• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PAKET PELATIHAN KONSELING KELUARGA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PERAN IBU RUMAH TANGGA DI DESA KEPUH KEJAYAN PASURUAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PAKET PELATIHAN KONSELING KELUARGA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PERAN IBU RUMAH TANGGA DI DESA KEPUH KEJAYAN PASURUAN."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN PAKET PELATIHAN KONSELING KELUARGA

DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PERAN IBU RUMAH TANGGA

DI DESA KEPUH KEJAYAN PASURUAN

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam ( S. Sos.I )

Oleh:

Mukfiyah Ma’isyah NIM. B53212084

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

ii

ABSTRAK

Mukfiyah Ma’isyah (B53212084), Konseling Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran Ibu Rumah Tangga (Pengembangan Paket Pelatihan di Desa Kepuh Kejayan Pasuruan).

Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana Proses Pelatihan Konseling keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran Ibu Rumah Tangga di Desa Kepuh Kejayan Pasuruan (2) Bagaimana hasil implementasi dari Pelatihan Konseling keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran Ibu Rumah Tangga di Desa Kepuh Kejayan Pasuruan (3) Bagaimana uji kelayakan paket yang sesuai dengan ketepatan, kelayakan, dan kegunaan.

Dalam menjawab penelitian tersebut, penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D), dengan mengkolaborasikan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui hasil wawancara baik secara lisan maupun non-lisan yakni catatan peserta pelatihan pada setiap lembar refleksi yang telah disediakan. Selain itu, observasi, saran, kritik, dan komentar tertulis baik dalam angket maupun catatan hasil wawancara juga melengkapi data kualitatif ini. Sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui skala penilaian yang berupa angket.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa (1) Proses pelatihan konseling keluarga yang dilaksanakan di Desa Kepuh Kejayan Pasuruan berjalan efektif sesuai prosedur dan hasilnya dapat terukur melalui evaluasi yang konkret, (2) Dari pelatihan tersebut terdapat hasil implementasi yang dapat ditunjukkan melalui perubahan perilaku para ibu rumah tangga peserta pelatihan seperti ibu-ibu yang pada awalnya suka memarahi anaknya setelah pelatihan menjadi lebih bisa sabar dalam mengahadapi anak-anaknya.

(6)

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PESEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Konsep ... 10

F. Spesifikasi Produk ... 11

G. Metode Penelitian... 14

H. Sistematika Pembahasan ... 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 28

1. Konseling Keluarga ... 28

a. Pengertian Konseling ... 28

b. Pengertian keluarga ... 29

c. Definisi Konseling Keluarga ... 33

d. Tujuan Konseling Keluarga ... 34

e. Proses dan Tahapan Konseling Keluarga ... 35

2. Peran Wanita dalam Rumah Tangga ... 39

a. Peran Wanita sebagai Istri ... 40

b. Peran Wanita sebagai Ibu ... 43

c. Peran Wanita dalam Menjaga Rumahnya ... 52

d. Indikator ibu rumah tangga kurang maksimal dalam menjalankan perannya ... 54

3. Pengembangan dan Pelatihan ... 54

a. Definisi Pelatihan ... 54

b. Tujuan Pelatihan... 56

c. Manfaat Pelatihan... 58

d. Pengembangan dan Program Pelatihan ... 59

e. Efektifitas Pelatihan ... 64

f. Penerapan Hasil Pelatihan ... 64

(7)

iii

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 69

BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 71

1. Peran Ibu Rumah Tangga di Kepuh Kejayan Pasuruan ... 71

2. Deskripsi Konselor ... 76

3. Deskripsi konseli atau peserta pelatihan ... 77

B. Konseling Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran Ibu Rumah Tangga di Desa Kepuh Kejayan Pasuruan ... 79

1. Proses Pelatihan Konseling keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran Ibu Rumah Tangga ... 79

a. Proses Pelatihan ... 79

b. Pengolahan Waktu Pelatihan ... 81

c. Lokasi Pelatihan ... 83

2. Hasil Implementasi Pelatihan Konseling keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran Ibu Rumah Tangga ... 84

3. Produk Pelatihan Konseling keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran Ibu Rumah Tangga ... 91

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data Pengembangan Paket Pelatihan Konseling Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran Ibu Rumah Tangga ... 98

1. Analisis Proses Pelaksanaan Pelatihan... 98

2. Analisis Hasil implementasi pelatihan ... 100

B. Revisi Produk ... 108

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 112

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974

adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa. Dengan demikian ikatan lahir

secara nampak antara suami istri harus ada, yaitu dalam bentuk formal sesuai

dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan yang diatur oleh agama

yang dianut oleh kedua mempelai dan juga peraturan yang ditetapkan oleh

Negara setempat. 1

Pernikahan adalah sebuah ritual sakral yang dapat membawa setiap

individu manusia baik pria maupun wanita menuju perjalanan panjang yang

harus diarungi bersama.2 Sebuah pernikahan akan membawa dua manusia

sebagai pasangan hidup pada banyak ibadah sunnah yang tercakup

didalamnya. Melalui sebuah pernikahan akan banyak dimulai berbagai

tanggung jawab besar yang kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan

Allah SWT.

Bagi laki-laki yang dulunya hanya harus menjaga dan bertanggung

jawab atas dirinya sendiri, setelah menikah akan semakin banyak tanggung

jawab yang akan dibebankan di pundaknya dimulai dari harus menjaga,

1 Faizah Noer Laela,”Konseling Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk

Keluarga Bahagia”, Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Volume 02, Nomor 01, (Juni 2012), hal.

116.

2Sa’ad Riyadh, Tanya Jawab Psikologi Muslimah, (Solo: Aqwam, 2009), hal. 89.

(9)

2

menafkahi, dan membimbing istri pendamping hidup sehingga dapat

bersama-sama mencapai kehidupan surga.3

Dengan demikian banyak peran yang harus ditunaikan seorang laki-laki

ketika ia mulai menyandang status sebagai seorang suami. Jika sebagai suami

harus bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan istrinya, maka lain halnya

jika sebuah keluarga yang dipimpinnya sudah mulai dikaruniai seorang anak,

maka akan bertambah lagi beban tanggung jawab yang harus dipikul seorang

laki-laki dengan status barunya sebagai seorang suami sekaligus sebagai ayah

bagi anak-anaknya. Hal ini dikarenakan dalam sebuah rumah tangga pria

adalah presiden utama keluarga.

Jika pria sebagai presiden rumah tangga memiliki kewajiban dan

tanggung jawab yang sangat besar sebagai kepala keluarga, maka tidak jauh

berbeda dengan wanita sebagai istri atau sebagai ibu rumah tangga. Ibu

rumah tangga memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah mahligai

rumah tangga. Sebagaimana tujuan setiap pernikahan yaitu terciptanya sebuah

keluarga yang bahagia, tenang, damai dan sejahtera maka wanita sebagai ibu

rumah tangga memiliki andil yang sangat besar untuk mewujudkannya. Hal

ini dikarenakan secara tidak langsung suasana keluarga adalah hasil karya

tangan lembut wanita sebagai ibu rumah tangga.4

Wanita sebagai ibu rumah tangga memiliki tugas yang sangat mulia,

karena merupakan sebuah keharusan wanita bertanggung jawab penuh dalam

mewujudkan kebahagiaan dan keharmonisan rumah tangganya. Merupakan

3Sa’ad Riyadh, Tanya Jawab Psikologi Muslimah, (Solo: Aqwam, 2009), hal. 107-108.

(10)

3

sebuah keniscayaan wanita sebagai istri dapat membahagiakan suami, dan

kebahagiaan suami tentu akan berdampak besar kepada terbentuknya

kebahagiaan sebuah keluarga. Selain istri mempunyai peran penting dalam

membahagiakan suami, wanita sebagai ibu juga memiliki kewajiban penuh

dalam hal pengasuhan anak, agar tercipta anak-anak yang bermoral,

bermartabat dan tentu adiguna bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Berbicara tentang peran seorang wanita dalam sebuah rumah tangga

sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya, tentu sangat erat kaitannya

dengan kewajiban dan hak yang harus ditunaikannya. Kewajiban istri

terhadap suami seperti halnya memelihara badan dengan berpenampilan rapi,

bersolek jika memang dimintanya dan banyak hal-hal lain yang harus

dilakukan istri dalam rangka membahagiakan suami. Kepada anak-anak

sebagai ibu mengurus dan mendidiknya dengan dasar ilmu pengetahuan

merupakan tanggung jawab yang harus ditunaikan secara maksimal.

Kebahagiaan keluarga merupakan kebahagiaan semua anggota

keluarga, kebahagiaan suami istri bergantung pada bagaimana mereka

melakukan ketentuan syariat yang ditentukan oleh Allah SWT.5 Kebahagiaan

suami tergantung pada istri,6 begitupun kebahagiaan anak-anak tergantung

pada ayah dan ibunya, dan kebahagiaan istri tiada lain kecuali saat melihat

suami dan anak-anaknya bahagia tinggal di rumah idaman keluarga.7 Dengan

5 Abdurrahman Abdul Kholiq, Kado Pernikahan Barokah, (Yogyakarta: Al Manar,

2003), hal. 137.

(11)

4

demikian, tentu wanita sebagai ibu rumah tangga merupakan sentral sebuah

keluarga.

Bagi seorang ibu rumah tangga melihat anggota keluarganya bahagia

karena kesuksesan yang diraihnya adalah sebuah kebahagiaan tak terkira.

Sebagai contoh kecil adanya anak-anak yang cerdas, rajin belajar,

berkepribadian baik, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih

muda serta dapat menjadi anak-anak yang memiliki rasa tanggung jawab

yang tinggi sehingga dapat menjadi contoh yang baik bagi lingkungan

sekitarnya adalah sebuah kebahagiaan yang tak ternilai harganya.

Selain faktor pembawaan yang baik, lingkungan juga berperan aktif

dalam mencetak anak-anak dengan kepribadian baik sebagaimana harapan

semua ibu pada umumnya sesuai dengan teori kepribadian yang diajukan oleh

William Sterm dengan teori Convergency-nyayang menyatakan bahwa kedua

faktor yaitu pembawaan dan lingkungan sangat menentukan pribadi

seseorang.8

Seseorang yang berkepribadian baik tentu tidak lepas dari pola asuh,

pembinaan, dan pendidikan yang baik dari keluarganya. Sebagaimana salah

satu fungsi keluarga yaitu fungsi pendidikan dimana lembaga pendidikan

nasional tidak mampu mewujudkan tujuan pendidikan tanpa ditunjang

pendidikan keluarga. 9 Dengan demikian keluarga sangat memiliki andil

dalam mensukseskan pendidikan kancah nasional yang dimulai dari keluarga

8 Wiji Hidayati & Sri Purnami, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Teras, 2008), hal.

32.

9 Bambang Ismaya, Bimbingan dan Konseling Studi, Karir dan Keluarga, (Bandung,

(12)

5

kecilnya. Pendidikan dalam sebuah keluarga didominasi oleh wanita sebagai

ibu dari anak-anak anggota keluarga. Hal ini dikarenakan ibu adalah sekolah

pertama dan utama bagi anak-anaknya, karena anak-anak akan mengimitasi

semua perilaku dan pola asuh yang dilihat dan didapatkannya dari

keluarganya terutama ibu yang pada umumnya jauh lebih dekat dengan

anak-anak dalam keluarga.

Banyak peran yang harus ditunaikan seorang wanita dengan statusnya

baik sebagai istri maupun ibu bagi anak-anaknya. Pada umumnya para ibu

rumah tangga mengetahui status dan peran yang harus dilakukannya, namun

karena keterbatasan wawasan tentang hal yang harus dilakukan maka dalam

aplikasinya dapat dikatakan kurang maksimal sehingga tidak jarang

berdampak fatal. Sebut saja dalam mendidik atau mengasuh anak, tidak

sedikit para ibu yang kurang menguasai tentang konsep mengasuh anak

dengan baik sehingga dapat mencetak anak-anak berkualitas.

Indonesia merupakan salah satu Negara yang sering kita temui para ibu

yang mengasuh anaknya dengan cara membentak-bentak, menjewer, dan

hal-hal yang sifatnya kurang baik lainnya. Sebagaimana Indonesia pada umunya

di desa Kepuh hal yang sama juga sangat sering terjadi. Sebagaimana contoh

berikut, dengan nada tinggi dan membentak seorang ibu berkata “ adik ini

nakal, tidak menurut pada kata-kata ibu, liat TV seharian gitu, adik gak

pinter seperti kakak-kakak adik.10 Begitulah cara salah satu ibu rumah tangga

mendidik anaknya agar tidak terlalu banyak menononton TV. Pendidikan

10 Hasil observasi peneliti di rumah keluarga pak. Amin (nama samaran), di Ds. Kepuh

(13)

6

dengan model ini dapat dikatakan tidak baik dan akan berdampak buruk pada

masa dewasa anak-anak nantinya dimana ia juga akan menerapkan pola

pendidikan yang sama bagi anak-anak generasi selanjutnya.

Pada suami, bersolek, merawat badan dan perabot rumah keluarga agar

tetap rapi,11 serta membuatnya selalu dalam keadaan bahagia tidak sedikit

para istri yang kurang memperhatikan hal yang mungkin dianggapnya remeh

ini.” Semenjak saya berkeluarga sampai saat ini kami dikaruniai 3 orang

anak, istri saya tidak pernah membuatkan saya kopi”.12 demikian yang

dikatakan suami dengan mengernyutkan kening dan nada suara agak kecewa.

Pada dasarnya kebahagiaan suami tidak melulu berasal dari hal-hal

yang yang sifatnya besar dan mahal seperti rumah mewah, mobil berlimpah

dan sebagainya. Namun adanya istri yang sangat mengerti,

memperhatikannya dan selalu membuatnya tersenyum bahagia adalah

kebahagiaan yang tiada bandingannya.

Selain peran sebagai ibu rumah tangga yang kurang berjalan maksimal,

budaya yang tetap mengakar di kaum wanita adalah adanya waktu yang

kurang terpakai secara produktif. Budaya ngerumpi yang tidak asing lagi di

kalangan mereka masih saja banyak menyita waktu kaum ibu Hawa yang

sebenarnya bisa mereka gunakan untuk hal-hal yang sifatnya jauh lebih

positif. Seperti mengaji, mengajari anak-anak mengerjakan PR atau bahkan

membersihkan rumah.

11 Ummu Salamah, Jadikan Rumahmu Seperti Surga, (Yogyakarta: Diva Press, 2015),

hal. 60.

12Hasil observasi peneliti di rumah keluarga pak. Imam (nama samaran), di Ds. Kepuh

(14)

7

Penelitian ini sengaja penulis angkat berangkat dari fenomena yang

kerap terjadi di lapangan, yaitu adanya para ibu rumah tangga yang kurang

bisa menggunakan waktu yang mereka miliki untuk hal-hal produktif. di

benak mereka, tugas ibu rumah tangga hanyalah menyapu, mengepel,

memasak, mencuci pakaian dan piring saja. Padahal sejatinya selain

pekerjaan tersebut merupakan kewajiban orang tua adalah mengajar dan

mendidik anak, namun untuk point yang satu ini bisa mereka wakilkan

kepada pihak lembaga yang sekarang sudah banyak tersedia. Dengan adanya

tugas mendidik anak yang sudah bisa para ibu atasi melalui lembaga yang

ada, tidak sedikit ibu rumah tangga yang kurang ikut andil dalam membantu

pendidikan anak-anaknya. Banyak mereka yang merasa bahwa guru atau

pendidik yang mengajar anak-anak mereka sudah cukup memadai, terbukti

masih banyak ibu-ibu yang ikut serta mengantar anak-anaknya untuk belajar

di sekolah PAUD ataupun Sekolah TK namun sebatas mengantar saja, tidak

ikut serta membantu anak-anak mereka dalam proses belajar.

Selain yang telah disebutkan di atas, fenomena istri yang kurang

menyadari peran yang seharusnya dilakukan secara maksimal untuk

mewujudkan keluarga sakinah kerap terjadi, adanya hak suami yang wajib

bagi istri untuk dijaga terkadang kurang disadari. Tidak jarang peneliti

jumpai di lingkungan sekitar peneliti, istri yang kurang memperhatikan

kebahagiaan suami yang berasal dari dirinya seperti membersihkan dan

merawat diri dengan berpenampilan rapi, menjaga rumah agar senatiasa

(15)

8

pola asuh yang baik serta senantiasa menciptakan suasana damai dan tenang

di dalam rumah. Padahal sejatinya istri atau ibu sebagai manajer keluarga

haruslah pandai dalam manajemen keluarganya dengan status dan profesinya

sebagai manajer operasional keluarga.

Berangkat dari fenomena tersebut, maka penelitian metode

pengembangan dengan judul “Pengembangan Paket Pelatihan Konseling

Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran Ibu Rumah Tangga di

Desa Kepuh Kejayan Pasuruan” dirasa sangatlah penting untuk dikaji, sebagai langkah konseling keluarga dan pengembangan dalam membina

rumah tangga sakinah yang akan melahirkan keluarga berkualitas dan

tentunya akan berdampak baik bagi negara dengan terlahirnya

individu-individu sebagai masyarakat yang adiguna, berkualitas dan bermanfaat untuk

sesama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di atas

maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pelatihan Konseling Keluarga dalam meningkatkan

kualitas Peran Ibu Rumah Tangga di desa Kepuh Krajan Kejayan

Pasuruan?

2. Bagaiaman hasil implementasi dari hasil pelatihan Konseling Keluarga

dalam meningkatkan kualitas Peran Ibu Rumah Tangga di desa Kepuh

(16)

9

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut, yaitu:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pelatihan Konseling Keluarga dalam

meningkatkan kualitas Peran Ibu Rumah Tangga di desa Kepuh Krajan

Kejayan Pasuruan

2. Untuk mengetahui hasil implementasi dari hasil pelatihan Konseling

Keluarga dalam meningkatkan kualitas Peran Ibu Rumah Tangga di desa

Kepuh Krajan Kejayan Pasuruan

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pelengkap

bahan kajian dan bermanfaat sebagai bahan referensi bacaan.

2. Aspek Praktis

Hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat dari segi praktis, yaitu:

bagi masyarakat dapat memberi konsep tentang strategi meningkatkan

kualitas peran sebagai ibu rumah tangga sehingga dapat membentuk atau

meningkatkan keharmonisan rumah tangga dan bagi peneliti pribadi tentu

sebagai tambahan wawasan tentang kiat-kiat menjalankan peran ibu

(17)

10

E. Definisi Konsep

1. Peran Ibu rumah Tangga

Sebagai wanita dengan statusnya sebagai ibu rumah tangga tentu

memiliki peran sebagai istri bagi suami dan ibu bagi anak-anaknya. Dan

berperan sebagai istri dan ibu bagi wanita tentu ada beberapa kewajiban

yang harus ditunaikannya.

Berikut peran wanita sebagai ibu rumah tangga dibagi menjadi tiga

bagian yaitu:

a. Kepada suami adalah mematuhi semua perkataan dan perintahnya

selama tidak menyimpang dari syariat islam, mengurus dan menjaga

hartanya dan juga harus membahagiakannya dengan memenuhi

segala yang diinginkannya.

b. Kepada anak-anaknya adalah dengan menjadi ibu yang baik dengan

merawat, mendidik dan mengasuhnya dengan pola asuh yang tepat,

baik dan benar sehingga anak-anak dapat berkembang dengan baik

dan dapat menjadi anak yang membanggakan orang tuanya.

c. Menjaga dan merawat rumah tempat tinggal keluarga agar tetap rapi

dan teratur.13

Dengan demikian jika yang terjadi pada ibu rumah tangga adalah

tidak sesuai dengan gambaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

peran ibu rumah tangga tersebut kurang maksimal.

13 Ummu Salamah, Jadikan Rumahmu Seperti Surga, (Yogyakarta: Diva Press, 2015),

(18)

11

2. Paket Pelatihan Konseling Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Peran

Ibu rumah Tangga

Paket pelatihan konseling keluarga dalam meningkatkan kualitas

peran ibu rumah tangga merupakan media layanan bimbingan konseling

keluarga khususnya terhadap para ibu rumah tangga yang berisi pelatihan

yang berisi kiat-kiat meningkatkan kualitas peran wanita sebagai istri dan

sebagai ibu rumah tangga agar tercipta ibu rumah tangga yang sesuai

dengan peran dan fungsinya sehingga semua kewajiban dan hak dapat

ditunaikan dengan baik.

F. Spesifikasi Produk

Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka penelitian

ini dirancang dan dikemas sedemikian rupa, berguna, praktis, menunjang

pencapaian tujuan, menarik, mudah dipahami, sistematis dan akurat. Oleh

karenanya penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memenuhi empat

kriteria sebagai berikut:

1. Ketepatan adalah isi paket yang dikembangkan sesuai dengan tujuan dan

prosedur paket. Hal ini dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat

validitas paket yang dikembangkan dengan menggunakan skala

penilaian.

2. Kelayakan yaitu adanya paket yang dikembangkan memenuhi

persyaratan yang ada baik dalam segi prosedur, isi, maupun

pelaksanaannya, sehingga paket tersebut dapat diterima oleh para ibu

(19)

12

3. Kegunaan yaitu paket yang dikembangkan memiliki daya guna dan

bermanfaat untuk dijadikan panduan oleh para ibu rumah tangga dalam

rangka meningkatkan kualitas perannya.

4. Respon aktif positif yaitu tampilan dan isi paket berpotensi dapat

membuat para ibu rumah tangga tertarik dan bersimpati untuk membaca,

mengamati, memahami dan pada akhirnya mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari.14

Untuk lebih memperjelas kriteria di atas dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 1.1

Spesifikasi Produk Paket Pelatihan konseling keluarga dalam meningkatkan kualitas peran ibu rumah tangga

No Variabel Indikator Instrumen Pelaksana

1 Ketepatan a. Ketepatan obyek

b. Ketepatan rumusan tujuan dan prosedur

c. Kejelasan rumusan umum dan khusus

d. Kejelasan deskripsi tahap dan materi

e. Kesesuaian gambar dan materi

Angket Tim ahli

2 Kelayakan a. Prosedur praktis

b. Keefektifan biaya, waktu dan tenaga

c. Pemakai produk

Angket Tim ahli

3 Kegunaaan a. Pemakai produk

b. Kualifikasi yang diperlukan

c. Dampak paket pelatihan

terhadap para ibu rumah tangga

Angket Tim ahli

Ibu rumah tangga

4 Respon

aktif positif

para ibu rumah tangga tertarik dengan paket pelatihan dan mengaplikasikan isinya

Angket Ibu rumah

tangga

14 Agus Santoso, Pengembangan Paket Pelatihan Bimbingan Pencegahan Kekerasan

(20)

13

Paket pelatihan dalam bentuk konseling keluarga dalam meningkatkan

kualitas peran ibu rumah tangga terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Bentuk Paket

Bentuk paket pelatihan ibu rumah tangga ideal ini terdiri dari 4

topik, yaitu: 1). Anda adalah Wanita Mulia, 2). Istriku Bidadari dan

Nafasku, 3). Bundaku Segalanya Bagiku dan 4). Rumahku Surgaku.

Topik-topik ini akan dilengkapi dengan gambar, ilustrasi dan video-video

yang memiliki korelasi dengan topik yang bersangkutan yang diharapkan

mampu menarik respon positif responden

2. Isi Paket

Paket ini terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Buku panduan bagi ibu rumah tangga yaitu petunjuk atau pedoman

bagi ibu rumah tangga dalam mengikuti pelaksanaan pelatihan

dengan harapan dapat memudahkan mereka dengan target yang ingin

dicapai setelah pelatihan

b. Materi pelatihan yaitu buku materi yang terdiri dari 1). Anda adalah

Wanita Mulia, 2). Istriku Bidadari dan Nafasku, 3). Bundaku

Segalanya Bagiku dan 4). Rumahku Surgaku.

3. Pelaksanaan Pelatihan

Pelaksanaan pelatihan ini dirancang dengan menggunakan sistem

focus group discussion yang dikemas seperti sarasehan. selain itu

pelatihan ini akan dilengkapi dengan simulasi pada paket yang

(21)

14

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian

pengembangan atau research and development. Research and

Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu, melalui penelitian yang bersifat analisis

kebutuhan dan kemudian menguji keefektifannya agar dapat

menghasilkan produk yang berdaya guna bagi kehidupan masyarakat

luas15.

Untuk dapat menciptakan produk yang berguna bagi kehidupan

masyarakat, peneliti menggunakan penelitian yang bersifat analisis

kebutuhan melalui pendekatan kualitatif yang meliputi; wawancara,

observasi, saran, dan kritik secara tertulis. Selain kualitatif, peneliti juga

menggali data menggunakan pendekatan kuantitaif melalui angket.

Peneliti menggunakan angket pre-test dan post-test untuk peserta atau

informan dan angket sebagai uji ahli produk untuk tim uji ahli.

2. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek yang diteliti pada penelitian kali ini adalah para ibu rumah

tangga. Dikarenakan jumlah para ibu rumah tangga ini cukup banyak,

maka sampel diambil melalui sistem random atau acak. Sedangkan lokasi

penelitian ini berada di Desa Kepuh Krajan Kecamatan Kejayan

Kabupaten Pasuruan.

15 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

(22)

15

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Bedasarkan jenisnya maka data dapat diklasifikasikan dalam

dua macam, yaitu:

1) Data Primer adalah data pokok dari penelitian ini, yaitu:

proses pelatihan yang diikuti oleh para informan ibu rumah

tangga dan hasil tulisan tangan informan yang tersedia di

lembar kerja pernyataan yang ada pada setiap sub-bab materi

pembahasan yang terdapat dalam buku paket pelatihan.

2) Data Sekunder adalah data maupun informasi yang

didapatkan oleh peneliti secara tidak langsung melalui

sumber pertama informan akan tetapi melalui data-data yang

sudah tersedia dan dapat diperoleh dengan mudah melalui

membaca dan mengamati.16 Dalam hal ini data sekunder

adalah buku-buku referensi yang menjadi pelengkap buku

paket pelatihan.

b. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu yang paling penting dalam

sebuah penelitian, hal ini dikarenakan jika terjadi kesalahan dalam

menggunakan atau memahami sumber data maka data yang

16 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Graha

(23)

16

diperoleh tidak sesuai dengan tujuan penelitian.17 dalam hal ini

sumber data di bagi menjadi dua bagian, yaitu:

1) Sumber data primer yaitu sumber data yang didapatkan

langsung dari lapangan. Dalam hal ini yang dimaksud dari

sumber data primer adalah informasi yang didapatkan peneliti

dari para informan atau peserta pelatihan yaitu: ibu Sunarsih, ibu

Rosidah, ibu Hurrotun Naila, ibu Roudlotul Jannah, ibu

Yulistina Amina, ibu Hamimah, ibu Niswatin, dan ibu Lu’luil

Maknunah.

2) Sumber data Sekunder adalah semua informasi yang berbentuk

literatur dan hasil pengamatan peneliti terhadap dokumentasi

hasil aktifitas para informan atau peserta pelatihan pasca

pelatihan dilaksanakan.

4. Tahap Penelitian

a. Perencanaan

Mengumpulkan data dan mempelajari tentang peran ibu rumah

tangga. Dalam hal ini peneliti melakukan studi literatur dengan

mempelajari berbagai buku yang membahas tentang istri dan ibu

yang ideal bagi suami dan anak-anaknya.

b. Pengembangan

1) Merumuskan tujuan yaitu terciptanya para ibu rumah tangga

yang dapat berperan sebagai ibu rumah tangga secara maksimal.

17 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada

(24)

17

2) Menyusun naskah pengembangan dengan mempersiapkan

materi tentang (a). Anda adalah Wanita Mulia (b). Istriku

Bidadari dan Nafasku, (c). Bundaku Segalanya Bagiku dan (d).

Rumahku Surgaku.

3) Mengembangkan paket yang menjadi petunjuk bagi para ibu

rumah tangga agar dapat mengikuti proses bimbingan dengan

tepat sehingga peserta penelitian memahami target yang ingin

dicapai setelah diadakannya pelatihan. Adapaun paket yang

dikembangkan berupa paket konseling keluarga dalam

meningkatkan kualitas peran ibu rumah tangga.

c. Menyusun Strategi Evaluasi

Menyusun strategi evaluasi merupakan hal yang perlu

dilakukan. Agar tingkat keberhasilan paket dapat diketahui, maka

perlu diadakan evaluasi bimbingan untuk mencapai hasil yang

maksimal.

d. Tahap Uji Coba

Untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas maka perlu

diadakan tahap uji coba melalui tiga tahap, yaitu uji ahli yang

bertujuan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang mendasar

baik dalam segi isi buku paket maupun rancangannya. Sedangkan

uji kelompok kecil dan terbatas bertujuan untuk mengetahui

(25)

18

menentukan tingkat pemahaman para peserta pelatihan terhadap

materi paket.

e. Tahap Revisi Produk

Revisi produk adalah kegiatan yang dilakukan setelah tahap uji

coba, dan juga sebagai kegiatan terakhir dari proses pengembangan

sebagai langkah penyempurnaan paket.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan

untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau

pengamatan disini diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan

menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan

pertanyaan-pertanyaan.18

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil metode observasi

nonpartisipan dimana peneliti tidak ikut serta dalam proses

kehidupan berumah tangga, namun hanya selaku pengamat saja yang

bertujuan agar peneliti benar-benar memahami kondisi yang

sebenarnya dan mendapatkan hasil penelitian yang valid.

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui aktifitas ibu rumah

tangga peserta pelatihan dalam kehidupan sehari-harinya baik

18Irawan Soehatono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999),

(26)

19

terhadap suami, anak atau urusan domestik rumah tangganya.

Observasi ini dilakukan sebelum dan sesudah pelaksanaan pelatihan

dengan tujuan agar dapat membedakan aktifitas para informan

sebelum dan sesudah pelatihan.

b. Wawancara tak Berstruktur (Unstructured Interview)

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan.19 Pertanyaan disesuaikan

dengan keadaan dan ciri unik dari responden dan pelaksanaan

tanya-jawab mengalir seperti percakapan sehari-hari.20

Penelitian ini memanfaatkan wawancara untuk menggali data

tentang dampak dari pelaksanaan pelatihan sehingga berpengaruh

pada peningkatan kualitas peran ibu rumah tangga dalam kehidupan

sehari-harinya.

Sedangkan materi wawancara dalam penelitian ini adalah

tentang 1) Pendapat peserta tentang pelatihan, 2) manfaat pelatihan,

3) aktifitas harian peserta, dan 4) perubahan yang terjadi setelah

pelatihan. adapun informan dalam wawancara ini adalah sebagian

19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2010), hal.234

20 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

(27)

20

dari peserta pelatihan yaitu ibu Hurrotun Naila dan ibu Lu’luil

Maknunah.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh dari

dokumen.21 Metode dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan

data yang diperoleh dari dokumentasi yang ada pada benda-benda

tertulis: buku, notulensi, catatan harian, peraturan-peraturan dan

lain-lain.22

Adapun dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah hasil pengambilan gambar atau foto aktifitas yang dilakukan

oleh para ibu peserta pelatihan pada saat berlangsungnya pelatihan

atau setelah selesai proses pelatihan. Dokumentasi yang dimaksud

berupa foto pelatihan dan hasil coretan para peserta pelatihan yang

ada di lembar refleksi setiap paket pelatihan.

d. Kuisioner

Kuisioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya. 23

Kuisioner ini diberikan kepada para tim uji ahli untuk

mengetahui apakah paket sudah memenuhi kriteria paket yang sudah

21 Husaini Usman. Metodologi Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 55.

22 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:

Bumi Aksara, 1996), hal. 202.

23 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

(28)

21

ditentukan, yaitu: kelayakan, kegunaan, ketepatan, dan respon

positif responden.

Selain itu, angket juga diberikan kepada ibu rumah tangga

peserta pelatihan (informan) yang berupa angket pre-test dan

post-test yang berguna sebagai alat pengukur potensi dan dampak

pelatihan atau perubahan perilaku yang terjadi dan berpengaruh pada

hasil implementasi pelatihan.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data lapangan model Miles dan Huberman. Analisis ini dilakukan pada

saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan

data dalam periode tertentu.24 Analisis data ini bertujuan agar peneliti

memperoleh hasil temuan yang sesuai dengan fokus permasalahan dalam

penelitian kemudian data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis

melalui cara sebagai berikut:

a. Melakukan Analisa Produk yang akan Dikembangkan

Melakukan analisa produk yang akan dikembangkan ini

dimulai dari pengumpulan informasi dan data. Informasi yang

dibutuhkan adalah sesuai atau tidaknya produk yang akan

dikembangkan ini dengan para informan atau peserta pelatihan.

Analisa produk ini dilakukan oleh tim uji ahli yaitu Prof. Moh. Ali

Aziz, M.Ag., Dr. H. Syarif Thoyib, M.Si., dan ibu Ani Christina.

24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

(29)

22

b. Pengembangan Produk Awal

Model pengembangan ini dirancang dalam format dan tahapan

yang jelas, sederhana, dan sistematis, sehingga tidak terlalu rumit

dilaksanakan.

c. Uji Coba Lapangan dan Revisi Produk

Penelitian dengan model pengembangan paket ini memiliki

tahapan khusus yang berbentuk uji lapangan dan revisi produk,

sehingga melalui penilaian dan revisi atas produk pengembangan

maka dapat dihasilkan produk efektif dan tentunya diharapkan

menarik bagi para penggunanya.

7. Uji Keabsahan Hasil Penelitian

Uji keabsahan hasil penelitian merupakan hal yang urgen dalam

sebuah penelitian, hal ini dikarenakan banyak hasil penelitian yang

diragukan keabsahannya baik penelitian kualitatif maupun penelitian

kuantitatif. Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan tehnik

keabsahan data sebagai berikut:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Dalam penelitian kualitatif kuantitas keikutsertaan peneliti

sangat menentukan hasil penelitian. Hal ini dikarenakan

keikutsertaan peneliti dapat menentukan kualitas pengumpulan data.

Semakin banyak peneliti ikut serta dalam proses penelitian maka

akan semakin banyak dan mendalam data yang akan didapatkan oleh

(30)

23

Dengan adannya perpanjangan keikutsertaan peneliti dalam

proses penelitian maka akan terjadi pengumpulan data yang

maksimal dan mendalam. Jika hal itu dilakukan maka akan

membatasi:

1) Gangguan dari dampak peneliti pada konteks

2) Kekeliruan penelitian

3) Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang

tidak biasa atau pengaruh sesat.25

b. Ketekunan Pengamatan

Dalam rangka memperoleh derajat pengabsahan hasil

penelitian yang maksimal maka perlu dilakukan peningkatan

ketekunan pengamatan di lapangan dengan melibatkan seluruh panca

indra seperti indra pendengaran, perasaan dan insting peneliti.

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan kriteria atau

unsur-unsur yang relevan dengan masalah atau isu yang sedang

diangkat oleh peneliti dan kemudian dapat lebih fokus terhadap

aspek tersebut. Dengan demikian peneliti melakukan pengamatan

dengan rinci, menyeluruh dan berkesinambungan terhadap

faktor-faktor yang nampak, kemudian menelaah secara menyeluruh sampai

faktor yang ada dapat benar-benar dipahami oleh peneliti.

25 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya:

(31)

24

c. Triangulasi

Triangulasi adalah tehnik pengabsahan data yang melibatkan

peneliti, metode, teori dan sumber data. Lebih jelasnya triangulasi

dibagi sebagai berikut:

1) Triangulasi peneliti adalah pengujian validitas hasil penelitian

yang melibatkan peneliti lain untuk melakukan pengecekan

ulang secara langsung baik dari segi wawancara ulang, atau

perekaman data yang sama di lapangan. Dengan kata lain

triangulasi peneliti adalah proses verifikasi terhadap hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh seorang peneliti.

2) Triangulasi sumber data adalah proses membandingkan hasil

pengamatan atau data yang satu dengan data yang lain dengan

berbagai sumber data yang berbeda.

3) Triangulasi metodologi proses membandingkan data sejenis

dengan menggunakan berbagai tehnik atau metode

pengumpulan data yang berbeda.

4) Triangulasi teoritis proses mengkaji satu permasalahan dilihat

dari berbagai sudut pandang teori yang lebih dari satu.26

Adapun triangulasi yang diterapkan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Dalam

triangulasi data atau sumbernya peneliti menggunakan beberapa

sumber untuk mengumpulkan data dengan jenis permasalahan yang

26 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012),

(32)

25

sama. Dengan kata lain proses pengambilan data di lapangan

dilakukan melalui beberapa sumber data yang berbeda dengan cara

sebagai berikut:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan yang dikatakan secara pribadi

3) Membandingkan pernyataan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang lain dengan strata

sosial yang berbeda.

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

Sedangkan triangulasi metode yang diterapkan oleh peneliti

adalah pengumpulan data sejenis dengan menggunakan beberapa

tehnik atau metode pengumpulan data yang berbeda yaitu

wawancara, observasi, dukumentasi dan kuisioner. hal ini

dilakukan sebagai upaya menutupi kekurangan atau kelemahan dari

satu tehnik pengumpulan data tertentu sehingga antara beberapa

tehnik pengumpulan data terjadi saling melengkapi. Dengan

demikian lebih memungkinkan mendapatkan hasil penelitian yang

(33)

26

Metode pengabsahan atau validitas data yang diambil oleh

peneliti lebih mengarah pada penelitian kualitatif, hal ini

dikarenakan dalam penelitian Research and Development yang

dilakukan terjadi pengkombinasian dua metode penelitian yaitu

kualitatif dan kuantitaif namun kualitatif lebih mendominasi

dibandingkan metode penelitin kuantitatif yang hanya sebagai

pelengkap.

H. Sistematika Pembahasan

Proposal penelitian ini disusun berdasarkan sistematika penulisan

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Merupakan landasan umum dari penelitian ini.

Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah yang

menjadi sentra kajian dikemukakan tujuan dan manfaat penelitian, spesifikasi

Produk, definisi konsep, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka. Bagian yang menguraikan berbagai literatur

yang berhubungan dengan penelitian ini, antara lain: Pengertian Konseling

Keluarga, Peran wanita sebagai istri, peran wanita sebagai ibu, dan peran

wanita di dalam rumahnya, serta manjemen waktu yang baik bagi wanita.

Dalam bab ini akan dibahas kerangka berfikir pengertian pengembangan

paket pelatihan ibu rumah tangga ideal.

Bab III Metode Penelitian. Bagian yang menguraikan berbagai metode

(34)

27

penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpul

data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data.

Bab IV Penyajian Data. Bagian yang memaparkan hasil uji coba

pengembangan produk, yang meliputi penyajian data uji coba, analisis data,

dan revisi produk berdasarkan hasil analisis data.

Bab V Penutup. Bagian yang membahas tentang kesimpulan hasil

kajian produk yang telah direvisi dan saran pengembangan produk lebih

(35)

BAB II

KONSELING KELUARGA, PERAN IBU RUMAH TANGGA,

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN

A. Kajian Teoritik

1. Konseling Keluarga

a. Pengertian Konseling

Berbicara tentang konseling banyak ahli merumuskan

definisinya dengan beragam perbedaannya. Hal ini dikarenakan

adanya perkembangan ilmu konseling itu sendiri dan tentu perspektif

ahli memandang dari sudut mananya.

Secara etimologis konseling berasal dari kata counseling

yang dalam bahasa Inggris dikaitkan dengan kata “councel” yang

berarti nasehat (to obtain counsel ), anjuran (to give councel), dan

pembicaraan (to take councel).1 Dengan demikian dalam arti konsep

kata konseling diartikan sebagai pemberian nasehat, proses

pemberian anjuran untuk melakukan sesuatu atau proses tukar

pikiran tentang suatu hal melalui sebuah pembicaraan.

Lebih luas dalam Andi Mappiare dalam W.S Winkel

mendefinisikan konseling sebagai serangkaian upaya pemberian

bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kemudian disebut konselor

terhadap klien. Dalam hal ini konseling dilakukan secara tatap muka

1Sahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Surabaya: PT. Revka Petra Media,

2012), hal. 16.

(36)

29

dengan tujuan agar konseli dapat mengambil tanggung jawab

terhadap dirinya sendiri dalam menghadapi persoalan dan dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.2

Berdasarkan definisi yang telah disebutkan di atas, dapat

disimpulkan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang

dilakukan oleh seorang profesional yang disebut konselor terhadap

klien atau konseli yang sedang membutuhkan bantuan agar konseli

tersebut dapat mengatasi masalahnya, mengembangkan potensi yang

dimilikinya secara optimal dan mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungan sekitar yang selalu mengalami perubahan.

Berbicara tentang konseling, banyak para ahli yang

mengelompokkan konseling dalam beberapa kategori, yaitu

berdasarkan masalah yang akan diselesaikan menjadi 1). Konseling

penyesuaian pribadi, 2). Konseling pendidikan, dan 3). Konseling

karir.3

b. Pengertian Keluarga

Menurut George Mudrock keluarga merupakan kelompok

sosial terkecil yang hidup dan tinggal bersama dalam satu atap,

terdapat kerjasama ekonomi dan terjadi proses reproduksi. Lebih

2W.S Winkel & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,

(Yogyakarta: Media Abadi, 2013), hal. 35.

3Syamsu Yusuf & A. Junitika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung:

(37)

30

lanjut George Mudrock membagi tiga tipe keluarga yaitu: keluarga

inti, keluarga poligami, dan keluarga batih.4

Berbeda dengan Mudrock, Koerner dan Fitzpatrick

mendefinisikan keluarga melalui tiga aspek yaitu:

1) Definisi Struktural

adalah keluarga yang didefinisikan berdasarkan

kahadiran dan tidaknya anggota keluarga, seperti anak, orang

tua, dan kerabat lainnya. Dengan kata lain definisi struktural

menfokuskan pada siapa yang menjadi bagian anggota keluarga.

Dengan demikian keluarga dapat diartikan sebagai asal usul,

keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan, dan keluarga

batih.

2) Definisi Fungsional

Adalah keluarga ditinjau dari segi penekanan terhadap

terpenuhinya tugas dan fungsi psikososial yang meliputi: fungsi

perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi,

dan peran-peran tertentu.5

3) Definisi Transaksional

Adalah kelompok yang dapat membangun,

memunculkan, dan mengembangkan keintiman melalui

perilaku-perilaku yang dapat memunculkan rasa identitas

4 Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam

Keluarga, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012), hlm 3-4.

5 Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam

(38)

31

sebagai keluarga, berupa ikatan emosional, pengalaman historis

maupun cita-cita masa depan. 6

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa keluarga adalah kelompok sosial terkecil yang menjalani

kehidupan bersama-sama dan terlibat dalam sebuah kerjasama dalam

beberapa fungsi keluarga sebagai berikut:

1) Fungsi keagamaan

Keluarga sebagai satu kesatuan masyarakat terkecil yang

memiliki tanggung jawab moral untuk membimbing anggotanya

menjadi manusia yang bermoral, berakhlak mulia, beriman dan

bertakwa.

1) Fungsi sosial budaya

Keluarga merupakan awal dari terciptanya masyarakat yang

berbudaya, saling menghormati dan rukun antar tetangga.

2) Fungsi cinta kasih

Anak-anak pertama kali belajar untuk memiliki rasa cinta kasih

terhadap lingkungannya melalui keluarganya. Anak yang

dibesarkan dalam suasana cinta dan kasih sayang yang

berlimpah maka akan tercermin pula sikap tersebut dalam

kehidupan bermasyarakat.

6Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam

(39)

32

3) Fungsi melindungi

Adanya perlindungan bagi anak-anak adalah hal yang sangat

penting, hal ini dkarenakan selama proses pertumbuhan dan

perkembangan anak membutuhkan orang yang dapat melindungi

mereka dari berbagai ancaman bahaya, baik fisik, maupun

moral. Dan bagi mereka orang tua merupakan pelindung

pertama dan utama selama proses tumbuh kembang tersebut.

4) Fungsi reproduksi

Keluarga merupakan tempat untuk melahirkan sumber daya

manusia yang berkualitas dan berestetika. Dari keluarga jugalah

dimulainya regenarasi tersebut.

5) Fungsi sosialisasi dan pendidikan

Pendidikan tidak akan mampu mewujudkan tujuan pendidikan

nasional tersebut tanpa ditunjang pendidikan keluarga. Hal ini

disebabkan karena keluargalah sebagai fondasi utama terhadap

keberhasilan tujuan pendidikan tersebut.

6) Fungsi ekonomi

Pendapatan per kapita nasional ditentukan oleh pendapatan usia

produktif warganya. Jika setiap individu yang berusia produktif

dalam satu keluarga memiliki pendapatan yang layak dan cukup,

(40)

33

7) Fungsi pembinaan lingkungan

Lingkungan sekitar yang bersih, tenteram dan damai akan

mewujudkan masyarakat yang sehat secara fisik dan mental.

Hal ini hendaklah dimulai dari keluarga. 7

c. Definisi Konseling Keluarga

Konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan

kepada individu anggota keluarga melalui mengubah interaksi antar

anggotanya sehingga keluarga tersebut dapat menyelesaikan masalah

yang dihadapinya untuk kesejahteraan seluruh anggota keluarga.8

Hal ini dilakukan melalui pembenahan sistem keluarga agar

potensinya berkembang dengan optimal dan masalahnya dapat

diatasi atas dasar kemauan dari semua anggota keluarga berdasarkan

kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.9

Seorang terapis keluarga Virginia Satir berpendapat bahwa

konseling keluarga adalah upaya pemberian bantuan terhadap

masing-masing anggota keluarga melalui membenahi hubungan

komunikasi antara setiap anggota keluarga.10 Menurut pandangan

teori ini komunikasi antar anggota keluarga adalah hal yang sangat

penting untuk diprioritaskan, hal ini dikarenakan hubungan

komunikasi yang mendalam antara anggota keluarga akan

7 Bambang Ismaya, Bimbingan & Konseling Studi, Karier, dan Keluarga, (Bandung,

Refika Aditama:2015), hal. 150-152

8 Eti Nurhayati, Bimbingan Konseling & Psikoterapi Inovatif, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2011), hal. 174.

9 Shofyan S. Willis, Konseling Keluarga, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 83.

10 Kathryn Geldard & David Geldard, Konseling Keluarga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

(41)

34

menjauhkan dari masalah-masalah yang mudah terjadi dalam

keluarga menuju solusi penguatan harga diri para anggota keluarga.

d. Tujuan Konseling Keluarga

Menurut Sofyan S. Willis tujuan konseling keluarga dapat

dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Tujuan umum

a) Membantu anggota keluarga untuk saling mempelajari akan

pentingnya hubungan emosional keluarga

b) Membantu anggota keluarga agar saling menyadari tentang

fakta bahwa keluarga adalah sebuah kesatuan. jika terjadi

masalah pada satu anggota keluarga maka mempengaruhi

persepsi, espektasi, dan interaksi anggota keluarga yang

lain.

c) Tercapainya keseimbangan antara anggota keluarga

sehingga tercipta pertumbuhan dan peningkatan setiap

anggota keluarga

d) Untuk mengembangkan penghargaan penuh sebagai

pengaruh dari parental

2) Tujuan khusus

a) Meningkatkan saling toleransi dan motivasi antara anggota

keluarga terhadap cara-cara yang istimewa atau keunggulan

(42)

35

b) Mengembangkan toleransi terhadap anggota keluarga yang

mengalami frustasi/ kecewa, konflik, dan rasa sedih yang

terjadi karena faktor sistem keluarga atau di luar sistem

keluarga.

c) Mengembangkan motif dan potensi setiap anggota keluarga

dengan cara men-support, memotivasi dan meningkatkan

anggota tersebut

d) Mengembangkan keberhasilan persepsi diri orang tua secara

realistik dan sesuai dengan anggota-anggota lain.11

e. Proses dan tahapan konseling keluarga

Terdapat beberapa tahap atau langkah yang harus dilalui dalam

proses konseling keluarga sebagai berikut:

1) Membangun rapport

Sebagaimana tujuan konseling adalah untuk dapat memenuhi

kebutuhan konseli, maka membangun hubungan yang baik

antara konselor dan konseli merupakan hal yang mutlak untuk

dilakukan. Rapport adalah adanya hubungan anatar konselor

dengan konseli yang bersifat harmonis, penuh kesesuaian,

kecocokan, dan saling tarik menarik.12 Ketika rapport terjadi

maka apapun masalah yang dialami konseli secara alami akan

tersampaikan pada konselor.

11 Shofyan S. Willis, Konseling Keluarga, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 88-89.

12 Sofyan S. Willis, Konseling Individual; Teori dan Pratek, (Bandung: Alfabeta, 2013),

(43)

36

2) Pengembangan apresiasi emosional

Adanya keterlibatan anggota keluarga dalam proses konseling

dapat menyebabkan terjadinya interaksi dinamik antara mereka

sehingga masing-masing anggota keluarga memiliki keinginan

untuk menyelesaikan masalah yang ada.

3) Pengembangan alternatif modus perilaku

Sebagai konselor yang baik menciptakan perilaku yang tidak

menyebabkan konseli merasa terganggu adalah hal yang harus

dilakukan. Hal ini dikarenakan perilaku konselor selama proses

konseling dapat mendukung terjadinya konseling yang efektif

atau malah sebaliknya.

4) Fase membina hubungan konseling

Membina hubungan konseling yang baik adalah hal yang

penting untuk dilakukan, hal ini dikarenakan keberhasilan tujuan

konseling secara efektif ditentukan oleh keberhasilan konselor

dalam membina hubungan konseling. Membina hubungan

konseling yang efektif dapat dilakukan konselor dengan syarat

konselor harus memiliki sikap menerima klien (acceptance),

menghargai klien tanpa syarat, jujur terhadap dirinya sendiri,

dan mampu merasakan apa yang dirasakan konseli (empati).

5) Memperlancar tindakan positif

(44)

37

(a) Eksplorasi dan menelusuri masalah, menetapkan tujuan

konseling, menetapkan rencana strategis, mengumpulkan

fakta, mengungkapkan perasaan konseli lebih mendalam,

mengajarkan keterampilan baru, menjelajah berbagai

alternatif, mengungkap perasaan, dan melatih skill baru.

(b) Perencanaan merupakan fase mengembangkan

perencanaan bagi konseli sesuai dengan tujuan untuk

memecahkan masalah, mengurangi perasaan menyedihkan

dan mengkonsolidasi skill baru atau perilaku baru untuk

mencapai aktifitas diri konseli.

Lebih spesifik Crane dalam Latipun menyusun tahapan

konseling keluarga untuk menangani anak berperilaku oposisi.

Secara garis besar Crane menggunakan pendekatan behavioral yang

dibagi menjadi empat tahap sebagai berikut:

(1) Melakukan terapi kepada orang tua dengan cara memberikan

pendidikan membentuk perilaku alternatif. Hal ini dapat

dilakukan dengan kombinasi tugas-tugas membaca dan sesi

pengajaran.

(2) Konselor menunjukkan kepada para orang tua bagaimana cara

mengimplementasikan ide-ide yang telah didapatkannya dari

hasil membaca prinsip atau materi yang telah diberikan

(45)

38

(3) Selanjutnya orang tua mencoba mengimplementasikan apa yang

telah mereka pelajari dari prinsip dan materi yang sudah

didapatkan dengan menggunakan situasi sesi terapi dan konselor

boleh memberikan koreksi jika itu dirasa perlu.

(4) Setelah tiga tahap di atas dilakukan maka selanjutnya adalah

para orang tua melakukan praktek di rumah masing-masing dan

konselor dapat melakukan kunjungan untuk mengamati hasil

konseling.13

Secara umum tahapan konseling keluarga Adlerian dapat dibagi dalam

3 tahap, yaitu :

(1) Intervieuw awal

Intervieuw awal adalah proses membantu klien mendiagnosis

tujuan anggota keluarga, mengevaluasi metode pengasuhan anak

yang selama ini ditrapkan orang tua, memahami iklim keluarga,

dan dapat membuat rekomendasi khusus bagi perubahan situasi

dalam keluarga tersebut.

(2) Role playing

Role playing merupakan proses bermain peran dan

metode-metode lain yang yang berorientasi pada perbuatan yang tampak.

Perbuatan yang tampak adalah hasil interaktif anggota di dalam

keluarga.

(46)

39

(3) Interpretasi

Interpretasi merupakan bagian penting dalam konseling keluarga

Adlerian yang dilanjutkan pada sesi-sesi selanjutnya. Interpretasi

dilakukan agar dapat menimbulkan insight (pemahaman bagi

anggota keluarga, memberikan pemahaman atas apa yang

dlakukan anggota keluarga), serta mendorong mereka untuk

menterjemahkan apa yang sudah dilakukan dalam kehidupan

sehari-hari.14

2. Peran Wanita dalam rumah tangga

Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh

orang yang berkedudukan dalam masyarakat.15 Peran adalah kata dasar

yang berati bagian dan tugas utama yang harus dilaksanakan.16

sedangkan yang dimaksud ibu rumah tangga adalah seorang wanita yang

mengelola rumah keluarganya, bertanggung jawab untuk mendidik

anak-anaknya, memasak dan menghidangkan makanan, membeli perlengkapan

yang dibutuhkan keluarga, membersihkan dan memelihara rumah dan

sebagainya.17

Dengan demikian yang dimaksud dengan peran ibu rumah tangga

adalah serangkaian tugas yang secara otomatis harus dilakukan oleh

wanita yang memiliki status sebagai istri. secara garis besar tugas-tugas

14Shofyan S. Willis, Konseling Keluarga, hal. 120-121.

15 Pusat Bahasa Departemen Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), hal. 854.

16 W.J.S Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1993), hal. 75

(47)

40

atau peran wanita tersebut dapat diklasifikasikan dalam tiga hal, yaitu

perannya sebagai istri, ibu bagi anak-anak, dan sebagai ibu rumah tangga

yang bertanggung jawab mengelola rumah keluarganya.18

a. Peran Wanita Sebagai Istri

Berbicara tentang peran wanita sebagai istri Allah berfirman

dalam Al Quran Surat An-Nisa’ ayat 34

ْمِِِاَوْمَأ ْنِم اوُقَفْ نَأ اََِِو ٍضْعَ ب ىَلَع ْمُهَضْعَ ب ََُا َلَضَف اَِِ ِءاَسِ لا ىَلَع َنوُماَوَ ق ُلاَجِ رلا

َصلاَف

َنُوُظِعَف َنَُزوُشُن َنوُفاَََ ِِ ََلاَو ََُا َظِفَح اَِِ ِبْيَغْلِل ٌتاَظِفاَح ٌتاَتِناَق ُتاَِِا

َناَك َََا َنِإ اَيِبَس َنِهْيَلَع اوُغْ بَ ت َََف ْمُكَْعَطَأ ْنِإَف َنُوُبِرْضاَو ِع ِجاَضَمْلا ِِ َنُوُرُجْاَو

اارِبَك اًيِلَع

Laki-laki adalah pelindung bagi perempuan (istri) karena Allah telah melebihkan sebagian mereka terhadap sebagian yang lain dan sebab mereka telah memberikan nafkah dengan hartanya. Maka mereka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada karena Allah menjaga mereka. Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz hendaklah kamu beri nasehat kepada mereka, tinggikanlah mereka di tempat tidur dan jika perlu pukullah mereka. Tetapi jika mereka menantimu, maka janganlah mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh Allah maha tinggi dan maha besar.19

Secara garis besar ayat tersebut menjelaskan tentang organisasi

terkecil yaitu keluarga (rumah tangga) dan menjelaskan

keistimewaan-keistimewaan peraturannya untuk mencegah

terjadinya keluarga yang tidak harmonis.20 pada penggalan ayat

kedua dibahas tentang kriteria wanita salihah yang pada intinya

mereka adalah wanita-wanita yang patuh terhadap para suami

18 Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga, (Bekasi: Pustaka Inti, 2011), 79. 19 Departemen Agama RI, Al Quran, (Bandung: Diponegoro, 2008), hal. 84.

(48)

41

mereka. Kata taat dalam ayat ini diungkapkan menggunakan kata

qanitat yang berasal dari masdar atau asal kata qunut bukan Thaiaat

yang berasal dari kata thaat menunjukkan bahwa ketaatan yang

dimaksud adalah ketatan yang timbul dari kehendak hati, pandangan,

kesenangan, dan kecintaan.21 Lebih jelas Quraisy Shihab dalam

tafsirnya menyatakan bahwa wajib patuh kepada suami dalam segala

hal yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.22

Imam Ibnu Kasir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa arti

wanita taat kepada suaminya adalah sebagaimana dikemukakan

dalam beberapa Hadis sebagai berikut:

َخ ْ ي

ُر

ِ لا

َس

ِءا

ْما

َر َأ ٌة

ِا

َذ

ا

َن َظ

َر

ْت

ِا َل

ْ ي َه

َس ا

َر ْت

َك

َو ,

ِا َذ

َا ا

َم ْر َ ت

َه

َأ ا

َط

َعا ْت

َك

َو ,

ِا َذ

ِغ ا

ْب

َت

َع ْ

َه ا

َح ِف

َظ ْت

َك

ِِْ

َ ن ْف

ِس

َه

َو ا

َم ِلا

َك

.

Sebaik-baik wanita adalah seorang istri yang apabila kamu melihat

kepadanya, membuatmu gembira; dan apabila kamu

memerintahkannya, maka ia mentaatimu; dan apabila kamu pergi meninggalkan dia, maka ia memelihara kehormatan dirinya dan hartamu.23

ِا َذ

َص ا

َل

ْت

ْ

لا

َأَر ُة

َْخ

َس َه

َو ,ا

َص

َما

ْت

َش

ْه َر

َ

َو ,ا

َح ِف

َظ

ْت

َ ف ْر

َج َه

َو ,ا

َأ

َط

َعا

ْت

َز ْو

َج َه

ِق ,ا

ْي َل

ََِ

ا

ْدا "

ُخ ِل

ْي

َْلا َ

َة

ِم

ْن

َا

ِ ي

ْ ا

َل

ْ ب َو

َبا

َم

َش ا

ْئ

َت

.

Seorang wanita itu apabila mengerjakan shalat lima waktunya, puasa bulan Ramadhannya, memelihara kehormatannya, dan taat kepada

suaminya, maka dikatakan kepadanya “ masuklah kamu ke surga dari

pintu manapun yang kamu sukai”.24

21As’ad Yasin dkk, Fi Zilalil Quran; terjemahan, hal 356.

(49)

42

ِا َذ

َد ا

َع

َلا ا

ُجر

ُل

ْما َر َأ

َت ُه

ِا

َل

ِف َر

ِشا

ِه

َف َأ َب

ْت

َع َل

ْي ِه

َل َع َ

ْ ت َه

ْا ا

َل َم

ََ ِئ

َك

َة

َح

َّ

ُت

ْص ِب

َح

)ملسم اور (

Apabila seorang laki-laki mengajak istrinya ke tempat tidurnya, lalu si istri menolaknya, maka para malaikat melaknatnya sampai pagi harinya.25

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa istri yang

baik adalah istri yang mampu menjalankan kewajibannnya sebagai

istri dengan baik sebagaimana dijelaskan tentang kewaiban istri

sebagai berikut:

1) Meraih ridlo suami. 26

2) Taat kepada suami.27

3) Membantu suami untuk beribadah dan taat kepada Allah

4) Melahirkan dan mendidik anak dengan baik sesuai syariat Islam

5) Membuat rumah tenang dan tenram

6) Menjaga harta, rumah, dan kehormatan suami serta tidak

mempergunakan apapun milik suami tanpa seizinnya

7) Mencari tahu apa saja yang bisa menyenangkan suami kemudian

berusaha memenuhinya.

8) Mengetahui waktu-waktu istirahat suami dan menciptakan

suasana aman untuk itu.

9) Tidak membebani suami di luar batas kemampuannya

10) Berhias untuk suami dan membantunya menjaga diri dari

perkara haram.28

25 HR. Muslim, Syarh Riyad Al Shalihin, (Maktabah Syamilah, Juz I) hal. 332.. 26 Al Ghazali, Menyingkap Hakikat Perkawinan, (Bandung: Karisma, 1997), hal. 133. 27 Muhammad bin Umar Nawawiy, Mutiara Perkawinan, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999),

(50)<

Gambar

Tabel 1.1  Spesifikasi Produk Paket Pelatihan konseling keluarga dalam meningkatkan kualitas
  Tabel 3.1 Daftar nama Konseli
Tabel 3.2 Pengolahan waktu kegiatan pelatihan sesi I
 Tabel 3.4 Pengolahan waktu kegiatan pelatihan sesi III
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Tengah yang masih menjadi endemis malaria dimana nyamuk vektornya adalah An maculatus An

Tabel tersebut menunjukkan bahwa antar calon GMJ terdapat perbedaan yang nyata pada karakter tinggi tanaman, panjang malai, berat 1000 butir dan umur

Pengaruh Masa Kerja Terhadap Pembentukan Mikronukleus Akibat Paparan Timbal Pada Pedagang Kaki Lima

Tujuan yang ingin dicapai adalah penulisan laporan ini menyediakan sistem informasi khususnya tentang perhitungan potongan penjualan dengan menggunakan metode rabat

darl crtu Befitrl hc crtu aognrl trat leln untuh arniaoa llnu. Aaterr fiogofl-aotofl yari8 poralh cliJelaJchtnle relrh

Abstrak: Kinerja perawat merupakan tindakan yang dilakukan seorang perawat dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, dimana kinerja yang

Hasil: Penilaian jumlah leukosit darah tepi berdasarkan kelompok dosis menunjukan peningkatan jumlah leukosit yang bermakna (p&lt;0,05) pada kelompok K2, D1, D2, dan D3.

Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012