KOMERSIALISASI CORELDRAW
TIDAK BERLISENSI
OLEH KOTACOM GAYUNGAN SURABAYA
DALAM PERSPEKTIF FATWA MUI NO. 1 TAHUN 2003
DAN UNDANG-UNDANG NO. 28 TAHUN 2014
(Analisis Komparatif)
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1)
Hukum Ekonomi Syariah
Oleh:
Yusuf Bahtiyar
C02213079
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Islam
Surabaya
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan (Field Research) tentang
“Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi oleh Kotacom Gayungan Surabaya
dalam perspektif Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 tahun
2014 (Analisis Komparatif)”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaaan terkait mekanisme komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi dan bagaimana komparasi Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 terhadap komersialisasi tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif-induktif dengan mengunakan analisis data deskriptif-komparatif. Penelitian ini berusaha mengungkapkan realitas terkait komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi, lantas menggunkan analisis deskriptif-komparatif antara Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Penelitian ini menghasilkan fakta bahwa mekanisme komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di Kotacom mengunakan dua cara yakni dengan menjual software secara langsung dan memberikan jasa untuk instalasi software tersebut secara langsung. Kedua komersialisasi tersebut tidak mengunakan CorelDraw berlisensi. Hasil komparasi menunjukan bahwa Undang-undang membolehkan melakukan pengandaan terhadap CorelDraw selama digunakan untuk pengembangan dan atau arsip. Selain itu dalam pasal 44 diberikan pengecualian untuk menggunakan, mengambil, mengandakan, dan atau mengubah suatu ciptaan selama digunakan untuk kebutuhan yang tidak merugikan hak ekonomi pencipta. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 memberi sanksi pidana dan denda sebagaimana pasal 113 ayat 3. Sementara itu Fatwa MUI tidak mengatur secara detail terkait ini. Selain itu Fatwa MUI menghukumi dzolim dan haram dilakukan untuk segala bentuk pembajakan hak cipta. Secara keseluruhan keduanya memberikan larangan yang tegas terkait komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi.
Sejalan dengan kesimpulan diatas, kepada Kotacom dan seluruh penguna software tidak berlisensi lainya, penulis menyarankan untuk mengunakan software
yang berlisensi atau mengunakan software sejenis yang open source. Kemudian
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR ... i
SAMPUL DALAM ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TRANSLITERASI ... xi
BAB I: PENDAHULUAN ... 10
A. Komersialisasi Software CorelDraw dalam Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003 ... 31
B. Komersialisasi Software CorelDraw dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 ... 40
C. Komersialisasi Hak Cipta ... 51
A. Gambaran Umum CorelDraw ... 56
B. Lisensi dalam corel draw ... 58
C. Profil Kotacom Gayungan Surabaya ... 60
D. Mekanisme Komersialisasi Corel Draw di Kotacom ... 64
BAB IV: KOMPARASI FATWA MUI NO.1 TAHUN 2003 DAN UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2014 ... 70
A. Analisis Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No.28 tahun 2014 Terhadap Komersialisasi CorelDraw di Kotacom Gayungan Surabaya ... 70
B. Persamaan dan Perbedaan Fatwa Mui No.1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 terhadap Komersialisasi CorelDraw di Kotacom Gayungan Surabaya ... 74
BAB V: PENUTUP ... 80
A.Kesimpulan ... 80
B.Saran ... 81
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi telah mengubah
tatanan perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global. Hal ini juga
berdampak pada pola komunikasi dan persebaran informasi yang seolah-olah
menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (borderless).1 Alhasil semua warga
masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses informasi apapun
dari bagian negara manapun. Sehingga akulturasi dan infiltrasi budaya menjadi hal
yang sangat lumrah, oleh karenanya bukanlah hal yang mengherankan ketika
perubahan sosial di masyarakat berlangsung demikian cepat.
Hukum sebagai salah satu instrumen yang mengatur seluruh pola
kehidupan masyarakat2, memiliki kewajiban untuk mengatur pola komunikasi
hukum terkait perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi ini. Sehingga
tata aturan dan komunikasi yang berlangsung, tetap berjalan dalam koridor hukum
yang benar dan tidak merugikan siapapun.
Melihat realitas itu, lahirlah konsepsi hukum baru yang dikenal sebagai
cyber law, yang secara internasional digunakan untuk istilah hukum terkait
pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi. Kegiatan cyber meskipun
1 Ahmad M Ramli, Cyber Law dan HAKI : Dalam system hukum Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), 1.
9
bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan dan perbuatan hukum yang
nyata.
Meskipun ruang dan waktu cyber masih cukup sulit ditelusuri dengan
pendekatan hukum konvensional, namun kegiatan cyber adalah kegiatan yang
berdampak sangat nyata meskipun mengunakan alat bukti elektronik. Dengan
demikian subjek pelakuknya harus dikualifikasikan pula sebagai orang yang
melakukan perbuatan hukum secara nyata.3
Salah satu dampak dari berkembangnya teknologi dan informasi adalah
keterkaitanya dengan hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Hak yang secara
historis dapat dipahami sebagai upaya proteksi atau perlindungan suatu karya
intelektual, sehingga terhindar dari upaya penjiplakan atau pembajakan tanpa izin
dari pencipta.4
Majunya teknologi dan informasi akan memberikan peran stategis untuk
kemajuan suatu negara, namun disisi lain juga akan menjadi alat untuk
pelanggaran hukum di bidang ini. Pengaturan yang proporsional sangat diperlukan,
agar fungsi hukum dapat dioptimalkan dan dampak negatifnya dapat
diminimalkan.
Pengelompokan HAKI dari segi hukum dapat dikategorikan sebagai
berikut: Hak Cipta terdiri dari 1. Hak Cipta (Copy Rights) 2. Hak yang
bertentangan dengan hak cipta (Neighbouring Rights). Hak milik perindustrian
(Industrial Property Rights) terdiri atas 1. Hak paten (Patent Right) 2. Model dan
3 Ahmad M Ramli, Cyber Law…, 7.
10
rancang bangun (Utility Models) 3. Desain industri (Industrial Design) 4. Merek
dagang (Trade mark) 5. Nama niaga/nama dagang (Trade Names) 6.Sumber tanda
atau sebutan asal (Indication of Source or Appelation of Origin).5
Dalam konteks hukum positif Indonesia, hak cipta sebagai sebuah tatanan
hukum, yang juga merupakan bagian dari HAKI, memiliki peran yang strategis,
terutama untuk melindungi karya-karya kreatif pencipta atas suatu ciptaan.
Langkah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan pemerintah
mengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 adalah salah satu upaya sungguh-sungguh
dari negara untuk melindungi hak ekonomi dan hak moral pencipta. 6
Teringkarinya hak ekonomi dan hak moral dapat mengikis motivasi para
pencipta untuk berkreasi. Hilangnya motivasi seperti ini akan berdampak luas pada
runtuhnya kreativitas makro bangsa Indonesia. Bercermin kepada negara-negara
maju, tampak sekali bahwa pelindungan yang memadai terhadap hak cipta telah
berhasil membawa pertumbuhan ekonomi kreatif secara signifikan dan
memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat.7
Hak cipta sendiri, dapat diartikan sebagai hak eksklusif pencipta yang
timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.8
5 Ifan Fauzani Raharjo, Retno Kusniati, 2003, “Analisis Model Pengaturan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Pengetahuan Tradisional Masyarakat Adat”, Jurnal Ilmu Hukum, 2003, 31.
6 Undang-undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. 7 Ibid.
11
Sebagai hak eksklusif, (exclusive rights), hak cipta mengandung dua esensi
hak, yaitu hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral rights) kandungan
hak ekonomi meliputi hak untuk mengumumkan (performing rights) dan hak untuk
memperbanyak (mechanical rights). Adapun mengenai hak moral meliputi hak
pencipta untuk dicantumkan namanya dalam ciptaan dan hak pencipta untuk
melarang orang lain mengubah ciptaanya. Termasuk judul mapun anak judul
ciptaan. Keduanya lazim disebut right of paternity dan right of intregrity.9
Sesuai dengan konsepsinya, dalam hak cipta melekat dua hak yang utama,
hak moral dan hak ekonomi. Hak moral bersifat abadi melekat pada nama pencipta,
sedangkan hak ekonomi mengenal batas waktu. Yaitu batas masa untuk menikmati
manfaat ekonomi pada ciptaan. Dengan kata lain, merupakan batasan masa
penguasaan monopoli dan peluang melakukan eksploitasi ciptaan. Bila batas
waktu berakhir, kekuatan monopoli juga berakhir. Sehingga status ciptaan dengan
demikian menjadi public domain. Ini berarti masyarakat bebas mengeksploitasi
tanpa mengunakan lisesnsi. 10
Seperti halnya jenis-jenis hak lainya dalam lingkup HAKI, hak cipta
dianggap sebagai hak kebendaan yang tidak berwujud yang dapat dialihkan
kepemilikinya kepada subjek hukum lain, baik melalui pewarisan, hibah, wasiat
maupun perjanjian. Yang terakhir dapat berlangsung dalam bentuk jual beli atau
lisensi. Kepemilikan juga dapat beralih karena sebab-sebab yang dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan. Selain itu hak cipta yang dalam pasal 16 ayat (1)
12
dianggap sebagai benda bergerak, juga tidak dapat disita kecuali jika hak itu
diperoleh secara melawan hukum.
Dalam prakteknya, pencipta dan pemegang hak cipta memiliki beberapa
pilihan untuk mengeksploitasi ciptaannya. Diantaranya dengan memberi izin atau
lisensi pada pihak lain untuk memanfaatkan seluruh atau sebagian dari ciptaannya.
Lisensi, seperti itu harus dituangkan dalam kontrak yang jelas dan tegas. Seperti,
berupa exclusive license atau non-exckusive license.11 Lisensi atau perjanjian ini
yang pada akhirnya akan digunakan oleh pemegang hak cipta sebagai dasar
dibolehkanya eksplorasi dan eksploitasi suatu ciptaan.
Hak cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang
memiliki ruang lingkup objek dilindungi paling luas, karena mencakup ilmu
pengetahuan, seni dan sastra (art and literary) yang di dalamnya mencakup pula
program komputer. Perkembangan ekonomi dan pesatnya perkembangan
teknologi, informasi dan komunikasi mengharuskan adanya pembaruan
Undang-Undang Hak Cipta, mengingat hak cipta menjadi basis terpenting dari ekonomi
nasional. Dengan Undang-Undang Hak Cipta yang memenuhi unsur pelindungan
dan pengembangan ekonomi ini maka diharapkan kontribusi sektor hak cipta bagi
perekonomian negara dapat lebih optimal.12
Memiliki fungsi proteksi atau perlindungan, hak cipta memiliki tugas
untuk mengatur pola hubungan pencipta atau pemegang hak cipta dengan penguna
hak cipta. Sehingga karya-karya baik berupan program komputer, karya-karya
11Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa… , 74.
13
seni, karya audio visual dan bergam karya lainya yang ada dan terlibat dalam
aktivitas cyber, tetap dapat dimanfaatkan haknya oleh pencipta, baik moral
maupun ekonomi serta dapat digunakan secara legal oleh masyarakat sebagai
penikmat atau penguna hak cipta.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus disini adalah
bagaimana hak cipta bisa menjaga pencipta dana tau pemegang hak cipta untuk
tetap mendapatkan haknya, dan masyarakat sebagai penguna atau penikmat hak
cipta tetap dapat mengunakan ciptaan itu secara positif. Sehingga lisensi/izin dari
pencipta menjadi sangat penting, terutama demi menghindari konsekwensi dari
pelanggaran hukum. Sehingga keadilan sebagai esensi hukum bisa benar-benar
terealisasi (rapport du droid, inbreng van recht)13.
Program komputer yang merupakan seperangkat instruksi yang
diekspresikan dalam bentuk bahasa, kode, skema, atau dalam bentuk apapun yang
ditujukan agar komputer bekerja melakukan fungsi tertentu atau untuk mencapai
hasil tertentu.14 Seperti untuk pengolahan kata, rancang bangunan, pengolahan
data base, pengolahan inventaris dan bahkan untuk beberapa kebutuhan seni.
Beragam kebutuhan itu memicu pengembang program komputer untuk semakin
mempermudah penggunaan (user friendly) dan memperluas jangkauan
kemanfaatan.
Dalam posisi pengembang software sebagai pencipta dan pemegang hak
cipta dan masyarakat pengguna, adalah adil untuk mengunakan perjanjian lisensi
13 Theo Huijbers, Filsafat Hukum… , 78.
14
sebagai bentuk apresiasi terhadap kerja keras pencipta. 15 Karena bagaimanapun
segala bentuk pembajakan terhadap hak cipta adalah merupakan pelanggaran
hukum yang tidak dibenarkan.
Sebagai bagian dari konstelasi aturan kehidupan, Islam datang sebagai
agama yang sempurna. Didalamnya diatur perihal hubungan manusia dengan
dengan Tuhan, hubungan manusa dengan manusia dan hubungan manusia dengan
alam.16 Dalam keterkaitan antara hukum, aktivitas manusia dan ekonomi dikenal
istilah Fiqih muamalah, yakni aturan-aturan Allah yang ditujukan untuk mengatur
kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan
urusan duniawi dan sosial kemasyarakatan.17 Aturan ini merupakan usaha untuk
mempertemukan keterkaitan normatif (asas-asas hukum dalam Islam) dan
bagaimana kehidupan ekonomi harus sesuai dengan Islam dengan analisis-analisis
terhadap institusi dan peristiwa ekonomi dalam masyarakat umum, serta
memberikan penjelasan hubungan kasualitasnya.18
Tujuan utama ekonomi Islam dengan beragam konsepsi didalamnya adalah
maslah}ah{ (kemaslahatan) bagi umat manusia yaitu dengan mengusahakan segala a
ktifitas demi tercapainya hal-hal yang berakibat pada adanya kemaslahatan bagi
manusia, atau dengan mengusahakan aktivitas yang secara langsung dapat
merealisasikan kemaslahatan itu sendiri.19
15 Ahmad M Ramli, Cyber Law…,7.
16 Rahmad Syafiie, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 13. 17 Ibid., 15.
18 Arif Hoetoro, Ekonomi Islam (Malang: BPFE UNIBRAW, 2007), 331.
15
Islam sebagai agama yang mengatur seluruh aktivitas manusia dalam
hubungannya dengan manusia lain, memiliki beberapa aturan terkait hak cipta,
sebagaimana yang terdapat dalam Fatwa MUI Nomor 01 Tahun 2003 tentang Hak
Cipta, bahwa hak cipta dipandang sebagai salah satu huquq ma>liyyah (hak
kekayaan) yang mendapat perlindungan hukum (mashu>n) sebagaimana ma>l
(kekayaan). Dan setiap bentuk pelanggaran terhadap hak cipta, terutama
pembajakan, merupakan kezaliman yang hukumnya adalah haram.20 Sampai disini
terlihat adanya kesamaan persepsi antara Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
dengan Fatwa Komisi Fatwa MUI Nomor 01 Tahun 2003.
Hak cipta sebagai harta memiliki konsekwensi yang sama dengan
harta-harta yang lain dalam Islam. Kemudian dalam konteks komersialisasi, setidaknya
ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan dalam kaitanya syarat dan rukun
dalam suatu akad komersialisasi. Pertama harta harus ada dan nyata ketika akad
dilakukan, kedua harta harus masyru’ (sesuai ketentuan syariah), ketiga dapat
diberikan setelah akad, keempat harta harus diketahui oleh kedua belah pihak,
kelima harta harus suci.21
Dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa (4) ayat 29 setidaknya ada dua hal utama
terkait komersialisasi yang perlu diperhatikan, yakni jalan transaksi atau
komersialisasi harus tidak bathil, maksutnya tidak mengambil hak orang lain dan
tetap berada dalam koridor hukum Islam. Kedua, suka sama suka, karena kerelaan
16
kedua belah pihak harus benar-benar diperhatikan sehingga setelah akad terjadi
tidak menimbulkan permasalah baru.22
َٰبۡلٱِب ُكَنۡيَب ُكَلَٰوۡمَأ ْآ ُ ُكۡأَت ََ ْا ُنَماَء َ يِ ذَٱ اَ ُيَأَٓي ۡ ُكنِ م لضاَرَت َع ًةَرٰ َجِت َن ُكَت نَأ َِٓإ ِلِطذ
ْآ ُ ُتۡقَت ََو َ
ام يِحَر ۡ ُكِب َنََ َ ذَٱ ذنِإ ۡ ُكَسُفنَأ ٢٩
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.23
Dalam Tafsir Fi> Z}ila>lil al-Qur’an karya Sayid Quthb menjelaskan bahwa
memakan harta secara bathil ini meliputi semua cara mendapatkan harta yang
tidak diizinkan atau tidak dibenarkan Allah, yakni dilarang olehnya. Diantaranya
dengan cara menipu, menyuap, berjudi, menimbun barang-barang kebutuhan
pokok untuk menaikan harganya, dan semua bentuk jual beli yang haram serta
sebagai pemukanya adalah riba’. Karena beragam hal diatas adalah termasuk
membunuh diri sendiri.24
Salah satu ciptaan yang cukup dibutuhkan masyarakat terutama demi
menunjang perkembangan teknologi dan informasi adalah program komputer.
Salah satu program komputer yang cukup banyak diminati masyarakat untuk
kebutuhan editor grafik vektor adalah CorelDraw, terutama oleh masyarakat yang
terlibat aktif dalam design grafis atau pemrogaman. Software ini sangat
dibutuhkan oleh para designer baik yang professional maupun yang masih pemula,
selain memiliki fitur yang cukup lengkap untuk sebuah design vector, software ini
22 Qomarul, Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta, Teras 2011), 54-67.
23Sayyid Quthb, Tafsir Fi> Z}hila>lil Al-Qur’an jilid 2, (Beirut, Darusy-Syuruq, 1992/1412), 340-342.
17
juga cukup mudah dioperasikan (user friendly).25 Namun dikarenakan untuk
mendapatkan lisensi dinilai terlalu mahal, cukup memberikan kesulitan
masyarakat untuk memanfaatkanya.
Sebagai alternatifnya, beberapa lapisan masyarakat mengunakan software
ini tanpa lisensi, alhasil mereka tidak perlu membayar untuk mendapatkan lisensi
itu. Salah satunya yang terjadi di Kotacom Gayungan Surabaya, toko ini
memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk mendapatkan software ini secara
mudah dan murah, yakni dengan tanpa lisensi. Setidaknya ada dua mekanisme
akad yang dilakukan oleh toko ini, pertama dengan bertemu langsung dengan
customer yang memerluhkan program komputer ini, sehingga proses jasa instalasi
segera bisa langsung dilakukan. Kedua, melalui penjualan DVD hasil burning yang
berisi program komputer CorelDraw berikut tutorial instalasinya.
Kedua mekanisme diatas sama-sama tidak mengunakan lisensi untuk
pemakaianya. Pihak Corel cukup dirugikan disini, sebagai pencipta mereka tidak
mendapatkan royalti sebagaimana mestinya. Karena dalam paket instalasi yang
mereka sediakan ada kewajiban pemakai untuk memenuhi beberapa kewajiban
untuk mendapatkan lisensi. 26
Royalti sebagai bentuk imbalan atas pemanfaatan hak ekonomi suatu
ciptaan atau produk hak terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak
terkait.27 Tidak selalu sejalan dalam realita. Oleh karenanya dalam hukum positif
dan hukum Islam memliki sanksi yang cukup tegas terkait permasalah ini.
25Corel, “End user licese agreement”, (Kanada: Corel, 2014), th. 26 Ibid.
18
Berangkat dari pemaparan di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian dan analisa lebih mendalam terkait mekanisme komersialisasi
CorelDraw tidak berlisensi. Dari analisis tersebut kemudian akan dianalisa secara
ilmiah dalam kajian Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28
Tahun 2014, Untuk itu maka penelitiakan menetapkan penelitian yang berjudul
“Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi oleh Kotacom Gayungan Surabaya
dalam perspektif Fatwa Mui No. 1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 tahun
2014 (Analisis Komparatif)”
B. Identifikasi Masalah
Dalam mengkaji Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi oleh
Kotacom Gayungan Surabaya dalam perspektif Fatwa Mui No. 1 Tahun 2003
dan Undang-Undang No. 28 tahun 2014 (Analisis Komparatif), setidaknya ada
beberapa masalah yang menarik untuk di bahas, seperti:
1. Konsep akad jual beli dalam hukum Islam
2. Konsep ijaroh dalam islam
3. Makna Software tidak berlisensi dalam Undang-undang No. 28 Tahun
2014
4. Makna Software tidak berlisensi dalam Fatwa DSN MUI No.1 Tahun
2003
5. Akibat ekonomi dari maraknya komersialisasi software tidak berlisensi
6. Tinjauan Undang-undang No. 28 Tahun 2014 terkait komersialisasi
19
7. Tinjauan Fatwa DSN MUI No.1 Tahun 2003 terkait komersialisasi
Software tidak berlisensi
8. Kewajiban lisensi dalam software CorelDraw
9. Kewajiban pemegang hak cipta dalam pengunaan dan pemanfaatan
CorelDraw
10.Mekanisme komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di Kotacom
Gayungan Surabaya
11.Komparasi Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28
Tahun 2014 terhadap komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi
C. Batasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah yang terpetakan, perlu adanya
pembatasan-pembatasan agar permasalahan tidak terlalu lebar dan meluar, alhasil
permasalahan yang diteliti lebih fokus dan terarah. Adapaun batasan masalah pada
penelitian ini, adalah:
1. Mekanisme komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di Kotacom Gayungan
Surabaya
2. Komparasi Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 Tahun
20
D. Rumusan Masalah
Dari beberapa batasan masalah yang terpetakan, dapat dirumuskan
beberapa rumusan sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di
Kotacom Gayungan Surabaya?
2. Bagaimana Komparasi Fatwa DSN MUI No.1 Tahun 2003 dan
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 terhadap komersialisasi CorelDraw tidak
berlisensi?
E. Kajian Pustaka
Tinjauan pustaka pada intinya adalah diskripsi ringkas tentang kajian
atau penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti
sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian tersebut. Setidaknya ada
beberapa kajian yang memabahas Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI), Hak
Cipta, dan sejenisnya yang pernah dibahas dalam beberapa karya ilmiah, yakni:
1. Muhammad Hadi Amarullah mahasiswa IAIN Sunan Ampel dengan
penelitian berjudul “Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang Hak
Cipta No. 19 Tahun 2002 Terhadap Jual Beli Jasa Download Free
Software Openoffice.Org di www.tusnet.us”. Hasil penelitian
menyimpukan, Jual beli jasa download Free software OpenOffice.org
yang dilakukan oleh www.tusnet.us menurut analisis hukum Islam
21
Karena salah satu syarat rukun akad jual beli yang dilakukan tidak
terpenuhi, yakni status barang yang diperjualbelikan adalah barang bebas
yang tidak dikomersialkan.28
2. Zainul Huda mahasiswa UIN Sunan Ampel dengan penelitian berjudul
“Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang
Hak Cipta Terhadap Jual Beli Lagu Free Download di Bayu Phone Jl.
Pabrik Kulit Wonocolo Surabaya”. Hasil penelitian jual beli lagu free
download yang dilakukan Bayu Phone adalah bathil, karena tidak
memenuhi rukun dan syarat yaitu dalam hal penjual tidak mempunyai
kekuasaan untuk melakukan jual beli. Kemudian berdasarkan UU Hak
Cipta No 28 Tahun 2014, melanggar pasal 8 dan 9 tentang hak ekonomi.
Namun pada pasal 43 (d) hukumya diperbolehkan asalkan tidak
melanggar hak ekonomi yang wajar dari pencipta, hak moral, dan
Pencipta tersebut menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan
penyebarluasan tersebut. 29
3. Umar Setiawan mahasiswa IAIN Sunan Ampel dengan penelitian
berjudul “Analisis yuridis terhadap sanksi pidana pelanggaran program
komputer / software tanpa izin dalam pasal 72 UU No.19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta menurut Hukum Pidana Islam”. Hasil penelitian ini:
28Muhammad Hadi Amrullah, “Analisis Hukum Islam Dan Undang-Undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 Terhadap Jual Beli Jasa Download Free Software Openoffice.Org di
www.tusnet.us, (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2013).
29Moh Zainal Huda, “Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Terhadap Jual Beli Lagu Free Download Di Bayu Phone Jl. Pabrik Kulit Wonocolo
22
Pertama, Hukuman atau sanksi pidana dalam pasal 72 ayat (3) UU No. 19
Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dan pasal 35 dan pasal 51 UU No. 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dengan
ancaman hukuman pidana yaitu paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Sedangkan
dalam pasal 51 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang ITE, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah). Kedua, menurut
hukum pidana islam, pemberlakuan hukuman / sanksi pidana pelanggaran
program komputer / software tanpa izin adalah sama dengan
undang-undnag yang berlaku.30
Dari ketiga kajian di atas belum ditemukan pembahasan yang
benar-benar sama dengan penelitian ini. Karena walaupun kajian-kajian terdahulu
membahas tentang hak cipta dan atau Hak atas Kekayaan Intelektual tetapi
yang menjadi konsentrasi berbeda dengan penelitian ini. Pada penelitian
pertama, berfokus pada analisis Software Open Source dalam konteks jual beli.
Sementara penelitian kedua, tentang jual beli lagu free download, Hanya
memaparkan tentang lagu dan kaitanya dengan hukum Islam dan positif. Dan
kemudian yang ketiga, hanya memaparkan tentang analisis yuridis terhadap
sanksi pidana pelanggaran program komputer / software tanpa izin dalam pasal
72 UU No.19 Tahun 2002 tentang hak cipta menurut hukum pidana Islam.
30 Umar Setiawan, “Analisis Yuridis Terhadap Sanksi Pidana Pelanggaran Program Komputer / Software Tanpa Izin Dalam Pasal 72 UU No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Menurut Hukum
23
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, penelitian
sebelumnya selalu mengaitkan karya-karya yang mengandung hak cipta
dengan hukum positif dan hukum Islam, dan beberapa penelitian yang
ditemukan masih mengunakan Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2002,
padahal sudah ada pembaharuan di tahun 2014 yakni Undang-undang Nomor
28 tahun 2014.
Sedangkan penelitian ini berbeda dari itu, yang lebih berfokus pada
penelitian kualitas dan pemaknaan komersialisasi software tidak berlisensi
dalam sudut pandang hukum Islam dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Penelitian ini juga berfokus untuk mengkomparasikan atau membandingkan
kedua analisis hukum diatas.
F. Tujuan Penelitian
Dalam segala jenis kegiatan pastilah memiliki suatu tujuan untuk
pencapainnya. Maka dari itu, dalam melakukan penelitian ini, penulis juga
memiliki tujuan untuk mencapainya. Dari rumusan masalah di atas maka tujuan
dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui mekanisme Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di
Kotacom Gayungan Surabaya
2. Mengetahui komparasi Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 dan
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 terkait komersialisasi CorelDraw tidak
24
G. Kegunaan Penelitian
Dari tujuan penelitian di atas maka kegunaan dari penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan (knowledge science development) di bidang mu’amalah
khususnya ekonomi Islam yang berkaitan dengan komparasi Fatwa MUI
No.1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 terkait
komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan oleh para pelaku usaha, pengembang dan penguna software
secara umum. Sebagai bahan bacaan atau bahan pertimbangan bagi pihak
yang akan melakukan penelitian selanjutnya. Sebagai bahan diskusi dan
penambahan khasanah intelektual pengetahuan bagi pengguna CorelDraw
berlisensi maupun tidak berlisensi.
H. Definisi Operasional
Untuk mempermudah gambaran yang jelas dan konkrit tentang
permasalahan yang terkandung dalam pembahasan penelitian, maka diperlukan
penjelasan makna dalam penulisan skripsi ini. Definisi kata-kata tersebut
25
Fatwa MUI No.1
Tahun 2003 :
Kaidah, asas, prinsip atau aturan yang
dikeluarkan oleh majelis ulama Indonesia yang
berkaitan dengan hak cipta.
Undang-Undang
No. 28 Tahun 2014 :
Kaidah, asas, prinsip atau aturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah terkait hak cipta
yang merupakan amandemen dari
Undang-Undang No. 19 Tahun 2002
CorelDraw : Adalah seperangkat program komputer
(Software) yang dikeluarkan oleh CorelDraw
cooperation. yang memerluhkan lisensi sebagai
legalitas pengunananya.
Dari penjelasan definisi operasional, maka skripsi ini membahas
Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi ditinjau dan dikomparasi dari Fatwa
MUI No.1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 tahun 2014.
I. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan sebuah cara yang dilakukan dalam proses
penelitian awal, yakni tahapan untuk mendapatkan data-data yang real dari
lapangan secara langsung. Bahan yang dikumpulkan dalam penulisan skripsi ini
diperoleh dengan melakukan penelitian lapangan di toko, official website dan
official online shop Kotacom Gayungan Surabaya, serta studi literatur sebagai
26
1. Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan penulis adalah gambaran umum mengenai
pelaksanaan Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di Kotacom
Gayungan Surabaya, terutama terkait pelaksanaan akad Jual beli dan jasa
yang dilakukan.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam memperoleh kelengkapan serta
kesempurnaan dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber Data Primer:
Sumber data primer merupakan sumber informasi atas
diperolehnya data yang langsung didapatkan dari sumber utama (main
data source) atas suatu peristiwa yang akan diteliti:
1) Toko Kotacom Gayungan Surabaya, sumber data ini digunakan
untuk memahami mekanisme komersialisasi Software tidak
berlisensi secara langsung.
2) Official website dan official online shop Kotacom Gayungan
Surabaya, sumber data ini digunakan untuk memahami
mekanisme promosi dan penjualan online di Kotacom Gayungan
Surabaya.
3) Website CorelDraw cooperation, sumber data ini digunakan
untuk memperoleh gambaran umum terkait legal information dan
27
4) Founder sekaligus Owner Kotacom Gayungan Surabaya, sumber
data ini digunakan untuk mendapatkan gambaran lebih luas
terkait usaha yang dilakukan.
b. Sumber Data Sekunder:
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh secara
tidak langsung dari objek penelitian yang digunakan sebagai penunjang
dari data primer. Sumber data ini diperoleh dari struktur organisasi,
data kearsipan, dokumen, laporan-laporan serta buku-buku dan lain
sebagainya, juga dapat diperoleh dari studi kepustakaan berupa data
dan dokumentasi, adapaun sumber data sekunder dalam penelitian ini
adalah segala bentuk data kepustakaan yang berkaitan dengan Hak
Cipta dan program komputer serta kerterkaitanya dengan hukum
positif dan hukum Islam, terutama sekali dalam kaitanya dengan
komersialisasi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat di tempat
penelitian, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut :
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu cara yang
sangat bermanfaat, sistematis dan selektif dalam mengamati dan
mendengarkan interaksi atau fenomena yang terjadi. Observasi
28
diperoleh data yang faktual terkait komersialisi software
CorelDraw.
b. Interview (Wawancara)
Metode wawancara atau interview yaitu salah satu teknik
pengumpulan data, dimana pelaksanaannya dapat dilakukan
secara langsung berhadapan dengan subjek atau responden. Dalam
penelitian ini, akan diwawancarai secara langsung dari dua pihak
narasumber, yakni karyawan dan atau person dari toko tersebut
sendiri dan dari pihak pelanggan. Sehingga akurasi dan
keseimbangan data dapat diperoleh.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data atau informasi yang
berupa bendabenda tertulis, diantaranya adalah buku, majalah,
dokumen, e-book, forum, website, artikel-artikel,
peraturan-peraturan dan catatan harian lainnya. Dengan pengkajian
dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan secara mendalam, maka
akan membantu dalam penganalisaan permasalahan yang diteliti
oleh penulis. Metode ini digunakan untuk memperoleh data
kepustakaan yang berkaitan dengan hak cipta dan CorelDraw serta
kerterkaitanya dengan hukum positif dan hukum islam, terutama
29
4. Teknik Pengolahan Data
Teknik dalam pengolahan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
a) Editing adalah proses mengecek kebenaran data, menyesuaikan
data untuk memudahkan proses seleksi data. Editing data akan
mendeteksi kesalahankesalahan dan penghapusan, memperbaiki
dan memastikan bahwa standar kualitas minimum dapat terpenuhi.
b) Organizing adalah menyusun dan mensistematika data yang
diperoleh dalam kerangka uraian yang telah ditentukan atau
mengatur dan menyusun data yang terkait Komparasi Hukum islam
dan Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta terhadap
Komersialisasi Software tidak.
c) Analizing adalah memberi analisis sebagai dasar bagi penarikan
suatu kesimpulan tentang jual beli jasa Komparasi Hukum islam
dan Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta terhadap
Komersialisasi Software tidak berlisensi.
5. Teknik Analisa Data
Data yang telah dihimpun, selanjutnya dianalisa dengan
menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:
Teknik Deskriptif Analisis sebagai sebuah metode paradigma
penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptip memusatkan
30
berlangsung. Dalam penelitian ini paradigm ini digunakan untuk
menggambarkan Komparasi Hukum Islam dan Undang-undang No. 28
Tahun 2014 tentang hak cipta terhadap Komersialisasi Software tidak
berlisensi.
Pola pikir Induktif, yaitu mengungkapkan fakta-fakta atau
kenyataan dari hasil penelitian, kemudian dianalisis melalui
undang-undnag No. 28 Tahun 2014 dan Hukum Islam, kemudian
dikomparasikan diantara kedunaya.
Komparatif, yaitu proses komparasi fakta-fakta atau
kenyataan dari hasil dianalisis undang-undnag No. 28 Tahun 2014 dan
Hukum Islam terkait komersialisasi software tidak berlisensi di
Kotacom Gayungan Surabaya, yang kemudian dicari dan diketemukan
persamaan dan perbedaan diantara keduanya.
J. Sistematika Pembahasan
BAB I Pendahuluan, yang berisi tentang keseluruhan pembahasan skripsi
ini meliputi, latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan
masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II Memuat kajian teoritik tentang hak cipta dalam sudut pandang
Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 dan Undang-undang No. 24 Tahun 2014,
termasuk pengertian, dasar asumsi, paraturan-peraturan dan keterkaitanya
31
BAB III Mendeskripsikan data faktual terkait Kotacom Gayungan
Surabaya. Termasuk profil, layanan, sejarah dan mekanisme komersialisasi
CorelDraw tidak ber-lisensi di Toko Tersebut.
BAB IV Merupakan analisa data berdasarkan komparasi Fatwa MUI
No.1 Tahun 2013 dan Undang-undang No. 28 Tahun 2014 terkait komersialisasi
CorelDraw tidak berlisensi di Kotacom Gayungan Surabaya.
BAB V Penutup berisikan kesimpulan dari seluruh pembahasan dan saran
BAB II
HAK CIPTA DALAM FATWA MUI NO.1 TAHUN 2003 DAN UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2014
A.Komersialisasi Software CorelDraw dalam Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003
Islam mengakui pandangan universal bahwa kebebasan individu
bersingungan atau bahkan dibatasi oleh kebebasan individu lain. Menyangkut
masalah hak individu dalam kaitanya dengan masyarakat, para sarjana muslim
sepakat pada prinsip-psrinsip berikut ini.
1. Kepentingan masyarakat yang lebih luas harus diutamakan daripada
kepentingan individu.
2. Melepas kesulitan harus diutamakan dibanding memberi manfaat, meskipun
keduanya sama-sama merupakan tujuan syariah.
3. Kerugian yang lebih besar tidak dapat diterima untuk menghilangkan yang
lebih kecil. Manfaat yang lebih besar tidak bisa dihilangkan untuk manfaat
yang lebih kecil. Sebaliknya, bahaya yang lebih kecil harus dapat
diterima/diambil untuk menghindarkan bahaya yang lebih besar, sedanggkan
manfaat yang lebih kecil dapat dikorbankan untuk mendapatkan manfaat yang
lebih besar. 1
Kebebasan individu dalam kerangka etika Islam diakui selama tidak
bertentangan dengan kepentingan sosial yang lebih besar atau sepanjang individu
32
itu tidak melangkahi hak-hak orang lain. Prinsip dasar sistem ekonomi Islam
adalah bahwa aktivitas atau komoditas yang tidak dilarang dalam hukum syariah
berarti diperbolehkan.2
Salah satu dampak dari berkembangnya teknologi dan informasi adalah
keterkaitanya dengan hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Hak yang secara
historis dapat dipahami sebagai upaya proteksi atau perlindungan terhadap suatu
karya intelektual, sehingga terhindar dari upaya penjiplakan atau pembajakan
tanpa izin dari pembuat karya.3
Karena dengan kemajuan teknologi dan informasi akan memberikan peran
stategis untuk kemajuan suatu negara, namun disisi lain juga akan menjadi alat
untuk pelanggaran hukum di bidang ini. Pengaturan yang proporsional sangat
diperlukan, agar fungsi hukum dapat dioptimalkan dan dampak negatifnya dapat
diminimalkan.4
Hak cipta sebagai salah satu alat hukum dalam upaya memproteksi suatu
ciptaan dari pembajakan pihak lain, memberikan kontribusi yang cukup signifikan
dalam upaya melindungi hak-hak pencipta dan atau pemegang hak cipta. Melihat
realitas pelanggaran terhadap hak cipta yang telah sampai pada tingkat sangat
meresahkan dan merugikan banyak pihak, terutama pemegang hak cipta,
dipandang perlu untuk memberikan aturan atapun regulasi baik dari pemerintah
maupun dari para tokoh agama.
33
Melalui Fatwa MUI Nomor 01 tahun 2003 yang juga merupakan
permintaan dari ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia), Komisi Fatwa
MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang status hukum Islam mengenai
hak cipta, untuk dijadikan pedoman oleh umat Islam dan pihak-pihak yang
memerlukannya.
1. Pengertian Hak Cipta
Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 tentang hak cipta, mempersamakan hak
cipta sebagai salah satu huquq ma>liyyah (hak kekayaan) yang mendapat
perlindungan hukum (mashu>n) sebagaimana ma>l (kekayaan).5
Kata al-ma>l direkam dalam al-Qur’an terulang sebanyak 86 (delapan
puluh enam) kali, kata ini dikemukakan oleh al-Qur’an dalam berbagai ragam
dan bentuk yang tersebar dalam berbagai ayat, serta dihimpun dalam
bermacam-macam surah. Kesemuanya mempunyai konotasi pengertian yang
sama yaitu; harta benda, kekayaan atau hak milik. Begitu banyaknya al-Quran
mengulang dan memberikan penekanan mengenai Ma>l, tidak lain karena
al-ma>l dikalangan komunitas manusia terkadang menjadi sumber
ketegangan-ketegangan individu dalam masyarakat, bahkan tidak sedikit pula
menimbulkan pertikaian dikalangan mereka.6
Ma>l atau harta dalam fiqih ekonomi Islam menurut jumhur ulama
dimaknai sebagai segala yang bernilai dan bersifat harta. Namun cukup
5 Fatwa Mui No.1 Tahun 2003 tentang Hak Cipta.
34
berbeda ulama dari kalangan hanafiyah mengartikan ma>l sebagai segala
sesuatu yang dapat diambil, disimpan dan dapat dimanfaatkan.7
Kekayaan berupa hak cipta dalam Islam erat kaitanya dengan hak
milik, yakni hak untuk menguasai sepenuhnya harta atas suata hasil karya
yang terdaftar sebagai hak cipta. Hak milik secara bahasa berarti penguasaan
terhadap sesuatau, atau sesuatu yang dimiliki. Atau dalam bahasa yang lain
terdapat pengkhususan terhadap suatu harta yang memungkinkan untuk
bertindak hukum terhadap benda tersebut sesuai dengan keinginanya selama
tidak bertentangan dengan shara‘ serta menghalangi orang lain untuk
bertindak hukum terhadap harta tersebut. 8
Salah satau perbedaan dari definisi harta yang dikemukakan oleh
ulama hanafiyah dan jumhur ulama adalah tentang benda yang tidak dapat
diraba, seperti manfaat. Ulama hanafiyah memandang bahwa manfaat
termasuk sesuatu yang dapat dimiliki namun bukan harta. Adapun menurut
ulama selain hanafiyah, manfaat termasuk harta sebab yang penting adalah
manfaatnya bukan zatnya.9
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kriteria sesuatu dapat dikatakan
sebagai harta terdiri dari empat unsur yakni, bersifat materi atau mempunyai
wujud nyata. Dapat disimpan untuk dimiliki, dapat dimanfaatkan dan
kebiasaan di masyarakat memandang hal tersebut sebagai harta.10
7Rachmat syafr’I, Fiqih Muamalah…, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 22.
8Yusdani, 2003, “Sumber Hak milik dalam perspektif hukum islam”, Al-Mawarid Edisi IX, 2003, 59.
35
Dari segi kepemilikan terhadap harta, ulama fiqh membagi pemilikan
kepada dua bentuk. (a) milik sempurna (al-milk At-ta>mm) yaitu ketika harta
dimiliki sepenuhnya oleh seseorang sehingga seluruh hak yang terkait dengan
harta berada di bawah penguasaanya. (b) milik tidak sempurna (al-milk
an-naqi>s}) yaitu apabila seseorang hanya menguasai materi harta tetapi
manfaatnya dikuasasi orang laian.11
Mayoritas ulama dari kalangan mazhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali
berpendapat bahwa hak cipta atas ciptaan yang orsinal dan manfaat tergolong
harta berharga sebagaimana benda jika boleh dimanfaatkan secara syara’
(hukum Islam).12
Sampai disini sudah cukup jelas bahwa hak cipta dapat dipersamakan
dengan harta. Namun ada pengecualian dalam fatwa ini, yakni hak cipta yang
mendapat perlindungan hukum Islam adalah hak cipta atas ciptaan yang tidak
bertentangan dengan hukum Islam.13
2. Perlindungan Hak Cipta
Dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa (4) ayat 29 setidaknya ada dua hal
utama terkait komersialisasi yang perlu diperhatikan, yakni jalan transaksi atau
komersialisasi harus tidak bathil, maksutnya tidak mengambil hak orang lain
dan tetap berada dalam koridor hukum Islam. Kedua, suka sama suka, karena
11Yusdani, 2003, “Sumber Hak milik…, 60.
12 Dr. Fathi al-Duraini, Haqq al-Ibtikar fi al-Fiqh al-Islami al-Muqaran, (Bairut: Mu’assasah al Risalah, 1984), 20.
36
kerelaan kedua belah pihak harus benar-benar diperhatikan sehingga setelah
akad terjadi tidak menimbulkan permasalah baru.14
َٰبۡلٱِب ُكَنۡيَب ُكَلَٰوۡمَأ ْآ ُ ُكۡأَت ََ ْا ُنَماَء َ يِ ذَٱ اَ ُيَأَٓي ۡ ُكنِ م لضاَرَت َع ًةَرٰ َجِت َن ُكَت نَأ َِٓإ ِلِطذ
ْآ ُ ُتۡقَت ََو َ
ام يِحَر ۡ ُكِب َنََ َ ذَٱ ذنِإ ۡ ُكَسُفنَأ ٢٩
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.15
Dalam Tafsir Fi> Z}ila>lil al-Qur’an karya Al-Sayid Quthb menjelaskan
bahwa memakan harta secara bathil ini meliputi semua cara mendapatkan harta
yang tidak diizinkan atau tidak dibenarkan Allah, yakni dilarang olehnya.
Diantaranya dengan cara menipu, menyuap, berjudi, menimbun barang-barang
kebutuhan pokok untuk menaikan harganya, dan semua bentuk jual beli yang
haram serta sebagai pemukanya adalah riba’. Karena beragam hal diatas adalah
termasuk membunuh diri sendiri.16
Dalam hadits yang lain, dalam hubunganya dengan manusia yang lain,
nabi Muhammad telah memeberikan larangan yang tegas untuk tidak boleh
membahayakan orang lain, apalagi membalas bahaya yang diberikan padanya
dengan bahaya lainya.
14 Qomarul, Huda, Fiqh…, 54-67.
15Sayyid Quthb, Tafsir Fi> Z}hila>lil Al-Qur’an jilid 2, (Beirut, Darusy-Syuruq, 1992/1412), 340-342.
37
Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Jabir dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak boleh membahayakan (orang lain) dan tidak boleh membalas bahaya dengan bahaya. Seseorang boleh menyandarkan kayunya pada dinding
tentangganya. Dan jalanan untuk umum adalah selebar tujuh hasta.17
Islam dengan demikian, menuntut hak dan kewajiban seseorang tidak
lebih besar atau lebih kecil dibandingkan hak dan kewajiban orang lain.
Peraturan ekonomi Islam berlaku universal untuk semua orang. Tidak ada orang
yang bisa mengambil hak milik orang lain secara tidak benar. Dalam pidatonya
yang terkenal pada perjalanan hajinya yang terakhir, nabi Muhammad SAW.
Menerangkan bahwa hak umat manusia tidak dapat digganggu gugat dalam tiga
kategori, yakni perorangan, harta benda dan kehormatan.18
Sehingga segala bentuk pelanggaran terhadap hak cipta, terutama
pembajakan, merupakan kezaliman yang hukumnya adalah haram.19
3. Komersialisasi Hak Cipta
Sebagaimana al-ma>l, hak cipta dapat dijadikan obyek akad (al-ma’qu>d
‘alayh), baik akad mu’awad}ah (pertukaran, komersial), maupun akad
tabarru>’at (nonkomersial), serta diwaqafkan dan diwarisi.20 Jumhur ulama
mengartikan akad sebagai proses perikatan atau perjanjian yang ditetapkan
dengan ijab-qabul berdasarkan ketentuan syara’ yang berdampak pada objek.21
17Abu> Abdullah Ah}mad bin Muh}ammad bin H}anbal bin Hila>l bin Asad Ashaiba>ni>, Musnad Al-Imam Ah}Mad Bin H}Anbal, juz 8, (Kairo: da>r al-h}adi>th, 1995/1416).
18 Muhammad Ayub, Undestanding…, 102. 19 Fatwa Mui No.1 Tahun 2003 tentang Hak Cipta 20 Ibid.
38
Mal atau harta yang merupakan objek akad (al-ma‘qu>d ‘alayh)
memiliki beberapa persyaratan tertentu untuk dapat digunakan sebagai objek
akad. Sehingga tidak semua benda bisa dijadikan objek akad, oleh karena itu
beberapa ulama menetapkan beberapa syarat untuk objek akad ini. 22
a. Pertama, objek akad harus ada ketika akad berlangsung
Syarat ini tidak mutlak sepenuhnya untuk semua jenis akad. Ulama
Malikiyah hanya menetapkan pada akad yang sifatnya saling
menyerahkan (al-mua>wighat) dalam urusan harta, seperti jual beli.
Adapaun pada akad yang bersifat tabarru>’ (derma) seperti hibah, sedekah,
dan lainya mereka tidak mensyaratkanya.23
b. Kedua, objek akad harus mashru>’(sesuai ketentuan syara’)
Semua ulama fikih sepakat bahwa objek kada harus seuai dengan
ketentuan syara’ oleh karena itu dipandang tidak sah, akad atas barang
yang diharamkan syara’, seperti bangkai, minuman keras dan lainya.
c. Ketiga, dapat diberikan waktu akad, untuk syarat ini beberapa akad yang
sifatnaya saling menyerahkan, obejak akad harus dapat langsung
diberikan waktu akad. Namun bias memiliki maksut dan dampak lain
ketika ada kesepakan dari para pihak yang berakad.24
22Rachmat syafr’I, Fiqih…, 58. 23 Ibid., 59.
39
d. Keempat, Objek akad (ma’qu>d alayh) harus diketahui oleh kedua pihak
yang akad, ulama fiqih sepakat bahwa objek akad harus jelas dan
diketahui para pihak yang akad.25
Dari segi kecakapan melakukan akad manusia dapat terbagi menjadi
tiga ketegori, yaitu:
a. Manusia yang tidak dapat melakukan akad apapun, seperti orang yang
cacat jiwa, mental dan anak kecil yang belum mumayyiz atau belum
bias membedakan atau membedakan baik dan buruk meskipun sudah
memasuki usia baligh.
b. Manusia yang dapat melakukan akad tertentu, seperti anak yang sudah
mumayyiz akan tetapi belum baligh.
c. Manusia yang dapat melakukan seluruh akad, yaitu yang sudah
memenuhi syarat-syaratnya sebagai sebagai seorang mukallaf.26
Adapun tindakan manusia dalam fiqh al-muamalah adalah sah, kecuali
ada beberapa halangan, yaitu: masih dibawah umur, gila, idiot, boros atau
berlebihan, kehilangan kesadaran, tertidur dalam keadaan tidur gelap,
kesalahan atau terlupa dan terakhir memiliki kerusakan akal, kehilangan akal
atau kekurangan akal (awarid} mukhtas}abah) yang disebabkan karena
seseorang dalam keadaan mabuk (sukr), keracunan obat, atau karena
ketidaktahuan dan kelalaian (jahl).27
25Rachmat syafr’I, Fiqih…, 61.
26 Mukallaf adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan seseorang yang sudah dikenai dengan kewajiban-kewajiban agama.
40
Sebagai salah satu prinsip yang penting dalam melaksanakan akad,
kebebasan berkontrak memiliki posisi yang penting dalam pengembangan
ekonomi Islam. Terlebih ketika melihat realitas zaman yang semakain
berkembang. Sehingga tidak bisa dipungkiri persoalan-persoalan dan konsepsi
ekonomi baru akan selalu berkembang.28
Namun pertanyaan selanjutnya adalah adpakah kebebasan ini mutlak
adanya? Jawabanya adalah tidak, ada koridor syariah yang membatasi dan
harus ditaati. Sehingga segala bentuk akad yang merupakan pengambilalihan
dan atau pemanfaatan barang yang tidak ada hak untuk mengunakanya
adalaha batal dan tidak sah.29
B.Komersialisasi Software Corel Draw dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014
Pasca Indonesia meratifikasi persetujuan pendirian organisasi perdangan
dunia (Agreement the establishing world trade organization) melalui
Undang-Undang No.7 tahun 1994, maka Indonesia terikat dan diwajibkan untuk
mengharmonisasi hukumnya yang terikat dengan perjanjian ini. Salah satu hukum
yang terkena dampak harmonisasi ini adalah hukum yang terkait dengan hak atas
kekayaan intelektual (HAKI).30
28Yusdani, 2003, “Sumber Hak milik…, 67. 29 Ibid., 70.
41
Dalam hukum positif Indonesia, hak cipta sebagai sebuah tatanan hukum,
yang juga merupakan bagian dari HAKI, memiliki peran yang strategis, terutama
untuk melindungi karya-karya kreatif pencipta atas suatu ciptaan.
Hak atas kekayaan intelektual (HAKI) adalah hak eksklusif yang diberikan
suatu peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya.
Secara sederhana HAKI mencakup hak cipta, hak paten dan hak merk. Namun jika
dilihat lebih rinci HAKI merupakan bagian dari benda, yaitu benda tidak berwujud
(benda imateriil). Menurut Sri Rejeki Hartono hak atas kekayaan intelektual
(HAKI) adalah hak yang memiliki karakteristik khusus dan istimewa karena hak
ini baru timbul jika ada pemberian negara hak atas hak tersebut yang negara
memberikan hak ini kepada orang melahirkan satu karya intelektual berdasarkan
apa yang ditetapkan dalam ketentuan hukum negara.31
Pengelompokan HAKI dari segi hukum dapat dikategorikan sebagai
berikut: Hak Cipta terdiri dari 1. Hak Cipta (Copy Rights); 2. Hak yang
bertentangan dengan hak cipta (Neighbouring Rights). Hak Milik Perindustrian
(Industrial Property Rights) terdiri atas 1. Hak Paten (Patent Right); 2. Model dan
Rancang Bangun (Utility Models); 3. Desain Industri (Industrial Design); 4. Merek
Dagang (Trade Mark); 5. Nama Niaga/Nama Dagang (Trade Names); 6.Sumber
Tanda atau Sebutan Asal (Indication of Source or Appelation of Origin).32
31 Sri Rejeki, Hartono, Buku Panduan: Hak Kekayaan Intelektual. (Jakarta: PT. Sinar Grafika; Jakarta, 2001), 29.
32Ifan Fauzani Raharjo, Retno Kusniati, 2003, “Analisis Model Pengaturan Hukum Hak
42
Pada umumnya HAKI berhubungan dengan perlindungan penerapan ide
dan informasi yang memiliki nilai komersial. HAKI adalah kekayaan pribadi yang
dapat dimiliki dan dapat dipersamakan dengan bentuk-bentuk kekayaan lainya.33
Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, tidak ada
pengaturan yang spesifik membahas tentang HAKI. Namun dalam Pasal 28C
ayat 11 Undang-Undang Dasar 1945 seringkali menjadi acuan tentang HAKI
yang mengatur bahwa setiap orang berhak untuk mengembangkan dirinya melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
pengetahuan dan teknologi seni dan budaya, demi peningkatan kualitas hidup dan
demi kesejahteraan manusia.34
Selain dipergunakan di pasar nasional, HAKI tidak dapat terpisahkan
dengan produk yang diperdagangkan secara global, karena HAKI telah hadir sejak
awal produksi hingga saat produksi itu dipasarkan. Pertama, pada tahap
perencanaan produksi, pemilihan teknologi yang digunakan dalam proses produksi
berkaitan erat dengan bidang hak cipta dan hak paten, sedangkan pada saat produk
diluncurkan di pasar, HAKI yang terlibat adalah dalam bentuk merek. Dan kedua,
pada akhirnya untuk memperkuat daya saing dan nilai tambah yang besar
teknologi yang padat modal harus dilibatkan. Oleh karena itu globalisasi
perdagangan dan HAKI menjadi tidak terhindarkan termasuk terkait dengan
pengetahuan tradisional.35
33 Asian Law Group, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: PT Alumni, 2002), 3. 34 Patiung liling, 2014, “Implikasi perlindungan hukum hak kekayaan intelektual terhadap
43
Melihat realitas tersebut, Langkah Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia dan pemerintah mengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 adalah salah
satu upaya sungguh-sungguh dari negara untuk melindungi hak cipta, terutama
dalam kaitanya dengan hak ekonomi dan hak moral pencipta. 36
Teringkarinya hak ekonomi dan hak moral dapat mengikis motivasi para
pencipta untuk berkreasi. Hilangnya motivasi seperti ini akan berdampak luas pada
runtuhnya kreativitas makro bangsa Indonesia. Bercermin kepada negara-negara
maju, tampak sekali bahwa pelindungan yang memadai terhadap hak cipta telah
berhasil membawa pertumbuhan ekonomi kreatif secara signifikan dan
memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat.37
1. Pengertian Hak Cipta
Terminologi hak cipta dalam kepustakaan hukum di Indonesia, pertama
kalinya diusulkan oleh Prof. St. Moh. Syah, S.H. pada kongres kebudayaan di
bandung tahun 1951 yang kemudian diterima. 38
Dalam undang-undang No 28 tahun 2014 tentang hak cipta, hak cipta
dapat dimaknai sebagai hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.39 Pengertian ini mengisyaratkan bahwa setiap orang yang
36 Undang-undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. 37 Ibid.
38 Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Rights), (Jakarta:PT Raja Grafindo persada, 2015), 198.
44
menghasilkan suatu ciptaan dapat mendeklarasikan hak ciptanya. Sehingga
hukum dapat menjamin hak-haknya.
Karya-karya intelektual tersebut dilahirkan dengan pengorbanan
menjadikan karya yang dihadirkan menjadi bernilai, apalagi dengan manfaat
ekonomi yang dapat dinikmati, maka nilai ekonomi yang melekat
menumbuhkan konsep kekayaan (property) terhadap karyakarya intelektual itu
bagi dunia usaha, atau karya-karya itu dikatakan sebagai suatu asset. 40
Hak ekslusif yang diberikan oleh hukum merupakan reward yang sesuai
bagi para investor dan pencipta HAKI. Melalui rewards tersebut orang-orang
yang kreatif didorong untuk terus mengasah kemampuan intelektualnya agar
dapat dipergunakan untuk membantu peningkatan kehidupan manusia. Tujuan
utama sistem hukum HAKI adalah menjamin agar proses kreatif tersebut terus
berlangsung dengan menyediakan perlindungan hukum yang memadai dan
menyediakan sanksi terhadap pihak yang menggunakan proses kreatif tersebut
tanpa izin.41
Dalam undang-undang yang sama pencipta dapat dimaknai sebagai
seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.42 Sementara itu
ciptaan yang merupakan hasil dari pencipta diartikan sebagai setiap hasil karya
cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas
40 Ifan Fauzani Raharjo, Retno Kusniati, 2003, “Analisis Model Pengaturan Hukum…, 31. 41Sufiarina, 2015, “Hak Prioritas dan Hak eksklusif dalam perlindungan HKI “, ADIL: Jurnal Hukum Vol. 3 No.2, 269.
45
inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau
keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.43
Dalam kaitanya pencipta dan hak cipta dikenal istilah pemegang hak
cipta yaitu pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak yang menerima hak
tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut
hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah. 44
2. Perlindungan Hak Cipta
Hak atas kekayaan intelektual (HAKI) sebagai suatu hak yang lahir dari
kemampuan intelektual manusia, maka istilah HAKI digunakan untuk
membedakan dengan hak-hak lain yang dapat dimiliki manusia yang berasal
dari alam sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tidak semua
manusia mempunyai kemampuan menghasilkan karya intelektual. Oleh karena
itu, hak-hak yang lahir dari kemampuan intelektual manusia sudah sepantasnya
mendapatkan perlindungan hukum sebagai penghargaan dan imbalan atas jerih
payah yang telah dilakukan, dengan mengorbankan waktu, tenaga dan biaya
yang besar dalam menghasilkan karya intelektual tersebut. 45
Hak cipta sebagai hak yang melekat secara deklaratif ketika suatu
ciptaan tercipta, dilindungi secara hukum untuk menjamin hak-hak pencipta
dapat terlaksana. Terutama dari ancaman pembajakan. Pembajakan dapat
dimaknai sebagai penggandaan ciptaan dan atau produk hak terkait secara tidak
43 Ibid.
44 Undang-undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
46
sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud secara luas untuk
memperoleh keuntungan ekonomi. Keuntungan ekonomi atau penggunaan
secara komersial adalah pemanfaatan ciptaan dan/atau produk hak terkait
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari berbagai sumber
atau berbayar.46
Sebagai karya yang dilahirkan atas ide dan gagasan yang dimiliki oleh
insan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, maka hak cipta menjadi objek hukum
yang tidak terbatas. Semakin maju peradaban umat manusia semakin
memberikan kemungkinan untuk melahirkan karya-karya cipta yang baru.
Meskipun demikian, secara yuridis normative baik dalam peraturan
undangan yang berlaku secara internasional maupun dalam
perundang-undangan nasional, hak cipta hanya dibatasi oleh tiga hal yakni karya dalam
bidang ilmu pengetahuan, kesenian dan kesusastreraan.47
Dalam Undang-Undang No. 28 tahun 2014, ciptaan yang dilindungi
meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas:
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lainnya;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu dan atau musik dengan atau tanpa teks;
47
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g. Karya seni terapan;
h. Karya arsitektur;
i. Peta;
j. Karya seni batik atau seni motif lain;
k. Karya fotografi;
l. Potret;
m.Karya sinematografi;
n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
p. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
program komputer maupun media lainnya;
q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan
karya yang asli;
r. Permainan video; dan
s. Program komputer.48
Selain karya-karya yang dilindungi diatas, undang-undang no 28
Tahun 2014 juga mengatur terkait hasil karya yang tidak dilindungi hak cipta.
48
a. Hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata;
b. Setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data
walaupun telah diungkapkan, dinyatakan, digambarkan, dijelaskan, atau
digabungkan dalam sebuah ciptaan; dan
c. Alat, benda, atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan
masalah teknis atau yang bentuknya hanya ditujukan untuk kebutuhan
fungsional.49
Beberapa perbuatan yang nampaknya bertentangan atau
dikategorisasai melanggar, untuk beberapa alasan perbuatan yang tidak
dianggap sebagai pelanggaran hak cipta yakni:
a. Pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau penggandaan
lambang negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli;
b. Pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau penggandaan segala
sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas nama pemerintah, kecuali
dinyatakan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan, pernyataan
pada ciptaan tersebut, atau ketika terhadap ciptaan tersebut dilakukan
pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau penggandaan;
c. Pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor
berita, lembaga penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lainnya
dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap; atau
d. Pembuatan dan penyebarluasan konten hak cipta melalui media teknologi
informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial dan/atau
49
menguntungkan pencipta atau pihak terkait, atau pencipta tersebut
menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan penyebarluasan tersebut.
e. Penggandaan, pengumuman, dan/atau pendistribusian potret presiden,
wakil presiden, mantan presiden, mantan wakil presiden, pahlawan
nasional, pimpinan lembaga negara, pimpinan kementerian/lembaga
pemerintah non kementerian, dan/atau kepala daerah dengan
memperhatikan martabat dan kewajaran sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.50
Penggunaan, pengambilan, penggandaan, dan/atau pengubahan suatu
ciptaan dan/atau produk hak terkait secara seluruh atau sebagian yang
substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta jika sumbernya
disebutkan atau dicantumkan secara lengkap untuk keperluan:
a. Pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta;
b. Keamanan serta penyelenggaraan pemerintahan, legislatif, dan peradilan;
c. Ceramah yang hanya untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; atau
d. Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan
ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta.51
50 Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan…, 210.