• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KAJIAN KITAB TARGHIB WA TARHIB DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SHALAT WAJIB PADA REMAJA DI DESA KLOPOSEPULUH KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KAJIAN KITAB TARGHIB WA TARHIB DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SHALAT WAJIB PADA REMAJA DI DESA KLOPOSEPULUH KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SIDOARJO."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAKS

Muh. Namiruddin Naqiy (B53213059), Hubungan Antara Bimbingan Konseling Islam melalui kajian Kitab Targhib wa Tarhib dengan Tingkat Kedisiplinan Shalat Wajib pada Remaja di Desa Kloposepuluh, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo.

Fokus permasalahan yang diteliti dalam penelitian skripsi ini ada dua, yaitu bagaimana proses Bimbingan dan Konseling Islam melalui kajian Kitab Targhib wa Tarhib serta bagaimana hubungannya dengan tingkat kedisiplinan shalat wajib pada remaja.

Untuk menjawab permasalahan proses dan hubungan tersebut, peneliti menggunakan tahapan bimbingan dan konseling secara umum. Sementara untuk membuktikan apakah ada hubungan kajian kitab tersebut terhadap tingkat kedisiplinan melaksanakan shalat wajib pada remaja, maka peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan uji rumus chi kuadrat untuk mengetahui ada atau tidak hubungannya dan uji rumus yulis’Q untuk mengetahui tingkat signifikansi korelasi. Objek penelitian ini adalah para remaja di karang taruna di Desa Kloposepuluh bagian Dusun Wonokoyo, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo.

Pada uji kemaknaan hubungan, digunakan nilai signifikan 5% dan df nya adalah satu, maka angka yang diperoleh dari tabel chi kuadrat adalah 3,84. Dengan ini menentukan keputusan uji statistik dengan cara membandingkan �2 hitung dengan

�2 tabel. Setelah dilakukan rumus chi kuadrat, 2 hitung > 2 tabel yang diperoleh adalah 4,19 > 3,87. Artinya kedisiplinan melaksanakan shalat wajib yang telah tertanam pada remaja, ada hubungannya dengan keyakinan remaja terhadap targhib

dan tarhib, atau pahala dan ancaman tentang shalat yang telah diberikan oleh Allah SWT sesuai yang dituangkan di Kitab Targhib wa Tarhib.

Dari hasil uji signifikansi korelasi diperoleh nilai Q= 0,30, setelah dikonsultasikan dengan konvensi nilai- nilai Q, nilai Q = 0,30 terletak antara +0,30 - +0,49 dengan arti penafsiran hubungan positif dengan tingkat signifikansi yang sedang.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 8

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 8

2. Populasi dan Sampel ... 9

3. Variabel dan Indikator Penelitian ... 10

4. Definisi Operasional ... 14

5. Teknik Pengumpulan Data ... 19

6. Teknik Analisis Data ... 21

F. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 26

1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 26

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam ... 26

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam ... 27

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam ... 30

d. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling Islam ... 31

2. Kitab Targhib wa Tarhib ... 33

a. Pengertian Targhib wa Tarhib ... 33

b. Biografi Pengarang ... 34

c. Latar Belakang Penyusunan Kitab Targhib wa Tarhib ... 35

d. Sistematika Pembahasan Kitab Targhib wa Tarhib ... 37

e. Isi Kitab Shalat dalam Kitab Targhib wa Tarhib ... 39

3. Kedisiplinan Shalat ... 44

a. Pengertian Kedisiplinan Shalat ... 44

b. Faktor Kedisiplinan Shalat ... 47

c. Aspek-aspek Kedisiplinan Shalat... 49

4. Remaja ... 56

(8)

b. Remaja Awal ... 58

c. Remaja Akhir ... 60

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 62

C. Hipotesis ... 64

Bab III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Desa Kloposepuluh ... 65

1. Keadaan Geografi dan Demografi ... 65

2. Keadaan Sosial Ekonomi ... 67

3. Keadaan Sosial Keagamaan ... 68

4. Profil Karang Taruna Desa Kloposepuluh bagian Dusun Wonokoyo ... 69

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 71

1. Variabel Kitab Targhib wa Tarhib ... 71

2. Variabel Kedisiplinan Shalat ... 74

a. Operasional Konsep ... 74

b. Indikator Perilaku ... 75

c. Blueprint ... 76

d. Penskalaan ... 76

C. Uji Keabsahan Instrumen ... 77

1. Uji Validitas Data ... 78

2. Uji Reliabilitas Data ... 80

D. Pengujian Hipotesis ... 81

BAB IV: ANALISIS DATA A. Analisis Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan melalui Kitab Targhib wa Tarhib pada Remaja di Desa Kloposepuluh ... 86

1. Identifikasi Masalah ... 86

2. Diagnosis ... 88

3. Prognosis ... 89

4. Treatment ... 89

5. Follow Up ... 91

B. Analisis Pengujian Hubungan Bimbingan dan Konseling Islam melalui Kitab Targhib wa Tarhib dengan Tingkat Kedisiplinan Shalat Wajib pada Remaja di Desa Kloposepuluh ... 91

1. Penyajian Data ... 91

2. Pengujian Hipotesis ... 98

3. Intrepertasi Hasil ... 101

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu pandangan teoritis tentang remaja di dalam Ilmu Psikologi oleh Psikolog G. Stanley Hall adalah “adolescence is a time of storm and stress”. Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan

jiwa”, yaitu masa di mana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual,

emosional, dan spiritual pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dalam bahasa kekinian, masa remaja biasa disebut masa labil, yaitu masa dimana segala faktor dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga menjadikan pola pikir dan tingkah laku yang sering berubah-ubah dalam waktu yang relatif singkat.

(10)

2

mampu berkembang baik dalam spiritual menurut agama islam yaitu bisa di nilai dari kedisiplinan mereka dalam melaksanakan sholat wajib yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Shalat adalah salah satu ibadah yang diwajibkan kepada setiap muslim untuk mengerjakannya, adapun konsekuensinya adalah berupa pahala bagi yang mengerjakannya, dan berdosa bagi yang meninggalkan. Tujuan syara’ menetapkan kewajiban shalat atas orang muslim ialah agar selalu mengingat Allah swt.1 Sebagaimana firman Allah swt:

ٓي ِنَنِإ

ٓ

اَن

أ

َ

ٓٱ

ٓه َّ

ٓ

ٓي

َ

ل

ٓ

ٓ َلِإ

َٓهٓ

ٓي

َ

لِإ

ٓ

ٓ اَن

َ

أ

َٓٓف

ٱ

ٓ ع

ٓ دهب

ِٓن

ٓ

ِٓ ِق

َ

أَو

ٓٱ

ٓ وَ َصل

َٓةٓ

ٓ

كِ ِِ

ٓييِر

ٓ١٤

ٓ

[

ةروس

ٓ

هط

,

١٤

]

Artinya: Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Q.S. Taha: 14).2

Ayat di atas menjelaskan bahwasanya Allah menjelaskan wahyu yang terpenting yang disampaikan kepada Musa adalah sesungguhnya kewajiban pertama yang dibebankan kepada orang mukallaf ialah mengetahui, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata dan Dia tidak mempunyai sekutu. Setelah mengetahui bahwa Allah adalah Tuhan yang Haq dan tidak ada sesembahan selain Dia, maka Allah memerintah untuk beribadah hanya kepada-Nya, dan tunduk kepada seluruh apa yang di bebankan-Nya kepada makhluknya. Yaitu lakukanlah shalat menurut aturan yang telah Allah perintahkan kepadamu dengan memenuhi rukun dan syaratnya, agar di dalam shalat itu kamu mengingat Aku (Allah) dan berdoa kepada-Nya dengan doa yang tulus dan

1Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 22

(11)

3

bersih tanpa di campuri syirik dan tidak menghadapkan diri kepada selain-Nya.3

Shalat merupakan salah satu sarana pembentukan kepribadian remaja. Kepribadian seseorang perlu dibentuk sepanjang hayatnya, dan pembentukannya bukan pekerjaan yang mudah. Shalat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan secara konsisten, dan dalam waktu yang telah ditentukan. Adapun hikmah dibalik ketentuan waktu shalat adalah agar seorang muslim tidak berlengah-lengah dan terus berdisiplin diri.4

Dengan demikian, dalam shalat terkandung makna pembinaan pribadi yaitu dapat terhindar dari perbuatan dosa dan kemungkaran. Oleh karenanya orang yang melakukan shalat hidupnya akan terkontrol dengan baik. Kemudian orang yang selalu beriman dan senantiasa hatinya ingat kepada Allah SWT hatinya akan selalu merasa tentram. Selain itu, shalat yang merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim sesuai dengan waktu yangtelah ditentukan, merupakan bentuk latihan yang sempurna dalam membangkitkan kesadaran kedisiplinan dalam menjalankan perintah Allah SWT.

Survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) bersama Goethe Institute menunjukkan kaum muda muslim cukup rendah dalam menjalankan kewajiban salat 5 waktu dan membaca Al Quran. Namun, mereka menjunjung tinggi nilai-nilai konservatif. Hal ini terungkap dalam survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) bersama Goethe Institute yang disampaikan Direktur LSI, Burhanudin

3Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: Karya Toha Putra Semarang, 1993), Juz XVI, hal. 177

(12)

4

Muhtadi, dalam jumpa pers di Goethe Institute, Jalan Sam Ratulangi, Jakarta Pusat, pada Selasa 14 Juni 2011. Survei bertema "Tata nilai, impian, cita-cita pemuda muslim di Asia Tenggara" ini diadakan di 33 provinsi di Indonesia dengan 1.496 responden yang berusia 15-25 tahun. Responden berpendidikan SD hingga perguruan tinggi. Survei dilakukan dengan wawancara langsung 18-26 November 2010. Survei menunjukkan kaum muda Islam yang selalu menunaikan salat 5 waktu (28,7 persen), yang sering salat 5 waktu (30,2 persen), yang kadang-kadang salat 5 waktu (39,7 persen), yang tidak pernah salat 5 waktu (1,2 persen). Untuk yang selalu salat 5 waktu dan membaca Al Quran ternyata cukup rendah. Walau nilai-nilai konservatif masih dipegang tinggi di Indonesia, papar Burhanudin.5

Melihat fenomena yang terjadi sekarang banyak remaja yang tidak disiplin dalam menunaikan shalat, bahkan banyak yang mengabaikannya karena mereka tidak mengetahui akan kewajibannya melaksanakan shalat serta hikmah yang terkandung dalam shalat itu sendiri. Ketidaktahuan mereka kebanyakan di latar belakangi oleh awamnya terhadap ilmu tentang shalat. Oleh karena itu, penyampaiannya tentang kewajiban shalat, keutamaan dan ancaman shalat sangatlah perlu agar meningkatkan kesadaran remja untuk melaksanakan shalat.

Para ulama berpendapat bahwa memahami hadits yang berupa keutamaan dalam beribadah bisa dijadikan motivasi kita dalam beribadah.

(13)

5

Namun, motivasi meraih keutamaan pahala shalat dan menghindar dari ancaman meninggalkan shalat sebaiknya tidak dijadikan sebagai tujuan beribadah, melainkan tujuan utama kita beribadah adalah mendapatkan ridho dari Allah SWT. Dalam beberapa pesantren di Indonesia sebagai lembaga yang mengajarkan ilmu agama menggunakan Kitab Targhib wa Tarhib untuk meningkatkan motivasi beribadah seorang muslim.

Kitab Targhib wa tarhib merupakan karya dari seorang ahli hadis yang bernama lengkap Imam Al-Hafid Zakiyuddin Abdul-‘Adzim bin Abdul-Qowi Al-Mundziri, berkebangsaan Syam kemudian pindah ke Mesir.6 Penyusunan kitab ini didasari atas permasalahan-permasalahan yang ditanyakan beberapa siswa yang menanyakan tentang cita-cita yang paling tinggi dari seorang yang Zuhud dan selalu mendekatkan diri pada Allah. Menanggapi permasalahan ini kemudian Al-Mundziri mengumpulkan hadis-hadis yang berisi Kitab Targhib wa Tarhib tanpa memperpanjangnya dengan menyebutkan sanad atau memperbanyak ta’wil. Kitab Targhib wa Tarhib adalah kitab yang secara spesifik membicarakan tentang anjuran dan janji-janji Allah terhadap umat manusia yang taat kepadanya, dan larangan serta ancaman Allah terhadap siapa saja yang tidak taat terhadap perintah Allah.7

Kajian dalam bab shalat khususnya pada kitab Targhib wa Tarhib akan sangat membantu dalam meningkatkan kedisiplinan melaksanakan shalat wajib karena berisi tetang ulasan pahala melaksanakan shalat dan ancaman

6Imam Hafidz Zaqqiuddin bin Abdul Qowi Al Mundziri, Targhib wa Tarhib, (Mesir: Dar ul Ulum, tth), hal. 24.

(14)

6

meninggalkannya. Oleh karena itu, dalam rangka membantu remaja untuk berkembang dengan baik dalam aspek spritualitasnya dan menjawab alasan para remaja yang mereka malas dan tidak tahu akan kewajibannya melaksanakan sholat wajib, peneliti merasa perlu melakukan konseling dengan media kajian kitab Targhib wa Tarhib. Setelah itu peneliti akan menghubungkan antara konseling yang telah dilaksanakan dan tingkat kedisiplinan shalat para remaja. Maka, penelitian yang akan diangkat oleh peneliti dalam bentuk skripsi mendatang adalah “Hubungan Antara Bimbingan Konseling Islam melalui Kajian Kitab Targhib Wa Tarhib

dengan Tingkat Kedisiplinan Shalat Wajib pada Remaja di Desa

Kloposepuluh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang penelitian di atas, maka peneliti rumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Adakah hubungan antara bimbingan konseling islam melalui kajian kitab

Targhib wa Tarhib dengan tingkat kedisiplinan shalat wajib pada remaja di Desa Kloposepuluh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo?

2. Seberapa kuat hubungan antara bimbingan konseling islam melalui kajian kitab Targhib wa Tarhib dengan tingkat kedisiplinan shalat wajib pada remaja di Desa Kloposepuluh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

(15)

7

1. Untuk mengetahui hubungan antara bimbingan konseling islam melalui kajian kitab Targhib wa Tarhib dengan tingkat kedisiplinan shalat wajib pada remaja di Desa Kloposepuluh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara bimbingan konseling islam melalui kajian kitab Targhib wa Tarhib dengan tingkat kedisiplinan shalat wajib pada remaja di Desa Kloposepuluh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bisa membantu memperkaya khazanah keilmuan baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu di antaranya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan penelitian (referensi) terhadap ilmu pengetahuan terkait penggunaan kitab Targhib wa Tarhib sebagai media konseling untuk meningkatkan kedisiplinan melaksanakan shalat wajib pada remaja. 2. Manfaat Praktis

(16)

8

b. Bagi subyek penelitian: Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai instrument untuk meningkatkan kesadaran dalam melaksanakan kewajiban bagi muslim dalam rukun islam yaitu shalat.

c. Bagi mahasiswa umum: Penelitian ini bisa dijadikan sebagai contoh konkrit pengaplikasian bimbingan konseling islam dengan media kajian kitab Targhib wa Tarhib dalam meningkatkan kedisiplinan melaksanakan shalat wajib beserta hubungannya yang kuat.

E. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang akan digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah pendekatan penelitian kuantitatif. Di mana penelitian kuantitatif sendiri adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.8

Sedangkan jenis penelitian ini adalah korelasional, yaitu untuk mengetahui hubungan.9 Peneliti jenis ini berusaha menghubungkan suatu variabel dengan variabel yang lainnya untuk memahami suatu fenomena dengan cara menentukan tingkat atau derajat hubungan di antara variabel-variabel tersebut.

8S. Margono, Metodologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hal. 105

(17)

9

2. Populasi dan Sampel a) Populasi

Secara etimologi dapat diartikan penduduk atau orang banyak yang memiliki sifat universal.10 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.11 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang tergabung dalam karang taruna bagian Dusun Wonokoyo dari Desa Kloposepuluh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

b) Sampel

Adalah sebagian dari subyek penelitian, dipilih dan dianggap mewakili keseluruhan sampel.12 Adapun dalam metode pengambilan sampel, peneliti berpedoman pada pernyataan Suharsimi Arikunto yang berbunyi: “Apabila subyek penelitian kurang dari 100 orang, lebih baik

diambil semuanya, sehingga penelitiannya adalah populasi. Akan tetapi subyeknya lebih dari 100 orang, maka diperbolehkan mengambil sampel 10% - 15% atau lebih 20% - 25% atau lebih.13 Jadi dalam penetian ini, saya mengambil 30 anggota karang taruna sebagai populasi, sehingga teknik samplingnya tidak ada dalam penelitian ini.

10Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hal. 60

11Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 80

(18)

10

3. Variabel dan Indikator Penelitian a) Variabel

Variabel dalam penelitian perlu ditentukan agar alur hubungan dua atau lebih variabel dalam penelitian dapat dipastikan secara tegas dan jelas. Persetujuan variabel dalam suatu penelitian berkisar pada variabel bebas, variabel terikat, maupun variabel kontrol. Setelah itu ditentukan variabel penelitian.14

Dalam penelitian ini hanya terdapat dua variabel, yaitu varibel X dan variabel Y, yang mana Variabel X (variabel bebas) adalah Bimbingan Konseling Islam melalui Kajian Kitab Targhib wa Tarhib

sedangkan variabel Y (variabel terikat) adalah tingkat kedisiplinan shalat wajib pada remaja.

b) Indikator Penelitian

Adalah alat ukur variabel yang berfungsi mendeteksi secara penuh variabel yang diukur.

Indikator Penelitian Variabel X

Tabel 1.1

No Sub Variabel/Aspek Indikator Penelitian

1 Kunci surga

Membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat

Dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar

(19)

11

2 Menghilangkan kesempitan hidup

Dipermudah segala urusan oleh Allah

Tidak merasa sumpek jika di coba oleh Allah

3 Menghilangkan siksa kubur

Selalu berdoa agar khusnul khotimah

Ingat mati ketika melihat kubur Dipermudah menjawab pertanyaan dalam kubur

4

Memberikan catatan amalnya dengan tangan kanan

Segala perbuatan dicatat baik oleh malaikat pencatat amal Selalu merasa terawasi dalam segala perbuatannya

5 Masuk surga tanpa hisab

Segala perbuatan mencerminkan sebagai ahli surga

Tidak lalai dalam urusan hak adami

6 Dicabut berkah umurnya

Tidak lebih baik dalam setiap umurnya

Banyak membuang waktu sia-sia Tidak memanfaatkan waktunya dengan sebaik mungkin

7 Dihapus tanda-tanda sholeh dalam wajahnya

Wajahnya terasa kusam

Mahal senyum kepada semua orang

(20)

12

8 Allah tidak memberi pahala pada setiap amalnya

Tidak ada kenikmatan iman dalam melakukan ibadah

Mudah lelah dalam

melaksanakan ibadah

9 Doanya tertolak

Tidak dikabulkan seluruh doanya

Memaksa allah agar segera mengabulkan doanya

10 Tidak ada baginya doa dari orang-orang sholeh

Tidak suka dengan orang sholeh Menjauh dari orang-orang sholeh

Menghiraukan nasehat dari ulama

11 Ruhnya keluar tanpa iman

Menyepelekan sakaratul maut Tidak takut mati

12 Mati dalam keadaan hina, lapar, ataupun, haus

Ketika maksiat tidak takut mati Muncul keinginan bunuh diri ketika banyak masalah

13 Menyempitnya liang kubur

Tidak takut siksa kubur

Menyepelekan adanya alam kubur

14 Disulut api dan diterkam ular di dalam kubur

Percaya tidak ada makhluk lain yang menyiksa kita di alam kubur

Tidak takut sulit menjawab pertanyaan kubur

15

Allah tidak akan melihat padanya dengan kasih sayang

(21)

13

16 Masuk neraka lam lam

Tidak takut masuk neraka Beranggapan bahwa di neraka tidak kekal

Indikator Penelitian Variabel Y

Tabel 1.2

No Sub Variabel/Aspek Indikator Penelitian

1 Menetapi syarat dan rukun shalat

Gemar menyempurnakan segala amalan dalam shalat

Berhati-hati dalam setiap menjalankan rukun dan syarat shalat

Memperhatikan semua aspek dalam rangkain shalat agar diterima shalatnya

2 Khusyu’

Menghadirkan hati yang penuh ikhlas dalam shalat

Tidak memikirkan apapun ketika shalat

Shalat sebagai sarana bertemu dengan Allah

3 Tepat waktu

Shalat pada awal waktu

Mencari keutamaan waktu dalam shalat

Khawatir jika terlambat melaksanakan shalat

(22)

14

4 Konsisten

Tidak pernah lalai dalam melaksanakan sholat 5 waktu Cemas jika meninggalkan shalat Mengutamakan shalat daripada urusan lainnya

4. Definisi Operasional

a. Bimbingan Konseling Islam

Menurut Aunur Rahim Faqih, bimbingan konseling islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan petunjuk dari Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat.15

Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.16

Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M.Pd dalam bukunya Drs. Syamsul Munir Amin, M.A menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu,

15

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogjakarta: UII Press, 2004), hal. 04

16

(23)

15

dan sistematis, kepada setiap individu agar dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam Al Qur’an dan Al Hadits Rasulullah Saw kedalam dirinya, sehingga dapat

hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Al Hadits.17

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan berupa bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga dalam hidupnya dapat bahagia di dunia maupun di akhirat dan mendapat petunjuk dari Allah SWT.

b. Kitab Targhib wa Tarhib

Targhib berasal dari kata dasar raghiba yang jika dikaitkan dengan fi memiliki arti gembira, cinta atau sesuatu yang disukai, tetapi jika dikaitkan dengan ‘an, maka artinya benci.18

Menurut pengertian lain Targhib memiliki arti mendorong atau memotivasi diri untuk mencintai kebaikan.19 Tarhib diartikan

17

Drs. Syamsul Munir Amin M.A, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : AMZAH, 2010), hal.23

18Louis Ma’luf Yusa’I, Al-Munjid Fi Al-Lughah wa ‘Alam, (Beirut : Lebanon, Al-katulikiah, 1965), hal. 168

(24)

16

menimbulkan perasaan takut yang hebat kepada orang lain.20 Abdurrahman an-Nahlawi mengemukakan, Targhib adalah janji yang disertai dengan bujukan dan membuat senang terhadap sesuatu maslahat, kenikmatan atau kesenangan akhirat yang pasti baik, serta bersih dari segala kotoran yang kemudian diteruskan dengan melakukan amal saleh dan menjauhi kenikmatan sepintas yang mengandung bahaya atau perbuatan yang buruk.

Sedangkan Tarhib adalah ancaman dengan siksaan sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang Allah SWT, atau akibat lengah dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah, dengan kata lain Tarhib adalah ancaman dari Allah yang dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa takut pada hambanya dan memperlihatkan sifat-sifat kebesaran dan keagungan Ilahiyah, agar mereka selalu berhati-hati dalam bertindak serta melakukan kesalahan dan kedurhakaan.21

Kitab Targhib wa Tarhib adalah kitab yang secara spesifik membicarakan tentang anjuran dan janji-janji Allah terhadap umat manusia yang taat kepadanya, dan larangan serta ancaman Allah terhadap siapa saja yang tidak taat terhadap perintah Allah. Isi dari keseluruhan pembahasan dalam kitab Targhib wa Tarhib ini tidak menjelaskan secara khusus mengenai pendidikan pada umumnya,

20Muhammad Thalib, Pendidikan Islam metode 30 T, hal. 156

21Abdurrahman an-Nahlawi, Ushulut Tarbiyatil Islamiyah wa Aslibuha, terj. Herry Noer

(25)

17

bahkan hanya beberapa hadis saja yang membicarakan tentang pendidikan, namun metode yang digunakan sesuai dengan metode pendidikan atau proses belajar mengajar, baik yang secara formal maupun nonformal. Hafidz Al-Mundziri dalam kitab ini berusaha untuk menjelaskan kepada umat Islam tentang seberapa penting beribadah yang sesuai dengan ketentuan yang ada dalam hadis nabi, sehingga ibadah itu menjadi ibadah yang tertib dan dapat merubah dan mempengaruhi prilaku kehidupan umat Islam sehari-hari. Untuk itu dalam konteks ini Hafidz Al-Mundziri menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan sebuah perbuatan dengan memberikan penghargaan bagi yang melaksanakan secara taat dan memberi hukuman bagi yang melanggar tata aturan baku yang telah ditetapkan oleh syari'at.

c. Kedisiplinan Shalat

Berkaitan dengan disiplin shalat, pengertiannya dapat disimpulkan sebagai ibadah yang berupa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, dikerjakan sesuai dengan syarat-syarat tertentu, teratur, dan dalam ketentuan jadwal shalat, atau aturannya. Seorang muslim yang shalat dianjurkan

agar khusyu‟, merendahkan hati, memerhatikan sepenuhnya dengan

(26)

18

menjalankan, konsisten dalam menjaga waktu-waktu shalat, dan tepat waktu.

d. Remaja

Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.

Istilah ini mempunyai arti yang lebih luas, mencangkup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.22 Apabila digolongkan sebagai anak-anak maka golongan remaja sudah melewati masa tersebut, tetapi bila digolongkan dengan orang dewasa juga masih belum sesuai. Oleh karena itu banyak istilah golongan remaja ini dirasakan tumpang tindih pengertiannya. Istilah lain yang sering digunakan adalah menurut Rumini dan Sundari H.S, dimana masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.23

Hurlock juga menambahkan definisi masa remaja dengan menggunakan ciri-ciri tertentu yang dapat membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya, yaitu : Masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai periode perubahan, masa remaja sebagai usia yang bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari identitas, masa remaja sebagai usia

22Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Edisi Kelima, (Jakarta : Erlangga, 1980), hal. 156

(27)

19

yang menimbulkan ketakutan, masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, dan yang terakhir yaitu masa remaja sebagai ambang masa dewasa.24

Menurut Mappiare dalam bukunya Psikologi Remaja, dapat disimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris dari segi psikologis, rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 sampai 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, maka remaja awal berada dalam dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun, dan remaja akhir dalam rentangan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun.25

5. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti dalam penelitian mendatang adalah sebagai berikut:

a) Interview (Wawancara)

Pada teknik ini peneliti akan menggunakan interview terstruktur karena peneliti bisa mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh. Caranya adalah dengan menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Para responden akan diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

24Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Edisi Kelima, hal. 160

(28)

20

b) Kuesioner (Angket)

Memberikan butir-butir pertanyaan kepada responden yang telah dipilih dan kemudian diminta untuk menjawabnya adalah suatu hal yang umum dilakukan oleh penelitian kuantitatif, termasuk pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti saat ini. Kuesioner yang akan dipilih adalah kuesioner tertutup sebagai instrument penelitian, dengan pertimbangan keterbatasan penulis dalam hal waktu, tenaga dan biaya. Alasan lainnya adalah dengan menggunakan angket tertutup, maka responden akan lebih mudah menemukan jawaban dari pertanyaan yang disediakan.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket model skala likert, adapun skor yang dipakai untuk tiap-tiap item jawaban sebagai berikut:

Favourable Unfavourable

SS = Sangat Sesuai = 5 S = Sesuai = 4

N = Netral = 3

TS = Tidak Sesuai = 2

STS = Sangat Tidak Sesuai = 1

SS = Sangat Sesuai = 1 S = Sesuai = 2

N = Netral = 3

TS = Tidak Sesuai = 4

STS = Sangat Tidak Sesuai = 5

c) Observasi

(29)

21

telinga, dan perasaan. Dengan melihat fakta-fakta fisik dari obyek yang akan diteliti dan mendapat masukan dari pihak-pihak terkait didalam penelitian ini akan memperkuat kualitas sebuah penelitian. Fakta-fakta dan informasi yang diperoleh secara langsung di lapangan, kesemuanya dicatat dan dirangkum untuk dijadikan data sekunder sebagai pendukung data primer yang diperoleh dari hasil jawaban responden melalui angket.

Sementara model observasi yang akan digunakan oleh peneliti dilihat berdasarkan instrumentasinya adalah observasi berperan serta (participant observation) dan sekaligus terstuktur.26

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Sebab dari hasil itu dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah diajukan peneliti.

Sedangkan langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Memeriksa (Editing)

Hal ini dilakukan setelah semua data yang kita kumpulkan melalui kuesioner atau angket atau instrumen lainnya. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memeriksa kembali semua kuesioner tersebut satu persatu. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk

(30)

22

mengecek, apabila terjadi kesalahan maka responden diminta untuk mengisi angket kembali.

b) Memberi Tanda Kode (Coding)

Memberi tanda kode terhadap pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan. Hal ini, dimaksudkan untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa.

c) Tabulasi Data

Tabulasi data dilakukan, jika semua masalah editing dan coding kita selesaikan. Artinya tidak ada lagi permasalahan yang timbul dalam editing dan coding atau semuanya telah selesai dan Ok.

[image:30.595.143.517.239.528.2]

Analisis perhitung rumus-rumus statistik dengan menggunakan tabel data. Ragam tabel data disesuaikan dengan kebutuhan komponen rumus tersebut. Dengan demikian, rumus perhitungan analisis rumus-rumus tersebut hanya dilakukan dalam tabel itu.27

Pada saat menganalisa data tersebut, penulis menggunakan rumus chi kuadrat untuk uji hubungan dan yules’Q untuk uji korelasi dan signifikan. Rumus yang digunakan untuk mengetahui normalitas data penelitian adalah rumus chi kuadrat, yaitu:

�2 = � − 2

+ + + +

Keterangan:

X = Chi kuadrat

(31)

23

N = Jumlah sampel

a,b,c,d = Angka yang diperoleh dari tabel

Rumus yang digunakan untuk uji korelasi dan signikan adalah rumus yules’Q, yaitu28:

� = � − �� + �

Keterangan:

� = Nilai Yules’Q yang dicari

A, B, C, D

= Bilangan yang diperoleh dalam kotak A, B, C, dan D.

F. Sistematika Pembahasan

Tujuan Sistematika Pembahasan turut serta ditulis dalam Bab I ini adalah semata-mata untuk mempermudah pembaca agar lebih cepat mengetahui tentang gambaran penulisan penelitian ini.

Adapun sistematika pembahasan penelitian adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian yang meliputi; Pendekatan dan Jenis Penelitian, Populasi dan Sampel, Variabel dan Indikator Penelitian, Definisi Operasional, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis

(32)

24

Data, serta dalam bab satu ini berisi tentang Sistematika Pembahasan.

Bab II : Berisi Tinjauan Pustaka yang meliputi: Kerangka Teoritik, tentang Bimbingan Konseling Islam, yang terdiri dari: Pengertian Bimbingan Konseling Islam, Tujuan Bimbingan Konseling Islam, Fungsi Bimbingan Konseling Islam, dan Asas-asas Bimbingan Konseling Islam. Kemudian tentang Kajian Kitab Targhib wa Tarhib, yang terdiri dari: Pengertian

Targhib wa Tarhib, Biografi Pengarang, Latar Belakang Penyusunan Kitab, Sistematika Pembahasan Kitab dan

Targhib wa Tarhib dan Isi Kitab Shalat dalam Kitab Targib wa Tarhib, dalam bab shalat. Kemudian tentang Kedisiplinan Shalat yang meliputi: Pengertian Kedisiplinan Shalat, Tujuan Kedisplinan Shalat dan Aspek-aspek dalam Kedisiplinan Shalat. Terakhir tentang Remaja meliputu: Pengertian Reamaj, Remaja Awal, dan Remaja Akhir. Dalam bab ini juga terdapat Penelitian Terdahulu yang Relevan. , serta Hipotesis Penelitian.

Bab III : Berisi Penyajian Data yang membahas tentang Deskripsi Umum Objek Penelitian. Deskripsi Hasil Penelitian Hubungan Bimbingan Konseling Islam Melalui Kajian Kitab

(33)

25

pada Remaja. Bab ini juga di dalamnya terdapat Pengujian Hipotesis.

Bab IV : Berisi Proses Bimbingan Konseling Islam memalui Kajian Kiatb Targhib wa Tarhib dan Analisis Hasil Penelitian yang membahas tentang Penyajian Data, Pengujian Hipotesis, dan Intrepertasi Hasil.

(34)

26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Menurut Aunur Rahim Faqih, bimbingan konseling islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan petunjuk dari Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat.29

Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.30

Sedangkan menurut Hallen A, dalam bukunya Syamsul Munir Amin, menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis, kepada setiap individu agar dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal

dengan-29Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,(Yogyakarta: UII Press, 2004), hal. 4

(35)

27

cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam Al Qur’an dan Al Hadits Rasulullah Saw kedalam dirinya, sehingga dapat

hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Al Hadits.31 Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan berupa bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga dalam hidupnya dapat bahagia di dunia maupun di akhirat dan mendapat petunjuk dari Allah SWT.

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Tujuan umum bimbingan konseling islam adalah membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. dan tujuan khusus adalah membantu individu agar tidak menghadapi masalah, membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap menjadi baik dan menjadi lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi diri sendiri dan orang lain.32

31Drs. Syamsul Munir Amin M.A,Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : AMZAH, 2010), hal.23

(36)

28

Tujuan ini juga sekaligus membedakan Bimbingan Konseling Islam dengan bimbingan dan konseling umumnya yang tidak melekatkan sisi nilai spiritualis dan masalah keselamatan akhir manusia di akhirat.33

Menurut, Yusuf dan Nurihsan, menyebutkan tujuan umum konseling Islam adalah agar individu menyadari jati dirinya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi, serta mampu mewujudkannya dalam beramal saleh dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. dan dijelaskan lebih rinci tujuan khusus Bimbingan Konseling Islam itu sendiri adalah membantu individu agar memiliki sikap, kesadaran, pemahaman, atau perilaku sebagai berikut:

1) Memiliki kesadaran akan hakikat dirinya sebagai makhluk atau hamba Allah

2) Memiliki kesadaran akan fungsi hidupnya sebagai khalifah

3) Memahami dan menerima keadaan dirinya sendiri secara tepat guna (baik kelebihan maupun kekurangan)

4) Senantiasa berkomitmen terhadap dirinya sendiri untuk selalu mengamalkan ajaran agama dengan sebaik-baiknya; baik yang bersifat Hablumminallah, maupun Habluminannas

5) Agar dapat memahami berbagai macam masalah dan menghadapinya secara wajar, tabah dan sabar

6) Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya stres

(37)

29

7) Mampu mengubah persepsi atau minat

8) Mampu mengambil hikmah atau makna dibalik musibah atau masalah yang sedang dialami

9) Mampu mengontrol emosi dan meredamnya dengan melakukan intropeksi.34

Sementara M. Arifin mengemukakan tujuan Bimbingan dan Konseling Islam adalah membantu klien supaya memiliki religious reference (sumber pegangan agama) dalam pemecahan problem-problem dan membantu klien agar dengan kesadaran dan kemauannya bersedia mengamalkan ajaran agama. sedangkan Lubis menjabarkan Tujuan Bimbingan Konseling Islam sebagai berikut:

1) Membantu manusia agar dapat terhindar dari masalah

2) Membantu klien agar menyadari hakikat diri dan tugasnya sebagi manusia dan hamba allah

3) Mendorong klien untuk tawakkal dan menyerahkan permasalahannya kepada allah tanpa harus kehilanga keaktifan, kreativitas dan keberanian untuk bertindak

4) Mengarahkan klien agar menjadikan allah sebagai sumber memperoleh ketenangan

5) Mengarahkan klien agar mendekatkan dirinya kepada allah dengan setulus-tulusnya

6) Menyadarkan klien akan potensi dan kemampuannya

(38)

30

7) Membantu menumbuhkembangkan kemampuannya agar dapat merencanakan masa depannya

8) Menuntut klien agar mandiri dapat membina keshatan mentalnya dengan menhindari atau membersihkan penyakit hati agar jiwa terasa tentram dan bahagia

9) Mengantarkan klien ke arah hidup yang tenang secara hakiki.35 Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam mengarah pada satu titik yaitu agar tercapainya kehidupan yang bahagia baik dunia maupun akhirat. kebahagiaan tersebut dapat dicapai dengan mengolah mental individu dan mampu mengendalikan dirinya dengan baik agar dapat menerima apapun yang terjadi.

c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam

Sebagaimana fungsi Konseling pada umumnya, fungsi Bimbingan dan Konseling tidak jauh berbeda, Bimbingan Konseling Islam juga mempunyai fungsi:

1) Fungsi preventif atau pencegahan, yakni mencegah terjadinya masalah pada diri individu

2) Fungsi kuratif atau korektif, yakni memecahkan atau menanggulangi masalah yang sedang dihadapi oleh individu

3) Fungsi preservatif dan developmental, yakni memelihara agar keadaan yang tidak baik menjadi baik kembali, dan mengembangkan keadaan yang sudah menjadi lebih baik lagi. Dalam pengertian lain

(39)

31

fungsi developmental ialah membantu individu memperoleh ketegasan nilai-nilai anutannya, mereka kembali pembuatan keputusan yang telah dibuatnya.36

Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam pada intinya ialah mempunyai fungsi membantu individu dalam memecahkan masalahnya sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baginya.

Bimbingan dan Konseling Islam juga sebagai pendorong (motivasi), pemantap (stabilitas), penggerak, dan menjadi pengarah bagi pelaksanaan konseling agar sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan klien serta melihat bakat dan minat yang berhubungan dengan cita-cita yang ingin dicapainya.

d. Asas-Asas Bimbingan Konseling Islam

Anwar Sutoyo mengatakan bahwa dalam layanan Bimbingan Konseling Islam terdapat beberapa asas yang harus dijadikan pedoman bagi para konselor. Adapun asas atau kaidah tersebut adalah:

1) Asas Tauhid. Ketika seorang konselor membantu konseli hendaknya ia mampu menumbuh kembangkan potensi iman pada diri konseli, sekaligus konselor islam juga harus menjauhkan diri konseli dari lubang kemusyrikan.

2) Asas Penyerahan Diri. Manusia hanya makhluk yang mampu mengupayakan segala keinginannya agar tercapai dengan bekerja

(40)

32

keras, cerdas, dan ikhlas. Tapi bagaimana pun keberhasilannya mutlak ada di tangan Allah. Oleh sebab itu, seorang konselor harus menyadari dan mampu memberikan pemahaman kepada konseli bahwa tercapainya segala urusan berada di tangan Allah semata. 3) Asas Syukur. Tidak ada keberhasilan sekecil apapun luput dari

pertolongan Allah. Kita bisa meraihnya karena ada Allah yang telah memabantu kita. Maka, seorang konselor harus mampu membawa konseli senantiasa berterimakasih kepada Allah atas semua keadaan dan kekayaan yang ia miliki.

4) Asas Sabar. Konseli yang datang kepada konselor tentu bermacam-macam baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Masalahnya pun beragam, ada yang ringan, sedang, dan berat. Dalam pemberian layanan konseling seorang konselor harus mampu bersabar, terlebih lagi ketika klien susah dibimbing sehingga hasilnya tidak memuaskan.

5) Asas Hidayah Allah. Hidayah Allah akan diberikan kepada siapapun, kapanpun dan di mana pun. Demikian juga dalam proses bimbingan konseling, kesuksesan konselor memberikan konseling kepada konseli tidak terlepas dari campur tangan Allah.

(41)

33

dzikir sekaligus menganjurkan kepada konseli agar bimbingan yang telah didapat akan terus terpatri dalam jiwa konseli.37

2. KitabTarghib wa Tarhib

a. PengertianTarghib wa Tarhib

Targhib berasal dari kata dasar raghiba yang jika dikaitkan denganfi memiliki arti gembira, cinta atau sesuatu yang disukai, tetapi jika dikaitkan dengan‘an, maka artinya benci.38

Menurut pengertian lain Targhib memiliki arti mendorong atau memotivasi diri untuk mencintai kebaikan.39 Tarhib diartikan menimbulkan perasaan takut yang hebat kepada orang lain.40 Abdurrahman an-Nahlawi mengemukakan, Targhib adalah janji yang disertai dengan bujukan dan membuat senang terhadap sesuatu maslahat, kenikmatan atau kesenangan akhirat yang pasti baik, serta bersih dari segala kotoran yang kemudian diteruskan dengan melakukan amal saleh dan menjauhi kenikmatan sepintas yang mengandung bahaya atau perbuatan yang buruk.41

Sedangkan Tarhib adalah ancaman dengan siksaan sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang Allah SWT, atau akibat lengah dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah,

37Anwar Sutoyo,Bimbingan dan Konseling Islam (Teori dan Praktek), (Semarang : CV Cipta Prima Nusantara, 2007), hal. 22

38Louis Ma’luf Yusa’I,Al-Munjid Fi Al-Lughah wa ‘Alam, (Beirut : Lebanon, Al-katulikiah, 1965), hal. 168

39Muhammad Thalib,Pendidikan Islam metode 30 T,(Bandung : Irsyad Baitus Salam, 1996), hal. 96.

40Muhammad Thalib,Pendidikan Islam metode 30 T, hal. 156

41Abdurrahman an-Nahlawi,Ushulut Tarbiyatil Islamiyah wa Aslibuha,terj. Herry Noer

(42)

34

dengan kata lainTarhib adalah ancaman dari Allah yang dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa takut pada hambanya dan memperlihatkan sifat-sifat kebesaran dan keagungan Ilahiyah, agar mereka selalu berhati-hati dalam bertindak serta melakukan kesalahan dan kedurhakaan.42

b. Biografi Pengarang

Kitab Targhib wa tarhib merupakan karya dari seorang ahli hadis yang bernama lengkap Imam Al-Hafid Zakiyuddin Abdul-‘Adzim bin Abdul-Qowi Al-Mundziri, berkebangsaan Syam kemudian pindah ke Mesir.43 Beliau dilahirkan pada awal bulan Sya’ban tahun 581 H. Seorang imam besar ahli fiqih dan ahli hadits, yang banyak menimba ilmu dari paraulama’-ulama’ lainnya. Belajar ilmu fiqih dari Imam Abi Qasim Abdurrahman bin Muhammad, seorang juru tulis bangsa Quraisy.44 Mendapatkan hadits dari Abi Abdillah Al-Aryaahi, Abdil Mujib bin Zuhair, Muhammad bin Sa’id Al-Ma’muni, Al-Muthohar bin Abi Bakar AlBaihaqi,Rubai’ Al Yaman Al-Hafid dan mentahrij hadis pada Ali Ibnul-Fadlil Al-Muqaddas. Melakukan perjalanan keberbagai kota untuk mencari hadis dari beberapa ulama yang lain, diantaranya di Mekkah beliau mendengarkan hadis dari Abi Abdillah bin Al-Bana’ dan ulama-ulama seangkatan Al-Bana’, kemudian pergi ke Damaskus mendapat hadits dari Umar bin Thabrazad, Muhammad bin Wahhab bin

42Abdurrahman an-Nahlawi,Ushulut Tarbiyatil Islamiyah wa Aslibuha,terj. Herry Noer

Ali, Prinsip-prinsip dan metode Pendidikan Islam, hal. 412

43Imam Hafidz Zaqqiuddin bin Abdul Qowi AlMundziri,Targhib wa Tarhib, (Mesir: Dar ul Ulum, tth), hal. 24.

(43)

35

Asy-Syarif, Hadlar bin Kamil dan Abi Al-Yaman Al-Kindi juga dari daerah lainnya diantaranya Raha, Iskandariyah dan lain sebagainya.45

Imam Hafidz Al-Mundziri meninggal pada tanggal 4 Dzulhijjah 656 H, meninggalkan beberapa karya diantaranya, Muhtashar Shahih Muslim,Muhtashar Sunan Abi DauddanTarghib wa Tarhib.46

Tidak banyak yang dapat diungkap dari biografi Hafidz Al-Mundziri karena sepanjang pencarian belum ditemukan. Biografi ini diambil dari pendahuluan kitab Targhib wa Tarhib yaang diterbitkan oleh Daarul ‘UlumMesir.

c. Latar Belakang Penyusunan KitabTarghib wa Tarhib

Penyusunan kitab ini didasari atas permasalahan-permasalahan yang ditanyakan beberapa siswa yang menanyakan tentang cita-cita yang paling tinggi dari seorang yang Zuhud dan selalu mendekatkan diri pada Allah. Menanggapi permasalahan ini kemudian Al-Mundziri mengumpulkan hadis-hadis yang berisi KitabTarghib wa Tarhib tanpa memperpanjangnya dengan menyebutkan sanad atau memperbanyak ta’wil.47

(44)

36

menjelaskan secara khusus mengenai pendidikan pada umumnya, bahkan hanya beberapa hadis saja yang membicarakan tentang pendidikan, namun metode yang digunakan sesuai dengan metode pendidikan atau proses belajar mengajar, baik yang secara formal maupun nonformal. Hafidz Al-Mundziri dalam kitab ini berusaha untuk menjelaskan kepada umat Islam tentang seberapa penting beribadah yang sesuai dengan ketentuan yang ada dalam hadis nabi, sehingga ibadah itu menjadi ibadah yang tertib dan dapat merubah dan mempengaruhi prilaku kehidupan umat Islam sehari-hari. Untuk itu dalam konteks ini Hafidz Al-Mundziri menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan sebuah perbuatan dengan memberikan penghargaan bagi yang melaksanakan secara taat dan memberi hukuman bagi yang melanggar tata aturan baku yang telah ditetapkan oleh syari'at.

Targhib wa Tarhib merupakan sebuah motivasi dalam berbuat. Tanpa motivasi seseorang tidak mempunyai landasan kekuatan untuk berbuat secara optimal, karena ia tidak mempunyai tujuan hidup. Untuk itu motivasi dalam berbuat tidak boleh dianggap remeh.

(45)

37

karena sedemikian pentingnya upaya motivasi dengan menggunakan

targhibdantarhibini, maka penulis mencoba menyajikan bahasan ini. Selain itu kitab Kitab Targhib wa Tarhib ini merupakan kumpulan hadis yang dinukilkan dari beberapa kitab hadis seperti: kitab Al Mu'attha', karangan Imam Malik, Musnad Imam Ahmad, Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Daud, Al-Marasil (karangan Abu Daud), Jami' Abi Musa al-Tirmidzi, Sunan Nasa'i, Sunan Ibnu Majjah, Mu'jam alKabir, mu'jam al-Wustha, Mu'jam al-Shaghir (karangan Al-Thabari), Musnad Abi Ya'la Al-Mausuli, Musnad Abi Bakar Al-Bazari, Shahih Ibnu Hibban, Shahih Abi Abdillah An-Nasaibury.

Ada beberapa catatan dari Hafidz Al-Mundziri yang memberikan penekanan pada perbedaan antara pengertian targhib dan

tarhib.Targhibitu mengenai, keikhlasan, kebenaran dan niat yang baik, sedangkan tarhib mengenai riya'. Jika targhib itu adalah mengikuti kitab dan sunnah, maka tarhib meninggalkan sunnah, dosa besar dan mengikuti hawa nafsu. Jikatarghibitu adalah memulai suatu perbuatan mulia dan utama, maka tarhib memulai perbuatan yang tercela dan hina. Itulah beberapa inti dari penekanan tentangtarghibdantarhib.48

d. Sistematika Pembahasan KitabTarghib wa Tarhib

Kitab Targhib wa Tarhib terdiri dari empat jilid. Namun ada yang lebih ringkas dalam bentuk kitab matan yang diterbitkan oleh Toha Putra Semarang yang hanya terdiri dari 134 halaman. Bahkan ada

(46)

38

yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ahmad Sunarto dengan judul HaditsAmar Ma’rufdanNahi Munkarditerbitkan oleh Al Miftah Surabaya.

Kitab Targhib wa Tarhib memiliki beberapa pokok bahasan yang terdiri dari:

1) (Kitab tentang Ilmu) 2) (Kitab tentang thaharah) 3) (Kitab tentang shalat) 4) (Kitab tentang zakat) 5) (Kitab tentang puasa) 6) (Kitab tentang jual beli) 7) (Kitab tentang nikah)

8) (Kitab tentang faraidh dan wasiat) 9) (Kitab tentang iddah)

10) (Kitab tentang had atau hukum badan) 11) (Kitab tentang jihad)

12) (Kitab tentang sembelihan-sembelihan)

13)

(Kitab tentang melempar dan perlombaan) 14)

(Kitab tentang pemutusan perkara dan

persaksian-persaksian)

(47)

39

kitab dibagi menjadi lima kelompok yaitu ilmu untuk kelompok pertama, ibadah, muamalah, akhlak dan penanaman aqidah.

e. Isi Bab Shalat dalam KitabTarghib wa Tarhib

:

Firman Allah: Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.49

:

Firman Allah: Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar.50

:

Firman Allah: Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu´.51

:

Rasulullah SAW bersabda: shalat itu tiang agama, barangsiapa meninggalkan shalat, maka sesungguhnya ia merobohkan agama.52

Telah menceritakan kepada kami Husain bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Qorm dari Abu Yahya Al Qottat dari Mujahid dari Jabir bin Abdullah berkata; Rasulullah

(48)

40

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kunci surga adalah Shalat dan kunci Shalat adalah suci" Demikian yang terdapat dalam aslinya dengan nama Hasan, dan yang benar adalah Husain.53

Telah menceritakan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Humaid dari Al Hasan dari seorang laki-laki dari Abu Hurairah dan Daud dari Zurarah dari Tamim Ad-Dari dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Yang pertama kali dihisab dari amalan seorang hamba pada Hari Kiamat adalah shalat. Jika dia melengkapinya, maka akan ditulis secara lengkap. Jika dia tidak melengkapinya, (Allah Azzawajalla) berfirman kepada para Malaikat: 'Lihatlah, apakah kalian mendapatkan amalan sunnah dari hamba-Ku? lengkapilah kewajiban yang kurang dipenuhinya dengan shalat sunnahnya! '. Lalu zakatnya juga dihitung seperti ini, lantas semua amalnya juga."54

(49)

41

,

,

Hadits ini disampaikan baginda Nabi Saw, bahwa Nabi berkata, barangsiapa memelihara shalat maka Allah memuliakannya dengan lima hal: Allah menghilangkan darinya kesulitan dalam hidup, Allah menghilangkan darinya siksa kubur, Allah memberikan buku amalnya dari sebelah kanan, Allah melewatkan dia di atas jembatan Shirotol mustaqim secepat kilat yang menyambar, Masuk ke sorga tanpa hisab. Barang siapa menyia-nyiakan shalat maka Allah menyiksanya dengan lima belas macam siksa, enam diantaranya di dunia, tiga diantaranya di saat kematian, tiga diantaranya di saat masuk ke kubur, tiga diantaranya di saat bertemu tuhannya yaitu di mauqif qiyamah. Adapun enam macam siksa yang terdapat di dunia adalah: Di angkat keberkahan dari umurnya, Di hapus tanda kesholehan dari mukanya, Setiap amal yang di lakukannya tidak di balas Allah, Doánya tidak di angkat ke langit atau tidak di terima, Tidak mendapatkan bagian dari doánya orang-orang soleh, Ruhnya keluar tidak membawa Iman. Adapun tiga macam siksa yang mengenainya ketika mengalami kematian adalah; Dia mati dalam keadaan hina, Mati dalam keadaan sangat lapar Mati dalam keadaan sangat dahaga, apa bila dia meminum air laut maka tidak membuatnya segar. Adapun tiga macam siksa yang mengenainya ketika di alam kubur adalah; Allah menyempitkan kuburnya sehingga tulang-tulang tubuhnya menyatu, Di nyalakan api dalam kuburnya dia di bakar di atas bara api siang dan malam tanpa

(50)

42

(Kuku yang perkasa), Ular ini memukulnya karena dia menyia-nyiakan shalat seta menunda siksa kira-kira waktu shalat. Adapun siksa yang mengenainya ketika bertemu tuhannya adalah ; Apabila matahari terbelah maka datang malaikat kepadanya, di tangan malaikat itu ada rantai yang panjangnya kira-kira 35 meter (1

Diro’= ½ meter), kemudian malaikat itu membelenggukannya

dalam pundaknya, lalu memasukannya pada mulutnya dan mengeluarkan rantai itu dari duburnya seraya malaikat itu berkata, Inilah balasan orang yang menyia-nyiakan kewajiban Allah Swt. Al-Imam Ibnu Abbas ra berkata, Apabila salah satu ikatan dari rantai tersebut jatuh ke bumi maka bumi akan terbakar habis. Kedua Allah tidak melihatnya dengan rahmat dan ketiga Alah tidak mensucikannya serta dia akan mendapatkan siksa pedih. Diriwayatkan, bahwasanya awal mula sesuatu yang berubah menjadi hitam di hari qiyamah adalah muka orang yang meninggalkan shalat. Dan di neraka Jahannam terdapat jurang namanya Lamlam, didalam Lamlam terdapat banyak ular, setiap ular kepalanya seperti sebesar kepala unta, panjangnya jarak satu bulan, dia mengigit orang yang suka meninggalkan shalat hingga bergolak bisa ular tersebut dalam jasadnya selama tujuh puluh tahun, kemudian daging dan kulitnya mengelupas.55

) :

(

;

Dari Abu Mahdzurah bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Permulaan waktu adalah ridlo Allah pertengahannya

adalah rahmat Allah dan akhir waktunya ampunan Allah.”

Dikeluarkan oleh Daruquthni dengan sanad yang lemah.56

(51)

43

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid Hisyam bin 'Abdul Malik berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah berkata, telah mengabarkan kepadaku Al Walid bin Al 'Aizar berkata, Aku mendengar Abu 'Amru Asy Syaibani berkata, "Pemilik rumah ini menceritakan kepada kami -seraya menunjuk rumah 'Abdullah - ia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah?" Beliau menjawab: "Shalat pada waktunya." 'Abdullah bertanya lagi, "Kemudian apa kagi?" Beliau menjawab: "Kemudian berbakti kepada kedua orangtua." 'Abdullah bertanya lagi, "Kemudian apa kagi?" Beliau menjawab: "Jihad fi sabilillah." 'Abdullah berkata, "Beliau sampaikan semua itu, sekiranya aku minta tambah, niscaya beliau akan menambahkannya untukku."57

:

Di dalam haditsnya bazzar dia berkata: kemudian Nabi Muhammad SAW datang kepada suatu kaum yang di lempari kepalanya dengan batu. Ketika kepala itu dilempar maka kembalilah ia sebagaimana keadaan semula dan tiada satupun yang berhenti dari mereka akan keadaan itu. “Rasulullah SAW bersabda : wahai jibril siapakah mereka itu?”, malaikat Jibril pun

berkata : mereka itu adalah orang yang merasa berat kepala mereka dari mengerjakan shalat.58

:

:

Dari Ibnu Abbas r.a., dia berkata : “apabila datang hari kiamat,

maka didatankan seorang lelaki, lalu diberhentikan di hadapan Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung seraya Allah

memerintahkan kepadanya neraka. “Maka dia berkata : wahai Tuhan kenapa begini?”. Kemudian Dia berfirman : Sebab kamu

(52)

44

akhirkan shalat dari waktunya dan sebab sumaphmu kepada-Ku dengan dusta.59

" :

:

.

Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “barangsiapa berwudhu

seraya memperbagus wudhunya (dengan menyempurnakan kesunatan-kesunatannya) kemudian berdiri menjalankan shalat

lalu ia sempurnakan ruku’nya sujudnya, bacaan didalam shalat,

maka berkatalah: “semoga Allah menjagamu sebagaiman kamu

menjagaku”. Kemudian dianaikkan shalat itu di langit, dia

bercahaya serta bersinar dan dibukalah untuknya pintu-pintu langit hingga sampailah ia kepada Allah.60

3. Kedisiplinan Shalat

a. Pengertian Kedisiplinan Shalat

Disiplin berasal dari kata “disciple” yang berarti belajar. Suparman S. menyatakan bahwa disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan terhadap hukum, undang-undang peraturan, ketentuan, dan norma-norma yang berlaku dengan disertai kesadaran dan keikhlasan hati.61

Ali Imron, menulis tentang pengertian disiplin. Disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tidak ada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung atau tidak langsung.62

59Imam Hafidz Zaqqiuddin bin Abdul Qowi AlMundziri,Targhib wa Tarhib, hal. 67 60Imam Hafidz Zaqqiuddin bin Abdul Qowi AlMundziri,Targhib wa Tarhib, hal. 76 61Suparman S., Gaya Mengajar yang Menyenangkan Siswa, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2012), hal. 128.

(53)

45

Menurut Emile Durkheim, disiplin adalah perilaku yang selalu terulang dalam kondisi-kondisi tertentu, dan disiplin tidak mungkin timbul tanpa adanya otoritas, yaitu otoritas yang mengaturnya.63

Dari beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkankan bahwa pengertian disiplin adalah sesuatu yang berada dalam keadaan tertib, perilaku patuh, teratur terhadap undang undang dan hukum, tidak ada pelanggaran, disertai keikhlasan hati dalam menjalankan aturan tersebut.

Selanjutnya mengenai pengertian shalat, Para pakar bahasa berbeda pendapat tentang asal kata “shalat”. Ada yang berpendapat bahwa shalat artinya ruku’ dan sujud.64

Ghulam Sarwar mengungkapkan di dalam bukunya yang berjudulThe Children s Book of salah, As-Shalah is prayer, blessings, supplication or grace. Shalat adalah do a, berkah, permohonan, atau pengagungan.65

Kata “shalat” pada dasarnya berakar dari kata yang berasal dari kata kerja kata “shalat” menurut pengertian bahasa mengandung dua pengertian, yaitu “berdo’a” dan “bershalawat”. Ini berarti bahwa ungkapan “saya shalat” dapat berarti “saya berdoa” atau

“saya bershalawat”. “berdoa” yang dimaksud dalam pengertian ialah

berdoa atau memohon hal-hal yang baik, kebaikan, kebajikan, nikmat,

63Emile Durkheim,Pendidikan Moral, (Jakarta: Erlangga, 1990), hal. 23.

64Nahd Bin Abdurrahman Bin Sulaiman Arrumi, Pemahaman Shalat dalam Al-Qur an, (Bandung: Sinar Baru, 1994), hal. 1.

(54)

46

dan rezeki, sedangkan “bershalawat” berarti “meminta keselamatan,

kedamaian, keamanan, dan pelimpahan rahmat Allah Swt.66

Menurut pendapat lain, asal kata shalat bermakna pengagungan (ta’dzim). Bisa juga bermakna ibadah yang dikhususkan. Karena didalamnya terdapat pengagungan terhadap Allah Swt.67 Menurut syara (Jumhur Ulama) shalat berarti ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Sebagian madzhab Hanafi mendefinisikan shalat sebagai rangkaian rukun yang dikhususkan dan dzikir yang ditetapkan dengan syarat-syarat tertentu dalam waktu yang telah ditentukan pula. Sebagian ulama Hambali memberikan ta’rif lain bahwa shalat adalah

nama untuk sebuah aktifitas yang terdiri dari rangkaian berdiri, ruku’ dan sujud.68

Berkaitan dengan disiplin shalat, pengertiannya dapat disimpulkan sebagai ibadah yang berupa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, dikerjakan sesuai dengan syarat-syarat tertentu, teratur, dan dalam ketentuan jadwal shalat, atau aturannya. Seorang muslim yang shalat dianjurkan agar khusyu’, merendahkan hati, memerhatikan sepenuhnya dengan

serius, dan penuh rasa takut, cemas, dan penuh pengharapan karena

66Ahmad Thib Raya, dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam

Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hal. 173-174.

67Fadlolan Musyyafa Mu’thi, As-Shalatu fil Hawak, (Mesir: Syirkatu Matba atis Salam, 2010), hal. 15.

(55)

47

berhadapan dengan Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Besar. Berdisiplin shalat berarti seorang mushalli menjaga waktu-waktu shalat dengan baik, tidak lalai, dan konsisten.

b. Faktor Kedisiplinan Shalat

Menurut Khalili ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan melaksanakan shalat, yaitu sebagai berikut:

1) Lingkungan keluarga dan kurangnya perhatian orangtua

Tidak adanya perhatian ayah dan ibu terhadap anak-anak dalam lingkungan rumah berkaitan dengan masalah agama memberikan pengaruh yang cukup besar bagi anak-anaknya, terutama dalam hal sholat.

2) Tidak adanya pengetahuan yang mencukupi tentang sholat

Tidak adanya pengetahuan tentang makna dan arti sholat, pemahaman yang dangkal tentang pengaruhnya dalam pribadi dan penghidupa

Gambar

 Tabel 1.1 No Sub Variabel/Aspek
  Tabel 1.2 No Sub Variabel/Aspek
tabel data. Ragam tabel data disesuaikan dengan kebutuhan komponen
tabel berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

KEJABAN 03 01 SUBRO INDUSTRI PANDAI BESI GOLOK 2 115 LAS LISTRIK MABHANI KP.KEJABAN 02 01 MABHANI JASA LAS LISTRIK LAS LISTRIK 2 116 HELLER MASLIHAH KP PANJANGAN 05 03

a) Melintang kanan jalan, aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan/kiri ditambah 2/1 langkah,pelaksanaan hadap kanan kemudian melaksanakan haluan kiri. b) Melintang Kiri,

Menambah pengetahuan bagi pembaca yang akan melakukan penelitian dengan menggunakan metode Total Physical Response, karena metode ini dapat membantu dalam

 MCIT IN COOPERATION WITH UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA , IS TO PROMOTE AND DEVELOP THE COMMUNICATION AND INFORMATION AFFAIRS IN INDONESIA, AND IN PARTICULAR IN ICT

Apakah dukungan petugas yang diberikan oleh petugas kesehatan terhadap Bapak/ Ibu untuk kepatuhan minum obat penderita TB MDR mulai dari tahap positif terkena sampai

Bagi kalangan yang pro terhadap RUU APP seperti yang disampaikan ketua MUI Ma’ruf Amin, sebaiknya menerima dahulu RUU APP dengan menganalogikan penerimaan umat Islam