• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bimbingan dan konseling Islam dengan terapi behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku introvert: studi kasus siswi XI IPS MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bimbingan dan konseling Islam dengan terapi behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku introvert: studi kasus siswi XI IPS MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR MENGGUNAKAN ASERTIVETRAINING UNTUK MENGATASI PERILAKU

INTROVERT

(Studi kasus Siswi kelas XI IPS di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S. Sos)

Disusun Oleh: Puput Rosalia NIM B93213106

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Puput Rosalia (B93213106), Guidance and Counseling of Islam with Behavior Therapy using Assertive Training to Overcome Introvet Behavior (Case Study of Student XI IPS MA Hasyim Asy'ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

The focus of the research is (1) How the process of Guidance and Counseling of Islam with Behavior Therapy using Assertive Training to overcome the behavior of Introvet A student at MA Hasyim Asy'ari Bangsri Sukodono Sidoarjo School, (2) How to Guidance and Counseling Islam with Behavior Therapy using Assertive Training To overcome the behavior of Introvet A student at MA Hasyim Asy'ari Bangsri Sukodono Sidoarjo School?

In answering the problem, this research uses descriptive qualitative research method with case study that is in the form of interview, observation and documentation. Here the author explains about how the Guidance and Counseling of Islam using behavior therapy with Assertive Training to overcome the behavior of a student's Introvet in MA Hasyim Asy'ari Bangsri Sukodono Sidoarjo School is a student who has problems with introvetnya behavior both in the home environment and school environment. So from the introvet's behavior students experience a) Rarely go to the cafeteria along with his classmates. b) Hard to talk to friends and teachers. c) Tend to Silence. d) Do not have friends playing at home. e) Preferably playing alone than with a friend. Therefore, the student has no friends either at school or at home and is always closed.

In the process of conducting this counseling using behavioral therapy with Assertive Training through the role play process. In this role play there are three characters to play, namely 1) students who like to ask questions. 2) Students who like to organize 3) Leaders in playing puzzles. In undergoing counseling process the client must play the three characters that have been formed to play the role. After doing the counseling process the client already feel better and have friends to be invited to go to the canteen and chatting.

From the results of this study it can be concluded that Behavior Therapy with Assertive Training to overcome the behavior of Introvet in students in MA Hasyim Asy'ari Bangsri Sukodono Sidoarjo is said to succeed because the changes experienced by clients have been seen by gathering and communicating with his friends. And the end result of this counseling process can be said to be successful.

(7)

Puput Rosalia (B93213106), Bimbingan dan Konseling Islam dengan

Terapi Behavior menggunakan Assertive Training untuk Mengatasi Perilaku Introvet (Studi Kasus Siswi XI IPS MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling Islam

dengan Terapi Behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi

perilaku Introvet Seorang siswi di Sekolah MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo ?, (2) Bagaimana Bimbingan dan Konseling Islam dengan

Terapi Behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku

Introvet Seorang siswi di Sekolah MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo ?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan studi kasus yaitu berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Disini penulis menjelaskan tentang bagaimana Bimbingan dan Konseling Islam menggunakan terapi behavior dengan Assertive Training untuk mengatasi perilaku Introvet seorang siswa di Sekolah MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo yaitu siswa yang mengalami masalah pada perilaku introvetnya baik di lingkungan rumah maupun dilingkungan sekolahnya. Sehingga dari perilakunya yang introvet itu siswa mengalami a) Jarang pergi ke kantin bersama dengan teman kelasnya. b) Susah diajak berbicara dengan teman maupun guru. c) Cenderung Pendiam. d) Tidak mempunyai teman bermain dirumah. e) Lebih senang bermain sendiri daripada dengan temannya. Oleh karena itu, siswa tersebut tidak mempunyai teman baik di sekolah maupun dirumah dan selalu tertutup.

Pada proses pelaksanaan konseling ini menggunakan Terapi behavior

denganAssertive Trainingmelalu proses bermain peran. Dalam bermain peran ini

ada tiga karakter untuk dimainkan, yaitu 1) siswa yang suka bertanya. 2) Siswa

yang suka berorganisasi 3) Pemimpin dalam bermain teka–teki. Dalam menjalani

proses konseling klien harus memerankan tiga karakter yang sudah ditentukkan untuk bermain peran. Setelah melakukan proses konseling klien sudah merasa lebih baik dan mempunyai teman untuk diajak pergi ke kantin dan mengobrol.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Terapi Behavior dengan Assertive Training untuk mengatasi perilaku Introvet pada siswa di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo dikatakan berhasil karena perubahan yang dialami klien sudah terlihat dengan berkumpul dan berkomunikasi dengan teman

–temanya. Dan hasil akhir dari proses konseling ini dapat dikatakan berhasil.

(8)

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vii

ABSTRAK ...viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...6

E. Definisi Konsep ...7

F. Metode Penelitian ...10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...10

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ...11

3. Jenis dan Sumber Data ...11

4. Tahap–tahap Penelitian ...13

5. Tehnik Pengumpulan Data ...15

6. Tehnik Analisis Data ...18

7. Tehnik Keabsahan Data ...20

G. Sistematika Pembahasan ...21

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ...23

1. Bimbingan dan Konseling Islam ...23

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam ...23

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam ...24

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam...25

d. Prinsip–Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam ...26

e. Unsur-Unsur Bimbingan dan Konseling Islam...27

f. Asas–Asas Bimbingan dan Konseling Islam ...32

g. Langkah–langkah Bimbingan dan Konseling Islam...39

2. Terapi Behavior ...41

a. Pengertian Terapi Behavior ...41

(9)

c. Hakikat Manusia ...43

d. Teknik Terapi Behavior ...45

3. Assertive Training ...47

a. Pengertian Assertive Training...47

b. Tujuan Assertive Training...48

c. Tahapan Pelasanaan Assertive Training ...50

4. Introvet ...51

a. Pengertian Introvet...51

b. Sebab–sebab anak menjadi Introvet ...52

c. Ciri–ciri Kepribadian Introvet ...54

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan...55

BAB III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ...58

1. Deskripsi Lokasi Penelitian...58

2. Deskripsi Konselor ...64

3. Deskripsi Klien...65

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...70

1. Deskripsi Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi Behavior dengan menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku Introvet seorang siswa di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo ...70

2. Deskripsi hasil Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi Behavior dengan menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku Introvet seorang siswa di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo...88

BAB IV: ANALISIS DATA A. Analisis Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi siswa Introvetdi MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo...91

B. Analisis hasil Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi Siswa Introvetdi MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo...95

C. Kendala selama proses Pelaksanaan penelitian ...98

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ...99

B. Saran ...100 DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makhluk hidup yang ada didunia ini memiliki keberlangsungan

kehidupan dari waktu ke waktu pasti mengalami perubahan, dan itu semua

disebabkan karena adanya pergesakan pergaulan dalam lingkungan, baik dalam

lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Yang dimaksud dari

pergaulan disini adalah jalinan hubungan sosial antara seseorang dengan orang

lain yang berlangsung dalam jangka relatif lama sehingga terjadi saling

mempengaruhi satu dengan lainnya. Pergaulan merupakan kelanjutan dari

proses interaksi sosial yang terjalin antara individu dalam lingkungan sosialnya.

Kuat lemahnya suatu interaksi sosial mempengaruhi erat tidaknya pergaulan

yang terjalin. Seorang anak yang selalu bertemu atau hanya melakukan

interaksi sosial secara tidak langsung.

Manusia memerlukan pergaulan untuk menjadi individu yang berbeda –

beda, baik dari fisik, perilaku, maupun cara berfikir. Sehingga pergaulan dari

setiap perilaku individu akan terbentuk. Perilaku terbentuk berdasarakan hasil

dari segenap pengalamannya berupa interaksi individu dengan lingkungan

(11)

memiliki pengalaman yang berbeda dalam kehidupannya. Kepribadian adalah

cerminan dari situasi pengalaman atau stimulus yang diterimanya.

Pada dasarnya peran keluarga sangatlah penting sebab dilingkungan

keluarga merupakan sumber informasi pertama bagi individu sebelum

mengenal dunia luar. Dilingkungan keluarga juga individu mendapatkan

pendidikan, bimbingan, dan latihan. Sehingga apa yang diperoleh dari

lingkungan keluarga dapat dikembangkan di kehidupan selanjutnya. Dalam

lingkungan keluarga terdapat banyak kesalahan dalam proses pembelajaran

hidup seperti tekanan – tekanan dimana individu dibatasi dalam pergaulan

dilingkungan sekitar sehingga individu cenderung berdiam diri dari dunia luar

dan memiliki sifat kurang percaya diri. Maka dari itu akan berdampak buruk

bagi pergaulan individu baik terhadap lingkungan masyarakat maupun

lingkungan pendidikan.

Pembentukan kepribadian yang dibatasi mulai dari lingkungan keluarga

menyebabkan individu memiliki persepsi tentang harga diri dan sikap kurang

percaya diri sehingga mempunyai konsep diri negatif dalam menyampaikan ide,

perasaan, serta fikiran–fikiran kepada orang lain. Demikian pula sikap negatif

terhadap diri sendiri, membuat individu kurang komunikasi terhadap orang lain.

Sebagai akibatnya individu tidak memiliki keberanian dalam hal komunikasi

terhadap orang lain maka dari itu individu tersebut memiliki sikap menutup diri

(12)

Sikap introvert adalah kecenderungan seorang anak untuk menarik diri

dari lingkungan sosialnya. Sikap dan keputusan yang ia ambil untuk melakukan

sesuatu biasanya didasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalamanya

sendiri. Mereka biasanya pendiam dan suka menyendiri, merasa tidak butuh

orang lain karena merasa kebutuhannya bisa dipenuhi sendiri. Individu ini juga

lebih suka bermain sendiri dan lebih senang mempunyi satu teman dari pada

banyak teman.1Selain itu sikap introvert ini sulit menjalani hidup, seperti sulit

meminta pertolongan orang lain, tidak memiliki banyak teman, dan selalu ragu

–ragu dalam bertindak.

Menurut Carl Gustav Jung perilaku introvert adalah sebagai orang

pendiam, menjauhkan diri dari kejadian – kejadian luar, tidak mau terlibat

dengan dunia objektif, tidak senang berada di tengah orang banyak, merasa

kesepian dan kehilangan di tengah orang banyak. Jung menyatakan orang yang

tidak mudah percaya diri, kadang menderita perasaan rendah diri, karena itu

orang introvert gampang cemburu dan iri hati. Orang introvert menghadapi

dunia luar dengan suatu sistem pertahanan diri yang sistematis dan teliti, tamak

sebagai ilmuan, cermat, berhati – hati, menurut kata hati, sopan santun, dan

penuh curiga. Dalam kondisi kurang normal seorang introvert menjadi orang

yang pesimis dan cemas, keran dunia dan manusia sekitarnya siap

menghancurkannya. Dunianya adalah suatu pelabuhan yang aman. Tempat

1

(13)

tinggalnya ( rumah) adalah yang teraman dan teman pribadinya yang terbaik.

Karena itu tidak mengherankan orang –orang introvert sering tampak sebagai

orang yang cinta diri tinggi, egois, bahkan menderita patologis. Dalam hal ini

perilaku introvert itu termasuk perilaku negatif yang mana diperlukkan sebuah

penangannan agar tidak terlalu mendominasi diri.

Oleh karena itu diperlukan sebuah penanganan untuk mengatasi perilaku

introvert tersebut, salah satunya adalah dengan terapi behavior assertive

training. Terapi behavior adalah pendekatan – pendekatan terhadap konselin dan psikoterapi yang berkaitan dengan pengubah tingkah laku. Sedangkan

assertive training menurut Willis bahwa assertive training merupakan teknik dalam konseling behavior yang menitikberatkan pada kasus yang mengalami

kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya.

Seperti dalam kasus Melati (nama samaran) seorang siswi kelas XI IPS

di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo, Dia yang memiliki

kepribadian introvert. Karena dalam kesehariannya Dia sering menyendiri. Pada

saat dirumah Dia sering menghabiskan waktunya bermain didalam rumah

seperti menonton Televesi, bermain didalam kamar, Dia juga jarang membantu

ibunya untuk bersih – bersih rumah. Dirumah juga Dia tidak memiliki teman

untuk bermain dirumahnya. Karena samping kanan rumahnya Yayasan Sekolah

Dasar Alchusnaini sedangkan samping kiri rumah panti Asuhan Alchusnaini.

Dan juga Dia kalau keluar rumah hanya sekedar sholat berjamaah di masjid

(14)

Sedangkan kalau disekolah Dia berangkat dan pulang sendiri tanpa

teman yang bersama Dia. Didalam kelas Melati (nama samaran) tidak memiliki

teman untuk diajak mengobrol, pergi ke kantin atau berbaur sesama kelas XI.

Teman kelasnya sering mengejek Dia karena sikapnya yang pendiam meskipu

diejek temannya. Dia bahkan tidak pernah keluar kelas meskipun jam istirahat

tiba kecuali ada mata pelajaran yang diharuskan keluar seperti ke Lab

Komputer dan perpustakaan. Sedangkan dengan guru mata pelajaran Dia jarang

mengerjakan tugas, kalau diajak berbicara Melati (nama samaran) hanya

menjawab singkat dan sikapnya yang cuek membuat guru mata pelajaran tidak

mengiraukan dia. Dengan sikapnya yang pendiam dan cuek terhadap

lingkungan disekitar akhirnya dia menyendiri karena sifatnya yang Introvert

tersebut.

Berdasarkan uraian berbagai hal yang berkaitan dengan perilaku

introvert tersebut diatas, maka hal inilah yang menjadi ketertarikan penulis

untuk meneliti dengan judul BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

DENGAN TERAPI BEHAVIOR MENGGUNAKAN ASSERTIVE TRAINING

UNTUK MENGATASI PERILAKU INTROVERT (STUDI KASUS ANAK

KELAS XI-IPS MA HASYIM ASYHARI BANGSRI SUKODONO

SIDOARJO).

B. Rumusan Masalah

(15)

1. Bagaimana proses bimbingan dan konseling islam dengan terapi behavior

menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku introvert di

sekolahan MA Hasyim Asyhari Bangsri Sukodono Sidoarjo?

2. Bagaimana hasil bimbingan dan konseling islam dengan terapi behavior

menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku introvert di

sekolahan MA Hasyim Asyhari Bangsri Sukodono Sidoarjo?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadikan permasalahan dalam

penelitian. Juga menjawab rumusan masalah sebagai berikut:

1. Mengetahui proses pelaksanaan bimbingan dan konseling islam dengan

terapi behavior menggunakanassertive traininguntuk mengatasi perilaku

introvert di sekolahan MA Hasyim Asyhari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

2. Mengetahui hasil proses bimbingan dan konseling islam dengan terapi

behavior menggunakan assertive training untuk mengatasi perilaku

introvert di sekolahan MA Hasyim Asyhari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penenlitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis:

1. Manfaat Teoritis

a. Dari penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi dan

(16)

Konseling Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya.

b. Dari penelitian ini diharapakan bisa dijadikan referensi serta

pembanding bagi peneliti sebelumnya yang ingin melakukan

penelitian dengan tema yang serupa.

2. Secara Praktisi

a. Diharapkan setelah penelitian ini penulis bisa memberikan

sumbngan pemikiran bagi calon konselor serta Guru dan calon Guru

Khususnya dalam bidang Bimbingan dan Konseling dalam

menghadapi kasus perilaku Introvert.

b. Bisa membantu anak yang berperilaku introvert untuk bisa

komunikasi antar teman dan membangun kepercayaan diri sehingga

bisa menjadi generasi penerus bangsa yang lebih baik.

E. Definisi Konsep

1. Bimbingan dan Konseling Islam

Menurut Muhammad Surya, Bimbingan adalah suatu proses

pemberian bantuan yang terus –menerus dan sistematis dari pembimbing

kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahamahan

diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang

(17)

Konseling Islam merupakan proses pemberian bantuan kepada

individu agar memiliki kesadaran sebagai hamba dan khalifah Allah yang

bertanggung jawab atas dasar norma yang bersumber dari Allah Swt.3

Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian

bantuan secara terus menerus dan sitematis terhadap individu atau

sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk

dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang

dihadapinya sehingga dapat hidup secra harmonis sesuai dengan

ketentuan dan petunjuk Allah dan Rosul-Nya demi tercapainya

kebahagian duniawi dan ukhrawi.4

Yang dimaksud Bimbingan Konseling Islam bagi konselor yaitu

pemberian bantuan kepada individu atau kelompok dalam menyelesaikan

permasalahannya sesuai dengan ketentuan Allah dan Rosul-Nya demi

tercapainya kebahagian duniawi dan ukhrawi.

2. Kepribadian Introvert

Introvert dalam segi bahasa bersifat tertutup. 5Sedangkan dalam

pengertiannya introvert adalah suatu karakter pribadi yang bersifat

individu, yang lebih pendiam, sedikit bicara dan lebih suka menjadi

pendengar yang baik dalam suatu kelompok, menyenderi di rumah dan

3

Fenti Hikmawati,Bimbingan dan Konseling(Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2012), hal 155 4

Ahmad Mubarok,Konseling Agama Teori dan Kasus(Yogyakarta: fajar Pustaka Baru, 2002), hal 4-5 5

(18)

senang introspektif serta sibuk dengan kehidupan internal mereka

sendiri.6

3. Terapi behavior

Gerald Corey menjelaskan bahwa terapi behavior adalah

pendekatan - pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang

berkaitan dengan pengubah tingkah laku. Terapi behavior adalah salah

satu teknik yang digunakan da;am menangani tingkah laku yang

ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi

kebutuhan–kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar

bis bertindak dan bertingkah laku lebih efektif, lalu mampu menanggapi

situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif dn efisien.7

Dalam terapi behavior peneliti menggunakan assertive training,

Sedangkan assertive training sendiri adalah mengajarkan klien untuk

membedakan tingkah laku agresif, pasif dan asertif. Prosedur yang

digunakan adalah permainan peran. Teknik ini dapat membantu klien

yang mengalami kesulitan untuk menyatakan atau menegaskan diri di

hadapan orang lain. 8 Dalam konseling individual, situasi – situasi

permainan peran tidak melibatkan orang lain. Individu memainkan

beberapa peran sebagai perwakilan ego dan ia berbicara kepada diri

6

Alwisol, psikologi kepribadian( Malang: UMM Press, 2011) hal 55 7

Gerald Corey, teori dan praktek konseling dan Psikoterapi, ( Bandung: Refika Aditama,2013) hal 193

8

(19)

sendiri. Dalam permainan peran individu tersebut bisa merasakan menjadi

individu dengan karateristik yang berbeda –beda. Dalam hal ini individu

diharapakan bisa mengambil keputusan – keputusan dan mengubah cara

hidupnya.

F. Metode Penelitian

Metode penelitin merupakan hal yang mutlak dan sangat penting dalam

segala bentuk penelitian ilmiah, karena berhasil tidaknya suatu penelitian

tergantung pada tepat tidaknya metode penelitian yang digunakan.

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Untuk mendapatkan hasil valid dari penelitian ini, peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Botgar dan Tailor,

penelitian adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata–kata tertulis atau lisan dari orang– orang dan perilaku yang

dapat diamati.9 Peneliti menggunukan penelitian kualitatif karena dalam

peelitian ini, peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara

mendalam. Peneliti akan mendptkan informasi hasil data secara utuh,

sebab sumber data yang diharapkan berasala dari sumber yang berkaitan

dengan sasaran penelitian. Sehingga menghasikan data deskriptif yang

berupa kata–kata atau teks bukan berupa angka.

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus atau penelitian

kasus. Menurut Sudarwan, penelitian harus merupakan studi mendalam

9

(20)

mengenai unit sosial tertentu, yan hasil penelitian itu memberi gambaran

luas dan mendalam mengenai uint sosial tertentu.10 Alasan peneliti

menggunakan jenis penelitian studi kasus karena dalam penelitian ini

obyek yang diamati adalah suatu yang hanya melibatkan satu orang

remaja sehingga harus dilakukan penelitian secara intensif, menyuluruh

dan terperinci untuk menngenai seorang remaja yang memiliki sifat

introvert.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Adapun sasaran dalam penelitian ini yaitu seorang remaja yang

bernama Melati (nama samaran) yang memiliki perilaku introvert. Dia

adalah seorang siswa di salah satu MA di Sidoarjo. Sasaran penelitian,

yaitu seorang remaja putri ini kemudian disebut dengan klien.

Lokasi penelitian ini terletak di sekolah MA Hasyim Ashari

Bangsri Sukodono Sidoarjo.

3. Jenis dan sumber data

a. Jenis data

Jenis data yang digunakan pada penenlitian ini adalah data

yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya

dalam bentuk kata verbal atau deskriptif. Adapun jenis data pada

(21)

1) Data primer yaitu data yan langsung diambil dari sumber

pertama di lapangan, yang mana dalam hal ini diperoleh dari

deskripsi tentang latar belakang dan masalah klien, perilaku

atau dampak yang dialami klien, perilaku keseharian klien,

pelaksanaan proses konseling, serta hasil akhir pelaksanaan

konseling.

2) Data sekunder yaitu data yang diambil dari sumber kedua atau

berbagai sumber guna melengkapi data primer.11 Diperoleh

dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan klien

baik dirumah maupun disekolah klien, riwayat pendidikan

klien mulai dari sekolah pertama klien seperti Taman kanak–

kanak, Sekolah dasar, Sekolah menengah pertama, Madrasah

aliyah.

sebuah data dihasilkan.13 Dan dalam penelitian ini, sumber

11

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif (Surabaya: Universitas Airlangga, 2001), hal. 128.

12

(22)

primernya adalah anak yang memiliki perilaku introvert yang

sulit bersosialisasi.

2) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua

sesudah sumber data primer. Data yang dihasilkan dari

sumber data ini adalah data sekunder.14 Sumber ini diperoleh

dari informan seperti: keluarga, Guru BK, Guru wali kelas

dan teman–teman klien.

4. Tahap–tahap penelitian

a. Tahap pra-lapangan

Pada tahap pra-lapangan ini ada beberapa kegiatan yang

harus dilakukan oleh peneliti, kegiatan dan pertimbangan tersebut

diantaranya yaitu menyusun rancangan penelitian, memilih lokasi

peneliti, mengurus perizinan penenlitian, menilai loaksi penelitian,

memanfaatkan informan, menyiapkan pelenkapan penelitian, dan

etika penlitian.

b. Tahap lapangan

Pada tahap ini peneliti berokus pada data dilapangan,

adapun langkah–langkah yang dilakukan adalah:

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

13

(23)

Sebelum memasuki lapangan, peneliti memahami latar

belaknag penelitian, bisa menempatkan diri, menyesuaikan

penampilan dengan kebiasaan dari tempat peeliti, agar

memudahkan hubungan dengan subyek dan memudahkan

peneliti dalam menumpulan data.

2) Memasuki lapangan

Setelah memasuki lapangan, peneliti menciptakan hubungan

yang baik antara peneliti dengan subyek, agar subyek dengan

sukarela memberikan informasi yang diperlukan. Keakraban

dengan subyek dan informan lainya perlu dipelihara selama

penelitian berlangsung.

3) Berperan serta sambil mengumpulkan data

Catatn lapangan merupakan data yang diperoleh selama

penelitian baik melalui wawancara, observasi atau

menyaksikan kejadian sesuatu. Dalam pengumpulan data

peneliti juga memperhatikan sumber data ainya seperti:

dokumen, laporan, foto, gambar yang disekitarnya perlu

dijadikan informasi bagi peneliti.

c. Tahap analisis data

Tahap analisi data adalah prose mengorganisasikan dan

mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uaraian dasar

(24)

kerja seperti yang disarankan oleh data. Pekerjaan dalam analisis

data dalam hal ini adalah mengatur dan mengurutkan.15

d. Tahap penulisan laporan

Meliputi kegiatan penyusuna hasil penenlitian dari semua

rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna

data yang kemudian dilanjutkan dengan penulisan laporan

penelitian yang sempurna yang tentunya sudah disetujui oleh dosen

pembimbing.

5. Teknik pengumpulan data

Dalam pengumpulan data ini, peneliti akan menggunakan

beberapa teknik. Diantaranya adalah:

a. Interview ( Wawancara)

Dalam wawancara ini, peneliti menggunakan wawancara tidak

terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang

bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara

yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya

berupa garis – garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.16

Dan wawancara yang digunakan oleh konselor adalah wawancara

mendalam, dimana peneliti juga menggunakan catatan harian

15

(25)

setelah melakukan wawancara. Wawancara mendalam secara umum

adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan

informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara

dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah

keterlibatannya dalam kehidupan informan.17

Adapun data–data yang diambil dari metode interview atau

wawancara adalah sebagai berikut:

1. Ibu dari klien dengan memahami perilaku klien pada saat dirumah

2. Wali kelas terkait dengan data – data ataupun dokumen yang

dimiliki selama menjadi wali kelas mengenai tindakan yang

dilakukan oleh siswa kepada siswa lain dalam bentuk tingkah laku

dan perilaku.

3. Guru mata pelajaran, Guru BK serta kemahasiswaan yang

membimbing dalam sikap, norma, perilaku dan tingkah laku dalam

keseharian dalam mengawasi siswa – siwa di MA Hasyim Ashari

Bangsri Sukodono Sidoarjo untuk mengetahui kebiasaan yang

dilakukan oleh klien.

4. Teman sekelas klien yang memahami selama didalam kelas

maupun diluar kelas.

17

(26)

b. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia

dengan menggunkan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya

selain pencaindra lainnya seperti telingah, penciuman, mulut dan

kulit.18 Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk

menggunakan pengamatanya melalui hasil kerja pancaindra lainnya.

Dan observasi yang digunakan peneliti adalah observasi tidak

berstruktur. Observasi tidak berstruktur dimaksud, observasi

dilakukan tanpa menggunakan guide observais. Dengan demikian,

pada pbservasi ini pengamat harus mampu secara pribadi

mengembangkan daya pengamatana dalam mengamati suatu

objek.19 Observasi dilakukan oleh konselor pada saat proses

konseling berlangsung dan saat pendampingan. Selain itu juga saat

bertemu dan bersama dengan klien dan ibunya. Karena memang

konseor setiapa minggu pasti berteu dan bersama dengan klien dan

ibunya.

c. Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti

dapat berupa berbagai macam, tidak hanyak dokumen resmi.

18

(27)

Dokumen ini dapat dibedakan menjadi dokumen primer, jika

dokumen ini ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu

peristiwa dan dukomen sekunder, jika peristiwa dilaporakan kepada

orang lain yang selanjutnya ditulis oleh orang lain.20 Dokumentasi

yang digunakan konselor ada beberapa bentuk. Diantaranya adalah

dokumen yang berupa catatan langsung dari konselor saat proses

konseling, juga berupa anekdot, photo, dan video yang konselor

dapat saat proses konseling.

6. Teknik analisis data

Analisis data akan digunakan oleh peneliti adala

kualitatif-Deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian

studi kasus (case study), adalah penelitian tentang status subjek penelitian

yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan

atau khas dari keseluruhan personalitas.21

Dalam penelitian ini, konselor mengambil studi kasus dari anak

yang memiliki perilaku introvert yang sulit bersosialisasi dengan

menganalisis dari keseharian klien baik dirumah maupun di sekolah serta

pola asuh orang tua klien, dan juga seperti apa perubahan klien setalah

proses konseling berlangsung.

Teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

20

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, hal 70. 21

(28)

a. Reduksi data (data reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup

banyak, untuk itu maka perlu dicatat serta teliti dan rinci dalam

mereduksi data, Setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan

dicapai. Dan dalam peneliti ini peneliti mengumpulkan banyak data

untuk mendapatkan dan mencapai tujuan dari penelitian ini, yaitu

hasil konseling yang dilakukan kepada klien yang memiliki perilaku

introvert untuk membuat klien dapat bersosialisasi dengan

temannya.

b. Penyajian data (data display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adaah

mendisplaykan data. Dalam mendisplaykan data, maka akan

memudahkan untuk memamhai apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjtunya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. dan

dalam penelitian ini, peneliti menyajikan semua data tentang anak

yang berperilaku introvert. Kemudian peneliti melakukan konseling

kepada klien, melakukan terapi kepada klien dan memahami apa

yang terjadi kepada klien.

c. Conclusion drawing/verification

Kesimpulan dalam peneliti ini merupakan temuan baru

(29)

peneliti adalah dalam konseling islam dalam mengatasi anak yang

berperilaku introvert dengan terpai yang dipilih oleh peneliti.22

7. Teknik absahan data

Uji keabsahan data dalam peneliti kualitatif meliput uji

credibility(vasiliditas internal), transferability (validitas eksternal),

dependability ( reabilitas), dan cofirmability (obyektifitas). Menurut

Moleong (2001:173) untuk menetapkan keabsahan data diperlukan eknik

pemeriksaan. Dalam hal ini digunakan teknik:

a. Keikutsertaan dilapangan dalam rentang waktu yang panjang,

dalam penelitian ini untuk menguji kepercayaan terhadap data yang

telah dikunpulkan dari informan utama, maka perlu mengadakan

keikutsertaan dalam rentang waktu yang panjang. Adapun maksud

utama adanya perpanjangan dilapangan ini untuk mengecek

kebenaran data yang diberikan baik dari informan utama maupun

informan penunjang.

b. Triangulasi, untuk keabsahan data yang telah dikumpulkan agar

memperoleh kepercayaan dan kepastian data, maka peneliti

melaksanakan pemeriksaan dengan teknik mencaari infomasi dari

sumber lain. Menurut patton dalam Moleong triangualasi dengn

sumber lain berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

22

(30)

yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan

jalan:

1) Membandingkan data informasi hasil obeservas dengan

informasi dari hasil wawancara kemudian menyimpulkan

hasilnya.

2) Membandingkan data hasil dari informan utama (primer)

dengan informan yang diperoleh dari informan lainnya

(sekunder)

3) Membandingkan hasil wawancara dari informan dengan

didukung dokumntasi sewaktu penelitian berlangsung,

sehingga informasi yang diberikan oleh informan utama pada

penelitian dapat mewakili validitas dan mendapatkan derajat

kepercayaan yang tinggi.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripsi ini,

maka penulis akan menyajikan pembahasan kedalam beberapa bab yang

sistemtika pembahasannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari sepuluh sub-bab antara lain: Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Kosep,

(31)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini terdiri dar dua sub-bab, yakni Kajian Teoritik (menjelaskan

tentang teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian), dan

Penelitian Terdahulu yang Relevan ( menyajikan hasil penelitian terdahulu

yang relevan dengan penelitian yang hendak dilakukan).

BAB III PENYAJIAN DATA

Pada bab ini terdiri dua sub-bab, yakni Deskripsi umum objek Penelitian dan

Deskripsi hasil Penelitian.

BAB IV ANALISIS DATA

Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni Temuan Penelitian, Bagaimana data

yang ada itu digali da ditemukan beberapa hal yang mendukung penelitian, dan

Konfirmasi Temuan dengn Teori, dimana temuan penelitian tadi dikaji dengan

teori yang ada.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini terdiri dari Simpulan dan rekomendasi, yang menjelaskan hasil

simpulan dari data yang dipaparkan dan rekomendasi hasil penelitian itu dapat

(32)
(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Secara etimologis, kata “Bimbingan” berasal dari

terjemahan bahasa Inggris “Guidance”. Kata “Bimbingan” dapat

menunjukan pada dua hal yaitu: pertama Bimbingan bisa

sebagai memberikan informasi dan Kedua Bimbingan bisa

sebagai menuntun atau mengarahkan kearah suatu tujuan.23

Sedangkan Konseling Islam merupakan proses pemberian

bantuan kepada individu agar memiliki kesadaran sebagai hmba

dan khalifah Allah yang bertanggung jawab atas dsar norma

yang bersumber dari Allah SWT.24

Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses

pemberian bantuan terarh, kontinu dan sistematis kepada setiap

individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah

beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara

menginternalisasikan nilai – nia yang terkandung di dalam

Al-Quran dan Hadist Rosullah ke dalam dirinya, sehingga ia dapat

23

Aip Badrujaman,Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling, (Jakarta:PT Indeks, 2011), hal.26

24

(34)

hidup selaras dan sesuai denan tuntutan Al-Quran dan Hadist.25

Sedangkan menurut Aunur Rahim Faqih, Bimbngan Konseling

Islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar

menyadari kembali eksisitensinya sebagai makhluk Allah yang

seharusnya dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras

dengan ketentuan – ketentuan dan petunjuk dari Allah sehingga

dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.26

Dari beberapa definisi dan pendapat di atas dapat di

simpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu

proses pemberian bantuan kepada individu atau kelompok dalam

menyelesaikan permasalahannya sesuai dengan ketentuan Allah

dan Rosul-Nya demi tercapaiannya kebahagiaan dunia dan

ukhrawi.

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Ainur Rahim mengatakan secara garis besar tujuan dari

Bimbingan dan Konseling Islam dapat dirumuskan sebagai

“membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia

seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di

akhirat.27

Selain tujuan umum, Bimbingan dan Konseling Islam

memiliki tujuan Khusus, yaitu:

25

Samsul Munir Amin,Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hal.23 26

Aunur Rahim Faqih,Bimbingan dan Konseling Dalam Islam(Yogyakarta: UII PRESS, 2001), hal 4

27

(35)

1) Membantu Individu agar tidak menghdapai masalah

2) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang

dihadapinya.

3) Membantu individu memelihara dan mengembangkan

situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar

tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan

menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.28

Selain mempunyai tujuan sebagaimana telah dijelaskan

di atas, Bimbingan Konseling islam memiliki tujuan agar

konseli dapat memahami dirinya, menyadari dirinya sendiri, dan

konseli juga mampu memecahkan masalahnya sendiri dengan

kesabaran, keimanan, dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam

Fungsi dari Bimbingan Konseling Islam yaitu suatu

penggerak dari peranan seorang konselor, Adapun fungsi

Bimbingan Konseling Islam sebagai berikut:

1) Fungsi pencegahan (preventif), Maksud dari pencegahan

tersebut yaitu menghindari segala sesuatu yang tidak bik

atau mejauhkan diri dari larangan Allah. Dan selain itu

pencegahan dilakukan terhadap segala gangguan mental,

spiritual, environmental (lingkungan) yang menghambat,

28

(36)

mengancam, atau menghalangi proses perkembangan

hidup klien.

2) Fungsi penyaluran, maksudnya mengarahakan mereka

yang (dibimbing tersebut) kepada suatu perbuatan yang

baik atau menyesuaikan dengan bakat maupun potensi

yang dipunyainya.

3) Fungsi penyembuhan, penyembuhan terhadap segala

bentuk penyakit mental dan spiritual dengan cara referal

(pelimpahan) kepada para ahlinya. Seperti psikiater,

psikolog, dan dokter umum jika asalah itu sudah tidak

memungkinkan ditangani oleh seorang konselor.

4) Fungsi pengembangan, pengembangan ini diharapkan

orang yang dibimbing dapat ditingkatkan untuk lebih

meningkat lagi prestasinya atau bakat yang dimiliki.29

d. Prinsipprinsip Bimbingan Konseling Islam

Agar proses Bimbingan Konseling Islam bisa berjalan

sesuai dengan yang diharapkan maka dalam melakukan

prosesnya itu, kita harus mempunyai prinsip yang sesuai dengan

syariat islam, prinsip itu antara lain:

1) Membantu individu untuk mengetahui, mengenal, dan

memahami keadaan dirinya sesuai dengan hakikatnya

(mengingatkan kembali kefitrahnya).

29

(37)

2) Membantu individu menerima keadaan dirinya

sebagaimana adanya, baik dan buruknya, kekuatan dan

kelemahannya, sebagai sesuatu yang telah ditakdirkan

oleh Allah, namun manusia hendaknya menyadari bahwa

diperlukan ikhtiar sehingga dirinya mampu bertawakal

kepada Allah SWT.

3) Membantu individu memahami keadaan ( situasi dan

kondisi) yang dihadapinya.

4) Membantu individu menemukan alternatif pemecahan

masalah.

5) Membantu individu mengembangkan kemampuanya

mengantisipasi masa depan, sehinga mampu

memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi

berdasarkan keadaan sekarng dan yang akan terjadi,

sehingga membantu mengingat individu untuk lebih

berhati–hati dalam melakukan perbuatan dan bertindak.30

e. Unsurunsur Bimbingan Konseling Islam

Ada tiga unsur didalam Bimbingan Konseling Islam,

yaitu:

1) Konselor

Konselor adalah seseorang yang memiliki keahlian,

keterampilan, dan wewenang untuk memberikan bantuan

30

(38)

– bantuan psikologis kepada individu (konseli) yang

memiliki masalah.

Erhamwilda dalam bukunya Konseling Islam memaparkan

bahwa karakteristik konselor yang diharapkan dapat

melaksanakan konseling islami diantaranya:

a) Seorang yang sudah mendalami dan mendapatkan

keahlian khusus dalam bidang Bimbingan Konseling

dan atau pendidikan profesi konselor.

b) Seorang yang mempunyai pemahaman tentang

ajaran agama yang cukup memadai, dan hidupnya

sendiri ditandai dengan ketundukan akan ajaran

agama Islam. Ia adalah orang terus–menerus secara

istiqomh menjalankan rukun Iman dan rukun Islam.

c) Seorang yang cara hidupnya layak untuk diteladani,

sebab konselor harus sekaligus berfungsi sebagai

model atau figur.

d) Seorang yang mempunyai keinganan kuat dan ikhlas

untuk membantu orang lain agar berperilaku sesuai

dengan petunjuk Al-Quran dan Hadist.

e) seorang yang bahwa apa yang dia lakukan untuk

konseli adala sebatas usaha, sedangkan hasilnya

akan ditentukan oleh individu/konseli itu sendiri

(39)

f) Seorang yang tidak mudh berputus asa dalam

menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

g) Seorang muslim atau muslimah yang secara terus –

menerus berusaha memperkuat iman, ketaqwaannya,

dan berusaha menjadi ikhasan yang mensucikan

hatinnya dari sombong, iri dengki, kikir, riya,

bohong, serta menjauhkan diri dari berbagai perilaku

syirik, walau sekecil apapun.

h) Seorang yang menyadari berbagai kelemahan

pribadinya dan tidak enggan untuk meminta bantuan

ahli lain atau konselor lain, jika dalam membantu

konseli ia mengalami kesulitan karena keterbatasan

ilmunya.

i) Seorang yang dalam menafsirkan ataupun

menjelaskan kandungan Al-Quran dan Hadist selalu

merujuk pada tafsir dan syarah hadist yan

dikeluarkan ahlinya.

j) Seorang yang bisa memegang rahasia orang lain,

dan mampu menjaga air atau kekurangan dari orang

lain.31

Seorang konselor haruslah memiliki kepriadian yang

baik, sebab pelayanan dalam terapi islam konselor

31

(40)

harus menjadi model atau contoh yang efektif dan

baik bagi penyelesaian masalah konseli. Konselor

tidak akan dapar menjalakan fungsi ini apabila

dirinya sendiri tidak memiliki kepribadian yang

baik.

2) Konseli (klien)

Konseli adalah individu yang datang untuk

meminta bantuan kepada seorang konselor untuk

menyelesaikan masalahnya. Selain itu konseli adalah

orang yang perlu memperoleh perhatian seubungan

dengan masalah yang dihadapinya dan membutuhkan

bantuan dari pihak lain untuk memecahkanya, namun

demikian keberhasilan dalam mengatasi masalahnya itu

sebenarnya ditentukan oleh pribadi konseli itu sendiri.

Sedangkan menurut Agus Santoso dalam bukunya

terapi Islam menguraikan bahwa cir konseli sebagai

berikut:

a) Konseli yang dibantu melalui terapi Islam adalah

konseli yang bergama Islam ataupu non-muslim

yang bersedia diberi bantuan melalui pendekatan

(41)

b) Konseli adalah individu yang sedang mengalami

hambatan atau masalah untuk mendapatkan

ketentraman serta kebahagiaan hidup.

c) Konseli datang secara sukarela dengan

kesadarannya didorong untuk mengikuti proses

terapi Islam.

d) Konseli adalah seorang yang berhak menentukan

jalan hidupnya sendiri, dan akan bertanggungjawab

atas dirinya setelah baligh atau dewasa untuk

kehidupan dunia maupun akhiratnya.

e) Pada dasarnya setiap konseli adalah baik, keran

Allah SWT. Telah membekali setiap individu

dengan potensi berupa fitrah yang suci untuk

tunduk aturan dan petunjuk Allah Yang Maha Esa.

f) Ketidaktentraman atau ketidakbahagiaan konseli

dalam hidupnya umumnya bersumber dari belum

dijalankan ajaran agama sesuai tuntunan Al-Quran

dan Hadits, sehingga perlu didiagnosis secara

mendalam bersama konseli.

g) Konseli yang bermasalah pada hakekatnya adalah

orang yan membutuhkn bantuan untuk

(42)

basyirohnya dalam pengendalian dorongan hawa

nafsunya.32

3) Masalah

Masalah secara umum menunjukan pada adnya

kesenjangan antara keadaan sekarang ( pencapaian)

dengan tujuan.33 Masalah yang dihadapu oleh individu

(konseli), dimana masalah tersebut terjadi karena berbagai

faktor atau bidang kehidupan, maka masalah yang

ditangani oleh konseling dapat menyangkut beberapa

bidang kehidupan, diantranya: bidang pernikahan dan

keluarga, pendidikan, sosial (kemasyarakatan),

pekerjaan(jabatan) dan keagamaan.34

Masalah dalam bimbingan konseli adalah masalah

– masalah yang menyangkut masalah keagamaan,

perkawainan, keluarga, pendidikan, karir atau pekerjaan,

dan masalah–masalah sosial lainnya.

f. Asasasas Bimbingan Konseling Islam

Layanan Bimbingan Konseling Islam mengacu pada asas

–asas Bimbingan yang berlandaskan pada Al- Quran dan Hadist

32

Agus santoso dkk, Terapi Islam (Surabaya: IAIN SA Press, 2013), hal. 79 33

Andi Mappiare A.T. , Kamus Istilah Konseling & Terapi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 252

34

(43)

atau Sunnah Nabi, ditambah dengan berbagai landasan filosofi

dan keimanan.35

Berdasarakan landasan – landasan tersebut berikut

penjabarkan asas – asas bimbingan Konseling Islam,

diantaranya:

1) Asas kebahagiaan dunia dan akhirat

Bagi kaum muslim, kebahagiaan dunia hanyalah bersifat

sementara, sedangkan kebahagiaan akhirat adalah

kebahagiaan yang sesungguhnya, karena di akhiratlah

manusia akan hidup kekal.36

2) Asas fitrah

Bimbingan dan konseling membantu konseli untuk

mengenal dan memahami fitrah-Nya itu atau mengenal

kembali fitrahnya tersebut manakala pernah “tersesat”,

serta menghayatinya, sehingga dengan demikian akan

mampu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di

akhirat karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya itu.

3) Asas kemajuan individu

Bimbingan konseling islami, berlangsung pada cerita

manusia menurut islam, memandang seorang individu

merupakan suatu maujud (eksistensi) tersendiri. Individu

35

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001), hal. 21.

(44)

mempunyai perbedaan individu dari yang lainnya, dan

mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi

dari haknya dan kemampuan fundamental potensial

rohaniahnya.

4) Asas Lillahi ta’ala

Bimbingan dan Konseling Islam dilaksanakan semata –

mata karena Allah SWT. Jadi, seorang konselo dalam

memberikan bantuan kepada konseli harus ikhlas hanya

karena Allah, bukan mengharapkan imbalan apapun.

Sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah

yang harus senantiasa mengabdi kepada-Nya.

Sebagaimana Firman Allah dalam Quran surah

Al-An’am, ayat 162:

Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya sembahnyangku,

ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”(QS.Al-An’am:162).37

5) Asas Bimbingan seumur hidup

Setiap manusia yang hidup, pasti memiliki masalah entah

(45)

sebelum manusia itu mati. Untuk itu Bimbingan dan

Konseling Islam dibutuhkan selama seumur hidup.

6) Asas kesatuan jasmani dan rohani

Dalam diri manusia terdapat jasmani dan rohani.

Keduanya ini tidak dapat dipisahkan antara yaang satu

dengan yang lai. Bimbingan dan Konseling Islam dalam

hal ini membantu menyeimbangkan kedua komponen

tersebut agar tercipta pribadi yang utuh.

7) Asas sosialisasi manusia

Manusia merupakan makhluk sosial. Hal ini diakui dan

diperhatikan dalam Bimbingan Konseling Islam.

Pergaulan, cinta kasih, rasa aman, penghargaan terhadap

diri sendiri dan orang lain, rasa memiliki dan dimiliki,

semuanya merupakan aspek – aspek yang diperhatikan di

dalam bimbingan dan konseling islami, karena merupakan

ciri hakiki manusia.

8) Asas kekhalifahan manusia

Sebagai khalifa, manusia harus memelihara keseimbangan

ekosistem, sebab problem –problem kehidupan kerap kali

muncul dari ketidakseimbangan ekosistem tersebut yang

diperbuat oleh manusia itu sendiri. Bimbingan dan

fungsinya tersebut untuk kebahagiaan dirinya dan umat

(46)

Allah berfirman dalam surah Faathir ayat 39

Artinya;”Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekakfiran orang orng yang kafir itu tidak lain anyalah akan menambah kerugian mereka belaka.”(QS. Faathir:39).38

9) Asas keseimbangan Ruhaniyah

Dalam rohani manusia, terdapat daya kemampuan berfikir,

merasakan, kehendak hawa nafsu dan juga akal. Rohani

manusia memiliki unsur daya kemampuan berfikir,

merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa

nafsu, serta juga akal. Bimbingan Konseling Islam dalam

hal ini mengajak konseli untuk mengetahui apa –apa yang

perlu diketahuinya, kemudian memikirkan apa – apa yang

perlu difikirkannya, sehingga memperoleh keyakinan,

tidak menerima begitu saja, tetapi tidak juga menolak

(47)

dipahami dan dihayati setelah berdasarkan pemikiran dan

analisis yang jernih diperoleh keyakinan tersebut.

10) Asas keselarasan dan keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan,

keseimbangan, keserasian dalam segala segi. Dengan kata

lain, Islam menghendaki manusia berlaku “adil” terhadap

dirinya sendiri, hak orang lain, “hak” alam semesta

(hewan, tumbuhan, dan sebagainya).

11) Asas Pembinaan Akhlaqul karimah

Dalam hal ini Bimbingan Konseling Islam membantu

konseli atau yang dbimbing memelohara, mengembangkan

sifat – sifat yang baik sejalan dengan tugas dan fungsi

Rasulullah di utus oleh Allah SWT. Sebagaimana firman

Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 21:

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu

suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS.

(48)

12) Asas Kasih sayang

Setiap orang memerlukan kasih sayang dan cinta dari

orang lain, karena dengan kasih sayang dan cinta, maka

semua yang akan dilakukan menjadi mudah. Bimbingan

Konseling Islam dilakukan dengan berdasarkan kasih

sayng dan cinta untuk mempermudah jalannya proses

Bimbingan Konseling. Bimbingan Konseling Islam

dilakukan dengan berlandaskan kasih sayng, sebab hanya

dengan kasih saynaglah bimbingan dan konseling akan

berhasil.

13) Asas Saling menghargai dan menghormati

Dalam Bimbingan dan Konseli kedudukan konselor dan

konseli pada dasarya sama atau sederajat, perbedaannya

hanya terletak pada fungsi saja yakni konselor

memberikan bantuan sedangkan konseli menerima antuan.

Hubungan yang terjalin anatara konselor dan konseli

merupakan hubungan yang saling menghormati sesua

dengan keduduka masing– masig sebagai makhluk Allah.

Prinsip saling mengahargai ini seperti senada dengan

(49)

Artinya: “apabila kamu diberikan penghormatan dengan

sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.”(QS.

An-Nisa’:86)

14) Asas musyawarah

Bimbingan Konseling Islam dilakukan dengan asa

musyawarah, artinta antara pembimbing ( konselor)

dengan yang dibimbing (konseli) terjadi dialog yang baik,

tidak ada rasa tertekan dan terbuka dalam berpendapat.

15) Asas keahlian

Bimbingan Konseling Islam dilakukan oleh orang –orang

yang memiliki kemampuan keahlian di bidang tersebut,

baik keahlian dalam metodologi dan teknik – teknik

bimbingan dan konseling, maupun dalam bidang yang

menjadi permasalahan (objek garapan atau materi)

bimbingan dan konseling.39

g. Langkahlangkah Bimbingan Konseling Islam

Dalam Bimbingan Konseling Islam, terdapat beberapa

langkah–langkah yang harus dilakuka dalam pemberian layanan

39

(50)

bimbingan dan konseling, yani identiikasi masalah, diagnosa,

prognosa, terapu, evaluasi atau follow up, beriktu penjelasanya:

1) Identifikasi Masalah

Langkah ini dimaksud untuk mengetahui asalah–masalah

yang dihadapi oleh konseli beserta gejala – gejaa yang

tampak secara langsung maupu yang tidak tampak yang

memerlukan pengukuran lebih dalam untuk

mengungkapnya.

2) Diagnosa

Langkah ini bertujuan untuk menetapkan masalah yang

dihadapi klien beserta latar belakangnya. Diagnosa dapat

dikatakan sebagai usaha untuk mengetahui masalah yang

dihadapi kien secara mendalam.

3) Prognosis

Setelah masalah konseli ditetapkan, langkah selanjutnya

adalah pemilihan alternatif strategi dan teknik konseling.

Langkah ini untuk menetapkan jenis bantuan apa yang

akan diberikan dalam menyelesaikan masalah.

4) Terapi (treatment)

Langkah ini dimaksudkan untuk merealisasikan langkah –

langkah alternatif bentuk bantuan apa yang telah

ditetapkan dalam langkah prognosa berdasarakan masalah

(51)

5) Evaluasi dan Follow Up

Langkah ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

hasil yang diperoleh dalam proses konseling yang

selanjutnya diadakan tindak lanjtu berdasrakan

perkembangannya. Evaluasi dapat dilakukan selama

proses pemberian bantuan berlangsung sampai pada akhir

pemberian bantuan.40

2. Terapi Behavior

a. Pengertian Terapi Behavior

Terapi behavior adalah salah satu teknik yang digunakan

dalam menyelesaikan tingkah laku yang timbul oleh dorongan

dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan –

kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar

bisa bertindak dan tingkah laku lebih efektif, lalu mampu

menanggapi sistuasi dan masalah yang dengan cara yang efektif

dan efisien. Aktififtas inilah yang disebut sebagai belajar.41

Gerald Corey menjelaskan bahwa terapi Behavior adalah

penerapan aneka ragam teknk dan prosedur ya g berakar pada

berbagai teori tentang belajar. Terapi ini menyertakan penerapan

yang sistematis prinsip – prinsip belajar pada pengubahan

tingakah laku ke arah yang lebih adaptif. Pendekatan ini tela

40

Shahudi Siradj,Pengantar Bimbingan & Konseling, (Surabaya: IAIN SA Perss, 2012),hal.101-103

41

(52)

memberikan sumbangan – sumbangan yang berat baik pada

bidang klinis maupun pendidikan.42

Hal ini terdapat dalam firman Allah surah An-Nahl ayat 97

Artinya;“Barang siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki –laki

maupu perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan dengan balasan yang baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

(QS. An-Nahl ayat 97)

Jadi dapat disimpulkan bahwa terapi behavior adalah

menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan

dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan –

kebutuhan hidup yang dilakukan melalu proses belajar agar bisa

bertingkah laku lebih efektif, serta mampu menanggapi situasi

dan masalah dengan cara yang lebih efektif dan efisien.

b. Tujuan terapi Behavior

Dalam setiap pemberian terapi tentu saja mengaharpakan

sebuah hasil yang tampak dari tersebut. dalam terapi behavior

yang memfokuskan pada persoalan–persoalan perilaku spesifik

atau perilaku menyimpang, bertujuan untuk mencipatkan

42

(53)

kondisi – kondisi baru bagi proses belajar dengan dasar bahwa

segenap tingkah laku adalah dipelajari termasuk tingkah laku

yang maladaptif.43

Tujuan konseling behavior berorientasi pada pengubahan

atau modifikasi perilaku konseli, yang diantaranya untuk:

1) Menciptakan kondisi–kondisi baru bagi proses belajar.

2) Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif.

3) Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum

dipelajari.

4) Membantu konseli membuang respons – respons yang

lama yang merusak diri atau maladitf dan mempelajari

respons – respons yang baru yang lebih sehat dn sesuai

(adjustive).

5) Konseli belajar perilaku baru dn mengeliminasi perilaku

yang maladaptif memperkuat serta mempertahankan

perilaku yang diingkan.

6) Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian

sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor.44

c. Hakikat manusia

Terapi behavior didasarkan pada pandangan ilmiah

tentang tingkah laku manusia yang menekan pada pentingnya

pednekatan sistematik dan terstruktur pada konseling.

43

Gerald Corey, Teory dan Praktek Konseling & Psikoterapi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), hlm 199

44

(54)

Pendekatan behavior berpandangan bahwa setiapa langkah dapat

dipelajari. Proses belajar tingkah laku adalah melalui

kematangan dan belajar. Selanjtnya tingka laku lama dapat

diganti dengan tingkah laku baru. Manusia dipandang memiliki

potensi untuk berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah.

Manusia mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya

sendiri, dapat mengatur sert mengontrol perilakunya dan dapat

belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi perilaku

orang lain.

Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang

tingah laku manusia. Dalil dasarnya adalah bawa tingkah laku

itu tertib dan bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan

cermat akan menyinkapkan hukum – hukum yang

mengendalikan tingkah laku. Behaviorisme ditandai oleh sikap

membatasi metode –metode dan prosedur –prosedur pada data

yang dapat diamati.

Pendekatan behavioristik tidak mengurai asumsi –

asumsi filosifis tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap

orang dipandang memiliki kecenderungan – kecenderungan

positif dan negatif yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk

dan ditentukan oleh lingkungan sosial budanya. Segenap tingkah

laku manusia itu dipelajari. Meskipun berkeyakina bahwa

(55)

kekuatan – kekuatan lingkungan dan faktor – faktor genetik,

para behavior memasukan pembuatan putusan sebagai salah satu

bentuk tingkah laku.45

d. Teknik Terapi Behavior

Lesmana membagi teknik terapi behavioristik dalam

dua bagian, yaitu teknik–teknik tingkah laku umum dan teknik

–teknik spesifik. Uraiannya adalah sebagai berikut:

1) Teknik–teknik Tingkah Laku Umum

a) Skedul penguatan adalah suatu teknik pemberian

penguatan pada klien ketika tingkah laku baru

selesai dipelajari dimunculkan oleh klien.

b) Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan

mempelajari tingkah laku baru secara bertahap.

Konselor dapat membagi – bagi tigkah laku yang

ingin dicapai dalam beberapa unit, kemudian

mempelajarinya dalam unit–unit kecil.

c) Ekstingsi adalah teknik terapi berupa penghapusan

penguatan agar tingkah laku maladaptif tidak

berulang.

2) Teknik–teknik spesifik

a) Desentisipasi sistematik adalah teknik yang paling

sering digunakan. Teknik ini diarahkan kepada klien

45

(56)

untuk menampilkan respon yang tidak konsisten

dengan kecemasan. Teknik ini cocok untuk

menangani kasus fobia, ketakutan secara umum,

kecemasan neurotik, impotensi, dan frigiditas

sesksual.

b) Pelatihan asertivitas. Teknik ini mengajarkan klien

untuk membedakan tingkah laku agresif, pasif, dan

asertif. Prosedur yang digunakan adalah permainan

peran. Teknik ini dapat membantu klien yang

mengalami kesulitan untuk menyatakan atau

menegaskan diri di hadapan orang lain.

c) Time-out merupaka teknik aversif yang sangat

ringan apabila tingkah laku yang tidak diaharpakan

muncul, maka klien akan dipisahkan dari penguatan

positif.

d) Implosion dan flooding. Teknik implosion

mengarahkan klien untuk membayangkan situasi

stimulus yang mengancam secara berulang–ulang.

Selain teknik – teknik yang telah dikemukakan

diatas, corey menambahkan beberapa teknk yang juga

(57)

1) Penguatan positif adalah teknik yang digunaka

melalui pemberian ganjaran segera setelah tingkah

laku yang diharapkan muncul.

2) Percontohan (modelling), dalam teknik, klien dapat

mengamati seseorang yang dijadikan modelnya

untuk berperilaku kemudian diperkuat dengan

mencontoh tingkah laku sang model.

3) Token Economy. Teknik ini dapat diberikan apabila

persetujuan dan penguatan lainya tidak memberikan

kemajuan pada tingkah laku klien. Metode ini

menekankan penguatan yang dapat dilihat dan

disentuh oleh klien (misalnya kepingan logam) yang

dapat ditukar oleh klien dengan objek atau hak

istimewa yang diinginkannya.46

3. Assertive Training

a. Pengertian Assertive Training

Menurut corey (2009:215) menjelaskan bahwa asertif

training (latihan asertif) merupakan penerapan latihan tingkah

laku dengan sasaran membantu individu – individu dalam

mengembangkan cara – cara berhubungan yang lebih langsung

dalam situasin- situasi interpersonal. Fokusnya adalah

mempraktekkan melalui permainan peran, kecakapan –

46

(58)

kecakapan bergaul yang baru diperoleh sehingga individu –

individu diharapakan mampu mengatasi ketakutan memadainya

dan belajar mengungkapkan perasaan – perasaan dan pikiran –

pikiran meraka secara lebih terbuka disertai keyakinan bahwa

mereka berhak untuk menunjukan reaksi – reaks yang terbuka

itu.47

Selain itu Gunarsih (2007:217) menjelaskan pengertian

assertive training menurut Alberti yaitu prosedur latiha yang diberikan kepada klien untuk melatih perilaku penyesuaian

sosial melalui ekspresi diri dari perasaan, sikap, harapan,

pendapat, dan haknya.48

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat

disimpulkan bahwa assertif training atau latihan assertif adalah

prosedur latihan yang diberikan untuk mebantu peningkatkan

kemampuan mengkomunikasiakan apa yang diingkan

diarasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga

dan menghargai hak–hak serta perasaan orang lain.

b. Tujuan Assertive training

Menurut Fauzan (2010) terdapat beberapa tujuan asertive

trainingyaitu:

47

Gambar

Tabel 3.1Keadaan Guru Berdasarkan keahlihan dan Tingkat Pendidikan
  Tabel 3.2Data Jumlah Siswa Tiga (3) Tahun Terakhir
Tabel 3.5
    Tabel 3.6Bentuk Role playing
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian juga menunjukkan bahawa terdapat hubungan positif yang signifikan di antara efikasi-kendiri guru dengan persepsi guru terhadap amalan kepemimpinan

siswa penyandang tunarungu sama dengan siswa yang normal dalam. mencari

Kesimpulan pada hipotesis keempat adalah pemberian skor kinerja dengan menggunakan kriteria lama sebagai pedoman pada saat penilaian kelompok tidak mampu membuat partisipan

Sesuai dengan hasil yang diperoleh, maka dapat diringkas sebagai berikut; Komponen VAIC secara parsial memberikan pengaruh terhadap profitabilitas dari rasio Return

Kami panitia pembangunan mengucapkan terima kasih kepada seluruh jemaat yang sudah turut berperan dan berpartisipasi dalam mendukung terlaksananya pembangunan Gereja HKBP

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan menggunakan rancangan the one shot-case study yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Pendekatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan stres dan koping mahasiswa kepribadian tipe A dan B selama menyusun skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Faktor sikap penderita terhadap tenaga kesehatan yang bersangkutan sebagian besar responden yang patuh diet lanjut usia penderita hipertensi menunjukkan sikap baik kepada tenaga