“PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI JENIS-JENIS PEKERJAAN MATA PELAJARAN IPS MELALUI
STRATEGI CONCEPT SENTENCE SISWA KELAS III
MI BAHRUL ULUM SIDOARJO”
SKRIPSI
Oleh:
Fitri Chusnul Chumairoh
NIM. D77213068
PROGRAM STUDI PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Fitri Chusnul Chumairoh, 2017. Peningkatan Pemahaman Materi Jenis-Jenis Pekerjaan Mata Pelajaran IPS Melalui Strategi Concept Sentence Siswa Kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo. Skripsi Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, Pembimbing 1 Dr. Hj. Evi Fatimatur Rusydiyah, M.Ag, dan Pembimbing 2 Dr. Jauharoti Alfin, M.Si.
Kata Kunci: Pemahaman, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Strategi Concept Sentence, Jenis-Jenis Pekerjaan.
Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya pemahaman siswa kelas III pada mata pelajaran IPS di MI Bahrul Ulum Sidoarjo. Hal ini dibuktikan dari hasil tes pra siklus dari 26 siswa kelas III-B yang hanya 10 siswa saja yang tuntas dalam tes. Hal ini disebabkan oleh penyampaian materi pelajaran yang kurang menarik dan penggunaan strategi teacher centered. Solusi mengatasi masalah ini adalah menerapkan strategi Concept Sentence.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) Untuk mengetahui penggunaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence pada materi jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo, 2) Untuk mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik pada materi jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Concept Sentence.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Kurt Lewin. Subjek penelitian 26 siswa kelas III-B MI Bahrul Ulum Sidoarjo tahun ajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes, dokumentasi, observasi, dan wawancara. Dokumentasi berasal dari nilai UTS siswa kelas III.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL -
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN MOTTO iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI vi
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI vii
ABSTRAK viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR GAMBAR xvii
DAFTAR DIAGRAM xviii
DAFTAR LAMPIRAN xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Ruang Lingkup Penelitian 5
E. Manfaat Penelitian 6
F. Definisi Operasional 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pemahaman 9
1. Pengertian Pemahaman 9
2. Indikator Pemahaman 16
3. Kata Kerja Operasional Pemahaman 18
4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan 19
B. Stategi Pembelajaran Concept Sentence 22
1. Pengertian Stategi Pembelajaran Concept Sentence 22
2. Kelebihan Stategi Pembelajaran Concept Sentence 22
3. Kelemahan Stategi Pembelajaran Concept Sentence 23
4. Langkah-langkah Penerapan Stategi Pembelajaran
C. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 24
2. Materi Jenis-Jenis Pekerjaan 36
D. Peningkatan Pemahaman Materi Jenis-Jenis Pekerjaan Mata
Pelajaran IPS Melalui Stategi Pembelajaran Concept Sentence
Siswa Kelas III 38
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TIDAKAN KELAS
A.Metode Penelitian 40
B. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian 43
1. Setting Penelitian 43
2. Subjek Penelitian 44
C.Variabel Penelitian 44
1. Variabel Input 44
2. Variabel Proses 44
3. Variabel Output 45
D.Rencana Tindakan 45
1. Pra Siklus 45
2. Siklus I 46
3. Siklus II 49
E. Data dan Cara Pengumpulannya 52
1. Sumber Data 52
2. Teknik Pengumpulan Data 53
F. Analisis Data 57
1. Analisis Data Observasi Guru 58
2. Analisis Data Observasi Peserta Didik 59
3. Analisis Data Keberhasilan Peserta Didik 60
G.Indikator Kinerja 61
H.Tim Peneliti dan Tugasnya 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian 63
1. Hasil Penelitian Penggunaan Strategi Pembelajaran
Concept Sentence Pada Materi Jenis-Jenis Pekerjaan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
di Kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo 64
2. Hasil Penelitian Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Jenis–Jenis Pekerjaan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas III MI Bahrul Ulum
Sidoarjo dengan Menggunakan Strategi Concept Sentence 92
B.Pembahasan 96
1. Penggunaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence
Pada Materi Jenis-Jenis Pekerjaan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Kelas III
MI Bahrul Ulum Sidoarjo 96
2. Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Jenis–Jenis Pekerjaan Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas III
MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan Menggunakan
BAB V PENUTUP
A.Simpulan 105
B. Saran 106
DAFTAR PUSTAKA
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kata-Kata Kerja Operasional Ranah Kompetensi Kognitif ... 18
2.2 Standar Kompetensi IPS Kelas III Semester I ... 36
2.3 Standar Kompetensi IPS Kelas III Semester II ... 36
4.1 Daftar Nilai Hasil Tes Tulis Siswa Siklus I ... 73
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
4.1 Prosentase Hasil Observasi Aktifitas Guru dan Siswa ... 99
4.2 Peningkatan Prosentase Ketuntasan Pemahaman Siswa ... 102
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Profil Sekolah
2. RPP Siklus I
3. Validasi RPP Siklus I
4. Kisi-Kisi Soal Siklus I
5. Soal Siklus I
6. RPP Siklus II
7. Validasi RPP Siklus II
8. Kisi-Kisi Soal Siklus II
9. Soal Siklus II
10. Hasil Pengamatan Observasi Aktifitas Guru Siklus I
11. Hasil Pengamatan Observasi Aktifitas Siswa Siklus I
12. Hasil Pengamatan Observasi Aktifitas Guru Siklus II
13. Hasil Pengamatan Observasi Aktifitas Siswa Siklus II
14. Nilai Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
15. Wawancara dengan Guru
16. Wawancara dengan Siswa
17. Surat Tugas
18. Surat Penelitian
19. Surat Tembusan Dari Pihak Sekolah
DAFTAR RUMUS
Rumus Halaman
3.1 Rumus untuk Menghitung Aktifitas Guru ... 58
3.2 Kriteria Tingkat Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran ... 58
3.3 Rumus untuk Menghitung Aktifitas Peserta Didik ... 59
3.4 Kriteria Tingkat Keberhasilan Peserta Didik dalam Pembelajaran ... 59
3.5 Rumus untuk Menghitung Prosentase Ketuntasan Siswa ... 60
3.6 Rumus untuk Menghitung Nilai Rata-Rata Siswa ... 60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi yang terjadi
antara peserta didik di lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku
ke arah yang lebih baik daripada sebelumnya. Di dalam proses interaksi
sosial, banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang terdapat di dalam
keluarga itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor pendukung
yang terdapat di luar keluarganya, misalnya lingkungan tempat peserta
didik bersosialisasi1. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses
pembelajaran dapat dilihat dari berubahnya tindakan atau kesadaran
seseorang yang berpengaruh terhadap tingkah laku atau kapasitas
belajarnya2.
Pembelajaran yang bernaung dalam teori kontruktivis adalah
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif ini muncul dari konsep
bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan mudah memahami
konsep yang mereka anggap sulit jika mereka saling berdiskusi dengan
temannya dan saling bertukar pikiran. Peserta didik secara rutin bekerja
1
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 255
2
2
dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan dan menyelesaikan
masalah-masalah yang kompleks yang berkaitan dengan materi yang
diajarkan. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok teman sejawat
menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Sehingga
pemecahan masalah dalam pembelajaran akan diselesaikan dalam satu
komunitas kelompok kerja belajar3.
Seorang guru dalam menggunakan pembelajaran kooperatif
tersebut harus selalu berusaha mendorong timbulnya faktor-faktor positif
dan mengurangi hal-hal yang negatif. Ini penting agar pembelajaran
koperatif tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga tujuan
dalam pengajaran dapat tercapai dengan baik. Guru harus mengatahui
masing-masing karakter peserta didik dalam memahami materi yang
diajarkan dan dapat memastikan bahwa masing-masing kelompok dapat
mengetahui tujuan pengajaran yang harus dicapai. Oleh karena itu, dalam
setiap pembelajaran, guru perlu melakukan pemantauan untuk mengetahui
kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik.
Pada kenyataannya dalam proses pembelajaran yang terjadi di
Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum pada khususnya kelas III, masih
memiliki banyak kendala. Misalnya kurangnya pemahaman peserta didik
pada materi yang diajarkan. Sehingga berpengaruh pada hasil belajar
3
Agar dapat mengetahui secara real tingkat pemahaman siswa, peneliti melakukan pre-test. Dari hasil pre-test, dapat diketahui bahwa nilai siswa masih dibawah KKM, yakni nilai rata-ratanya hanya 63,50 dan prosentase
ketuntasan pemahaman siswa hanya 38,46%. Kemampuan dalam
memahami materi di dalam pembelajaran bisa dikatakan sangat penting.
Dikarenakan apabila siswa mampu untuk memahami materi pelajaran,
mereka akan mudah untuk mengembangkan sesuatu yang mereka terima,
misalnya dengan menyampaikan kembali informasi yang mereka terima,
baik dengan lisan atau tulisan.
Menurut sebagian dari siswa, terdapat beberapa alasan yang
menyebabkan mereka kurang memahami mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). Diantaranya adalah penyampaian materi yang kurang
menarik dan pengelolaan kelas yang kurang terprogram. Sehingga mereka
berbicara sendiri dengan teman sebangkunya dan ketika diberi tugas
4
Hasil wawancara bersama bapak Aminin selaku guru kelas III MI Bahrul Ulum (pada tanggal 03 November 2016 pukul 09.50 WIB)
5
4
mereka tidak memahami materi tersebut6. Selain persoalan tersebut,
berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti alami, kurangnya pemahaman
peserta didik yang menyebabkan hasil belajar yang rendah adalah proses
pembelajaran yang masih berpusat pada guru (Teacher Centered) dan penugasan sebagai strategi pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti memilih judul “Peningkatan
Pemahaman Materi Jenis–Jenis Pekerjaan Mata Pelajaran IPS
Melalui Strategi Concept Sentence Siswa Kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence pada materi jenis – jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo?
2. Bagaimana peningkatan pemahaman peserta didik pada materi
jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas
III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan menggunakan Strategi
Pembelajaran Concept Sentence?
6
5
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui penggunaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence pada materi jenis–jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo
2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik pada materi
jenis–jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di
kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan menggunakan Strategi
Pembelajaran Concept Sentence.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan hanya pada masalah-masalah yang
terkait dengan permasalahan di atas yaitu mengenai penggunaan
Strategi Pembelajaran Concept Sentence pada materi jenis–jenis pekerjaan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul
6
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat menjadi sumber referensi
bagi penulisan penelitian karya selanjutnya. Hasil yang akan dibahas
dalam penelitian ini dapat menjadi gambaran secara konseptual untuk
memberikan alternatif dalam kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif,
dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta
didik dalam belajar terhadap materi yang telah diajarkan.
Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pentingnya
menggunakan Strategi Pembelajaran Concept Sentence dalam pembelajaran di tingkat Pendidikan Dasar.
2. Praktis
a. Bagi peneliti
Menjadi pengalaman praktis sebagai pembuktian dari
teori-teori yang telah diperoleh.
b. Bagi peserta didik
Dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang dapat
digunakan untuk peningkatan pemahaman peserta didik pada materi
7
c. Bagi guru IPS dan guru mata pelajaran lain
Sebagai masukan atau acuan dalam menyusun rencana dan
melaksanakan pembelajaran menggunakan media yang inovatif
untuk meningkatkan pemahaman peserta didik.
d. Bagi sekolah
Sebagai sumbangan yang bermanfaat dalam memperbaiki serta
meningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
F. Definisi Operasional
1. Pemahaman: Yang dimaksud dengan pemahaman adalahkemudahan
dalam menemukan suatu pemecahan masalah dan keterampilan
menghubungkan bagian-bagian pengetahuan untuk diperoleh suatu
kesimpulan
2. Strategi Pembelajaran Concept Sentence: Yang dimaksud dengan Strategi Pembelajaran Concept Sentence adalah strategi dimana dalam penerapannya berusaha mengajarkan peserta didik untuk membuat
sebuah kalimat dengan menggunakan beberapa kata kunci yang telah
disediakan oleh guru agar bisa menangkap konsep yang terkandung
dalam kalimat tersebut dan membedakannya dengan kalimat-kalimat
8
3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS): Yang dimaksud dengan
pembelajaran IPS yaitu integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu
sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,
dan budaya.
4. Jenis–jenis pekerjaan: Yang dimaksud dengan pekerjaan adalah
melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa. Jenis
pekerjaan dibagi menjadi 2, yakni pekerjaan yang menghasilkan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi yang terjadi
antara peserta didik di lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku
ke arah yang lebih baik daripada sebelumnya. Di dalam proses interaksi
sosial, banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang terdapat di dalam
keluarga itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor pendukung
yang terdapat di luar keluarganya, misalnya lingkungan tempat peserta
didik bersosialisasi1. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses
pembelajaran dapat dilihat dari berubahnya tindakan atau kesadaran
seseorang yang berpengaruh terhadap tingkah laku atau kapasitas
belajarnya2.
Pembelajaran yang bernaung dalam teori kontruktivis adalah
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif ini muncul dari konsep
bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan mudah memahami
konsep yang mereka anggap sulit jika mereka saling berdiskusi dengan
temannya dan saling bertukar pikiran. Peserta didik secara rutin bekerja
1
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 255
2
2
dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan dan menyelesaikan
masalah-masalah yang kompleks yang berkaitan dengan materi yang
diajarkan. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok teman sejawat
menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Sehingga
pemecahan masalah dalam pembelajaran akan diselesaikan dalam satu
komunitas kelompok kerja belajar3.
Seorang guru dalam menggunakan pembelajaran kooperatif
tersebut harus selalu berusaha mendorong timbulnya faktor-faktor positif
dan mengurangi hal-hal yang negatif. Ini penting agar pembelajaran
koperatif tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga tujuan
dalam pengajaran dapat tercapai dengan baik. Guru harus mengatahui
masing-masing karakter peserta didik dalam memahami materi yang
diajarkan dan dapat memastikan bahwa masing-masing kelompok dapat
mengetahui tujuan pengajaran yang harus dicapai. Oleh karena itu, dalam
setiap pembelajaran, guru perlu melakukan pemantauan untuk mengetahui
kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik.
Pada kenyataannya dalam proses pembelajaran yang terjadi di
Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum pada khususnya kelas III, masih
memiliki banyak kendala. Misalnya kurangnya pemahaman peserta didik
pada materi yang diajarkan. Sehingga berpengaruh pada hasil belajar
3
Agar dapat mengetahui secara real tingkat pemahaman siswa, peneliti melakukan pre-test. Dari hasil pre-test, dapat diketahui bahwa nilai siswa masih dibawah KKM, yakni nilai rata-ratanya hanya 63,50 dan prosentase
ketuntasan pemahaman siswa hanya 38,46%. Kemampuan dalam
memahami materi di dalam pembelajaran bisa dikatakan sangat penting.
Dikarenakan apabila siswa mampu untuk memahami materi pelajaran,
mereka akan mudah untuk mengembangkan sesuatu yang mereka terima,
misalnya dengan menyampaikan kembali informasi yang mereka terima,
baik dengan lisan atau tulisan.
Menurut sebagian dari siswa, terdapat beberapa alasan yang
menyebabkan mereka kurang memahami mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). Diantaranya adalah penyampaian materi yang kurang
menarik dan pengelolaan kelas yang kurang terprogram. Sehingga mereka
berbicara sendiri dengan teman sebangkunya dan ketika diberi tugas
4
Hasil wawancara bersama bapak Aminin selaku guru kelas III MI Bahrul Ulum (pada tanggal 03 November 2016 pukul 09.50 WIB)
5
4
mereka tidak memahami materi tersebut6. Selain persoalan tersebut,
berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti alami, kurangnya pemahaman
peserta didik yang menyebabkan hasil belajar yang rendah adalah proses
pembelajaran yang masih berpusat pada guru (Teacher Centered) dan penugasan sebagai strategi pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti memilih judul “Peningkatan
Pemahaman Materi Jenis–Jenis Pekerjaan Mata Pelajaran IPS
Melalui Strategi Concept Sentence Siswa Kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence pada materi jenis – jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo?
2. Bagaimana peningkatan pemahaman peserta didik pada materi
jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas
III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan menggunakan Strategi
Pembelajaran Concept Sentence?
6
5
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui penggunaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence pada materi jenis–jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo
2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik pada materi
jenis–jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di
kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan menggunakan Strategi
Pembelajaran Concept Sentence.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan hanya pada masalah-masalah yang
terkait dengan permasalahan di atas yaitu mengenai penggunaan
Strategi Pembelajaran Concept Sentence pada materi jenis–jenis pekerjaan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul
6
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat menjadi sumber referensi
bagi penulisan penelitian karya selanjutnya. Hasil yang akan dibahas
dalam penelitian ini dapat menjadi gambaran secara konseptual untuk
memberikan alternatif dalam kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif,
dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta
didik dalam belajar terhadap materi yang telah diajarkan.
Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pentingnya
menggunakan Strategi Pembelajaran Concept Sentence dalam pembelajaran di tingkat Pendidikan Dasar.
2. Praktis
a. Bagi peneliti
Menjadi pengalaman praktis sebagai pembuktian dari
teori-teori yang telah diperoleh.
b. Bagi peserta didik
Dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang dapat
digunakan untuk peningkatan pemahaman peserta didik pada materi
7
c. Bagi guru IPS dan guru mata pelajaran lain
Sebagai masukan atau acuan dalam menyusun rencana dan
melaksanakan pembelajaran menggunakan media yang inovatif
untuk meningkatkan pemahaman peserta didik.
d. Bagi sekolah
Sebagai sumbangan yang bermanfaat dalam memperbaiki serta
meningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
F. Definisi Operasional
1. Pemahaman: Yang dimaksud dengan pemahaman adalahkemudahan
dalam menemukan suatu pemecahan masalah dan keterampilan
menghubungkan bagian-bagian pengetahuan untuk diperoleh suatu
kesimpulan
2. Strategi Pembelajaran Concept Sentence: Yang dimaksud dengan Strategi Pembelajaran Concept Sentence adalah strategi dimana dalam penerapannya berusaha mengajarkan peserta didik untuk membuat
sebuah kalimat dengan menggunakan beberapa kata kunci yang telah
disediakan oleh guru agar bisa menangkap konsep yang terkandung
dalam kalimat tersebut dan membedakannya dengan kalimat-kalimat
8
3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS): Yang dimaksud dengan
pembelajaran IPS yaitu integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu
sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,
dan budaya.
4. Jenis–jenis pekerjaan: Yang dimaksud dengan pekerjaan adalah
melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa. Jenis
pekerjaan dibagi menjadi 2, yakni pekerjaan yang menghasilkan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pemahaman
1. Pengertian Pemahaman
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang
untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah dia berhasil
mengetahui dan mengingat akan suatu hal tersebut. Seorang peserta
didik dikatakan memahami apabila dia dapat memberikan penjelasan
atau memberi uraian secara rinci tentang suatu yang diperolehnya
dengan kata-kata mereka sendiri7.
Pemahaman mengandung arti menguasai sesuatu dengan pikiran.
Perlu diingat, pemahaman bukan hanya sekedar tahu, tetapi juga
menghendaki agar peserta didik atau subjek yang bersangkutan dapat
memahami objek-objek yang telah dipelajarinya dan dapat
mengembangkannya ke dalam sesuatu yang baru sehingga pemahaman
mereka dapat menghasilkan pemikiran yang kreatif dan imajinatif8.
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna
dan arti dari bahan ajar yang telah dipelajari. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah
data yang telah disajikan dalam bentuk lain, seperti rumus matematika
7
Kunandar, Penilaian Autentik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014) hlm. 168
8
10
ke dalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang kecenderungan
yang nampak dalam data tersebut, seperti dalam grafik. Kemampuan
memahami merupakan tingkat kemampuan yang lebih tinggi daripada
kemampuan pengetahuan9.
Pemahaman merupakan keterampilan dan kemampuan
intelektual yang menjadi tuntutan di sekolah dasar hingga di perguruan
tinggi. Artinya, ketika seorang peserta didik dihadapkan pada
komunikasi, diharapkan mereka dapat mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan dan dapat menggunakan ide baru sehingga apa yang
dikomunikasikan tersebut dapat berkembang, tetapi masih sesuai pada
alur komunikasi tersebut 10.
Perilaku pemahaman dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut11:
a. Pemahaman Tentang Terjemahan
Tingkah laku menerjemahkan, menduduki suatu posisi
transisi antara tingkah laku menggolongkan di bawah kategori
pengetahuan dan jenis-jenis dari gambaran tingkah laku
dibawah penafsiran, perhitungan, penerapan, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Adapun ilustrasi sasaran pembelajaran
pemahaman tentang terjemah adalah sebagai berikut:
9
Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), hlm. 274
10
Wowo Sunaryo, Taksonomi Kognitif perkembangan Ragam Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm 43.
11
11
1) Menerjemahkan dari satu tingkat ke tingkat abstrak
a) Kemampuan menerjemahkan suatu keputusan masalah
atau penyusunan kata-kata abstrak dari bahasa konkret
secara teknis.
b) Kemampuan untuk menerjemahkan sesuatu bagian dari
yang komunikasi yang panjang menjadi lebi ringkas.
c) Kemampuan menerjemahkan atau meringkas suatu
proses berpikir.
2) Menerjemahkan dari bentuk simbolis ke wujud yang lain
a) Kemampuan menerjemahkan hubungan-hubungan yang
dinyatakan di dalam wujud simbolis, misalnya diagram,
peta, grafik, dll
b) Kemampuan menerjemahkan konsep-konsep geometri
yang diungkapkan dengan istilah lisan, ke dalam
istilah-istilah ruang atau bentuk yang dapat dilihat.
c) Kemmapuan itu untuk mempersiapkan presentasi grafis,
dari suatu fenomena fisik atau dari hal yang dapat
12
3) Menerjemahkan dari wujud bahasa lisan ke wujud lain
a) Kemmapuan untuk menerjemahkan pernyataan dalam
bentuk yang tidak lazim (kiasan, simbolisme, ironi,
dalam penyataan yang berlebihan)
b) Kemampuan untuk memahami makna, dari kata-kata
tertentu.
b. Pemahaman Tentang Interprestasi
Dasar untuk menginterprestasikan adalah harus mampu
menerjemahkan dari bagian isi komunikasi yang tidak hanya
dengan kata-kata melainkan termasuk berbagai perangkat yang
dapat membantunya untuk memberi penjelasan terkait apa yang
telah dikomunikasikan. Adapun ilustrasi sasaran pembelajaran
pemahaman tentang interprestasi adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan memahami dan mengerti sesuatu secara
keseluruhan pada setiap pekerjaan atau sesuatu yang
diinginkan pada tingkatan yang bersifat umum.
2) Kemampuan memahami dan menginterprestasikan dengan
meningkatkan kejernihan dan kedalaman membaca sebagai
jenis bahan.
13
c. Pemahaman Tentang Ekstrapolasi
Sebagai persiapan dalam suatu komunikasi, menulis
tidak hanya untuk menyatakan apa yang dia percaya sebagai
suatu perkara kebenaran semestinya, tetapi juga sebagai dari
akibatnya. Dalam pemahaman tipe ini, seorang peserta didik
atau mahapeserta didik diharapkan mampu untuk membuat
kesimpulan terhadap materi yang telah disampaikan. Adapun
ilustrasi sasaran pembelajaran pemahaman tentang ekstrapolasi
adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan menyusun kesimpulan dari suatu pekerjaan
dalam kaitannya atau hubungannya dengan penggunaan
istilah dalam pernyataan yang dibuatnya.
2) Kemampuan merumuskan dan menguji hipotesis,
mengenali keterbatasan data dan menarik kesimpulan
secara efektif.
3) Kemampuan menggambarkan, menaksir atau memprediksi
akibat dari tindakan tertentu dalam komunikasi.
4) Kemampuan meramalkan kecenderungan yang akan terjadi
5) Kemampuan membedakan nilai keputusan dari ramalan
yang penting.
6) Kemampuan memberikan ciri dari akibat-akibat secara
14
Pemahaman mengandung makna penguasaan pengetahuan dan
dapat menyelaraskan antara sikap dan keterampilannya. Dapat pula
diartkan bahwa pemahaman adalah kemudahan dalam menemukan
suatu pemecahan masalah dan keterampilan menghubungkan
bagian-bagian pengetahuan untuk diperoleh suatu kesimpulan12.
Pemahaman adalah tipe hasil yang lebih tinggi daripada
pengetahuan. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya
sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain
dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan
pada kasus lain13. Pemahaman dibedakan menjadi tiga kategori. Yaitu
pemahaman tingkat rendah, tingkat kedua, dan tingkat ketiga.
Tingkat terendah yang dimaksudkan disini adalah pemahaman
terjemahan. Mulai terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya
menerjemahkan arti Bhinneka Tunggal Ika, mengartikan arti Merah
Puth, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang sakelar14.
Tahap kedua adalah tahap pemahaman penafsiran. Yang
dimaksud dengan pemahaman penafsiran adalah menghubungkan ke
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau
15
menghubungkan beberapa bagian ke grafik dengan kejadian,
membedakan yang pokok dan yang bukan pokok15.
Tahap ketiga adalah tahap pemahaman ekstrapolasi. Dengan
ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dengan balik yang
tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat
memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun
masalahnya16.
Seorang peserta didik dikatakan mampu memahami jika peserta
didik tersebut dapat menarik makna dari suatu pesan-pesan atau
petunjuk-petunjuk dalam soal-soal yang dihadapinya.
Petunjuk-petunjuk tersebut dapat berupa tulian, lisan , dan grafik (gambar). Dan
penyajian juga dapat berbagai bentuk, misalnya dalam bentuk buku
maupun penyajian dalam bentuk layar komputer (LCD). Para peserta
didik dapat memahami suatu hal jika mereka mampu menghubungkan
antara pengetahuan yang lama dengan pengetahuan yang baru
sehingga memunculkan ide-ide yang baru17, serta apabila ia dapar
menjelaskan secara rinci tentang informasi yang diketahuinya
menggunakan bahasanya sendiri18.
15
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , hlm. 24
16
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, , hlm. 24
17
Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), hlm. 19
18
16
Sejumlah kajian hasil penelitian menunjukkan bahwa
kecakapan untuk mengontrol tingkat pemahaman merupakan
proses-proses yang sejalan dengan tingkat pemahaman berpikir seseorang.
Artinya semakin tua usia peserta didik maka semakin tua pula tingkat
pemahamannnya19.
2. Indokator Pemahaman
Proses-proses kognitif yang termasuk dalam kategori memahami
meliputi sebaga berikut20:
a. Menginterpretasikan
Proses ini terjadi pada seorang peserta didik dimana
mereka mampu untuk mengubah sebuah sajian informasi di
dalam satu bentuk ke bentuk lainnya. Misalnya, mengubah kata
menjadi dalam bentuk gambar, mengubah gambar di dalam
bentuk kata, mengubah angka menjadi bentuk kata, mengubah
kata menjadi bentuk angka, dll.
b. Mencontohkan
Proses mencontohkan ini terjadi apabila seorang peserta
didik memberikan suatu contoh khusus mengenai suatu konsep
tentang materi yang telah dipelajari, baik secara umum atau
khusus.
19
Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 158
20
17
c. Mengklasifikasikan
Proses klasifikasi terjadi pada saat seorang peserta
didik menyadari bahwa suatu hal dapat dimasukkan ke dalam
golongan tertentu atau dikelompokkan ke dalam golongan yang
sejenis.
d. Merangkum
Proses ini terjadi pada saat peserta didik menyatukan
sebuah pernyataan yang dapat mewakili suatu informasi yang
telah disajikan sebelumnya atau pada saat seorang peserta didik
meringkas suatu tema yang umum menjadi suatu tema yang
khusus.
e. Menduga
Proses menduga merupakan proses menemukan suatu
pola dari serangkaian contoh atau kasus. Proses menduga
terjadi pada saat peserta didik mampu merangkum sebuah
konsep atau prinsip umum yang dapat diterapkan pada
serangkaian contoh atau kasus yang diberikan kepadanya
dengan cara mendaftar sifat-sifat dari contoh kasusnya yang
18
f. Membandingkan
Proses membandingkan merupakan proses mendeteksi
adanya persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek,
kejadian, pemikiran, permasalahan, situasi, dan lain-lain.
g. Menjelaskan
Proses menjelaskan ini terjadi pada saat sesorang
peserta didik mampu untuk menyusun suatu pemodelan
sebab-akibat dari suatu sistem dan menggunakan pemodelan tersebut.
Dalam proses ini, peserta didik memberikan penjelasan secara
utuh tentang pemodelan tersebut.
3. Kata Kerja Operasional Pemahaman
Tabel 2.1
Kata-Kata Kerja Operasional Ranah Kompetensi Kognitif21
Ranah Kognitif Kata Kerja Operasional
Pemahaman Memperkirakan
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Setiap guru pasti bercita-cita untuk tercapainya suatu
keberhasilan di dalam proses pembelajaran yang telah diberikannya.
Tetapi, terkadang banyak sekali faktor-faktor yang dapat menghambat
cita-cita dari seorang guru tersebut menjadi tidak terealisasikan.
Namun sebaliknya, jika keberhasilan proses pembelajaran terseut
tercapai, maka ada beberapa faktor yang menjadi pendukungnya.
Adapun faktor-faktor pendukung yang dapat mengukur tingkat
keberhasilan dari proses pembelajaran adalah sebagai berikut22:
22
20
a. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang
akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan
belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila tujuan yang
direncanakan dapat terlaksana dengan baik.
b. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah
ilmu pengetahuan kepada anak didik sekolah. Guru juga
merupakan faktor pembentuk generasi bangsa. Dimana moral
dan kecerdasan anak bangsa sebenarnya bergantung pada
berbagai hal, yang salah satunya adalah tergantung kepada cara
mendidik dari seorang guru apabila seorang anak didik berada
di lingkungan sekolah.
c. Anak didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke
sekolah untuk menuntut ilmu. Dimana mereka disalurkna oleh
orang tuanya untuk memasuki di lembaga pendidikan tertentu
21
d. Kegiatan Pembelajaran
Pola umu kegiatan pembelajaran adalah terjadinya
interaksi antara guru dan peserta didik dengan bahan ajar
sebagai perantarannya.
e. Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di
dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna
kepentingan ulangan. Dan alat-alat evaluasi yang paling umum
sering digunakan adalah tidak hanya benar-salah (true-false)
dan pilihan ganda (multiple choice), tapi juga menjodohkan
(matching), melengkapi (completion), dan essay.
f. Suasana Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi biasanya diadakan di dalam kelas itu
sendiri. Evaluasi dilaksanakan di dalam satu kelas sesuai
dengan tingkatan kelas tersebut. Misalnya peserta didik kelas I
dkumpulkan dengan peserta didik kelas I dan seterusnya. Besar
kecilnya jumlah peserta didik di dalam satu kelas dapat
mempengaruhi suasana kelas dan sekaligus mempengaruhi
suasana kelas pada saat melakukan evaluasi. Sikap yang paling
merugikan oleh seorang guru ketika pelaksanaan evaluasi
adalah ketika membiarkan anak didiknya melakukan kerja
22
B. Strategi Pembelajaran Concept Sentence 1. Pengertian Strategi Concept Sentence
Concept Sentence merupakan strategi dimana dalam penerapannya berusaha mengajarkan peserta didik untuk membuat
sebuah kalimat dengan menggunakan beberapa kata kunci yang telah
disediakan oleh guru agar bisa menangkap konsep yang terkandung
dalam kalimat tersebut dan membedakannya dengan kalimat-kalimat
lain23. Concept Sentence ini dibuat seperti games sehingga siswa bersemangat untuk memenangkan games ini24.
2. Kelebihan Strategi Concept Sentence
Adapun kelebihan dari strategi Concept Sentence adalah sebagai
berikut25:
a. Meningkatkan semangat belajar peserta didik.
b. Membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif.
c. Memunculkan kegembiraan dalam belajar.
d. Mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif.
e. Mendorong peserta didik untuk memandang sesuatu dalam
pandangan yang berbeda.
f. Memunculkan kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik.
23
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 315
24
Imas Kurniasih, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru, (Yogyakarta: Kata Pena, 2015), hlm. 104
25
23
g. Memperkuat kesadaran diri.
h. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran.
i. Peserta didik yang lebih pandai dapat mengajari peserta didik yang
kurang pandai.
3. Kelemahan Strategi Concept Sentence
Adapun kelemahan dari Strategi Concept Sentence yakni sebagai berikut26:
a. Hanya untuk mata pelajaran tertentu.
b. Kecenderungan peserta didik yang pasif untuk mengambil jawaban
dari temannya.
4. Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence
Adapun pelaksanaan strategi pembelajaran Concept Sentence
sebagai berikut27:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru menyajikan materi secukupnya.
c. Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4orang secara
heterogen.
d. Guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.
26
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, hlm. 317
27
24
e. Setiap kelompok diminta untuk membuat beberapa kalimat dengan
menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.
f. Hasil diskusi kelompok (didiskusikan lagi secara pleno yang
dipandu oleh guru).
g. Kesimpulan.
C. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari
berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan
Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan
cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik, hukum, dan budaya)28.
Istilah IPS secara resmi digunakan di Indonesia sejak tahun
1975, tetapi pada tahun yang sama di Amerika menggunakan
istilah Social Studies. Kita mengenal beberapa istilah seperti ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan sosial. Pertama, ilmu
sosial tekanannya kepada keilmuan yang berkenaan dengan
28
25
kehidupan masyarakat atau kehidupan sosial. Ilmu sosial secara
khusus dipelajari dan dikembangkan di tingkat pendidikan tinggi
dan dikembangkan di beberapa fakultas. Jadi dapat diartikan bahwa
ilmu sosial adalah ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam
konteks sosial dengan kata lain semua bidang ilmu yang
mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat29.
Kedua, studi sosial mulai dikenal di Amerika sekitar tahun
1913, nama ini digunakan oleh komisi pendidikan. Komisi ini
bertugas untuk merumuskan dan membina kurikulum sekolah
untuk mata pelajaran sejarah dan geografi. Sedangkan studi sosial
mulai dikenal di Indonesia pada tahun ±1971. Dimana terdapat
perbedaan diantara ilmu sosial studi sosial jika dilihat dari tempat
diajarkan dan dipelajarinya. Jika ilmu sosial hanya diajarkan di
perguruan tinggi, sedangkan studi sosial diajarkan dan dipelajari
sejak dari pendidikan rendah SD (Sekolah Dasar) hingga SMA
(Sekolah Menengah Atas)30.
29
Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), hlm. 8-9
30
26
Ketiga, Ilmu Pengetahuan Sosial. IPS seperti halnya bidang
studi IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, IPS sebagai bidang studi
memiliki garapan yang dipelajari cukup luas. Bidang garapan IPS
meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di
masyarakat31.
b. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah
sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif
terhadap perbaikan segala penyimpangan yang tejadi, dan terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang
menimpa dirinya maupun menimpa masyarakat secara umum32.
Sedangkan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
itu menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi disebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS, yaitu:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungan.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inquiry (penemuan), pemecahan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
31
Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, hlm. 9
32
27
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
dan kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan
kompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal,
nasional, dan global.
Tujuan pembelajaran IPS pada tingkat SD/MI adalah untuk
membekali peserta didik dalam bidang pengetahuan sosial. Adapun
secara khusus tujuan pembelajaran IPS di SD/MI adalah sebagai
berikut33:
1) Pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupanya.
2) Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun
alternatif pemecahan masalah nasional yang terjadi dalam
kehidupan di masyarakat.
3) Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat
dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.
4) Kesadaran sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap
pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari
kehidupan tersebut.
33
28
5) Kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS
sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu
pengetahuan, dan teknologi.
c. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Di dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terdapat 3
karakteristik, yakni sebagai berikut34:
1) Karakteristik Dilihat dari Aspek Tujuan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada dasarnya
memiliki tugas untuk bisa membantu pembentukan pribadi
peserta didik yang peduli terhadap kondisi masyarakat saat ini
serta mampu menerapkan metode yang diadaptasi dari
ilmu-ilmu sosial dalam memecahkan berbagai masalah yang terjadi
di lingkungannya.
Ada tiga kajian utama yang berkenaan dengan
karakteristik yang dilihat dari aspek tujuan, yakni sebagai
berikut:
a) Pengembangan Kemampuan Berpikir Peserta didik
Pengembangan kemapuan intelektual adalah
pengembangan kemampuan peserta didik dalam
berpikir tentang ilmu-ilmu sosial dan masalah-masalah
kemasyarakatan. Pengembangan berpikir dalam bidang
34
29
studi pendidikan IPS yang paling penting adalah
menumbuhkan berpikir kreatif dan inovatif. Menurut
Guilford dalam Dedi Supriadi (1998: 7) mengatakan
bahwa terdapat lima sifat yang menjadi ciri kemampuan
berpikir kreatif, yaitu sebagai berikut:
(1) Kelancaran (fluency)
Kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.
(2) Keluwesan (flexibility)
Keluwesan (flexibility) adalah kemmapuan untuk mengemukakan
bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap
masalah.
(3) Keaslian (originality)
Keaslian (originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara
yang asli.
(4) Penguraian (elaboration)
Penguraian (elaboration) adalah kemampua untuk menguraikan sesuatu secara
30
(5) Perumusan Kembali (redefinition)
Perumusan kembali (redefinition) adalah kemampuan untuk meninjau suatu persoalan
berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa
yang sudah diketahui oleh banyak orang.
b) Pengembangan Nilai dan Etika
Nilai merupakan hal yang terkandung dalam hati
nurani manusia yang lebih memberi dasar dan prinsip
akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan
efisiensi atau keutuhan kata hati yang terkandung dalam
diri seseorang. Nilai berada pada lubuk hati yang paling
dalam pada diri manusia, sehingga adakalanya manusia
berani mengorbankan dirinya daripada mengorbankan
nilai keyakinannya. Ini mengandung arti bahwa
keyakinan nilai dalam diri manusia adalah
segala-galanya, sudah bersatu dalam diri dan kehidupannya.
Etika sering disebut juga dengan filsafat perilaku
atau filsafat moral. Dalam pergaulan sehari-hari orang
memaknai etika sebagai perihal benar dan salah dalam
sikap manusi. Adapun menurut Kamus Besar Bahasa
31
baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral,
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
nilai mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat.
c) Pengembangan Tanggung Jawab dan Partisipasi Sosial
Pengembangan tanggung jawab dan partisipasi
sosial yakni yang mengembangkan tujuan IPS dalam
membentuk warga negara yang baik, ialah warga negara
yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah
Dasar (SD) harus memperhatikan kebutuhan anak yang
berusia 6-12 tahun. Anak pada kelompok usia ini,
mereka berada dalam perkembangan kemampuan
intelektual/kognitifnya pada tingkatan konkret
operasional. Mereka memandang dunia dalam
keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang
akan datang sebagai waktu yang masih juah.
2) Karakteristik Dilihat dari Aspek Ruang Lingkup Materi
Jika ditinjau dari ruang lingkup materinya, maka bidang
32
a) Menggunakan pendekatan lingkungan yang luas.
b) Menggunakan pendekatan terpadu antara mata pelajaran
yang sejenis.
c) Berisi materi konsep, nilai-nilai sosial, kemandirian, dan
kerja sama.
d) Mampu memotivasi peserta didik untuk aktif, kreatif, dan
inovatif dan sesuai dengan perkembangan anak.
e) Mampu meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
berpikir dan memperluas cakrawala budaya.
3) Karakteristik Dilihat dari Aspek Pendekatan Pembelajaran
Bidang studi IPS sejak mulai kurikulum tahun 1975 dan
1984 menggunakan pendekatan integratif. Pendekatan lain
dalam bidang studi IPS cenderung bersifat praktik di
masyarakat dan keluarga atau antar teman di sekolah. Aspek
yang ditonjolkan dalam pendekatan ini adalah aspek perilaku
dan sikap sosial serta nilai eksistensi peserta didik dalam
menghadapi suatu nilai kebersamaan kepemilikan hak dan
kewajiban sebagai makhluk sosial. Sejak inilah maka pada
tahun 1994, pergesaran karakteristik bidang studi IPS ini
berbeda sekali dengan karakteristik dalam kurikulum
sebelumnya, yaitu lebih cenderung kepada pendekatan
33
d. Dimensi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Program pendidikan IPS yang komprehensif adalah
program yang mencakup empat dimensi, yakni sebagai berikut35:
1) Dimensi Pengetahuan (Knowledge)
Setiap orang memiliki wawasan tentang pengetahuan
sosial yang berbeda-beda. Ada yang berpendapat bahwa
pengetahuan sosial meliputi peristiwa yang terjadi di
lingkungan masyarakat tertentu. ada pula yang mengemukakan
bahwa pengetahuan sosial mencakup keyakinan-keyakinan dan
pengalaman belajar peserta didik. Secara konseptual,
pengetahuan hendaknya mencakup fakta, konsep, dan
generalisasi.
Fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek,
orang, dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Pada dasarnya,
fakta yang disajikan untuk para peserta didik hendaknya
disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan berpikirnya.
Konsep adalah kata-kata atau frase yang mengelompok,
berkategori, dan memberi arti terhadap kelompok fakta yang
berkaitan. Konsep merujuk pada suatu hal atau unsur kolektif
yang diberi label. Namun, konsep selalu direvisi disesuaikan
dengan tingkat pemahaman peserta didik.
35
34
Generalisasi merupakan suatu ungkapan/pertanyaan dari
dua atau lebih konsep yang saling terkait. Generalisasi
memiliki tingkat kompleksitas isi, dimana disesuaikan dengan
tingkat perkembangan peserta didik.
2) Dimensi Keterampilan (Skills)
Pendidikan IPS sangat memerhatikan dimensi
keterampilan disamping pemahaman dalam dimensi
pengetahuan. Kecakapan mengolah dan menerapkan
informasi merupakan keterampilan yang sangat
pentinguntuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga
negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam
masyarat demokratis. Adapun keterampilan-keterampilan
yang diperlukan dalam dimensi IPS dalam proses
pembelajaran:
a) Keterampilan meneliti
b) Keterampilan berpikir
c) Keterampilan partisipasi sosial
d) Keterampilan berkomunikasi
3) Dimensi Nilai dan Sikap (Values dan Attitudes)
Pada hakikatnya nilai merupakan sesuatu yang
berharga. Nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat
35
dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu
yang terungkap ketika berpikir atau bertindak.
4) Dimensi Tindakan
Tindakan sosial merupakan dimensi pendidikan IPS
yang penting karena tindakan dapat memungkinkan peserta
didik menjadi peserta didik yang aktif. Mereka pun dapat
berlatih secara konkret dan praktis. Dengan belajar dari apa
yang diketahui dan terpikirkan tentang isu-isu sosial untuk
dipecahkan sehingga jelas apa yang akan dilakukan dan
bagaimana caranya.
e. Ruang Lingkup IPS
Terdapat ruang lingkup di dalam mata pelajaran IPS, yakni
sebagai berikut:
1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan
2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
3) Sistem Sosial dan Budaya
36
f. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS kelas III
Tabel 2.2
Standar Kompetensi IPS Kelas III Semester I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami
1.1Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah.
1.2Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah.
1.3Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah. 1.4Melakukan kerjasama di
lingkungan rumah, sekolah, dan kelurahan/desa
Tabel 2.3
Standar Kompetensi IPS Kelas III Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Memahami 2.2Memahami pentingnya semangat
kerja.
2.3Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. 2.4Mengenal sejarah uang.
2.5Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan.
3. Materi Jenis-Jenis Pekerjaan
a. Pengertian Pekerjaan
Pekerjaan berasal dari kata dasar bekerja. Bekerja adalah
37
b. Jenis-Jenis Pekerjaan
Pekerjaan dibedakan menjadi dua bagian, yaitu ada pekerjaan
yang dapat menghasilkan barang dan ada juga pekerjaan yang
menghasilkan jasa.
1) Pekerjaan Yang Menghasilkan Barang
Pekerjaan yang menghasilkan barang merupakan
pekerjaan yang hasil pekerjaannya dalam bentuk barang.
Contohnya petani, pengrajin dan penjahit. Pekerjaan yang
menghasilkan barang dalam jumlah besar biasanya dilakukan
oleh perusahaan. Perusahaan ini ada yang disebut dengan
industri rumah tangga yang menghasilkan barang seperti kue,
makanan ringan, gorengan, dan sebagainya. Selain industri
rumah tangga ada juga yang disebut dengan perusahaan
menengah, perusahaan ini agak sedikit lebih maju dibanding
industri rumah tangga, contohnya perusahaan yang membuat
kompor. Perusahaan lainnya adalah perusahaan besar yang
menghasilkan barang dalam jumlah yang sangat besar untuk
38
2) Pekerjaan Yang Menghasilkan Jasa
Pekerjaan yang menghasilkan jasa adalah pekerjaan yang
hasilnya tidak dalam bentuk barang. Namun demikian, hasil
pekerjaannya dapat kita rasakan. Guru adalah contoh pekerjaan
yang menghasilkan jasa. Karena ada guru, kamu menjadi anak
yang pintar. Hal ini berkaitan karena tugas dari guru adalah
mendidik peserta didik-siswinya menjadi anak yang pintar dan
berbudi pekerti luhur. Polisi lalu lintas bertugas di jalan raya
untuk mengatur lalu lintas kendaraan. Selain itu, polisi juga
bertugas menjaga keamanan dan ketertiban.
D. Peningkatan Pemahaman Materi Jenis-Jenis Pekerjaan Mata
Pelajaran IPS Melalui Stategi Pembelajaran Concept Sentence.
Peningkatan pemahaman materi jenis–jenis mata pelajaran IPS
melalui stategi pembelajaran Concept Sentence peserta didik kelas III merupakan sebuah usaha untuk meningkatkan pemahaman peserta didik
pada mata pelajaran IPS khususnya materi jenis–jenis pekerjaan dengan
bantuan stategi pembelajaran Concept Sentence. Strategi pembelajaran
Concept Sentence ini merupakan strategi yang bisa dikatakan menarik, karena dalam mengaplikasikannya berhubungan dengan gambar berseri.
Dimana peserta didik yang kelas rendah sangat menyukai hal-hal yang
terdapat gambar-gambar dan warna-warna. Melalui strategi ini, dapat
39
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang membahas
tentang peningkatan pemahaman materi melalui strategi pembelajaran
Concept Sentence ditulis Maf’ulah Kurniawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun
2016 dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Pengumuman
Melalui Pembelajaran Strategi Concept Sentence Pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Kelas IV MI Nurul Huda Krian Sidoarjo”36. Pada
penelitian tersebut dijelaskan bahwa peningkatan pemahaman peserta
didik melalui strategi pembelajaran Concept Sentence dapat mencapai 85%. Sehingga dapat dikatakan berhasil.
36 Maf’ulah Kurniawati. (2016).
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK) dengan tindakan berup penerapan strategi
pembelajaran Concept Sentence, yang merupakan suatu variasi dalam pembelajaran IPS materi kerja sama. Penelitian tindakan kelas ini
menggunakan bentuk kolaboratif, yaitu guru dan peneliti bekerja
sama untuk memikirkan persoalan-persoalan yang akan diteliti melalui
penelitian tindakan kelas dan juga sistematika pelaksanaannya yang akan
peneliti lakukan pada siklus I dan Siklus II.
Dalam pelaksanaannya, penelitian tidakan kelas ini
menggunakan model Kurt Lewin, yang menyatakan bahwa dalam satu
siklus terdiri dari empat langkah yaitu37:
1. Perencanaan/Planning
Pada tahap perencanaan/planning ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), mempersiapkan fasilitas dan sarana
pendukung yang diperlukan di kelas, mempersiapkan
instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai
proses dan hasil tindakan.
37
41
2. Tindakan/Acting
Pada tahap Tindakan/Acting ini, peneliti melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan dalam RPP dalam situasi
yang aktual, meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir.
3. Pengamatan/Observing
Pada tahap ini Pengamatan/Observing, yang harus dilakukan oleh peneliti adalah (1) mengambil perilaku peserta
didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; (2)
memantau kegiatan diskusi/kerja sama dalam kelompok; (3)
mengamati pemahaman tiap-tiap peserta didik terhadap
penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang
sesuai dengan tujuan PTK.
4. Refleksi/Reflecting
Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah (1)
mencatat hasil observasi; (2) mengevaluasi hasil observasi; (3)
menganalisis hasil pembelajaran; (4) mencatat
kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyususnan rancangan
siklus berikutnya.
Secara keseluruhan, empat tahapan tersebut
membentuk suatu siklus penelitian tindakan kelas yang
42
masalah, bisa lebih dari satu siklus bila masih ada hal-hal yang
kurang berhasil dalam siklus pertama. Siklus-siklus tersebut
saling terkait dan berkelanjutan. Berikut adalah gambar
alur penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin.
Gambar 3.1
Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin
PERENCANAAN
REFLEKSI SIKLUS I PELAKSANAAN
PENGAMATAN
PERENCANAAN
REFLEKSI SIKLUS II PELAKSANAAN
PENGAMATAN
43
Sebelum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
peneliti harus melewati beberapa tahap yaitu menemukan
masalah, mengidentifikasi masalah, menentukan batasan
masalah, menganalisis masalah dengan menemukan
faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama terjadi masalah,
merumuskan gagasan pemecahan masalah dalam hipotesis
tindakan, menentukan pilihan hipotesis tindakan untuk
pemecahan masalah, dan menemukan judul dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)
B. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Setting penelitian ini meliputi tempat penelitian, waktu penelitian,
dan siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK), setting penelitian tersebut
yakni sebagai berikut:
a. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas
III di MI Bahrul Ulum Sidoarjo.
b. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada
44
c. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan dua
siklus, yakni siklus dilaksanakan melalui prosedur perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Melalui kedua siklus tersebut
dapat diamati pemahaman peserta didik pada materi jenis-jenis
pekerjaan dengan menggunakan strategi pembelajaran Concept Sentence.
2. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
adalah peserta didik kelas III-B tahun ajaran 2016-2017 di MI Bahrul
Ulum Sidoarjo dengan jumlah sebanyak 26 peserta didik, dimana 14
peserta didik laki-laki dan 12 peserta didik perempuan.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Input
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, yang menjadi
variabel input adalah peserta didik kelas III-B tahun ajaran 2016-2017 di MI Bahrul Ulum Sidoarjo
2. Variabel Proses
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, yang menjadi
45
3. Variabel Output
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, yang menjadi
variabel ouput adalah peningkatan pemahaman materi.
D. Rencana Tindakan
1. Pra Siklus
Penelitian ini dalaksanakan dengan menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin, berikut adalah
perencanaan pra siklus:
a. Melakukan kunjungan ke lembaga sekolah terkait.
b. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan.
c. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
d. Menyiapkan instrumen penelitian seperti pedoman wawancara,
format observasi guru dan peserta didik, dan lembaran pre-test
tentang materi yang terkait untuk mengukur pemahaman peserta
didik.