• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI ORGANISASI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA KOMISARIAT UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI ORGANISASI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA KOMISARIAT UIN SUNAN AMPEL SURABAYA."

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ORGANISASI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM

INDONESIA KOMISARIAT UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

OLEH :

M. SAMSUD DHUKHA

B36212085

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

M. Samsud Dhukha, 2016. Komunikasi Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dalam Membentuk Kader Insan Ulul Albab di UIN Sunan Ampel Surabaya. Kata Kunci : Komunikasi Organisasi, PMII, Insan Ulul Albab.

Komunikasi Organisasi menurut Gold Halber yaitu arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain (the flow of message within a network of interdependent relationship). Secara umum, pemaknaan organisasi adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama. Tujuan bersama tersebut yang kemudian memotivasi setiap pelaku organisasi untuk mencapainya. Dalam perkembangannya, setiap organisasi butuh akan adanya proses kaderisasi. Hal ini disebabkan, setiap organisasi butuh akan adanya regenerasi. Dengan demikian, proses kaderisasi wajib hukumnya dilaksanakan oleh setiap organisasi. Begitu pula dengan yang dilaksanakan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di lingkungan UIN Sunan Ampel Surabaya. PMII di UIN Sunan Ampel Surabaya telah melaksanakan proses kaderisasi dalam upaya untuk regenerasi keberlanjutan organisasi tersebut. Selain hal itu, tujuan organisasi PMII adalah membentuk insan ulul albab. Proses kaderisasi PMII di UIN Sunan Ampel Surabaya memiliki tiga model kaderisasi. Pertama, kaderisasi formal. Dimana didalamnya ada Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA), Pelatihan Kader Dasar (PKD). Kedua, kaderisasi informal, adalah bentuk kaderisasi yang dititik beratkan untuk melibatkan kader dalam setiap aktifitas organisasi. Ketiga, kaderisasi non formal, berupa pelatihan- pelatihan dan atau sekolah- sekolah. Dengan melalui ketiga proses kaderisasi tersebut, PMII di UIN Sunan Ampel Surabaya dapat mencapai sebuah tujuan organisasi yaitu menjadikan kader sebagai insan ulul albab melalui tiga tahap. Pertama, dengan materi kaderisasi. Dalam konteks ini, kader ditempa diranah kognitifnya. Dengan berbagai macam bekal wacana dan pengetahuan yang diberikan, diharapkan kader menjadi kaya akan wawasan. Kedua, dengan proses kaderisasinya. Dalam fase ini, proses penempaan ranah afektif sangat tampak. Dengan dalih proses seleksi alam, kader benar- benar memiliki mental yang tangguh dalam menjalankan proses kehidupan. Ketiga, program kerja kepengurusan. Dalam fase ini, proses penempaan ranah psikomotorik sangat berjalan dengan baik. Dimana kader diolah menjadi seseorang yang profesional dalam bekerja dan bertindak dalam kehidupan sehari- hari. Di ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik kader benar- benar diperhatikan dan digarap secara serius. Kerangka konsep insan ulul albab yang terbagi menjadi 16 sikap yang ada di dalam al- qur’an sudah dapat dilihat dari

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING... i

PERSETUJUAN TIM PENGUJI... ii

PERNYATAAN KEASLIAN... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...... iv

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR BAGAN... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kajian Penelitian Terdahulu ... 7

F. Definisi Konsep ... 9

G. Metode Penelitian ... 11

H. Teknik Pengumpulan Data ... 15

I. Teknik Analisa Data ... 17

J. Pengecekan Keabsahan Data ... 18

K. Sistematika Pembahasan ... 19

BAB II : LANDASAN TEORITIK A. Komunikasi Organisasi (Organizational Comunication) 1. Pengertian Komunikasi ... 21

2. Pengertian Organisasi ... 22

3. Pengertian Komunikasi Organisasi ... 24

4. Bentuk pendekatan dalam komunikasi organisasi ... 29

a. Pendekatan Struktur dan Fungsi ... 29

b. PendekatanHuman relation... 30

c. Pendekatan Kultur atau Budaya ... 31

d. Pendekatan Resolusi Konflik ... 33

5. Dimensi-Dimensi dalam Komunikasi Organisasi ... 40

a. Komunikasi Internal ... 40

b. Komunikasi Eksternal ... 41

B. Konsep Ulul Albab 1. Pengertian Insan Ulul Albab ... 42

2. Ciri-ciri Insan Ulul Albab ... 45

(8)

A. Gambaran Organisasi PMII ... 55 a. Latar Belakang Pembentukan PMII ... 55 b. Organisasi- Organisasi Pendahulu dan Proses Dklarasi .. 56 c. Proses Independensi PMII ... 59 d. Makna Filosofis ... 60 e. Kondisi Obyektif Organisasi PMII di UIN Sunan

Ampel Surabaya... 63 B. Komunikasi Organisasi PMII dalam Membentuk Kader

Insan Ulul Albab... 71 1. Proses Komunikasi ... 74 2. Proses Pengkader ... 78

BAB IV : Analisis Komunikasi Organisasi PMII dalam Membentuk Kader

Insan Ulul Albab di Komisariat UIN Sunan Ampel Surabaya

A. Analisis Proses Komunikasi Organisasi PMII di Komisariat UIN Sunan Ampel Surabaya………. 104 B Analisis Komunikasi Organisasi PMII dalam Membentuk Kader

Insan Ulul Albab di Komisariat UIN Sunan Ampel

Surabaya……… 108

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 120 B. Saran ... 123

(9)

DAFTAR TABEL

[image:9.595.135.481.226.563.2]

Tabel 1.1 Jumlah Kader PMII UIN Sunan Ampel Cabang Surabaya

(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Struktur Organisasi Pengurus Komisariat PMII UIN Sunan Ampel

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melihat Fenomena yang terjadi pada saat ini, sangat tidak mungkin jika

seseorang tidak melakukan interaksi atau berinteraksi dengan sesama. Bahkan

saling berinteraksi bisa disebut sebagai kebutuhan pokok dalam kehidupan.

Begitu juga solidaritas yang harus tetap terjaga di manapun seseorang berada.

Interaksi sosial adalah kunci kehidupan sosial, karena tanpa adanya interaksi

sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama bertemunya orang-perorangan

secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu

kelompok sosial. Pergaulan hidup yang seperti itu baru akan terjadi jika yang satu

dengan yang lain saling bekerja sama, saling berbicara, dan melakukan pekerjaan

yang akhirnya mencapai suatu tujuan bersama. Maka dapat dikatakan berinteraksi

adalah dasar proses sosial yang menunjuk pada kehidupan yang dinamis. Tanpa

pengetahuan dasar organisasi sukar untuk mengetahui apa yang sesungguhnya

terjadi dalam suatu organisasi, termasuk proses komunikasi yang ada di

dalamnya.1

Komunikasi dalam sebuah organisasi membantu anggota untuk mencapai

tujuan pribadi. Namun komunikasi yang dilakukan juga diarahkan atau bertujuan

untuk mencapai tujuan organisasi. Komunikasi dalam organisasi merupakan hal

sangat dianjurkan dan penting. Bagaimana tidak, organisasi merupakan

1

(12)

2

sekelompok orang yang berkumpul dalam satu wadah untuk mendapatkan

tujuan dan hasil yang sama. Oleh karenanya, suatu organisasi harus memahami

perubahan iklim komunikasi yang terjadi di dalamnya. Karena, Setiap individu

dalam kelompok pasti memiliki pemikiran dan keputusan yang berbeda-beda.

Seperti yang terjadi di kalangan remaja bangsa, terutama pada kalangan

terpelajar seperti para mahasiswa-mahasiswa. Cara berpikir mereka pasti

memiliki perbedaan. Oleh karenanya dibutuhkan kesolidaritasan dalam sebuah

organisasi untuk tetap bisa membangun iklim komunikasi yang kondusif.

Memahami kondisi seseorang butuh wawasan yang tidak sedikit. Salah

satunya yaitu mengetahui iklim komunikasi. Iklim komunikasi yang penuh

persaudaraan mendorong para anggota organisasi berkomunikasi secara terbuka,

rileks, ramah tamah terhadap anggota yang lain.2

Dalam membangun solidaritas, ada banyak hal dasar yang perlu diketahui.

Salah satunya adalah mengetahui iklim komunikasi pada sebuah organisasi. Teori

komunikasi membantu banyak orang memahami suasana komunikasi yang terjadi

di sebuah organisasi tersebut. Ada banyak hal yang dapat membantu seseorang

mengetahui iklim komunikasi. Salah satunya dengan memberikan kepercayaan

terhadap anggota lain. Adanya rasa percaya antar individu secara tidak langsung

menjelaskan bahwa pemikiran mereka tidak terlalu berbeda. Kalaupun ada sedikit

pebedaan pasti bisa terselesaikan. Karena setiap komunikasi yang dilakukan

2

(13)

3

didasari dengan rasa percaya. Kepecayaan yang tinggi meminimalisir adanya

kesalahfahaman dalam setiap proses komunikasi.

Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada

peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam

mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk

komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang

dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa

yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi

pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan

suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis

organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan

situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.3

Begitu pula yang terjadi dalam Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus

(ORMEK) bernama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Organisasi

yang memiliki tujuan “Membentuk Kader Insan Ulul Albab” ini juga memiliki

pola dan mekanisme sistem demi mencapai tujuan organisasinya tersebut.

Selain adanya struktur organisasi, PMII juga memiliki sistem kaderisasi

dalam upaya proses regenerasi. Ada tiga pola kaderisasi di PMII yaitu: Kaderisasi

Formal, Kaderisasi InFormal dan Kaderisasi Non Formal. Dalam proses

kaderisasi inilah tercipta pola dan mekanisme komunikasi organisasi. Dengan

demikian, PMII juga akan menerapkan pola komunikasi organisasi baik antara

3

(14)

4

struktur dengan anggota, anggota dengan anggota maupun struktur dengan

perorangan atau komunitas di luar organisasi (baca: jejaring organisasi).

Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Merupakan wadah

bagi mahasiswa yang ingin berorganisasi di extra kampus. Mahasiswa Islam

Indonesia sebagai salah satu eksponen pembaharu bangsa dan pengemban misi

intelektual berkewajiban dan bertangung jawab mengemban komitmen keislaman

dan keindonesiaan demi meningkatkan harkat dan martabat umat manusia dan

membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan

baik spritual maupun material dalam segala bentuk.

Dari sini sangat jelas bahwa PMII dalam konteks ini berusaha

mewujudkan kader-kadernya menjadi kader Insan Ulul Albab sebagaimana tujuan

dan usaha-usaha yang telah termaktub dalam Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga PMII (AD/ART PMII). Dalam Anggaran Dasar PMII BAB IV

telah dijelaskan; Pasal 4 tentang Tujuan PMII berbunyi “Terbentuknya pribadi

muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu,

cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen

memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”.4 Dalam pasal 5 Anggaran

Dasar PMII Tentang Usaha PMII pada ayat (1) dan (2) berbunyi “Menghimpun

dan membina mahasiswa Islam sesuai dengan sifat dan tujuan PMII serta

peraturan perundang-undangan dan paradigma PMII yang berlaku. Melaksanakan

4

(15)

5

kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang sesuai dengan asas dan tujuan PMII

serta mewujudkan pribadiinsan Ulul Albab”.5

Sedangkan citra kader insan Ulul Albab di PMII dijelaskan sebagai sosok

pribadi yang selalu haus akan ilmu, dengan senantiasa berdzikir kepada Allah

SWT, berkesadaran historis primodial atas relasi Tuhan-manusia –alam, berjiwa

optimis transedental sebagai kemampuan untuk mengatasi masalah kehidupan,

berpikir dialektis, bersikap kritis dan bertindak transformatif.6

Dalam hal ini yang menjadi pembeda antara PMII dan organisasi lain

yakni dalam proses tujuan organisasi. HMI adalah organisasi islam yang berada

dikalangan mahasiswa. Di dalam AD/ART HMI dijelaskan dalam anggaran dasar

hmi pasal 4 tentang tujuan organisasi, berisikan mission hmi: “terbinannya insan

akademis pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggungjawab atas

terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah swt” disingkat menjadi

kualitas insan cita. Insan akademis, anak hmi harus bersifat ilmiah, kritis, suka

terhadap keilmuaan. Pencipta, itu seperti inovasi untuk kader, pengabdi kader hmi

diharuskan ikhlas dalam proses amal. Bernafaskan islam acuannya terhadap

alquran dan hadis. Tujuan akhir kader bisa menciptakan masyarakat yang adil dan

makmur. sedangkan PMII Dalam Anggaran Dasar PMII BAB IV telah dijelaskan;

Pasal 4 tentang Tujuan PMII berbunyi “Terbentuknya pribadi muslim Indonesia

yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan

5

Ibid.Anggaran Dasar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (AD PMII) BAB IV Pasal 4.

6

(16)

6

bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan

cita-cita kemerdekaan Indonesia”.7Dalam pasal 5 Anggaran Dasar PMII Tentang

Usaha PMII pada ayat (1) dan (2) berbunyi “Menghimpun dan membina

mahasiswa Islam sesuai dengan sifat dan tujuan PMII serta peraturan

perundang-undangan dan paradigma PMII yang berlaku. Melaksanakan kegiatan-kegiatan

dalam berbagai bidang sesuai dengan asas dan tujuan PMII serta mewujudkan

pribadi insan Ulul Albab”.8 Dari sini sudah sangat jelas bahwasannya dalam

konteks tujuan PMII dan organisasi lain yakni HMI, sudah sangat berbeda. maka

dalam hal ini PMII menjadi satu-satunya organisasi yang bertujuan membentuk

kadernya menjadi insan ulul albab.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang ada di atas, kiranya ada rumusan masalah

sebagaimana berikut: Bagaimana proses komunikasi organisasi Pergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia dalam Membentuk Kader Insan Ulul Albab di UIN

Sunan Ampel Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Dengan adanya beberapa rumusan masalah yang sudah ada di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui proses komunikasi

organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

7

Anggaran Dasar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (AD PMII) BAB IV Pasal 4.

8

(17)

7

Dari penelitian ini, diharapkan dapat membawa beberapa manfaat yang

kemudian dapat dikembangkan dikemudian hari. Adapun manfaat penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah untuk menambah khasanah dalam

pembelajaran mengenai Iklim Komunikasi Organisasi Pergerakan Mahasiswa

Islam Indonesia dalam Membentuk Kader Insan Ulul Albab di UIN Sunan

Ampel Surabaya dan memberikan sumbangsih terhadap perkembangan Ilmu

Komunikasi terutama berkaitan dengan Komunikasi Organisasi.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat :

a. Memberikan wacana dan informasi mengenai komunikasi organisasi

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dan relevansinya dalam upaya

membentuk kader insan ulul albab.

b. Memberikan wacana dan informasi mengenai komunikasi organisasi

pada setiap elemen organisasi agar dapat dengan mudah mencari

referensi terkait dengan pola dan mekanisme system komunikasi

organisasi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi secara efektif

dan efisien.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap

(18)

8

diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti,

yaitu:

Analisis Komunikasi Organisasi Komunitas Kaskus Regional Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan oleh Yoga Hartanto pada tahun 2012. Tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi organisasi, arus pesan

komunikasi organisasi dan hambatan dalam komunikasi organisasi. Hasil

penelitiannya adalah menunjukkan bahwa arus pesan komunikasi organisasi

berjalan dengan baik, secara umum proses komunikasi ke bawah yang dilakukan

leader meningkatkan etos kerja sama dengan bawahannya. Komunikasi formal

maupun non formal dilakukan oleh leader memiliki peran yang besar dalam

menciptakan iklim organisasi yang antara bawahan kepada atasan. Perbedaan

dalam penelitian ini dengan yang peneliti lakukan adalah terletak pada

pembahasan, subyek, obyek dan lokasi penelitian.

Pola Komunikasi Organisasi Dalam Lembaga Kemahasiswaan Studi

Kasusnya Di Senat Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana Periode

2009-2010. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola komunikasi

senat mahasiswa universitas UKSW salatiga serta distorsi yang mempengaruhi

komunikasi tersebut. Dan hasil penelitiannya adalah senat mahasiswa UKSW

periode 2009-2010 melakukan komunikasi dengan tiga pola yakni komunikasi

vertical, horizontal, dan diagonal. Dan beberapa factor distorsi yang

mempengaruhi komunikasi adalah sikap dan gaya kepemimpinan, perbedaan

(19)

9

peneliti lakukan adalah terletak pada pembahasan, subyek, obyek, dan lokasi

penelitian.

F. Definisi Konsep

1. Komunikasi Organisasi:

komunikasi organisasi terdiri dari presepsi-presepsi atas unsur-unsur

tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini didefinisikan, disepakati,

dikembangkan, dan dikokohkan secara berkesinambungan melalui interaksi

dengan anggota organisasi lainnya. Pengaruh ini menghasilkan pedoman bagi

keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan individu, dan mempengaruhi

pesan-pesan mengenai organisasi.9

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa komunikasi menunjukkan

korelasi dengan pelaksanaan organisasi secara keseluruhan. Penelitian Fred T.

Allen mengungkapkan bahwa karyawan yang memiliki informasi yang lebih

baik akan menjadi karyawan yang baik pula. Definisi Komunikasi Organisasi

Menurut Para Ahli- Organisasi merupakan suatu kesatuan atau perkumpulan

yang terdiri atas orang-orang/bagian-bagian yang di dalamnya terdapat

aktivitas kerja sama berdasakan pola dan aturan-aturan untuk mencapai tujuan

bersama.

2. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia:

9

(20)

10

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia adalah organisasi ekstra

kampus yang didirikan pada tanggal 17 April 1960 oleh kalangan mahasiswa

Nahdlatul Ulama’. Organisasi ini kini berkembang sangat pesat dan memiliki

struktur mulai dari tingkat pusat sampai pada tingkat fakultas di

masing-masing kampus di Indonesia. Struktur tertinggi organisasi ini disebut

Pengurus Besar (PB PMII), ditingkat regional ada Pengurus Koordinator

Cabang (PKC PMII), ditingkat kota atau kabupaten adalah Pengurus Cabang

(PC PMII), ditingkat kampus atau perguruan tinggi adalah Pengurus

Komisariat (PK PMII) dan ditingkat fakultas adalah Pengurus Rayon (PR

PMII).

3. Insan Ulul Albab:

Istilah Ulul Albab dapat ditemukan dalam teks al-Qur’an sebanyak 16

kali dibeberapa tempat dan topik yang berbeda, yaitu dalam QS. Al-baqoroh:

179,197, 269; QS. Ali Imran: 7, 190; al-Maidah: 100; yusuf: 111; al ra’d: 19;

Ibrahim: 52; shad: 29,43; al-zumar: 9, 18, 21; al-mu’min: 54 dan al thalaq:

10.Insan Ulul Albab memiliki 5 ciri antara lain (1) kekokohan akidah, (2)

kedalaman spiritual, (3) komitmen terhadap akhlak yang mulia, (4) keluasan

ilmu, dan (5) kematangan profesional. Kelima ciri tersebut berdasarkan hasil

kajian terhadap istilah "Ulul Albab" yang terdapat dalam 16 ayat Al-Qur'an,

ditemukan adanya 16 karakteristik yang dapat dituangkan dalam 5 ciri utama

yakni: (1) selalu sadar akan kehadiran Tuhan pada dirinya dalam segala situasi

(21)

11

mengenali alam semesta dengan akal (pikir), sehingga sampai kepada bukti

yang sangat nyata akan keagungan Allah swt dengan segala ciptaannya, (2)

tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah, serta mampu memisahkan

yang jelek dari yang baik, kemudian dipilih yang baik walaupun harus

sendirian dalam mempertahankan kebaikan itu dan walaupun kejelekan itu

dipertahankan oleh sekian banyak orang, (3) mementingkan kualitas hidup

baik dalam keyakinan, ucapan maupun perbuatan, sabar dan tahan uji

walaupun ditimpa musibah dan diganggu oleh syetan (jin dan manusia), serta

tidak mau membuat onar, keresahan, kerusuhan dan berbuat makar di

masyarakat, (4) bersungguh-sungguh dalam mencari dan menggali ilmu

pengetahuan, dan kritis dalam menerima pendapat, teori atau gagasan dari

mana pun datangnya, serta pandai menimbang-nimbang untuk ditemukan

yang terbaik dan (5) bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain untuk

memperbaiki masyarakatnya, dan tidak suka duduk berpangku tangan di

laboratorium belaka, serta hanya terbenam dalam buku-buku di perpustakaan,

tetapi justru tampil di hadapan masyarakat, terpanggil hatinya untuk

memecahkan problem yang ada di tengah-tengah masyarakat.

G. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Kualitatif, menurut Bogdan dan

Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong mengemukakan metode kualitatif

(22)

12

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.10Penelitian kualitatif menghasilkan secara khusus kekayaan data

yang rinci tentang banyak jumlah orang yang terbatas dan khusus. Tidak

hanya itu, menyediakan kedalaman dan kerincian melalui pengutipan secara

langsung.11Jadi jenis penelitian yang digunakan peniliti adalah deskriptif

kualitatif.

Pendekatan Penelitian bersifat diskripitif dapat diartikan sebagai

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau

melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.12

b. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus

pengumpul data. Instrumen selain manusia dapat digunakan seperti pensil,

kertas tape recorder dan lain sebagainya namun fungsinya terbatas sebagai

pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian

ini mutlak diperlukan. Maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan

penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada.

c. Obyek Penelitian

10

Lexy J Moleong,Metode Penelitian Kualitatif( Bandung : Remaja Rosdakarya,2002), 3.

11

Michael Quin Patton,Metode Evaluasi Kualitatif, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), 5.

12

(23)

13

Obyek dalam penelitian ini adalah pengurus dan kader Organisasi

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat UIN Sunan Ampel

Surabaya. Adapun alasan dipilih lokasi ini adalah karena letak kantor

secretariat organisasi tersebut yang mudah dijangkau. Selain itu, pengurus dan

kader organisasi tersebut sangat kooperatif dan terbuka.

d. Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah subyek darimana data diperoleh.13 Sumber data

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata atau pernyataan-pernyataan

yang disampaikan oleh responden,14 dan tingkah laku yang ditujukan oleh

obyek penelitian.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan dan

memerlukannya. Data primer disebut juga data asli. Dalam penelitian ini

peneliti mendapatkan data primer tentang Iklim Komunikasi Organisasi

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dalam membentuk Kader Insan

Ulul Albab di UIN Sunan Ampel Surabaya.

13

Suharsini Arikunto,Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek,( Jakarta : Rineka Cipta, 1989 ) ,102.

14

(24)

14

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari

sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari

perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu. Data sekunder

disebut juga data yang tersedia. Data sekunder biasa dikatakan sebagai

data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti

dari subyek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan data

melalui buku-buku, dokumenproses kaderisasi dan pola komunikasi dalam

organisasi.

e. Tahap-tahap Penelitian

Adapun rincian prosedur penelitian yang dilakukan peneliti adalah:

1. Tahap Pra - Penelitian, yang meliputi:

Pra -Penelitian adalah tahap sebelum berada di lapangan, pada

tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain : mencari permasalahan

penelitian melalui bahan-bahan tertulis, kegiatan-kegiatan ilmiah dan non

ilmiah dan pengamatan atau yang kemudian merumuskan permasalahan

yang bersifat tentatif dalam bentuk konsep awal, berdikusi dengan

orang-orang tertentu yang dianggap memiliki pengetahuan tentang permasalahan

yang ada, menyusun sebuah konsep ide pokok penelitian, berkonsultasi

dengan pembimbing untuk mendapatkan persetujuan, menyusun proposal

penelitian yang lengkap, perbaikan hasil konsultasi, serta menyiapkan

(25)

15

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian adalah tahap yang sesungguhnya. Selama berada

dilapangan, pada tahap penelitian ini dilakukan kegiatan antara lain

menyiapkan bahan – bahan yang diperlukan seperti surat izin penelitian,

perlengkapan alat tulis, instrumen penelitian, dan alat perekam lainnya,

berkonsultasi dengan pihak yang berkepentingan dengan latar penelitian

untuk mendapatkan persetujuan penelitian, mengumpulkan data atau

informasi yang terkait dengan fokus penelitian, berkonsultasi dengan

dosen pembimbing, menganalisis data, membuat draf awal konsep hasil

penelitian.

3. Tahap Pasca Penelitian

Pasca penelitian adalah tahap sesudah kembali dari lapangan, pada

tahap pasca penelitian ini dilakukan kegiatan – kegiatan antara lain:

menyusun konsep laporan penelitian, berkonsultasi dengan dosen

pembimbing, perampungan laporan penelitian, perbaikan hasil konsultasi,

pengurusan kelengkapan persyaratan ujian akhir dan melakukan revisi

seperlunya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertahapan dalam

penelitian ini adalah bentuk urutan atau berjenjang yakni dimulai pada

tahap pra penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, tahap pasca penelitian.

Namun, walaupun demikian sifat dari kegiatan yang dilakukan pada

masing-masing tahapan tersebut tidaklah bersifat ketat, melainkan sesuai

(26)

16

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian,

diantaranya yaitu:

1. Observasi

Menurut S. Margono observasi diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan secara sistematik yang tampak pada obyek penelitian.15Metode

ini digunakan untuk mengamati fenomena-fenomena mengenai

manajemen pengembangan kewirausahaan. Observasi yang digunakan

oleh peneliti yaitu observasi berjarak, dimana peneliti melakukan sebuah

pengamatan dari jarak jauh mengenai iklim komunikasi organisasi.

Adapun data–data yang perlu diobservasi yaitu:

a) Data yang berkaitan dengan Komunikasi Organisasi Pergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat UIN Sunan Ampel

Surabaya.

b) Data yang berkaitan tentang problematika Komunikasi Organisasi

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat UIN Sunan

Ampel Surabaya

2. Wawancara atau Interview

Wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau

lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau

15

(27)

17

sekelompok subjek penelitian untuk dijawab.16Metode ini digunakan

untuk memperoleh informasi atau data: pola komunikasi organisasi di

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dalam membentuk Insan Ulul

Albab di UIN Sunan Ampel Surabaya. Sasaran yang akan diinterview atau

diwawancara yaitu :

a) Ketua Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia UIN

Sunan Ampel Suabaya.

b) Kader Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia UIN

Sunan Ampel Suabaya.

3. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mencari data yang berupa

benda-benda tertulis, buku-buku, majalah, foto, peraturan, catatan harian. Dalam

penelitian ini penggunaan metode dokumentasi dilakukan untuk menggali

informasi tentang profil Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia UIN

Sunan Ampel Surabaya.

I. Teknik Analisa Data

Analisis adalah mengelompokkan, membuat suatu uraian,

memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca.

Tujuan analisis data adalah untuk menyederhanakan, sehingga mudah

16

(28)

18

menafsirkannya. Untuk penelitian ini menggunakan teknik analisis

Nonstatistik yaitu analisis ini tidak dilakukan perhitungan statistik, kegiatan

analisis ini dilakukan dengan membaca data yang telah diolah.17

Pada penelitian ini berwujud kata-kata, kalimat-kalimat, atau

paragraf-paragraf yang ditanyakan dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif, dengan

menggunakan kata-kata. Tujuan dari analisis ini adalah untuk

menggambarkan kejadian, yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang

terjadi selama penelitian yang dilakukan di organisasi Pergerakan Mahasiswa

Islam Indonesia. Analisa data kualitatif dengan menggunakan metode analisis

yakni:

1. Metode Induktif

Merupakan metode yang membahas masalah khusus menuju ke

arah kesimpulan yang bersifat umum. Seperti yang dikemukakan oleh

Sutrisno Hadi yakni : “berfikir induktif berangkat dari fakta yang konkrit

kemudian ditarik dan digeneralisasikan sesuai dengan sifat umum”.18

2. Metode Deduktif

Merupakan data yang dipergunakan untuk menganalisa data yang

terkumpul dengan jalan menguraikan atau menginterprestasikan hal-hal

17

Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian , ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1995) , 88-89.

18

(29)

19

yang bersifat umum pada kesimpulan yang bersifat khusus. Merupakan

proses pendekatan yang berangkat dari kebenaran yang bersifat umum

mengenai suatu fenomena (teori) kemudian menggeneralisasi kebenaran

tersebut pada suatu peristiwa atau data tertentu yang mempunyai ciri yang

sama dengan fenomena yang bersangkutan, dengan memakai kaidah

logika tertentu.19

J. Pengecekan Keabsahan Data

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber. Sebagai contoh,untuk menguji kredibilitas data tentang iklim

komunikasi organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, maka

pengumpulan data dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan

kepada pengurus dan kader organisasi. Data dari sumber tersebut, tidak

bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi

dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda

dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah

dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan,

19

(30)

20

selanjutnya dimintakan kesepakatan (member chcek) dengan tiga sumber

data tersebut.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, serta angket

lalu dicek dengan observasi, dokumentasi. Bila dengan empat teknik

pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang

berbeda-beda,maka peneliti melakuan diskusi lebih lanjut kepada sumber data

untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin

semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

K. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian ini penulis merumuskan sistematika pembahasan agar

mempermudah dalam penulisan dan pembahasan menjadi sistematis. Adapun

sistematika pembahasan ini terdiri dari beberapa bab dan beberapa sub bab,

sebagai berikut:

Bab I : Terdiri dari bab : pendahuluan, dan terdiri dari sub bab : sebagai

berikut: Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, dan

Sistematika Pembahasan.

Bab II : Terdiri dari: telaah konsep komunikasi organisasi dan konsep insan ulul

(31)

21

Bab III : Terdiri dari bab: telaah konsep komunikasi organisasi Pergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia dalam membentuk Insan Ulul Albab di UIN Sunan

Ampel Surabaya.

Bab IV :Terdiri dari bab: analisis konsep komunikasi organisasi Pergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia dalam membentuk Insan Ulul Albab di UIN Sunan

Ampel Surabaya.

Bab V : Terdiri dari bab: Penutup, dan terdiri dari sub bab: kesimpulan dan

(32)

BAB II

LANDASAN TEORITIK

A. Konsep Komunikasi Organisasi

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting namun juga

kompleks dalam kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh

komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah

dikenal maupun yang tidak dikenal sama sekali.1

Istilah komunikasi ataucommunicationberasal dari bahasa latin, yaitu communicatus yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Kata sifatnya communis yang bermakna umum atau bersama-sama. Dengan demikian komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa),

menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai

kebersamaan.2

Wilbur Schrarmm (Ashadi, 1987) menyatakan komunikasi sebagai

suatu proses berbagi (sharing process), Schramm menguraikannya

demikian: “komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis

yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila seseorang

berkomunikasi, sebenarnya seseorang sedang berusaha menumbuhkan

suatu kebersamaan (commonness) dengan seseorang. Yaitu seseorang

1

Morissan,Teori Komunikasi Iindividu Hhingga Massa(Jakarta:Kencana, 2013), 1.

2

(33)

22

berusaha berbagi informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini,

misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca

untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya

adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki

pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu”.3

2. Pengertian Organisasi

Mengenai organisasi, salah satu definisi menyebutkan bahwa

organisasi merupakan satu kumpulan atau sistem individual yang melalui

satu hirarki jenjang dan pembagian kerja, berupa mencapai tujuan yang

ditetapkan.

Organisasi merupakan suatu system, mengkoordinasi aktivitas dan

mencapai tujuan bersamaatu tujuan umum. Dikatakan merupakan suatu

system karena organisasi itu terdiri dari berbagai bagian yang saling

tergantung satu sama lain. Bila satu bagian terganggu maka akan ikut

berpengaruh pada bagian lain.4

Suatu organisasi juga bisa didefenisikan sebagai sebuah kelompok

individu yang diorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah

individu sangat bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lainnya. Ada

yang beranggotakan tiga atau empat orang bekerja dengan kontak yang

sangat dekat. Yang lainnya memiliki seribu karyawan tersebar di seluruh

3

Ibid, 4-5.

4

(34)

23

dunia. Apa yang paling penting dalam hal ini adalah mereka ini bekerja di

dalam struktur tertentu.5

Di dalam setiap organisasi terdapat struktur formal maupun informal.

Sebagai contoh, di organisasi perguruan tinggi terdapat struktur akademik

formal, dengan rector sebagai pemimpin tertingginya, para dekan pada

tingkat hirarki berikutnya, kedua departemen berikutnya dan para dosen

pada tingkat hirarki berikutnya. Melalui struktur demikian semua kegiatan

universitas dapat dilaksanakan. Tetapi, ada juga struktur informal di dalam

organisasi perguruan tinggi hirarki itu, dan dalam banyak kasus

strukturnya menyilang garis hirarki.6Secara umum, organisasi memiliki

ciri-ciri sebagai berikut:7

1. Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab;

2. Adanya pusat kekuasaan;

3. Adanya subsitusi sumber daya manusia;

4. Adanya ketergangtungan antaranggota;

5. Adanya koordinasi antarkomponen;

6. Adanya interaksi yang berulang-ulang;

Organisasi dibagi atas dua tipe, yakni:8

5

Ibid, 337.

6

Ibid,337. 7

Ibid,22. 8

(35)

24

1. Organisasi yang berorientasi laba (profit oriented organization). Organisasi tipe ini bertujuan memperoleh laba. Laba dipergunakan

untuk membiayai operasi dan pengambangan organisasi. Organisasi

tipe ini sering juga disebut organisai bisnis atau perusahaan. Dalam

organisasi bisnis, pemilik menerima keuntungan ekonomi terbesar.

Contohnya, hotel, restoran, bank, perusahaan asuransi, took, dan lain

sebagainya.

2. Organisasi nirlaba (non-profit oriented organization). Organisasi nirlaba merupakan organisasi yang tidak berorientasi pada laba atau

kegiatan yang dilakukan semata-mata untuk memperoleh laba. Dalam

organisasi ini, pelanggang atau klien menerima keuntungan terbesar.

Contohnya, rumah sakit, lembaga pendidikan, panti asuhan, Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), dan lain sebagainya.

Tujuan umum sebuah organisasi adalah menghasilkan

pendapatan. Akan tetapi, berbagai tujuan lain yang yang mendukung

harus pula dicapai jika tujuan akhir tersebut ingin dipenuhi. Jadi

misalnya, agar diperoleh pendapatan, organisasi harus

mempertahankan akatan kerja yang efektif. Untuk mencapainya, maka

(36)

25

diperoleh jika organisasi memiliki parkir yang luas, menyediakan

bonus, lingkungan kerja yang bersih dan nyaman, dan sebagainya.9

3. Pengertian Komunikasi Organisasi

Dengan landasan konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana

yang diuraikan, komunikasi organisasi menurut Gold Halber yaitu arus

pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu

sama lain (the flow of message within a network of interdependent relationship).

Pengertian komunikasi organisasi dalam buku “komunikasi organisasi

strategi meningkatkan kinerja perusahaan ” adalah perilaku

perorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam

proses itu bertransaksi dan memberi amkna atas apa yang sedang terjadi.10

Golddhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi

sebagai proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan

hubungan yang saling tergantung sama lain untuk mengatasi lingkungan

yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Pengertian tersebut

mengandung beberapa konsep sebagai berikut :

1. Proses

Suatu organisasi adalah suatu sistem yang terbuka dan dinamis

yang secara tidak langsung menciptakan saling tukar menukar

9

Ibid, 337-339.

10

(37)

26

informasi satu sama lain. Karena kegiatan yang berulang-ulang dan

tiada hentinya tersebut maka dikatakan sebagai suatu proses.

2. Pesan

Pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang objek, orang,

kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang lain. Pesan

dalam organisasi dapat dilihat menurut beberapa klasifikasi yang

berhubungan dengan bahasa, penerima yang dimaksud, metode difusi,

dan arus tujuan dari pesan. Klasifikasi pesan dalam bahasa dapat

dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu verbal dan non verbal, dimana

pesan verbal dalam organisasi berupa: surat, memo, percakapan, dan

pidato. Sedangkan pesan non verbal dalam organisasi bisa berupa:

bahasa gerak tubuh, sentuhan, ekspresi wajah, dan lain-lain.

3. Jaringan

Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki

posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran

pesan dari orang-orang ini terjadi melewati suatu set jalan kecil yang

dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini

mungkin mencakup hanya dua orang, beberapa orang atau

keseluruhan organisasi. Luas dari jaringan komunikasi ini dipengaruhi

oleh banyak faktor, diantaranya: arah dan arus pesan, isi pesan,

hubungan peranan, dan lain-lain.

(38)

27

Hal ini telah menjadi sifat dalam organisasi yang merupakan suatu

sistem yang terbuka. Bila suatu bagian dari organisasi mengalami

gangguan maka akan berpengaruh kepada bagian yang lainnya dan

mungkin juga kepada seluruh sistem organisasi.

5. Hubungan

Karena organisasi merupakan suatu sistem yang terbuka, sistem

kehidupan sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak

pada manusia yang ada dalam organisasi. Oleh karena itu hubungan

manusia dalam organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku

komunikasi dari orang yang terlibat suatu hubunngan perlu dipelajari.

Sikap, skill, dan moral dari seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi

oleh hubungan yang bersifat organisasi.

6. Lingkungan

Yang dimaksud lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan

faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan

mengenai individu dalam suatu sistem. Yang termasuk dalam

lingkungan internal adalah personal (karyawan), staf, golongan

fungsional dari organisasi, dan juga komponen lainnya seperti tujuan,

produk, dan lainnya. Organisasi sebagai sistem terbuka harus

berinteraksi dengan lingkungan eksternal seperti: teknologi, ekonomi,

dan faktor sosial. Karena faktor lingkungan berubah-ubah maka

(39)

28

dalam lingkungan dengan menciptakan dan melakukan penukaran

pesan baik secara internal maupun eksternal.

7. Ketidakpastian

Ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan

informasi yang diharapkan. Ketidakpastian dalam organisasi juga

disebabkan oleh terjadinya banyak informasi yang diterima daripada

informasi yang sesungguhnya diperlukan untuk menghadapi

lingkungan mereka. Bisa dikatakan ketidakpastian dapt disebabkan

oleh terlalu sedikit informasi yang didapatkan dan juga karen terlalu

banyak informasi yang diterima.

Tujuan komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam

rangka membentuk saling pengertian (mutual understanding). Melalui

kegiatan komunikasi yang terencana dan substansi isinya terdesain,

minimal terjadi proses penyebarluasan (difusi) dimensi-dimensi

organisasi pada setiap orang.11

Ketidakmengertian (misunderstanding) merupakan sumber

disintegrasi dan konflik, karena ketidakmengertian merupakan

rangsangan (stimulus) yang membangkitkan (prejudice). Berbagai aksi

demo (unjuk rasa) yang dilakukan karyawan atau pegawai bukan

hanya persoalan ketidakpuasan terhadap pendapatan dan reward

11

(40)

29

(ganjaran), tetapi lebih banyak bersumber dari ketidakmengertian

mereka terhadap eksistensi organisasinya.12

Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai

komunikasi organisasi ini dapat disimpulkan definisi komunikasi

organisasi sebagai berkut:

a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang

dipengaruhi oleh pihka internal maupun eksternal

b. Komunikasi organisasi meliputi pesan, tujuan, arus komunikasi

dan media komunikasi

c. Komunikasi organisasi meliputi orang yang mempunyai skill,

hubungan dan perasaan yang sama.

4. Bentuk pendekatan dalam komunikasi organisasi

a. Pendekatan Struktrur dan Fungsi

Teori pertama yang memiliki berkaitan dengan pendekatan ini

adalah teori birokrasi yang diperkenalan oleh Max Weber, seorang

teoritis terkenal sepanjang zaman. Ia mendefinisikan organisasi

sebagai sistem dari suatu aktivitas tertentu yang bertujuan dan

berkesinambungan.Inti dari teori Weber mengenai birokrasi adalah

konsep mengenai kekuasaan, wewenang dan legitimasi. Menurut

Weber, kekuasaan adalah kemampuan seseorang dalam setiap

(41)

30

hubungan sosial guna mempengaruhi orang lain. Ia juga

mengemukakan adanya tiga jenis kewenangan (otoritas) yaitu:

1) Kewenangan tradisional terjadi ketika perintah atasan dirasakan

sebagi sesuatu yang sudah pantas atau sudah benar menurut ukuran

tradisi.

2) Kewenangan birokratik merupakan bentuk yang paling relevan

dalam birokrasi, karena kekuasan diperoleh dari aturan-aturan

birokrasi yang disepakati oleh seluruh anggota organisasi.

3) Kewenangan karismatik merupakan kekuasaan yang diperoleh

karena karisma dari kepribadian seseorang.

Teori lain yang berhubungan dengan pendekatan struktur dan

fungsi organisasi adalah teori sistem. Menurut Chester Barnard,

organisasi hanya dapat berlangsung melalui kerjasama antarmanusia,

dan bahwa kerjasama adalah sarana di mana kemampuan individu

dipadukan guna ,mencapai tujuan bersama atau tujuan yang lebih

tinggi.Sementara menurut Daniel Katzdan Robert Kahn, sebagai suatu

sistem sosial organisasi memiliki keunikan di dalam kebutuhannya

guna memelihara berbagai masukan untuk menjaga agar berbagai

perilaku manusia di dalam organisasi tersebut tetap terkendali. Itu

artinya, sistem memiliki tujuan-tujuan bersama yang mengharuskan

menomor duakan kebutuhan individu-individu.

(42)

31

Pendekatan struktural dan fungsional mengenai organisasi

dianggap hanya menekankan pada produktivitas dan penyelesaian

tugas, sedangkan faktor manusia yang diabaikan. Menurut Chris

Agrys, praktik organisasi yang demikian dipandang tidak manusiawi,

karena penyelesaian suatu pekerjaan telah mengelahkan perkebangan

individu dan keadaan ini berlangsung secara berulang. Ketika

kompetensi teknis dinomorsatukan maka kompetensi antarpribadi

dikurangi. Berdasarkan pemikiran itu maka pendekatan human

realtions ini muncul. Ada beberapa anggapan dasar dari pendekatan

ini:

1) Produktivitas ditentukan oleh norma sosial, bukan psikologis.

2) Seluruh imbalan yang bersifat non ekonomis, sangat penting

dalam memotivasi para karyawan.

3) Karyawan biasanya memberikan suatu reaksi persoalan,

mengutamakan kelompok daripada individu.

4) Kepemimpinan memberikan peranan yang sangat penting dan

mencakup aspek formal dan informal.

5) Komunikasi merupakan proses penting dalam pengambilan

keputusan.

c. Pendekatan Kultur atau Budaya

Dikemukakan oleh Michael Paconowsky dan Nock

(43)

32

dalam arti bahwa komunikasi organisasi merupakan pandangan hidup

(way of life) bagi para anggotanya. Menurut Pacanowsky dan Trujillo ada lima bentuk penampilan organisasi, yaitu:

1) Ritual yaitu merupakan bentuk penampilan yang diulang-ulang

secara teratur, suatu aktivitas yang dianggap oleh suatu kelompok

sebagai sesuatu yang sudah biasa dan rutin. Ritual merupakan

bentuk penampilan yang penting karena secara tetap akan

memperbarui pemahaman seseorang mengenai pengalaman

bersama dan memberikan legitimasi terhadap sesuatu yang sedang

difikirkan, rasakan dan dilakukan.

2) Hasrat yaitu bagaimana para karyawan dapat mengubah

pekerjaan-pekerjaan rutin dan membosankan menjadi menarik dan

merangsang minat. Cara yang biasa digunakan adalah dengan

penuturan pengalamanpribadi, rekan sekerja ataupun pengalaman

yang diorganisasi ataupun perusahaan tempat ia bekerja.

3) Sosialitas yaitu bentuk penampilan yang memperkuat suatu

pengertian bersama mengeni kebenaran ataupun norma-norma dan

penggunaan aturan-aturan dalam organisasi, seperti kata susila dan

sopan santun. Aspek lain dari sosialitas adalah “privacy”, yaitu

penampilan sosialitas yang dikomunikasikan dengan penuh

perasaan dan bersifat sangat pribadi seperti pengakuan, memberi

(44)

33

4) Politik organisasi yaitu merupakan bentuk penampilan yang

menciptakan dan memperkuat minat terhadap kekuasaan dan

pengaruh, seperti memperlihatkan kakuatan diri, kekuatan untuk

mengadakan proses tawar menawar (bargaining power) dan sebagainya.

5) Enkulturasi yaitu proses mengajarkan budaya kepada para anggota

organisasi. Contoh bentuk penampilan ini adalah “learning

theropes” yang terdiri dari urut-urutan penampilan ketika orang

mengajarkan kepada orang lain tentang bagaimana mengerjakan

sesuatu

d. Pendekatan Resolusi Konflik

Resolusi merupakan keputusan atau kebulatan pendapat yang

berupa permintaan atau tuntutan yang diterapkan oleh rapat atau

musyawarah. Memilih sebuah resolusi konflik yang cocok tergantung

pada beberapa teknik yang digunakan untuk mengurangi konflik antar

kelompok melalui resolusi sebagai berikut13:

1. Superordinat

a. Tujuan Superordinat

Tujuan superordinat adalah tujuan bersama yang dianut oleh

dua unit atau lebih yang memaksakan dan sangat menarik,

13

(45)

34

yang tidak dapat dicapai dengan sumber dari unit mana saja

secara terpisah. Tujuan superordinat adalah tujuan yang tidak

akan dicapai tanpa kerja sama dari kelompok-kelompok yang

terlibat.

Dalam resolusi konflik diantara kelompok, teknik tujuan

superordinat melibatkan pengembangan sebuah himpunan

tujuan dan sasaran yang tidak dapat diperoleh tanpa kerja sama

dari kelompok yang terlibat. Kenyataannya, tujuan tidak

dapatdicapai oleh satu kelompok dan menghilangkan semua

tujuan yang lain dari suatu kelompok yang terlibat dalam

konflik.

b. Perluasan Sumber Daya

Menambah sumber daya adalah teknik yang berhasil secara

potensial untuk memecahkan masalah dalam banyak kasus.

Dengan kata lain memperluas sumber daya merupakan suatu

metoda resolusi yang berhasil membuat pihak-pihak yang

berkompromi puas.

c. Pemecahan Masalah Bersama

Pemecahan masalah bersama merupakan pertemuan tatap

muka dari pihak-pihak yang berkonflik dengan maksud

mengidentifikasi masalah dan memecahkan lewat pembahasan

(46)

35

konflik dan menyelesaikannya, kelompok-kelompok yang

berkonflik berdebat terbuka mengenai berbagai topik dan

membahas informasi yang relevan sampai keputusan tercapai.

Metode ini efektif, tetapi untuk masalah yang lebih kompleks,

misalnya kelompok yang memiliki sistem nilai yang berbeda,

maka metode ini kurang tepat.

2. Sistem Naik Banding

Penyelesaian konflik/perselisihan dengan cara naik banding dapat

dilihat dalam dua versi, yaitu :

a.Versi pemimpin

Dari versi ini, pemimpin unit yang lebih rendah bila tidak

dapat menyelesaikan konflik antara anggotanya dapat

meneruskan pada pimpinan setingkat lebih tinggi, demikian

seterusnya, naik banding itu sampai pada pucuk pimpinan

tertinggi dilingkungan organisasi tersebut.

b. Versi pihak yang bertikai

Versi ini berarti pihak yang bertikai merasa tidak puas terhadap

penyelesaian dari pimpinan suatu jenjang, dapat meneruskan

masalahnya pada pimpinan jenjang yang lebih tinggi.

(47)

36

1) Memberi perlindungan kepada anggota dari pimpinan yang

berprasangka, mudah berubah pikiran karena pengaruh

yang memihak, iri hati atau memusuhi dirinya.

2) Memberikan peluang pada pihak yang mengalami konflik

untuk berhadapan secara jujur pada saat pimpinan

menyelesaikannya.

Sedangkan kelemahannya adalah :

1) Pucuk pimpinan mungkin menolak untuk menyelesaikan

konflik karena merasa tidak menguasai masalah.

2) Pucuk pimpinan tidak memiliki waktu yang cukup untuk

mengumpulkan keterangan dan data sehingga dapat keliru

dalam menyelesaikannya.

3) Pihak yang radikal dalam suatu konflik cenderung dinilai

oleh pucuk pimpinan sebagai sumber kekacauan tanpa

memperhatikan sesuatu yang disampaikan betul atau salah.

4) Anggota organisasi secara sengaja menciptakan agar

kesempatan mengajukan banding dengan maksud

menyudutkan pimpinan unitnya.

5) Kesempatan dalam menyelesaikan konflik cenderung

mengurangi wibawa pimpinan unit.

6) Pihak yang tidak bertanggung jawab senang

(48)

37

terjadi konflik, dengan menyatakan ada atasan yang lebih

tinggi tempat menuntut keadilan.

3. Penggantian Variabel Manusia

Menggunakan teknik pengubahan perilaku manusia misalnya,

hubungan manusia untuk mengubah sikap dan perilaku yang

menyebabkan konflik. Cara ini berfokus pada satu atau banyak

sebab konflik dan pada sikap orang yang terlibat, meskipun cara

ini lebih lamban daripada cara yang lain dan mahal, yang pada

akhirnya penggantian variabel manusia dapat mempunyai hasil

jangka panjang yang lebih nyata.

4. Penggantian variabel struktural

Mengubah struktur organisasi formal dan pola struktur interaksi

dari pihak-pihak yang berkonflik lewat desain pekerjaan,

pemindahan, penciptaan posisi koordinasi dan perputaran anggota

kelompok atau mempunyai koordinator, penghubung diantara

orang-orang yang tetap menjaga komunikasi antara yang satu

dengan yang lainnya di dalam kelompok.

5. Membaurkan unit yang berkonflik

Agar salah satu yang berkonflik memperluas batas-batasnya dan

menyerap sumber kejengkelannya. Contoh, sistem sekolah dasar

(49)

38

yang kritis terhadap kurikulum untuk turut serta dalam meninjau

kembali dan mengevaluasi program, kebijaksanaan sistem tersebut,

mereka meminta para pengkritik dengan membaurkan mereka ke

dalam sistem tersebut.

6. Perintah kekuasaan

Penggunaan kekuasaan bisa dikatakan paling banyak digunakan

untuk menyelesaikan konflik diantara kelompok, menggunakan

cara ini dengan mudah menyelesaikan masalah yang dilihatnya

pantas dan mengkomunikasikan keinginan-keinginannya kepada

kelompok-kelompok yang terlibat, bawahan biasanya berpegang

pada keputusan atasan. Perintah kekuasaan biasanya bekerja dalam

jangka pendek, tidak memfokuskan pada sebab-sebab konflik

tetapi agak berfokus pada hasilnya.

7. Pelunakan

Suatu teknik yang dikenal sebagai pelunakan, menekankan

kepentingan umum dari kelompok yang berkonflik dan melunakan

perbedaan-perbedaannya. Pemimpin harus menjelaskan pada pihak

yang berkonflik bahwa kerja organisasi akan berada dalam bahaya

jika kelompok tidak saling bekerja sama, maka bila pimpinan tidak

memihak kelompok yang berkonflik akan setuju, paling tidak

membatasi permusuhan. Pelunakan ini juga merupakan

(50)

39

8. Penghindaran

Penghindaran dapat diartikan menarik diri atau menekan konflik.

Menghindari konflik bukan merupakan penyelesaian yang efektif

dan tidak juga menghilangkan, tetapi konflik harus dihadapi.

Namun dalam beberapa keadaan penghindaran merupakan

alternatif sementara yang paling baik.

9. Kompromi

Kompromi merupakan cara tradisional untuk menyelesaikan

konflik antar kelompok. Kompromi dapat digunakan secara efektif

ketika bentuk tujuan (misalnya uang) dapat dibagi secara adil. Jika

ini tidak mungkin, salah satu kelompok harus merelakan sesuatu

yang berharga sebagai konsesi. Oleh karena itu sebenarnya tidak

ada pihak yang benar-benar puas menerima hasil kompromi,

dengan demikian berarti kompromi sekedar merupakan pemecahan

konflik yang bersifat sementara.

10. Interaksi yang makin bertambah

Interaksi yang terus menerus akan mengurangi konflik antar unit

kerja, bila dalam setiap unit kerja tersebut terjadi

ketidakharmonisan antara satu pegawai atau karyawan dengan

(51)

40

mutasi antara instansi yang sama atau antara satu perusahaan

dengan perusahaan lainnya.

11. Kriteria evaluasi untuk seluruh organisasi dan sistem imbalan

Jika pemisahan evaluasi dan imbalan menciptakan konflik,

pemimpin harus mempertimbangkan ukuran prestasi yang

mengevaluasi dan memberi imbalan kepada unit-unit yang bekerja

sama. Dengan memastikan kendali mutu, auditing, fungsi

kebijaksanaan devaluasi untuk kontribusi pencegahan dalam

menemukan kesalahan akan mengurangi konflik.

5. Dimensi-Dimensi dalam Komunikasi Organisasi

a. Komunikasi Internal

Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian

pesan antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk

kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dengan

bawahan, antara sesama bawahan, dsb. Proses komunikasi internal ini

bisa berujud komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi kelompok.

Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer maupun

sekunder (menggunakan media nirmassa). Komunikasi internal ini

lazim dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari

bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan

(52)

41

pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk,

informasi-informasi, dll kepada bawahannya. Sedangkan bawahan

memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan,

dansebagainya kepada pimpinan.

2) Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara

sesama seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada

manajer. Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang

sama di dalam organisasi atau mengalir antarbagian. Komunikasi

lateral ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman,

metode, dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk

menghindari beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya,

serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja.

b. Komunikasi Eksternal

Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara

pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada

organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala

hubungan masyarakat dari pada pimpinan sendiri. Yang dilakukan

sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang ianggap

sangat penting saja. Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara

timbal balik:

1) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini

(53)

42

sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan,

setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui

berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi; press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter; brosur;

leaflet; poster; konferensi pers.

2) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari

khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek

dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.

B. Konsep Ulul Albab

1. Pengertian Insan Ulul Albab

Istilah ulul albab terdiri dari dua kata, yaitu ulul dan albab. Kata uluu atau ulii menurut kamus bahasa Arab berarti “yang mempunyai” atau

“yang mempunyai”. Adapun makna “yang dipunyai” diwakili oleh kata

albab yang merupakan bentuk jamak dari kata lubb– sebuah kata benda yang berarti intisari, isi, atau bagian penting dari sesuatu.14

Imam al- Ghazali15 dalam Ihya’ Ulumuddin, ketika memberikan

penjelasan mengenai makna dari kata lubb yang banyak ditemukan dalam

al-Qur’an, ia membuat perumpamaan dengan menggunakan buah kelapa.

Bahwa hati manusia menurutnya, seperti buah kelapa yang terdiri dari

beberapa bagian. Bagian yang paling luar yang disebut dengan al- Qiys

14

Wassil, Ahmad, Jan, Tafsir Qur’an Ulul Albab, (Bandung: PT Karya Kita. 2009), 2.

15

(54)

43

adalah bagian kulit atau sabut kelapa. Sedangkan lapisan yang kedua

setelah al-Qiys yaitu tempurung atau batok kelapa. Dan bagian ketiga adalah daging kelapa yang disebut dengan lubh (inti buah kelapa).

Satu-satunya perangkat dalam diri manusia untuk mencapaima’rifatillah adalah

qolb-nya.16

Kata ulul albab ditemukan dan terulang sebanyak 16 kali dalam

al-Qur’an. Adapun ayat- ayat yang menjelaskan konsep insan ulul albab

termanifestasikan dalam QS. Al- Baqarah ayat 179, 197, 269, QS. Ali

Imron ayat 7 dan 190, QS. Al-Ma’idah ayat 100, QS. Yusuf ayat 111, QS.

Ar-Ra’d ayat 19, QS. Ibrahim ayat 52, QS. Shad ayat 29 dan 43, QS.

Az-Zumar ayat 9, 18, dan 21, QS. Al- Mukmin ayat 54, dan QS. Al- Thalaq

ayat 10.

Dari ayat- ayat yang termaktub di atas, diperoleh temuan bahwa, ulul

albab memiliki 16 karakteristik sebagai berikut:17

1. Orang yang memiliki akalpikiran yang murni dan jernih yang tidak

diselubungi oleh kabut- kabut yang dapat melahirkan kekacauandalam

berfikir. Termasuk didalamnya adalah orang yang mampu

menyelesaikan masalah dengan adil.

16

Al-Ghozali, Ihya’ Ulumuddin, juz IV, ibid, 288.

17

(55)

44

2. Orang yang siap dan mampu hidup dalam suasana pluralisme dan

berusaha menghindari interaksi yang dapat menimbulkan disharmoni,

kesalah fahaman dan keretakan hubungan.

3. Orang yang mampu menangkap pelajaran, memilah dan memilih mana

jalan yang benar dan baik serta mana jalan yang salah dan buruk. Dan

mampu menerapkan jalan yang benar dan baik (jalan Allah) serta

menghindar dari jalan yang salah dan buruk (jalan setan).

4. Orang yang giat melakukan kajian dan penelitian sesuai dengan

bidangnya dan berusahamenghindari fitnah dan malapetaka dari proses

dan hasil kajian atau penelitiannya.

5. Orang yang mementingkan kualitas diri disamping kuantitasnya, baik

dalam keyakinan, ucapan maupun perbuatan.

6. Orang yang selalu sadar akan kehadiran Tuhan dalam segala situasi dan

kondisi, baik saat bekerja maupun istirahat, dan berusaha mengenali

Allah dengan kalbu (Dzikir), serta mengenali alam semesta dengan akal

(Pikir), sehingga sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang

keesaan dan kekuasaan Allah SWT.

7. Orang yang corncen terhadap kesinambungan pemikiran dan sejarah,

sehingga tidakmau melakukan loncatan sejarah. Dengan kata lain, ia

mau menghargai khazanah intelektual dari para pemikir, cendekiawan,

(56)

45

8. Orang yang memiliki ketajaman hati dalam menangkap fenomena yang

dihadapinya.

9. Orang yang mampu dan bersedia mengingatkan orang lain berdasarkan

ajaran dan nilai- nilai ilahi dengan cara yang lebih komunikatif.

10. Orang yang suka merenungkan dan mengkaji ayat- ayat Tuhan baik

yang Tanziliyah (wahyu) maupun yang Kauniyah (alam semesta) dan berusaha menangkap pelajaran darinya.

11. Orang yang sabar dan tahan uji walaupun ditimpa musibah dan

diganggu oleh syaithon.

12. Orang yang mampu membedakan mana yang lebih bermanfaat dan

menguntungkan dan mana pula yang kurang bermanfaat dan

menguntungkan bagi kehidupannya di dunia dan di akherat kelak.

13. Orang yang bersikap terbuka terhadap pendapat, ide, atau teori dari

manapun datangnya, dan ia selalu menyiapkangrand concept or theory atau kriteria yang jelas dibangun dari petunjuk wahyu, kemudian

menjadikannya sebagai piranti dalam mengkritisi pendapat, ide, atau

teori tersebut, selanjutnya berusaha dengan sungguh- sungguh dalam

mengikuti pendapat, ide, atau teori yang terbaik.

14. Orang yang sadar dan peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup.

15. Orang yang berusaha mencari petunjuk dan pelajaran dari fenomena

(57)

46

16. Orang yang tidak mau berbuat onar, keresahan, dan kerusuhan, serta

berbuat makar di masyarakat.

2. Ciri- ciri Insan Ulul Albab

Insan Ulul Albab memiliki 5 ciri antara lain kekokohan akidah,

kedalaman spiritual, komitmen terhadap akhlak yang mulia, keluasan ilmu,

dan kematangan profesional. Kelima ciri tersebut berdasarkan hasil kajian

terhadap istilah "Ulul Albab"yang terdapat dalam 16 ayat Al-Qur'an.

Ditemukan adanya 16 karakteristik yang dapat dituangkan dalam 5 ciri

utama yakni:

1. Selalu sadar akan kehadiran Tuhan pada dirinya dalam segala situasi

dan kondisi, sambil berusaha mengenali Allah dengan kalbu (zikir)

serta mengenali alam semesta dengan akal (pikir), sehingga sampai

kepada bukti yang sangat nyata akan keagungan Allah swt dengan

segala ciptaannya.

2. Tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah, serta mampu

memisahkan yang jelek dari yang baik, kemudian dipilih yang baik

walaupun harus sendirian dalam mempertahankan kebaikan itu dan

walaupun kejelekan itu dipertahankan oleh sekian banyak orang.

3. Mementingkan kualitas hidup baik dalam keyakinan, ucapan maupun

perbuatan, sabar dan tahan uji walaupun ditimpa musibah dan diganggu

oleh syetan (jin dan manusia), serta tidak mau membuat onar,

(58)

Gambar

Table 2.1 Manual Pra Kegiatan Kaderisasi Formal
  Tabel 1.1Jumlah Kader PMII UIN Sunan Ampel Cabang Surabaya
Table 2.1 Manual Pra Kegiatan Kaderisasi Formal

Referensi

Dokumen terkait

Standar watermark yang digunakan untuk file repository UIN Sunan Ampel Surabaya telah disediakan desain templatenya oleh Perpustakaan dalam format A4 maupun A5 yang

Bahwa dalam bimbingan perwalian yang selalu diterapkan oleh dosen wali studi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya adalah

Sebagai Mahasiswa yang besar di kota Surabaya, Mahasiswa UIN Sunan Ampel merupakan Dalam penelitian ini Mahasiswa Universitas Islam Negeri Surabaya merupakan sekelompok

Sound Qur‟anic Healing dalam mereduksi Culture Shock Mahasiswa Baru Fakultas dan Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya, maka dari itu peneliti. melakukan pre-test yang

Hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan menyebutkan bahwa Penerapan Aneka jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru di UIN Sunan Ampel Surabaya sudah dilakukan secara

Setelah melaksanakan proses Bimbingan Konseling Islam melalui Teknik Self Management untuk meningkatkan tanggung jawab belajar pada mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, maka

Kondisi eksisting pengelolaan sampah di UIN Sunan Ampel Surabaya terdiri dari kegiatan pewadahan yang masih menggunakan sistem campuran, kegiatan pengumpulan yang

Dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara Religious Faith dengan Happiness pada Mahasiswa Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya Angkatan 2016. Hasil penelitian