapatkan perolehan suara terbesar dalam pemilu

1999.2 Tampilnya Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden Republik

Indonesia terjadi perdebatan yang sangat kuat dikalangan masyarakat,

apalagi dikalangan masyarakat yang punya latar belakang pondok

pesantren. Mereka beranggapan bahwa seorang perempuan tidak di

perbolehkan untuk menjadi seorang pemimpin.

Uraian diatas tentang Megawati Soekarno Putri membuktikan

bahwa seorang perempuan tidak lagi harus beraktivitas didalam rumah

menjadi ibu rumah tangga dan tidak harus pesimis dengan anggapan

orang yang tidak memperbolehkan seorang perempuan untuk menjadi

seorang pemimpin.

Dekan merupakan seorang pemimpin di tingkat Fakultas yang

bertanggung jawab dalam penyelenggara pendidikan, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat, serta membina civitas akademika maupun

tenaga pendidik dan kependidikan; dekan juga bertanggung jawab atas

mutu hasil (Tridharma Perguruan Tinggi) pendidikan, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh Fakultas yang

dipimpinnya.3

Seiring berjalannya waktu terus bergulir, tampillah sosok seorang

perempuan kelahiran Kota Blitar yaitu Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si untuk

2

Ani Wadyai soejipto, 2005, Politik Perempuan Bukan Gerhana, Kompas, Jakarta, hal. 2 3

(13)

5

berkiprah dalam kedunia publik (pemimpin). Tidak diragukan lagi

kemampuan serta kecerdasan yang dimiliki oleh Dr. Hj. Rr. Suhartini,

M.Si untuk menjadi pemimpin di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Sunan Ampel Surabaya. Berbagai pengalaman dan prestasi yang diperoleh

olehnya menunjukan bahwa Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.S.i benar-benar

melakukan kerja keras dalam mencapai atau mewujudkan apa yang

dicita-citakan untuk kemaslahatan umum.

Perempuan kelahiran Kota Blitar pada tanggal 13 Januari 1958

terpilih menjadi pimpinan (dekan) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Sunan Ampel Surabaya pada tanggal 15 Agustus 2013. Beliau merupakan

seorang pemimpin perempuan pertama kali dalam sejarah sebagai

pemimpin perempuan di lingkungan civitas akademika UIN Sunan Ampel

Surabaya. Beliau menjadi pemimpin (dekan) perempuan di Fakultas

Dakwah dan Komunikasi periode 2014-2018.

Sebelum menjadi dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Sunan Ampel Surabaya, berbagai proses yang begitu panjang untuk

mencapai puncak (pemimpin). Adapun riwayat jabatan struktural yang

pernah beliau tempuh di Fakultas Dakwah dan komunikasi UIN Sunan

Ampel Surabaya meliputi :

1. Sekretaris Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah

IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 1990-1996

2. Ketua Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah IAIN

(14)

6

3. Pembantu Dekan II Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya

tahun 2001-2004

4. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

periode 2014-2018.

Berbagai pengalaman dalam riwayat jabatan struktural yang

ditempuh sampai saat ini merupakan prestasi sekaligus kerja keras yang

dilakukan oleh Dr. Hj. Rr. Suhartini, M. Si. Untuk menunjukkan bahwa

sosok seorang perempuan mampu menunjukkan bahwa tidak harus orang

laki-laki untuk menjadi pemimpin. Yang menentukan antara pemimpin

laki-laki dan perempuan hanya dengan kemampuan dan kecerdasaan yang

dimiliki setiap manusia serta tanggung jawab sebagai pemimpin.

Jabatan struktural sebagai pemimpin (dekan) Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yang diperoleh oleh Dr. Hj. Rr.

Suhartini, M.Si bukan semata karena kebetulan atau hanya sebatas

lompatan melainkan karena kemampunan, kecerdasan, ketekunan, kerja

keras, tanggung jawab dan pengalaman yang dimiliki oleh Dr. Hj. Rr.

Suhartini, M. Si.

Selain pengalaman, prestasi, dan jabatan struktural yang dimiliki

oleh Dr. Hj. Rr. Suhartini, M. Si ada berbagai macam karya tulis atau buku

yang pernah beliau tulis selama ini, diantara karya tulisannya adalah

(15)

7

a. Dampak Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Korban Langsung Luapan

Lapindo : suatu tinjaun Strukturasi Giddens, tahun 2008

b. Metode Penelitian Kualitatif ( Dakwah Digital Press), tahun 2009

c. Trancam Lapindo : Studi Makna Religius Masyarakat Korban Lapindo

(Dakwah Digital Press), tahun 2009

d. State of The Art Phenomenology (Dakwah Digital Press), tahun 2009

e. Anatomi Teori Dekonstruksi Jasques Derrida (Dakwah Digital Press),

tahun 2009

f. Kajian Sosial Ekonomi Optimalisasi Jembatan Suramadu Tahun 2010 :

Analisis Teori Konstruksi Sosial, tahun 2010

g. Geneologi Pemikiran Kontemporer Islam dan Aplikasinya di Perguruan

Tinggi (IAIN Sunan Ampel Press), tahun 2011

Dari berbagai macam uraian diatas, bahwa Dr. Hj. Rr. Suhartini,

M.Si memiliki latar belakang yang sangat banyak dalam berkarir sekaligus

berkiprah ke dunia publik. Prestasi serta pengalaman dari tahun ke tahun

menunjukkan bahwa beliau benar-benar memiliki kemampuan dalam

kepemimpinan, ilmu pengetahuan, dan penelitian.

Secara definisi organisasi adalah merupakan wadah atau tempat

sekumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan bersama-sama.4 Dari

uraian tersebut, organisasi atau lembaga membutuhkan seorang pemimpin

untuk mengatur, mengarahkan dan menggerakkan yang pimpinnya agar

organisasi tersebut berjalan dengan apa yang diinginkan secara

4

(16)

8

sama. Seorang pemimpin tidak hanya mengatur, mengarahkan, dan

menggerakkan bawahanya akan tetapi gaya kepemimpinan sangat

dibutuhkan dalam menjalankan organisasi yang dipimpinnya.

Adapun pengertian manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota

organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya

agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.5

Dari uraian pengertian manajemen diatas, penulis menyimpulkan

bahwa manajemen dapat di definisikan sebagai bekerja dengan

orang-orang untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dengan

pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pengawasan, dan kepemimpinan.

Dalam teori The Great Man menyatakan bahwa seorang yang

dilahirkan sebagai pemimpin ia akan menjadi pemimpin apakah ia

mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin. Contoh

dalam sejarah ialah Napoleon. Ia dikatakan mempunyai kemampuan

alamiah sebagai pemimpin, yang dapat menjadikannya sebagai pemimpin

besar pada zamannya.6

Pada umumnya, kegagalan organisasi manapun itu disebabkan

kepemimpinan yang tidak efektif, mereka tidak mampu memimpin

5

Hani Handoko, 2011, Manajemen, BPFE, Yogyakarta.hal.2 6

(17)

9

bawahannya, tidak bisa bekerja sama dengan orang lain atau bahkan

mereka tidak bisa menguasai, mengendalikan diri sendiri, dan berbagai

kekeliruan terjadi sehingga roda organisasi tidak berjalan efektif sesuai

rencana yang di inginkan secara bersama. Misalnya, bawahan tidak bisa

dimotivasi untuk bekerja yang lebih baik, kurang disiplin, demikian pula

dengan relasi organisasi tidak terjalin kerjasama yang baik dengan lainnya

dan juga perilaku pemimpin sendiri yang tidak bisa memberi contoh

terhadap bawahannya yang dipimpin. Seperti dalam Firman Allah SWT.











































































Artinya : Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para

Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di

muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan

(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan

menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji

Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku

mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." ( QS : Al Baqorah : 30 )7

Dalam uraian ayat diatas, dapat dijelaskan bahwa manusia

mempunyai keistimewaan sendiri dibandingkan dengan makhluk ciptaan

7

(18)

10

Tuhan yang lainnya dimuka bumi ini. Keistimewaan ini bisa dilihat dari

sisi penciptaan fisik maupun personalitas krakter yang dimiliki oleh

manusia dan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah

dengan akalnya. Karena keistimewaan itu, manusia memiliki tugas dan

kewajiban yang berbeda dengan makhluk lainnya..

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang di uraiakan diatas maka masalah

umum yang hendak dicarikan jawaban melalui penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Bagaimana Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah

dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan diatas, maka peneliti

bertujuan untuk menggambarkan bagaimana Gaya Kepemimpinan

Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel

Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Dengan adanya penelitian tentang gaya kepemimpinan, peniliti

mengembangkan pemahaman tentang teori-teori yang berhubungan

dengan teori gaya kepemimpinan untuk menjawab rumusan masalah

(19)

11

b. Manfaat Praktis

Peneliti berharap penelitian ini menjadi acuan atau referensi

bagi :

a) Obyek Peneliti

Dari penelitian ini diharapkan dapat membantu dan

memberi masukan tentang gaya kepemimpinan perempuan di

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

b) Bagi Peniliti

Dapat memberikan tambahan khasanah keilmuan maupun

wawasan bagi peneliti bagaimana mengaplikasikan teori

kepemimpinan dan gaya kepemimpinan pada kehidupan sehari-hari

yang diperoleh selama proses belajar di Program Studi Manajemen

Dakwah (MD) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan

Ampel Surabaya

c) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

Dengan adanya penelitian tentang Gaya Kepemimpinan

Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan

Ampel Surabaya. Peneliti mengharap para jajaran Fakultas

Dakwah dan Komunikasi diharapkan dapat menjadi masukan

dalam memimpin organisasisi maupun lembaga dan mampu

mengambil pengetahuan beserta referensi dalam hal gaya

kepemimpinan perempuan.

(20)

12

1. Gaya kepemimpinan

Menurut Miftah Thoha mengemukakan bahwa gaya

kepemimpinan merupakan norma prilaku yang digunankan oleh

seorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang

lain atau bawahan yang dipimpin.8

dari uraian diatas tentang gaya kepemimpinan dapat dijelaskan

bahwa setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang

berbeda-beda bagaimana gaya tersebut mampu di aplikasikan untuk

mempengaruhi anggota yang di pimpin dan seorang pemimpin harus

memahami situasi agar mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan

yang akan akan diterapkan terhadap anggota yang di pimpin.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat di uraikan bahwa gaya

kepemimpinan perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikas UIN

Sunan Ampel Surabaya yang dimaksud oleh peneliti adalah norma

prilaku pimpinan (dekan) sebagai pemimpin tertinggi di Fakultas

Dakwah dan Komunikasi dalam memimpin anggota yang di pimpin

serta bagaimana mengaplikasikan gaya kepemimpinan dalam

melakukan aktivitas sehari-harinya.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan runtutan sekaligus untuk

mempermudah penulisan skripsi, maka dalam skripsi ini dibagi beberapa

8

(21)

13

bab dalam beberapa bab terdapat sub-sub bab sehingga dapat dipahami

oleh pembaca. Adapun susunan sistematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

a) Latar Belakang Masalah

b) Rumusan Masalah

c) Tujuan Penelitian

d) Manfaat Penelitian

e) Definisi Konsep

f) Sistematika Pembahasan

BAB II : KAJIAN TEORITIK

a) Penelitian Terdahulu Yang Relevan

b) Kerangka Teori Dalam Perspektif Islam (Sub-bab khusus)

BAB III : METODE PENELITIAN

a) Pendekatan dan Jenis Penelitian

b) Lokasi Penelitian

c) Jenis dan Sumber Data

d) Tahap-tahap Penelitian

e) Tekhnik Pengumpulan Data

f) Teknik Validitas Data

g) Teknik Analisis Data

(22)

14

a) Gambaran Umum Obyek Penelitian

b) Penyajian Data

c) Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data)

BAB V : PENUTUP

a) Kesimpulan

b) Saran dan Rekomendasi

c) Keterbatasan Penelitian

Bagian akhir dalam penulisan skripsi ini adalah daftar pustaka,

lampiran-lampiran meliputi instrumen penelitian seperti pedoman

wawancara, observasi, dokumentsi, surat keterangan hasil penelitian,

kartu konsultasi kepada dosen pembimbing, biodata dekan, dan biodata

(23)

15

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Gaya Kepemimpinan Perempuan Dalam Lembaga Pendidikan

Islam (Studi Kasus di MTs Negeri Yogyakarta 1) yang disusun oleh

Dennis Haruna Nim 05470030 Fakultas Tarbiyah Jurusan/Program Studi

Kependidikan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2009.1

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis

mengenai bagaimana model kepemimpinan kepala sekolah perempuan

dilembaga pendidikan islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif dengan mengambil latar MTs Negeri Yogyakarta 1.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi

dan dokumentasi. Analisis data yang diperoleh dengan menggunakan

metode deskriptif-analitik yakni menganalisa data yang diperoleh sesuai

dengan data dari lapangan dan sumber data pada penelitian ini diantara

kepala sekolah perempuan, 10 guru, dan 10 karyawan.

Hasil penelitian ini adalah model kepemimpinan perempuan kepala

sekolah di MTs Negeri Yogyakarta 1 merupakan orang yang

menggunakan model kepemimpinan kontingensi fiedler, terlihat dengan

adanya hubungan baik antara pemimpin dan anggotanya, kepercayaan

diantara pemimpin dan anggotanya, kepribadian pemimpin yang baik,

1

(24)

16

ketegasan, loyalitas pemimpin, dan rasa hormat anggotanya terhadap

pemimpin serta struktur kerja yang jelas.

Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Perempuan (Studi Kepala Desa

Suka Jaya dan Kepala Desa Paya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten

Pesawaran) yang di susun oleh Siti Fei Kenia Nournabilla Jurusan Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung

Tahun 2014.2

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Data yang didapatkan

di lapangan akan diolah dan disajikan dalam bentuk teks narasi. Hasil

penelitian ini menggambarkan bahwa kedua Kepala Desa Suka Jaya dan

Kepala Desa Paya dalam pelaksanaan gaya kepemimpinannya yaitu

menerapkan gaya kepemimpinan transformasional dan menerapkan gaya

kepemimpinan situasional. Hal ini berdasarkan pelaksanaan fungsi-fungsi

kepemimpinan. Gaya Kepemimpinan Kedua Kepala Desa tersebut

menganggap staf/rekan kerja sebagai “teman” yang dihargai. Terjalinnya

pertemanan antara pemimpin dengan bawahan dapat menciptakan

hubungan kerja sama yang baik dan kepemimpinan yang efektif.

Dari uraian diatas, persamaan dan perbedaan pada penelitian yang

dilakukan oleh Dennis Haruna dan Siti Fei Kenia Nournabilla dengan

2

Siti Fei Kenia Nournabilla, 2014. Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Perempuan (Studi Kepala Desa Suka Jaya dan Kepala Desa Paya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)

(25)

17

peneliti Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya sama-sama meneliti tentang

Gaya Kepemimpinan dengan menggunakan penelitian kualitatif dan

pengumpulan data dengan metode yang sama yaitu observasi, wawancara,

dan dokumentasi akan tetapi perbedaan terletak pada objek penelitian serta

analisis data yang diperoleh dengan metode deskriptif-analitik sedangkan

peneliti sendiri mengunakan metode penelitian kualitatif deskriptif-naratif

serta menggunakan teknik observasi partisipatif dan gaya kepemimpinan

yang berbeda.

Dari penelitian terdahulu yang di uraikan diatas agar lebih jelas

[image:25.595.110.538.277.751.2]

dapat dibuat tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1

No Nama

Peneliti Jenis Karya Tahun Penelitian Metode Penelitian

Hasil Temuan Perbedaan

11 Dennis

Haruna

Skripsi 2009 Kualitatif

Deskriptif

Model

Kepemimpinan

perempuan

kepala sekolah

di MTs Negeri

Yogyakarta 1

menggunakan model kepemimpinan kontingensi fiedler. Obyek Penelitian, Lokasi

Penelitian, dan

analisis data

menggunakan

metode

(26)

18

2 Siti Fei

Kenia

Nournabill

a

Skripsi 2014 Kualitatif

Deskriptif

Kepala Desa

Suka Jaya dan

Kepala Desa

Paya dalam

pelaksanaan gaya kepemimpinan menerapkan gaya kepemimpinan transformasion

al dan

menerapkan gaya kepemimpinan situasional. Obyek Penelitian, Lokasi Penelitian,

Analisis data

menggunakan

metode

deskriptif-naratif, dan

Observasi

partisipatif.

B. Kerangka Teori

1. Pengertian Kepemimpinan

Didalam kajian pustaka terdapat banyak pengertian kepemimpinan

yang dikemukakan oleh para pakar tentang kepemimpinan menurut

perspektifnya masing-masing. Dari berbagai pengertian tentang

kepemimpinam terdapat banyak kesamaan diantara pengertian-pengertian

yang dikemukakan oleh beberapa pakar maupun tokoh yang

memungkinkan adanya pengkelompokan terhadap pengertian tentang

kepemimpinan kemudian disederhanakan untuk memahami lebih jelas

(27)

19

Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin”

(lead) berarti bimbing atau tuntun, dengan begitu di dalam terdapat dua

pihak yaitu yang dipimpin (rakyat) dan yang memimpin (imam). Setelah

ditambah awalan “pe” menjadi “pemimpin” (leader) berarti orang yang

mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan kominikasi sehingga

orang lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dan

setelah ditambah akhiran an menjadi pimpinan artinya orang yang

mengepalai. Apabila dilengkapi dengan awalan ke menjadi kepemimpinan

(leadership) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam

mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakuakan tindakan

pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang bersangkutan

menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok yang dipimpin.3

Dari uraian diatas dapat dijelaskan secara sederhana bahwa

kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang

lain agar orang lain tersebut mau diarahkan untuk mencapai tujuan

tertentu. Dalam hal ini tujuan organisasi atau lembaga yang dipimpin oleh

seorang pemimpin.

Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi mengemukakan

bahwa Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin,

3

(28)

20

artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau

kelompok. 4

Menciptakan pengaruh adalah inti dari aktivitas kepemimpinan, hal

itu dapat berupa menggerakkan, mengorganisir dan sebagainya.

Merangkum dari beberapa pandangan, Kartono merumuskan pengertian

kepemipinan dari para tokoh sebagai berikut :5

a. Benis mendefinisakan kepemimpinan “ ...the process by wich

an agent induces a subordinate to behave in desired manner” (

Suatu proses dimana seorang agent menyebabkan bawahan

bertingkah laku menurut satu cara yang berlaku.

b. Odway Tead mendefinisikan kepemimpinan adalah sebagai

kegiatan/usaha mempengaruhi orang lain agar mereka mau

bekerja sama.

c. George Terry mendefenisikan kepemimpinan merupakan

sebagai kegiatan memengaruhi orang-orang agar berusaha

mencapai tujuan-tujuan kelompok.

d. Howard H. Hoyt mendefisinikan kepemimpinan sebagai seni/

keterampilan memengaruhi tingkah laku manusia dan

kemampuan untuk membimbing orang.

4

Miftah Thoha, 1998, Prilaku organisasi, Raja Grafindo Persada, Bandung, hal.255

5

(29)

21

Kepemimpinan adalah proses dimana seorang atau sekelopok

orang (tim) memainkan pengaruh atas orang lain (tim) lain, menginspirasi,

memotivasi, dan mengarahkan aktivitas mereka untuk mencapai sararan.6

Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan adalah suatu proses interaksi sosial untuk mempengaruhi

antara pemimpin dan yang dipimpin. Didalam kehidupan apapun, jika

terdapat aktivitas yang mempengaruhi suatu kelompok atau organisasi

maka disitu ada aktivitas kepemimpinan. Aktivitas kepemimpina terjadi

dimana saja termasuk dalam kehidupan sehari-hari kita dengan sahabat,

temen, keluarga, maupun dengan yang lain.

Menurut Stoner didalam buku Manajemen mengemukakan bahwa

kepemimpinan (Manajerial) dapat didefinisikan sebagai suatu proses

pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan kelompok

anggota yang saling berhubungan tugasnya.7

Ada beberapa pengertian kepemimpinan yang dikemukakan oleh

para ahli selain yang dikemukan diatas, yaitu: 8

1) Stephen P. Robbins mengatakan, kepemimpinan adalah

kemampuan untuk mempengaruhi kelompok kearah tercapainya

sebuah tujuan.

6

Mohammad Karim, 2010, Konsep Kepemimpinan Transformasional, UIN Maliki Press, Malang, hal. 14

7

T. Hani Handoko, 2011, Manajemen Edisi , BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, Hal.294 8

(30)

22

2) Richard L. Daft mengatakan, kepemimpinan (leadership) adalah

kemampuan mempengaruhi orang yang mengarah kepada

pencapaian tujuan.

3) Ricky W. Griffin mengatakan, pemimpin adalah individu yang

mampu mempengaruhi perilaku orang lain tanpa harus

mengandalkan kekerasan; pemimpin adalah individu yang diterima

oleh orang lain sebagai pemimpin.

4) Kepemimpinan ( Leadership) memiliki arti luas, yaitu meliputi

ilmu tentang kepemimpinan, teknik kepemimpinan, seni

kepemimpinan, ciri kepemimpinan, serta sejarah kepemimpinan.

Dari uraian yang dikemukan oleh beberapa tokoh diatas bahwa

kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah

organisasi, karena kepemimpinan merupakan sesuatu yang tidak dapat di

pisahkan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan mempengaruhi

orang lain atau kelompok untuk bekerja bersama-sama demi tercapainya

visi dan misi yang ingin di capai didalam organisasi atau pun lembaga.

Disampin itu, setiap organisasi selalu mengalami perubahan sesuai

kebutuhan dan perkembangan zaman yang selalu berubah dan dinamis.

Maka dari itu, setiap organisasi memerlukan seorang pemimpin yang peka

terhadap situasi disekitarnya ataupun kebutuhan yang terjadi pada saat ini

maupun masa depan, dalam hal ini sangat diperlukan seorang pemimpin

yang mampu memberikan perubahan yang lebih baik untuk mencapai

(31)

23

Wahjosumidjo juga mengemukakan pengertian kepemimpinan sebagai berikut. “ Kepemimpinan merupakan kemampuan dan keterampilan seorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan suatu kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif, ia memberikan sumbangsih

nyata dalam pencapaian tujuan organisisasi.”9

2. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah cara atau teknik seseorang dalam

menjalankan suatu kepemimpinan dengan berusaha mempengaruhi

perilaku orang-orang yang dipimpin.10

Miftah Thoha mengemukakan dalam buku prilaku organisasi

bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma prilaku yang

digunankan oleh seorang pada saat orang tersebut mencoba

mempengaruhi prilaku orang lain atau bawahan yang dipimpin.11

Gaya kepemimpinan (Style) ialah cara pemimpin membawa

diri sebagai pemimpin, cara ia berlagak, dan tampil dalam

menggunakan kekuasaannya.12

Dari uraian diatas tentang gaya kepemimpinan dapat dijelaskan

bahwa gaya kepemimpinan merupakan sebuah prilaku, cara atau

teknik seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinan agar

9

Mohammad Karim, 2010, Konsep Kepemimpinan Transformasional, UIN Maliki Press, Malang, hal. 24

10

M. Ngalim Purwanto, 2006, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung, hal. 48

11

Miftah Thoha, 1998, Prilaku Organisasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 278. 12

(32)

24

anggota yang di pimpin mengikuti arahan sesuai dengan apa yang di

perintahkan.

3. Tipe/Gaya Kepemimpinan

Dari cara seorang pemimpin dalam melakukan

kepemimpinannya itu dapat digolongkan atas beberapa gaya/ tipologi ;

a. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Otoriter)

Kepemimpinan otokratis (Otoriter) adalah kepemimpinan

yang cara memimpinnya menganggap organisasi sebagai miliknya

sendiri. Sehingga seorang pemimpin bertindak sebagai diktator

terhadap para anggota organisasinya dan menganggap mereka itu

sebagai bawahannya dan merupakan alat atau mesin, tidak

diperlakukan sebagaimana manusia.13

Seorang pemimpin yang tergolong pemimpin otakratis

(otoriter) memiliki serangkaian krakteristik yang dapat dipandang

sebagai krakteristik negatif, analisis yang rasional memamng

membenarkan pandangan yang demikian.14

Dari uraian diatas dapat disederhakan bahwa gaya

kepemimpinan otokratis merupakan gaya kepemimpinan dimana

pengambilan keputusannya dalam segala hal terpusat pada seorang

pemimpin, para bawahan hanya bergerak menjalankan tugas-tugas

13

Sondang P. Siagian, 1994, Teori dan Praktek Kepemimpinan, PT Rineka, Jakarta, hal. 40

14

(33)

25

yang diatur oleh pemimpin. Tipe kepemimpinan otakratis ini lebih

cendrung egois, suka memaksa tanpa lebih dulu konsultasi maupun

musyawarah terhadap anggotanya dan tidak suka menerima

pendapat dari orang lain.

Seorang pemimpin yang otoriter akan menunjuk berbagai

sikap yang akan menonjolkan kelakuannya antara lain dalam

bentuk:15

a) Kecendrungan melakukan bawahan para bawahan sama dengan

alat-alat dalam organisasi, kurang menghargai martabat

bawahan.

b) Mengutamakan orientasi pada pelaksanaan dan penyelesaian

tugas tanpa mengaitkannya dengan kebutuhan dan kepentingan

para bawahan.

c) Pengabaian peran bawahan dalam proses pengambilan

keputusan, dan para bawahan dituntut untuk melaksanakannya

saja dari keputusan yang telah diambil itu.

b. Tipe Kepemimpinan Paternalistik

Kepemimpinan paternalistik adalah seorang pemimpin

yang bersifat kebapaan, ia menganggap bawahannya bagaikan anak

yang belum dewasa.16 Tipe pemimpin yang paternalistik banyak

terdapat di lingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional,

15

Sondang P. Siagian, 1994, Teori dan Praktek Kepemimpinan, PT Rineka, Jakarta, hal. 32 16

(34)

26

umumnya di masyarakat agraris. Seorang pemimpin yang

paternalistik ini dalam hal-hal yang tertentu sangat dibutuhkan,

akan tetapi sebagai pemimpin pada umumnya kurang efektif.

Kepemimpinan yang telah diuraikan diatas merupakan gaya

kepemimpinan yang selalu memberikan pengawasan terhadap

bawahannya. Tujuannya adalah untuk melindungi bawahan dan

untuk memberikan arahan seperti halnya seorang bapak kepada

anaknya.

c. Tipe Kepemimpinan Kharismatik

Kepemimpinan kharismatik adalah bahwa pemimpin

tersebut mempunyai daya tarik sendiri. Pemimpin yang kharismatik

mampu menguasai bawahannya karena mereka diliputi oleh

kepercayaan yang luar biasa terhadapnya. Para pengikut seorang

pemimpin yang kharismatik tidak pernah mempersoalkan nilai

yang diikuti, sikap, gaya dan perilaku yang digunakan pemimpin

diikutinya. Kemampuan untuk menguasai bawahannya yang

terdapat pada diri seorang pemimpin yang kharismatik disebabkan

kepercayaannya yang luar biasa kepada kemampuannya itu.17

17

(35)

27

Kepemimpinan kharismatik adalah pemimpin yang ide atau

gagasan, pemikiran, konsep, teori, suasana batin, dan perilakunya

meyakinkan orang lain. 18

Seorang pemimpin kharismatik merupakan seorang

pemimpin yang dianggap mempunyai kekuatan ghaib atau

kesaktian yang tidak dapat di indra secara ilmiah, sehingga

dikagumi para bawahannya meskipun para bawahannya tidak

selalu dapat menjelaskan secara konkrit mengapa orang tersebut

dikagumi.

d. Kepemimpinan Laissez Faire

Kepemimpinan laissez faire adalah seorang pemimpin yang

mempunyai krakteristik sikap permisif, dalam arti bahwa para

anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan

dan bisikan hati nuraninya asal saja kepentingan bersama tetap

terjaga dan tujuan organisasi tetap tercapai.19

Gaya kepemimpinan laissez faire dapat dicirikan sebagai

berikut:20

1. Kebebasan lengkap untuk keputusan kelompok atau individual

dengan minimum partisipasi pemimpin.

18

Mohammad Karim, 2010, Konsep Kepemimpinan Transformasional, UIN Maliki Press, Malang, hal. 14

19

Sondang P. Siagian, 1994, Teori dan Praktek Kepemimpinan, PT Rineka, Jakarta, hal. 32 20

(36)

28

2. Macam-macam bahan yang disediakan oleh pemimpin, yang

dengan jelas mengatakan bahwa ia akan menyediakan

keterangan apabila ada permintaan ia tidak turut berpartisipasi

bagian dalam diskusi kelompok.

3. Pemimpin tidak berpartispasi sama sekali

4. Komenter spontan yang tidak frekwen atas aktifitas anggota dan

ia tidak berusaha sama sekali untuk menilai atau mengatur

kejadian-kejadian.

Pemimpin dengan tipe Laissez faire menyerahkan

sepenuhnya pekerjaan kepada bawahannya untuk menyelesaikan

pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya

akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak ikut campur

tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu

tergantung pada inisiatif dari para bawahannya, sehingga dianggap

cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya

bekerja bebas tanpa tekanan. Bawahan dapat berkreasi sebaik

mungkin untuk menyelesaikan pekerjannya

Dari uraian diatas dapat disederhakan bahwa anggota

diberikan kepercayaan penuh oleh pemimpinnya untuk melakukan

sebuah pekerjaan yang telah ditetapkan secara bersama-sama dan

tetap menjaga kepentingan organisasi. Seorang pemimpin

menganggap anggotanya telah dewasa dan dapat bertanggung

(37)

29

e. Tipe Kepemimpinan Demokratik (Demokratis)

Kepemimpinan demokratik (Demokratis) adalah seorang

pemimpin yang memandang peranannya sebagai kordinator dan

integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga

bergerak sebagai suatu totalitas.21 Dalam melaksanakan tugasnya

ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran

dari para bawahannya, demikian juga terhadap kritik yang

membangun dari bawahannya dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam pembuatan keputusan. Pemimpin demokratik

memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi.

Gaya kepemimpinan demokratis dalam melaksanakan

tugasnya selalu menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan

saran dari para bawahannya, demikian juga terhadap pendapat

saran, dan kritik yang membangun dari bawahannya dijadikan

sebagai umpan balik dan bahan pertimbangan dalam pembuatan

keputusan.

Gaya pemimpin yang paling ideal dan paling didambakan

adalah gaya kepemimpinan demokratik.22 Karena gaya

kepemimpinan demokratis selalu mengikutsertakan anggota yang

dipimpin dalam pengambilan keputusan untuk mencapai musyawarah mufakat dan kebaikan organisasi yang lebih baik.

21

Sondang P. Siagian, 1994, Teori dan Praktek Kepemimpinan, PT Rineka, Jakarta, hal. 32 22

(38)

30

Menurut Ngalim Purwanto gaya kepemimpinan demokratis

dapat diketahui sebagaimana berikut 23:

1. Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat

bahwa manusia itu makhluk yang termulia.

2. Selalu berusaha menyingkronkan kepentingan dan tujuan

organisasi dengan kepentingan dari tujuan pribadi bawahan.

3. Senang menerima saran, pendapat, dan kritik dari bawahan.

4. Mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan.

5. Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan

membimbingnya.

6. Mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses dari pada

dirinya.

7. Selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai

pemimpin

Didalam buku yang berjudul prilaku organisasi terdapat

empat ciri kepemimpinan demokratis.24

a) Semua kebijaksanaan merupakan bahan pembahasan

kelompok dan keputusan kelompok yang dirangsang dan

dibantu oleh pemimpin.

23

M. Ngalim Purwanto, 2006, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung , hal. 52.

24

(39)

31

b) Perspektif aktivitas dicapai selama diskusi berlangsung.

Dilukiskan langkah-langkah umum kearah tujuan kelompok

dan apabila diperlukan nasehat teknis, maka pemimpin

menyarankan dua atau lebih banyak prosedur-prosedur

alternatif yang dipilih.

c) Para anggota bebas untuk bekerja dengan siapa yang

mereka kehendaki dan pembagian tugas terserah kelompok.

d) Pemimpin bersifat obyektif dalam pujian dan kritiknya dan

ia berusaha untuk menjadi anggota kelompok secara mental.

Tanpa terlampau banyak melakukan pekerjaan tersebut.

Kepemimpinan yang demokratis adalah pemimpin

katalisator dari berbagai pendapat yang ada diantara

pengikut-pengikutnya. Ia selalu meminta pendapat-pendapat dari

pengikutnya sebelum menentukan sesuatu keputusan terakhir tetap

berada di tangan seorang pemimpin.25

Seorang pemimpin yang demokratik selalu dihormati dan

disegani dan bukan ditakuti karena prilakunya dalam kehidupan

organisasional perilakunya mendorong para bawahannya

menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi, kreativitasnya,

25

(40)

32

dengan sungguh-sungguh ia mendengarkan pendapat, saran, dan

bahkan kritik dari orang lain, terutama bawahannya.26

Dari beberapa uraian diatas, dapat disederhanakan bahwa

kepemimpinan demokratis dapat diterapkan dimana dalam

pengambilan keputusan dalam rapat tertentu untuk kepentingan

organisasi, seorang pemimpin mengikutsertakan atau

bersama-sama bawahannya, baik diwakili oleh orang-orang tertentu atau

berpartisipasi langsung dalam pengambilan keputusan dalam forum

rapat ataupun yang lainnya. Seorang pemimpin demokratis

menganggap dirinya bagiaan dari kelompok dan bersama-sama

untuk melakukan pekerjaan dalam mencapai sebuah tujuan yang

ingin dicapai.

f. Kepemimpinan Situasional

Kepemimpinan situasional adalah kepemimpinan yang

mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi dan keadaan sebagai

faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil

melakukan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien.

Kepemimpinan situasional menekankan bahwa keefektifan

kepemimpinan seseorang bergantung pada pemilihan gaya

26

(41)

33

kepemimpinan yang tepat dalam menghadapi situasi tertentu dan

tingkat kematangan jiwa bawahan.27

Gaya kepemimpinan situasional yang dikembangkan oleh

Hersey dan Blanchard. Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin

yang selalu berusaha menyesuaikan dengan situasi dan kondisi

organisasi, serta bersifat fleksibel dalam menyesuaikan dengan

kematangan bawahan dan lingkungan kerjanya.28

g. Kepemimpinan Transfomasional

Kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses

dimana pimpinan dan bawahan nya berusaha untuk mencapai

moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Kepemimpinan

transformasional merupakan gaya kepemimpinan bagi seorang

pemimpin yang cenderung memberi motivasi kepada bawahan

untuk melakukan tindakan yang lebih baik dan menitik beratkan

pada perilaku membantu/transformasi antar individu dengan

organisasi.

Dari beberapa macam tipologi/gaya kepemimpin yang di

uraikan diatas, penilti lebih menfokuskan tentang tipe/gaya

27

Mohammad Karim, 2010, Konsep Kepemimpinan Transformasional, UIN Maliki Press, Malang, hal. 14

28

(42)

34

kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Sunan Ampel Surabaya. Seorang pemimpin harus mengetahui

apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta mengetahui apa

yang harus dikerjakan dalam menghadapi perubahan-perubahan

yang selalu dinamis dan kehadiran seorang pemimpin sejatinya

akan membantu dan menjadi aktor utama perubahan dalam

organisasi yang di pimpin.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

gaya kepemimpinan merupakan sebuah gaya atau prilaku seorang

pemimpin dalam menjalin hubungan yang saling mempengaruhi

diantara pemimpin dan anggota (bawahan), menginginkan

perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama serta

bagaimana seorang pemimpin dalam mempengaruhi untuk

mengarahkan anggotanya secara efektif dan efisien dalam rangka

mencapai tujuan suatu organisasi yang dipimpin.

C. Pengertian Dekan

Dekan adalah pemimpin Fakultas yang berwenang dan

bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di fakultas.29

Dekan merupakan pimpinan fakultas yang berwenang dan

bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan belajar mengajar

29

(43)

35

dimasing-masing fakultas atau sekolah dilingkungan Universitas yang

dibantu oleh para wakil dekan.30

Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa dekan merupakan

pimpinan atau pemimpin tertinggi di Fakultas dan dibantu oleh Wakil

Dekan I, II, III, Prodi/jurusan, Tenaga Pendidik, dan Tenaga Kependidikan

yang bekerja di bawah naungan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Sunan Ampel Surabaya.

D. Pengertian Fakultas

1. Fakultas

Fakultas adalah himpunan sumber daya pendukung yang

menyelenggarakan dan mengelola pendidikan, akademik, advokasi,

atau profesi dalam satu rumpun disiplin ilmu pengetahuan, teknologi,

dan/atau seni.31 Fakultas adalah bagian administratif pada sebuah

Universitas namun secara umum Fakultas diartikan sebagai sebuah

divisi dalam sebuah Universitas yang terdiri dari suatu area subyek

atau sejumlah bidang studi terkait, sebuah fakultas dibagi menurut

ilmu yang diajarkan pada bagian Universitas.32

2. Jurusan/Program Studi

Jurusan adalah himpunan program studi dalam sub rumpun

ilmu yang menyelenggarakan dan mengelola pendidikan dan Program

30

M. Dahlan Al Barry, 1994, Kamus Imiah Populer, Arkola, Surabaya, hal. 97 31

Ibid,. hal. 6

32

(44)

36

Studi adalah kesatuan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang

memiliki kurikulum dan metode pembelajaran tertentu dalam satu jenis

pendidikan akademik, pendidikan profesi, dan/atau pendidikan

advokasi.33

Ada beberapa pembagian ilmu yang diajarkan pada Fakultas

Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Ada lima

Program Studi (Prodi), yaitu Ilmu Komunikasi (ILKOM), Komunikasi

Penyiaran Islam (KPI), Bimbingan Konseling Islam (BKI),

Manajemen Dakwah (MD), dan Pengembangan Masyarakat Islam

(PMI). Masing-masing Program Studi mempunyai jurusan atau

konsentrasi yang berbeda-beda sebagai berikut :

1. Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam ada dua peminatan,

yaitu Jurnalistik dan Public Speaking.

2. Program Studi Ilmu Komunikasi menawarkan konsentrasi

Broadcasting, Public Relation, dan Advertising.

3. Program Studi Bimbingan Konseling Islam menawarkan

konsentrasi dalam bidang Konseling Masyarakat, Keluarga, dan

Kelompok.

4. Program Studi Manajement Dakwah menawarkan konsentrasi

dalam bidang Manajement Kelembagaan dan Enterpreniurship.

(45)

37

5. Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam sendiri berharap

penuh kepada mahasiswanya agar terampil dalam hal Analisi

(46)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini akan menggambarkan dan menjelaskan bagaimana

mengaplikasikan Gaya Kepemimpinan Perempuan yang dilakukan oleh

Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

yakni Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si. Pendekatan penelitian ini menggunakan

pendekatan penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik,

bahwa dasarnya menyatakan dalam keadaan sebenarnya atau sebagaimana

adanya (natural setting) dengan tidak merubah dalam bentuk simbol-

simbol atau bilangan.1

Jenis penelitian yang digunakan oleh peniliti adalah jenis penelitian

deskriptif kualitatif. Deskriptif adalah data yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum.2

Dari uraian diatas, peneliti akan menjelaskan dan menggambarkan

dalam bentuk narasi tentang data yang diperoleh dari obyek yang diteliti

tentang gaya kepemimpinan perempuan di Fakultas Dakwah dan

1

Hadari Nawawi dan Mini Martini, 1996, Penelitian Terapan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, hal. 174.

2

(47)

39

Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya dengan sistematis, terstruktur,

dan akurat sebagaimana data yang diperoleh.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dijadikan obyek adalah Fakultas Dakwah

dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yang bertempat di Fakultas

Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya JL. A Yani No.

117 Surabaya.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data meliputi sebagai berikut :

a. Jenis Data

Jenis data yang akan dikumpulkan oleh peneliti merupakan

jawaban atas pertanyaan yang dilakukan oleh peneliti terhadap

obyek yaitu tentang gaya kepemimpinan perempuan di fakultas

dakwah dan komunikasi kemudian diajukan terhadap masalah yang

dirumuskan di latar belakang yang telah ditetapkan. Pada penelitian

ini, terdapat dua jenis data yaitu :

1) Data Primer (pokok)

Sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data langsung ke pengumpul data.3 Dalam hal ini

data yang akan di kumpulkan oleh peneliti mengenai Gaya

3

(48)

40

Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya adalah Dr. Hj. Rr.

Suhartini, M.Si. kemudian untuk menambah data yang

dibutuhkan lagi, peneliti mencari informasi tembahan sebagai

data kepada orang-orang yang berkenan dengan objek peneliti

yaitu Wakil Dekan, Kaprodi, Sekprodi, Kasubbag Umum, Staff

Subbag Umum, dan Dosen dibawah naungan Fakultas Dakwah

dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

2) Data Sukunder (Penunjang)

Data sekunder adalah data atau sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya

melalui orang lain atau lewat dokumen.4 Data sekunder

merupakan data pelengkap yang dianggap penting untuk

mendukung data pokok.

Adapun jenis data sekunder yang dimaksud oleh peneliti

sebagaimana berikut :

(a) Identitas Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan

Ampel Surabaya

(b) Sejarah Singkat Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Sunan Ampel Surabaya

(c) Letak Geografis Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Sunan Ampel Surabaya

4

(49)

41

(d) Profi Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan

Ampel Surabaya

(e) Struktur Organisasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Sunan Ampel Surabaya

(f) Visi, Misi, dan Tujuan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Sunan Ampel Surabaya

(g) Program Studi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Sunan Ampel Surabaya

(h) Tenaga Pendidik (Dosen) dan Tenaga Kependidikan

(Tenaga Administrasi) Fakultas Dakwah dan Komunikasi .

2. Sumber data

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data meliputi :

1. Responden, yaitu pimpinan (dekan) Fakultas Dakwah dan

Komunikasi terkait tentang gaya kepemimpinan perempuan di

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

2. Informan, yaitu Wakil Dekan, Kaprodi, Sekprodi, Staff Subbag

Administasi dan Akademik, Kabag Umum, Staff Subbag

Umum, dan Dosen di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Sunan Ampel Surabaya.

3. Dokumen, yaitu data yang dimiliki oleh fakultas dakwah dan

(50)

42

D. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan diuraikan

sebagai berikut;

1. Tahap Pra Lapangan

Dalam melaksanakan tahapan pra lapangan oleh peneliti adalah

sebagai berikut :

a. Menyusun Rancangan Agenda Penelitian

Latar belakang masalah penelitian :

1. Kajian pustaka desertai dengan teori

2. Memilih lapangan penelitian

3. Menentukan jadwal penelitian

4. Rancangan pengumpulan data dan analisis data

5. Kesimpulan hasil penelitian

b. Memilih Lokasi Penelitian

Dalam hal ini peneliti melakukan observasi atau menelusuri

obyek maupun subyek yang akan diteliti oleh peneliti. Dalam pemilihan

lapangan penelitian, peneliti menentukan obyek peneilitian yakni

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

(51)

43

Peneliti mengurus surat perizinan kepada pihak Ketua Program

Studi Manajemen Dakwah (MD) Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Sunan Ampel Surabaya untuk diberikan kepada lokasi penelitian

yaitu Pimpinan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel

Surabaya yang bertempat di Jln. A.Yani No. 117 Surabaya.

d. Memilih Obyek Penelitian

Dalam hal ini peneliti meninjau langsung kondisi keadaan

maupun situasi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel

Surabaya dan berdiskusi santai dengan obyek yang diteliti oleh peneliti

tentang Gaya Kepemimpinan Perempuan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi yaitu Pimpinan Fakultas Dakwah dan Komuniksi UIN

Sunan Ampel Surabaya.

e. Memilih Informan Dalam Penelitian

Informan disini meliputi Dekan, Wakil Dekan, Kaprodi,

Sekprodi, Staff Subbag Administasi dan Akademik, Kabag Umum,

Staff Subbag Umum, dan Dosen di Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Sunan Ampel Surabaya.

f. Menyiapkan Peralatan Penelitian

Dalam hal ini, demi kelancaran yang akan dilakukan oleh

(52)

44

perlengkapan materi (panduan wawancara) maupun non materi meliputi

alat tulis menulis dan hal-hal yang berhubungan dengan penelitian.

2. Tahap Pekerja di Lapangan

a. Memahami Latar penelitian dan Persiapan Diri

Dalam memahami latar penelitian, peneliti perlu memahami

tentang penelitian terdahulu untuk dijadikan sebuah acuan agar

kegiatan wawancara dengan informan berjalan dengan lancar sesuai

rencana yang sudah ditentukan.

b. Memasuki Lapangan Penelitian

Dalam memasuki lapangan penelitian, peneliti mencari data

atau informasi tentang apa yang diteliti oleh peneliti meliputi Gaya

Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Sunan Ampel Surabaya.

c. Berperan Serta Mengumpulkan Data Penelitian

Dalam hal ini peneliti berperan aktif dalam mencari data atau

informasi data yang diperoleh dari obyek yang di teliti.

d. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data disini yaitu diarahkan untuk menjawab

rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan oleh

(53)

45

melakukan proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil telaah pustaka, wawancara, dan hasil

dokumentasi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode survey

dengan teknik ; observasi, wawancara,dan studi dokumentasi.

1. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

yang diteliti oleh peneliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui

hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya

sedikit/kecil.5

Jenis pertanyaan yang digunakan oleh peneliti dalam wawancara

mendalam ini adalah pertanyaan terbuka. Alasannya karena ini

memungkinkan perolehan variasi jawaban sesuai dengan pemikiran

informan. Dalam hal ini, informan dapat memberikan jawaban secara

lebih terinci serta mendapatkan kesempatan mengekspresikan caranya

dalam menjawab pertanyaan. Dalam rangka mengatasi kemungkin

adanya jawaban yang tidak sesuai atau tidak relevan dan tidak standar

yang mempersulit pengelolaan data maka peneliti berusaha sedapat

mungkin menanyakan informan untuk memperoleh jawaban misalnya

5

(54)

46

dengan menggunakan teknik-teknik probing (mengorek jawaban

informan agar terarah pada tujuan penelitian).

Dalam tahapan wawancara ini, peneliti menggunakan sampel

para struktur organisasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan

Ampel Surabaya periode 2014-2018 meliputi Dekan, Wakil Dekan,

Kaprodi, Sekprodi, Staff Subbag Administasi dan Akademik, Kabag

Umum, Staff Subbag Umum, dan Dosen di Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Adapun dari tujuan wawancara yang dilakukan oleh peneliti

adalah untuk menemukan jawaban terkait rumusan masalah yang ada

latar belakang dalam penulisan skripsi yaitu Gaya Kepemimpinan

Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel

Surabaya.

2. Observasi (Pengamatan)

Istilah Observasi diturunkan dari bahasa latin yang berarti

melihat dan memperhatikan. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan

memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan

mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.6

Observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang

prilaku, aktivitas, peristiwa, proses kerja, gejala-gejala alam, dan

6

(55)

47

responden yang ditetapkan oleh peneliti meliputi Dekan, Wakil Dekan,

Kaprodi, Sekprodi, Staff Subbag Administasi dan Akademik, Kabag

Umum, Staff Subbag Umum, dan Dosen di Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Agar hasil obsevasi dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya maka hasil observasi akan dibandingkan dengan hasil

observasi peneliti yang lainnya misalnya wawancara dan dokumentasi.

3. Dokumentasi

Teknik studi dokumentasi digunakan dalam penelitian ini untuk

mengumpulkan data-data yang terekam dalam dokumen baik dokumen

pribadi maupu dokumen yang bersifat umum. Dokumen pribadi adalah

catatan, rekaman, atau karangan seseorang secara tertulis tentang

tindakan dan pengalamannya. Pengumpulan dokumen ini dimaksud

untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi di struktur organisasi

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Adapun dokumen resmi disini dimaksud untuk menggali data yang di

publikasikan.

Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis oleh peneliti

dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Dengan metode ini

diharapkan peneliti mampu menganalisa secara mendalam dan dapat

(56)

48

dilakukan dengan tahapan-tahapan reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan

F. Teknik Validitas Data

Teknik Validitas Data merupakan salah satu pijakan serta dasar

obyektif dari hasil yang dilakukan dengan pengecekan kualitatif. Dalam

teknik pengecekan data

Gambar

  Tabel 2.1
Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

“ Ya kalau saya dulu pernah mengaji,wartawan itu kan menyebarkan informasi, kalau menyampaikan berita baik akan di pandang baik kalau menyampaikan berita tidak baik

Temuan penelitian ini adalah bahwa cara penggunaan media komunikasi dalam peningkatan prestasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri

Terdapat empat motif yang didapat dari penelitian ini, diantaranya adalah (1) Motif untuk menemukan informasi, mahasiswa Ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

Poster jagalah kebersihan kalau pada dasarnya tidak ada kesadaran dan pembiasaan dalam keseharian individu Mahasiswa itu sendiri untuk menjaga lingkungan sekitar.

Sebagai pemimpin fakultas, dekan harus memiliki gaya kepemimpinan dalam memimpin agar tercipta sebuah inovasi baru atau perubahan baru yang yang memiliki nilai

Pola komunikasi diagonal yang terjadi antara pemimpin divisi dengan anggota bawahan dalam satu divisi maupun di luar divisi. Pemimpin divisi selalu membuat komunikasi

Arti dalam Bahasa Indonesia, konseling adalah proses pembelajaran yang berorientasi pada proses lingkungan sosial secara personal dengan sederhana, yang mana seorang

Selain jujur, karakter kepemimpinan yang harus ditonjolkan yaitu sikap Adil. Karena seorang pemimpin lembaga pendidikan di era modern ini harus benar-benar adil