• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model komunikasi Corporate Social Responsibility PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model komunikasi Corporate Social Responsibility PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V Surabaya."

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION V

SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Untuk

Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

(S.I.Kom) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh: Ratih Rif’atul Husnia

NIM.B76213081

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Ratih Rif’atul Husnia, B76213081. Model Komunikasi Corporate Social Responsibility PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V Surabaya. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Ada dua persoalan yang hendak dikaji dalam skripsi ini, yaitu: (1) Bagaimana proses komunikasi CSR PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya, dan (2) Bagaimana penggunaan media komunikasi dalam proses komunikasi CSR PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya.

Untuk mengungkapkan persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakanlah metode deskriptif. Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif karena peneliti berusaha mendeskripsikan bagaimana sebuah fenomena atau kenyataan mengenai bagaimana model komunikasi yang digunakan dalam CSR PT. Pertamina (Persero) melalui penggambaran fokus penelitian secara deskriptif dan holistik.

Dari data penelitian ini ditemukan bahwa (1) Model komunikasi yang digunakan dalam proses komunikasi PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya menggunakan model komunikasi Millenium Development, dan (2) Proses penyampaian pesan dilakukan melalui direct communication atau komunikasi secara langsung dan didukung oleh dua media yaitu media konvensional dan media online. Dari dua media tersebut televisi adalah media yang paling efektif karena dapat menampilkan pesan berupa audio-visual.

Bertitik tolak dalam penelitian ini, beberapa saran yang diperkirakan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya adalah (1) Dari setiap program CSR di lapangan dan pada praktiknya tentu saja akan mengalami kendala dalam sosialisasi kepada masyarakat. Untuk itu penulis menyarankan diperlukan laporan strategi CSR yang digunakan oleh PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya di masing-masing program dan evaluasi setelah dilaksanakan programnya tersebut apakah sudah tepat sasaran atau belum dalam penyampaian pesan komunikasinya. (2) Dari segi publikasi, penulis menyaranakan untuk melakukan publikasi lebih banyak lagi kepada masyarakat mengenai kegiatan CSR dengan menggunakan berbagai elemen-elemen komunikasi yang ada secara konsisten dari setiap kegiatan CSR yang telah dilakukan.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

F. Definisi Konsep ... 13

G. Metode Penelitian... 18

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 18

2. Subjek, Objek & Lokasi Penelitian ... 19

3. Jenis dan Sumber Data ... 20

4. Tahapan Penelitian ... 22

5. Teknik Pengumpulan Data ... 25

(8)

7. Teknik Keabsahan Data ... 28

H. Sistematika Pembahasan ... 30

BAB II : MODEL KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ... 32

A. Model Komunikasi Corporate Social Responsibility ... 32

1. Model Komunikasi ... 32

a. Pengertian Model Komunikasi ... 32

b. Fungsi Model Komunikasi ... 34

c. Model-model Komunikasi ... 35

1) Model S-R ... 35

2) Model Laswell ... 37

3) Model Shannon dan Weaver ... 39

4) Model Schramm ... 41

5) Model Berlo ... 42

6) Model DeFleur ... 44

2. Corporate Social Responsibility ... 46

a. Pengertian Corporate Social Responsibility... 47

b. Model pelaksanaan CSR ... 52

3. Media... 55

a. Media Komunikasi ... 56

b. Media Internal Perusahaan ... 63

c. Media-media yang digunakan Public Relation ... 64

B. Model Komunikasi Corporate Social Responsibility dalam Pandangan Teori Kontrak Sosial ... 66

BAB III : PAPARAN DATA PENELITIAN ... 72

A. Data tentang Model Komunikasi CSR PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya ... 72

1. Profil PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya ... 72

2. Profil Informan ... 83

(9)

1. Proses Komunikasi Corporate Social Responsibility PT.

Pertamina (Persero) MOR V Surabaya ... 84

2. Penggunaan Media dalam Proses Komunikasi Corporate Social Responsibility PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya ... 93

BAB IV : ANALISIS DATA MODEL KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR V SURABAYA ... 104

A. Temuan Penelitian ... 104

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori Kontrak Sosial ... 118

BAB V : PENUTUP ... 123

A. Simpulan ... 123

B. Rekomendasi ... 125

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Komunikasi S-R ... 35

Gambar 2.2 Model Komunikasi Lasswell ... 39

Gambar 2.3 Model Komunikasi Shannon dan Weaver ... 39

Gambar 2.4 Model Komunikasi Schramm ... 42

Gambar 2.5 Model Komunikasi Berlo ... 44

Gambar 2.6 Model Komunikasi DeFleur ... 46

Gambar 2.7 The Social Contract ... 68

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Secara prinsip perusahaan didirikan dengan tujuan untuk

menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Usaha pokok dari

sebuah perusahaan adalah kegiatan produksi yang menghasilkan produk

berupa barang dan kegiatan penawaran berupa jasa. Garis besar sebuah

perusahaan adalah mendapatkan keuntungan ekonomi secara maksimal

dan sedapat mungkin mencegah kerugian atau menekan kerugian

seminimal mungkin.1

Pada satu sisi harus diakui perusahaan merupakan salah satu

penopang dan penggerak perekonomian nasional. Peranan perusahaan

dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional merupakan bagian dari

kontribusi positifnya. Penciptaan lapangan kerja, produk barang serta jasa

yang dihasilkan dari usaha perusahaan, dan pembayaran pajak yang

memberikan pendapatan bagi negara merupakan kontribusi yang dirasakan

manfaatnya secara nyata.

Namun di sisi lain aktivitas perusahaan khususnya di bidang

industri telah menyebabkan terjadinya masalah pada lingkungan dan

tingkat perekonomian masyarakat yang berjarak dalam suatu wilayah.

Keadaan ini diperparah dengan kurang ditanggapinya berbagai tuntutan

masyarakat dalam permasalahan lingkungan, kesejahteraan masyarakat

1 Ujang Rusdiato, CSR Communications,

(13)

2

sekitar, dan lain-lain oleh perusahaan. Busyra Azheri berpendapat hal ini

dikarenakan kultur perusahaan yang didominasi cara berpikir dan perilaku

ekonomi yang hanya berorientasi keuntungan (profit orientate).2

Perusahaan yang didirikan di suatu wilayah dan berada

ditengah-tengah masyarakat yang memperoleh keuntungan dari hasil usaha yang

dijalankan seharusnya saat ini merubah cara berpikir tersebut. Menurut

Busyra Azheri, perusahaan bukan lagi sebagai entitas yang hanya

mementingkan diri sendiri (selfish) atau eksklusivitas dari lingkungan

masyarakat, tetapi sebagai sebuah entitas badan hukum yang wajib

melakukan adaptasi socio cultural dengan lingkungan di mana ia berada,

serta dapat dimintai pertanggungjawaban layaknya subjek hukum pada

umumnya.3

Perusahaan sebagai sebuah entitas badan hukum memiliki

tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility).

Dalam praktiknya selama ini masih terdapat beberapa perusahaan yang

melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR hanya

bersifat sukarela (voluntary) yang tidak memiliki komitmen berkelanjutan.

Terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas yang dalam salah satu pasalnya memuat kewajiban

bagi perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam, untuk melaksanakan Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), ditanggapi dengan beragam sikap

oleh berbagai pihak. CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab

2

Ibid., hlm. 12.

3 Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility:Dari Voluntary Menjadi Mandatory, (Jakarta:

(14)

3

moral suatu perusahaan terhadap para stakeholders-nya, terutama

komunitas atau masyarakat di sekitar wilayah kerja dan pengoperasian

perusahaan. Hal ini guna menciptakan sebuah keseimbangan dan

pemerataan kesejahteraan sosial ekonomi di masyarakat agar kecemburuan

sosial tidak lagi berpotensi menjadi sumber konflik.4

Tanggung jawab sosial perusahaan bukan hanya menjadi bentuk

Filantropi dari perusahaan semata, namun saat ini tanggung jawab sosial

sudah menjadi sebuah strategi dalam berbisnis. Di Indonesia tanggung

jawab sosial telah diwajibkan kepada seluruh perusahaan. Selain

memenuhi kewajiban terhadap Negara, tanggung jawab sosial juga

dilakukan sebagai salah satu strategi bisnis. Apabila perusahaan

melakukan tanggung jawab sosial maka timbal balik yang diterima oleh

perusahaan adalah nama baik perusahaan di mata masyarakat atau

konsumen serta telah memenuhi peraturan negara.

Corporate Social Responsibility jika dikaitkan dengan syari’ah

atau hukum islam merupakan konsekuensi dari zakat dan shodaqoh,

merupakan hukum islam yang termasuk dalam entitas hukum yang

dilakukan oleh umat islam. Zakat bersifat mutlak atau wajib dilaksanakan

dan apabila dilaksanakan akan memperoleh reward yakni berupa amalan

yang akan mendapat pahala. Sedangkan shodaqoh bersifat tidak mutlak

atau bisa disebut sunnah atau amalan yang jika diamalkan atau dilakukan

akan mendapat pahala, jika tidak dilaksanakan maka tidak mendapatkan

hukuman atau ganjaran, dalam CSR disebut volunteering. Kedua entitas

(15)

4

hukum ini memiliki energi atau semangat yang sama dengan Corporate

Social responsibility. Sebuah perusahaan yang melaksanakan Corporate

Social responsibility akan mendapat efek domino dari masyarakat, yakni

license to operation image perusahaan menjadi baik dan loyalitas

masyarakat terhadap perusahaan dan bersifat jangka panjang. Jika tidak

melaksanakan maka efeknya adalah perlakuan atau pandangan negatif.

yang diperoleh dari masyarakat.5

Perusahaan merupakan unit bisnis, yang di dalamnya adalah

kelompok orang yang memiliki tujuan sama dan berusaha mencapai tujuan

tersebut secara bersama.6 Orientasi perusahaan adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan bagi pemilik (stakeholder) perusahaan. Batasan tersebut

sesungguhnya adalah cara pandang lama (tradisional), yang karena

perjalanan waktu dan pengalaman sejarah sudah tidak relevan lagi. Bagi

masyarakat, kehadiran CSR (Corporate Social Responsibility) sangat

membantu bagi kehidupan, terjalinnya hubungan yang saling

menguntungkan (simbiosis mutualisme) antara perusahaan dan

masyarakat, hubungan antara perusahaan dan masyarakat sebagai

konsumen sama-sama diuntungkan, jika perusahaan mendapat citra yang

positif dan semakin memantapkan eksistensi di dunia maka masyarakat

diuntungkan oleh kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

Tujuan dari membangun citra positif perusahaan di masyarakat

adalah semakin memperbanyak konsumen dari produk yang dikeluarkan.

5

Nur Afni Khafsoh, Pelaksanaan Program Kerja CSR PT. Djarum dalam Meningkatkan Produktivitas Masyarakat (Studi Kasus Program Community Empowerment di Desa Sodo, Paliyan, Gunungkidul Yogyakarta), Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013.

6

(16)

5

Biasanya perusahaan besar akan membangun citra yang kuat agar

perusahaannya dianggap menjadi perusahaan yang ramah terhadap

masyarakat, di negara maju Corporate Social Responsibility menjadi

strategi bisnis dalam menjaga eksistensi sebuah perusahaan.7

CSR sebagai salah satu strategi bisnis dalam pelaksanaannya pasti

menggunakan suatu model komunikasi yang bertujuan untuk

menyampaikan pesan-pesan terkait kegiatan CSR yang dilakukan. Model

komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang

memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan

komponen lainnya.8

Termasuk dalam hal ini salah satu jenis perusahaan yang wajib

melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR adalah

perusahaan yang termasuk ke dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

yang menggunakan sumber daya alam dalam bentuk minyak dan gas

sebagai bahan baku utama untuk produksinya. Dalam memperoleh bahan

baku tersebut perusahaan BUMN secara tidak langsung akan

mempengaruhi keadaan lingkungan (alam) serta masyarakat yang tinggal

di daerah sumber daya alam yang dikelola. Tidak terkecuali PT. Pertamina

(Persero) beserta seluruh cabang operasinya wajib melaksanakan

tanggungjawab sosial perusahaan atu kegiatan CSR.

Pertamina Marketing Operation Region (MOR) V Surabaya

merupakan salah satu unit operasional PT. Pertamina (Persero) yang

bergerak dalam bidang pemasaran dan niaga untuk Bahan Bakar Minyak

7 Ibid., hlm. 27. 8

(17)

6

(BBM) serta gas bumi bagi masyarakat di wilayah Jawa Timur, Bali, dan

Nusa Tenggara (Jatim Balinus). Sebagai perusahaan yang bergerak dalam

bidang pemasaran dan niaga BBM serta gas bumi, PT. Pertamina (Persero)

MOR V Surabaya tidak lepas dari peran CSR sebagai bentuk dari

tanggung jawab perusahaan dan lingkungannya dalam upaya menjalin

hubungan dan kerjasama yang baik antara perusahaan dengan publik

terutama masyarakat yang berada di sekitar area operasi perusahaan.

Dalam program Corporate Social Responsibility (CSR)

mengkomunikasikan aktivitas CSR kepada stakeholdernya baik internal

maupun eksternal merupakan salah satu tahapan penting dalam

keseluruhan implementasi program CSR. Upaya pengkomunikasian

program CSR dalam perusahaan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh

Public Relation perusahaan. Mengkomunikasikan program CSR akan

memberi manfaat kepada perbaikan citra perusahaan dan idealnya dapat

meberikan akses kepada publik untuk dapat melakukan verifikasi dan

memberikan masukan atau kritik bagi pengembangan program ke depan.

Selain itu upaya komunikasi yang dilakukan public relation terhadap

stakeholder dapat mengurangi terjadinya konflik kepentingan dalam

pelaksanaan program CSR.

Dari uraian di atas penelitian ini menjelaskan dan mendeskripsikan

bagaimana model komunikasi atau proses penyampaian pesan terkait CSR

yang dilaksanakan oleh PT. Pertamina (Persero) khusunya di MOR V

Surabaya kepada masyarakat serta media yang digunakan dalam proses

(18)

7

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang

di atas, peneliti memfokuskan penelitian dalam tiga hal yaitu:

1. Bagaimana proses komunikasi Corporate Social Responsibility PT.

Pertamina (Persero) MOR V Surabaya?

2. Bagaimana penggunaan media komunikasi dalam proses komunikasi

terkait Corporate Social Responsibility PT. Pertamina (Persero) MOR

V Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk memahami dan mendeskripsikan proses komunikasi Corporate

Social Responsibility PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya.

2. Untuk memahami dan mendeskripsikan penggunaan media

komunikasi dalam proses komunikasi terkait Corporate Social

Responsibility PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih sebagai

berikut:

1. Dilihat dari segi teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

khazanah keilmuan tentang program kerja Corporate Social

Responsibility khususnya bagi masyarakat dan memberi kontribusi

atau sumbangan pemikiran kepada akademisi maupun jurusan Ilmu

(19)

8

2. Dilihat dari segi praktis

a. Bagi penulis

1) Penelitian ini akan memperluas wawasan dan pemahaman

antara hasil kenyataan dalam praktek dengan teori komunikasi

yang menjelaskan model komunikasi program kerja Corporate

Social Responsibility perusahaan.

2) Terpenuhinya salah satu syarat dalam menyelesaikan Skripsi

Program Studi Ilmu Komunikasi untuk meraih gelar Sarjana.

b. Bagi PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi/masukan

yang positif bagi praktisi public relation PT. Pertamina (Persero)

MOR V Surabaya dalam model komunikasi Corporate Social

Responsibility.

c. Bagi akademisi

Penelitian ini akan mencoba memberikan kontribusi berupa

pemikiran dan temuan-temuan empiric mengenai strategi

perusahaan. Khususnya dalam model komunikasi program kerja

Corporate Social Responsibility, sehingga nantinya diharapkan

dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain dalam penelitian sejenis.

E. Penelitian Terdahulu

Tidak dapat dipungkiri adanya kenyataan bahwa ada karya penelitian,

baik berupa buku, jurnal, skripsi, majalah, maupun hasil penelitian lain

yang berbentuk karya tulis yang membahas usaha peningkatan citra sebuah

(20)

9

akademi, pemerhati intelektual maupun praktisi yang mempunyai

spesifikasi keilmuan dalam bidang ilmu komunikasi, namun sampai saat

ini, baru penelitian saya yang menggunakan judul “Model Komunikasi

CSR PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya”

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian Nike

Agustina, Tri Hartati Liasari, Maria Sylvia A.D.A, Dedi Mulyadi, Sonny

Hersona, dan Linda Devis May. Penelitian yang dilakukan oleh Nike

Agustina menjelaskan bahwa tanggung jawab sosial PT. Pertamina Hulu

Energy (WMO) ditujukan dalam upaya pengembangan masyarakat di

Kecamatan Gresik melalui kegiatan peningkatan kualitas pendidikan,

peningakatan usaha kecil menengah, peningkatan kualitas kesehatan,

pelestarian lingkungan, serta perbaikan fasilitas umum.9 Sama halnya

dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri Hartiati Liasari menjelaskan

pelaksanaan program Community Development sebagai bentuk CSR PT.

Pertamina Terminal BBM Rewulu Yogyakarta khususnya pada program

Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), pengembangan

industri rumah tangga tambak cakar ayam dan jamu tradisional pada tahun

2012.10 Penelitian yang dilakukan oleh Maria Sylvia A.D.A bertujuan

untuk mengetahui proses public relation yang dilakukan oleh PT

Pertamina (Persero) MOR V Surabaya dalam pengelolaan program CSR

Pertamina Hijau Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo di kota Surabaya

9Nike Agusti a, Pera Corporate “o ial Respo si ility C“R PT. Perta i a Hulu E ergy WMO dala Pe ge a ga Masyarakat di Ke a ata Gresik , ejournal.unesa.ac.id. hlm. 1.

10Tri Hartati Liasari, Pelaksa aa Progra

Community Development sebagai bentuk Corporate

“o ial Respo si ility C“R pada PT Perta i a Persero Ter i al BBM Re ulu Yogyakarta ,

(21)

10

tahun 2016.11 Penelitian yang dilakukan oleh Dedi, Sonny dan Linda yang

fokus menghitung pelaksanaan CSR dan respon/ tanggapan masyarakat

pada PT. Pertamina Gas Area JBB Distrik Cilamaya.12

Dari keempat penelitian ini menunjukkan bahwa adanya program CSR

tersebut sangat berperan dalam pengembangan masyarakat dan masyarakat

setuju terhadap pelaksanaan CSR perusahaan. Jadi melalui penelitian ini

peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian dengan tema model

komunikasi yang digunakan perusahaan dalam melaksanakan program

CSR-nya sehingga dapat memaksimalkan pesan dan media yang

digunakan untuk menyebarluaskan program CSR kepada masyarakat.

Maka dari itu dalam penelitian ini sangat berbeda karena memiliki

spesifikasi yang jelas dan khas. Dalam penelitian saya ingin mengetahui

proses komunikasi yang digunakan pihak PT. Pertamina serta media apa

yang digunakan untuk menyebarluaskan program CSR-nya kepada publik

luas. Kesamaan dengan keempat penelitian ini adalah sama-sama meneliti

tentang CSR.

Tabel 1.1 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

1 Peneliti Nike Agustina

Judul Peran Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Pertamina

Hulu Energy WMO dalam Pengembangan Masyarakat di

Kecamatan Gresik

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif

kualitatif

11Maria “yl ia A.D.A, C“R Perta i a Persero MOR V “ura aya Proses Pu li Relatio

Pertamina MOR V Surabaya dengan Stakeholders dalam Pengelolaan CSR Pertamina Hijau di

Ka asa Eko isata Huta Ma gro e Wo orejo “ura aya 6 , digilib.uns.ac.id. hlm. 16-17.

(22)

11

Temuan Peran CSR PT. Pertamina Hulu Energy WMO dalam

pengembangan masyarakat tidak hanya sebagai pihak

perusahaan yang melakukan pembiayaan atau permodalan

terhadap usaha kecil menengah tetapi sebagai suatu

pemberdayaan poteni guna menunjang peningkatan

produktivitas dan kesejahteraan ekonomi.

Persamaan Sama-sama meneliti tentang program Corporate Social

Responsibility

Perbedaan Penelitian kualitatif ini lebih fokus pada Peran CSR PT.

Pertamina Hulu Energy WMO dalam pengembangan

masyarakat

2 Peneliti Tri Hartati Liasari

Judul Pelaksanaan Program Community Development Sebagai

Bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT.

Pertamina (Persero) Terminal BBM Rewulu Yogyakarta

(Studi Kasus Program Community Development: Sekolah

Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPTH),

Pengembangan Industri Rumah Tangga Rambak Cakar

Ayam dan Jamu Tradisional pada tahun 2012)

Metode Penelitian Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian deskriptif

kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus

Temuan Program community development yang dilakukan oleh PT.

Pertamina TBBM Rewulu pada tahun 2012 termasuk dalam

program dan program sentralisasi yaitu perusahaan sebagai

pelaksana/ penyelenggara utama program dan kegiatan serta

tempat kegiatan berlangsung di sekitar perusahaan.

Pelaksaan program community development pada PT.

Pertamna TBBM Rewulu melalui tiga tahap yaitu: 1) Tahap

perencanaan, 2) Tahap pelaksanaan dan 3) Tahap Evaluasi.

Persamaan Sama-sama meneliti program Corporate Social

Responsibility di PT. Pertamina

Perbedaan Lebih fokus pada program Community Develompent yang

dilakukan oleh PT. Pertamina TBBM Rewulu

3 Peneliti Maria Sylvia Agustina Dwi Afrianti

Judul CSR PT Pertamina (Persero) MOR V Surabaya (Proses

Public Relation Pertamina MOR V Surabaya dengan

(23)

12

Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo Surabaya

2016)

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi

deskriptif kualitatif.

Temuan Dalam pelaksanaan program CSR 100 Juta Pohon di

Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo, tahap

planning dengan sistem top down berdasarkan hasil fact

finding. Dan untuk evaluation, Pertamina menggunakan

sistem evaluasi eksternal, mengevaluasi melalui laporan

akhir dari Pendamping Pelaksana dan hasil klipping

pemberitaan baik media online maupun media cetak koran.

Proses komunikasi yang digunakan adalah two ways

communication, dengan komunikator utama Pertamina dan

komunikan utama pendamping pelaksana dan masyarakat.

Stakeholder dalam program CSR ini ada dua yang utama,

yaitu pendamping pendamping pelaksana yang termasuk

dalam kategori stakeholder vocal minority dan masyarakat

yang dalam tahap palnning sebagai stakeholder prononents

dan dalam tahap communication and act termasuk dalam

kategori stakeholder vocal minority.

Persamaan Sama-sama meneliti program CSR Peramina (Persero)

MOR V

Perbedaan Lebih fokus pada program CSR 100 Juta Pohon di Kawasan

Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo Surabaya.

4 Peneliti Dedi Mulyadi, Sonny Hersona dan Linda Devis

Judul Analisis Pelaksanaan Corporate Social Responsibility pada

PT. Pertamina Gas Area JBB Distrik Cilamaya bagi

Masyarakat

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif

Temuan Analisis pelaksanaan Corporate Social Responsibility

(CSR) dengan menggunakan 25 butir pertanyaan dari 13

indikator terhadap variabel CSR yang berdasarkan hasil

kuisioner dengan analisis deskriptif dan rentang skala

diperoleh nilai skor rata-rata sebesar 540,28 artinya

responden menyatakan baik/setuju terhadap pelaksanaan

CSR PT. Pertamina Gas Area JBB Distrik Cilamaya bagi

(24)

13

Persamaan Sama-sama meneliti tentang program Corporate Social

Responsibility

Perbedaan Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang

berfokus pada perhitungan korelasi antara pelaksanaan

Corporate Social Responsibility PT. Pertamina Gas Area

JBB Distrik Cimalaya dengan respon masyarakat

F. Definisi Konsep

Konsep merupakan unsur pokok dalam penelitian.13 Jika masalahnya

dan kerangka teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta

mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok penelitian.

Sehubungan dengan hal di atas, maka dalam pembahasan perlulah

kiranya peneliti membatasi dari sejumlah konsep yang diajukan dalam

penelitian yang berjudul “Model Komunikasi Corporate Social

Responsibility PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya” yang

mempunyai konsep antara lain:

1. Model komunikasi

Model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses

komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen

komunikasi dengan komponen lainnya.14

Model adalah kerangka kerja konseptual yang menggambarkan

penerapan teori untuk kasus-kasus tertentu. Sebuah model membantu

kita mengorganisasikan data-data sehingga dapat tersusun kerangka

konseptual tentang apa yang akan diucapkan atau ditulis. Kerap kali

model-model teoritis, termasuk ilmu komunikasi digunakan untuk

13 Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm. 140. 14

(25)

14

mengekspresikan definisi komunikasi, bahwa komunikasi adalah

proses transmisi dan resepsi informasi antara manuasia melalui

aktivitas encoder yang dilakukan oleh penerima.

David Crystal dalam bukunya A Dictionary of Linguistics

Phonetics kerap memodelkan komunikasi melalui definisi, komunikasi

terjadi ketika informasi yang sama maksudnya dipahami oleh pengirim

dan penerima. Sedangkan Edmondson dan Burquest mengatakan

bahwa bahasa sebagai alat komunikasi berisi jenis-jenis kode yang

dikomunikasikan melalui suatu proses decoding.15

Menurut Sereno dan Mortensen model komunikasi merupakan

deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya

komunikasi. Model komunikasi mempresentasikan secara abstrak

ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu

dalam dunia nyata. Sedangkan B. Aubrey Fisher mengatakan, model

adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari

keseluruhan, unsur, sifat, atau komponen yang penting dari fenomena

yang dijadikan model. Model adalah gambaran informal untuk

menjelaskan atau menerapkan teori, dengan kata lain model adalah

teori yang disederhanakan.

Werner J. Severin dan James W. Tankard Jr mengatakan model

membantu merumuskan teori dan menyarankan hubungan. Oleh

karena hubungan antara model dengan teori begitu erat, model sering

dicampuradukkan dengan teori. Oleh karena kita memilih unsur-unsur

15 Alo Liliweri, Komunikasi Serba ada Serba Makna (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hlm.

(26)

15

tertentu yang kita masukkan dalam model, suatu model

mengimplikasikan penilaian atas relevansi, dan ini pada gilirannya

mengimplikasikan teori mengenai fenomena yang diteorikan. Model

dapat berfungsi sebagai basis bagi teori yang lebih kompleks, alat

untuk menjelaskan teori dan menyarankan cara-cara untuk

memperbaiki konsep-konsep.16

Dalam penelitian ini model komunikasi yang akan diteliti adalah

model komunikasi yang digunakan dalam kegiatan Corporate Social

Responsibility PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya.

2. Corporate Social Resposibility

Konsep dari CSR mengandung arti bahwa organisasi bukan lagi

sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri (selfish).

Sehingga teralienasi dari lingkungan masyarakat di tempat mereka

bekerja, melainkan sebuah entitas usaha yang wajib melakukan

adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya. Konsep ini

menyediakan jalan bagi setiap perusahaan untuk melibatkan dirinya

dengan dimensi sosial dan memberikan perhatian terhadap

dampak-dampak sosial yang ada.17

CSR lebih lanjut dimaknai sebagai komitmen perusahaan atau

organisasi untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara

legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan

peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus

16

Deddy Mulayana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 131

17 Ujang Rusdiato, CSR Communications,

(27)

16

juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih

luas.

Konsep CSR merupakan konsep yang sulit diartikan. Disadari

masih terdapat perspektif dalam memandang CSR dan mengakibatkan

munculnya berbagai rumusan CSR dan berbagai elemen atau program

yang terkandung dalam terminology CSR ini dapat dilihat dari

beberapa pihak yang kemudian mendefinisikan CSR tersebut.

Dalam ISO 26000, CSR didefinisikan sebagai: “Tanggung jawab

suatu organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap

masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis,

yang: konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan

masyarakat; memperhatikan kepentingan dari para stakeholder; sesuai

hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma

internasioanal; terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi, dalam

pengertian ini meliputi baik kegiatan, produk maupun jasa.”18

Pendapat Schemerorn yang dikutip oleh Edi Suharto memberi

definisi tanggung jawab sosial perusahaan sebagi suatu kepedulian

organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri

dalam melayani kepentingan publik eksternal.19 Secara konseptual,

tanggungjawab sosial perusahaan adalah pendekatan dimana

perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis

dan interaksi mereka dengan para pemangku dan kemitraan.

18

Ibid.

19 Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri memperkuat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

(28)

17

Sedangakan CSR yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kegiatan yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) yang meliputi 1)

Petamina dan Pendidikan 2) Pertamina dan Masyarakat 3) Pertamina

dan Kesehatan 4) Pertamina dan Lingkungan.

3. Media Komunikasi

Media komunikasi adalah suatu alat atau sarana yang digunakan

untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.20

Media yang dominan dalam berkomunikasi adalah panca indera

manusia seperti telinga dan mata. Media juga merupakan jendela yang

memungkinkan untuk dapat melihat lingkungan yang lenih jauh,

sebagai penafsir yang membantu memahami pengalaman, sebagai

landasan penyampaian informasi, sebagai komunikasi interaktif yang

meliputi opini audiens, sebagai penanda pemberi intruksi atau

petunjuk, sebagai penyaring atau pembagi pengalaman dan fokus

terhadap orang lain, cermin yang merefleksikan diri kita dan

penghalang yang menutupi kebenaran. Media komunikasi juga

dijelaskan sebagai sebuah sarana yang digunakan sebagai sarana

produksi, reproduksi, mengolah, dan mendistribusikan untuk

menyampaikan sebuah informasi. Media komunikasi dangat berperan

penting bagi kehidupan masyarakat.21 Secara sederhana, sebuah media

komunikasi adalah sebuah perantara dalam menyampaikan sebuah

informasi dari komunikator kepada komunikan yang bertujuan agar

efesien dalam menyebarkan informasi atau pesan. Komunikasi

20

Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi, Theories of Human Communication (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), hlm. 134.

21

(29)

18

merupakan bentuk percakapan yang berlangsung atas dasar persamaan

persepsi.

G. Metode penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian

kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.22 Menjelaskan bahwa,

penelitian kualitatif dilakukan untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik.

Jenis penelitian deksriptif dapat memberikan gambaran secara utuh

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Sedangkan penggunaan tataran deskripsi, bertujuan untuk membuat

deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan

objek tertentu.23 Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif

dalam penelitian kualitatif ini, karena dalam konteks ini peneliti

berusaha mendeskripsikan bagaimana sebuah fenomena atau

kenyataan mengenai bagaimana model komunikasi yang digunakan

dalam Corporate Social Responsibility PT. Pertamina (Persero)

melalui penggambaran fokus penelitian secara deskriptif dan holistik.

22 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 2004), 6. 23

(30)

19

2. Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang,

benda, ataupun lembaga (organisasi). Subjek penelitian pada

dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitin. Di

dalam subjek penelitian inilah terdapat objek penelitian.24 Peneliti

telah menentukan subjek penelitian yaitu penanggung jawab

Corporate Social Responsibility dan praktisi Public Relation

perusahaan PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya, yang

nantinya akan digali data dan pada akhirnya ditarik kesimpulan

atas penggalian data tersebut.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda,

orang atau yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian.

Sifat keadaan dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas, dan kualitas

yang bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan

penilaian, sikap pro-kontra, keadaan batin dan bisa juga berupa

proses.25 Objek dari penelitian ini yakni kajian dari ilmu

komunikasi khususnya model komunikasi yang digunakan oleh PT.

Pertamina (Persero) MOR V Surabaya dalam menjalankan

kegiatan CSRnya.

c. Lokasi Penelitian

24 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 35. 25

(31)

20

Penelitian ini akan dilakukan di kantor PT. Pertamina

(Persero) MOR V yakni di jalan Jagir Wonokromo No. 88

Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur.

3. Jenis dan Sumber Data

Untuk keakuratan data, penelitian ini dgali dari beberapa jenis dan

sumber data, antara lain adalah:

a. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1) Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari

sumbernya, diamatai dan dicatat untuk pertama kalinya.26 Data

primer yang diperoleh peneliti adalah data mengenai model

komunikasi Corporate Social Responsibility PT. Pertamina

(Persero) MOR V Surabaya.

2) Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti. Data ini diperoleh melalui Studi

kepustakaan dan Website, yaitu melakukan pengumpulan data

dengan membaca dan mempelajari beberapa literatur,

materi-materi, laporan hasil penelitian, jurnal-jurnal, dan sebagainya

yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti. Data

sekunder yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini yaitu:

a) Profil PT. Pertamina (Persero)

b) Awal mula diterapkan program CSR

26 Elvinaro Ardianto, Metode Penelitian untuk Public Relations (Bandung: Simbiosa Rekatama,

(32)

21

b. Sumber data

Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan

utama dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Dalam

penelitian kualitatif tidak digunakan istilah populasi. Teknik

sampling yang digunakan oleh peneliti adalah Purposive Sampling

dan Snowball Sampling.

1) Purpose Sampling

Dalam hal ini merupakan informan, merupakan orang yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan

kondisi latar penelitian.27 Adapun pemilihan informan

ditentukan berdasarkan teknik purpose sampling.

Teknik purpose sampling yakni berdasarkan petimbangan yang

erat kaitannya dengan tujuan penelitian. Penulis memilih

informan yang terlibat langsung dalam Corporate Social

Responsibility PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya.

2) Snowball Sampling yaitu proses penentuan informan

berdasarkan informan sebelumnya tanpa menentukan

jumlahnya secara pasti dengan menggali informasi terkait topik

penelitian yang diperlukan. Penentuan informan dengan teknik

ini diambillah beberapa informan yaitu staff CSR dan staff

Communication & Relation PT. Pertamina (Persero) MOR V

Surabaya yang terus digali informasinya.

27 Iskandar Wirjokusumo dan Soemadji Andori, Metode Penelitian Kualitatif (Penerbit: Unesa

(33)

22

4. Tahapan Penelitian

a. Tahap Pra Lapangan

Ada empat tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti

dalam tahap ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu

dipahami, yaitu etika peneliti lapangan. Kegiatan dan pertimbangan

tersebut di uraikan berikut ini.28

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Tahap ini disebut juga dengan tahap pembuataan proposal

penelitian. Peneliti melakukan tahap ini pada akhir bulan

Oktober sampai bulan November.

2) Memilih Lapangan penelitian

Setiap situasi merupakan laboratorium di dalam lapangan

penelitian kualitatif. Beberapa aspek kehidupan sosial dapat

diteliti karena hal itu menjadi lebih jelas. Namun, satu hal yang

perlu diperhatikan oleh peneliti ialah barangkali baik apabila

tidak secara teguh berpegang pada acuan teori, tetapi biarlah

hal itu dikembangkan pada pengumpulan data. Peneliti memilih

PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya karena perusahaan

tersebut merupakan perusahaan yang memiliki program CSR

(Corporate Social Responsibility).

3) Menjajaki dan Menliai Lapangan

Tahap ini belum sampai pada titik yang menyingkapkan

bagaimana penelitian masuk lapangan dalam arti mulai

28Lexy J. Moleong,

(34)

23

mengumpulkan data yang sebenarnya. Jadi, tahap ini barulah

orientasi lapangan, namun dalam hal-hal tertentu telah menilai

keadaan lapangan.

Maksud dan tujuan penjajakan lapangan adalah berusaha

mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik, dan keadaan

alam. Jika peneliti telah mengenalnya, maksud dan tujuan

lainnya ialah untuk membuat peneliti mempersiapkan diri,

mental maupun fisik, serta menyiapkan perlengkapan yang

diperlukan. Pengenalan lapangan dimaksudkan pula untuk

menilai keadaan, situasi, latar dan konteksnya.

Pengenalan dan penjajagan lapangan diteruskan sehingga

peneliti menjadi bagian anggota kelompok yang ditelitinya.

Pada tahap ini peneliti akan berinteraksi dengan stakeholder

perusahaan yang bertanggung jawab dalam program kerja

Corporate Social Responsibility PT. Pertamina (Persero) MOR

V Surabaya supaya lebih mudah mengetahui dan memahami

apa saja program tanggung jawab sosial yang dilaksanakan

oleh perusahaan.

4) Memilih dan Memanfaatkan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, ia

harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian.

Ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian

(35)

24

kebaikannya dan dengan kesuka-relaannya ia dapat

memberikan pandangan dari segi orang-dalam tentang

nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan kebudayaan yang menjadi

latar penelitian tersebut. Peneliti dalam tahap ini memilih

informan yang berbicara jujur dan tidak mengada-ada dalam

memberikan informasi terutama tentang model komunikasi

Coorporate Social Responsibility pada perusahaan PT.

Pertamina (Persero) MOR V Surabaya.

b. Tahap Lapangan

Dalam tahap ini dibagi atas tiga bagian yaitu :

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Tahap ini selain mempersiapkan diri, peneliti harus memahami

latar penelitian agar dapat menentukan model pengumpulan

datanya.

2) Memasuki lapangan

Pada saat sudah masuk ke lapangan peneliti menjalin hubungan

yang akrab dengan subyek penelitian dengan menggunakan

tutur bahasa yang baik, akrab serta bergaul dengan mereka dan

tetap menjaga etika pergulan dan norma-norma yang berlaku di

dalam lapangan penelitian tersebut. Peneliti mulai

berkomunikasi dengan stakeholder perusahaan yang

bertanggung jawab dalam kegiatan Corporate Social

Responsibiliy PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya

(36)

25

3) Berperan serta sambil mengumpulkan data

Dalam tahap ini peneliti mencatat data yang diperolehnya

kedalam field notes, baik data yang diperoleh dari

wawancara, pengamatan atau menyaksikan sendiri kejadian

tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti akan menjadi relawan

dalam kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan/ CSR PT.

Pertamina (Persero) MOR V Surabaya.

c. Tahap Penulisan Laporan

Penulisan laporan merupakan hasil akhir dari suatu penelitian,

sehingga dalam tahap akhir ini peneliti mempunyai pengaruh

terhadap hasil penulisan laporan. Penulisan laporan yang sesuai

dengan prosedur penulisan yang baik karena menghasilkan

kualitas yang baik pula terhadap hasil penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara Mendalam

Metode wawancara mendalam atau wawancara tak

terstruktur merupakan suatu metode pengumpulan data yang

bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata

dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara,

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara,

termasuk responden yang dihadapi.29

Dalam metode ini peneliti membuat naskah wawancara dan

kemudian mewawancarai narasumber yakni stakeholder yang

29Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.

(37)

26

bertanggung jawab terhadap kegiatan CSR PT. Pertamina (Persero)

MOR V Surabaya.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal- hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya”.30

Metode ini digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan

data yang relefan dengan penelitian ini, yakni untuk memperoleh

data stakeholder perusahaan yang menjadi informan penelitian.

Dalam penelitian ini juga menggunakan metode

dokumentasi dengan mengambil gambar saat wawancara, maupun

kegiatan Corporate Social Responsibility PT. Pertamina.

c. Observasi partisipan

Observasi partisipan adalah metode tradisional yang

digunakan dalam antropologi dan merupakan sarana untuk peneliti

masuk ke dalam masyarakat yang akan ditelitinya.31 Observasi ini

dilakukan peneliti dengan melihat bagaimana proses komunikasi

perusahaan dalam melakukan kegiatan Corporate Social

Responsibility (CSR).

Dalam penelitian ini, peneliti telah ikut serta dalam

pelaksanaan kegiatan Corporate Social Responsibility perusahaan

PT. Pertamina (Persero) MOR V Surabaya.

30

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006), hlm. 231.

31 Engkus Kuswarno, Etnografi Komunikasi: Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya (Bandung:

(38)

27

6. Teknik Analisis Data

Tahap analisis data merupakan tahapan yang sangat menentukan

aspek penelitian berhasil atau tidak, menurut Schaltz dan Straus tujuan

penafsiran data ada tiga jenis, yaitu deskripsi semata mata, deskripsi

kualitatif atau analitik, dan deskripsi subtantif. Penelitian ini bersifat

deskripsi kualitatif yaitu berusaha menggambarkan dan menjelaskan

Model Komunikasi Coorporate Social Responsibility PT. Pertamina

(Persero) MOR V Surabaya, analisis deskripsi kualitatif ini dilakukan

dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Miles dan

Huberman, yaitu analisis interaktif. Dalam analisis ini, data yang

diperoleh dilapangan disajikan dalam bentuk narasi.32

Proses analisis datanya menggunakan tiga sub proses yang saling

berhubungan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi. Melalui reduksi data, peneliti memulai

dengan memilih tema penelitian, kemudian peneliti mengumpulkan

data dari lapangan berupa hasil wawancara, dokumentasi maupun

observasi. Kemudian penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk

teks naratif, dengan tujuan dirancang guna menggabungkan informasi

yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami. Langkah

selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi data, ini

mencakup proses pemaknaan dan penafsiran data yang terkumpul.

32 Matthew B. Mille dan A. Michael Huberman,

(39)

28

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan agar data yang

diperoleh memiliki nilai kevalidan dan keshohihan data (dalam

penelitian kuantitatif dinamakan dengan uji validitas dan reabilitas).

Adapun teknik yang digunakan antara lain:

a. Ketekunan/ Keajegan Pengamatan

Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten

interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses

analisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi

berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan

apa yang tidak dapat.

Dalam konteks ini, sebelum mengambil pembahasan

penelitian, peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu

secara tekun dalam upaya menggali data atau informasi untuk

dijadikan obyek penelitian, yang pada akhirnya peneliti

menemukan permasalahan yang menarik untuk dibedah, yaitu

proses komunikasi dalam menjalankan Corporate Social

Responsibility PT. Pertamina, pesan komunikasi yang disampaikan

dan menggunakan media apa saja dalam menyampaiakan pesan

kegiatan Corporate Social Responsibility.

b. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

(40)

29

(1978), membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,

penyedik dan teori.33

Validitas dan objektivitas merupakan persoalan

fundamental dalam kegiatan ilmiah. Agar data yang diperoleh

peneliti memiliki validitas dan objektivitas yang tinggi,

diperlukan beberapa persyaratan yang diperlukan. Berikut ini akan

peneliti kemukakan metode yang digunakan untuk meningkatkan

validitas dan objektivitas suatu penelitian, terutama dalam

penelitian kualitatif.

Dalam konteks ini, upaya yang dilakukan oleh peneliti

dalam pengecekan data yaitu dengan menggunakan sumber data

dalam penggaliannya, baik itu sumber data primer yang berupa

hasil wawancara maupun sumber data sekunder yang berupa buku,

majalah dan dokumen lainnya. Sedangkan metode atau cara yang

digunakan dalam analisis data adalah metode analisis kualitatif.

Artinya analisis kualitatif dilakukan dengan memanfaatkan data

(kualitatif) dari hasil observasi dan wawancara mendalam, dengan

tujuan memberikan eksplanasi dan pemahaman yang lebih luas atas

hasil data yang dikumpulkan. Dan kemudian peneliti melakukan

langkah membandingkan atau mengkorelasikan hasil penelitian

dengan teori yang telah ada. Hal itu dilakukan untuk mencari

33

(41)

30

perbandingan atau hubungan antara hasil penelitian dengan teori

yang telah ada.

c. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil

sementara atau hasil akhir yang diperoleh dengan rekan-rekan

sejawat. Teknik ini digunakan agar peneliti dapat mempertahankan

sikap terbuka dan kejujuran serta memberikan kesempatan awal

yang baik untuk memulai menjejaki dan mendiskusikan hasil

penelitian dengan teman sejawat. Peneliti akan mendiskusikan

dengan mahasiswa Ilmu Komunikasi konsentrasi Public Relation

sendiri yang merupakan rekan-rekan sejawat, diskusi ini bersifat

informal dengan maksud agar dapat memperoleh kritikan yang

tajam untuk membangun dan penyempurnaan pada kajian yang

sedang ditelitinya.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pembahasan studi ini, dan dapat dipahami

permasalahannya secara sistematis dan lebih terarah, maka

pembahasannya dibentuk dalam bab-bab yang masing-masing bab

mengandung sub bab, sehingga tergambar keterkaitan yang sistematis.

Untuk selanjutnya sistematika pembahasannya dibagi sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan tentang gambaran umum yang meliputi latar

belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan

(42)

31

terdahulu, metode penelitian yang digunakan dan definisi

konsep.

BAB II : KAJIAN TEORITIS

Dalam bab ini dibahas mengenai kajian pustaka dan

perspektif toritis.

BAB III : PENYAJIAN DATA

Berisi tentang deskripsi profil perusahaan dan profil

informan serta deskripsi data penelitian.

BAB IV : ANALISIS DATA

Pada bab ini membahas mengenai temuan penelitian dan

konfirmasi temuan dengan teori.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini merupakan bab akhir yang berisi penutup

(43)

BAB II

MODEL KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY A. Model Komunikasi Corporate Social Responsibility

1. Model Komunikasi

a. Pengertian Model Komunikasi

Model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari

proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu

komponen komunikasi dengan komponen lainnya.1

Model adalah kerangka kerja konseptual yang

menggambarkan penerapan teori untuk kasus-kasus tertentu.

Sebuah model membantu kita mengorganisasikan data-data

sehingga dapat tersusun kerangka konseptual tentang apa yang

akan diucapkan atau ditulis. Kerap kali model-model teoritis,

termasuk ilmu komunikasi digunakan untuk mengekspresikan

definisi komunikasi, bahwa komunikasi adalah proses transmisi

dan resepsi informasi antara manuasia melalui aktivitas encoder

yang dilakukan oleh penerima.

David Crystal dalam bukunya A Dictionary of Linguistics

Phonetics kerap memodelkan komunikasi melalui definisi,

komunikasi terjadi ketika informasi yang sama maksudnya

dipahami oleh pengirim dan penerima. Sedangkan Edmondson dan

Burquest mengatakan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi berisi

1

(44)

33

jenis-jenis kode yang dikomunikasikan melalui suatu proses

decoding.2

Menurut Sereno dan Mortensen model komunikasi

merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk

terjadinya komunikasi. Model komunikasi mempresentasikan

secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian

komunikasi yang tidak perlu dalam dunia nyata. Sedangkan B.

Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang

mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur,

sifat, atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan

model. Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau

menerapkan teori, dengan kata lain model adalah teori yang

disederhanakan.

Werner J. Severin dan James W. Tankard Jr mengatakan

model membantu merumuskan teori dan menyarankan hubungan.

Oleh karena hubungan antara model dengan teori begitu erat,

model sering dicampuradukkan dengan teori. Oleh karena kita

memilih unsur-unsur tertentu yang kita masukkan dalam model,

suatu model mengimplikasikan penilaian atas relevansi, dan ini

pada gilirannya mengimplikasikan teori mengenai fenomena yang

diteorikan. Model dapat berfungsi sebagai basis bagi teori yang

2

(45)

34

lebih kompleks, alat untuk menjelaskan teori dan menyarankan

cara-cara untuk memperbaiki konsep-konsep.3

b. Fungsi Model Komunikasi

Menurut Gorden Wiseman dan Larry Barker

mengemukakan bahwa ada tiga fungsi model komunikasi yang

pertama melukiskan proses komunikasi, kedua menunjukkan

hubungan visual, dan ketiga membantu dalam menemukan dan

memperbaiki kemacetan komunikasi.4

Deutsch menyebutkan bahwa model mempunyai empat

fungsi: pertama, mengorganisasikan (kemiripan data dan

hubungan) yang tadinya tidak teramati. Kedua, heuristic

(menunjukkan fakta-fakta dan metode baru yang tidak diketahui).

Ketiga, prediktif, memungkinkan peramalan dari sekedar tipe ya

atau tidak hingga yang kuantitatif yang berkenaan dengan kapan

dan berapa banyak. Keempat, pengukuran, mengukur fenomena

yang diprediksi.

Fungsi-fungsi tersebut pada gilirannya merupakan dasar

untuk menilai suatu model:

1) Seberapa umum (general) model tersebut? Seberapa banyak

bahan yang diorganisasikannya, dan seberapa efektif?

2) Seberapa heuristic model tersebut? Apakah ia membantu

menemukan hubungan-hubungan baru, fakta atau model?

3

Deddy Mulayana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 131

4 Ardianto, Elvinaro, dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama

(46)

35

3) Seberapa penting prediksi yang dibuat dari model tersebut bagi

bidang penelitian? Seberapa strategis prediksi itu pada tahap

perkembangan bidang tersebut.

4) Seberapa akurat pengukuran yang dapat dikembangkan dengan

model tersebut?5

c. Model-model Komunikasi

Terdapat ratusan model-model komunikasi yang telah dibuat

para pakar. Kekhasan suatu model komunikasi juga dipengaruhi

oleh latar belakang keilmuan (pembuat) model tersebut, paradigma

yang digunakan, kondisi teknologis dan semangat zaman yang

melengkapinya. Di bawah ini model-model komunikaisi yang

sangat popular.

1) Model S-R

Model Stimulus Respons (S - R) adalah model komunikasi

paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi,

khususnya yang beraliran behavioristik. Model tersebut

[image:46.595.137.520.240.643.2]

menggambarkan hubungan stimulus – respons.

Gambar 2.1 Gambar Model Komunikasi S-R

Model ini menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi

reaksi yang sangat sederhana. Model S – R mengabaikan

komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang berkenaan

5 Deddy Mulayana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008),

hlm. 133.

(47)

36

dengan faktor manusia. Secara implisit ada asumsi dalam

model S – R ini bahwa perilaku (respons) manusia dapat

diramalkan. Ringkasnya, komunikasi dianggap statis, manusia

dianggap berperilaku karena kekuatan dari luar (stimulus),

bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemampuan

bebasnya. Model ini lebih sesuai bila diteorikan pada sistem

pengendalian suhu udara alih-alih pada perilaku manusia.6

Model S-R ini ada kaitannya dengan asumsi dan model

jarum suntik yang berpandangan bahwa media massa

mempunyai pengaruh langsung kepada khalayaknya. Isi media

massa diibaratkan sebagai jarum yang disuntikkan ke tubuh

khalayak sehingga menghasilkan pengaruh yang sesuai dengan

isinya. Dalam dunia kedokteran kita mengetahui bahwa apabila

seorang pasien disuntik obat tidur, ia akan tidur. Asumsi

mengenai kekuatan dari media massa ini didasarkan atas

pemikiran bahwa masyarakat ibarat atom-atom sosial

merupakan sekumpulan individu-individu yang terpisah-pisah

dan bertingkah laku sesuai keinginannya masing-masing.

Model S-R ini kemudian banyak dikritik karena masyarakat

dalam menerima pesan dan media massa dipandang tidak

bersikap dan bertindak pasif, melainkan aktif dan selektif. Atas

dasar hal tersebut DeFleur kemudian melakukan modifikasi

terhadap model S-R. Menurut DeFleur, penerimaan khalayak

6

(48)

37

atas berbagai stimulus yang disampaikan melalui media massa

berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Karena, setiap

orang mempunyai karakteristik personalitas sendiri-sendiri. Hal

ini berarti, bahwa pengaruh yang terjadi tidak semata-mata

diakibtkan oleh adanya stimulus, tetapi juga ditentukan oleh

faktor personalitas. Dengan kata lain, meskipun pesan

(stimulus) yang disampaikan media massa sama, namun akibat

yang terjadi di kalangan khalayak akan berbeda antara satu

orang dengan yang lainnya.

2) Model Lasswell

Model ini dikemukakan Harold Laswell yang

menggambarkan proses komunikasi dan fungsi-fungsi yang

diembahnya dalam masyarakat. Laswell mengemukakan tiga

fungsi komunikasi, yaitu: pertama, pengawasan lingkungan

yang mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya

dan peluang dalam lingkungan; kedua, korelasi berbagai bagian

terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan; dan

ketiga, transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi

lainnya.7

Laswell berpendapat bahwa terdapat tiga kelompok

spesialis yang bertanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi

ini. Misalnya, pemimpin politik dan diplomat termasuk ke

dalam kelompok pengawas lingkungan. Pendidik, jurnalis dan

7

(49)

38

penceramah membantu mengkorelasikan atau mengumpulkan

respons orang-orang terhadap informasi baru. Anggota

keluarga dan pendidik sekolah mengalihkan warisan sosial.

Laswell mengakui bahwa tidak semua komunikasi bersifat

dua arah, dengan suatu aliran yang lancar dan umpan balik

yang terjadi antara pengirim dan penerima. Dalam masyarakat

yang kompleks, banyak informasi disaring oleh pengendali

pesan – editor, penyensor atau propagandis, yang menerima

informasi dan menyampaikannya kepada publik dengan

berbagai perubahan atau penyimpangan. Menurut Laswell,

suatu fungsi penting komunikasi adalah menyediakan informasi

mengenai negara-negara kuat lainnya di dunia. Ia

menyimpulkan bahwa penting bagi masyarakat untuk

menemukan dan mengendalikan faktor-faktor yang mungkin

meganggu komunikasi yang efisien.

Model Laswell sering diterapkan dalam komunikasi massa.

Model tersebut mengisyaratkan bahwa lebih dari satu saluran

dapat membawa pesan. Unsur sumber (who) merangsang

pertanyaan dan pengendalian pesan, sedangkan unsur pesan

(says what) merupakan bahan untuk analisis isi. Saluran

komunikasi (in which channel) dikaji dalam analisi media.

Unsur penerima (to whom) dikaitkan dengan analisis khalayak,

sementara unsur pengaruh (with what effect) jelas berhubungan

(50)

39

komunikasi massa pada khalayak pembaca, pendengar atau

[image:50.595.137.511.120.530.2]

pemirsa.

Gambar 2.2 Model Komunikasi Lasswell

3) Model Shannon dan Weaver

Salah satu model awal komunikasi dikemukakan

Claude Shannon dan Warren Weaver dalam buku The

Mathematical Theory of Communication. Model ini

menjelaskan bahwa komunikasi merupakan informasi sebagai

pesan ditransmisikan dalam bentuk pesan kepada penerima

(reciever) untuk mencapai tujuan komunikasi tertentu yang

dalam prosesnya memliki kemungkinan terjadinya noise

atau gangguan.8

Gambar 2.3 Model Komunikasi Shannon dan Weaver

Gambar model komunikasi Shannon dan Weaver di atas

menjelaskan bahwa proses komunikasi dimulai dengn adanya

suatu sumber informasi (I-S). Sumber informasi tersebut

8

(51)

40

kemudian membentuk pesan atau serangkaian pesan (M) untuk

dikomunikasikan melalui alat/saluran penyampaian pesan

tertentu (T). Pesan yang disampaikan tersebut berbentuk sinyal

(S) atau tanda (kata-kata verbal lisan atau tertulis, gambar, dan

lain-lain). tahap berikutnya, sinyal tersebut (R-S) diterima

melalui alat penerima tertentu (R) dan menjasi pesan (M) yang

diterima oleh pihak sasaran penerima (D). Dalam prakteknya

proses penyampian pesan ini juga tidak terlepas dengan adanya

gangguan atau noise yang timbul dan suatu sumber gangguan

(N-S). Gangguan tersebut antara lain dapat berupa gangguan

fisik (gaduh, suara bising, dan lain-lain). Apabila gangguan

tersebut tidak dapat diatasi maka makna atau arti pesan yang

ditangkap oleh penerima (D), kemungkinan berbeda dengan

makna atau arti pesan yang dimaksud oleh sumber pengirim

(I-S).

Model Shannon dan Weaver dapat diterapkan kepada

konteks-konteks komunkasi lainnya seperti komunikasi

antarpribadi, komunikasi public atau komunikasi massa.

Sayangnya model ini juga memberikan gambaran yang

parsial mengenai proses komunikasi. Komunikasi dipandang

sebagai fenomena statis dan satu arah dan juga tidak ada

konsep umpan balik atau transaksi yang terjadi dalam

(52)

41

4) Model Schramm

Wilbur Schramm membuat serangkai model komunikasi,

dimulai dengan model komunikasi manusia yang sederhana,

lalu model yang lebih rumit yang memperhitungkan

pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi,

hingga ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua

individu. model pertama mirip dengan model Shannon dan

Weaver. Dalam modelnya yang kedua Schramm

memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang

pengalaman sumber dan sasaran-lah yang sebenarnya

dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama

oleh sumber dan sasaran. Model ketiga Schramm menganggap

komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang

menyandi, menafsirkan, menyandi-balik, mentransmisikan, dan

menerima sinyal. Disini kita melihat umpan balik dan lingkaran

yang berkelanjutan untuk berbagi informasi.9

Menurut Schramm, komunikasi senantiasa membutuhkan

setidaknya tiga unsur: sumber (source), pesan (message) dan

sasaran (des

Gambar

Tabel 1.1 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu  .................................................
Gambar 2.1 Model Komunikasi S-R ...............................................................
Tabel 1.1 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Gambar Model Komunikasi S-R
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulis mengucapkan puji syukur atas segala karunia Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

Hasil pemeriksaan maturity level pada tujuan TI memastikan dampak bisnis minimum dari perubahan atau penundaan layanan TI dapat dilihat pada tabel 11.

2.2 Pengelolaan Layanan Teknologi Informasi Pengelolaan Layanan Teknologi Informasi atau disebut juga dengan Information Technology Service Management ITSM didefinisikan

Pertamina Persero MOR V untuk memenuhi kebutuhan sistem yang terintegrasi sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan sebuah keputusan, yang selanjutnya dikembangkan lebih

Kegiatan usaha Pertamina sesuai dengan Keputusan Menteri BUMN selaku RUPS tanggal 24 November 2016 tentang Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan Perseroan (Persero)

Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V Surabaya juga dapat melakukan audit pengelolaan layanan teknologi informasi berdasarkan best practice yang sama

Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya imbal balik atas penguasaan sumber daya alam atau sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif

masalah pembayaran atau masalah transaksi pertanggungjawaban itu akan ditangani oleh saya, jadi pihak-pihak pekerja yang menggunakan cash card di lokasi mereka kalau ada permasalahan