• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komersialisasi coreldraw tidak berlisensi oleh Kotacom Gayungan Surabaya dalam perspektif fatwa MUI No. 1 tahun 2003 dan undang-undang no. 28 tahun 2014: analisis komparatif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komersialisasi coreldraw tidak berlisensi oleh Kotacom Gayungan Surabaya dalam perspektif fatwa MUI No. 1 tahun 2003 dan undang-undang no. 28 tahun 2014: analisis komparatif."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

KOMERSIALISASI CORELDRAW

TIDAK BERLISENSI

OLEH KOTACOM GAYUNGAN SURABAYA

DALAM PERSPEKTIF FATWA MUI NO. 1 TAHUN 2003

DAN UNDANG-UNDANG NO. 28 TAHUN 2014

(Analisis Komparatif)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1)

Hukum Ekonomi Syariah

Oleh:

Yusuf Bahtiyar

C02213079

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syariah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Islam

Surabaya

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan (Field Research) tentang

“Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi oleh Kotacom Gayungan Surabaya

dalam perspektif Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 tahun

2014 (Analisis Komparatif)”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab

pertanyaaan terkait mekanisme komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi dan bagaimana komparasi Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 terhadap komersialisasi tersebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif-induktif dengan mengunakan analisis data deskriptif-komparatif. Penelitian ini berusaha mengungkapkan realitas terkait komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi, lantas menggunkan analisis deskriptif-komparatif antara Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

Penelitian ini menghasilkan fakta bahwa mekanisme komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di Kotacom mengunakan dua cara yakni dengan menjual software secara langsung dan memberikan jasa untuk instalasi software tersebut secara langsung. Kedua komersialisasi tersebut tidak mengunakan CorelDraw berlisensi. Hasil komparasi menunjukan bahwa Undang-undang membolehkan melakukan pengandaan terhadap CorelDraw selama digunakan untuk pengembangan dan atau arsip. Selain itu dalam pasal 44 diberikan pengecualian untuk menggunakan, mengambil, mengandakan, dan atau mengubah suatu ciptaan selama digunakan untuk kebutuhan yang tidak merugikan hak ekonomi pencipta. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 memberi sanksi pidana dan denda sebagaimana pasal 113 ayat 3. Sementara itu Fatwa MUI tidak mengatur secara detail terkait ini. Selain itu Fatwa MUI menghukumi dzolim dan haram dilakukan untuk segala bentuk pembajakan hak cipta. Secara keseluruhan keduanya memberikan larangan yang tegas terkait komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi.

Sejalan dengan kesimpulan diatas, kepada Kotacom dan seluruh penguna software tidak berlisensi lainya, penulis menyarankan untuk mengunakan software

yang berlisensi atau mengunakan software sejenis yang open source. Kemudian

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ... i

SAMPUL DALAM ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

BAB I: PENDAHULUAN ... 10

A. Komersialisasi Software CorelDraw dalam Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003 ... 31

B. Komersialisasi Software CorelDraw dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 ... 40

C. Komersialisasi Hak Cipta ... 51

(8)

A. Gambaran Umum CorelDraw ... 56

B. Lisensi dalam corel draw ... 58

C. Profil Kotacom Gayungan Surabaya ... 60

D. Mekanisme Komersialisasi Corel Draw di Kotacom ... 64

BAB IV: KOMPARASI FATWA MUI NO.1 TAHUN 2003 DAN UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2014 ... 70

A. Analisis Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No.28 tahun 2014 Terhadap Komersialisasi CorelDraw di Kotacom Gayungan Surabaya ... 70

B. Persamaan dan Perbedaan Fatwa Mui No.1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 terhadap Komersialisasi CorelDraw di Kotacom Gayungan Surabaya ... 74

BAB V: PENUTUP ... 80

A.Kesimpulan ... 80

B.Saran ... 81

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi telah mengubah

tatanan perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global. Hal ini juga

berdampak pada pola komunikasi dan persebaran informasi yang seolah-olah

menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (borderless).1 Alhasil semua warga

masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses informasi apapun

dari bagian negara manapun. Sehingga akulturasi dan infiltrasi budaya menjadi hal

yang sangat lumrah, oleh karenanya bukanlah hal yang mengherankan ketika

perubahan sosial di masyarakat berlangsung demikian cepat.

Hukum sebagai salah satu instrumen yang mengatur seluruh pola

kehidupan masyarakat2, memiliki kewajiban untuk mengatur pola komunikasi

hukum terkait perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi ini. Sehingga

tata aturan dan komunikasi yang berlangsung, tetap berjalan dalam koridor hukum

yang benar dan tidak merugikan siapapun.

Melihat realitas itu, lahirlah konsepsi hukum baru yang dikenal sebagai

cyber law, yang secara internasional digunakan untuk istilah hukum terkait

pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi. Kegiatan cyber meskipun

1 Ahmad M Ramli, Cyber Law dan HAKI : Dalam system hukum Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), 1.

(10)

9

bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan dan perbuatan hukum yang

nyata.

Meskipun ruang dan waktu cyber masih cukup sulit ditelusuri dengan

pendekatan hukum konvensional, namun kegiatan cyber adalah kegiatan yang

berdampak sangat nyata meskipun mengunakan alat bukti elektronik. Dengan

demikian subjek pelakuknya harus dikualifikasikan pula sebagai orang yang

melakukan perbuatan hukum secara nyata.3

Salah satu dampak dari berkembangnya teknologi dan informasi adalah

keterkaitanya dengan hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Hak yang secara

historis dapat dipahami sebagai upaya proteksi atau perlindungan suatu karya

intelektual, sehingga terhindar dari upaya penjiplakan atau pembajakan tanpa izin

dari pencipta.4

Majunya teknologi dan informasi akan memberikan peran stategis untuk

kemajuan suatu negara, namun disisi lain juga akan menjadi alat untuk

pelanggaran hukum di bidang ini. Pengaturan yang proporsional sangat diperlukan,

agar fungsi hukum dapat dioptimalkan dan dampak negatifnya dapat

diminimalkan.

Pengelompokan HAKI dari segi hukum dapat dikategorikan sebagai

berikut: Hak Cipta terdiri dari 1. Hak Cipta (Copy Rights) 2. Hak yang

bertentangan dengan hak cipta (Neighbouring Rights). Hak milik perindustrian

(Industrial Property Rights) terdiri atas 1. Hak paten (Patent Right) 2. Model dan

3 Ahmad M Ramli, Cyber Law, 7.

(11)

10

rancang bangun (Utility Models) 3. Desain industri (Industrial Design) 4. Merek

dagang (Trade mark) 5. Nama niaga/nama dagang (Trade Names) 6.Sumber tanda

atau sebutan asal (Indication of Source or Appelation of Origin).5

Dalam konteks hukum positif Indonesia, hak cipta sebagai sebuah tatanan

hukum, yang juga merupakan bagian dari HAKI, memiliki peran yang strategis,

terutama untuk melindungi karya-karya kreatif pencipta atas suatu ciptaan.

Langkah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan pemerintah

mengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dengan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 adalah salah satu upaya sungguh-sungguh

dari negara untuk melindungi hak ekonomi dan hak moral pencipta. 6

Teringkarinya hak ekonomi dan hak moral dapat mengikis motivasi para

pencipta untuk berkreasi. Hilangnya motivasi seperti ini akan berdampak luas pada

runtuhnya kreativitas makro bangsa Indonesia. Bercermin kepada negara-negara

maju, tampak sekali bahwa pelindungan yang memadai terhadap hak cipta telah

berhasil membawa pertumbuhan ekonomi kreatif secara signifikan dan

memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat.7

Hak cipta sendiri, dapat diartikan sebagai hak eksklusif pencipta yang

timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan

diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.8

5 Ifan Fauzani Raharjo, Retno Kusniati, 2003, “Analisis Model Pengaturan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Pengetahuan Tradisional Masyarakat Adat”, Jurnal Ilmu Hukum, 2003, 31.

6 Undang-undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. 7 Ibid.

(12)

11

Sebagai hak eksklusif, (exclusive rights), hak cipta mengandung dua esensi

hak, yaitu hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral rights) kandungan

hak ekonomi meliputi hak untuk mengumumkan (performing rights) dan hak untuk

memperbanyak (mechanical rights). Adapun mengenai hak moral meliputi hak

pencipta untuk dicantumkan namanya dalam ciptaan dan hak pencipta untuk

melarang orang lain mengubah ciptaanya. Termasuk judul mapun anak judul

ciptaan. Keduanya lazim disebut right of paternity dan right of intregrity.9

Sesuai dengan konsepsinya, dalam hak cipta melekat dua hak yang utama,

hak moral dan hak ekonomi. Hak moral bersifat abadi melekat pada nama pencipta,

sedangkan hak ekonomi mengenal batas waktu. Yaitu batas masa untuk menikmati

manfaat ekonomi pada ciptaan. Dengan kata lain, merupakan batasan masa

penguasaan monopoli dan peluang melakukan eksploitasi ciptaan. Bila batas

waktu berakhir, kekuatan monopoli juga berakhir. Sehingga status ciptaan dengan

demikian menjadi public domain. Ini berarti masyarakat bebas mengeksploitasi

tanpa mengunakan lisesnsi. 10

Seperti halnya jenis-jenis hak lainya dalam lingkup HAKI, hak cipta

dianggap sebagai hak kebendaan yang tidak berwujud yang dapat dialihkan

kepemilikinya kepada subjek hukum lain, baik melalui pewarisan, hibah, wasiat

maupun perjanjian. Yang terakhir dapat berlangsung dalam bentuk jual beli atau

lisensi. Kepemilikan juga dapat beralih karena sebab-sebab yang dibenarkan oleh

peraturan perundang-undangan. Selain itu hak cipta yang dalam pasal 16 ayat (1)

(13)

12

dianggap sebagai benda bergerak, juga tidak dapat disita kecuali jika hak itu

diperoleh secara melawan hukum.

Dalam prakteknya, pencipta dan pemegang hak cipta memiliki beberapa

pilihan untuk mengeksploitasi ciptaannya. Diantaranya dengan memberi izin atau

lisensi pada pihak lain untuk memanfaatkan seluruh atau sebagian dari ciptaannya.

Lisensi, seperti itu harus dituangkan dalam kontrak yang jelas dan tegas. Seperti,

berupa exclusive license atau non-exckusive license.11 Lisensi atau perjanjian ini

yang pada akhirnya akan digunakan oleh pemegang hak cipta sebagai dasar

dibolehkanya eksplorasi dan eksploitasi suatu ciptaan.

Hak cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang

memiliki ruang lingkup objek dilindungi paling luas, karena mencakup ilmu

pengetahuan, seni dan sastra (art and literary) yang di dalamnya mencakup pula

program komputer. Perkembangan ekonomi dan pesatnya perkembangan

teknologi, informasi dan komunikasi mengharuskan adanya pembaruan

Undang-Undang Hak Cipta, mengingat hak cipta menjadi basis terpenting dari ekonomi

nasional. Dengan Undang-Undang Hak Cipta yang memenuhi unsur pelindungan

dan pengembangan ekonomi ini maka diharapkan kontribusi sektor hak cipta bagi

perekonomian negara dapat lebih optimal.12

Memiliki fungsi proteksi atau perlindungan, hak cipta memiliki tugas

untuk mengatur pola hubungan pencipta atau pemegang hak cipta dengan penguna

hak cipta. Sehingga karya-karya baik berupan program komputer, karya-karya

11Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa , 74.

(14)

13

seni, karya audio visual dan bergam karya lainya yang ada dan terlibat dalam

aktivitas cyber, tetap dapat dimanfaatkan haknya oleh pencipta, baik moral

maupun ekonomi serta dapat digunakan secara legal oleh masyarakat sebagai

penikmat atau penguna hak cipta.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus disini adalah

bagaimana hak cipta bisa menjaga pencipta dana tau pemegang hak cipta untuk

tetap mendapatkan haknya, dan masyarakat sebagai penguna atau penikmat hak

cipta tetap dapat mengunakan ciptaan itu secara positif. Sehingga lisensi/izin dari

pencipta menjadi sangat penting, terutama demi menghindari konsekwensi dari

pelanggaran hukum. Sehingga keadilan sebagai esensi hukum bisa benar-benar

terealisasi (rapport du droid, inbreng van recht)13.

Program komputer yang merupakan seperangkat instruksi yang

diekspresikan dalam bentuk bahasa, kode, skema, atau dalam bentuk apapun yang

ditujukan agar komputer bekerja melakukan fungsi tertentu atau untuk mencapai

hasil tertentu.14 Seperti untuk pengolahan kata, rancang bangunan, pengolahan

data base, pengolahan inventaris dan bahkan untuk beberapa kebutuhan seni.

Beragam kebutuhan itu memicu pengembang program komputer untuk semakin

mempermudah penggunaan (user friendly) dan memperluas jangkauan

kemanfaatan.

Dalam posisi pengembang software sebagai pencipta dan pemegang hak

cipta dan masyarakat pengguna, adalah adil untuk mengunakan perjanjian lisensi

13 Theo Huijbers, Filsafat Hukum , 78.

(15)

14

sebagai bentuk apresiasi terhadap kerja keras pencipta. 15 Karena bagaimanapun

segala bentuk pembajakan terhadap hak cipta adalah merupakan pelanggaran

hukum yang tidak dibenarkan.

Sebagai bagian dari konstelasi aturan kehidupan, Islam datang sebagai

agama yang sempurna. Didalamnya diatur perihal hubungan manusia dengan

dengan Tuhan, hubungan manusa dengan manusia dan hubungan manusia dengan

alam.16 Dalam keterkaitan antara hukum, aktivitas manusia dan ekonomi dikenal

istilah Fiqih muamalah, yakni aturan-aturan Allah yang ditujukan untuk mengatur

kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan

urusan duniawi dan sosial kemasyarakatan.17 Aturan ini merupakan usaha untuk

mempertemukan keterkaitan normatif (asas-asas hukum dalam Islam) dan

bagaimana kehidupan ekonomi harus sesuai dengan Islam dengan analisis-analisis

terhadap institusi dan peristiwa ekonomi dalam masyarakat umum, serta

memberikan penjelasan hubungan kasualitasnya.18

Tujuan utama ekonomi Islam dengan beragam konsepsi didalamnya adalah

maslah}ah{ (kemaslahatan) bagi umat manusia yaitu dengan mengusahakan segala a

ktifitas demi tercapainya hal-hal yang berakibat pada adanya kemaslahatan bagi

manusia, atau dengan mengusahakan aktivitas yang secara langsung dapat

merealisasikan kemaslahatan itu sendiri.19

15 Ahmad M Ramli, Cyber Law,7.

16 Rahmad Syafiie, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 13. 17 Ibid., 15.

18 Arif Hoetoro, Ekonomi Islam (Malang: BPFE UNIBRAW, 2007), 331.

(16)

15

Islam sebagai agama yang mengatur seluruh aktivitas manusia dalam

hubungannya dengan manusia lain, memiliki beberapa aturan terkait hak cipta,

sebagaimana yang terdapat dalam Fatwa MUI Nomor 01 Tahun 2003 tentang Hak

Cipta, bahwa hak cipta dipandang sebagai salah satu huquq ma>liyyah (hak

kekayaan) yang mendapat perlindungan hukum (mashu>n) sebagaimana ma>l

(kekayaan). Dan setiap bentuk pelanggaran terhadap hak cipta, terutama

pembajakan, merupakan kezaliman yang hukumnya adalah haram.20 Sampai disini

terlihat adanya kesamaan persepsi antara Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

dengan Fatwa Komisi Fatwa MUI Nomor 01 Tahun 2003.

Hak cipta sebagai harta memiliki konsekwensi yang sama dengan

harta-harta yang lain dalam Islam. Kemudian dalam konteks komersialisasi, setidaknya

ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan dalam kaitanya syarat dan rukun

dalam suatu akad komersialisasi. Pertama harta harus ada dan nyata ketika akad

dilakukan, kedua harta harus masyru’ (sesuai ketentuan syariah), ketiga dapat

diberikan setelah akad, keempat harta harus diketahui oleh kedua belah pihak,

kelima harta harus suci.21

Dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa (4) ayat 29 setidaknya ada dua hal utama

terkait komersialisasi yang perlu diperhatikan, yakni jalan transaksi atau

komersialisasi harus tidak bathil, maksutnya tidak mengambil hak orang lain dan

tetap berada dalam koridor hukum Islam. Kedua, suka sama suka, karena kerelaan

(17)

16

kedua belah pihak harus benar-benar diperhatikan sehingga setelah akad terjadi

tidak menimbulkan permasalah baru.22

َٰبۡلٱِب ُكَنۡيَب ُكَلَٰوۡمَأ ْآ ُ ُكۡأَت ََ ْا ُنَماَء َ يِ ذَٱ اَ ُيَأَٓي ۡ ُكنِ م لضاَرَت َع ًةَرٰ َجِت َن ُكَت نَأ َِٓإ ِلِطذ

ْآ ُ ُتۡقَت ََو َ

ام يِحَر ۡ ُكِب َنََ َ ذَٱ ذنِإ ۡ ُكَسُفنَأ ٢٩

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu.23

Dalam Tafsir Fi> Z}ila>lil al-Qur’an karya Sayid Quthb menjelaskan bahwa

memakan harta secara bathil ini meliputi semua cara mendapatkan harta yang

tidak diizinkan atau tidak dibenarkan Allah, yakni dilarang olehnya. Diantaranya

dengan cara menipu, menyuap, berjudi, menimbun barang-barang kebutuhan

pokok untuk menaikan harganya, dan semua bentuk jual beli yang haram serta

sebagai pemukanya adalah riba’. Karena beragam hal diatas adalah termasuk

membunuh diri sendiri.24

Salah satu ciptaan yang cukup dibutuhkan masyarakat terutama demi

menunjang perkembangan teknologi dan informasi adalah program komputer.

Salah satu program komputer yang cukup banyak diminati masyarakat untuk

kebutuhan editor grafik vektor adalah CorelDraw, terutama oleh masyarakat yang

terlibat aktif dalam design grafis atau pemrogaman. Software ini sangat

dibutuhkan oleh para designer baik yang professional maupun yang masih pemula,

selain memiliki fitur yang cukup lengkap untuk sebuah design vector, software ini

22 Qomarul, Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta, Teras 2011), 54-67.

23Sayyid Quthb, Tafsir Fi> Z}hila>lil Al-Qur’an jilid 2, (Beirut, Darusy-Syuruq, 1992/1412), 340-342.

(18)

17

juga cukup mudah dioperasikan (user friendly).25 Namun dikarenakan untuk

mendapatkan lisensi dinilai terlalu mahal, cukup memberikan kesulitan

masyarakat untuk memanfaatkanya.

Sebagai alternatifnya, beberapa lapisan masyarakat mengunakan software

ini tanpa lisensi, alhasil mereka tidak perlu membayar untuk mendapatkan lisensi

itu. Salah satunya yang terjadi di Kotacom Gayungan Surabaya, toko ini

memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk mendapatkan software ini secara

mudah dan murah, yakni dengan tanpa lisensi. Setidaknya ada dua mekanisme

akad yang dilakukan oleh toko ini, pertama dengan bertemu langsung dengan

customer yang memerluhkan program komputer ini, sehingga proses jasa instalasi

segera bisa langsung dilakukan. Kedua, melalui penjualan DVD hasil burning yang

berisi program komputer CorelDraw berikut tutorial instalasinya.

Kedua mekanisme diatas sama-sama tidak mengunakan lisensi untuk

pemakaianya. Pihak Corel cukup dirugikan disini, sebagai pencipta mereka tidak

mendapatkan royalti sebagaimana mestinya. Karena dalam paket instalasi yang

mereka sediakan ada kewajiban pemakai untuk memenuhi beberapa kewajiban

untuk mendapatkan lisensi. 26

Royalti sebagai bentuk imbalan atas pemanfaatan hak ekonomi suatu

ciptaan atau produk hak terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak

terkait.27 Tidak selalu sejalan dalam realita. Oleh karenanya dalam hukum positif

dan hukum Islam memliki sanksi yang cukup tegas terkait permasalah ini.

25Corel, “End user licese agreement”, (Kanada: Corel, 2014), th. 26 Ibid.

(19)

18

Berangkat dari pemaparan di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan

penelitian dan analisa lebih mendalam terkait mekanisme komersialisasi

CorelDraw tidak berlisensi. Dari analisis tersebut kemudian akan dianalisa secara

ilmiah dalam kajian Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28

Tahun 2014, Untuk itu maka penelitiakan menetapkan penelitian yang berjudul

“Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi oleh Kotacom Gayungan Surabaya

dalam perspektif Fatwa Mui No. 1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 tahun

2014 (Analisis Komparatif)”

B. Identifikasi Masalah

Dalam mengkaji Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi oleh

Kotacom Gayungan Surabaya dalam perspektif Fatwa Mui No. 1 Tahun 2003

dan Undang-Undang No. 28 tahun 2014 (Analisis Komparatif), setidaknya ada

beberapa masalah yang menarik untuk di bahas, seperti:

1. Konsep akad jual beli dalam hukum Islam

2. Konsep ijaroh dalam islam

3. Makna Software tidak berlisensi dalam Undang-undang No. 28 Tahun

2014

4. Makna Software tidak berlisensi dalam Fatwa DSN MUI No.1 Tahun

2003

5. Akibat ekonomi dari maraknya komersialisasi software tidak berlisensi

6. Tinjauan Undang-undang No. 28 Tahun 2014 terkait komersialisasi

(20)

19

7. Tinjauan Fatwa DSN MUI No.1 Tahun 2003 terkait komersialisasi

Software tidak berlisensi

8. Kewajiban lisensi dalam software CorelDraw

9. Kewajiban pemegang hak cipta dalam pengunaan dan pemanfaatan

CorelDraw

10.Mekanisme komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di Kotacom

Gayungan Surabaya

11.Komparasi Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28

Tahun 2014 terhadap komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi

C. Batasan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah yang terpetakan, perlu adanya

pembatasan-pembatasan agar permasalahan tidak terlalu lebar dan meluar, alhasil

permasalahan yang diteliti lebih fokus dan terarah. Adapaun batasan masalah pada

penelitian ini, adalah:

1. Mekanisme komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di Kotacom Gayungan

Surabaya

2. Komparasi Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 Tahun

(21)

20

D. Rumusan Masalah

Dari beberapa batasan masalah yang terpetakan, dapat dirumuskan

beberapa rumusan sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di

Kotacom Gayungan Surabaya?

2. Bagaimana Komparasi Fatwa DSN MUI No.1 Tahun 2003 dan

Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 terhadap komersialisasi CorelDraw tidak

berlisensi?

E. Kajian Pustaka

Tinjauan pustaka pada intinya adalah diskripsi ringkas tentang kajian

atau penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti

sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan

pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian tersebut. Setidaknya ada

beberapa kajian yang memabahas Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI), Hak

Cipta, dan sejenisnya yang pernah dibahas dalam beberapa karya ilmiah, yakni:

1. Muhammad Hadi Amarullah mahasiswa IAIN Sunan Ampel dengan

penelitian berjudul “Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang Hak

Cipta No. 19 Tahun 2002 Terhadap Jual Beli Jasa Download Free

Software Openoffice.Org di www.tusnet.us”. Hasil penelitian

menyimpukan, Jual beli jasa download Free software OpenOffice.org

yang dilakukan oleh www.tusnet.us menurut analisis hukum Islam

(22)

21

Karena salah satu syarat rukun akad jual beli yang dilakukan tidak

terpenuhi, yakni status barang yang diperjualbelikan adalah barang bebas

yang tidak dikomersialkan.28

2. Zainul Huda mahasiswa UIN Sunan Ampel dengan penelitian berjudul

“Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang

Hak Cipta Terhadap Jual Beli Lagu Free Download di Bayu Phone Jl.

Pabrik Kulit Wonocolo Surabaya”. Hasil penelitian jual beli lagu free

download yang dilakukan Bayu Phone adalah bathil, karena tidak

memenuhi rukun dan syarat yaitu dalam hal penjual tidak mempunyai

kekuasaan untuk melakukan jual beli. Kemudian berdasarkan UU Hak

Cipta No 28 Tahun 2014, melanggar pasal 8 dan 9 tentang hak ekonomi.

Namun pada pasal 43 (d) hukumya diperbolehkan asalkan tidak

melanggar hak ekonomi yang wajar dari pencipta, hak moral, dan

Pencipta tersebut menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan

penyebarluasan tersebut. 29

3. Umar Setiawan mahasiswa IAIN Sunan Ampel dengan penelitian

berjudul “Analisis yuridis terhadap sanksi pidana pelanggaran program

komputer / software tanpa izin dalam pasal 72 UU No.19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta menurut Hukum Pidana Islam”. Hasil penelitian ini:

28Muhammad Hadi Amrullah, “Analisis Hukum Islam Dan Undang-Undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 Terhadap Jual Beli Jasa Download Free Software Openoffice.Org di

www.tusnet.us, (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2013).

29Moh Zainal Huda, “Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Terhadap Jual Beli Lagu Free Download Di Bayu Phone Jl. Pabrik Kulit Wonocolo

(23)

22

Pertama, Hukuman atau sanksi pidana dalam pasal 72 ayat (3) UU No. 19

Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dan pasal 35 dan pasal 51 UU No. 11

Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dengan

ancaman hukuman pidana yaitu paling lama 5 (lima) tahun dan denda

paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Sedangkan

dalam pasal 51 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang ITE, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp 12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah). Kedua, menurut

hukum pidana islam, pemberlakuan hukuman / sanksi pidana pelanggaran

program komputer / software tanpa izin adalah sama dengan

undang-undnag yang berlaku.30

Dari ketiga kajian di atas belum ditemukan pembahasan yang

benar-benar sama dengan penelitian ini. Karena walaupun kajian-kajian terdahulu

membahas tentang hak cipta dan atau Hak atas Kekayaan Intelektual tetapi

yang menjadi konsentrasi berbeda dengan penelitian ini. Pada penelitian

pertama, berfokus pada analisis Software Open Source dalam konteks jual beli.

Sementara penelitian kedua, tentang jual beli lagu free download, Hanya

memaparkan tentang lagu dan kaitanya dengan hukum Islam dan positif. Dan

kemudian yang ketiga, hanya memaparkan tentang analisis yuridis terhadap

sanksi pidana pelanggaran program komputer / software tanpa izin dalam pasal

72 UU No.19 Tahun 2002 tentang hak cipta menurut hukum pidana Islam.

30 Umar Setiawan, “Analisis Yuridis Terhadap Sanksi Pidana Pelanggaran Program Komputer / Software Tanpa Izin Dalam Pasal 72 UU No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Menurut Hukum

(24)

23

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, penelitian

sebelumnya selalu mengaitkan karya-karya yang mengandung hak cipta

dengan hukum positif dan hukum Islam, dan beberapa penelitian yang

ditemukan masih mengunakan Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2002,

padahal sudah ada pembaharuan di tahun 2014 yakni Undang-undang Nomor

28 tahun 2014.

Sedangkan penelitian ini berbeda dari itu, yang lebih berfokus pada

penelitian kualitas dan pemaknaan komersialisasi software tidak berlisensi

dalam sudut pandang hukum Islam dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

Penelitian ini juga berfokus untuk mengkomparasikan atau membandingkan

kedua analisis hukum diatas.

F. Tujuan Penelitian

Dalam segala jenis kegiatan pastilah memiliki suatu tujuan untuk

pencapainnya. Maka dari itu, dalam melakukan penelitian ini, penulis juga

memiliki tujuan untuk mencapainya. Dari rumusan masalah di atas maka tujuan

dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui mekanisme Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di

Kotacom Gayungan Surabaya

2. Mengetahui komparasi Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 dan

Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 terkait komersialisasi CorelDraw tidak

(25)

24

G. Kegunaan Penelitian

Dari tujuan penelitian di atas maka kegunaan dari penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan berguna bagi pengembangan ilmu

pengetahuan (knowledge science development) di bidang mu’amalah

khususnya ekonomi Islam yang berkaitan dengan komparasi Fatwa MUI

No.1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 terkait

komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan

pertimbangan oleh para pelaku usaha, pengembang dan penguna software

secara umum. Sebagai bahan bacaan atau bahan pertimbangan bagi pihak

yang akan melakukan penelitian selanjutnya. Sebagai bahan diskusi dan

penambahan khasanah intelektual pengetahuan bagi pengguna CorelDraw

berlisensi maupun tidak berlisensi.

H. Definisi Operasional

Untuk mempermudah gambaran yang jelas dan konkrit tentang

permasalahan yang terkandung dalam pembahasan penelitian, maka diperlukan

penjelasan makna dalam penulisan skripsi ini. Definisi kata-kata tersebut

(26)

25

Fatwa MUI No.1

Tahun 2003 :

Kaidah, asas, prinsip atau aturan yang

dikeluarkan oleh majelis ulama Indonesia yang

berkaitan dengan hak cipta.

Undang-Undang

No. 28 Tahun 2014 :

Kaidah, asas, prinsip atau aturan yang

dikeluarkan oleh pemerintah terkait hak cipta

yang merupakan amandemen dari

Undang-Undang No. 19 Tahun 2002

CorelDraw : Adalah seperangkat program komputer

(Software) yang dikeluarkan oleh CorelDraw

cooperation. yang memerluhkan lisensi sebagai

legalitas pengunananya.

Dari penjelasan definisi operasional, maka skripsi ini membahas

Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi ditinjau dan dikomparasi dari Fatwa

MUI No.1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 tahun 2014.

I. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan sebuah cara yang dilakukan dalam proses

penelitian awal, yakni tahapan untuk mendapatkan data-data yang real dari

lapangan secara langsung. Bahan yang dikumpulkan dalam penulisan skripsi ini

diperoleh dengan melakukan penelitian lapangan di toko, official website dan

official online shop Kotacom Gayungan Surabaya, serta studi literatur sebagai

(27)

26

1. Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan penulis adalah gambaran umum mengenai

pelaksanaan Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di Kotacom

Gayungan Surabaya, terutama terkait pelaksanaan akad Jual beli dan jasa

yang dilakukan.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam memperoleh kelengkapan serta

kesempurnaan dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber Data Primer:

Sumber data primer merupakan sumber informasi atas

diperolehnya data yang langsung didapatkan dari sumber utama (main

data source) atas suatu peristiwa yang akan diteliti:

1) Toko Kotacom Gayungan Surabaya, sumber data ini digunakan

untuk memahami mekanisme komersialisasi Software tidak

berlisensi secara langsung.

2) Official website dan official online shop Kotacom Gayungan

Surabaya, sumber data ini digunakan untuk memahami

mekanisme promosi dan penjualan online di Kotacom Gayungan

Surabaya.

3) Website CorelDraw cooperation, sumber data ini digunakan

untuk memperoleh gambaran umum terkait legal information dan

(28)

27

4) Founder sekaligus Owner Kotacom Gayungan Surabaya, sumber

data ini digunakan untuk mendapatkan gambaran lebih luas

terkait usaha yang dilakukan.

b. Sumber Data Sekunder:

Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh secara

tidak langsung dari objek penelitian yang digunakan sebagai penunjang

dari data primer. Sumber data ini diperoleh dari struktur organisasi,

data kearsipan, dokumen, laporan-laporan serta buku-buku dan lain

sebagainya, juga dapat diperoleh dari studi kepustakaan berupa data

dan dokumentasi, adapaun sumber data sekunder dalam penelitian ini

adalah segala bentuk data kepustakaan yang berkaitan dengan Hak

Cipta dan program komputer serta kerterkaitanya dengan hukum

positif dan hukum Islam, terutama sekali dalam kaitanya dengan

komersialisasi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat di tempat

penelitian, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai

berikut :

a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu cara yang

sangat bermanfaat, sistematis dan selektif dalam mengamati dan

mendengarkan interaksi atau fenomena yang terjadi. Observasi

(29)

28

diperoleh data yang faktual terkait komersialisi software

CorelDraw.

b. Interview (Wawancara)

Metode wawancara atau interview yaitu salah satu teknik

pengumpulan data, dimana pelaksanaannya dapat dilakukan

secara langsung berhadapan dengan subjek atau responden. Dalam

penelitian ini, akan diwawancarai secara langsung dari dua pihak

narasumber, yakni karyawan dan atau person dari toko tersebut

sendiri dan dari pihak pelanggan. Sehingga akurasi dan

keseimbangan data dapat diperoleh.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data atau informasi yang

berupa bendabenda tertulis, diantaranya adalah buku, majalah,

dokumen, e-book, forum, website, artikel-artikel,

peraturan-peraturan dan catatan harian lainnya. Dengan pengkajian

dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan secara mendalam, maka

akan membantu dalam penganalisaan permasalahan yang diteliti

oleh penulis. Metode ini digunakan untuk memperoleh data

kepustakaan yang berkaitan dengan hak cipta dan CorelDraw serta

kerterkaitanya dengan hukum positif dan hukum islam, terutama

(30)

29

4. Teknik Pengolahan Data

Teknik dalam pengolahan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

a) Editing adalah proses mengecek kebenaran data, menyesuaikan

data untuk memudahkan proses seleksi data. Editing data akan

mendeteksi kesalahankesalahan dan penghapusan, memperbaiki

dan memastikan bahwa standar kualitas minimum dapat terpenuhi.

b) Organizing adalah menyusun dan mensistematika data yang

diperoleh dalam kerangka uraian yang telah ditentukan atau

mengatur dan menyusun data yang terkait Komparasi Hukum islam

dan Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta terhadap

Komersialisasi Software tidak.

c) Analizing adalah memberi analisis sebagai dasar bagi penarikan

suatu kesimpulan tentang jual beli jasa Komparasi Hukum islam

dan Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta terhadap

Komersialisasi Software tidak berlisensi.

5. Teknik Analisa Data

Data yang telah dihimpun, selanjutnya dianalisa dengan

menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:

Teknik Deskriptif Analisis sebagai sebuah metode paradigma

penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,

kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptip memusatkan

(31)

30

berlangsung. Dalam penelitian ini paradigm ini digunakan untuk

menggambarkan Komparasi Hukum Islam dan Undang-undang No. 28

Tahun 2014 tentang hak cipta terhadap Komersialisasi Software tidak

berlisensi.

Pola pikir Induktif, yaitu mengungkapkan fakta-fakta atau

kenyataan dari hasil penelitian, kemudian dianalisis melalui

undang-undnag No. 28 Tahun 2014 dan Hukum Islam, kemudian

dikomparasikan diantara kedunaya.

Komparatif, yaitu proses komparasi fakta-fakta atau

kenyataan dari hasil dianalisis undang-undnag No. 28 Tahun 2014 dan

Hukum Islam terkait komersialisasi software tidak berlisensi di

Kotacom Gayungan Surabaya, yang kemudian dicari dan diketemukan

persamaan dan perbedaan diantara keduanya.

J. Sistematika Pembahasan

BAB I Pendahuluan, yang berisi tentang keseluruhan pembahasan skripsi

ini meliputi, latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan

masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi

operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II Memuat kajian teoritik tentang hak cipta dalam sudut pandang

Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 dan Undang-undang No. 24 Tahun 2014,

termasuk pengertian, dasar asumsi, paraturan-peraturan dan keterkaitanya

(32)

31

BAB III Mendeskripsikan data faktual terkait Kotacom Gayungan

Surabaya. Termasuk profil, layanan, sejarah dan mekanisme komersialisasi

CorelDraw tidak ber-lisensi di Toko Tersebut.

BAB IV Merupakan analisa data berdasarkan komparasi Fatwa MUI

No.1 Tahun 2013 dan Undang-undang No. 28 Tahun 2014 terkait komersialisasi

CorelDraw tidak berlisensi di Kotacom Gayungan Surabaya.

BAB V Penutup berisikan kesimpulan dari seluruh pembahasan dan saran

(33)

BAB II

HAK CIPTA DALAM FATWA MUI NO.1 TAHUN 2003 DAN UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2014

A.Komersialisasi Software CorelDraw dalam Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003

Islam mengakui pandangan universal bahwa kebebasan individu

bersingungan atau bahkan dibatasi oleh kebebasan individu lain. Menyangkut

masalah hak individu dalam kaitanya dengan masyarakat, para sarjana muslim

sepakat pada prinsip-psrinsip berikut ini.

1. Kepentingan masyarakat yang lebih luas harus diutamakan daripada

kepentingan individu.

2. Melepas kesulitan harus diutamakan dibanding memberi manfaat, meskipun

keduanya sama-sama merupakan tujuan syariah.

3. Kerugian yang lebih besar tidak dapat diterima untuk menghilangkan yang

lebih kecil. Manfaat yang lebih besar tidak bisa dihilangkan untuk manfaat

yang lebih kecil. Sebaliknya, bahaya yang lebih kecil harus dapat

diterima/diambil untuk menghindarkan bahaya yang lebih besar, sedanggkan

manfaat yang lebih kecil dapat dikorbankan untuk mendapatkan manfaat yang

lebih besar. 1

Kebebasan individu dalam kerangka etika Islam diakui selama tidak

bertentangan dengan kepentingan sosial yang lebih besar atau sepanjang individu

(34)

32

itu tidak melangkahi hak-hak orang lain. Prinsip dasar sistem ekonomi Islam

adalah bahwa aktivitas atau komoditas yang tidak dilarang dalam hukum syariah

berarti diperbolehkan.2

Salah satu dampak dari berkembangnya teknologi dan informasi adalah

keterkaitanya dengan hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Hak yang secara

historis dapat dipahami sebagai upaya proteksi atau perlindungan terhadap suatu

karya intelektual, sehingga terhindar dari upaya penjiplakan atau pembajakan

tanpa izin dari pembuat karya.3

Karena dengan kemajuan teknologi dan informasi akan memberikan peran

stategis untuk kemajuan suatu negara, namun disisi lain juga akan menjadi alat

untuk pelanggaran hukum di bidang ini. Pengaturan yang proporsional sangat

diperlukan, agar fungsi hukum dapat dioptimalkan dan dampak negatifnya dapat

diminimalkan.4

Hak cipta sebagai salah satu alat hukum dalam upaya memproteksi suatu

ciptaan dari pembajakan pihak lain, memberikan kontribusi yang cukup signifikan

dalam upaya melindungi hak-hak pencipta dan atau pemegang hak cipta. Melihat

realitas pelanggaran terhadap hak cipta yang telah sampai pada tingkat sangat

meresahkan dan merugikan banyak pihak, terutama pemegang hak cipta,

dipandang perlu untuk memberikan aturan atapun regulasi baik dari pemerintah

maupun dari para tokoh agama.

(35)

33

Melalui Fatwa MUI Nomor 01 tahun 2003 yang juga merupakan

permintaan dari ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia), Komisi Fatwa

MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang status hukum Islam mengenai

hak cipta, untuk dijadikan pedoman oleh umat Islam dan pihak-pihak yang

memerlukannya.

1. Pengertian Hak Cipta

Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 tentang hak cipta, mempersamakan hak

cipta sebagai salah satu huquq ma>liyyah (hak kekayaan) yang mendapat

perlindungan hukum (mashu>n) sebagaimana ma>l (kekayaan).5

Kata al-ma>l direkam dalam al-Qur’an terulang sebanyak 86 (delapan

puluh enam) kali, kata ini dikemukakan oleh al-Qur’an dalam berbagai ragam

dan bentuk yang tersebar dalam berbagai ayat, serta dihimpun dalam

bermacam-macam surah. Kesemuanya mempunyai konotasi pengertian yang

sama yaitu; harta benda, kekayaan atau hak milik. Begitu banyaknya al-Quran

mengulang dan memberikan penekanan mengenai Ma>l, tidak lain karena

al-ma>l dikalangan komunitas manusia terkadang menjadi sumber

ketegangan-ketegangan individu dalam masyarakat, bahkan tidak sedikit pula

menimbulkan pertikaian dikalangan mereka.6

Ma>l atau harta dalam fiqih ekonomi Islam menurut jumhur ulama

dimaknai sebagai segala yang bernilai dan bersifat harta. Namun cukup

5 Fatwa Mui No.1 Tahun 2003 tentang Hak Cipta.

(36)

34

berbeda ulama dari kalangan hanafiyah mengartikan ma>l sebagai segala

sesuatu yang dapat diambil, disimpan dan dapat dimanfaatkan.7

Kekayaan berupa hak cipta dalam Islam erat kaitanya dengan hak

milik, yakni hak untuk menguasai sepenuhnya harta atas suata hasil karya

yang terdaftar sebagai hak cipta. Hak milik secara bahasa berarti penguasaan

terhadap sesuatau, atau sesuatu yang dimiliki. Atau dalam bahasa yang lain

terdapat pengkhususan terhadap suatu harta yang memungkinkan untuk

bertindak hukum terhadap benda tersebut sesuai dengan keinginanya selama

tidak bertentangan dengan shara‘ serta menghalangi orang lain untuk

bertindak hukum terhadap harta tersebut. 8

Salah satau perbedaan dari definisi harta yang dikemukakan oleh

ulama hanafiyah dan jumhur ulama adalah tentang benda yang tidak dapat

diraba, seperti manfaat. Ulama hanafiyah memandang bahwa manfaat

termasuk sesuatu yang dapat dimiliki namun bukan harta. Adapun menurut

ulama selain hanafiyah, manfaat termasuk harta sebab yang penting adalah

manfaatnya bukan zatnya.9

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kriteria sesuatu dapat dikatakan

sebagai harta terdiri dari empat unsur yakni, bersifat materi atau mempunyai

wujud nyata. Dapat disimpan untuk dimiliki, dapat dimanfaatkan dan

kebiasaan di masyarakat memandang hal tersebut sebagai harta.10

7Rachmat syafr’I, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 22.

8Yusdani, 2003, “Sumber Hak milik dalam perspektif hukum islam”, Al-Mawarid Edisi IX, 2003, 59.

(37)

35

Dari segi kepemilikan terhadap harta, ulama fiqh membagi pemilikan

kepada dua bentuk. (a) milik sempurna (al-milk At-ta>mm) yaitu ketika harta

dimiliki sepenuhnya oleh seseorang sehingga seluruh hak yang terkait dengan

harta berada di bawah penguasaanya. (b) milik tidak sempurna (al-milk

an-naqi>s}) yaitu apabila seseorang hanya menguasai materi harta tetapi

manfaatnya dikuasasi orang laian.11

Mayoritas ulama dari kalangan mazhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali

berpendapat bahwa hak cipta atas ciptaan yang orsinal dan manfaat tergolong

harta berharga sebagaimana benda jika boleh dimanfaatkan secara syara’

(hukum Islam).12

Sampai disini sudah cukup jelas bahwa hak cipta dapat dipersamakan

dengan harta. Namun ada pengecualian dalam fatwa ini, yakni hak cipta yang

mendapat perlindungan hukum Islam adalah hak cipta atas ciptaan yang tidak

bertentangan dengan hukum Islam.13

2. Perlindungan Hak Cipta

Dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa (4) ayat 29 setidaknya ada dua hal

utama terkait komersialisasi yang perlu diperhatikan, yakni jalan transaksi atau

komersialisasi harus tidak bathil, maksutnya tidak mengambil hak orang lain

dan tetap berada dalam koridor hukum Islam. Kedua, suka sama suka, karena

11Yusdani, 2003, “Sumber Hak milik…, 60.

12 Dr. Fathi al-Duraini, Haqq al-Ibtikar fi al-Fiqh al-Islami al-Muqaran, (Bairut: Mu’assasah al Risalah, 1984), 20.

(38)

36

kerelaan kedua belah pihak harus benar-benar diperhatikan sehingga setelah

akad terjadi tidak menimbulkan permasalah baru.14

َٰبۡلٱِب ُكَنۡيَب ُكَلَٰوۡمَأ ْآ ُ ُكۡأَت ََ ْا ُنَماَء َ يِ ذَٱ اَ ُيَأَٓي ۡ ُكنِ م لضاَرَت َع ًةَرٰ َجِت َن ُكَت نَأ َِٓإ ِلِطذ

ْآ ُ ُتۡقَت ََو َ

ام يِحَر ۡ ُكِب َنََ َ ذَٱ ذنِإ ۡ ُكَسُفنَأ ٢٩

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu.15

Dalam Tafsir Fi> Z}ila>lil al-Qur’an karya Al-Sayid Quthb menjelaskan

bahwa memakan harta secara bathil ini meliputi semua cara mendapatkan harta

yang tidak diizinkan atau tidak dibenarkan Allah, yakni dilarang olehnya.

Diantaranya dengan cara menipu, menyuap, berjudi, menimbun barang-barang

kebutuhan pokok untuk menaikan harganya, dan semua bentuk jual beli yang

haram serta sebagai pemukanya adalah riba’. Karena beragam hal diatas adalah

termasuk membunuh diri sendiri.16

Dalam hadits yang lain, dalam hubunganya dengan manusia yang lain,

nabi Muhammad telah memeberikan larangan yang tegas untuk tidak boleh

membahayakan orang lain, apalagi membalas bahaya yang diberikan padanya

dengan bahaya lainya.

14 Qomarul, Huda, Fiqh, 54-67.

15Sayyid Quthb, Tafsir Fi> Z}hila>lil Al-Qur’an jilid 2, (Beirut, Darusy-Syuruq, 1992/1412), 340-342.

(39)

37

Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Jabir dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak boleh membahayakan (orang lain) dan tidak boleh membalas bahaya dengan bahaya. Seseorang boleh menyandarkan kayunya pada dinding

tentangganya. Dan jalanan untuk umum adalah selebar tujuh hasta.17

Islam dengan demikian, menuntut hak dan kewajiban seseorang tidak

lebih besar atau lebih kecil dibandingkan hak dan kewajiban orang lain.

Peraturan ekonomi Islam berlaku universal untuk semua orang. Tidak ada orang

yang bisa mengambil hak milik orang lain secara tidak benar. Dalam pidatonya

yang terkenal pada perjalanan hajinya yang terakhir, nabi Muhammad SAW.

Menerangkan bahwa hak umat manusia tidak dapat digganggu gugat dalam tiga

kategori, yakni perorangan, harta benda dan kehormatan.18

Sehingga segala bentuk pelanggaran terhadap hak cipta, terutama

pembajakan, merupakan kezaliman yang hukumnya adalah haram.19

3. Komersialisasi Hak Cipta

Sebagaimana al-ma>l, hak cipta dapat dijadikan obyek akad (al-ma’qu>d

‘alayh), baik akad mu’awad}ah (pertukaran, komersial), maupun akad

tabarru>’at (nonkomersial), serta diwaqafkan dan diwarisi.20 Jumhur ulama

mengartikan akad sebagai proses perikatan atau perjanjian yang ditetapkan

dengan ijab-qabul berdasarkan ketentuan syara’ yang berdampak pada objek.21

17Abu> Abdullah Ah}mad bin Muh}ammad bin H}anbal bin Hila>l bin Asad Ashaiba>ni>, Musnad Al-Imam Ah}Mad Bin H}Anbal, juz 8, (Kairo: da>r al-h}adi>th, 1995/1416).

18 Muhammad Ayub, Undestanding, 102. 19 Fatwa Mui No.1 Tahun 2003 tentang Hak Cipta 20 Ibid.

(40)

38

Mal atau harta yang merupakan objek akad (al-ma‘qu>d ‘alayh)

memiliki beberapa persyaratan tertentu untuk dapat digunakan sebagai objek

akad. Sehingga tidak semua benda bisa dijadikan objek akad, oleh karena itu

beberapa ulama menetapkan beberapa syarat untuk objek akad ini. 22

a. Pertama, objek akad harus ada ketika akad berlangsung

Syarat ini tidak mutlak sepenuhnya untuk semua jenis akad. Ulama

Malikiyah hanya menetapkan pada akad yang sifatnya saling

menyerahkan (al-mua>wighat) dalam urusan harta, seperti jual beli.

Adapaun pada akad yang bersifat tabarru>’ (derma) seperti hibah, sedekah,

dan lainya mereka tidak mensyaratkanya.23

b. Kedua, objek akad harus mashru>’(sesuai ketentuan syara’)

Semua ulama fikih sepakat bahwa objek kada harus seuai dengan

ketentuan syara’ oleh karena itu dipandang tidak sah, akad atas barang

yang diharamkan syara’, seperti bangkai, minuman keras dan lainya.

c. Ketiga, dapat diberikan waktu akad, untuk syarat ini beberapa akad yang

sifatnaya saling menyerahkan, obejak akad harus dapat langsung

diberikan waktu akad. Namun bias memiliki maksut dan dampak lain

ketika ada kesepakan dari para pihak yang berakad.24

22Rachmat syafr’I, Fiqih, 58. 23 Ibid., 59.

(41)

39

d. Keempat, Objek akad (ma’qu>d alayh) harus diketahui oleh kedua pihak

yang akad, ulama fiqih sepakat bahwa objek akad harus jelas dan

diketahui para pihak yang akad.25

Dari segi kecakapan melakukan akad manusia dapat terbagi menjadi

tiga ketegori, yaitu:

a. Manusia yang tidak dapat melakukan akad apapun, seperti orang yang

cacat jiwa, mental dan anak kecil yang belum mumayyiz atau belum

bias membedakan atau membedakan baik dan buruk meskipun sudah

memasuki usia baligh.

b. Manusia yang dapat melakukan akad tertentu, seperti anak yang sudah

mumayyiz akan tetapi belum baligh.

c. Manusia yang dapat melakukan seluruh akad, yaitu yang sudah

memenuhi syarat-syaratnya sebagai sebagai seorang mukallaf.26

Adapun tindakan manusia dalam fiqh al-muamalah adalah sah, kecuali

ada beberapa halangan, yaitu: masih dibawah umur, gila, idiot, boros atau

berlebihan, kehilangan kesadaran, tertidur dalam keadaan tidur gelap,

kesalahan atau terlupa dan terakhir memiliki kerusakan akal, kehilangan akal

atau kekurangan akal (awarid} mukhtas}abah) yang disebabkan karena

seseorang dalam keadaan mabuk (sukr), keracunan obat, atau karena

ketidaktahuan dan kelalaian (jahl).27

25Rachmat syafr’I, Fiqih, 61.

26 Mukallaf adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan seseorang yang sudah dikenai dengan kewajiban-kewajiban agama.

(42)

40

Sebagai salah satu prinsip yang penting dalam melaksanakan akad,

kebebasan berkontrak memiliki posisi yang penting dalam pengembangan

ekonomi Islam. Terlebih ketika melihat realitas zaman yang semakain

berkembang. Sehingga tidak bisa dipungkiri persoalan-persoalan dan konsepsi

ekonomi baru akan selalu berkembang.28

Namun pertanyaan selanjutnya adalah adpakah kebebasan ini mutlak

adanya? Jawabanya adalah tidak, ada koridor syariah yang membatasi dan

harus ditaati. Sehingga segala bentuk akad yang merupakan pengambilalihan

dan atau pemanfaatan barang yang tidak ada hak untuk mengunakanya

adalaha batal dan tidak sah.29

B.Komersialisasi Software Corel Draw dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2014

Pasca Indonesia meratifikasi persetujuan pendirian organisasi perdangan

dunia (Agreement the establishing world trade organization) melalui

Undang-Undang No.7 tahun 1994, maka Indonesia terikat dan diwajibkan untuk

mengharmonisasi hukumnya yang terikat dengan perjanjian ini. Salah satu hukum

yang terkena dampak harmonisasi ini adalah hukum yang terkait dengan hak atas

kekayaan intelektual (HAKI).30

28Yusdani, 2003, “Sumber Hak milik…, 67. 29 Ibid., 70.

(43)

41

Dalam hukum positif Indonesia, hak cipta sebagai sebuah tatanan hukum,

yang juga merupakan bagian dari HAKI, memiliki peran yang strategis, terutama

untuk melindungi karya-karya kreatif pencipta atas suatu ciptaan.

Hak atas kekayaan intelektual (HAKI) adalah hak eksklusif yang diberikan

suatu peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya.

Secara sederhana HAKI mencakup hak cipta, hak paten dan hak merk. Namun jika

dilihat lebih rinci HAKI merupakan bagian dari benda, yaitu benda tidak berwujud

(benda imateriil). Menurut Sri Rejeki Hartono hak atas kekayaan intelektual

(HAKI) adalah hak yang memiliki karakteristik khusus dan istimewa karena hak

ini baru timbul jika ada pemberian negara hak atas hak tersebut yang negara

memberikan hak ini kepada orang melahirkan satu karya intelektual berdasarkan

apa yang ditetapkan dalam ketentuan hukum negara.31

Pengelompokan HAKI dari segi hukum dapat dikategorikan sebagai

berikut: Hak Cipta terdiri dari 1. Hak Cipta (Copy Rights); 2. Hak yang

bertentangan dengan hak cipta (Neighbouring Rights). Hak Milik Perindustrian

(Industrial Property Rights) terdiri atas 1. Hak Paten (Patent Right); 2. Model dan

Rancang Bangun (Utility Models); 3. Desain Industri (Industrial Design); 4. Merek

Dagang (Trade Mark); 5. Nama Niaga/Nama Dagang (Trade Names); 6.Sumber

Tanda atau Sebutan Asal (Indication of Source or Appelation of Origin).32

31 Sri Rejeki, Hartono, Buku Panduan: Hak Kekayaan Intelektual. (Jakarta: PT. Sinar Grafika; Jakarta, 2001), 29.

32Ifan Fauzani Raharjo, Retno Kusniati, 2003, “Analisis Model Pengaturan Hukum Hak

(44)

42

Pada umumnya HAKI berhubungan dengan perlindungan penerapan ide

dan informasi yang memiliki nilai komersial. HAKI adalah kekayaan pribadi yang

dapat dimiliki dan dapat dipersamakan dengan bentuk-bentuk kekayaan lainya.33

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, tidak ada

pengaturan yang spesifik membahas tentang HAKI. Namun dalam Pasal 28C

ayat 11 Undang-Undang Dasar 1945 seringkali menjadi acuan tentang HAKI

yang mengatur bahwa setiap orang berhak untuk mengembangkan dirinya melalui

pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh

pengetahuan dan teknologi seni dan budaya, demi peningkatan kualitas hidup dan

demi kesejahteraan manusia.34

Selain dipergunakan di pasar nasional, HAKI tidak dapat terpisahkan

dengan produk yang diperdagangkan secara global, karena HAKI telah hadir sejak

awal produksi hingga saat produksi itu dipasarkan. Pertama, pada tahap

perencanaan produksi, pemilihan teknologi yang digunakan dalam proses produksi

berkaitan erat dengan bidang hak cipta dan hak paten, sedangkan pada saat produk

diluncurkan di pasar, HAKI yang terlibat adalah dalam bentuk merek. Dan kedua,

pada akhirnya untuk memperkuat daya saing dan nilai tambah yang besar

teknologi yang padat modal harus dilibatkan. Oleh karena itu globalisasi

perdagangan dan HAKI menjadi tidak terhindarkan termasuk terkait dengan

pengetahuan tradisional.35

33 Asian Law Group, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: PT Alumni, 2002), 3. 34 Patiung liling, 2014, “Implikasi perlindungan hukum hak kekayaan intelektual terhadap

(45)

43

Melihat realitas tersebut, Langkah Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia dan pemerintah mengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002

tentang Hak Cipta dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 adalah salah

satu upaya sungguh-sungguh dari negara untuk melindungi hak cipta, terutama

dalam kaitanya dengan hak ekonomi dan hak moral pencipta. 36

Teringkarinya hak ekonomi dan hak moral dapat mengikis motivasi para

pencipta untuk berkreasi. Hilangnya motivasi seperti ini akan berdampak luas pada

runtuhnya kreativitas makro bangsa Indonesia. Bercermin kepada negara-negara

maju, tampak sekali bahwa pelindungan yang memadai terhadap hak cipta telah

berhasil membawa pertumbuhan ekonomi kreatif secara signifikan dan

memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat.37

1. Pengertian Hak Cipta

Terminologi hak cipta dalam kepustakaan hukum di Indonesia, pertama

kalinya diusulkan oleh Prof. St. Moh. Syah, S.H. pada kongres kebudayaan di

bandung tahun 1951 yang kemudian diterima. 38

Dalam undang-undang No 28 tahun 2014 tentang hak cipta, hak cipta

dapat dimaknai sebagai hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk

nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.39 Pengertian ini mengisyaratkan bahwa setiap orang yang

36 Undang-undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. 37 Ibid.

38 Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Rights), (Jakarta:PT Raja Grafindo persada, 2015), 198.

(46)

44

menghasilkan suatu ciptaan dapat mendeklarasikan hak ciptanya. Sehingga

hukum dapat menjamin hak-haknya.

Karya-karya intelektual tersebut dilahirkan dengan pengorbanan

menjadikan karya yang dihadirkan menjadi bernilai, apalagi dengan manfaat

ekonomi yang dapat dinikmati, maka nilai ekonomi yang melekat

menumbuhkan konsep kekayaan (property) terhadap karyakarya intelektual itu

bagi dunia usaha, atau karya-karya itu dikatakan sebagai suatu asset. 40

Hak ekslusif yang diberikan oleh hukum merupakan reward yang sesuai

bagi para investor dan pencipta HAKI. Melalui rewards tersebut orang-orang

yang kreatif didorong untuk terus mengasah kemampuan intelektualnya agar

dapat dipergunakan untuk membantu peningkatan kehidupan manusia. Tujuan

utama sistem hukum HAKI adalah menjamin agar proses kreatif tersebut terus

berlangsung dengan menyediakan perlindungan hukum yang memadai dan

menyediakan sanksi terhadap pihak yang menggunakan proses kreatif tersebut

tanpa izin.41

Dalam undang-undang yang sama pencipta dapat dimaknai sebagai

seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama

menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.42 Sementara itu

ciptaan yang merupakan hasil dari pencipta diartikan sebagai setiap hasil karya

cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas

40 Ifan Fauzani Raharjo, Retno Kusniati, 2003, “Analisis Model Pengaturan Hukum, 31. 41Sufiarina, 2015, “Hak Prioritas dan Hak eksklusif dalam perlindungan HKI “, ADIL: Jurnal Hukum Vol. 3 No.2, 269.

(47)

45

inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau

keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.43

Dalam kaitanya pencipta dan hak cipta dikenal istilah pemegang hak

cipta yaitu pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak yang menerima hak

tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut

hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah. 44

2. Perlindungan Hak Cipta

Hak atas kekayaan intelektual (HAKI) sebagai suatu hak yang lahir dari

kemampuan intelektual manusia, maka istilah HAKI digunakan untuk

membedakan dengan hak-hak lain yang dapat dimiliki manusia yang berasal

dari alam sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tidak semua

manusia mempunyai kemampuan menghasilkan karya intelektual. Oleh karena

itu, hak-hak yang lahir dari kemampuan intelektual manusia sudah sepantasnya

mendapatkan perlindungan hukum sebagai penghargaan dan imbalan atas jerih

payah yang telah dilakukan, dengan mengorbankan waktu, tenaga dan biaya

yang besar dalam menghasilkan karya intelektual tersebut. 45

Hak cipta sebagai hak yang melekat secara deklaratif ketika suatu

ciptaan tercipta, dilindungi secara hukum untuk menjamin hak-hak pencipta

dapat terlaksana. Terutama dari ancaman pembajakan. Pembajakan dapat

dimaknai sebagai penggandaan ciptaan dan atau produk hak terkait secara tidak

43 Ibid.

44 Undang-undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

(48)

46

sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud secara luas untuk

memperoleh keuntungan ekonomi. Keuntungan ekonomi atau penggunaan

secara komersial adalah pemanfaatan ciptaan dan/atau produk hak terkait

dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari berbagai sumber

atau berbayar.46

Sebagai karya yang dilahirkan atas ide dan gagasan yang dimiliki oleh

insan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, maka hak cipta menjadi objek hukum

yang tidak terbatas. Semakin maju peradaban umat manusia semakin

memberikan kemungkinan untuk melahirkan karya-karya cipta yang baru.

Meskipun demikian, secara yuridis normative baik dalam peraturan

undangan yang berlaku secara internasional maupun dalam

perundang-undangan nasional, hak cipta hanya dibatasi oleh tiga hal yakni karya dalam

bidang ilmu pengetahuan, kesenian dan kesusastreraan.47

Dalam Undang-Undang No. 28 tahun 2014, ciptaan yang dilindungi

meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas:

a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil

karya tulis lainnya;

b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya;

c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan;

d. Lagu dan atau musik dengan atau tanpa teks;

(49)

47

e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,

kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;

g. Karya seni terapan;

h. Karya arsitektur;

i. Peta;

j. Karya seni batik atau seni motif lain;

k. Karya fotografi;

l. Potret;

m.Karya sinematografi;

n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,

modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi

budaya tradisional;

p. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan

program komputer maupun media lainnya;

q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan

karya yang asli;

r. Permainan video; dan

s. Program komputer.48

Selain karya-karya yang dilindungi diatas, undang-undang no 28

Tahun 2014 juga mengatur terkait hasil karya yang tidak dilindungi hak cipta.

(50)

48

a. Hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata;

b. Setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data

walaupun telah diungkapkan, dinyatakan, digambarkan, dijelaskan, atau

digabungkan dalam sebuah ciptaan; dan

c. Alat, benda, atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan

masalah teknis atau yang bentuknya hanya ditujukan untuk kebutuhan

fungsional.49

Beberapa perbuatan yang nampaknya bertentangan atau

dikategorisasai melanggar, untuk beberapa alasan perbuatan yang tidak

dianggap sebagai pelanggaran hak cipta yakni:

a. Pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau penggandaan

lambang negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli;

b. Pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau penggandaan segala

sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas nama pemerintah, kecuali

dinyatakan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan, pernyataan

pada ciptaan tersebut, atau ketika terhadap ciptaan tersebut dilakukan

pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau penggandaan;

c. Pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor

berita, lembaga penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lainnya

dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap; atau

d. Pembuatan dan penyebarluasan konten hak cipta melalui media teknologi

informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial dan/atau

(51)

49

menguntungkan pencipta atau pihak terkait, atau pencipta tersebut

menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan penyebarluasan tersebut.

e. Penggandaan, pengumuman, dan/atau pendistribusian potret presiden,

wakil presiden, mantan presiden, mantan wakil presiden, pahlawan

nasional, pimpinan lembaga negara, pimpinan kementerian/lembaga

pemerintah non kementerian, dan/atau kepala daerah dengan

memperhatikan martabat dan kewajaran sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.50

Penggunaan, pengambilan, penggandaan, dan/atau pengubahan suatu

ciptaan dan/atau produk hak terkait secara seluruh atau sebagian yang

substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta jika sumbernya

disebutkan atau dicantumkan secara lengkap untuk keperluan:

a. Pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan

kepentingan yang wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta;

b. Keamanan serta penyelenggaraan pemerintahan, legislatif, dan peradilan;

c. Ceramah yang hanya untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; atau

d. Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan

ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta.51

50 Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan…, 210.

Referensi

Dokumen terkait

sama sehingga pencarian data pinjaman dan angsuran menjadi tidak efektif. Mengingat akan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi dalam proses koperasi simpan pinjam ini,

Jika Anda menyambungkan Stasiun Docking Thunderbolt Dell WD19TBS ke sistem Dell yang didukung, tombol dock berfungsi seperti tombol daya sistem Anda dan Anda dapat menggunakannya

41 1806546 Avida Camila Zahra Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP 42 1807962 Asma Haifa Nurul Adilah Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK 43 1807651 Muhammad Husnan Fadhli Pendidikan

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap pengembangan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) validitas modul berbasis multirepresentasi termasuk dalam kategori

Dalam pelaksanaannya juga terdapat kendala atau permasalahan yang dihadapi guru yaitu, (Orientasi) masalah waktu yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran apabila siswa

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu penjelasan materi, belajar dalam kelompok, penilaian,

1) Orientasi kepada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya,

Disarankan kepada guru fisika, dalam menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan pendekatan multi kecerdasan, guru harus benar-benar dapat menarik